Majalah Tempo Edisi. 30 September - Lekra Dan Geger 1965 (1)

download Majalah Tempo Edisi. 30 September - Lekra Dan Geger 1965 (1)

If you can't read please download the document

description

Tempo

Transcript of Majalah Tempo Edisi. 30 September - Lekra Dan Geger 1965 (1)

  • SI3US

    KHUS

    EPTEMBER-6 OKTOBER 2013

  • lg? '_ _ _ _--.= -1.-I.

    X '- . _-5=.`._ _ =,__ _.;.-ff ":... 5 E. _ff*ri-. I.-fvii-=|i3.,|.|,|.

    ri'

  • LIPUTAN Knusus

    LIMA TAHUN SETELAH REIIDLUSI AGUSTUS, SEJUMLAH SENIMAN DANPDLITIKUS MEMBENTUK LEMBAGA KEBUDAYAAN RAKYAT. IA LAHIR DARIKEPRIHATINAN TERHADAP INDDNESIA YANG BELUM LEPAS DARI PENIAJAH.MELALUI KDNSEP SENI UNTUK RAKYAT, LEKRA MENGAJAK PARA PEKERJA

    UDAYAAN MENGABDIKAN DIRI UNTUK REYDLUSI INDONESIA. MENARIK" N MEREKA", IDE SENI UNTUK RAKYAT BERUBAHRA DIGANYANG. SEBALIKNYA,NTANGGARISMENJADI KDNFLIK TERBUKMAN BERUBAH, YANG LEKRA DIHABISINATAN, DARAH, DAN KEMATIAN.

    KEB ANTARA KAMI DA A. YANG BUKAN LEK .INILAH CERITA TE

    KETIKA IAGITA-GITA, PDLEMIK, PENGKHIA

  • T___

    _IQ

    .vw

    K/6av

    JVC_A/40/_

    A%/(Qu)

    7%

    E6

  • .-.T .:.' V 3' If1. ., 'f*s'_, ' v V _:I 1-;.J I- _ '_-_ V ' '. . . -

    -,-.~ :,=-. ETAHUN setelah Soeharto jatuh, Agam_. - .-.' -.. . _ 3.... '_-ii Wispi muncul dijakarta. Usianya 76 ta-

    '-.:9'~ `.-'-,` ' hun. Penyair tersohor Lembaga Kebudaya-_ an Rakyat itu terlihat renta. Puluhan tahun

    I ia mengembara sebagai pelarian politik.__ Agam satu-satunya eksil yang pernah hi-1 '-`~'l dup di tiga rezim komunis: Cina, Rusia, dan

    Y* I " ' Jerman Timur. Pada 1988, ia menjadi warganegara Belanda.

    Agam komunis sejak dalam kandungan. Ia put-ra Agam Putih, pendiri partai komunis di Aceh pada1920-an. Sang ayah dekat dengan Tan Malaka. Putihmelindungi Tan Malaka saat penganut Trotsky ini ber-ada dalam pelarian di Singapura. Agam Wispi pada1950-an terkenal dengan sajak Matinya Seorang Pe-tani. Puisi itu diciptakan setelah ia melihat aksi telan-jang bulat ibu-ibu anggota Barisan Tani Indonesia diMedan melawan traktor pemilik perkebunan.

    Saat tragedi 30 September 1965 meletus, Agam Wis-pi berada di Beijing, menghadiri perayaan ulang ta-hun Republik Tiongkok. Ia sadar tak bisa kembali. Ke-tika itu, ia baru menjejak beberapa hari di Beijing se-telah selama tiga bulan menyusuri Vietnam Utara.

    Di Vietnam, ia menyaksikan sendiri bom-bomAmerika Serikat berjatuhan atas perintah PresidenLyndonjohnson. Ia bertemu dengan Ho Chi Minh danbertanya bagaimana pemimpin revolusi mendirikanbasis pertahanan di gua-gua. Melalui Agam, Ho ChiMinh mengkritik pesta ulang tahun ke-40 Partai Ko-munis Indonesia di Senayan pada 1965 yang megahmeriah. Pesta itu akan membangkitkan harimau ti-dur, kata Paman Ho.

    Saya saksi hidup revolusi kebudayaan di Cina,ujar Agam suatu sore itu di Perpustakaan H.B. Jassin,Jakarta. Saya terkejut. Revolusi ini biadab. Patung-patung candi dikapak. Apa Bung bisa terima kalaustupa-stupa di Borobudur dikapak karena mencer-minkan nilai-nilai lama yang dianggap feodal?

    Agam bercerita bagaimana pada 1966-1970 ia de-ngan ribuan orang lain tinggal di kamp-kamp konsen-trasi di Cina menjalani program turun ke bawah (tur-ba) yang di Cina disebut re-edukasi. Kami pergi kedesa-desa menjalani re-edukasi, kata Agam. Kamidisuruh mengangkat tahi dengan tangan. Banyakyang diserang disentri dan lever. Bersama beberapakelompok, saya berontak.

    Menjual cincin, arloji, dan kamera, Agam hengkangke Moskow menumpang kereta Trans-Siberia. Di So-viet, indoktrinasi ternyata berlangsung lebih parah.Agam sempat ditawari menjadi dosen sastra, tapi me-nolak. Pindah dari Cina ke Soviet, Agam merasa ke-luar dari mulut harimau lalu masuk ke mulut buaya.Dari Moskow, ia menuju Berlin Timur.

    Di situ pun ia tak menetap lama. Ia gerah tatkala bi-

    L. I

    _ .i'7

    5 I TEMPOI 60KTOBER 2013

    cn> EZPenyair tersohorLembagaKebudayaanRakyat. Komunissejak dalamkandungan. Ia putraAgam Putih, pendiripartai komunis diAceh pada 1920 yangdekat dengan TanMalaka.

    *U'N

    ,=.

    Man-mmmmw-""""""""`'"""'"m`

    l :'_*_;.jl.i~'Ill._.'I.\' `

    rokrasi negara sangat menindas pemikiran. Di BerlinTimur, hidup begitu dikontrol. Intel banyak. Ada pulagejala anti-orang asing. Dari Berlin Timur, Agam hij-rah ke Berlin Barat-tempat yang ia gambarkan seba-gai lampu yang terang-benderang. Berlin Timur be-gitu suram, seperti kuburan.

    Di Perpustakaan H.B. Jassin, suatu sore pada 1999,Agam Wispi bukanlah komunis senior yang kukuhmembela revolusi. Hari itu, ia adalah orang yangmuak terhadap komunisme.

    iii'

    INDONESIA 1960-an. Sebuah dekade ketika seniterasa begitu bergelora. Lekra sedang bugar-bugar-nya. Di desa-desa, para aktivis wayang wong, ketop-rak, ludruk, dan sandur bergairah mementaskan senipertunjukan rakyat dengan tema antifeodalisme. Dipelosok-pelosok, para musikus bersemangat meng-hidupkan musik lokal. Para sastrawan malang-melin-tang mengikuti kegiatan internasional: dari Sri Lankasampai Tashkent. Pendidikan dan kursus budaya di-adakan di mana-mana.

    Tapi di zaman itu juga sebuah problem serius terjadi.Kebebasan mencipta, dalam pandangan Lekra, selalu

    EYHAYDJUEN

    DOKUMENTAS0

    $3

    __1

    .if

    I

    ~1

    _.Qia

  • E_ ; ---ae-:-'-.. i_ - - ' .

    1

    EZ

    harus diikuti dengan tanggungjawab dan kesadaran po-litik. Sukarno menganggap Indonesia masih berada da-lam periode vivere pericoloso-masa-masa genting. Ke-senian yang bertanggung jawab adalah kesenian yangmendukung revolusi yang dipancangkan Sukarno.

    Para seniman penyendiri-mereka yang sibuk me-mikirkan imajinasi personal dan tak peduli pada po-litik-adalah musuh revolusi. Abai pada politik adalahsikap yang dekaden. Seorang seniman yang mencip-takan karya-karyanya dengan fantasi liar, bebas, takterkekang, suka kepada eksperimen pribadi, tak ikutorganisasi, dan hanya bertumpu pada humanismemerupakan gelandangan tanpa arah.

    Pada masa kejayaan Lekra, mempersoalkan domi-nasi politik dalam seni adalah perbuatan durhaka-sesuatu yang mudah mendatangkan intimidasi. La-wan politik diganyang, termasuk dengan membericap kontrarevolusi.

    Lalu Sukarno jatuh, zaman berbalik. Para akti-vis Lekra dihabisi: ditangkap, dibunuh, dipenjara-kan. Mereka yang menjadi eksil di negeri-negeri di-ngin mati kesepian. Di Eropa, selain Agam, ada Basu-ki Resobowo, Sobron Aidit, dan sejumlah aktivis lain.Utuy Tatang Sontani, sastrawan senior Lekra, mati

    Pembuatandekorasi untukpertunjukan teaterBuih dan Kasihdi kantor Lekra,Cidurian 19.

    Q\\\\\\\\\\Y

    -~ _en ;=.` -12.1," =

    1%..

    ;,,:-

    di Moskow. Meninggal pada 1979, ia dimakamkan diPekuburan Umum Moskow. Dalam sebuah liputanpada 2007, Tempo pernah mencari makam Utuy, tapitak ada lagi. Lama tak diziarahi, makam itu lenyap-mungkin ditindas kubur lain.

    ir ir ir

    INDONESIA hari ini: 48 tahun setelah prahara G-30-S terlewati. Di antara riuh kemacetan dan mobilmurah, kelangkaan kedelai, konvensi, dan korup-si, Tempo mengangkat laporan tentang Lembaga Ke-budayaan Rakyat. Ini bukan laporan khusus tentangtokoh sejarah-sesuatu yang selama ini kerap jadi pi-lihan kami. Lekra adalah gagasan dan orang-orang dibelakang ide itu.

    Dalam liputan ini, kami mempertanyakan kemba-li hubungan seni dan revolusi. Tentang mengapa yangtak rakyat ketika itu dimusuhi. Sastra yang prorak-yat sesungguhnya bukan sesuatu yang mudah dipa-hami-untuk tak menyebutnya sebagai konsep yangarbitrer. Adalah Pablo Picasso, anggota Partai Komu-nis Spanyol, yang justru melukis kubisme~imajinasiyang tak menggambarkan peluh pekerja, otot buruh,dan lumpur di kaki petani. Sebaliknya, penyair Har-

    60KTOBER 2013 I TEMPO I 55

  • '_'--'I .f- __ -"P I \-'w. , 1 f _ _;- it--;J ___ . '-r. _ I _ - ' I

    -'-Tr.- .,-'-_-_g_ H '`-_."_'_:_- -rir ..*-..-" 'if' I-"si-

    K

    ` -.-.L "*$ _

    tojo Andangdjaja, yang bukan Lekra, _justru menulispuisi Rakyat, sajak yang menggelorakan semangatorang ramai.

    Gonjang Nekolim, karya tari Bagong Kussudiardja,pernah dipuji sebagai kreasi yang sesuai dengan ga-ris Lekra dan mampu mengejawantahkan keinginanD.N. Aidit. Karya itu menggambarkan seseorang yangkedua tangannya terbelenggu tapi akhirnya mampumemutus rantai itu. Alih-alih terinspirasi oleh rak-yat yang tertindas, sesungguhnya karya itu dicipta-kan Bagong setelah mengunjungijacobs Pillow, salahsatu festival tari kontemporer di Amerika Serikat.

    Liputan ini juga menggali dinamika dalam tubuhorganisasi itu. Para aktivis Lekra pada akhirnya terce-rai dan berkonilik-sebagian karena perbedaan pan-dangan, menyusul perbedaan pandangan Uni Sovietdan Cina perihal revolusi. Menurut Agam Wispi, kon-ik dalam tubuh Lekra lebih menyakitkan daripadakonik antara Lekra dan kelompok lain. Kami kor-ban konik perang dingin antara Moskow dan Bei-jing. Agam justru menyayangkan sajak-sajak aktivisLekra yang penuh semboyan. Menurut saya, bagai-manapun, puisi harus dapat dipertanggungjawab-kan secara puitik, bukan secara politik.

    Yang juga ditulis adalah hubungan Lekra dan PKI.Selama ini dipercaya Lekra adalah onderbouw PKI.

    _ ...,,, _;_.-..jg-'_.._ W., .._ _ _ 5,;

    = J,-__"-19,7,

    1.-gg f___

    i

    'f = ._ sir;-.=-- - az- _-.-_-_.rig' , -za._ ~:Ia~53.-_.;g_.-ri:-.-.._ =-.- -fr1-31,: iaa .

    -_ _,,_.__:=j;.__L-_-=_,_;;,_,_e=-f_=,__;.,;;a,=-.=.;g;r__= - - -At

    . 9-" i .' fz- .'nf'f"' *=- '-_- .a.-'- 'f.:_" E =_._-r.'_l._ - - ,- = --f:____.=_-,..:_.;5-_-_;-_=_=;E~=_.._, ->.~. - I -.- |-.-_ ..L-,-1%.. -'. I, . . -. I

    .-

    Para perupa diSanggar PelukisRakjat, Yogyakarta.1953 (kiri).

    Joebaar Ajoeb(berkacamata) dikantor sekretariatLekra. Cidurian19, Jakarta, akhir1950-an.

    -- ` '~='; "` 1 _-\-- 'Ig

    _,m.j__. .. _

    .._,=;ia_{f1Ia..

    __

    _S

    -

    . ' .':.z-'-_-_=--.~'.\=_ _ . . .i..-1:-_=:.

    Tapi tak sedikit tokoh Lekra menolak organisasi me-reka menginduk ke partai komunis itu. Njoto, pendi-ri Lekra sekaligus petinggi PKI, dikabarkan selalu me-lawan keinginan Ketua PKI D.N. Aidit menjadikan Le-kra sebagai organisasi resmi PKI. Seorang eks anggo-ta Lekra secara bergurau pernah mengatakan, Aiditgagal mem-PKI-kan Lekra, tapi Soeharto justru ber-hasil mewujudkannya.

    _loebaar Ajoeb salah seorang aktivis Lekra yang me-narik garis antara Lekra dan PKI. Namun pandanganini dibantah Basuki Resobowo. Dalam sebuah surat-nya yang dikirim kepadajoebaar, Basuki justru mem-percayai bahwa PKI dan Lekra adalah badan gerakanaksi yang sama. Menurut Basuki, pendapat yang me-misahkan Lekra dan PKI itu hanya beredar di kalang-an elite Lekra. Di kalangan bawah, semua mengang-gap Lekra sebagai PKI. Basuki menuduhjoebaar ber-kompromi dengan Soeharto. Kepada joebaar, ia me-nulis: Yang lebih menyedihkanku adalah usaha kaumembuktikan dengan segala alasan bahwa Lekra ber-status di luar PKI....

    Pembaca, bukan maksud kami mengorek luka lama.Tak _juga mendiskreditkan Lekra atau menyanjung-nyanjungnya. Lekra kami tulis sebagai bagian lain darisejarah kelam 1965. Perihal polemik seni-politik danmereka yang terusir dan terbunuh karenanya. I

    TIM EDISI KHUSUS LEKRAPenanggung Jawab: Purwanto Setiadi, Seno Joko Suyono Kepala Proyek: Sapto Yunus, Bagja Hidayat, Dody Hidayat, Philipus Parera

    Penulis: Seno Joko Suyono. Sapto Yunus, Bagja Hidayat, Dody Hidayat. Philipus Parera. Sunudyantoro. Sandy indra Pratama. Agus Supriyanto, Harun Mahbub. Yuliawati.M. Reza Maulana, Dwi Riyanto Agustiar. Eko Ari Wibowo. Agung Sedayu. Dian Yuliastuti. Heru Triyono. Ahmad Nurhasim, Muhammad Iqbal Muhtarom. Ratnaning Asih,

    Mahardika Satria Hadi Penyumbang bahan: Nurdin Kalim, Yuliawati, Dian Yuliastuti. Agung Sedayu. Khairul Anam, Singgih Soares (Jakarta),Arief Rizqi Hidayat (Surabaya), lshomuddin (Jombang), Eko Widianto (Malang), Agus Supriyanto. David Priyasidharta (Sidoarjo). Sujatmiko (Bojonegoro. Tuban, Blora).

    Ika Ningtyas (Banyuwangi), Sunudyantoro. Anang Zakaria. Pito Agustin. Shinta Maharani (Yogyakarta). Sohirin (Salatiga), Ahmad Rafiq (Solo). Hari Tri Wasono(Tulungagung). Nofika Dian Nugroho (Ponorogo) Penyunting: Arif Zulkifli. Purwanto Setiadi. l_eiIa S. Chudori, Seno Joko Suyono, L_R. Baskoro, Bina Bektiati,

    Tulus Wijanarko, Qaris Tajudin_ Nugroho Dewanto. Budi Setyarso. Yosrizal Suriaji_ Idrus F. Shahab. Yosep Suprayogi. Sapto Yunus. Dody Hidayat. Philipus PareraPeriset Foto: Jati Mahatmaji. ljar Karim Bahasa: Uu Suhardi. Iyan Bastian. Sapto Nugroho Digital ln1aging:Agustyawan Pradito

    Desain: Djunaedi (koordinator). Agus Darmawan Setiadi. Aji Yuliarto_ Eko Punto Pambudi. Imam Yunni, Kendra Paramita. Rizal Zulfadli. Tri W. Widodo

    56 I TEMPOI 60KTOBER 2013

    EYHAYDJUEN

    UMENTASU

    D

    ROKK

    KKESUSANTO

    VAAIIM

    KULEKS

  • 0UPUTAN Khusus

    -

    LEMBAGA KEBUDAYAAN.I RAKYAT DIBENTUK UNTUK

    MENDUKUNG REVDL-USIDAN MENYDKDNGUSAHA MEMBANGUNKEBUDAYAANNYA SERTAMENCEGAH KEMERDSDTANREVOLUSI. PARA PENDIRINYAMENGANGGAP PEKERJAKEBUDAYAAN HARUSIKUT MENGEMBAN TUGASPENTING INI. LEKRA SEGERAMENJADI MAGNET BAGI PARA

    t. SENIMAN.

    I All& f An. '

    ,_';#`* '

    _ NB; ,

    i

  • i$____ _Es____________m__m____""_"__________Q_g_MEN___ .I_I__F__illigl_I____l__il`|i _"___

    ______

    _M_ ___

    _ _______________ _________"____w____ ___"______"___________ __________"____H_"____

    _*__

    __H

    __gw"__ __

    _V

    __N__H___

    __y____UU_H__"__

    ________

    ___________wcwv

    __

    ________ ___(__"__"____$_____?__n_m_________"W_____

    _________:____

    _____"__q___H_____H__3_______ _ _

    _W_________

    ____

    ___________________h_____

    _

    #__

    ______S

    _

    __"Mayu__________

    "_M_____m__^_____"m____

    _____

    ____

    _`___ku_*_____

    _________

    _______

    ______W_______

    _gw_Q

    __4________ __

    _K__#__

    __

    ________M__

    __________

    ___L___ _ __

    u________"____"___N_"______ _ ______w__H_ ________'___ ___

    "________

    '_

    _

    X

    _W____@_____h_____

    A_ _____ __

    _mn______________"_

    ____4_________

    A_______ _I_ku

    _ ________

    _____*_

    _"________

    _nh_______

    _____m_U_H___________

    ___J

    ____H____

    __

    ________`________k

    @__

    _ _ _xi_____

    )_

    _______

    _______"___:__ ____E__"__*___

    _H"__"U____"__

    in_

    __

    ______

    _____T

    _*_

    _

    _____

    _ ________r"_______w_________ _`_____Eh__

    ____________?_rlE_I

    M_______________q_______

    _mi__

    _ ___m______F ______~____

    _

    _______ __yw_____________

    ______________*___________@___V___

    __?

    W?_____

    _m___`_$"_I___M_w________

    _:F

    _M____

    ____ _*___ _

    ___H____q____________W_w__m

    _V__________ ____'__________#_____

    "_hM_________________________$Hi;____,___i_____"_t__m___h___h____"_____________ax_ ___@_______M_____

    _N

    ___ ___^______h___

    _M_

    _____:___

    __mHh______m___________q_____________W_____h___________________5WM

    ____HM____ _

    _____________

    _______

    P___vE______d__w_____,_____

    _ __ __%_____ _______MW*____

    _ _______________

    _______"_________

    _W_ _www

    _ ________,___

    ____ ____ ______W__w_M"

    __ _______

    _ww___*________

    __ _5__M_ _

    ___*______m__"_m______

    __(___ H"_"__

    _

    ___him

    _

    __

    ___________

    _____

    "__ _

  • .;_
  • 3-

    w

    -_ -_

    ; -:aa -r -;_ .ia-'I 1?.' -1- -1 ' -.=_=.i' `=`=.*' Efx ' ==*=

    _,L -.- K. .- --..- -.

    _ I ..iv V' _.I

    5- 3.

    Ajoeb dalam Sebuah Mocopat Kebudayaan Indonesiamenyatakan kritik-kritik itu terutama menyatakan (paling kiri) dan Marahbeberapa bagian Mukadimah tak cocok dengan ke-adaan Indonesia karena mengandung sejumlah jar-gon yang tak mudah dipahami umum. Karena itu, di-susunlah Mukadimah baru dalam Konferensi Nasio-nal Lekra pertama pada 1957, yang kemudian disah-kan oleh Kongres Nasional .Lekra pada 1959 di Solo.

    Sekretaris Umum Lekra sejak 1957 itu menyatakanLekra ingin seniman dan sastrawan yang berhimpundi lembaga ini atau di sekitarnya berani, mahir ber-pikir, dan mengasah intuisi kesenimanannya. Agarkebudayaannya meninggi, mutu artistik dan ideologikaryawan menjulang, tahan kritik, tahan waktu, danberfungsi dari masa ke zaman, tulisnya.

    joebaar menyebutkan Lekra dibentuk beberapahari setelah Konferensi Nasional Kebudayaan Indo-nesia dijakarta. Menurut dia, konferensi yang dise-lenggarakan Lembaga Kebudayaan Indonesia itu ber-langsung seru. Hampir semua kekuatan dan tokoh ke-budayaan hadir untuk meminta pertanggungjawab-an delegasi kebudayaan Indonesia dalam KonferensiMeja Bundar.

    -

    'raf'

    Basuki Resobowo

    Djibai (paling kanan)bersama senimanLekra di kantor Lekra,Cidurian 19, Jakarta.

    Tokoh yang ambil bagian antara lain Ki Hadjar De-wantara, ProfDr Poerbatjaraka, Armijn Pane, Soerat-no Sastroamidjojo, dan Trisno Sumardjo.joebaar me-nulis bahwa Moh. Yamin, anggota delegasi Indone-sia ke Konferensi Meja Bundar yang memberikan per-tanggungjawaban, menghadapi gugatan para tokohkebudayaan itu. Konferensi ini menunjukkan beta-pa berkelindannya hubungan antara politik dan ke-budayaan, seni, sastra, dan ilmu, joebaar menulis.

    Pada 1950, sejumlah seniman dan sastrawan me-nyatakan sikap patriotisme mereka dalam Surat Ke-percayaan Gelanggang, yang merupakan manifeskebudayaan Angkatan 45. Bagi angkatan ini, revolu-si adalah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilaiusang yang harus dihancurkan. Mereka berpendapatrevolusi di Tanah Air belum selesai. Menurutjoebaar,hubungan antara Angkatan 45 dan Lekra sangat jelaskarena sebagian kekuatan penting Angkatan 45 ke-mudian mewujud dalam Lekra.

    Sastrawan Lekra lainnya, Amarzan Ismail Hamid,mengatakan ia untuk pertama kalinya setuju dengandenisi rakyat yang tercantum dalam Mukadimah.Lekra merumuskan rakyat sebagai semua golongandi dalam masyarakat yang menentang penjajahan.Kalau dia tidak menentang penjajahan, dia musuhrakyat. Kemudian itu diperluas menentang penja-jahan dan penindasan. Saya sudah menyimak muka-dimah semua organisasi di Indonesia, tidak ada yangbisa mendenisikan rakyat, ujarnya.

    Dharta terpilih sebagai sekretaris umum pertamaLekra. Ajip Rosidi secara khusus menyebutkan pe-ran sastrawan yang memiliki banyak nama samaranini, antaralain Kelana Asmara dan Klara Akustia. Da-lam Mengenang Hidup Orang Lain, Ajip menyebutkanDharta bersama beberapa seniman dan pengaranglain membentuk Lekra di rumah sahabatnya, Azhar.

    Rumah Dinas Perhubungan dijalan Wahidin 10,ja-karta, itu pula yang kemudian menjadi kantor Sekre-tariat Pusat Lekra sebelum pindah sebentar ke jalanSalemba 9 dan akhirnya, sejak 1958, hijrah ke jalanCidurian 19, Menteng, jakarta. Rumah dijalan Wahi-din itu kini tak ada lagi. Di lokasi rumah itu kini berdi-ri bangunan nomor 8, yang menjadi markas Kepolisi-an Sektor Metro Sawah Besar. Di seberangnya berdirikukuh gedung Otoritasjasa Keuangan dengan nomor1. Tidak ada nomor 10 di sini, kata Tamzil, 79 tahun,yang sudah tinggal di kawasan itu sejak 1973.

    Demikian pula dijalan Wahidin I dan II tak ditemu-kan rumah nomor 10. Sebagian besar bangunan didua ruas jalan itu milik TNI Angkatan Darat, sepertikantor perwakilan markas Komando Daerah MiliterVII Wirabuana dan Komando Daerah Militer IV Dipo-negoro.

    Bekas kantor sementara Lekra dijalan Salemba 9

    60KTOBER 2013 I TEMPO I 61

  • |-~r.

    I

    WNI:-**p

    juga telah berubah menjadi kantor Balai KonservasiSumber Daya Alam DKIjakarta. Saya tak tahu kalaukantor itu dulunya kantor Lekra, kata Mainah, 82 ta-hun, yang tinggal di belakang gedung itu.

    Dalam Kepada Seniman Universal: Kumpulan EsaiSastra A.S. Dharta, Budi Setiyono mengutip Marti-na Heinschke, yang menulis disertasi doktoral Bet-ween Gelanggang and Lekra: Pramoedya's Develo-ping Literary Concepts. Heinschke menulis bahwaDharta menyatakan Peristiwa Madiun bukanlah per-selisihan antara kekuatan komunis dan nasionalis,melainkan konflik antar-angkatan. Angkatan 45 ga-gal karena komitmennya lemah, pecah, dan kurangketajaman politik. Dharta menuntut para pengarangmenyusun awal baru dengan basis komitmen politikyang tegas.

    Ia berpendapat Agustus 1945 bukan permulaan re-volusi kesusastraan, melainkan permulaan revolusikemasyarakatan yang ikut mempengaruhi kesusas-traan. Bagi Dharta, itu membuktikan kebenaran pen-dapat bahwa seorang sastrawan tak bisa lepas dari pe-ngaruh lingkungannya.

    Pembentukan Lekra merupakan sebuah prosespanjang yang melibatkan banyak pihak, yakni paraseniman dan politikus Partai Komunis Indonesia. Ya-haya Ismail dalam Pertumbuhan, Perkembangan danKejatuhan Lekra di Indonesia menyebutkan Lekra di-dirikan setelah kurang-lebih 15 orang peminat dan

    62 I TEMPOI 60KTOBER 2013

    rr*$

    . A* fa

    W.. .ag

    -

    Kegiatan melukisdi Sanggar PelukisRakjat, Yogyakarta.1952.

    pekerja kebudayaan di jakarta menerima mukadi-mah dan konsep Lekra.

    Penulis asal Malaysia itu menyatakan aktivitas Le-kra dapat dilihat dari pesatnya kader-kader kebuda-yaan organisasi ini mendirikan cabang-cabang didaerah. Pada 1951 saja, cabang Lekra sudah tersebardi sejumlah kota besar, seperti Surabaya, Yogyakar-ta, Solo, Bogor, Bandung, Semarang, Malang, Medan,Bukittinggi, Palembang, Manado, dan Balikpapan.

    Awalnya, kata Yahaya, aktivitas kebudayaan Lekradiwadahi dalam lembaga-lembaga kreatif, yang meli-puti lembaga seni rupa, lm, sastra, dan seni drama.Untuk melicinkan perjalanan organisasi, setiap ca-bang Lekra mempunyai seorang wakil yang dudukdalam pimpinan pusat.

    Namun, menurut Amarzan, joebaar pernah berce-rita kepadanya bahwa Lekra didirikan mula-mula se-bagai sebuah lembaga semacam LP3ES (Lembaga Pe-nelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi danSosial). jadi, dia tidak bercabang-cabang, makanyadipilih lembaga, ujarnya.

    Yang terjadi kemudian, kata dia, setelah Lekra ber-cabang-cabang, banyak cabang dan bahkan anak ca-bang yang tidak didirikan oleh Lekra, tapi oleh PKI.Partai di daerah merasa tidak lengkap tubuhnya ka-lau tidak punya Lekra. Misalnya Deli Serdang. Komi-te Seksi PKI Deli Serdang membentuk Lekra, baru di-laporkan ke pimpinan daerah. I

    FSSANTI!

    AMKK"'--_

    KWi.I_

    KO

  • JAKARTA

    LNDUNESA

    UTSEJARAH505A

    STT-T..

    EYHAJDJUENN

    KULEKSU

    $-< Pg @Ea @FH m F m 2i i

    _ URATKepercayaan Gelanggang dan Mukadimah Lem-ff baga Kebudayaan Rakyat memiliki kemiripan. Sek-

    retaris Umum Lekra sejak 1957, joebaar Ajoeb, dalamll.. buku Sebuah Mocopat Kebudayaan Indonesia, menga-` I takan keduanya bertujuan memajukan kebudayaan In-donesia sesuai dengan _jati diri bangsa, termasuk dalam ber-sikap terhadap revolusi lndonesia baru, se-jarah, dan masa depan. Surat KepercayaanGelanggang merupakan manifes politik Ang-katan 45. Keduanya sangat berkaitan. Se-bagian kekuatan penting dari Angkatan 45nantinya akan mengejawantah pada Lekra,katajoebaar.

    Surat Kepercayaan Gelanggang pertamakali dipublikasikan majalah Siasa t, mingguanpolitik dan kebudayaan, edisi Oktober 1950dalam rubrik Cahier Seni dan Sastera, yangjuga bernama Gelanggang. Surat ini merupa-kan upaya menerjemahkan kebudayaan dan ~revolusi nasional dengan unsur-unsur univer-salisme yang humanis dan dipengaruhi buda-ya Barat. Surat Kepercayaan Gelanggang inimenjadi ibu kandung Manifes Kebudayaan.

    Beberapa bulan sesudah Surat Kepercaya-an Gelanggang diumumkan pada 17 Agustus1950, dibentuk Lel

  • _-HT H _hp II0- Il.. `;' r ' _:_ _._ __:

    _'il _.- , _ . _ . _91.

    I, .;-st; -. ':Ifa I 'IPI I -I ff; I

    LI I I 'Ii I E' :I=`- '. '~ 1 1 H fa -

    - ._ - --,.. I -L.- .. ,- ._. , - -._ - ,_

    - Ir ' I I. -__.' .

    II Ju: ~`II`I Iri 1 QICII - 5kn - _

    :Ig/_-in. _L1 :I-Ia''PT' kg1rr._.,

    _-451 I jal,L'-,I-i.'i'."-fi? f._j.f.___1 ;;I7fI'_'I.I-EIAI:

    :I.- .-it.

    -ff

    _- l|'*.,`

    F'P _

    -._,. .;_I. |`..'.\=-`.

    *_.

    -'=.I1-I

    Qu.'*'-Q'- `~ ._IL

    >_.\~`

    \31

    _`_L;,-,',~:.-jg h'".i`-I'

    I' _-.I..1- ,_

    *1fc

    c- -. ' 'r-_ rf :_. r , .-`_1,. ia; . H -;.; -- - -;.;.= .i-11, -. 4-'-1-' .*. f- '"P_, ,Y , _ . _,_. ` fi _ , _ _ f .'-' "- ' I If, 'l' ' .FHI-

    si LEKRA MENYEDDT PERHATIAN PARAia SENIMANIUUDA.MENEBAR PENGARUH.._

    KESENIAN.3.. - 1\'flu' _I

    \

    REGORIUS Soeharsojo Goenito menge-nang Balai Pemuda di Surabaya sebagaisaksi bisu kejayaan Lembaga Kebudaya-an Rakyat. Pada 1963-1965, kata dia, di ge-dung itu para seniman Lekra kerap meng-adakan pergelaran seni. Mereka mendo-minasi pentas drama, musik, paduan sua-ra, serta pameran seni rupa. Beragam at-

    raksi kesenian rakyat, seperti sendratari, ludruk, wa-yang kulit, dan reog, hampir selalu dijejali penonton.

    Lekra sangat berpengaruh dan menguasai pang-gung kesenian waktu itu, kata seniman Lekra ini saatditemui di rumahnya di Trosobo, Sidoarjo, jawa Ti-mur, Sabtu tiga pekan lalu. la mengatakan, begitu be-sarnya pengaruh Lekra, sehingga tak ada lembaga ke-senian lain yang mampu menyejajarkan diri dengan-nya.. Pria 77 tahun asal Madiun itu merupakan satu darisekian banyak seniman yang nyemplung ke Lekra.Alasannya memilih organisasi yang berdiri pada 17Agustus 1950 dijakarta ini adalah banyaknya kesem-patan belajar bagi seniman muda. Terlebih seni rupaketika itu sedang naik daun.

    Greg muda menghabiskan waktu melukis di Sang-gar Sura di belakang Balai Pemuda. Satu-satunya tem-pat berlatih melukis di Surabaya ini diasuh langsungpemimpin Lekra Surabaya, Roestamadji dan Suka-ris S.G. Merel

  • HDAYAT

    SNUVA

    "--..

    "--.

    TEMPOSTRAR

    .s;'f'w.

    Resobowo, aktor dan sutradara Basuki Effendy, hing-ga musikus Sudharnoto dan Amir Pasaribu. Bahkansastrawan Angkatan 45 yang ia idolakan, seperti Ri-vai Apin dan Utuy Tatang Sontani, _juga bergabung diLekra. Puisi mereka, sewaktu saya di SMP, saya ta-ruh di bawah bantal, dan sekarang kami _jadi teman,"katanya.

    Amarzan bergabung dengan Lekra pada 1957, saatia berumur 16 tahun. Ketika itu, ia memperoleh un-dangan mengikuti Konferensi Daerah I Lekra di Tan-jung Balai, Sumatera Utara. Di situ, saya kenal de-ngan orang-orang Lekra, ucapnya. Sejak itu, ia aktifterlibat dalam pelbagai kegiatan Lekra. Ia mengakubangga bisa mengenal dan bekerja bersama para se-niman tersohor saat umurnya masih belasan tahun.

    Menurut pelukis Amrus Natalsya, 80 tahun, setiapseniman harus memiliki sikap dan prinsip. Begitupula saat mendirikan sanggar seni. Untuk apa kamimelukis, melukis untuk siapa, apa manfaat melukis,ujar kolega Pekik saat mendirikan Bumi Tarung itu.

    Lekra menuangkan arah dan tujuan berkeseniansecara jelas di dalam mukadimahnya. "Membela bu-ruh dan tani itu hal yang berat karena tidak bisa nga-wur, Amrus menambahkan. Keselarasan ide inilahyang mendorongnya bergabung dengan Lekra.

    Ada alasan lain seniman bergabung dengan Lekra.Pekik mengatakan sebagian seniman yang berhim-pun ke Lekra mendapat fasilitas sekolah ke luar ne-geri. Ia menyebut Trubus Sudarsono-seniman Lekrayang juga anggota PKI-yang pernah dikirim belajarke Cekoslovakia. Tentu tidak semua seniman Lekramendapat fasilitas itu.

    Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dah-lan dalam Lekra Tak Membakar Buku membenarkanucapan Pekik. Mereka menyebutkan Lekra menjadi

    ..=-"_

    GregoriusSoeharsojo Goenito,77 tahun, mantananggota LembagaKebudayaan Rakyat,di rumahnya, Trosobo,Sidoarjo, Jawa Timur,22 September 2013.

    daya tarik karena kerap memberikan donasi politikbagi para perupa.

    Lekra, menurut Rhoma dan Muhidin, memberi-kan santunan perjalanan ke luar negeri dengan me-manfaatkan jaringannya di sejumlah negara beride-ologi serumpun yang tersebar di Asia, Afrika, hing-ga Amerika Latin. Lekra memperoleh modal jaring-an dari kedekatannya dengan Partai Komunis Indo-nesia, yang muncul lagi di pentas politik nasional se-telah menempati posisi keempat dalam Pemilu 1955.Usaha Lekra menjadi jembatan bagi perupa untukke luar negeri menyaingi usaha serupa yang biasa di-lal

  • '.'-'1' .fa __ "','_ I \-I- 1. r'~;___ 1 _v _:- 'ir-1yl 1,, _ ' 1 ' ' _ . . '

    . ` .''@ g % w F-H W'11

    4).

    J -I.

    PENGARUH BESAR.'\fi..

    ~ :5,.

    JOTO kerap datang ke rumah dijalan Wa-hidin 10, jakarta Pusat, pada pertengah-an 1950-an. Di kediaman M.S. Ashar itulahWakil Ketua Central Comite Partai Komu-nis Indonesia ini bertemu dan berdisku-si dengan seniman-seniman muda, terma-suk Amrus Natalsya. Kala itu masih berusia

    1.- --- 25 tahun, Amrus bolak-balik kejakarta un-tuk mengerjakan pesanan dekorasi dan poster. Diakerap singgah di rumah yang dipakai sebagai markasLembaga Kebudayaan Rakyat itu.

    Amrus mengenang Njoto sebagai orang yang taksegan-segan mengulurkan tangan kala dia kesulitandalam urusan pekerjaan. Kalau tak punya uang un-tuk membeli bahan patung dan lukisan, Saya bilangsaya perlu kayu. Dia membantu, kata perupa yangkini berusia 80 tahun itu, menceritakan pengalaman-nya kepada Tempo, awal September lalu.

    Setelah karya seninya jadi, Amrus kadang memin-ta bantuan Njoto menjualkannya. Dia tak peduli Njo-to orang PKI atau bukan. Yang pasti, dia orang yangmendukung saya untuk menjadi seniman, ujarnya.

    Lahir pada 1927 dijember,jawa Timur, Njoto dikenalsebagai pemuda jenius. Ayahnya, Raden Sosro Harto-no, mendidiknya dengan tegas, keras, dan berdisiplin.Pada usia 16 tahun, dia menjadi anggota Komite Nasio-nal Indonesia Pusat di Yogyakarta, wakil Partai Komu-nis Indonesia Banyuwangi. Padahal dia masih dudukdi Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)-setingkatsekolah menengah pertama-di Solo, jawa Tengah. DiYogya, Njoto bertemu dengan Aidit dan M.H. Lukman.Mereka bertigalah yang lalu membangun kembali PKIsetelah meletus peristiwa Madiun, 19 September 1948.

    Njoto, D.N. Aidit, dan sejumlah seniman mendiri-kan Lekra dijakarta dua tahun setelah Peristiwa Ma-diun. PKI juga mulai bangkit. Sebagai Pemimpin Re-daksi Harian Rakjat, Njoto memberi ruang luas bagiseniman-seniman Lekra untuk menulis dan meng-ekspresikan pendapat.

    Mantan jurnalis Harian Rakjat dan seniman Le-kra, Amarzan Ismail Hamid, kini 72 tahun, tahu per-

    66 I TEMPO I 60KTOBER 2013

    NJDTD TAK SETUJU LEKRA "DIMERAHKAN".DI ANTARA SESAMA PENDIRI, DIA PUNYA

    sis Njoto adalah politikus dan seniman multi-kemam-puan. Selain berorasi, Njoto lihai menulis puisi danesai, meniup saksofon, berdansa, serta fasih berbica-ra soal musik. Dia seniman serba bisa, kata Amar-zan, pertengahan September lalu.

    Njoto pula yang menjaga garis Lekra tidak diubahmenjadi merah oleh PKI. Njoto tahu tak semua ang-gota Lekra komunis dan dia ingin tetap memperta-hankan posisi Lekra seperti itu.

    Menurut sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan In-donesia, Asvi Warman Adam, Aidit sempat khawa-tir Njoto akan membikin partai kiri yang baru di luarPKI. Maka PKI menyelenggarakan sendiri KonferensiSastra dan Seni Revolusioner pada September 1964 dijakarta untuk menarik para seniman. Pengaruh Njo-to saat itu besar di kalangan seniman, ujar Asvi da-lam diskusi di Tempo, Agustus lalu.

    Njoto pula yang mendorong jargon Politik seba-gai Panglima untuk diadopsi Lekra. Ironisnya, kare-na huru-hara politik pula nasib dan keberadaan Njototak diketahui setelah 1965.

    'Ir it ir

    SEMENTARA Njoto orang PKI, Ashar dikenal se-bagai orang Partai Murba. Amarzan mengenal Ashardan keluarganya. Tubuhnya besar dan tinggi. OrangPadang ini kenal dekat dengan Presiden Sukarnodan Menteri Penerangan Burhanuddin MohammadDiah-dikenal sebagai B.M. Diah. Di era Sukarno, B.M.Diah menjabat menteri padajuli 1966-Oktober 1967.

    Menurut Amarzan, Ashar salah satu penyair yangcukup dikenal kala itu dan terlibat di lembaga sastraLekra. Puisinya tak ada yang istimewa, tapi dia pu-nya peran besar di awal Lekra, kata Amarzan, yangmasuk Lekra pada 1957.

    Riwayat hidup Ashar tak banyak terungkap. Amar-zan tak tahu persis apakah Ashar ikut diciduk atau ti-dak setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965.Ia hanya ingat, setelah peristiwa berdarah itu, Asharditampung B.M. Diah di harian Merdeka. Amarzan,yang sempat ditangkap dan dibuang ke Pulau Buru,hanya sekali bertemu lagi dengan Ashar, pada 1980-an. Dia duduk di kursi roda. Ada juga istrinya, ujar-nya, mengenang pertemuan di sebuah pasar swala-yan di Rawamangun, jakarta Timur.

    ir ik tr

    A.S. Dharta lahir dengan nama Endang Rodji di Ci-

  • Ez-:I

    anjur pada 1924. Sebelum ikut mendirikan Lekra dan Njmu, akhir 1950-an_menjabat sekretaris umum, dia malang-melintangdalam gerakan revolusi dan gerakan buruh. Dia per-nah menjadi jurnalis di Harian Boeroeh di Yogya. Diamemimpin Serikat Buruh Kendaraan Bermotor, Seri-kat Buruh Batik, Serikat Buruh Pelabuhan, dan Sen-tral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia.

    Dalam pengantar Kepada Seniman Universal: Kum-pulan Esai Sastra A.S. Dharta, Budi Setiyono menulis-kan, pengalaman Dharta dimatangkan lewat Inter-national Union of Students, World Federation of De-mocratic Youth, dan World Federation of Trade Uni-on. Organisasi inilah yang membuatnya memahamidampak buruk kolonialisme dan imperialisme.

    Dharta ikut mendirikan Masjarakat Seni DjakartaRaja. Dia penyair yang kerap menggunakan sejum-lah nama pena saat menulis sajak. Klara Akustia salahsatu nama yang populer. Nama lainnya Kelana Asma-ra,jogaswara, Barmara Putra, dan Adi Sidharta.

    Menurut Ajip Rosidi dalam MengenangHidup OrangLain, Klara Akustia adalah nama panggilan kesayang-an untuk istri Dharta, Klara. Nama sebenarnya Aini.Istrinya dibawa kabur tentara Belanda. Untuk mem-buktikan dia tetap setia, dia gunakan nama KlaraAkus(e)tia, tutur Ajip.

    Budi, yang intensif mewawancarai Dharta un-tuk menyusun biografi setahun sebelum kematian-nya pada 2007, menceritakan di masa revolusi Dhar-

    ta bergabung dengan Angkatan Pemuda lndonesia,yang kantor pusatnya di Menteng 31,jakarta. Di masaitu, Aini dikawin-paksa dan dibawa kabur ke Belan-da oleh Letnan Verwey, perwira Netherlands East In-dies Forces Intelligence Service, yang menguber-uberDharta di Palembang. Dia adalah korban revolusi,kata Dharta sebelum kematiannya.

    Dharta sempat duduk sebagai anggota Konstituan-te dari calon tak berpartai lewat PKI pada Pemilu1955. Tapi, pada November 1958, dia dipecat dari ja-batan sekretaris umum dan anggota Lekra karena di-ketahui berselingkuh. Di Lekra-juga di PKl-seling-kuh dan poligami diharamkan.

    Pemecatan itu, menurut Hersri Setiawan, diumum-kan di Harian Rakjat. Pengumuman pemecatanitu, menurut saya, agak kelewatan, katanya. Dhar-ta sempat ditahan di penjara Kebonwaru, Bandung,dan baru dibebaskan pada 1978.

    tk i i

    HENK Ngantung-nama lahirnya Hendrik Herma-nus joel Ngantung-memimpin Lembaga Seni RupaIndonesia, salah satu lembaga kreatif bentukan Le-kra. Di lembaga yang lahir pada Februari 1959 itu, me-nurut Rhoma Dwi Aria Yuliantri, Henk bertugas me-nyediakan fasilitas berbagai kegiatan seni rupa, se-perti pameran tunggal dan pameran bersama.

    Dia lahir di Bogor pada 1921. Sejak kecil Henk me-mang bercita-cita menjadi pelukis. Saat menetap diBandung, dia belajar melukis kepada Rudolf Weng-hart, pelukis potret populer asal Austria.

    Bersama Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan,dan Basuki Resobowo, Henk adalah anggota plenopimpinan pusat Lekra. Dia juga menjabat Wakil Sek-retaris Umum Lekra. Pada masa Orde Lama, dia men-jadi anggota Dewan Pertimbangan Agung, Wakil Gu-bernur DKI (1960-1964), kemudian Gubernur DKI(1964-1965). Setelah peristiwa berdarah 1965, jabat-annya dicopot oleh jenderal Soeharto. Dia kembalimenjadi pelukis hingga meninggal pada 1990.

    Tentang pendiri PKI lainnya, seperti Herman Arju-no, tak banyak informasi yang bisa dirujuk. Saya takpernah bertemu dengan dia, kata Amarzan. AdapunSudharnoto, menurut Hersri Setiawan dalam KamusGestok, adalah penggubah Mars Pancasila bersamaPrahar pada 1956. Lagu ini dikenal sebagai GarudaPancasila. Bersama Orkes Hawaiian Indonesia Mudapimpinan Maladi, Sudharnoto menjadi pengisi siaranmusik RRI di Surakarta. Sejak 1952, dia menjabat Ke-pala Seksi Musik RRIjakarta. Dia juga menjabat KetuaLembaga Musik Indonesia, lembaga kreatifbentukanLekra. Gara-gara kegiatannya di Lekra, pada 1965 Su-dharnoto dipecat dari RRI. Dia menjadi tahanan poli-tik di Rumah Tahanan Salemba. I

    6 OKTOBER 2013 I TEMPO 67

  • =-_ ,-v. ..

    Kongres Lekra di Taman Sriwedari, Solo, Januari 1959.

    ii.

    C ir i

    -v W ( .': ai.Q _ _-ua

    -_ "=;

    I'_-:>

    1

  • R-Wlmlw

    Ib

    LIPUTAN KHUSUSEII II B l I

    .': _'-

    UPAYA LEMBAGA KEBUDAYAAN RAKYATMENANGAPKAN BENDERA SENI UNTUK RAKYAT

    DENGAN METODE TURUN KE BAWAH, PARA

    I TEMA 'KEHIDUPAN DAN PERJUANGAN RAKYATPEKERJA". MEDIA MASSA, SEPERTI HARIANRA-KJAT DAN BINTANG TIMUR, TURUT BERPERAN

    I MENYEBARLUASKAN KARYA DAN PEMIKIRANMEREKA.

    I 9* __ sEIIIII_IIIIIEII|IA nIIIuIzoIIIauiItuII I~IrIIsoLAII

    i.+-. ,-

    '^ ..if._.~Ii,-_If '+.

    KIAN TERORGANISASI PASCA-KONGRES NASIONAL

  • If--1 .' __ f'_~ 1 It~. " I, '~:_,'KI`-R_;-- ir;._ -'I ' _ _ _ ~

    .g-if. KONGRES PERTAMA LEKRA BERHASIL-'.|-AI

    'I ..

    \ IJ'.

    AMAN Sriwedari dijalan BrigadirjenderalSlamet Riyadi Nomor 275, Kota Surakarta,bersolek. Gapura dihiasi lukisan, tiang ben-dera Merah Putih dan umbul-umbul dipan-cang sepanjang tepi jalan. Di area Tamantergelar sembilan pameran: pertunjukanmusik dan tari, seni lukis, drama, patung,

    I poster, penerbitan, pakaian adat, sampaiinstrumen tradisional.

    Di panggung utama tampil bergantian ludruk, ke-toprak, wayang orang, reog, tarian, dan nyanyian.Begitulah Harian Rakjat edisi 31 januari 1959 meng-gambarkan kemeriahan hajatan bernama Pesta Ke-budayaan itu. Koran trompet Partai Komunis Indone-sia itu menyebut acara ini paling meriah dalam seja-rah pergelaran seni di Surakarta.

    Presiden Sukarno pun berkunjung pada hari perta-ma. Dia malah turun menari bersama rakyat. Setiapmalam jumlah pengunjung mencapai 9.000-15 ribuorang. Pekan Kebudayaan selama sepekan sejak 23januari 1959 itu merupakan bagian dari Kongres Na-sional I Lembaga Kebudayaan Rakyat, yang dibukaesok harinya. Inilah kongres pertama dan terakhirLekra sekaligus bukti kebesaran organisasi yang ber-diri pada 17 Agustus 1950 itu.

    Kongres itu memperlihatkan Lekra yang matangsebagai gerakan kebudayaan. Bukan hanya mukadi-mah direvisi dan peraturan dasar diputuskan, jugastruktur diperjelas, dan arah serta sikap dirumus-kan. Di situ tugas dan kedudukan rakyat dipertegas:rakyat adalah satu-satunya pencipta kebudayaan.

    Hersri Setiawan, 77 tahun, saat itu SekretarisUmum Lekra jawa Tengah, terlibat dalam kepanitia-an dan menyusun acara. Menurut dia, kongres sukseskarena berhasil merumuskan Prinsip 1-5-1, yang men-

    '70 I TEMPO I 60KTOBER 2013

    .. ,`. .. ,`. a,

    , 1; _I . L

    1. 1,- 1-

  • '_QQ "M

    4..

    :ni- L .Q-llr

    -_il

    AKARA_I

    LNDONESA

    STTUTSEJARAH505A-T.

    EYHAYDJOENN

    KOLEKS0

    %, _I _=

    _,__-_--_ ._ __ * _

    *'I 'if'

    lam Laporan Umum-nya menyebutkan kongres itu di-hadiri wakil seluruh Lekra daerah. Sekarang belumpasti berapa jumlah anggota kita, tapi yang terangjumlahnya tak seperti dikatakan pepatah: 'bisa dihi-tung dengan jari tangan sebelah', seperti ditulis Sek-retaris Umum Lekra 1957-1965 itu.

    Soal jumlah anggota memang kontroversial. OeyHay Djoen, anggota Sekretariat Pimpinan Pusat Le-kra, dalam acara Diskusi Bulan Purnama padajanua-ri 2002 mengatakan sudah beberapa kali Lekra ga-gal meregistrasi anggotanya. Tidak ada orang yangmemegang kartu anggota. Menurut Merle CalvinRicklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004,jumlah front intelektual PKI, Lekra, mencapai 100ribu orang pada Mei 1963.

    Oey (wafat pada 2008) mengatakan orang-orangLekra adalah anggota di basis-basis kesenian, sepertiPelukis Rakjat dan Ludruk Marhaen, yang sudah adasebelum Lekra. Mereka bangga menyebut diri ang-gota Lekra. Sejarawan Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia, Asvi Warman Adam, menyebutkan Lekraturut berperan dalam keberhasilan PKI masuk empatbesar pada Pemilihan Umum 1955. Kampanye PKIsejak awal menyertakan grup-grup kesenian. Inilahjasa orang-orang Lekra.

    *kiriir

    SEJALAN dengan ditelurkannya konsep 1-5-1, Lekramerombak struktur organisasinya. Beberapa bulan

    e

    '' IPW*-I Y * 'f'--=\-i- -3'-1-.*i\1'.f_=_-_-.I.=ZG\'*I'_-.\..i _-- \i..;. '-f I II I I I II ' I ' I - -- ` I - -' I"-I1'. '.. .` EF'>_ .__ I - _ -_-- 1; _ _ _____,_k_ ___,_J__r _ __ _ _ _ __ _ _ __ ___ ,___ _ _ '.__ _ _..__ _ _ . _ __ I _ . irl M 1:*-L _i _:,. ._ _ .,_._,._K.1\_@jil__:__.-_ __ .__ _#___ __ ._ '___ __ _ _ ______ _ ___ - -- - ~ * - - . SI-ii__ _ . J _ _-,,-.-.,._,.__$$f. _ .. _ _,_ . _-3 - _- ,_-,_-a.. ___= __ -_ _ I _ - ' - , ',;_.'-_';i'=-___ _ ;.,$1j__;' '.`;-3'=`e_-E.-f,=f-_ifr f, _;_---;A _-__7_i-'=I'ifLf'E{}{`[email protected],>j=_._=___ .,E_= __ _'._-5-1'-`- ' .. '

    - _ : - -- " - __ ' I--.._ 4? 1 L*-'.'_'.=*\=.-=-'-:' ii'.-"-_' ..gw .' .=. . .'r

    _ __ -- ____ ._ _ __, _,._{r- ._,_ ,_M _ _ __ __ ag _ _,____ - I. ' - - '-_ ._ _-_ ,_....-.f>.=_-

  • 'I--1 .:.; _ *"_' I ~'=*>*_. I f -:- iv:"n 1- 1 _i ._ ...-' , ' "

    ni I; ` l '_' f--. -5; ;-1' _ i g; _. J? is.- , . - 1 ,_._, ._, 1*I- s_ _..vb ._._. ,_ Q . 'f' 1; .I '- ~ :; .i 31.-V :'- . ' IV.' ,if _ I - ,ll .F.. __ .' _ _ , W', _ J i 5. [_ .

    ' f f ' ' 5 - , I _ I .L ` *: _' " 'i j ;- r,.-:- - ' .Y .x

    --l*.H.-ke'

    .i .f-= `.-4-"''tinl!_A.\' _`:*..'P'- ` n'\.,A.

    I'_f'_`"l_-cf; 'a...a. ' - 7' -'if-.

    TI"- @FH |-1% 5:%

    PDAMINTANG Timur boleh dibilang me-dia yang paling gencar mendukungNasakom. Kata-kata yang digunakanjauh lebih berani dan agitatif, kalautidak bisa disebut kurang ajar, diban-

    dingkan dengan Harian Rakjat-media resmiPartai Komunis Indonesia.

    Pada 1962, Lembaran Kebudayaan Bin-tang Timur, Lentera, lahir. Pramoedya AnantaToer didapuk menjadi pengasuhnya. Isi Len-tera sebagian besar tulisan budaya, ditambahsajak atau cerpen, dan kolom. Pram sendirilebih banyak menulis tentang budaya dan sas-tra. Tapi kadang ia juga menulis kritik pedasterhadap sastrawan yang dipandangnya tidakmemihak revolusi.

    Lima tahun pertama, Lentera menjadi co-rong bagi tiga kegemparan dalam dunia sastra. Pertama da-lam soal Hamka. Novel Hamka, Tenggelamnya Kapal Van DerWijck, dituding merupakan jiplakan dari novel bahasa Arab,Magdalena, karya Mustafa Lut al-Manfaluthi, yang ternya-ta terjemahan dari Sous les Tilleuls karanganjean-Baptiste Al-phonse Karr. Tuduhan ini pertama kali dilancarkan Abdul-lah S.P. melalui tulisannya, Aku Mendakwa Hamka Plagiat".

    Yang kedua adalah peristiwa penolakan hadiah majalahSastra tahun 1962 oleh Virga Bellan, Motinggo Boesje, danPoppy Hutagalung. Berita penolakan ditulis besar-besarandiLentera. Dikatakan, "Hadiah Sastra-jassin 1962 telah nodaidunia Sastra Indonesia."

    Virga menyatakan menolak penghargaan karena sikap re-daksi Sastra yang "l "=- - ~' .5.11.-5~.. -I. ~ -1. - r- _ _ _ __ '- --..-1"\:r~.i-in A- ;_-..Y una -p-rc-na-11: as-Q _-1-_< -_ nw - _ __*__,____ ` -. _~%f'*1>.fI'-Ie-.====.`

    ,_ Q, _-- '-13--gu-.-II I._ - _ .._ . _ .- .._.._..., u'..... . -t. ll ' ' - ' I `` -~'.-_ a,.\..a~*=._

  • 17

    LIPUTAN Knusus

    II @L1'-b*

    _ _

    LI

    c. ' , .' Q*

    _ - ;_4 . _ J -ar..lt - . Jt;

    J-3* . -' -_

    \ I 'I 'I, ..' ' *' i - ..G |-H

    SULIT MENCARI KONEKSI LANGSUNG ANTARA LEMBAGA KEBUDAYAANRAKYAT DAN PARTAI KDMUNIS INDONESIA. MESKI NJOTO DAN D.N. AIDITPENDIRINYA, LEKRA BUKAN ORGANISASI RESMI AGITASI DAN PROPAGANDAPARTAI. GAYA HIDUP SENIMAN DI MARKAS CIDURIAN 19 DIKRITIK TERLALUBORJUIS.

  • Ig ."*I

    --r ` 1 AI v II _._ .__ ,.(\

    '3I',g I'_~f-ini 1;-, ' .gfe., g Pr1 $'$\-111

    Lr

    ~5'5 I-..-TF.'. ' *-gr'. -=?:u"fJwvyy,,, ,_

    I-.__|:4' :_' ,.' {,

    | 'V : II.

    ;' 21:. I ~" `. I- ,V - I l"' I'. VI ;._.'-as

    I 1-4- -*-`-I*"b '.:',> eF.

    ..\. '_

    |I ..

    ` IE" .I.;4` :

    1..-.ve _ 1--_l W 1-*-:-@___-:.J:5f_ - "I ._..- , - - _==

    '_' . _` _ - - - _

    ' R1 .- -- * ~ *

    > ne...__:-i`{..'f_`4'`>.

  • '_=-uns; "rul i-'`- I`;1' ' __ `:'H! '_-_ , '_ ' _ _ - `

    u _ _ __ _ __ F_ yg _ L;- 3 . , ~ *:_ '_ _ ._ -_ __' f,3 _,_ , 7 il 2 ' g ; j, 3? f. _.__ -_ w - |~ ,. ,b _\ __ ___ _ .._ v -_ -_._ , - v R -_ __ 5

    " :'_ _' 'If "- ' L .' C- .' ';)'1` 1- .` ,H 'f- ,_, ' '- ..', ' 1.7 7- -', 1?_ 1. .. - _ _ __ -at ._ _ _ _-1;a~ ,. t. -. ,I 3 __ _ -IQ; . R T'm _, U J I f K 11 , p ?'1N --1 K 4 N J

    7 5 ` V, V. 1 ,,- 'I 4 ' * '

    ,_ ` _ .- 1.; 'Y-.._ 2,, 1:; ' . ff; `-L _lfj 3- . _ 'WH `-,~ ,L5 Q1 +- - ` 'J -_ ' .= - ' '-1 1 + - f-2 I N < "-fi -__,' '_ ,_+_'- * "~*".fi. ". E* -=.+ 1* ~f . '-f .* _ I ~- '-2

    D.N AIDIT BERUSAHA MENARIK LEMBAGA KEBUDAYAAN RAKYAT MENJADI

    .1-J' .

    J|_ I depan Presiden Sukarno dan petinggiPartai Komunis Indonesia plus sejumlahseniman, Dipa Nusantara Aidit menegas-kan alasannya mendirikan Lembaga Ke-

    I budayaan Rakyat pada 1950. Dengan ora-sinya seperti biasa, Ketua Central ComitePKI itu mengatakan, Pendirian Lekra me-

    w nunjukkan dimulainya secara sadar PKImengibarkan panji-panji seni untuk seni dan seni un-tuk revolusi seperti gagasan Bung Karno.

    Hadirinbertempik-sorak, Presiden manggut-manggut. Aidit kian garang membacakan orasinya. Pida-to di Istana Negara pada 27 Agustus 1964 itu menan-dai pembukaan Konferensi Nasional Sastra dan SeniRevolusioner, perhimpunan seniman resmi di bawahPKI. Setelah lima menit, ia menutup pidatonya de-ngan ajakan: Ayo, bersama Bung Karno kita bina ke-budayaan yang berkepribadian nasional.

    Harian Rakjat edisi 6 September 1964 melaporkan,dalam sambutannya, Bung Karno mendukung sepe-nuhnya acara itu "sebagai upaya mewujudkan ker-ja kebudayaan nasional. Digelar sepekan dijakarta,Konferensi amat meriah menampilkan pelbagai kese-nian: reog, Wayang kulit, wayang golek, dan ludruk.Ratusan seniman dari seluruh Indonesia hadir dalamsimposium dan seminar membahas rencana kerja ke-budayaan guna meluaskan gagasan seni revolusionerke daerah-daerah.

    Meski selalu menyebut nama Lekra, penyelengga-ra Konferensi bukan organisasi para seniman ini, tapioleh Departemen Kebudayaan Central Comite PKI.Departemen ini dipimpin penyair Banda Harahap ali-as H.R Bandaharo yang menjabat anggota pimpinanLekra. Sebab, konfernas ini amanat Sidang Pleno IICC PKI pada Desember 1963, kata Aidit, seperti di-muat koran resmi partai itu di edisi yang sama.

    Tak ada yang tahu persis alasan PKI menyelengga-rakan acara ini, sementara sudah ada Lembaga Ke-budayaan Rakyat yang menghimpun para seniman.Berulang-ulang Aidit menegaskan bahwa penyeleng-gara konferensi itu adalah PKI sebagai partai politik.

    86 I TEMPO I 60KTOBER 2013

    ORGAN RESMI PARTAI KDMUNIS INDONESIA. ALAT UNTUK MENDEKAT PADAKEKUASAAN SUKARNO.

    Presiden Sukarnopada perayaan ulangtahun ke-45 PartaiKomunis Indonesiadi Stadion UtamaSenayan, Jakarta,23 Mei 1965.

    ..I

    ..;

    35__w- .-"L

    Belakangan diketahui, seperti pengakuan sejumlahpentolan Lekra yang aktif di partai, keputusan me-ngedepankan nama PKI dalam konferensi bukan tan-pa alasan.

    Pada 2005, terbit buku karangan Antariksa berju-dul Tuan Tanah Kawin Muda: Hubungan Seni Rupa-Lekra 1950-1965, yang memuat wawancara dengan OeyHay Djoen. Oey adalah pentolan Lekra dan Ketua De-wan Pakar Ekonomi PKI. Ketika menulis atau mener-jemahkan novel-novel Rusia atau Das Kapital, ia me-makai nama samara Samandjaja atau Ira Iramanto.Rumahnya dijalan Cidurian 19,]akarta Pusat, menja-di Sekretariat Pusat Lekra.

    Menurut Oey, pernyataan Aidit dan niatnya meng-gelar konferensi tak lain untuk menegaskan bahwaPKI didukung para seniman. Juga untuk mengukurapakah para seniman Lekra berada di belakang PKI,katanya. Karena itu, semua pidato menyerukan peng-ganyangan seniman Manifes Kebudayaan, yang ber-seberangan haluan dalam memandang kesenian.

    Tahun 1964 merupakan tahun genting, ketika ke-kuasaan Presiden Sukarno mulai goyah karena per-bedaan prinsip dan persaingan sejumlah jenderal diTNI Angkatan Darat. Saat peringatan Kemerdekaan,17 Agustus 1964, tiga hari sebelum konferensi, BungKarno berpidato tentang Tahun Vivere Pericoloso(Tahun-tahun Genting), yang disingkat Tavipdan dianggap sabda "Pemimpin Besar Revolusi.

    Goyahnya kekuasaan Presiden tak didukung par-tainya sendiri, Partai Nasional Indonesia, yang di-sebutnya mulai lembek. Dalam konteks itulah Aiditmenggelar konferensi. Ia tak terang-terangan mema-kai Lekra untuk menyelenggarakan konferensi paraseniman itu karena perseteruan diam-diamnya de-ngan Njoto-pendiri Lekra yang menjadi Wakil KetuaCentral Comite PKI.

    Di Lekra, Njoto amat disegani karena kemampuanorasi dan pengetahuannya yang luas tentang kesenian.Iajuga menjadi konseptor dan penulis pidato Presiden.Kedekatan Njoto dan Bung Karno inilah yang, menurutOey Hay Djoen, membuat Aidit cemas Presiden berse-

    ONAL

    NAS

    ARSP

  • ---.i-.-_.-....,

    "' W It ap I- fa.. JIms 1% kfk ,,..g;,,,

    M rafiakaarar ,, .,,. miliar-I i

    Y' " *W -.wwi-=--in-=vM.-4u- MW =-psw, mav-f=q==;, W ,_.,...,_,.

    *W'*""'W$'"

    .'!`J,>.ig, Wita..

    'g @W %f=W .aflmaiiuinmca'-Q WWW5 itwa W -awamU

    mv if34-

    kutu dengannya lalu membawa gerbong seniman Le-kra. Sebab, Njoto menolak tegas peleburan Lekra kedalam PKI, ujar Oey, yang meninggal pada 2008, se-perti dikutip Lekra TakMembakarBuku.

    Pertimbangan Njoto praktis saja: di Lekra berga-bung juga seniman nonkomunis yang bukan anggo-ta partai, seperti Pramoedya Ananta Toer dan UtuyTatang Sontani, Membuat Lekra menjadi organ resmipartai hanya akan mendorong seniman-seniman ter-kenal dan berpengaruh itu hengkang. Karena itu, me-nurutjoesoeflsak-anggota Lekra pemilik penerbitanHasta Mitra-Konferensi dibuat Aidit sebagai ban se-rep kalau-kalau Njoto hijrah ke Sukarno.

    Dalam kacamata Aidit, PKI membutuhkan orga-nisasi resmi seniman sebagai motor pendulang sua-ra. Dan Lekra, selama 14 tahun setelah didirikan, ter-bukti ampuh menggaet anggota dan simpatisan par-tai melalui kesenian. Seperti tercatat dalam pidato Ai-dit pada konferensi itu, Lekra yang merambah hinggakecamatan mampu menggelembungkan jumlah ang-gota PKI dari 8.000 pada 1955 menjadi 3 juta sepuluhtahun kemudian.

    Jumlah anggota PKI itu menjadikan partai ini par-tai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah Rusiadan Cina. Satu dari tiga orang Indonesia sekurang-kurangnya simpatisan partai, kata Aidit.

    Berbeda dengan 0ey Hay Djoen dan Joesoef Isak,Amarzan Ismail Hamid sangsi konferensi dibuat dandipakaiAidituntuk mendekatiSukarno dan buah per-saingannya dengan Njoto. Sebab, kata penyair asalMedan yang kini 72 tahun itu, tak perlu ada persaing-an karena Presiden sudah sangat dekat dengan PKI."Terlalu jauhjika dihubungkan ke sana, ujarnya.

    Dalam konferensi selama sepekan itu, Aidit ber-ulang-ulang mengingatkan perannya sebagai pendiriLekra dan alasan PKI membutuhkan organisasi ini. Iamemberi panggung seluasnya kepada para senimanLekra untuk berpidato ataupun berbicara dalam se-minar. Konferensi diselenggarakan besar-besaranuntuk menunjukkan kepada dunia bahwa Lekra ber-ada di belakang PKI.

    Seperti turut pada komando Njoto, tak satu punseniman Lekra menyebut-nyebut nama organisasi-nya di konferensi itu. Sebanyak 13 seniman dari limabidang yang digarap lembaga ini-seni rupa, lm, sas-tra, drama, dan musik-tak menyebut kehadiran me-reka di sana sebagai utusan perhimpunan. Dalam la-poran-laporan tentang Konferensi, Harian Rakjatjugahanya sekali menyebut Lekra. Kami datang sebagaipribadi, kata Sutikno W.S., penyair 74 tahun dari Cil-acap,Jawa Tengah.

    Agak sulit mencari bukti bahwa Lekra organ resmiPKI. Joebaar Ajoeb, Sekretaris Umum Lekra yang per-tama, dalam Mocopat Kebudayaan yang diterbitkan

    6 OKTOBER 2013 I TEMPOI 87

  • _ L1 54, Pr l'in f'*$'_, '| f -_;- 'ti

    HI '-:l 4. I' .I - ' I

    terbatas pada 1990, menegaskan bahwa organisasi inibersifat terbuka. Anggotanya bisa siapa saja, bukanhanya seniman yang aktif di partai, bahkan yang takmendukung komunisme. Kewajiban anggotanya ha-nya satu: aktif di salah satu lembaga seni Lekra. Duapendirinya, A.S. Dharta dan M.S. Ashar, bukan seni-man komunis.

    Sementara PKI memiliki kongres, Lekrajuga meng-gelar kongres dan punya anggaran dasar sendiri de-ngan menegaskan tak ada kaitan formal dengan PKI.Kongres pertama Lekra, di Taman Sriwedari Solopada 27 januari 1959, melahirkan pelbagai konsepkerja kebudayaan, seperti asas Politik sebagai Pang-lima, meluas dan meninggi, juga metode 1-5-1 dankewajiban para seniman turun ke bawah menyeraphidup rakyat sebagai sumber penciptaan.

    Satu-satunya kongres Lekra itu digelar amat me-riah. Selama dua pekan perhelatan dengan pameranlukisan, tari, dan pelbagai macam kesenian rakyat,acara itu dihadiri 17 ribu pengunjung setiap malam.Bukan hanya seniman daerah, perwakilan organisasikesenian negeri-negeri komunis juga hadir. PresidenSukarno bahkan menari bersama para seniman danmenyanyikan lagu Sawe Ora jamu, Potong Bebek Arig-sa, dan Manise-manise di malam pembukaan.

    Popularitas Lekra yang luas itu membuat Aidit ter-tarik melegalkannya di bawah partai. Karena itu,Konferensi Nasional Sastra dan Seni Revolusioner di-gelar semeriah Kongres Lekra itu. Dalam resolusi diakhir perhelatan, Aidit merumuskan bahwa senidan sastra revolusioner harus mengakui dan menaatipimpinan Partai. Inilah pembeda utama Konferensidengan Lekra. Konsep lain sama persis, kecuali prin-sip realisme sosialis yang diganti Aidit menjadi realis-me revolusioner.

    Masalah menjadi pelik karena anggota Konferensi

    88 l TEMPO l 60KTOBER 2013

    Presiden Sukarnodan Njotomengunjungi pameranlukisan Lekra diGedung PertemuanUmum, Jakarta,Agustus 1963.

    juga seniman-seniman yang aktif di Lekra. Utuy Ta-tang Sontani, dramawan Lekra yang eksil dan me-ninggal di Rusia pada 1979, terang-terangan memujilangkah PKI membentuk Konferensi. Sebagai penga-rang nonkomunis', dengan _jujur saya akui hanya PKIyang menjadikan seni dan sastra sebagai alat perju-angan politik, ujarnya seperti dikutip Harian Rakjatedisi 29 Agustus 1965.

    Karena itu, agak sulit menyebut Lekra sebagai on-derbouw PKI. Tapi juga salah jika menyebut Lekratak punya hubungan sama sekali dengan PKI, kataAmarzan, kini redaktur senior Tempo.

    Lekra di daerah lebih cair. Sutikno W.S. tak pernahmendaftar menjadi anggota kendati aktif di cabangPurwokerto. Di sini pemimpin Lekra malah orangPNI, ujarnya. Sejak menjadi kontributor koran Tem-po-harian yang terbit di Semarang-hingga bekerjadi Harian Rakjat dijakarta, Sutikno tak mengantongikartu anggota Lekra.

    Meski begitu, seniman-seniman yang aktifdi Lekramendapat posisi penting di Harian Rakjat berkat Njo-to, yang memimpin redaksinya. Karena PKI pula ba-nyak seniman dan wartawan yang berangkat ke luarnegeri menghadiri konferensi, bahkan melanjutkanstudi di negeri-negeri komunis, seperti Rusia, Cina,dan Cekoslovakia.

    Seniman Manifes Kebudayaan pun menganggap Le-kra sama dengan PKI. Banyak buktinya di buku Pra-hara Budaya, kata Taufiq Ismail, penyair yang bersa-ma D.S. Moeljanto menyusun buku yang merekam hi-ruk-pikuk perseteruan Manikebu-Lekra itu. Sedang-kan Sapardi Djoko Damono menunjuk antologi sajakKepada Partai yang dibuat Lekra untuk PKI.

    Sapardi ikut meneken Manifes pada 1963, ketika iamahasiswa tingkat akhir jurusan Sastra Inggris Uni-versitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Menurut penyairHujan Bulan juni ini, kumpulan puisi itu bukti Lekradi bawah PKI. Tuduhan itu sah, ujar Amarzan. An-tologi yang berisi 14 puisi dari 12 penyair itu, kata dia,memang dibuat sebagai kado ulang tahun ke-45 PKIpada 23 Mei 1965. Amarzan menyumbangkan satupuisi berjudul Memilih]alan. 4

    Namun seniman-seniman lain menampik penye-derhanaan itu. Soalnya, penghubungan itu mengan-dung konsekuensi gawat: seniman Lekra disamakandengan aktivis dan petinggi partai, yang dipakai Pre-siden Soeharto untuk menumpas PKI hingga akar-akarnya. Barangkali lebih tepat memakai rumusanAidit yang menyebut Lekra dan PKI satu ayah lain ru-mah yang berhimpun dalam keluarga komunis.

    Sebab, tak satu pun yang berhasil mem-PKI-kan Le-kra kecuali Soeharto. Bahkan Aidit tak bisa, kata Putu0ka Sukanta, seniman Lekra dari Bali, yang menyum-bangkan satu puisi untuk antologi Kepada Partai. I

    ASONAL

    ERPUSTAKAANN

    KOLEKSP

  • -.=-1 .ft ff- 3 .=z~;_A - f" _ j." '_--;._ " L` ' _ _ _ -

    ; RUMAH CIDURIAN 19 MENJADI JANTUNG KEGIATAN

    I LUKISAN HINGGA PACARAN."I'\,

    - ARI itu, 27 September 1965, rumah Oey" I Hay Djoen dijalan Cidurian 19, Cikini, _Ia-

    karta Pusat, ramai karena ada rapat Fraksi' Partai Komunis Indonesia. Padahal seha- ri-hari rumah jembar itu menjadi markas

    _ _ff para seniman yang tergabung dalam Lem-"" baga Kebudayaan Rakyat.

    7 Sastrawan Hersri Setiawan ingat keti-ka itu ia bertanya kepada penyair senior Lekra, H.R.Bandaharo, yang keluar dari rumah, soal apa yang di-bahas dalam rapat itu. Ia menjawab agar saya janganke sini lagi. Sebab, nanti tidak akan ada orang di sini,kata Hesri mengenang peristiwa itu dua pekan lalu.

    Tak puas dengan jawaban itu, Hersri mendesak.Tapi tak ada jawaban lain dari anggota pimpinan pu-sat Lekra itu. Saya menangkap gelagat tak enak,kata Hersri. Soalnya, ia lihat Bandaharo membawabungkusan berisi peralatan mandi dan sarung yangia pakai jika menginap di sana. Belum terjawab kehe-ranan Hersri, rapat di dalam rumah bubar.

    Hersri baru menyimpulkan belakangan apa yangdikatakan Bandaharo: tiga hari kemudian Gerakan30 September pecah dan rumah Cidurian 19 tak adalagi pengunjungnya. Kekuasaan Orde Baru memburumereka yang dianggap tersangkut dengan PKI.

    '.f'.'.-.I'P'-.`-'-'~'-"1/~"f'-i`-L'-"`\Il'I'4'TL.\>.._'_'"f`I'-4--1T* _\'V'._.^%f..'_V\'_:I_`l6':f"ffy-_`"_` .__v. \ngi|5_~`._.y-'._lz1}-I;`l1.5__,nl.v.

    'k 1' ir

    MENGENANG rumah Jalan Cidurian 19, Putu OkaSukanta berulang-ulang melukiskannya dengan satukata: asyik. Meski menjadi Sekretariat Pusat Lekra,kata sastrawan asal Bali ini, suasananya tidak sepertikantor. Sangat romantis, katanya, pacaran adalahsalah satu agenda kami.

    Di bedeng kayu bekas peti kemas yang dibangundi halaman belakang rumah Oey Hay Djoen-anggotapimpinan pusat Lekra yang menjabat anggota Dewan

    :C TEMPO 60KTOBER 2013

    SENIMAN LEMBAGA KEBUDAYAAN RAKYAT. PAMER

    ar- ."

    Jane Luyke

    Konstituante dan berlanjut ke DPR Gotong Royongdari PKI-itu suasana berkesenian terasa kental. Menu-rut Putu, kini 74 tahun, setiap hari pasti ada kesibuk-an latihan kesenian. Ada seniman yang melukis, disku-si sastra, menulis sajak, hingga memainkan musik.

    Tapi yang paling asyik kalau ada penari Zus Du-riani yang mengajar tari serampang dua belas. Mu-ridnya cantik-cantik, ucap Putu. Duriani adalahpanggilan Doroteha Lontoh, istri Profesor Bakri Si-regar, salah satu pentolan Lekra. Seusai belajar me-nari, para seniman muda seperti Putu mengajakmengobrol mereka lalu mengantar pulang.

    Putu Oka bertandang pertama kali kejalan Ciduri-an pada 1963, lima tahun setelah resmi menjadi Sek-retariat Lekra. Putu masih ingat bagaimana dentingpiano yang dibunyikan pianis M. Karetem, musikusLekra, mengalun, yang kemudian dia iringi denganpembacaan sajak ciptaan Putu. Perpaduan sajak Putudan komposisi Karetem kemudian berbuah dua lagusemi seriosa terpopuler kala itu, Di Kaki-kaki Tang-kuban Perahu dan Bunga Merah. Tangkuban Perahumenjadi lagu wajib Lomba Menyanyi di RRI.

    Tiap Selasa di sana ada Forum Selasaan yang berisidiskusi serius soal sastra. Tak jarang sesama senimansaling menghina tulisan. Tapi begitu waktu tidur, se-mua berebut kasur. Yang kalah tidur di meja, kataPutu.

    Perupa Amrus Natalsya, pendiri sanggar Bumi Ta-rung Yogyakarta, juga memiliki kemesraan yangsama kepada Cidurian 19. Dua pekan lalu ia berce-rita tentang kenangannya di rumahnya di Sukabu-mi. Waktu itu Amrus mengunjungi Sekretariat Lekradua bulan sekali. Cidurian ia jadikan pamer lukisan.Yang paling menyenangkan saat diskusi buku, kataAmrus, yang kini 80 tahun.

    Menurut Amrus, koleksi perpustakaan Cidurianmelimpah. Amrus amat terkesan oleh koleksi buku-buku dari Tiongkok yang mengoreksi komunismeMoskow, begitu juga sebaliknya. Setelah membaca,kami saling debat, katanya.

    Tapi, gara-gara suka mengajak debat pula, Amruskurang disukai di Cidurian 19. Padahal saya inginmeminta masukan penerapan konsep 1-5-1 dalam ber-karya, katanya.

    PUWSNUAGUNGPRASETYO"'--._

    TEM

  • z1'

    E;

    X

    Selain para seniman top masa itu, ke rumah Cidu-rian 19 kerap bersambang Njoto dan Dipa NusantaraAidit, dua pemimpin PKI. Keduanya memang pendi-ri Lekra, selain M.S. Ashar dan A.S. Dharta, yang me-mang penyair. Pramoedya Ananta Toer dan Utuy Ta-tang Sontani juga kerap terlihat di sana, meski kedua-nya bukan seniman komunis. Pokoknya berkumpuldi situ keren, kata Amarzan Ismail Hamid, penyairyang kini menjadi Redaktur Senior Tempo.

    Saat itu, Amarzan mendamparkan diri di Ciduri-an lantaran ingin kuliah di Universitas Indonesia,tapi gagal karena keburu bekerja di media resmi PKIpimpinan Njoto, Wakil Ketua II CC PKI, Harian Rak-jat Minggu. Bayangkan saja pelukis Basuki Resobo-wo. Dia orang yang dibuatkan puisi khusus oleh Cha-iril Anwar. Berada satu tempat bersama mereka rasa-nya seperti mimpi dahsyat, ujar Amarzan.

    Menurut Amarzan, selain banyak aktivitas yang si-fatnya bersenang-senang dalam berkesenian, Lekrakerap melakukan diskusi sastra yang serius dan for-mal. Sebut saja, kata dia, dalam lm Cidurian19, keti-ka sanggar Lekra di Cidurian kedatangan penulis Wil-li Bredel, yang dijuluki Ernest Hemingway dari jer-man Timur. Saat itu, diskusi berlangsung khidmat

    "'*>F'8

    Seniman Lekraberpose di teraskantor SekretariatLekra, Jalan Cidurian19, Jakarta. '

    on

    yang dipandu Pramoedya Ananta Toer.Ada _juga kegiatan Sekolah Lekra Pusat dan Seko-

    lah Akting Kotot Sugardi yang serius tapi tetap santaidan menyenangkan, katanya.

    Bagi lelaki yang lahir di Tanjung Balai, SumateraUtara, pada 1941, itu letak Cidurian sangat strategis.Mudah untuk mencapai kantor Harian Rakjat di ja-lan Pintu Besar di kawasan Harmoni sekaligus dekatke Pasar Senen, pusat belanja dan hiburan di tahun1960-an. Ke Pasar Senen tinggal jalan kaki agar bisamampir pijat di pinggir_jalan, kata Amarzan.

    Cidurian juga termasuk kawasan elite. Tetanggarumah keluarga Oey Hay Djoen bukan sembarangorang. Di seberang depan adalah rumah jenderalAchmad Tirtosudiro, yang setelah peristiwa Gerak-an 30 September menjabat Kepala Badan Urusan Lo-gistik pertama Indonesia. Selang satu rumah dari situada rumah Ratna Sari Dewi Sukarno, salah satu istriPresiden Sukarno. -

    Saat Dewi pindah ke Wisma Yaso, rumah yang diatempati dijalan Cidurian diubah fungsi menjadi asra-ma perwira Resimen Tjakrabirawa. Letnan KolonelUntung Sutopo bin Syamsuri-pemimpin Gerakan 30September-adalah kepala rumah tangganya. Saat

    6 OKTOBER 2013 I TEMPO I 91

  • -cffWF 'F'.=-1' .ui ' I\-'

    `z'3'*__ ~| 9" __;-- '#12_1 4- | . . . ,

    ditangkap, saya pernah diinterogasi soal Untung, tapisaya memang tak tahu apa-apa, ujar Amarzan.

    jane Luyke, istri Oey Hay Djoen, adalah saksi seja-rah bagaimana Lekra berkembang dijalan Cidurian19. Berkat jane pula Lekra bisa menempati rumah dibilangan mentereng itu. Rumah dengan luas tanah1.000 meter persegi milik Oey danjane tersebut dibe-li setelah mereka mengontraknya beberapa saat sesu-dah pindah dari Semarang pada 1957.

    jane tak ingat berapa harga rumah yang dibelinya.Yangjelas, suaminya pernah meminta izin untuk me-makai rumah bagi kegiatan Lekra. Bagi suami saya,kepala juga ia berikan kalau diminta organisasi. jadi,tak banyak pilihan, saya izinkan, kata perempuan 78tahun itu kepada Tempo.

    Menurutjane, yang datang ke sanggar bukan hanyaanggota Lekra. Banyak pula orang yang bukan anggo-ta Lekra nongkrong dan bergaul di sana. Bahkan be-berapa nama yang sudah tenar, semacam aktris FiYoung, sering muncul dan bergaul. Namun, di balikketerbukaan pergaulan, ada peraturan yang diterap-kan dengan keras oleh Oey Hay D_joen. Setiap yangdatang harus membawa referensi dari orang yang su-dah dipercaya tinggal di Cidurian. Kalau tidak, takbisa masuk, ujarnya.

    Kemajemukan individu yang berinteraksi di dalamlingkungan Cidurian 19, menurutjane, menerangkansecara eksplisit bahwa sebenarnya Lekra tak memi-lih bersanding dengan PKI. jadi saya termasuk orangyang menolak kalau komunitas Cidurian diidentik-kan dengan PKI, apalagi disebut onderbouw, kata-nya.

    jane membenarkan kabar bahwa ada orang-orangPKI di Cidurian. Suami jane, Oey Hay Djoen; Njoto;dan beberapa pendiri Lekra adalah orang PKI. Na-mun, dalam berkesenian ataupun kehidupan organi-sasi, menurut dia, Cidurian tak pernah bergantungpada PKI.

    Akibat pergaulan yang terlalu terbuka, sastrawanHersri Setiawan, yang menjabat Sekretaris UmumLekra Cabang jawa Tengah, sempat heran. Seusaiperjalanan dari Kolombo, Sri Lanka, untuk mewa-kili Indonesia dalam organisasi Persatuan Penga-rang Asia-Afrika pada 24 Agustus 1965, ia mera-sa banyak terjadi pergeseran gaya hidup Cidurianmenjelang akhir masa jayanya. Tiba-tiba banyakanak muda bersepatu mengkilap. Kalau memakaijas, kata Basuki Resobowo, sudah borjuis, ujar Her-sri, yang mengaku rutin sebulan sekali bertandangke Sekretariat Pusat.

    Hersri menduga pergeseran gaya hidup komunitasCidurian terpengaruh lantaran makin mesranya se-bagian dari mereka dengan kekuasaan Sukarno se-hingga banyak yang mengerjakan karya pesanan. Be-

    92 I TEMPO I 6OKTOBER 2013

    //ii"-_ _ -1%--1.

    \

    T V L. V

    Gedung Tri DharmaWidya, bekas kantorLekra, di JalanCidurian 19, Cikini,Jakarta Pusat.

    Sutami, Istri Njoto,saat menjamu tamudan seniman Lekradi kantor Lekra diCidurian 19, Jakarta,awal 1960-an (kanan).

    ._ .. _ .......---I---.~

    I

    berapa seniman menganggap mengerjakan pesananbukan masalah dalam kesenian.

    Menurut Hersri, para seniman Cidurian 19 sangatdekat dengan kalangan Istana. Yang membuat cemasjustru kedekatan itu berbuah tuding dari lawan-la-wan politik PKI. Dewanjenderal bahkan sudah meng-umumkan Lekra sebagai organ PKI.

    Menjelang akhir September 1965, Hersri tak mera-sakan lagi kemesraan saat berkumpul di depan kolamikan di Cidurian seperti sebelurnnya. Ia merasa ter-asing. Sebagian orang waktu itu bergegas, sibuk de-ngan dandanan necis dan sepatu mereka yang berki-lat-kilat. Sebagian lain tampak larut dalam ketegang-an, entah karena apa.

    Ketegangan itu berpuncak pada 27 September1965 itu, ketika markas Lekra tersebut menjadi tem-pat rapat Fraksi PKI. Itu hari terakhir rumah Oey HayDjoen tersebut ramai oleh hilir-mudil< seniman. Sete-lah itu suwung.

    Amrus Natalsya pernah datang ke sana sekitar 2 Ok-tober 1965, persis setelah Gerakan 30 September me-letus dan PKI dituding sebagai dalang di balik pem-bunuhan tujuh jendera. Amrus mampir ingin menca-ri tahu apa yang terjadi sebenarnya pada malam ho-ror itu.

    Di rumah itu Amrus hanya bersirobok dengan se-orang anggota staf Sekretariat. Amrus lupa namaorang yang ia temui itu. Bersama orang itu Amrus du-duk di beranda mengobrolkan kejadian dan suasanagenting ini. Tiba-tiba sebuah truk tentara lewat.

    Para serdadu turun dan merangsek masuk hala-man Cidurian sambil menodongkan senjata ke arahwajah mereka berdua. Serdadu lain memeriksa setiap_jengkal rumah dan menyita barang yang ada. Ituhari terakhir saya ke Cidurian," katanya.

    Sejak itu, Cidurian hanya tinggal nama yang me-lekat dalam ingatan para seniman Lekra yang ter-sisa. I TEMPODHEMASREVYANTO

  • DOKOEYHAYDJOEN

    W, -.- -,_-,,.\.

    --is

    ASAPR MBK IYEM

    Ada masakan apa hari ini, Mbok?

    @FH mw

    Fi

    _ . ERTANYAAN itu terlontar sering sekali. Tak pedu-I li pagi, siang, atau petang merembang. Bukan hanya

    ll ... ft, dari satu-dua orang, melainkan dari semua yangmampir dan melongok ke dalam dapur rumah dija-lan Cidurian 19, bilangan Menteng, jakarta Pusat,

    ,ii pada awal 1960-an.Mbok Iyem itu pembantu saya sejak gadis. Dia se-

    ring kesal pada pertanyaan itu, kata jane Luyke, perempuanmanis pemilik rumah yang menjadi Sekretariat Pusat Lemba-

    l.1-

    a

    i if

    -_in

    2xx.Il

    E

    ga Kebudayaan Rakyat dua pekan lalu.Mereka yang datang adalah para seniman yang tinggal dija-

    karta dan yang mampir dari daerah. Menurut jane, kini 78 ta-hun, Surtiyem selalu masak setiap hari untuk menjamu paraseniman yang pergi satu datang seribu.

    Tentang rumah itu, jane mengenangnya sebagai istana kelu-arga yang istimewa. Bersama suaminya, Oey Hay Djoen, yangmenjabat Ketua Dewan Pakar Ekonomi Partai Komunis Indo-nesia, ia membeli rumah seluas seribu meter persegi itu sete-lah mengontraknya. Transaksinya persis setelah anak keduamereka lahir pada 1956. Oey pengusaha asal Semarang yanghijrah kejakarta.

    jane mengenang, suaminya meminta ia bersetuju rumahmereka dijadikan markas Lekra. Sebelumnya, para seniman

    kerap berkumpul di rumah novelis M.S. Ashar dijalan Dr Wa-hidin Nomor 10, jakarta. Tanpa banyak alasan, saya setu-ju.

    Sejak itu, rumah Oey gegap-gempita. Setiap hari tak per-nah sepi. Tetamu mengalir. Konsekuensinya, rumah tak bo-leh kekurangan makanan. Waktu itu keuangan kami kewa-lahan juga, katajane. Karena itu ia tak membedakan manamakanan untuk tamu mana makanan untuk keluarganya.Semua mengambil dari piring yang sama.

    Awalnya kegiatan para seniman bercampur baur di dalamrumah. Setelah berjalan setahun,jane meminta Oey memin-dahkan segala kegiatan itu ke belakang rumah dan membu-at bangunan khusus.

    Sebuah paviliun didirikan dengan kayu bekas peti kemasyang diambil dari Kedutaan Polandia. Para seniman pun pin-dah nongkrong ke sana. Anggaran untuk makan-minum punbisa diatur lebih rapi. jane tak lagi kerpotan karena lambat-laun Lekra punya anggaran sendiri yang berasal dari patung-an para seniman.

    Keluarga Oey Hay Djoen tinggal di Cidurian hanya sampai1963. Mereka lalu pindah ke Rawamangun, seiring dengankesehatanjane yang kadang menurun. Taman Kanak-kanakMelati yang didirikanjane ikut ditutup.

    Rupanya, kepulan asap dapur Cidurian 19 juga membang-kitkan kenangan sastrawan Lekra, Putu Oka Sukanta, 74 ta-hun. Ia ingat menu nasi jagung yang sering didapati kalamenginap di sana. Menu sedikit berubah kalau ada beberapakawan mendapat proyek kesenian. Kalau ada uang, baru se-mua orang mendadak saling traktir," katanya.

    Menurut Putu, Lekra menghidupi organisasinya sendiri.Selain dari sumbangan senior, para seniman menyisihkanhonor untuk dapur Cidurian. Ada semacam daftar tak tertu-lis soal siapa saja yang bisa makan dan hidup di sana. Ha-rus ada rekomendasi dari yang sudah bergaul lama di dalam-nya, ucap penyair asal Bali ini.

    Amrus Natalsya, perupa Lekra yang juga pendiri sanggarBumi Tarung Yogyakarta, mengibaratkan rumah Ciduri-an semacam surga kala ia bertandang ke jakarta. Kalau la-par dan tak punya uang, mampirnya pasti ke Cidurian, ka-tanya.

    Lekra dibubarkan lewat Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966.Sejak saat itu, rumah Cidurian 19 dijadikan asrama militer. Be-berapa keluarga sempat tinggal di situ sebelum rumah terse-but dijual dengan harga sangat murah.

    Medio 1990, bangunan yang berada di pojokjalan Ciduri-an dan Cimandiri itu dij-ual kepada orang lain. Kini berdiri diatasnya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tri Dharma Widya.

    Saya masih ingat kepul asap dan sibuknya dapur MbokIyem, kata Mado, putri pasangan Oey Hay Djoen dan janeLuyke, tentang rumahnya di Cidurian 19.

    I

    60KTOBER 2013 TEMPC 9::

    J

  • /"'/T I

    '.=-r .` ` ."I' II I'TII" li. 1,, "9_* II'f'R.__ ;-. '_:':kl _ ._'-r. _ '_ I I _ - ' I

    1', '. ._ . .: .; '1

    I ._., _ _-__ _ _ _:_.._.,_` -1.-_" -.=;- ` - - _ .-in., '._-- _. "_:. _ ' . ff i-I: -_-' r _ *- =-I' -

    I- 1-r 1- -'I -1: .- I_.f-in -- :-;: 4. .. . '_ __,_ j-'if _ - . ai _ .1_ .. _ ' -;~ _ - ._11:.. -

    Jr.. _ 3* :hi _ :I ra-,P_' _isi-f_ ' - __'+_'-* -;_\_E`1 14 ,__

    1....

    ' 1-

    BANGGA DICAP RADIKAL.._;._

    _ I.:\3--

    \ I.:-'-

    lt-_. -?~;- ~ 't'\=- _ -3 -\='~:_ 'IT'I-fi - _* -. '=J f.:_. L' _,--_ ' %' ' ~ - '.fr :-_; . .I-f . Par, i 1.,-_: .-"- -W.I' ->- 'ii -._ ' Li- ir -_ - ar---I .,,-.-_ -"- * .-., 1. -- i ,_ .__ _ _ ._" ' -.- ':.;- .-i 1 _'--

    I. I " IIJ I f-I.+ I I I -|_ P if', , 1".- 'I I- -' I t- II* I' _ -hi __ ._ _, . _. ,__`__ ._

    -Fii DIDIRIKAN SEKELDMPDK PERUPA MUDA YANG SECARASUKARELA MENJADI DRGAN DI BAWAH LEKRA.

    /JT

    UMAH bercat putih itu berdiri tepat di po-_jok jalan Amri Yahya, Gampingan, Yogya-karta. Letaknya berseberangan dengangedung Akademi Seni Rupa Indonesia(ASRI), yang kini menjadi gedungjogja Na-tional Museum. Halamannya rindang di-kelilingi pagar tanaman bambu.

    _ --_ Di atas lahan bangunan itu dulu pernahberdiri Sanggar Bumi Tarung, sanggar seni rupa Lem-baga Kebudayaan Rakyat, yang diberangus pemerin-tah Orde Baru pada 1965. Sanggar dibangun dari be-kas tobong pembakaran gamping yang kami renovasi,kata Amrus Natalsya, pendiri dan mantan Ketua Sang-gar Bumi Tarung. dua pekan lalu.

    Amrus kini tinggal di Lido, Sukabumi. Perupa kela-

    94 I TEMPO I ISOKTOBER 2013

    .

    _'..-.f.,.

  • TEMPOWSNUAGUNGPRASETYO

    Biasanya mereka menjual lukisan dengan peranta-ra Wen Peor. Pelukis keturunan Tionghoa itu memilikicukup banyak akses ke para kolektor.

    Seperti halnya Lekra, Bumi Tarung tidak memilikihubungan organisasi dengan Partai Komunis lndone-sia. Namun komunikasi antara Bumi Tarung dan PKIYogyakarta terjalin baik. Satu pekan sekali Amrusbertemu dengan Ketua PKI Yogyakarta untuk menda-patkan informasi perkembangan partai. "Informasiitu selanjutnya saya sampaikan ke anggota, ujarnya.

    Menurut Amrus, keputusan menjadikan Bumi Ta-rung sebagai sanggar Lekra merupakan kesepakatanpara pendiri sanggar tanpa ada intervensi dari peng-urus Lekra pusat dan daerah. Kami _juga tidak per-nah minta izin ke Lekra, katanya.

    Meski secara pribadi Amrus dekat dengan Njoto,ia membantah gagasan pendirian Bumi Tarung ataspermintaan pemimpin Lekra pusat itu. Njoto pernahmembantu Amrus menggelar pameran patung kayudi Lapangan Medan Merdeka Utara, jakarta, pada1957. Sejak itu, mereka berteman akrab. Amrus jugakerap meminta Njoto men_jualkan lukisannya.

    Menjadikan Bumi Tarung sebagai sanggar resmiLekra bukan tanpa konsekuensi. Semua anggotanya

    Ari-trus r~latalsy.adi Lido, Sukabumi.Jawa Barat12 September lalu.

    mesti masuk Lekra dan menerapkan asas 1-5-1 dalamberkarya.

    Menurut Misbach Tamrin dalam Amrus Natalsyadan Bumi Tarung, pola itu membuat karya senimansanggar ini banyak menyorot isu buruh dan tani. Ke-tika Bumi Tarung menggelar pameran perdananyapada 1962, Amrus memajang lukisan Tangan-tanganyang Agung-tentang sistem kapitalis yang membuatburuh seperti robot. Tema petani tampak dalam lu-kisan Peristiwa Djengkol, Melepas Dahaga di Mata Airyang Bening, dan Mereka yang Terusir dari Tanahnya.Ketiga lukisan Amrus itu menggambarkan petaniyang menjadi korban sistem feodal.

    Meski baru berdiri, Bumi Tarung dibicarakan pe-rupa di dalam dan di luar Lekra. Bumi Tarung, yangsecara terang-terangan tampil sebagai organ Lekra,mengundang ketegangan antara mereka dan kelom-pok seniman lain. Pada 1963, di sebuah diskusi di Ge-dung Sono Budoyo, Yogyakarta, pelukis Da narto dariSanggar Bambu mengkritik Bumi Tarung yang mene-rapkan politik sebagai panglima dan memaksakan re-alisme sosialis menjadi acuan berkesenian.

    Sebagian seniman lain meledek karya Bumi Tarunganarkistis. Itu karena dalam lukisan kerap digambar-kan petani dan buruh yang gahar. Pada lukisan cukilkayu Bo_jolali karya Kusmulyo, misalnya, buruh danpetani digambarkan meninju tujuh setan desa-istilah yang dipakai Barisan Tani Indonesia untuk me-nyebut tujuh musuh petani. Meski begitu. Misbachmenolak jika karya-karya Bumi Tarung disebut anar-kistis. Ia lebih sepakat dan bangga menyebutnya ra-dikal.

    'k * 'k

    SIARAN radio pada 1 Oktober 1965 malam itu meng-hentikan kesibukan Amrus dan beberapa senimanyang tengah membuat poster lm di gedung Konfe-rensi Anti Pangkalan Militer Asing di jalan Cikini, ja-karta. Soeharto mengumumkan pengambilan ken-dali Angkatan Darat dan mengatakan PKI di balik per-cobaan kudeta. Sejak itu, PKI dan organ-oran di ba-wahnya diburu.

    Amrus meminta teman-temannya tetap di jakartakarena lebih aman. Namun mereka memaksa pulang."Akibatnya, mereka ditangkap dan dibabisi, kata-nya. Amrus sendiri ditangkap pada 1968 dalam Ope-rasi Kalong dan masuk bui selama lima tahun.

    Sutopo, Djoko Pekik, Suroso, dan Sudiyono ditang-kap di Yogyakarta. Ng Sembiring diterungku di Ber-astagi, Karo, Sumatera Utara. Misbach Tamrin dici-duk di Banjarmasin. Nasib tragis menimpa Harmanidan Harjanto, yang pulang ke Tulungagung. Merekaditangkap dan dibunuh. Begitu pula Mulawesdin Pur-ba saat pulang ke Siantar, Simalungun. I

    6 OKTOBER 2013 I TEMPO I 95

  • - I1I`*I-II*-I'kl _ '.IlII " II' III' _ _ L

    .;_ t_'.~"I_I9 I' . *I' _ IIT- - -- _;= _-.\ _*ira -' .I `_\ _ ' '

    -1' -1 __-_ :- F __-_ j__L'_,

    ^_- ~ -` -' II I _ _ 'T " . .j_ #3 __ _ ;_ ' '_;_':_,'f_ 1 L ___ _'!._)_ ._-_ 1. _ .'

    -"~f '- -_ - "_ -r Ai 1 rf "I .r Ir1* -:- _ -- ' 1 '- -.._ _ - . -:-I _I ar; '_ - 73- ' --" . - ' _"IITI I .-'I- _ 'II III I -JL. -IIJI -1 - I -I I ".*- .if-'I_ .- . _ ,_-. =-=.-; _ 'ff-1 -wr'. -_. - ff-I

    ` -ri. - - _ F '- :_ _ - -ia'-_-*J 1'_;- -.__ i. -=f.+- I ' '35 _wii- _ it

    wi.. .-r.. _'_ ._ . ` - .~ '-I_ --_,_. ___;___f1 - - _ __ -, :_ ____ _: __- _ If_ '_.l -I V I I I _'I

    _ , - _ _. _ 1 _ _@_

    ` Hs. JL; ` '- "-.I-.-_' '- : I 45- ' IUI? - I _ I* f -f.'__ - '_ L'. '-:_ A+ ' _ _-

    *' ' '__ ' '

    i '*

    . _ ., ____ _ _ .___ _ _ _;~ ' I r 1,2 -. -I _ n_:- .__:_ =_- __ _ I-__ ;.

    . I ._" .-I _-r' _ ___. __' -. - - 1- .--- - - - :_ r . - | - -__ _ ______ _ L- _. I _ 1. .__ ._f__ _faq .__-_,_ -.:. f- -__- .;-__ _ _ ___ _ _ . . . -_ .. _

    I. _nt-' 2- II ~I Ir- ' *-f'. ,-." -, _ _ r. --. _ I_ I. .v`_-_' _-_'_ \~.. ' f : - 1- - __

    di

    AKTIVIS LEKRA GIAT MENGGARAP LEMBAGA SENI DI 'jE;_4_

    ._'I)3:-

    1.'-

    ATUNG Sri Sultan Hamengku Buwono IXmenjadi penanda rumah di jalan Batikan,Yogyakarta, itu. Arca raja Keraton Yogya-karta ini berbentuk kepala dan pundak.Tingginya sekitar satu setengah meter. Pe-matung Rustamadji memahat batu kali un-tuk mengukir kepala Sultan yang berpeci

    I dan berseragam tentara dengan pangkatbintang dua.

    Rumah ini dulu pusat kegiatan Sanggar Pelukis Rak-jat. Hendra Gunawan mendirikan organisasi itu pada1949. Ia menyewa rumah Mbah Mangun. Kini rumahitu ditinggali Krisna Aryanto, 41 tahun. Krisna adalahcucu Mbah Mangun.

    Dulu rumah itu berdinding gedek, kini berdindingtembok. Rumah itu tanpa teras. jendela dan pintu war-na biru menghiasi. Rumah itu beralamat di Mergang-san II Nomor 66. Meski begitu, banyak orang lebih me-ngenal alamat lama, jalan Sentul Rejo Nomor 1. Tu-kang pos pun tahunya, ya, Sentul Rejo, kata Krisna dirumahnya, Senin dua pekan lalu.

    Bagi pematung tersohor Edhi Sunarso, 81 tahun,rumah itu menjadi saksi perkawinan seni dan politik,bagaimana Lembaga Kebudayaan Rakyat mengem-bangkan sayap di Yogyakarta. Sejumlah seniman Pe-lukis Rak_jat tinggal di rumah itu. Selain Edhi, ada Tru-bus Sudarsono, Rustamadji, Abas Alibasyah, BataraLubis, dan Permadi Lyosta.

    Pada 1955, Trubus, Yuski Hakim, Martian Sagara,dan Trisno ikut kursus kader partai. Hendra Guna-wan pun bergabung dengan Lekra. Edhi mengenang,sejak saat itu, obrolan di sanggar lebih kental bermua-tan politik. Edhi berseberangan dengan Lekra. Bagi

    96 I TEMPO I 6OKTOBER 2013

    DESA-ntsA_stN|MANMENDAPAT Kursus Politik. III;.MM-

    dia, seni memang untuk rakyat, tapi bukan rakyatversi Lekra, yang berbau politik. Seni untuk rakyat,kata dia, harus murni buat kemanusiaan.

    Edhi, yang tinggal di sanggar sejak 1950, memilih ke-luar dari rumah itu pada 1955. Tapi saya tetap anggotaPelukis Rakjat, ucapnya. Belakangan Rustamadji, C.j.Ali, dan Abas Alibasyah menyusulnya. Edhi mengata-kan sebagian seniman Pelukis Rak_jat memang berga-bung dengan Lekra. Namun, secara organisasi, lem-baga ini bukan bagian dari I.ekra. Berhimpun ke Lekramerupakan pilihan politik masing-masing.

    Di Yogyakarta, kata Edhi, Lekra tak punya kan-tor sendiri. Lekra berkembang dengan cara masukke organisasi seniman. Selain Pelukis Rakjat, ada se-_jumlah organisasi seniman lain yang sebagian ang-gotanya bergabung dengan Lekra. Sebut saja Seni-man Indonesia Muda bentukan S. Sudjo_jono. Adajuga Pelukis Indonesia Muda, yang dimotori NasjahDjamin, Widayat, dan Sayogo. Begitu juga SanggarBumi Tarung, yang sebagian besar anggotanya se-niman Lekra.

    Di Klaten, jawa Tengah, dalang Setya Raharja ikutmengembangkan Lekra. Warga Pedan yang kini ber-usia 78 tahun ini masih hafal lagu propaganda untukkampanye PKI pada Pemilu 1955. Ini satu di antara-nya: kethukjangga lcernpul/kendanggong kenonge/kepethuk pada kumpul/tirnbang dewe dewe/jo lali lho pi-lihane/pilihane milihpalu arit wae.

    Tembang itu semacam lagu wajib dalam setiappertunjukan kelompok seni Lekra di Klaten. Biasa-nya Slamet membawakan lagu ini dalam pentas wa-yang. Segmen dagelan pada wayang merupakan ba-gian penting untuk propaganda. Berbagai lirik tem-

    ~.-_

  • ;.?"

    `,

    KKESUSANTO

    VAAM'--.

    KULEKS

    .-aj W

    ff'

    E* .....-.. . .

    mwp..

    .rmf ,*= lil*

    -,_=s.

    bang diubah sesuai dengan haluan politik. Lekra jugamasuk ke kesenian rakyat di Pedan melalui tari Gan-cuni. Ada yang meyakini tarian ini berasal dari Cina,yang menceritakan petani sedang memanen jagung.Slamet piawai menarikannya. Dia juga jago berpida-to. Ia seniman Lekra yang menonjol di Klaten.

    Slamet mendapatkan pendidikan singkat khususdi Komite Distrik Besar di Semarang sekitar setengahbulan. Pendidikan berlanjut hingga Central Comi-te di Senen, jakarta. Ia digembleng untuk tugas khu-sus: merintis perkembangan PKI di Palu, Sulawesi Te-ngah. Kesenian jadi pintu masuk, kata Slamet di ru-mahnya,]umat tiga pekan lalu.

    Setahun Slamet bermukim di Sulawesi. Sama se-perti di daerah asalnya, dia tak masuk struktur PKIataupun Lekra. Tugasnya hanya berkesenian. Keti-ka pecah peristiwa 1965, Slamet lolos dan menyelinappulang ke Klaten. Selang beberapa hari tiba di rumah,ia diciduk tentara. Slamet dijebloskan ke penjara tan-pa pengadilan dan bebas pada 1971.

    Masuknya Lekra ke kelompok seni tradisi juga di-ungkapkan seniman ketoprak Bondan Nusantara.Pria kelahiran 1952 itu ingat bagaimana ibundanya,Khadariyah, jadi primadona ketoprak. MenurutBondan, seni tradisi mulai kuat dijawa pada 1950-an dan Pemilu 1955 mendorong partai gencar meng-ajak masyarakat berpolitik. Seniman yang semu-la tak paham politik mencoba masuk ke situ, kataBondan.

    Kini Khadariyah berusia 88. Ia memegang tongkatuntuk menyokong langkahnya yang tertatih. Khada-riyah adalah bintang panggung ketoprak Kridomar-di, yang dipimpin Cokrojadi, sejak1950-an. Cokrojadi

    - ,,\~.=x _

    ..A -:5-,-..I

    Q'

    im

    Anggota PelukisRakjat di sampingpatung Sri SultanHamengku BuwonoIX di Sanggar PelukisRakjat, Yogyakarta,1950-an.

    anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah IstimewaYogyakarta hasil Pemilu 1955.

    Kridomardi berada di bawah Lekra dan punya sek-retariat di dekat Keraton Yogyakarta. Segenap penju-ru tempat di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,dan sebagianjawa Barat sudah pernah Khadariyahje-lajahi. Setelah Pemilu 1955 menempatkan PKI sebagaipemenang keempat, Khadariyah merasakan keseni-an rakyat kian banyak membawa muatan politik. La-kon pakem ketoprak ditafsir ulang untuk corong par-tai. Itu tugas dari partai, ujar Khadariyah.

    Bondan menceritakan diubahnya lakon SumintenEdan. Sesuai dengan pakem, lakon itu berkisah ten-tang Suminten, anak warok Ponorogo, yang batal di-sunting Subroto, anak Adipati Trenggalek. Subrotojustru memilih Wartiyah, anak warok Ponorogo lain.Ini mengakibatkan Suminten gila. Tapi Suminten bisadisembuhkan ayah Wartiyah. Akhirnya Subroto me-nikahi keduanya.

    Kridomardi mengolah dan mementaskan Sumin-ten Edan dengan cara berbeda. Gilanya Suminten jus-tru membuat para warok bersatu. Para warok menu-ding Subroto memilih Wartiyah dengan tujuan meng-adu domba warok. Akhirnya, warok mengepung ka-dipaten. PKI antipoligami, jadi ceritanya diubah,kata Bondan.

    Lekra membentuk Badan Kontak Ketoprak Selu-ruh Indonesia (Bakoksi) di Yogyakarta. Tugas Ba-koksi mengorganisasi kelompok ketoprak di seluruhJawa, Sumatera, dan Kalimantan. Tiap kelompok ke-toprak berkewajiban memberikan iuran 10 persendari penghasilannya. jika ada kelompok ketoprakakan tampil di daerah, Lekra menguruskan izin me-lalui partai. Semua honor pemain l

  • "- .t.` I I-'ul 1 .'--..'_"' `

    Pf., kk* _' . ` j_-. -. . -_ - ._ - _ ;, ~= l-.- ..I = - '\ := 5:'t 5:' -1 fa-1' I u - 2 .ATP . 11? , _ , . Wit; T* _. - ; -.If - -_ i Y, 1-J _ _f ._- -*I I =;;, ' ir '; 'if "' '--: ~i -if:- 11' 3 ' '_; _`f ~.,_ .,_ '; V . -' ~

    -, '_;' ` _ j f _ nf, v- I '' V -f-I flv ne lw 'Wi "fr _-. 1 _ . -. __ in - _. ' ; _oy ' _ . _vy ' W f ,_\- t 1. .

    .f ., 14 1 yy "_^_ _ . _'.-sr.. . ' 1 '

    6* ' 5:' A: '-*ii =' Jl: 7,; ' ' J: ll:I'. _'J' A , V. CI' 'T li' 1 _ *A - \ Q.

    1., .'. -~ 1. .t ff; ?%`2_._ "r ,T' f; 1. -T-- .I V,.\ L, , _ -I ,.I J), ,mi , ~_,_ 1 ./ -Vi fs;-' -_' ' :f 1' _' 1 ' _ V 1 'Y i 'IA__ II .-dg ` W '__| ul'. .._ ` _ _i ",'_ _ '53 1.,,

    3-,__ s _ ` iv' ,~ , _;_ ., _lq -T-,.1. , ' ' f - ' ,L _I ` vi- ' U I ^. f* : I *V 1 - _=, _ i -.- ^ *-_,. , - 1 5 . .

    7.; SENIMAN LEKRA MENGUBAH KESENIAN.q ._

    ag.

    BANYAK CERITA RAKYAT DIGUBAH.'\_\_.

    \ En'-

    UDAH, biarkan saja dia menghina kami.Gusti Allah mboten sare (Tuhan tidak ti-

    J 1? dur), ujar seorang pemain ludruk dalam_sebuah dialog pementasan ludruk di Keca-

    ?f_=-I-@_ matan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Ti-._ ,j mur, pada 1965. "Gusti/lllah gak turu, wong

    -;\.":.', A.-='T= .pig. gak duwe kloso (Tuhan tak tldur karena tak"3"'* ' I' punya alas tikar), celetuk pemain lain me-

    ngomentari lawan bicaranya.Dialog dalam adegan ludruk berjudul Matine Gus-

    ti Allah (Matinya Tuhan) itu memancing amarah seo-rang simpatisan Barisan Ansor Serbaguna, yang ikutmeriung di antara ratusan penonton. Ia meloncat danmengamuk di atas panggung. Pemain dan penontonkocar-kacir.

    Anggota Banser itu menganggap dialog dalam la-kon tersebut sebagai bentuk penistaan agama. Pe-mentasan lakon yang sama dalam sebuah hajatan diDesa Kerjen, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar,juga berakhir ricuh. Banser mengorak-arik makananyang disuguhkan kepada tamu, lalu membuangnyake sawah. Pentas ludruk bubar.

    Kisah itu dituturkan Wakil Ketua Lembaga Seni-man dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi)Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Agus Sunyoto, yangmengaku mendapat penuturan dari saksi mata Ta-myiz Djisman yang sudah meninggal. Lakon itu dima-inkan grup ludruk yang tergabung dalam LembagaKebudayaan Rakyat, tapi ia tak ingat lagi nama grup

    TRADISIONAL MENJADI PROGRESIF REVOLUSIONER. dan asalnya.Cerita dalam lakon tersebut sebenarnya sederha-na: menggambarkan kondisi masyarakat saat itu yangserba susah karena perekonomian yangtidak keruan.Kidung dan parikan yang dibawakan dalam ludrukmengandung kegetiran dan kekecewaan hidup padamasa itu. "Mungkin ini bentuk sindiran. Tapi orangdesa, yang tidak terdidik, mana paham? kata Aguskepada Tempo tiga pekan lalu.

    Di Jombang, yang merupakan basis massa NU, Le-kra juga berani manggung dengan lakon ludruk Gus-ti Allah Ngunduh Mantu (Tuhan Mengambil Menantu).Lakon ini dimainkan grup ludruk paling terkenal diJombang waktu itu, Arum Dalu. Allah yang bagi orangIslam hanya satu atau tunggal dipersepsikan punyaanak dan menantu. Ada lagi cerita Kawine Malaikatjibril. Itu menyinggung dan membuat panas orang-orang Islam, ujar Nasrul Ilahi, budayawan Jombangyang juga adik tokoh Emha Ainun Nadjib, kepadaTempo, tiga pekan lalu.

    Suwardi, 80 tahun, anggota grup ketoprak dan wa-yang orang Ngesti Wargo (binaan Lekra), Bojonego-ro, membenarkan pernah memainkan lakon GustiAl-lah Dadi Manten. la memerankan tokoh Gareng, abdidalem yang dikenal loyal terhadap tuannya. "Sebagaipemain, saya ikut pelatih (sutradara) saja, katanya dikediamannya di Kampung Pinggiran, Ledok Kulon,Bojonegoro.

    Sepanjang 1965 itu, grup ludruk dan ketoprak diJawa Timur semakin berani dan kritis. Lakon-lakonyang provokatif, seperti Gusti Allah Dadi Manten danMalaikat Kimpoi (Malakat Bersetubuh), sering dipen-taskan. Pentas hampir merata di semua daerah yangmemiliki basis kesenian binaan Lekra. Seniman ke-toprak dari Yogyakarta, Bondan Nusantara, menu-turkan pernah sebuah kelompok ketoprak lokal diKecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta, membuat

    SEPANJANG 1965 ITII, GITIIP LIIIJRIIII IIAN KETAPRAK III JAWA TIMIJR SEMAKINBERANI IIAN KRITIS. LAKAN-LAIIIIN YANG PRIIYIINATIE, SEPERTI GUSTI llllll [MUIMAIYTEII IIAN Mlllllllllll IIIMPUI IMALAIMI HEHSETIIBAIII, SERING IIIPENTASIIAN.

    98 I TEMPO I 60KTOBER 2013