Makala h

38
BAB I PENDAHULUAN Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction). Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dan sering terjadi di negara-negara berkembang (Pantiawati, 2010). Asia Tenggara mempunyai insidensi BBLR paling tinggi yaitu 27% dari seluruh kelahiran bayi berat badan lahir rendah di dunia. Data terakhir pada tahun 2010, angka kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1% yang mana masih berada diatas angka rata-rata Thailand 6,6% dan Vietnam 5,3% (UNICEF, 2011). Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari tahun 2010 tetapi masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah. Di Jawa Timur terdapat peningkatan angka kejadian BBLR yaitu 10% pada tahun 2010 menjadi 11% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Angka kejadian BBLR di Kota/Kabupaten Malang yaitu sebesar 2,65% dari seluruh BBLR di Jawa Timur (Dinkes, 2012). Bayi dengan BBLR memiliki resiko kematian 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lebih 1

Transcript of Makala h

Page 1: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang

bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction).

Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dan sering terjadi di

negara-negara berkembang (Pantiawati, 2010). Asia Tenggara mempunyai insidensi BBLR paling

tinggi yaitu 27% dari seluruh kelahiran bayi berat badan lahir rendah di dunia. Data terakhir pada

tahun 2010, angka kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1% yang mana masih berada diatas

angka rata-rata Thailand 6,6% dan Vietnam 5,3% (UNICEF, 2011). Angka kejadian BBLR di

Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari tahun 2010 tetapi masih terdapat 10,2% bayi dengan

berat badan lahir rendah. Di Jawa Timur terdapat peningkatan angka kejadian BBLR yaitu

10% pada tahun 2010 menjadi 11% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Angka kejadian BBLR

di Kota/Kabupaten Malang yaitu sebesar 2,65% dari seluruh BBLR di Jawa Timur

(Dinkes, 2012).

Bayi dengan BBLR memiliki resiko kematian 35 kali lebih tinggi dibandingkan

pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). BBLR juga dapat

berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan

perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).

Menurut Tom Lissauer dan Avroy A. Fanaroff (2008), bayi BBLR meningkatkan risiko

terjadinya cerebral palsy yaitu gangguan perkembangan motorik yang berhubungan dengan

kemampuan berjalan, serta jika dibandingkan dengan bayi aterm, bayi BBLR lemah dalam

keterampilan motorik halus seperti mengurai benang.

1

Page 2: Makala h

BAB II

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : By. Ny N

Usia : 5 Hari

Jenis Kelamin : Laki – laki

Tanggal Lahir : 11 Februari 2015 jam 17.20 Wita

BBL : 1750 gram

Apgar Skore : 7 - 9

Nama Orangtua : Ny. N

Alamat : Jln. Gunung Merapi No 111 Pelita, Dasan Agung

Baru, Selaparang.

No. RM : 14 30 43

2. Heteroanamnesis pada Ibu Pasien

Keluhan Utama :

Bayi Berat Lahir Rendah

RPS :

Bayi lahir di ruang bersalin RSUD Kota Mataram, cara persalinan Spontan

dengan Apgar Score 7 – 9. Bayi masuk NICU dengan berat lahir rendah 1750

gram, menangis kuat, gerakan aktif, refleks hisap kurang baik, retraksi tidak

ada, tidak terlihat biru pada bibir dan ekstremitas.

Riwayat Kehamilan Ibu :

Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilan pertama. Saat ini usia ibu adalah 37

tahun. Ibu pasien Lupa tentang Hari Pertama Haid Terakhir. Ibu pasien

mengaku tetap memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dasan agung

setiap 1 bulan sekali. Dipuskesmas, ibu biasanya di beri vitamin dan obat

penambah darah. Selama kehamilan ibu tidak pernah melakukan USG. Ibu

2

Page 3: Makala h

makan teratur dan cukup bergizi. Ibu tidak mengkonsumsi alkohol dan

merokok.

Riwayat Persalinan :

Pada hari rabu 11 februari 2015 pagi hari sekitar jam 07.00 ibu mengalami

nyeri pada perutnya dan keluar cairan berwarna hijau, kemudia ibu di bawa

ke puskesmas dasan agung. Kemudian dari puskesmas merujuk ke RSUD

kota mataram. Di RSUD kota mataram ibu disuruh memeriksakan USG. Dan

ini yang pertama kalinya di lakukan pemeriksaan. Perkiraan usia kehamilan

ibu saat itu berusia 8 bulan atau 32 minggu. Dokter kandugan

menginformasikan kalau ibu mengalami ketuban pecah dini dan harus segera

dilakukan persalinan. Jam 17.20 ibu melahirkan bayi spontan, tunggal,

dengan berat lahir 1750 gram. Tidak terdapat lilitan tali pusat atau plasenta

previa. Bayi menangis keras, afgar skor 7-9, Panjang badan : 41 cm, ligkar

kepala : 39 cm, lingkar dada : 26 cm, dan lingkar lengan : 7 cm.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Ibu tidak ada riwayat penyakit hipertensi, anemia, penyakit jantung, dan

penyakit lainnya.

Riwayat Alergi :

Riwayat alergi disangkal.

Riwayat Pengobatan :

Selama hamil ibu tidak pernah meminum obat atau jamu selain yang

diberikan dipuskesmas dan dokter.

Riwayat imunisasi :

( - )

3. Pemeriksaan Fisik  

• Keadaan Umum : Tampak sedang

3

Page 4: Makala h

• Kesadaran : Compos mentis

• Ballard Skore : 34 minggu

• Tanda Vital :

Suhu : 36,8 oC

Nadi : 130 x/menit

Pernapasan : 54 x/menit

• Status Antropometri :

Panjang Badan ( PB ) : 41 cm

Berat Badan ( BB) : 1750 gram

Lingkar Kepala ( Lika ) : 29 cm

Lingkar Dada ( Lida ) : 26 cm

Lingkar Lengan ( Lila ) : 7 cm

• Status Generalisata :

1. Kulit : Kemerahan

2. Kepala :

Bentuk : Normocephal, Ubun-ubun cekung (-)

Mata : Cowong (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Hidung : cuping hidung (-), secret (-)

Telinga : Sekret (-), Simetris (+)

Mulut : sianosis (-)

3. Leher : Pembesaran KGB (-)

4. Thorax :

Pulmo

- Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris,

tidak ada bekas luka, tidak ada benjolan, retraksi (-).

- Palpasi : Gerakan dinding dada simetris.

- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan

4

Page 5: Makala h

- Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-

kanan. Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

Cor :

- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II tunggal reguler, murmur (-),

gallop (-).

Abdomen :

- Inspeksi : Distensi (-), bekas luka (-)

- Auskultasi : Bising usus (+) Normal

- Palpasi : Dinding abdomen teraba lunak, massa (-)

- Perkusi : Timpani pada selurung lapang abdomen

Umbilikus : Tampak basah dan mulai mengering, warna hitam, bau

(-), edema (-), kemerahan (-).

5. Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-), gerakan aktif (+)

6. Kelainan Bawaa : (-)

7. Anus : (+)

8. Genitalia : dalam batas normal.

4. Pemeriksaan Penunjang

- GDS : 92 mg/dl

- Bil. Total : 15,99 mg/dl

- Bil. Direk : 0,29 mg/dl

RESUME :

5

Page 6: Makala h

By. Ny. N usia 5 hari, lahir spontan dengan Apgar Score 7 – 9. Bayi masuk

NICU dengan berat lahir rendah 1750 gram, menangis kuat, gerakan aktif (+), refleks

hisap kurang baik, retraksi (-), ikterik (-), tidak terlihat biru pada bibir dan

ekstremitas.

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Dari pemeriksaan fisik

didapatkan nadi 130 x/menit, RR : 54 x/menit, T : 36.8 oC. Ubun – ubun cekung (-),

pada pemeriksaan thorak masih dalam batas normal. Pada ekstremitas tidak terdapat

edema dan kebiruan. PB = 41 cm, Lika = 29 cm, Lida = 26 cm, Lila = 7 cm.

Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu ( GDS ) = 92 mg/dl. Bilirubin Total =

15,99 mg/dl, Bilirubin Direk = 0,29 mg/dl.

Diagnosa Kerja

BBLR + BKB – KMK

Rencana Terapi :

Inkubator, jaga kehangatan.

Infus D 10% 6 tpm

Injeksi Ampicilin 2 x 75 mg IV.

Injeksi Gentamisin 1 x 5 mg IV.

Puasa

FOLLOW UP

6

Page 7: Makala h

Hari /

tanggal

Subject Object Assessment Planning

Rabu,

11/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Batuk -

pilek (-), Asi/Pasi (-),

Sianosis (-), gerakan

aktif (+), BAB/BAK

(-), menangis (+), reflek

hisap (+) lemah, Ikterik

(-).

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

• Ttv :

HR : 130 x/menit

RR : 60 x/menit

Suhu : 35,5 oC

BB : 1750 gram

Pem. Fisik :

Kepala : normocephali.

Mata : sclera ikterik (-)

Hidung : Pernafasan

cuoing hidung (-)

Mulut : Sianosis (-)

Leher : Pem. KGB (-)

Thorak : ves +/+, Retraksi

-/-, simetris +/+, wh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

Abdomen : BU (+) N

Ekstremitas : Akrar hangat

(-), edema (-).

Kelainan bawaan (-)

BKB - KMK +

BBLR

Inkubator

Infus D 10% 6

tpm.

Injeksi Ampicilin

2 x 75 mg IV.

Injeksi Gentamicin

1 x 5 mg IV.

Puasa

Kamis,

12/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Asi/Pasi

(+), Sianosis (-),

gerakan aktif (+),

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

• Ttv :

BKB - KMK +

BBLR

Terapi Lanjut

ASI/PASI 8 x 5 cc

Peroral.

7

Page 8: Makala h

BAB/BAK (+),

menangis (+), reflek

hisap (+) lemah, Ikterik

(-).

HR : 140 x/menit

RR : 54 x/menit

Suhu : 36,8 oC

BB : -

Pem. Fisik :

Kepala/Leher : dalam

batas normal

Thorak : Retraksi -/-, wh

-/-, Rh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

Abdomen : BU (+) N

Ekstremitas : Akrar hangat

(+), edema (-)

Jum’at,

13/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Asi/Pasi

(+), Sianosis (-),

gerakan aktif (+),

BAB/BAK (+),

menangis (+), reflek

hisap (+), Ikterik (-).

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

• Ttv :

HR : 128 x/menit

RR : 52 x/menit

Suhu : 36,4 oC

BB : -

Pem. Fisik :

Kepala/Leher : dalam

batas normal

Thorak : Retraksi -/-, wh

-/-, Rh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

Abdomen : BU (+) N

BKB - KMK +

BBLR

Terapi lanjut

ASI/PASI 8 x 7 cc

peroral.

8

Page 9: Makala h

Ekstremitas : Akrar hangat

(+), edema (-)

Sabtu,

14/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Asi/Pasi

(+), Sianosis (-),

gerakan aktif (+),

BAB/BAK (+),

menangis (+), reflek

hisap (+), Ikterik (-).

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

• Ttv :

HR : 120 x/menit

RR : 37 x/menit

Suhu : 36,2 oC

BB : 1650 gram

Pem. Fisik :

Kepala/Leher : dalam

batas normal

Thorak : Retraksi -/-, wh

-/-, Rh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

Abdomen : BU (+) N

Ekstremitas : Akrar hangat

(+), edema (-)

BKB - KMK +

BBLR

Terapi lanjut

ASI/PASI 8 x 9 cc

peroral.

Minggu,

15/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Asi/Pasi

(+), Sianosis (-),

gerakan aktif (+),

BAB/BAK (+),

menangis (+), reflek

hisap (+), Ikterik (-).

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

• Ttv :

HR : 124 x/menit

RR : 38 x/menit

Suhu : 36,8 oC

BB : 1700 gram

Pem. Fisik :

BKB - KMK +

BBLR

Aff infus

Amoxillin syr 3 x

0,8 ml

ASI/PASI 8 x 15

cc peroral.

Jaga kehangatan

9

Page 10: Makala h

Kepala/Leher : dalam

batas normal

Thorak : Retraksi -/-, wh

-/-, Rh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

Abdomen : BU (+) N

Ekstremitas : Akrar hangat

(+), edema (-)

Senin,

16/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Asi/Pasi

(+), Sianosis (-),

gerakan aktif (+),

BAB/BAK (+),

menangis (+), reflek

hisap (+), Ikterik (+)

Kremer IV.

Bil. Total = 15,99

Bil. Direk = 0,29

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

• Ttv :

HR : 122 x/menit

RR : 41 x/menit

Suhu : 36,8 oC

BB : 1700 gram

Pem. Fisik :

Kepala/Leher : dalam

batas normal

Thorak : Retraksi -/-, wh

-/-, Rh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

Abdomen : BU (+) N

Ekstremitas : Akrar hangat

(+), edema (-)

BKB - KMK +

BBLR +

Hiperbilirubin

Cek Bilirubin

ASI/PASI 8x20 cc

Amoxillin

3 x 0,8 ml

Selasa,

17/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Asi/Pasi

(+), Sianosis (-),

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

BKB - KMK +

BBLR +

Hiperbilirubin

Fototerapi

Lain Lanjut

10

Page 11: Makala h

gerakan aktif (+),

BAB/BAK (+),

menangis (+), reflek

hisap (+), Ikterik (+)

Kremer IV

• Ttv :

HR : 140 x/menit

RR : 44 x/menit

Suhu : 36,2 oC

BB : 1700 gram

Pem. Fisik :

Kepala/Leher : dalam

batas normal

Thorak : Retraksi -/-, wh

-/-, Rh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

Abdomen : BU (+) N

Ekstremitas : Akrar hangat

(+), edema (-)

Rabu,

18/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Asi/Pasi

(+), Sianosis (-),

gerakan aktif (+),

BAB/BAK (+),

menangis (+), reflek

hisap (+), Ikterik (+)

Kremer II

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

• Ttv :

HR : 130 x/menit

RR : 40 x/menit

Suhu : 36,5 oC

BB : 1700 gram

Pem. Fisik :

Kepala/Leher : dalam

batas normal

Thorak : Retraksi -/-, wh

-/-, Rh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

BKB - KMK +

BBLR +

Hiperbillirubin

Terapi Lanjut

11

Page 12: Makala h

Abdomen : BU (+) N

Ekstremitas : Akrar hangat

(+), edema (-)

Kamis,

19/02/15

Demam (-), sesak (-),

Muntah (-), Asi/Pasi

(+), Sianosis (-),

gerakan aktif (+),

BAB/BAK (+),

menangis (+), reflek

hisap (+), Ikterik (-).

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran :

Composmentis

• Ttv :

HR : 130 x/menit

RR : 38 x/menit

Suhu : 36,3 oC

BB : 1700 gram

Pem. Fisik :

Kepala/Leher : dalam

batas normal

Thorak : Retraksi -/-, wh

-/-, Rh -/-

Cor : S1,S2, Reguler

Abdomen : BU (+) N

Ekstremitas : Akrar hangat

(+), edema (-)

BKB - KMK +

BBLR

BPL

Amox syr

San-B Plex

Diagnosa Akhir :

BBLR + BKB – KMK + Hiperbilirubinemia

Prognosis :

Quo at vitam : bonam

BAB III

12

Page 13: Makala h

PEMBAHASAN KASUS

Menurut teori Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Pada By. Ny. N berat

badannya adalah 1750 gram yang berarti termasuk Bayi Berat Lahir Rendah. Umur

kehamilan ibu adalah 32 minggu yang berarti bayi termasuk kurang bulan, kecil

untuk masa kehamilan ( BKB-KMK ). Seharusnya pada usia kehamilan 32 minggu

berat badan bayi mencapai 2050 gram.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekuningan hampir diseluruh tubuh, yaitu

wajah, dada, perut, ekstremitas atas maupun bawah kecuali telapak tangan dan kaki.

Pemeriksaan fisik secara khusus yaitu dengan metode Kramer. Pasien ini didapatkan

sesuai dengan pembagian derajat Kramer IV. Hasil pemeriksaan bilirubin yaitu Bil.

Total = 15,99 dan Bil. Direk = 0,29 mg/dl. Ini menunjukkan bayi mengalami

Hiperbilirubinemia karena terjadi peningkatan kadar bilirubin total sebesar 15,99

mg/dl. Normalnya pada bayi dengan berat badan 1501 – 2000 gram kadar

bilirubinnya adalah <10 mg/dl dan 10 – 12 mg/dl merupakan indikasi dilakukannya

fototerapi ( IDAI : 2010 ).

Pengobatan pada By. Ny. N diberikan infus D10% 6 tpm sesuai dengan

kebutuhan cairan dimana berat badan Bayi Ny. N 1750 gram. Asi diberikan untuk

memenuhi kebutuhan cairan. Fototerapi dilakukan untuk mengurangi kadar kuning

pada bayi dengan cara mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi

senyawa berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk

isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke dalam

saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan

bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltik usus

meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus.

13

Page 14: Makala h

Pemberian antibiotik di lakukan sebagai pencegahan agar tidak terjadi infeksi.

Karena Bayi Berat Lahir Rendah merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.

Pemberian San-B Plex untuk memberikan nutrisi tambahan untuk bayi dan

merangsang nafsu makan.

14

Page 15: Makala h

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang

bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan ( intrauterine growth

restriction/IUGR )

1.2. Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di negara-

negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan

90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya

35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan

disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat

bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9% - 30%,

hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1% -

17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar

7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran

program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

1.3. Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor

ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit

vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab

terjadinya BBLR.

1. Faktor ibu

15

Page 16: Makala h

a. Penyakit : Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu

seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan

kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas

d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu

perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.

2. Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan

kromosom.

3. Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain : tempat tinggal di daratan tinggi,

radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

1.4. Klasifikasi

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Prematuritas murni

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan.

Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat

kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang

baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari

bayinya sendiri.

16

Page 17: Makala h

Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat lahir

kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight (VLBW)

adalah berat bayi lahir kurang dari 1500 gram dan Extremely Low Birth Weght

(ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000 gram.

1.5. Diagnosis

Dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang

a. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR :

- Umur ibu

- Riwayat hari pertama haid terakir

- Riwayat persalinan sebelumnya

- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

- Aktivitas

- Penyakit yang diderita selama hamil

- Obat-obatan yang diminum selama hamil

b. Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

1. Berat badan < 2500 gr

2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

- Tulang rawan telinga belum terbentuk.

- Masih terdapat lanugo.

- Refleks masih lemah.

- Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium minus;

laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.

17

Page 18: Makala h

3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

- Tidak dijumpai tanda prematuritas.

- Kulit keriput

- Kuku lebih panjang

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

- Pemeriksaan skor ballard

- Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah.

- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan

akan terjadi sindrom gawat nafas.

- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang.

1.6. Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara

lain :

a. Hipotermia

b. Hipoglikemia

c. Gangguan cairan dan elektrolit

d. Hiperbilirubinemia

e. Sindroma gawat nafas

f. Paten duktus arteriosus

g. Infeksi

h. Perdarahan intraventrikuler

i. Apnea of Prematurity

j. Anemia

18

Page 19: Makala h

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR) antara lain :

a. Gangguan perkembangan

b. Gangguan pertumbuhan

c. Gangguan penglihatan (Retinopati)

d. Gangguan pendengaran

e. Penyakit paru kronis

f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

1.7. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Per oral 2 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6

minggu)

b. Mempertahankan suhu tubuh normal

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu

tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar

panas, inkubator, atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan

setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh sesuai jadwal.

c. Pemberian Minum

ASI merupakan pilihan utama

Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup

dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai

kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

Apabila bayi sudah tidak mendapatkan IV dan beratnya naik 20 g/hari

selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

19

Page 20: Makala h

Pemberian minum minimal 8 x/hari. Apabila bayi masih menginginkan

dapat diberikan lagi.

Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang

tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali saluran cerna,

IUGR berat, dan berat lahir <1000 gram.

d. Panduan Pemberian Minum Berdasarkan BB :

Berat lahir <1000 gram

- Minum melalui pipa lambung

- Pemberian minum awal : ≤10 ml/kg/hari

- ASI perah/term formula/ half strength preterm formula

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang

baik; tambahan 0,5-1 mL, interval 1 jam, setiap ≥ 24 jam

- Setelah 2 minggu : Asi perah + HMF (Human Milk Fortifier)/ full-

strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram

Berat lahir 1000-1500 gram

- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeeding)

- Pemberian minum awal : ≥ 10 ml/kg/hari

- Asi PERAH/term formula/ half strength preterm formula

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang

baik; tambahan 1-2 mL, interval 2 jam, setiap ≥ 24 jam

- Setelah 2 minggu : Asi perah + HMF (Human Milk Fortifier)/ full-

strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram

Berat lahir 1500-2000 gram

- Pemberian minum melalui pipa lambung (gavage feeeding)

- Pemberian minum awal : ≥ 10 ml/kg/hari

- Asi PERAH/term formula/ half strength preterm formula

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang

baik; tambahan 2-4 mL, interval 3 jam, setiap ≥ 24 jam

20

Page 21: Makala h

- Setelah 2 minggu : Asi perah + HMF (Human Milk Fortifier)/ full-

strength preterm formula sampai berat badan mencapai 2000 gram

Berat lahir 2000-2500 gram

- Apabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral

- ASI PERAH/term formula

Bayi sakit

- Pemberian minum awal : ≤ 10 mL/kg/hari

- Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang

baik: tambahan 3-5 mL, interval 3 jam, setiap ≥ 8 jam

e. Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu

tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar

panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas

kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,

kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,

biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

f. Pemantauan (Monitoring)

1. Pemantauan saat dirawat

21

Page 22: Makala h

a) Terapi

- Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

- Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2

minggu

b) Tumbuh kembang

- Pantau berat badan bayi secara periodik

- Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama

(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15%

untuk bayi dengan berat lahir <1500

- Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua

kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

o Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai

tercapai jumlah 180 ml/kg/hari

o Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat

badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

o Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan

jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari

o Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar

kepala setiap minggu.

2. Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan

bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya

komplikasi setelah pulang sebagai berikut :

- Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap

bulan.

- Hitung umur koreksi.

- Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

- Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

22

Page 23: Makala h

- Awasi adanya kelainan bawaan.

1.8. Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah

langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang

diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR

harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan

kesehatan yang lebih mampu.

b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang

dikandung dengan baik.

c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun)

d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat

meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi

ibu selama hamil.

Kecukupan pemberian ASI:

- BAK minimal 6 kali/24 jam.

- Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.

- BB naik pada 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari.

- Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap à ASI akan menetes dari

payudara yg lain.

Indikasi bayi BBLR pulang:

- Suhu bayi stabil.

23

Page 24: Makala h

- Toleransi minum oral baik à terutama ASI.

- Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

CARA MENGHANGATKAN BAYI

Cara Petunjuk penggunaan

Kontak kulit Untuk semua bayi

Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau

menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain

tidak mungkin dilakukan.

KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama

direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi

dengan berat badan <1.800 g.

Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)

Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak

dapat merawat bayinya.

Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.

Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan,

atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.

Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g

yang tidak dapat dilakukan KMC.

Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak

memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.

Tidak untuk bayi sakit berat.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)

Berat (g)Umur (hari)

1 2 3 4 5+

>1500 60 80 100 120 150

<1500 80 100 120 140 150

24

Page 25: Makala h

1.9. Prognosis

Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal.

Prognosis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering

disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia,

perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf,

gangguan bicara, IQ rendah. Prognosis baik bila tidak terjadi penyulit yang di

sebut di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Antonius H, dkk. 2010. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Pedoman Pelayanan

Medis, Jilid I. Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI ).

25

Page 26: Makala h

Setyowati T. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat

Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996.

Avaliable from : http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Akses 01 Maret

2015.

Unicef Indonesia. 2012. Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah. Diakses 01

Maret 2015. http://www.unicef.org.

World Health Organization (WHO). 2007. Low Birthweight. Avaliable from :

http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Akses 28

Februari 2015.

26