majalah pusrehab 2014

56

description

majalah

Transcript of majalah pusrehab 2014

Page 1: majalah pusrehab 2014
Page 2: majalah pusrehab 2014

Bhak

ti S

osia

l dal

am ra

ngka

HU

T Pu

sreh

ab K

emha

n Ke

46.

Page 3: majalah pusrehab 2014

PelindungLaksma TNI dr. Emil Dinar Makotjo Sp.U.

Penanggung JawabKolonel Kes Wahyu DS, SMPh, SKM, MM

Ketua Kolonel CKM Budi Purwanto SM, SKom

SeKretariSAne Rospita Yunior S.Psi

redaKSiIr. Umi Hanik

Dra. Sri NurhayatiPrasetio Indiawan

Diah Ayu Retnowati Wibowo S.Psi

doKumentaSiAtmadi S.Sos, MM

Sukardi

rePortaSiErlin Sudarwati SMPh, SKM, MM

Ichsansyah Putra

diStribuSiSujarwo

Melismiadi

alamat redaKSiJl. RC Veteran 178 Bintaro

Jakarta SelatanTelp. 7353347, 7355757

Email. purwantobudi90 @yahoo.com

Ucapan Selamat Kapusrehab Kemhan Kepada Calon Peserta Rehabilitasi Terpadu

Nomor 38 Juni 2013

1

P e n g a n ta r R e da k s i

Para pembaca Majalah Warta Pusrehab yang

budiman, puji syukur kita panjatkan kehadirat

Tuhan Yang maha Esa, karena atas rahmat dan

karunia-Nya Majalah Warta Pusrehab No. 39 Juni

2014 tampil kembali dihadapan para pembaca sekalian dalam

rangka menyambut HUT ke 46 Pusrehab Kemhan.

Tema Majalah Warta Pusrehab kali ini “Upaya mewujudkan

Penyandang Disabilitas yang Mandiri dan Profesional” dengan

mengetengahkan lima topik utama antara lain Warta Utama,

Warta Penca, Artikel, Lensa Pusrehab dan Serba-serbi.

Pada Edisi ini kami berusaha untuk ikut mensosialisasikan

tentang penggunaan istilah Penyandang Disabilitas

menggantikan istilah Penyandang Cacat (Penca).

Seperti biasa pada edisi ini tetap mengupas tentang liku-liku

Penyandang Disabilitas/Penca yang berjuang untuk bangkit agar

dapat mandiri dan profesional dalam bidang usaha, olah raga

dan sebagainya, agar dapat memberikan motivasi kepada sesama

Penyandang Disabilitas.

Artikel yang lain menyajikan tentang tulisan berbagai

pengetahuan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, untuk

menambah wawasan dan pencerahan bagi seluruh pembaca

Majalah Warta Pusrehab .

Foto kegiatan Satuan Pusrehab Kemhan dalam kurun waktu

tertentu disajikan dalam Lensa Pusrehab.

Tim redaksi dengan senang hati menerima masukan dan saran

dari pembaca untuk penyempurnaan baik tampilan maupun

isi majalah Warta Pusrehab ini serta menerima kiriman tulisan

dalam bentuk apapun dari Pembaca untuk dimuat pada edisi

berikutnya.

Page 4: majalah pusrehab 2014

D a F ta r i s i

DaFtar isi

2

Page 5: majalah pusrehab 2014

Jakarta, 6 Juni 2014

Kepala Pusat Rehabilitasi

dr. Emil Dinar Makotjo W. Sp.U.

Laksamana Pertama TNI

dr. Emil Dinar Makotjo W. Sp.U.Laksamana Pertama TNI

s a m b u ta n K a P U S r e H a B K e M H a n

Assalamu”alaikum Wr.WbSalam Sejahtera bagi kita semua,

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, berkat KaruniaNya kita masih tetap diijinkan mengabdi kepada bangsa dan negara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

Para pembaca yang budiman, Warta Pusrehab nomor 39 edisi Juni 2014 kali ini mengambil tema “Upaya Mewujudkan Penyandang Disabilitas Yang Mandiri dan Profesional”. Tema ini diambil dengan harapan mampu mendorong setiap diri penyandang disabilitas, pegawai Pusrehab sebagai insan rehabilitator maupun Pusrehab selaku Institusi untuk menggali dan mengembangkan potensi dirinya agar lebih kreatif dan profesional menuju suatu perubahan yang lebih baik dan bermakna.

Warta Pusrehab diharapkan mampu berperan sebagai media informasi dan komunikasi serta mendukung tugas pokok, baik sebagai wadah pembekalan pelatihan bagi para penyandang disabilitas maupun perkembangan perumahsakitan untuk pelayanan bagi para pegawai U.O. Kemhan, satuan diluar Kemhan serta pelayanan pasien BPJS lainnya dalam rangka berpartisipasi menunjang kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk dan karuniaNya kepada kita semua.

Terimakasih, Wassalamualaikum Wr. Wb

3

Page 6: majalah pusrehab 2014

Warta Utama

UMUM

undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial nasional (SJSn) merupakan awal dimulainya reformasi menyeluruh Sistem Jaminan Sosial di indonesia. SJSn adalah

suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat guna mewujudkan masyarakat indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.

implementasi undang - undang SJSn memerlukan kelengkapan peraturan pelaksanaan yang mengatur secara rinci substansi program, kelembagaan dan penyelenggaraanya. undang - undang nomor 24 tahun 2011 tentang badan Penyelenggara Jaminan Sosial (bPJS)

disusun bedasarkan konsep jaminan sosial yang sahih dan integral agar menjadi payung hukum dalam penyelenggaraan jaminan sosial.

bPJS kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014. dengan demikian rS dr. Suyoto sebagai unit Pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pertahanan harus melaksanakan program tersebut karena sejak beroperasinya bPJS kesehatan maka Kementrian Pertahanan tni dan Polri tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang di tetapkan dengan Peraturan Presiden.

bedasarkan keputusan menteri Kesehatan ri nomor: HK.03.05/i/1721/ii tanggal 7 Juli 2013 tentang penetapan

Pelayanan BPjs Di RS dr. Suyoto PuSREHAB KEMHAN

Oleh: Kolonel Kes dr. Budi Satriyo U, Sp.KFR

4

Page 7: majalah pusrehab 2014

Warta Utama

kelas b rS dr. Suyoto maka dalam pelaksanaan program bPJS rS dr. Suyoto sebagai salah satu fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (tK ii).

Pelayanan BPJS dalam menyelenggarakan kegiatan perumahsakitan terhadap pasien bPJS, pelayanan yang dilakukan di rumah Sakit dr. Suyoto Pusrehab Kemhan meliputi:

1. Pelayanan medik yang meberikan pelayanan terhadap :a. Pelayanan unit gawat daruratb. Pelayanan Poli Spesialis ( rawat Jalan)c. Pelayanan rawat inap

1) Perawatan inap non intensif2) Perawatan inap di ruang intensif

2. Kepesertaan :a. anggota tni, Polri, PnS dan Keluarganya, anggota

Keluarga meliputi: 1) Satu orang istri atau suami yang sah dari peserta2) anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat

yang sah dari peserta dengan kriteria :a) tidak atau belum pernah menikah atau tidak

mempunyai penghasilan sendirib) belum berusia 21 tahun atau belum

berusia 25 tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal di tunjukan dengan surat keterangan kuliah dan institusi pendidikan. Jumlah peserta dan anggota keluarga yang di tanggung oleh jaminan kesehatan paling banyak 5 orang.

b Peserta askes sosial c. Peserta bPJS umum, pegawai pemerintah non

pegawai negri sipil:1) Peserta KJS2) Peserta Jamkesmas3) masyarakat umum peserta bPJS4) Peserta Jamsostek

3. Ketentuan administratif untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rS

dr. Suyoto peserta harus memenuhi kelengkapan administrasi sebagai berikut :a anggota tni/Polri/PnS/ dan Keluarganya

1) membawa rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama (poliklinik PKK1/Puskesmas)

2) FC kartu bPJS/Kta (2 lembar )3) FC KtP (2 lembar ) Keluarga :1) membawa rujukan dari (poliklinik PKK1 /

Puskesmas )2) FC kartu bPJS/Kta (2 lembar)3) FC KK (2 lembar)

b. Peserta askes :1) membawa surat rujukan dari puskesmas2) FC kartu bPJS/askes (2 lembar)

c. Peserta bPJS umum :1) membawa surat rujukan dari puskesmas2) FC kartu bPJS (2 lembar)3) FC KK (2 lembar)

4. waktu Pelayanana. Pendaftaran

1. ugd : 24 jam2. rawat Jalan : Pukul 07.00 s.d 11.00 wib

b. Pelayanan Poli Spesialis Senin s.d Jum’at : Pukul 07.00 s.d 14. 00 wib Sesuai dengan jadwal dokter praktek.

5. Fasilitas ruang Perawatana. ruang Perawatan Kelas iii bagi :

1) Peserta Pbi Jaminan Kesehatan (peserta KJS dan Jamkesmas)

2) Peserta bPJS umum dengan iuran untuk manfaat pelayanan di

ruang perawatan kelas iiib ruang Perawatan Kelas ii bagi :

1) PnS dan penerima pensiun PnS gol i dan ii beserta keluarganya

2) anggota tni dan Polri dan penerima pensiun anggota tni dan Polri gol i dan ii dan yang setara beserta keluarganya

3) Pegawai Pemerintah non Pegawai negeri yang setara PnS gol i dan ii beserta keluarganya

4) Peserta bPJS umum dengan iuran untuk manfaat pelayanan di

ruang perawatan kelas iic. ruang Perawatan Kelas i, diperuntukkan bagi :

1) Pejabat negara dan anggota keluarganya2) PnS dan penerima pensiun PnS gol iii dan iV

beserta keluarganya3) anggota tni dan Polri dan penerima pensiun

anggota tni dan Polri gol iii dan iV dan yang

5

Page 8: majalah pusrehab 2014

Warta Utama

7. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin : a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui

prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku

b. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakan kerja terhadap penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja

c. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negerid. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/

atau kosmetike. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas (memperoleh

keturunan)f. Pelayanan meratakan gigig. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan

dan/atau alkoholh. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti

diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri

i. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional termasuk akupuntur, shin she.

j. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susuk. Pelayanan kesehatan akibat, kejadian luar biasa/

wabahl. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan

dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan. n

setara beserta keluarganya4) Pegawai Pemerintah non Pegawai negeri yang

setara PnS gol iii dan iV beserta keluarganya5) Peserta bPJS umum dengan iuran untuk

manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas i

6. Pelayanan Kesehatan yang dijamin :a. rawat Jalan

1) administrasi pelayanan2) Pemeriksaan dan pengobatan oleh dr. spesialis

dan sub spesialis3) tindakan medis spesialistik sesuai indikasi

medis4) Pelayanan obat dan bahan habis pakai5) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai

dengan indikasi medis6) Pelayanan jenazah

b. unit gawat darurat1) administrasi pelayanan2) Pemeriksaan dan pengobatan sesuai indikasi

medisc. rawat inap

1) Perawatan inap non intensif2) Perawatan inap di ruang intensif

6

Page 9: majalah pusrehab 2014

Oleh : Kolonel Kes dr. Budi Satriyo U, Sp.KFR

KEsIAPAN RUMAH sAKIT dr. sUYOTODALAM PENANGANAN

TRAGEDI KORBAN KECELAKAAN

KERETA API BINTARO 9 DESEMBER 2013

Warta Utama

7

Page 10: majalah pusrehab 2014

Warta Utama

8

PENDAHULUAN

rumah sakit merupakan salah satu lembaga publik yang terlibat langsung dalam merespon suatu bencana yang terjadi dalam wilayah kerjanya. Hal inilah yang sering dilihat sebab perannya sering baru tampak oleh

masyarakat ketika bencana itu terjadi. Padahal, baik atau buruknya respon rumah sakit terhadap bencana sangat tergantung dari serangkaian aktifitas yang sudah dilakukan jauh sebelumnya.

rumah Sakit dr. Suyoto sebagai unit Pelaksana teknis Pusrehab Kementerian Pertahanan yang mempunyai tugas memberikan pelayanan medik dan rehabilitasi secara terpadu terutama bagi Penyandang disabilitas personel Kemhan dan tni beserta keluarganya serta pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum sebagai sub sistem peningkatan pelayanan kesehatan nasional.

lokasi rumah Sakit dr. Suyoto yang mudah dijangkau sehingga memudahkan masyarakat baik anggota Kemhan maupun masyarakat umum menerima pelayanan kesehatan yang diberikan, hal ini terbukti pada saat terjadi kecelakaan Kereta api bintaro, maka evakuasi korban terdekat dikirim ke rumah Sakit dr. Suyoto Pusrehab Kemhan.

Hari jum’at jam 11.50, cuaca saat itu sangat terik dan lalu lintas padat, terjadi tabrakan dilintasan kereta api yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah Sakit, antara mobil pengangkut bbm Pertamina dengan kereta api (comuter line) jurusan Jakarta-serpong. Jumlah korban luka dan meninggal dari kedua alat transportasi tersebut (truk dan Kereta api) 2 orang meninggal dunia (saat perjalanan ke rS dr. Suyoto) dan 87 orang luka-luka, sebagian besar luka bakar.

KESIAPAN RS dr SUYOTOPada situasi bencana semacam itu, rumah Sakit akan

menjadi tujuan akhir dalam menangani korban sehingga rumah

Sakit harus melakukan persiapan yang cukup. Persiapan tersebut dapat diwujudkan diantaranya dalam bentuk menyusun perencanaan menghadapi situasi darurat, yang juga dimaksudkan agar rS tetap bisa berfungsi melayani pasien yang sudah ada sebelumnya (business continuity plan). “rencana tersebut umumnya disebut sebagai rencana Penanggulangan bencana di rumah Sakit, atau Hospital Disaster Plan (HDP)”.

Ketika terjadi bencana, selalu akan terjadi keadaan yang kacau (chaos), yang bisa menganggu proses penanganan pasien, dan mengakibatkan hasil yang tidak optimal. dengan HdP yang baik, chaos akan tetap terjadi, tetapi diusahakan agar waktunya sesingkat mungkin sehingga pelayanan dapat tetap dilakukan sesuai standard yang ditetapkan, sehingga mortalitas (angka kesakitan) dan moriditas (kematian) dapat ditekan seminimal mungkin.

dalam situasi bencana, yang paling sering muncul di rS adalah :1. Pada satu saat ada penderita dalam jumlah banyak yang harus

dilayani sehingga persiapan yang terlalu sederhana (simple alarm) akan tidak mencukupi, dan diperlukan persiapan yang lebih komperhensif dan intensif (Organization for a Mass admission of Patients – OMP).

2. Kebutuhan yang melampaui kapasitas rS, dimana hal ini akan diperparah bila terjadi kekurangan logistic dan Sdm, atau kerusakan terjadi infra struktur dalam rS itu sendiri.

Pada situasi bencana yang terjadi diluar rS, hasil yang diharapkan dari HdP adalah korban dalam jumlah yang banyak mendapat penanganan sebaik mungkin, melalui optimalisasi kapasitas penerimaan dan penanganan pasien, dan pengorganisasian kerja secara profesional, sehingga korban/pasien tetap dapat ditangani secara individu, termasuk pasien yg sudah dirawat sebelum bencana terjadi. Sedangkan untuk penanganan korban di luar rS, bantuan medis diberikan dalam bentuk pengiriman tenaga medis maupun logistik medis yang diperlukan.

target dari Hospital disaster Plan (HdP) adalah:1. mencegah timbulnya korban manusia, kerusakan harta

benda maupun lingkungan, dengan cara :a. membuat protap yang sesuaib. melatih karyawan agar dapat menjalankan protap tersebutc. memanfaatkan bantuan dari luar secara optimal.

2. mengembalikan fungsi normal rumah Sakit secepat mungkin

Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk bencana eksternal maupun internal. Konsep dasar suatu HdP adalah melindungi semua pasien, karyawan, dan tim penolong serta respon yang optimal dan efektif dari tim penanggulangan bencana yang berbasis pada struktur organisasi rS sehari-hari.

Selain itu perencanaan dalam HdP harus sudah diuji dalam suatu simulasi, serta disosialisasikan ke internal rS maupun institusi lainnya yang berhubungan. Selain itu juga perlu

Page 11: majalah pusrehab 2014

Warta Utama

9

dipersiapkan sejak awal bahwa suatu HdP merupakan bagian integral dalam sistim penangulangan bencana lokal /daerah setempat.

motto rumah Sakit dr. Suyoto adalah respek Sigap dalam Situasi. motto tersebut telah terpatri pada setiap anggota rumah Sakit baik tenaga medis, para medis dan tenaga non kesehatan lainnya. mereka sigap dalam memberikan pelayanan termasuk tenaga administrasi ikut langsung memberikan pertolongan ketika melihat kejadian di unit gawat darurat.

dalam menghadapi korban kecelakaan tersebut rumah Sakit dr. Suyoto telah mempunyai Standar operating Procedur (SoP). SoP penanganan bencana tersebut melibatkan tenaga medis, paramedis maupun non kesehatan lain serta tenaga administrasi dan keamanan. Kesiapan yang dilaksanakan meliputi Sdm, fasilitas, sarana dan pra sarana pendukung. Ketika terjadi Kejadian luar biasa (Klb) seperti kejadian tragedi Kereta api bintaro semua bergabung memberikan pelayanan terutama di unit gawat darurat. Prosedur pelayanan di unit gawat darurat, prosedur administrasi dan Prosedur di rawat inap dilaksanakan pada saat menangani korban sehingga semua korban bisa secepat mungkin ditangani.

upaya yang selama ini dilakukan rumah sakit dr. Suyoto dalam menghadapi kejadian luar biasa (bencana) adalah sebagai berikut :1) Sumber daya manusia

a. dengan memberikan pelatihan penanganan kegawatdaruratan baik bagi tenaga medis dan paramedis

b. Pelatihan manajemen bencana bagi anggota rumah sakit

secara bergantianc. Pelatihan siaga bencana yang meliputi tenaga medis,

paramedis dan tenaga non kesehatan pendukung lainnya.2) Fasilitas Pemenuhan ruangan dan fasilitas penunjang sesuai dengan

standar pelayanan minimal rumah sakit.3) Sarana dan prasarana

a. Pengadaan kebutuhan kelengkapan pelayanan perumahsakitan baik sarana alat kesehatan maupun bekal kesehatan

b. Pemeliharaan secara rutin sarana dan prasarana yang dibutuhkan

c. Pengadaan dan pemeliharaan pemenuhan kebutuhan komputer guna mempercepat pelayanan dan keintegrasian pemberian pelayanan

PENUTUPSelain SoP internal rumah sakit juga melakukan koordinasi

dengan unit terkait baik dinas Kesehatan maupun rumah Sakit Jejaring tni. Hal ini dilaksanakan untuk membantu proses evakuasi maupun penanganan lanjut korban karena keterbatan fasilitas maupun kemampuan yang dimiliki rS dr. Suyoto

Kegiatan lain yang dilakukan adalah selalu mengupdate data korban dan memberikan informasi mengenai perkembangan pasien kepada unit terkait. Selain pemberian informasi langsung juga melalui media sosial rumah sakit serta website. masyarakat bisa membaca langsung informasi terkini tentang data pasien yang dilakukan perawatan di rumah sakit melalui web rumah sakit dr. Suyoto. n

Page 12: majalah pusrehab 2014

REVALIDASI

Seminggu setelah Penulis mulai ditugaskan di Bidang Rehabilitasi Medik Pusat Rehabilitasi Kemhan, ada satu permintaan dari Bagian Tata Usaha untuk menjelaskan pertanyaan dari Pusat, mengapa Sub Bidang Revalidasi

harus diganti namanya menjadi Sub Bidang Kesehatan Khusus? Pertanyaan ini memang membuat Penulis muter-muter berkomunikasi untuk mencari tahu kepada Pejabat sebelumnya ataupun ke Staf yang mengikuti proses ganti nama atau ganti nomenklatur ini. Perubahan ini berkaitan dengan rencana Revalidasi Organisasi dalam rangka Perubahan Permenhan Nomer 16 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian Pertahanan khususnya dalam hal perubahan di Bidang Rehabilitasi Medik atau biasa disebut Bid RehabMedik. Memang terdengar unik karena yang di'revalidasi' adalah Subbidang Revalidasi. Data tertulis ataupun uraian saran staf yang terdokumen tentang perubahan tersebut tidak berhasil diperoleh, hanya penjelasan lisan saja yang didapatkan. Akhirnya Penulis mencoba meramu informasi lisan tadi dengan bumbu argumentasi yang logis dan kemungkinan mudah diterima. Apabila nanti bisa diterima mudah-mudahan dapat menjadi dokumen yang berarti bagi perubahan Organisasi khususnya Pusrehab Kemhan yang kita cintai ini.

SEKEDAR ISTILAH-KAH?

Pada Permenhan Nomer 16 tahun 2010 pasal 1218 menyebutkan bahwa Bidang Rehabilitasi Medik terdiri dari Sub Bidang Kesehatan Umum (Subbid Kesum) dan Sub Bidang Revalidasi (Subbid Revalidasi). Terdapat kerancuan nomenklatur antara nama Bidang dalam hal ini "Rehabilitasi Medik" dan nama Sub Bidang dalam hal ini “Revalidasi”. Dua istilah ini mempunyai makna yang sama, tetapi dalam struktur organisasi keduanya memiliki tugas dan kewenangan yang berbeda namun saling terkait. Istilah Revalidasi berasal dari bahasa Belanda “Revalidatie” yang bermakna sama dengan Rehabilitasi.

Bidang RehabMedik Pusrehab Kemhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan standarisiasi teknis di bidang kesehatan umum dan revalidasi penyandang cacat personel Kemhan dan TNI. Ruang lingkup sasaran yang dilayani sebagai sasaran tugas pokoknya adalah penyandang cacat atau Penyandang Disabilitas personel Kemhan dan TNI.

Pelayanan kesehatan umum dimaksudkan sebagai pelayanan kesehatan berupa pelayanan kedokteran umum, gigi dan spesialistik selain pelayanan kedokteran fisik dan rehabilitasi. Pelayanan revalidasi dimaksudkan sebagai pelayanan kesehatan yang lebih spesifik atau khusus bagi Penyandang Disabilitas

MENGAPA SUB BIDANG REVALIDASIPERLU DIUBAH MENJADI SUB BIDANGKESEHATAN KHUSUS

Oleh: dr. Dian Naka Eriawati, Sp.RM

(Sumbang Saran)

10

Warta Utama

Page 13: majalah pusrehab 2014

yaitu pelayanan kedokteran fisik dan rehabilitasi dan semua aspek yang terkait dengannya. Pelayanan kesehatan umum dan pelayanan revalidasi merupakan dua jenis pelayanan yang tidak berdiri sendiri tetapi sangat terkait dan saling mendukung oleh karena sasaran pelayanannya sama dan tujuan atau goals yang akan diinginkan juga sama yaitu untuk membentuk kemandirian kehidupan sehari-hari bagi Penyandang Disabilitas.

Istilah Revalidasi itu sendiri berasal dari bahasa Belanda “Revalidatie” dan mempunyai arti kata yang sama dengan Rehabilitasi, maka untuk tidak memberikan pengertian yang bias dan rancu perlu dipertimbangkan penggantian istilah Revalidasi dengan istilah lain yang lebih sesuai dan dengan tidak meninggalkan makna tugas pokok yang dimaksudkan.

MAKNA PERUBAHAN

Selama ini penjabaran tugas Subbidang Revalidasi sering dikonotasikan atau hanya dititikberatkan pada pelayanan dan penyediaan ortosa protesa, padahal apabila dimaknai lebih jauh sebenarnya tugas pelayanan kesehatan secara khusus bagi Penyandang Disabilitas ini harus lebih luas cakupan dan jenis layanannya. Perlu direnungkan lebih dalam atau menerawang jauh kedepan bahwa perubahan istilah Revalidasi menjadi Kesehatan khusus harus menggambarkan pelayanan secara holistik dari sudut pandang rehabilitasi agar lebih memperkaya makna pelayanan bagi Penyandang Disabilitas yang dilayani.

Perkembangan teknologi dan pengetahuan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi telah berkembang pesat sehingga kebutuhan dan spesifikasi pelayanan kesehatan di bidang ini juga berubah. Hal ini merupakan tantangan kedepan bagi praktisi kesehatan khususnya di Subbid Revalidasi untuk lebih mengembangkan diri.

Pelayanan promotif dan preventif rehabilitasi harus dikembangkan, perlu dipikirkan pula perkembangan pelayanan Sub spesialistik guna memberikan pelayanan yang lebih baik, bermutu dan up to date tidak ketinggalan jaman karena selalu mengikuti perkembangan keilmuan dan teknologi yang

baru diantaranya Rehabilitasi Muskuloskeletal, Rehabilitasi Neuromuskuler, Rehabilitasi Sport injury, Rehabilitasi Nyeri, atau Rehabilitasi yang khusus berkaitan dengan kesehatan matra di bidang Kedokteran kelautan, Kedokteran Penerbangan dan masih banyak lagi, selain Ortosa-Protesa yang sudah berjalan selama ini. Perlu dipikirkan dan dikembangkan pula kesehatan kesamaptaan bagi Penyandang Disabilitas, ini sangat berarti dan diperlukan karena kesehatan kesamaptaan bagi Penyandang Disabilitas adalah bagian dari rehabilitasi promotif dan preventif. Semua kegiatan ini perlu menjadi titik perhatian bagi Sub bidang ini di masa depan.

Proses untuk mewadahi perkembangan pelayanan kesehatan khusus bagi Penyandang Disabilitas tersebut pada akhirnya memerlukan pemahaman semua pihak dalam hal perwujudan organisasi yang lebih tertata dan sesuai dengan perkembangan yang terjadi saat ini.

Memahami masalah diatas, perlu ditindak lanjuti pemikiran perubahan nomenklatur SubBid Revalidasi menjadi SubBid Kesehatan Khusus bagi Penyandang Disabilitas agar semua yang menjadi tujuan akhir pelayanan kesehatan khusus ini dapat tercapai dan bermakna dengan baik.

KESIMPULAN

Pelayanan kesehatan khusus bagi Penyandang Disabilitas personel Kemhan dan TNI yang dilaksanakan di Pusrehab Kemhan, diharapkan dapat berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar tujuan mulia dari upaya rehabilitasi komprehensif bagi Penyandang Disabilitas personel Kemhan dan TNI tetap jelas dan dapat berkesinambungan dengan upaya pelayanan kesehatan secara umum.

Usulan perubahan nomenklatur Sub Bidang Revalidasi menjadi Sub Bidang Kesehatan Khusus harus tetap mengedepankan tugas untuk melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan standart, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan evaluasi dalam lingkup pelayanan kedokteran fisik dan rehabilitasi serta semua aspek yang terkait dengannya. Salam perubahan !! n

11

Warta Utama

Page 14: majalah pusrehab 2014

PENDAHULUAN.

Prajurit TNI dalam mengemban tugas pertahanan negara beresiko tinggi mengalami kecacatan, baik dalam dinas maupun karena tugas operasi. Sebagai penghargaan pemerintah atas pengorbanannya, Prajurit

TNI yang mengalami kecacatan dalam dinas keprajuritan, berhak memperoleh santunan dan tunjangan cacat serta hak untuk mendapatkan rehabilitasi, sesuai dengan tingkat dan golongan kecacatan yang ditetapkan oleh Panglima TNI berdasarkan hasil pengujian dan penilaian kecacatan Prajurit TNI oleh Panitia Evaluasi Kecacatan Prajurit (PEKP) TNI. Pusrehab Kemhan sebagai bagian dari Pemerintah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Pertahanan di bidang rehabilitasi medik, rehabilitasi vokasional, rehabilitasi sosial dan perumahsakitan. Guna meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antara Pusrehab Kemhan, Mabes TNI dan Angkatan serta Instansi lain yang terkait, dengan harapan dapat menyatukan persepsi, pola pikir dan pola tindak sehingga pembinaan bagi penyandang disabilitas yang berada

RAPAT KOORDINASI PENYANDANG DISABILITAS

KEMHAN DAN TNI TA. 2014 DI PUSREHAB KEMHAN

Oleh : Panitia Rakor

di lingkungan Kemhan dan TNI menjadi lebih optimal, maka dirasa perlu Pusrehab Kemhan untuk menyelenggarakan Rapat Koordinasi Penyandang Disabilitas Kemhan dan TNI TA. 2014.

TUJUAN DAN SASARAN RAKOR.Rapat Koordinasi Penyandang Disabilitas Kemhan dan TNI

TA. 2014 bertujuan menyamakan persepsi, pola pikir dan pola tindak dalam pembinaan penyandang cacat/disabilitas personel pertahanan sehingga lebih terarah, efektif dan efisien. Selama ini penanganan dalam pembinaan penyandang disabilitas masih kurang terkoordinasi sehingga cenderung bersifat sektoral. Diharapkan melalui Rakor ini penanganan pembinaan panyandang disabilitas dapat ditangani secara komprehensif mulai dari pendataan, penentuan status tingkat kecacatan, pemberian alat bantu maupun pelaksanaan rehabilitasi.

Yang menjadi target sasaran dalam rakor kali ini adalah para pejabat yang membidangi personalia dan kesehatan yang berhubungan dengan penyandang disabilitas. Untuk para pejabat yang diundang dalam Rakor tersebut masih berada di lingkungan

12

Warta Utama

Page 15: majalah pusrehab 2014

bertugas, prajurit tersebut mengalami kecacatan kemudian kita sembunyikan karena dianggap mengganggu satuan, hendaknya istilah dan pemikiran tersebut tidak ada dalam lingkungan TNI.

Oleh karena itu, semua satuan kerja di lingkugan Kemhan dan TNI/ Angkatan tentunya dalam melaksanakan pembinaan terhadap penyandang disabilitas di satuannya banyak permasalahan yang dihadapi, tetapi tidak semua permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Diharapkan Rakor Koordinasi Penyandang Disabilitas Kemhan dan TNI TA. 2014 ini dapat dijadikan momentum maupun ajang untuk bersama-sama mendiskusikan permasalahan yang ada pada penyandang disabilitas agar dapat dicapai titik temu dan solusi yang baik dan bermanfaat bagi penyandang disabilitas tersebut sehingga mereka dapat didayagunakan di satuan tempat tugas mereka maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Ada akhirnya “goal” dari topik yang dibahas pada Rakor kali ini adalah memiliki kebijakan atau payung hukum yang benar-benar melindungi dan memberi manfaat yang sebesar-sebesarnya bagi penyandang disabilitas.

Mengoptimalkan hasil Evaluasi Kecacatan Prajurit terkait status tingkat dan golongan kecacatan prajurit sehingga dapat dijadikan sebagai sumber data yang valid. Selanjutnya adalah pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas dihadapkan pada pelayanan BPJS, serta mensosialisasikan tupoksi Pusrehab Kemhan terkait program rehabilitasi terpadu bagi pejabat personalia dan kesehatan yang berada di lingkungan Kemhan dan TNI/Angkatan.

PENEKANAN PADA RAKOR.Beberapa penekanan yang disampaikan oleh Kapusrehab

Kemhan kepada peserta Rakor pada saat Sambutan Penutupan Rapat Koordinasi Penyandang Disabilitas Kemhan dan TNI TA. 2014 adalah sebagai berikut :1. Agar moment rakor ini dimanfaatkan sebaik mungkin untuk

saling berkoordinasi, berkomunikasi dan bersilaturahmi serta berinteraksi untuk mensinergikan tugas-tugas yang akan dilaksanakan terkait dengan pembinaan penyandang disabilitas.

2. Adanya sumbang saran, masukan dan kontribusi terhadap penyelenggaraan Rakor Panyandang Disabilitas ini dapat dijadikan pertimbangan pimpinan dalam mengambil kebijakan dimasa yang akan datang guna meningkatkan pembinaan dan kesejahteraan bagi para penyandang disabilitas.

3. Lanjutkan dan terus pelihara koordinasi dan komunikasi yang sudah terjalin selama rakor ini agar kita dapat mensinergikan tugas, fungsi dan peran kita masing-masing untuk mewujudkan apa yang kita inginkan yaitu menjadikan penyandang disabilitas yang mandiri dan produktif.

4. Dalam rangka validasi data penyandang disabilitas Kemhan dan TNI, dimohon para Pembina personel di Mabes TNI dan Angkatan untuk secara periodik/persemester mengirimkan laporan data penyandang disabilitas masing-masing kepada Sekjen Kemhan dengan tembusan Kapusrehab Kemhan, sesuai dengan Surat Telegram yang telah dikirim. n

Kemhan, Mabes TNI dan Angkatan atau masih di wilayah Jakarta, belum menjangkau ke pajabat personalia maupun kesehatan yang berada di daerah. Peserta Rakorpun dihadirkan perwakilan penyandang disabilitas dari tiga matra dan satu orang PNS peserta rehabilitasi terpadu. Diharapkan pada rakor yang akan datang dapat menghadirkan pejabat personalia dan kesehatan yang menangani penyandang disabilitas di daerah. Pada rakor kali ini sekaligus untuk mensosilisasilan istilah penyandang cacat menjadi penyandang disabilitas yang lebih humanis sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas.

TEMA DAN TOPIK RAKOR. Dengan tema “Melalui Rapat Koordinasi Penyandang

Disabilitas Kemhan dan TNI 2014, kita optimalkan pembinaan guna mewujudkan penyandang disabilitas personel pertahanan lebih mandiri dan produktif”. Tema ini dirasa sangat tepat karena untuk menambah percaya diri penyandang disabilitas khususnya bila pensiun kelak akan menjadi insan yang bisa berkarya secara mandiri tanpa harus ketergantungan kepada orang lain. Dengan tema ini juga sekaligus memberi motivasi baik kepada pembina penyandang disabilitas maupun kepada penyandang disabilitas itu sendiri untuk lebih termotivasi dalam pembinaan penyandang disabilitas di satuan masing-masing.

Beberapa topik yang dibahas dalam rakor kali ini antara lain tentang kebijakan yang berhubungan dengan penyandang disabilitas baik Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden maupun Permenhan. Juga dibahas tentang Pelayanan BPJS khususnya kepada penyandang disabilitas, Evaluasi kecacatan prajurit untuk menentukan tingkat/golongan kecacatan, serta Pelaksanaan Rehabilitasi dan Validasi data penyandang disabilitas TNI.

Demikian juga perlunya tindak lanjut dari rakor kali ini yang menginginkan perlunya revisi terhadap Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 tahun 2007 tentang Santunan dan Tunjangan Cacat Prajurit TNI. Karena PP ini merupakan induk dari peraturan-peraturan yang berada dibawahnya dimana dalam salah satu pasal dalam PP ini dirasa masih ada hal yang perlu diperbaiki atau direvisi guna kebaikan penyandang disabilitas itu sendiri. Rakor menggunakan metode diskusi dan tanya jawab dengan waktu satu hari, dengan mendatangkan pembicara atau nara sumber dari Kemhan, Mabes TNI dan Instansi lain dari BPJS-Kesehatan Pusat dan BPJS-Kesehatan Cabang Jakarta Selatan.

HASIL YANG DIHARAPKAN.Sebagaimana yang diamanatkan dalam sambutan

Kapusrehab Kemhan, bahwa komitmen sebagai pimpinan tidak hanya memikirkan pada saat prajurit tersebut dibutuhkan dalam keadaan sehat dan kuat, tetapi kita harus memikirkan prajurit yang telah rela bertugas kemudian mengalami musibah, baik di medan operasi maupun kecelakaan pada saat bertugas yang akhirnya mengalami kecacatan. Kita tidak menginginkan ada istilah habis manis sepah dibuang, dimana di saat prajurit sehat jasmani dan rohani mereka dibanggakan, akan tetapi sekembalinya dari

13

Warta Utama

Page 16: majalah pusrehab 2014

Kesuksesan akan menyertai orang yang mau berusaha dan berani serta pintar memanfaatkan peluang bisnis. Hal inilah yang telah dilakukan oleh seorang penyandang disabilitas yang pernah mengikuti program Rehabilitasi

Terpadu di Pusrehab Kemhan. Kopda Made Suradya, NRP. 31020321290282, yang saat itu mengambil jurusan keterampilan Teknik Komputer. Dengan bekal ilmu dan keterampilan yang diperolehnya, rupanya Made begitu pintar menangkap peluang bisnis. Dengan bantuan istri tercintanya Suryani Ferawati, dibukanya sebuah kios/ warung internet (Warnet) yang diberi nama sesuai dengan nama putrinya yang masih berumur 5 tahun yaitu Adelia Giska Kirana, maka nama warnetnya adalah “Delia net”. Usaha Warnet Made Suradya tersebut dilengkapi dengan fasilitas usaha lainnya yaitu Game On line, melayani print out, service computer , up grade CPU computer, dan service printer.

Warnet yang berlamat di Jalan raya Parakan Muncang Nomor

204 Rt 01/10 Desa Sindang Pakuan, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, menempati lokasi yang sangat strategis, dekat dengan beberapa sekolah, puskesmas, dan pasar. Para pelanggannya diantaranya banyak anak sekolah, mereka tidak hanya ingi mencari materi tugas sekolahnya, print out tugas, cetak foto, dan bahkan banyak juga yang sampai mau mengantri untuk hanya sekedar bermain game on line.

Usaha warnet ini, begitu cepat berkembang dan cepat dikenal oleh masyarakat sekitar, karena selain untuk service computer dan printer, warnet ini juga menyediakan beberapa asesori komputer dengan harga yang terjangaku. Awal usahanya dimulai pada tahun 2010 dengan menyediakan 8 unit komputer, yang kemudian pada tahun 2013 telah bertambah 8 unit lagi sehingga total saat ini menjadi 16 unit komputer. Selama hari kerja, maka istrinya yang mengelola warnet tersebut, dengan omset rata-rata 400 ribu – 600 ribu rupiah per hari. Keuntungan dari usaha ini

PENYANDANG DISABILITAS YANG PANDAI MENANGKAP

PELUANG USAHAOleh : Tim Reportase

14

Warta Penca

Page 17: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

telah banyak bermanfaat, yang salah satunya telah dipakainya untuk kredit rumah seperti yang telah diidamkannya bagi keluarga kecilnya. Bahkan baru-baru ini telah dibukanya cabang baru di Lembang dengan jumlah komputer yang baru 8 unit, dengan mempekerjakan satu orang yaitu adik kandungnya.

Riwayat karirnya sebagai tentara dimulai pada tahun 2002 pada Sekolah Calon Tamtama (Secatam) yang langsung ditempatkan di Yonif Linud 330 Cicalengka, sampai dengan sekarang. Memang kalau dilihat sepintas secara fisik tidak terlihat kecacatannya, padahal Made adalah seorang penyandang cacat/disabilitas. Kecacatannya itu terjadi pada saat bertugas di Aceh Timur pada tahun 2005, yaitu berupa luka tembak di perut tembus pinggang, ada penggantian sendi panggul dengan dampak pemendekan tungkai 2 cm (kaki panjang sebelah). Dengan kondisi seperti itu, maka Made telah mendapatkan Skep penggolongan cacat yaitu Tingkat dan Golongan Cacat II C.

Maka, hak sebagai penyandang disabilitas personel Kemhan dan TNI, salah satunya adalah mengikuti Program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Made. Dan Made pun bersemangat untuk mengikuti Program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan pada tahun 2007 dengan jurusan Teknik Komputer, kemudian pada tahun 2009 kembali memperdalam keterampilannya dengan mengikuti kembali ke Pusrehab Kemhan pada kelas mahir. Dengan penuh semangat dan ketekunannya dalam mengikuti pelatihan, maka Made menjadi semakin kompeten dalam bidang teknik komputer tersebut, karena memang Pusrehab Kemhan khususnya Bidang Rehabilitasi Vokasional telah mempunyai program pelatihan berbasis kompetensi. Adapun tujuan dari pelatihan Teknik Komputer tersebut adalah bahwa setelah mengikuti pelatihan, peserta berkompeten dalam memperbaiki dan memelihara komputer beserta jaringannya dengan benar sesuai Standar Operasional Prosedure (SOP).

Beberapa kompetensi yang ditempuh Kopda Made Suradya selama mengikuti Rehabilitasi terpadu antara lain: 1) Mengidentifikasi spesifikasi perangkat penyusun computer. 2) Memasang perlengkapan computer. 3) Melakukan instalasi operating system, software aplikasi, dan

jaringan computer 4) Melakukan penanganan awal (troubleshooting) masalah PC. 5) Memperbaiki printer.

Sehingga, dengan ilmu yang didapat tersebut, Made menjadi penuh percaya diri untuk membuka warnet, dan service komputer di tempat yang dipilihnya cukup strategis, dan mempunyai banyak pelanggan tetap. Sungguh ilmu yang didapat dari Pusrehab Kemhan itu dirasakannya sangat bermanfaat, bahkan istrinya pun tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa telah diberikan kesempatan kepada suaminya untuk mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan, ilmu itu telah membawa perubahan dalam kehidupan rumah tangganya.

Namun demikian, Made masih ingin terus mengembangkan usahanya, dan tak henti-hentinya terus meningkatkan ilmu

komputer yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Hanya saja Made masih ada hal yang menjadi kendala yaitu masalah modal usaha untuk dapat lebih meningkatkan pelayanannya dalam servise komputer, mengingat teknologi komputer terus berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Made masih berkeinginan mengembangkan usahanya dan suntikan dana sebagai modal untuk membeli komponen- komponen yang lebih canggih lagi.

Oleh karena itu, Made pun berpesan kepada para penyandang disabilitas yang akan dan sudah belajar tentang komputer, agar terus meningkatkan kualitas ilmunya karena ilmu komputer yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi yang selalu berkembang. Dan Made sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan, karena ilmu yang didapatkan terasa sangat bermanfaat sampai sekarang, meskipun Made masih aktif sebagai anggota Yonif Linud 330 Cicalengka, namun usaha itu bisa diserahkannya kepada istrinya dan tentu saja istrinyapun menjadi pintar komputer karenanya. Made pun tetap bisa memantaunya diluar jam kerjanya, sehingga tidak mengganggu kedinasannya, malahan bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang lebih besar daripada gaji yang diterimanya sebagai anggota TNI. Maka pesannya kepada penyandang disabilitas lainnya adalah “Belajarlah dengan rajin, karena ilmu tidak ada matinya, terus berkembang, dan pasti bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan kita, maka janganlah putus asa!” n

15

Page 18: majalah pusrehab 2014

Tim Reportase kali ini, harus menempuh perjalanan yang cukup jauh ke pulau seberang, lebih tepatnya ke daerah Deli Serdang Sumatera utara, untuk menemui dan wawancara salah satu Penyandang Disabilitas

yang pernah mengikuti program kelas jauh Pusrehab Kemhan. Mantan siswa kelas jauh ini sekarang sudah sukses dengan ilmu yang ditekuninya yaitu jurusan musik organ tunggal/instrument keyboard. Dengan bekal ilmu dan paket kerja berupa alat musik keyboard, kini telah dikenal banyak orang dan cukup memberikan hasil tambahan diluar gajinya sebagai anggota TNI. Inilah yang akan kita bahas sebagai motivasi bagi Penyandang Disabilitas lainnya untuk tetap semangat berusaha walaupun dengan kondisi cacat/disabilitas seperti yang dilakukannya ini.

Rasli Situmorang, lahir di Dolok Sanggul, Sumatera Utara pada tanggal 12 Juni 1961, masuk menjadi anggota TNI melalui

Sekolah Calon Tamtama (Secatam) pada tahun 1980. Tempat pertamanya bertugas adalah sebagai staf di Brigade Infanteri 7/ Rimba Raya (Brigif 7/RR) yang bermarkas komando di Desa Galang Barat, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 1983 menjadi anggota Batalyon Infanteri 121/ Macan Kumbang (Yonif 121/MK), sampai dengan tahun 1996, lalu bertugas di Kodim 0204/Deli Serdang hingga masa MPP dan pensiun TMT 1 Juli 2014.

Selama itu, Rasli pernah mendapatkan tugas operasi ke Timor Timur pada tahun 1988, dan sebagai seorang prajurit merupakan suatu kebanggaan bisa pulang dengan selamat dari tugas operasi tersebut. Karena selama ini banyak rekan yang pulang dari tugas operasi Timor Timur namun dengan berbagai cidera dan ada beberapa yang menjadi disabilitas (cacat).

Namun, tiada yang mengira kalau pada akhirnya Rasli menjadi disabilitas justru karena kecelakaan lalu lintas saat dinas di Deli Serdang. Kecelakaan itu terjadi pada tahun 1991, saat itu sepeda motor yang dikendarainya masuk ke dalam parit, Rasli tidak sadarkan diri selama satu minggu, hingga akhirnya harus dirawat di RSPAD Jakarta selama 10 bulan, harus menjalani operasi tulang belakang. Kondisi saat ini, Rasli bisa berjalan dengan alat bantu brace dan walker atau tongkat, walau dalam aktifitas sehari-hari lebih banyak dalam posisi duduk. Raslipun telah mendapatkan Skep penggolongan cacat III/B.

Dalam kondisi seperti itu, Rusli tetap bersemangat dan tidak mau diam, dengan mobilitas yang seadanya dia tekuni

MESKI CACAT Tetap Semangat Untuk Berkarya

Oleh : Reportase

hobbynya sebagai pemain musik instrument lagu Batak, hingga akhirnya pada tahun 2012 datanglah tim dari Pusat Rehabilitasi (Pusrehab) Kemhan yang memberikan kesempatan untuk mengikuti program Rehabilitasi Terpadu. Namun karena kondisi yang tidak memungkinkan, maka diberikannya program kelas jauh yaitu pemberian keterampilan musik sesuai dengan bakat dan hobbynya, dengan mendatangkan guru ke rumah namun tetap dalam pemantauan dan pembinaan dari Pusrehab Kemhan, Jakarta. Meskipun program kelas jauh, namun program pelatihan tetap sesuai dengan program yang diberikan di Pusrehab Kemhan, yaitu pelatihan berbasis kompetensi yang tujuannya adalah bahwa setelah mengikuti pelatihan, maka peserta kompeten menerapkan dasar teori musik dengan menggunakan instrument keyboard. Peserta dapat memainkan lagu mulai dari intro-introlude-ending. Demikian juga dengan paket kerja yang

16

Warta Penca

Page 19: majalah pusrehab 2014

didapatkan sesuai dengan jurusan keterampilan yang di ambil, maka Rasli juga mendapatka sebuah organ/alat musik keyboard yang dipakainya sampai dengan sekarang.

Oleh karena itu, Rasli merasa sangat terbantu dengan adanya program dari Pusrehab Kemhan, kini Rasli bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari keahliannya memainkan organ tunggal/instrument keyboard dengan tambahan ilmu yang didapat. Bahkan kini telah banyak pelanggan di wilayah kampungnya. Pada saat ada acara tertentu, maka sebagai hiburan dipanggilnya organ tunggal Rasli yang telah diberi nama “Par Rude Rude Musik”. Kini hasilnya sudah bisa membeli mobil untuk transportasi membawa alat-alat musiknya apabila ada panggilan di wilayah yang agak jauh dari tempat tinggalnya.

Itulah sebuah kesuksesan yang awalnya dari hobby memainkan musik Batak dengan keinginan untuk melestarikan budaya Batak, akhirnya berkembang menjadi sebuah bisnis musik yang memberikan penghasilan tambahan. Dengan adanya ilmu musik yang diperolehnya dan dengan terus mengikuti perkembangan musik yang disukai oleh masyarakat, maka sekarang sudah banyak pelanggannya. Memang Rasli juga menyadari bahwa musik bukanlah sebagai hiburan semata, namun alunan musik sebenarnya dapat memberikan perubahan pada suasana hati. Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan

warga lainnya. Bagi para seniman (pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri. Melalui musik, kita dapat mengaktualisasikan potensi diri. Melalui musik pula, kita dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran. Selain itu, ternyata musik juga merupakan sumber penghasilan. Itulah yang sudah dibuktikannya.

Namun, saat ini Rasli masih merasa perlu meningkatkan perlengkapan musiknya demi lebih memuaskan pelanggannya dan juga mengikuti perkembangan musik di daerahnya. Oleh karena itu diperlukan lagi power speaker yang lebih bagus agar suara musiknya dapat terdengar lebih mantap, katanya. Inilah yang dianggapnya sebagai kendala dalam dunia bisnis musiknya. Walaupun selama ini, Rasli telah belajar untuk memperbaiki alat musiknya itu sendiri dan mencoba reparasi/service sendiri bila ada kerusakan. Dengan mobilitas yang terbatas tersebut justru memberikan motivasi bagaimana caranya bisa memperbaiki sound system sendiri, bahkan dengan ketekunannya itu, beberapa teman kadang minta bantuan servise sound system kepada Rusli. Ini merupakan keahlian tambahan yang didapatnya karena kondisi yang memotivasinya. Dan akhirnya, diapun berpesan kepada para Penyandang Disabilitas lain terutama yang seperti dirinya, janganlah duduk diam, bergeraklah semampunya dan berbuatlah sesuatu yang berguna baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga dan orang lain. Meski cacat tetaplah berusaha semampu kita, semua pasti bisa ! n

17

Warta Penca

Page 20: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

1. Umum. Pelaksanaan turnamen tenis kursi roda “Kapusrehab Cup”

Ke VIII adalah merupakan agenda rutin yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali oleh Pusat Rehabilitasi Kemhan, yang diikuti oleh komunitas Penyandang Disabilitas yang berdomisili di Pulau Jawa. Kegiatan ini juga merupakan perwujudan dari salah satu tugas pokok Pusrehab Kemhan dalam hal ini Bidang Rehabilitasi Sosial yang mempunyai salah satu tugasnya adalah Pembinaan Olahraga dan seni bagi para Penyandang Disabilitas.

Adapun kegiatan turnamen tenis kursi roda diselenggarakan menjelang HUT Ke 46 Pusrehab Kemhan yang jatuh pada tanggal 6 Juli 2014. Patut disadari bersama bahwa menjaga kesehatan adalah merupakan kebutuhan pokok, agar kondisi fisik selalu terjaga dengan prima walaupun dalam keadaan cacat. Bagi Penyandang Disabilitas, olah raga juga merupakan hal yang sangat penting dalam hidupnya. Walaupun ada keterbatasan fisik namun bukan menjadi halangan untuk selalu hidup sehat dan berprestasi antara lain dalam cabang olah raga tenis lapangan.

2. Maksud dan Tujuan.Pimpinan Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan dalam

hal ini Kapusrehab Kemhan bermaksud memberikan wadah kepada para Penyandang Disabilitas se Pulau Jawa, agar dapat digunakan untuk memupuk kebersamaan, sportifitas, persatuan dan silahturahmi serta meningkatkan prestasi dalam bidang olah raga khususnya tenis lapangan.

3. Pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan turnamen tenis kursi roda bagi penyandang disabilitas dilaksanakan secara rutin tiap tahun sekali, adapun peserta turnamen diperuntukkan bagi para Penyandang Disabilitas yang berdomisili di Pulau Jawa. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menggali potensi para peserta dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi olah raga baik nasional maupun internasional.

Adalah sangat wajar dalam setiap pertandingan para atlet akan selalu mengejar kemenangan dan juara, karena tidak dapat

MENDULANG PRESTASI DALAM TURNAMEN TENIS KURSI RODA

“KAPUSREHAB CUP” KE VIIIOleh : Redaksi

18

Page 21: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

dipungkiri bahwa menjadi yang terbaik memang merupakan dambaan dan sekaligus cermin dari hasil pembinaan. Namun satu hal yang harus selalu diingat bahwa kemenangan dalam kancah turnamen ini bukanlah satu-satunya tujuan, masih ada hal lain yang lebih penting yaitu terbinanya kebersamaan, sportifitas, persatuan dan silahturahmi.

Sehubungan dengan hal tersebut diharapkan agar para atlet dapat menikmati turnamen Tenis kursi roda dengan penuh semangat dan sportifitas yang tinggi, karena olah raga juga dapat menumbuhkan semangat juang dan jiwa ksatria.Sehingga melalui turnamen tenis kursi roda “kapusrehab Cup” ke VIII ini diharapkan :a. dapat meningkatkan prestasi dan pola tehnik bermain dari

para atlit.b. atlit muda mendapat pengalaman bertanding dengan

atlit senior yang mempunyai pengalaman bertanding di mancanegara.

c. atlit mendapat kesempatan untuk saling bertukar pengalaman dengan sesama Penyandang Disabilitas.

d. dapat menjaring calon atlit untuk menjadi atlit yang berprestasi di skala nasional dan internasional.Turnamen tenis kursi roda “Kapusrehab Cup” Ke VIII dibuka

oleh Kapusrehab pada hari sabtu tanggal 21 juni 2014 jam 08.00 WIB. Pelaksanaan turnamen kali ini diikuti sebanyak 44 orang peserta terdiri atas 24 orang pria dan 20 orang wanita, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu double main draw diikuti sebanyak enam pasang dan double second draw diikuti sebanyak empat belas pasang, yang terdiri atas:a. Pusrehab Kemhan 8 orangb. Yayasan Paraplegi Indonesia 12 orangc. Yayasan Budi Bhakti Pondok Bambu 6 orang

d. Yayasan Budi Bhakti Pondok Cengkareng 2 orang e. Himpunan wanita Penyandang Cacat Indonesia (HWPCI) 8

orangf. Bantul Wheel Chair Tenis Club 4 orangg. Bandung Wheel Chair Tenis Club 2 orangh. Cianjur Wheel Chair Tenis Club 1 orang

Pelaksanaan turnamen tenis kursi roda berjalan lancar dan sangat seru karena masing-masing tim mempunyai tekat, datang di turnamen ini untuk menang dan membawa pulang piala “Kapusrehab Cup” serta hadiah sejumlah uang. Itulah semboyan masing-masing peserta yang mengikuti turnamen ini. Dari hasil akhir turnamen tenis kursi roda keluar pemenang: a. Double main draw:

Juara I : Achmad/Dedi (Paraplegi Indonesia)Juara II : Agus/Enjang (Pusrehab)Juara III : Dodi/Puji (Pusrehab) Maryanta/Erwin (Pusrehab)

b. Double second draw:Juara I : Heru K/Sugiarto (Pusrehab)Juara II : Yulianto/Haryanto (Bantul)Juara III : Nurdin/Didi (Paraplegi Indonesia) Heru/Nursyad (Paraplegi Indonesia)Dari hasil perolehan kejuaraan tersebut maka tim dari Yayasan

Paraplegi Indonesia berhak menjadi juara umum dan berhak membawa pulang piala “Kapusrehab Cup’ ke VI.

4. Penutup.Pada hari sabtu tanggal 21 Juni 2012 pukul 18.30 turnamen

tenis kursi roda dalam dalam rangka memperebutkan piala “Kapusrehab Cup ke VIII, secara resmi ditutup oleh kabidrehabsos Pusrehab Kemhan. n

19

Page 22: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

SEMANGAT HIDUPSEORANG PERWIRA PENYANDANG DISABILITAS

Sebagai seorang yang semula mempunyai kondisi fisik normal, bahkan merasa dirinya gagah berani sebagai seorang anggota militer, lalu kemudian karena sesuatu hal di luar keinginananya, tiba-tiba saja menjadi seorang

penyandang disabilitas. Hal ini tentu akan menjadi beban yang tidak bisa diterimanya, namun apabila disadari bahwa semua yang terjadi itu karena kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, maka segalanya akan bisa berubah. Oleh karena itu sangat perlu adanya dukungan dari orang-orang terdekat maupun lingkungannya agar si penyandang disabilitas tersebut bisa menerima kondisinya dan timbul semangat hidup untuk meningkatkan kondisi yang sudah ada. Semangat itu perlu sekali dibangkitkan kembali, selain untuk mencegah kecacatan lebih lanjut, juga untuk meningkatkan kondisi fisiknya agar lebih mandiri dan produktif dengan kondisi yang sekarang.

Adalah seorang Mayor Angkatan Udara bernama Yousan Carel Risasahan Lekahena, sekarang menjadi seorang penyandang disabilitas akibat sebuah kecelakaan hebat pesawat Hercules yang jatuh di Madiun pada 20 Mei 2009 lalu. Saat itu, hampir seluruh penumpang tidak selamat, dari sekitar 210 penumpang hanya 9 orang selamat, yang salah satunya adalah Yousan. Walaupun sempat coma selama 1 bulan dan baru bisa mengenal

keluarganya setelah 5 bulan, namun semangat hidup dari seorang Yousan perlu diacungi jempol, dan dapat dijadikan sebagai motivasi bagi para penyandang disabilitas yang lain. Apalagi semenjak bergabung pada Program Rehabilitasi Terpadu di Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan (Pusrehab Kemhan), maka semangat hidupnya kian bertambah.

Awal karir sebagai seorang militer dimulai pada tahun 1998 yang lulus dari Wajib Militer (Wamil) dengan pendidikan umumnya sebagai Sarjana Manajemen Transportasi. Penempatan pertama dilaksanakan di Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang. Kemudian mutasi ke Mako Ops Makasar pada tahun 2001, dan ke Mabes Angkatan Udara di Jakarta pada tahun 2002, masih berpangkat Kapten. Selanjutnya mendapatkan promosi sebagai Mayor pada tahun 2009 dengan jabatan sebagai Kadis Log di Biak, Papua, yang berakhir dengan sebuah kecelakaan pesawat Hercules, dan kembali ke kesatuan Mabes Angkatan Udara di Jakarta.

Yousan lahir di Madiun, 23 Mei 1967, anak kedua dari lima bersaudara dari keluarga berdarah Ambon, ibu bernama Elisabeth Lekahena dan bapak bernama Yuphi Lekahena yang purnawirawan TNI AU. Keluarga Lekahena ini sekarang tinggal di Jati Asih Bekasi. Bersama keluarga besarnya ini Yousan kembali menemukan semangat hidupnya. Walaupun dengan komunikasi

Oleh : Tim Reportase

20

Page 23: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

yang sangat terbatas, namun dukungan dari keluarganya yang membantu sebagai penterjemah dan setia melakukan pendampingan dalam kegiatan hidup setiap harinya, menjadi motivasi bagi Yousan bahwa orang di sekitarnya masih sayang pada dirinya.

Semangat itu kian bertambah dengan adanya motivasi dari berbagai pihak yang sangat peduli dengan keadaannya. Kondisi saat ini, Yousan dapat berjalan dengan bantuan tongkat walaupun harus tetap ada pendampingan, karena keseimbangan tubuhnya yang masih kurang. Komunikasi yang terbatas dan dengan bantuan isyarat serta dibantu oleh adik kandungnya yang bernama Philo Lekahena yang setia sebagai pendamping sehari-hari serta membantu dalam aktifitas/kebutuhan hidupnya yang terbatas. Kondisi seperti ini dikarenakan adanya TBI (Tauma Brain Injury) yaitu trauma di kepala/otak yang terjadi pada saat kecelakaan tersebut kemungkinan kepala terbentur dinding pesawat atau benda keras lainnya, sehingga mengakibatkan Hemiplegia dextra dengan Afasia Motorik (Kelumpuhan separo anggota badan dengan gangguan bicara).

Pada Bulan Agustus 2012, Yousan mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan. Semangat hidupnya mulai timbul lagi setelah beberapa saat mengikuti program

rehabilitasi mediknya di rumah sakit. Rupanya Pusrehab Kemhan merupakan tempat yang dirasa tepat bagi Yousan. Pusrehab Kemhan sebagai instansi yang melaksanakan program rehabilitasi secara terpadu bagi para pernyandang disabilitas personel Kemhan dan TNI, terdiri dari Rehabilitasi Medik, Rehabilitasi Sosial, Rehabilitasi Vokasional, dan pelayanan Perumah Sakitan. Di sinilah Yousan mendapatkan kembali semangat hidupnya, Yousan mendapatkan pelayanan rehabilitasi secara terpadu. Pada Program Rehabilitasi Medik, Yousan di jadwalkan untuk Fisioterapi (berupa Terapi Latihan dan Hidroterapi), Okupasi Terapi, Terapi Wicara, dan Konsultasi Dokter Rehabilitasi Medik. Pada Program Rehabilitasi Sosial, diberikan bimbingan psikologis dan Sosial, sedangkan pada Program Rehabilitasi Vokasional diberikan jadwal untuk mengikuti Pelatihan Aneka Keterampilan yang sesuai hasil Penelaahan kasus, maka Yousan dimasukkan pada jurusan Pertanian Terpadu.

Selama empat setengah bulan di Pusrehab Kemhan telah banyak kemajuan yang diperoleh dengan mengikuti program-program tersebut. Sesuai dengan kondisinya, Yousan merasa lebih bersemangat untuk mengikuti program Rehabilitasi Medik. Perkembangan yang diperoleh selama mengikuti program Fisioterapi berupa Terapi Latihan dan Hidroterapi, maka Keseimbangan tubuhnya menjadi lebih baik, kekakuan pada tangan dapat dikurangi, dan ada peningkatan dalam hal mobilisasi, cara berjalan yang lebih baik. Sedangkan perkembangan selama mengikuti program Okupasi Terapi adalah dengan mengfungsikan tangan yang sehat yaitu tangan kirinya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari (ADL: Activity Daily Living), misalnya menulis , berpakaian, makan, minum, dan lain-lain. Perkembangan yang lain yaitu faktor emosi menjadi lebih baik dapat dikendalikan, sehingga lebih bisa untuk bersosialisasi dan bisa diajak berkomunikasi walaupun dengan isyarat.

Semangat itu semakin terlihat dari kegiatan setiap harinya yang selalu mengikuti program dengan rajin. Sesuai jadwal, menuju tempat latihan, tak terasa empat setengah bulan berlalu. Walaupun dengan komunikasi yang sangat terbatas, semangat itu jelas terlihat dan ada keinginan yang sangat untuk mengajak para rekan senasib yang mempunyai keterbatasan fisik untuk tetap semangat menjalani hidup.

Banyak fasilitas yang disediakan oleh Negara untuk membantu para prajurit yang telah mengalami disabilitas/kecacatan, salah satunya adalah fasilitas di Pusrehab Kemhan, bahkan pelayanan pemberian alat bantu tubuh (Ortose) maupun alat ganti tubuh (Protese) bagi penyandang disabilitas yang membutuhkannya. Selain itu bekal keterampilan sebagai program Rehabilitasi Vokasional juga menjadi modal untuk kembali berkarya tidak lagi menjadi prajurit TNI namun bisa berkarya melalui keterampilan yang diperoleh di Pusrehab Kemhan yang disesuaikan dengan kondisinya. Bimbingan psikologi dan pelayanan perumah sakitan juga ikut berperan dalam merehabilitasi para penyandang disabilitas ini.

Tetap Semangat Yousan ! ! ! Tuhan selalu mempunyai rencana yang terbaik dibalik keterbatasan yang diberikan.

21

Page 24: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

Profil tentang Sersan satu (Sertu) Ridwan Lubis, NRP.31950018170273, yang kini menjadi anggota Babinminvetcad Kodam I/Bukit Barisan, pernah dimuat pada majalah Warta Pusrehab Kemhan edisi tahun 2010.

Namun, tim reportase kali ini telah menemukan perkembangan usahanya yang perlu disampaikan kembali sebagai motivasi bagi Penyandang Disabilitas lainnya terutama para pemakai kursi roda seperti dirinya. Kini, dengan berkembangnya waktu telah bertambah lagi rasa percaya dirinya, dan berkembang pula usaha bisnisnya serta mobilitas dengan kendaraan barunya.

Semenjak Ridwan menjadi seorang Penyandang Disabilitas dan harus hidup dengan kursi rodanya, sejak saat itu tidak ada lagi rasa percaya diri. Bencana gempa bumi Nias yang menyebabkannya harus mengalami kelumpuhan kedua kakinya akibat cidera di tulang pinggangnya yang tertimpa tembok roboh pada waktu berdinas di Kodim 0213/Nias pada tahun 2005. Dengan kondisi seperti itu, maka Ridwan harus melakukan aktifitas hidup sehari-hari dengan menggunakan kursi roda. Saat ini Ridwan telah memperoleh Skep Kecacatan dari Panglima TNI dengan Tingkat dan Golongan III/B.

Rasa percaya diri Ridwan mulai timbul setelah mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan Jakarta pada tahun 2008 yang mengambil jurusan penjahitan. Kemudian telah dilanjutkan dengan kelas mahir pada tahun 2009 sebagai program kelas jauh di lembaga kursus “Sulaman Bordir Usaha Muda” di Lubuk Pakam, Medan. Ridwan pun telah mengaplikasikan ilmunya dengan menerima jahitan para tetangganya. Namun dengan berkembangnya waktu, Ridwan mencoba untuk terus berinovasi di bidang bordir dan sulaman dengan harapan bisa menambah minat pelanggannya. Produksi jahitannya dikembangkan dengan menjahit bordir mukena, jilbab, dan baju muslim. Hasil yang ia rasakan sangatlah berbeda, meskipun belum memuaskan namun ada sedikit penambahan penghasilan, dan ia yakin semakin bertambahnya waktu usahanya akan semakin berkembang.

Kini Ridwan telah merasakan perubahan dalam kehidupan rumah tangganya menjadi lebih baik dan lebih percaya diri. Sepulang dari Pusrehab Kemhan, banyak perubahan yang dirasakannya, terutama perubahan terhadap psikologisnya, yang sebelum mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab

Kemhan, Ridwan sangat tidak percaya diri dengan kondisinya yang harus hidup di atas kursi roda. Sebelumnya Ridwan hanya mau bertemu dengan orang tertentu saja, namun berkat bimbingan secara terpadu di Pusrehab Kemhan, baik Rehabilitasi Medik yang menangani masalah kondisi fisik dan kesehatannya, Rehabilitasi Sosial yang selalu memberikan bimbingan psikologis dan sosial sehingga tumbuh rasa percaya diri. Dan yang tidak

PENYANDANG DISABILITASYANG PERCAYA DIRI DENGAN KEMANDIRIANNYA

Oleh : Tim Reportase

22

Page 25: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

kalah pentingnya Ridwan juga telah mendapatkan Rehabilitasi Vokasional berupa keterampilan yang ditekuninya pada jurusan Penjahitan. Dengan modal paket kerja berupa mesin jahit dan perengkapan menjahitnya, kini Ridwan terus mengembangkan usahanya dengan dibantu oleh istri tercintanya.

Bahkan, kini Ridwan telah berinovasi dengan memodifikasi sebuah motor yang bisa dikendarai sendiri bersama kursi rodanya. Dengan kendaraan hasil modifikasinya itu, kini Ridwan bisa berangkat ke kantor sendiri dengan penuh percaya diri. Jarak dari rumah di Jl. Antara Nusa Bakaran Batu no.29 Lubuk Pakam ke kantornya di Babinminvetcad Dam I/BB di Jalan Letjen Suprapto Nomor 1 Medan, dapat ditempuh lebih kurang 20 menit dengan kendaraannya itu. Rasa percaya diri itu makin tinggi setelah Ridwan dapat melakukan aktifitas di luar rumah sendiri, bahkan bisa mengantarkan istrinya ke pasar dengan kendaraan roda tiganya.

Setelah mulai timbul rasa percaya diri itu, kini Ridwan beranjak sukses, peluang makin terbuka lebar. Dengan kemudahan mobilitas tersebut, Ridwan menjadi lebih dikenal banyak orang sehingga lebih percaya diri lagi. Ridwan sadar bahwa percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapannya tidak terwujud, dia

tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Maka dengan memiliki kepercayaan diri bagus, akan ada perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Walaupun dengan kondisi yang terbatas, namun Ridwan telah mampu menunjukkan kemampuan.

Oleh karena itu, Liza Handayani sebagai istrinya tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan yang maha Esa, bahwa Ridwan suaminya telah lebih percaya diri untuk melakukan aktifitas sehari-hari, lebih mandiri dan produktif. Dengan kepercayaan diri yang tinggi itu, Ridwan telah makin sukses, dan bahkan kini telah berencana akan membangun beberapa kontrakan rumah sebagai tambahan penghasilan di hari tuanya nanti. Walaupun sebagai seorang disabilitas yang duduk di kursi roda, namun semangat dan motivasinya untuk tetap berkarya tak akan pernah berhenti. Ridwan yakin bahwa dibalik keterbatasannya, Tuhan akan memberikan kelebihan yang lain.

Dan akhirnya , Ridwan berpesan kepada Penyandang Disabilitas lainnya : “ Janganlah putus asa, meskipun fisik tidak seperti orang lain, namun tetaplah bersemangat untuk berbuat sesuatu yang berguna baik bagi diri sendiri maupun orang lain , Tuhan telah memberikan jalan kepada setiap manusia“. n

23

Page 26: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

Cita-citanya sangat mulia, ingin menjadi pengusaha sukses dalam bidang teknik pendingin. Siapa lagi kalau bukan Kopda Arman Makia, prajurit ini berpenampilan sangat tenang istilah sekarang “cool” tersimpan tekad

yang bulat untuk mengubah masa depannya menjadi lebih baik lagi. Pria ini beristrikan Junia Lahadani yang setia dan sabar mendampingi, perkawinan mereka dikaruniai seorang putra dan tiga putri. Putri pertama saat ini duduk dibangku kelas dua SMP bernama Shintia S, anak kedua Azhan Makia, anak ketiga Aprilia Makia dan si bungsu Alicia Makia yang masih berusia 5 tahun.

Perjalanan Arman makia tidaklah semulus yang dibayangkan, berawal pada saat dia telah menyelesaikan pendidikannya di SMA, dia pun terpanggil untuk mengabdikan diri di TNI Angkatan Darat pada tahun 1998 dengan pangkat Prajurit Dua dan ditempatkan di Rindam XVI/Patimura Ambon hingga sekarang dengan pangkat Kopral Dua yang diperolehnya pada tahun 2011.

Tahun 2010 pada saat melaksanakan dinas, hal yang tidak di inginkan menimpa Arman Makia, ia mengalami kecelakan lalu lintas di Suli – Ambon sehingga ia menderita patah lutut yang mengakibatkan tidak bisa berjalan selama 1 tahun. Setelah

dilakukan operasi dan pengobatan tradisional, maka pada tahun 2011 barulah ia bisa melepaskan tongkat yang menopang dirinya selama satu tahun. Namun demikian sampai sekarang masih sering merasakan nyeri yang membuatnya sering memakai sandal dari pada sepatu pada saat dinas.

Bukanlah Arman Makia, kalau kecelakaan yang menimpa dirinya dijadikan satu kendala dalam menapaki hidup ia tidak mau terpuruk berlama-lama atas kejadian kecelakaan yang membuat dirinya cacat. Angannya melambung tekadnya membara untuk bangkit dari keterpurukan yang dia rasa makin tidak berguna, hingga pada tahun 2011 ketika ada kesempatan untuk mengikuti Rehabilitasi Terpadu yang dilaksanakan di Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan, maka peluang tersebut tidak ia sia-siakan begitu saja. Empat setengah bulan dia jalani dengan tekun dan sungguh-sungguh belajar dan memahami semua materi yang diberikan oleh para instruktur. Dengan tekad, keyakinan penuh untuk merubah dan menata kembali kehidupah yang lebih baik, dari sinilah semuanya akan berubah.

Berbekal tekad dan keyakinan yang kuat dan penuh percaya diri, setelah selesai mengikuti Rehabilitasi Terpadu di Pusat

SEBONGKAH TEKADDIBALIK KETENANGAN

SEORANG ARMAN MAKIA Oleh: Tim Reportase

24

Page 27: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

Rehabilitasi Kementrian Pertahanan, iapun kembali ke Rindam XVI/Pattimura tempatnya bertugas dan membuktikan pada kesatuannya bahwa empat setengah bulan ia tinggalkan Rindam, kini kembali dengan membawa keterampilan dalam bidang service AC, kulkas dan kipas angin siap menatap masa depan yang lebih cerah.

Walaupun awalnya ada rasa was-was pada saat diperintahkan untuk memperbaiki AC di kantor yang rusak, namun dengan tekad yang kuat dan pengetahuan yang dimiliki, maka ia pun mencoba membuktikan kemampuannya. Memang terkadang ada hal-hal yang ia belum fahami, tetapi seorang Arman Makia tidak pernah berputus asa dan selalu mencoba untuk mencari tahu, dengan berbagai cara antara lain : semua masalah yang ia belum ketahui, ia catat dengan teliti dan setelah itu ia tanyakan kepada istruktur yang ada di Jakarta dalam hal ini Pusrehab Kemhan. Ia selalu menjalin komunikasi dengan para Instruktur melalui sambungan telepon mereka biasa berdiskusi dan akhirnya terjawab semua permasalahan yang belum ia pahami. Sehingga semua tugas yang diberikan kepadanya dalam bidang sevice AC bisa dikerjakan dengan baik. Satu lagi ketekunan Arman terlihat dari buku catatan harian yang dia punyai, segala problem yang ia dapati dalam menjalankan profesinya sebagai service AC dia catat secara rapi dan akan selalu memanfaatkan catatan tersebut sebagai pembelajaran berikutnya.

Awalnya masalah ongkos perbaikan Arman Makia tidak pernah memasang tarip, karena ia beranggapan bahwa ini adalah bagian dari tugas, namun demikian ia selalu mendapatkan tip sebagai rasa terima kasih karena ia telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Berawal dari lingkungan kantor, nama Arman Makia menjadi semakin terkenal bahwa ia mempunyai keterampilan dalam bidang service AC, kulkas dan kipas angin, sehingga semakin hari pelanggananya semakin banyak, hal ini dikarenakan hasil karyanya selalu dikerjakan dengan teliti dan hati-hati, sehingga

pelanggan merasa senang, sesuai dengan mottonya “Bahagia bila pelanggan puas, dan sedih bila pelanggan kecewa.

Dari keterampilan yang ia miliki, kini ia bisa mendapatkan penghasilan tambahan mencapai satu sampai dengan dua juta rupiah setiap bulannya yang dilakukan diluar jam dinas. Karena dalam sehari ia dibantu dengan adiknya bisa melayani dua sampai tiga pelanggan, bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kalau ia sudah merasa lelah maka akan ia kerjakan hari berikutnya. Dari sinilah maka ia ingin terus mengembangkan usahanya dalam bidang teknik pendingin dengan menyediakan kebutuhan alat-alat secive yang memang susah didapat di daerahnya, sehingga nanti ia bisa menjadi agen dari alat-alat tersebut, disamping terus mengembangkan usaha servicenya, dengan demikian maka bisa membuka lapangan pekerjaan untuk saudara dan masyarakat sekitarnya.

Sampai saat ini masih ada keinginan yang terpendam dalam diri Arman Makia yakni kesempatan untuk mengikuti rehabilitasi terpadu tingkat mahir, sebagai penunjang suksesnya usaha yang akan diberi nama “ARMAN MAKIA GLOBAL SERVICE”

Tak lupa Arman Makia menitip pesan untuk sesama Penyandang Disabilitas yang sudah mengikuti Rehabilitasi Terpadu : “ Belajarlah dengan sunggung-sungguh dan pergunakan kemampuan semaksimal mungkin dan praktekan ilmu yang sudah diperoleh dari Pusrehab Kemhan”

Untuk para Penyandang Disabilitas yang belum mengikuti Rebabilitasi Terpadu, Arman menghimbau agar: “para Penyandang Disabilitas personel Kemhan dan TNI mau memanfaatkan kegiatan program Rehabilitasi Terpadu yang dapat dijadikan sebagai bekal keterampilan yang sangat bermanfaat dalam upaya menambah penghasilan keluarga dan kemandirian”

Arman Makia merasa bangga dengan Pusrehab Kemhan yang telah berhasil memberikan ilmu dan bekal keterampilan yang sangat bermafaat bagi dirinya sehingga kini dia bisa menatap masa depan dengan terang. n

25

Page 28: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

Perjalanan Tim Reportase kali ini, menuju ke daerah Tasikmalaya Jawa Barat. Tepatnya di kampung Babakan Ciwit Desa Rancapaku Kecamatan Pada kembang, Kabupaten Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat.

Perjalanan dari Jakarta di tempuh selama kurang lebih 5 – 6 jam, namun lamanya perjalanan yang melelahkan ini segera terobati setelah sampai di tujuan, di sana terlihat hamparan “balong” (kolam ikan) di sepanjang kanan dan kiri jalan menuju kampung tersebut. Lebih terkesan lagi setelah berhenti di satu tempat di sebuah gubuk yang terletak di tengah-tengah antara beberapa “balong” yang penuh dengan ikan berloncat-loncatan. Ada beberapa jenis ikan di sana, ada ikan gurame, ikan bawal, ikan mas, dan ikan lele.

Seorang mantan peserta Rehabilitasi Terpadu Pusrehab Kemhan, yang statusnya telah memasuki purnawirawan, namun semangatnya masih membara untuk mengabdi kepada negara, bangsa, dan masyarakat sekitar. Semangat untuk berkarya yang tak mengenal waktu dan tempat. Sampai kapanpun dan dimanapu berada, selagi masih mampu dan masih dipercaya orang, maka semangat itu tak akan pernah pudar, semangat untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatkannya selama ini.

Hal ini terbukti dari sepak terjangnya dalam mengabdikan ilmu dan keterampilan yang didapat selama mengikuti pelatihan vokasinal jurusan Pertanian Terpadu. Sampai sekarangpun masih semangat memberikan motivasi dan bahkan dipercaya sebagai ketua sebuah koperasi yang didirikannya di sebuah desa di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, untuk mengembangkan usaha para petani terutama para peternak ikan.

Adalah Sersan Dua Purnawirawan/Serda (purn) Juju Jumanta, yang baru memasuki masa pensiun Terhintung Mulai Tanggal (TMT) 1 Juni 2013, telah terpenuhi semua hak-haknya sebagai Penyandang Disabilitas, baik santunan cacat maupun tunjangan cacat telah diterimanya, bahkan Kenaikan Pangkat Medan Tempur (KPMT) telah dirasakannya dari seorang Kopral Kepala (Kopka) menjadi Sersan Dua (Serda). Rasa syukur tak henti-hentinya dia panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa dia telah sempat mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan.

Bersama istri tercintanya bernama A. Siti yang dinikahinya sejak tahun 1998, telah dikaruniai 4 orang anak, 2 anaknya telah bekerja, sedang 2 anak lainnya masih sekolah di SMP dan SD. Bersama keluarganya tersebut, Juju telah merintis usaha

26

SEMANGAT BERKARYA SEORANG PENYANDANG DISABILITAS

TAK KENAL WAKTU DAN TEMPATOleh : Tim Reportase

Page 29: majalah pusrehab 2014

sembako dan agen minyak tanah di kampungnya. Saat itu omset telah lumayan banyak yaitu sekitar 8 – 10 juta perhari, dengan mempekerjakan beberapa orang. Namun sebagai seorang kepala rumah tangga, Juju Jumanta rupanya telah salah perhitungan dalam mengelola keuangannya yang dicampur adukkan dengan urusan rumah tangganya, sehingga hal itu mempengaruhi usahanya yang telah sukses menjadi menurun. Sejak saat itulah dia harus mulai berpikir keras untuk mulai menambah lagi modal usahanya. Beruntunglah pada tahun 2007 ada panggilan untuk mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan.

Berbekal ilmu yang didapat pada jurusan Pertanian Terpadu tersebut, Juju mulai lagi menata usahanya dengan menambah dari hasil pertanian berupa beras yang cukup membuahkan hasil. Namun dengan pasang surutnya keadaan, dan dengan statusnya yang telah purna tugas, maka Juju bertekad akan mengelola dengan lebih fokus usahanya yang selama ini lebih banyak ditangani oleh istrinya. Dengan melihat peluang di kampung istrinya di daerah Tasikmalaya, dengan melihat banyaknya usaha perikanan yang belum terkoordinir dengan baik, maka tergeraklah hatinya untuk bersama-sama peternak ikan di desa itu mulai mengembangkan untuk hasil yang lebih baik. Maka Juju dipercaya oleh warga di desa itu sebagai ketua sebuah koperasi yang didirikannya dengan jumlah anggota 40 orang yang terbagi menjadi dua kelompok tani. Sementara ini masih berfokus pada Pertanian Terpadu, yaitu hasil perikanan, yang akan dikembangkan ke hasil perkebunan sayur mayur berupa cabe dan tomat, dan akan dikembangkan pula untuk peternakan ayam dan kambing. Nama koperasi yang didirikan yaitu Koperasi “Bangkit Jaya” yang artinya bahwa adanya keinginan untuk membangkitkan semangat para petani ikan di desa tersebut agar menjadi lebih jaya. Selain itu, ternyata Juju juga telah dipercaya untuk mencalonkan diri menjadi kepala desa, namun gagal dalam pencalonan di tahun 2013, dengan hasil perhitungan pada urutan kedua yang dimenangkan oleh penduduk yang telah lama tinggal di desa itu, sementara Juju adalah pendatang dari Kabupaten Padeglang.

Meskipun Koperasi yang didirikannya itu masih dalam

tahap merambat mencapai kesuksesan, namun setidaknya hal ini merupakan kepuasan tersendiri bagi Juju yang seorang Penyandang Disabilitas tetapi bisa dipercaya untuk mengamalkan ilmu yang dia punya untuk pemanfaatan sesama, khususnya petani di desa Rancapaku ini. Karena bagi dia kesejahteraan batin tidak hanya dapat terpenuhi oleh adanya materi saja, namun juga adanya kepuasan dalam mengamalkan ilmu untuk sesama.

Bila menengok riwayat karirnya sebagai tentara, Juju Jumanta masuk menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1980, masuk Sekolah Calon Tamtama (Secatam) sebagai prajurit yang langsung ditempatkan di Kostrad 303 Garut, sampai dengan tahun 1985, kemudian pindah ke Kodam III/Siliwangi Bandung, Korem 062/Taruma Negara, Kodim 0612/Tasikmalaya. Kemudian terakhir berdinas di Kodim 0601/Pandeglang sampai dengan masa pensiun dengan pangkat Sersan dua.

Beruntungnya Juju Jumanta yang mendapatkan KPMT menjadi Serda. Sedangkan Tingkat dan Golongan Cacatnya adalah II/C, kecacatannya ini berupa luka tembak di lengan kanan, tulang iga kanan, dengan peluru yang masih bersarang di bahu belakang tangan kanannya. Memang kecacatannya tidak begitu terlihat, namun keluhan masih adanya rasa ngilu dan nyeri hanya dirasakan sendiri, sehingga kadangkala orang yang melihat sepertinya tidak terlihat cacat, bahkan terlihat masih gagah saja.

Itulah rasa syukur yang selalu dia panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan telah terpenuhinya semua hak-haknya sebagai Penyandang Disabilitas. Selain mendapatkan banyak ilmu, dengan mengikuti program Rehabilitasi Terpadu, dia menemukan hak-haknya tersebut. Seperti saat ini, dalam masa pensiun telah menerima gaji pensiun ditambah dengan tunjangan cacat, bahkan santunan cacat juga sudah diterimanya. Inilah kesan yang tak terlupakan dengan mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan. Oleh karena itu, dia berpesan kepada para Penyandang Disabilitas yang lain untuk mengikuti apa yang diperintahkan pimpinan, itu semua demi kebaikan kita, demi masa depan kita untuk lebih baik. Katanya. n

27

Warta Penca

Page 30: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

Serda Yance Dominggus Hilewe NRP 3920348980671 adalah lulusan Strata satu Ekonomi, mengawali kariernya di TNI Angkatan Darat pada tanggal 18 Januari 1992 melalui Tamtama Militer Sekarela (Ta Milsuk), menikah

pada tahun 1995 dengan seorang wanita bernama Yosina Tuparia dan kini dikaruniai tiga orang anak

Kini teman-teman satu angkatannya sudah banyak yang menjadi perwira, namun karena satu peristiwa, Yance harus menerima kenyataan menyandang pangkat Bintara. Tetapi hal seperti ini tidak menjadi halangan dan rintangan untuk terus berkarya dan mengabdi bagi Negara.

Penempatan pertama sebagai Bintara Angkatan Darat pada

tahun 1992 di Yonif 7332 Merauke Papua hingga tahun 1999. Peristiwa pada tahun 1993 inilah yang merubah jalan hidup seorang Yance muda. Seperti biasa Yance beserta Komandannya pada senja hari atau sekitar pukul 18.30 Patroli berkeliling dari satu kampung ke kampung yang lain dengan mengendarai sepeda motor dan menyandang senjata laras panjang. Maklum suasana keamanan saat itu masih kurang kondusif, sehingga patroli ini dilakukan setiap malam. Tiba disuatu tempat dimana sedang ada perbaikan jalan dan tidak adanya lampu penerangan, terjadilah kecelakaan, motor yang ditumpangi Yance terperosok dan badannya terhimpit motor dan senjata yang ia bawa menyebabkan cedera pada kakinya. Awalnya hal ini dianggap

PRIA FLAMBOYAN YANG SELALU INGIN MENINGKATKAN KUALITAS DIRI

Oleh: Tim Reportase

28

Page 31: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

biasa dan tidak dihiraukan, karena setelah diurut sakitnya bekurang, tetapi ternyata semakin hari rasa sakit semakin menjadi, akhirnya diputuskan untuk berobat ke Rumah Sakit, dan harus dilakukan tindakan operasi, ternyata rasa sakit yang dirasakan selama ini akibat adanya patah tulang yang berujung pada kecacatan. Selesai menjalani operasi Yance harus memakai kruk selama 2 bulan, setelah lepas tongkat Yance bisa berjalan seperti biasa walaupun sudah tidak normal lagi, hal ini merupakan pukulan berat bagi Yance, karena ia masih mempunyai cita-cita untuk mengikuti pendidikan guna mendapatkan pangkat perwira, namun hal tersebut harus dikubur dalam-dalam karena kondisi fisiknya. Marah...kesal...dan putus asa terus membayangi disepanjang hari yang ia lewati, berbagai pertanyaan muncul...kenapa peristiwa ini harus terjadi, kenapa hanya dirinya, kenapa yang lain tidak?. Kondisi ini berlangsung cukup lama, apalagi pada saat menyaksikan teman-temannya mengikuti pendidikan untuk kenaikan pangkat, hal ini makin membuat dirinya terpuruk dan putus asa.

Beruntung ia mempunyai keluarga yang penuh pengertian, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi, dan dengan selalu memohon pertolongan Tuhan, maka semangat Yance mulai tumbuh kembali.. semakin hari semakin kuat, akhirnya ia memutuskan untuk kuliah lagi, mengambil jurusan Ekonomi, namun itu saja menurut Yance belum cukup.

Menyadari bahwa dia mempunyai bakat menyanyi, maka ia berusaha menggali dan mengembangkan bakat tersebut, iapun memulai karir menyanyi dengan sabar dan tekun dengan mengisi acara dari yang sangat sederhana sampai acara yang agak besar ia terima, dengan penuh penjiwaan, ia merasakan kemanfaatan yang mendalam dari profesi ini baik secara in materiil maupun materiil. Bakat tersalurkan, penghasilan ia dapatkan diluar gajinya sebagai anggota TNI.

Meski sebagai prajurit TNI, penampilan pria yang satu ini sangat flamboyan suatu penampilan yang sangat menunjang di dunia entertainment, ia mengisi berbagai acara pada baik event formal di Satuan Kerjanya maupun event non formal seperti

kegiatan rohani di gereja maupun acara pernikahan, ia dikenal sebagai penyanyi yang serba bisa dan menarik ketika beraksi di panggung. Menyimak kemampuan yang ia miliki terbersit dalam pikirannya meningkatkan kualitas dirinya dengan melengkapinya sebagai pemusik.

Belajar memainkan keyboard adalah angan-anganya, iapun gigih belajar memainkan alat musik ini dengan otodidak. Pucuk dicinta Ulampun tiba, ketika ia mendapatkan informasi dari salah satu temannya tentang Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan, maka dengan penuh semangat ia mendaftarkan diri pada jurusan seni musik, dengan satu keyakinan bahwa ini adalah peluang emas yang harus diraih untuk mewujudkan angan-angannya sebagai pemusik profesional. Sehingga pada saat mengikuti Rehabilitasi Terpadu dia jalani dengan senang hati, tekun dan sungguh-sungguh serta sukses menjadi tujuan akhirnya. Empat setengah bulan ia lalui beserta teman-teman Penyandang Disabilitas di Pusrehab Kemhan dan dia bertemu dengan rekan-rekannya yang tingkat kecacatannya jauh lebih parah kondisisnya. Ia merasakan bahwa program Rehabilitasi Terpadu menjadikan dirinya lebih berkualitas, lebih percaya diri dan lebih bersyukur atas semua kejadian yang menimpa dirinya yang menjadikan dia cacat.

Kini Yance yang masih berdinas di Kodam XVI/Pattimura, disamping kesibukannya dalam dinas Yance menjadi pelatih musik. Murid yang ia miliki sebetulnya cukup banyak yang berminat tetapi karena keterbatasan waktu yang dimilikinya maka ia hanya mengambil 3 orang murid supaya bisa maksimal dalam belajar. Dalam satu minggu masing-masing murid mendapat jadwal dua kali pertemuan dengan imbalan Rp. 100.000,- sekali pertemuan.

Saat ini penghasilan Yance bisa mencapai Rp. 5 juta setiap bulan diluar gaji sebagai anggota TNI.AD, suatu penghasilan yang menjanjikan, hal ini dikarenakan disamping ia menjadi pelatih musik juga dalam setiap minggu selalu mendapatkan job untuk tampil di acara-acara perkawinan dan lain sebagainya.

Tim Reportase berkesempatan menyaksikan bagaimana seorang Yance beraksi dipanggung disebuah Restaurant mewah di Ambon, kualitas vokal yang cukup berkualitas, permainan musik yang lincah ditambah penampilan yang menawan, mempesona semua pengunjung yang ada di restaurant yang sebagian terdapat tourist manca negara.

Satu lagi keinginan Yance adalah ingin mengabdikan diri kepada sesama penca dengan berbagi ilmu, ia menyebutnya sebagai panggilan jiwa, syukur bila ia bisa menjadi Instruktur pada jurusan musik di Pusrehab Kemhan, demikian kata Yance bila ditanya tentang cita-cita selanjutnya.

Pada kesempatan ini Yance menitip pesan untuk teman-teman sesama Penyandang Disabilitas yang mengikuti Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan: “ Jangan hanya ikut-ikutan, harus ada motivasi dari diri sendiri dan berusaha dengan sungguh-sungguh, sehingga hasilnya bisa dipraktekkan dan bisa menambah penghasilan, inilah yang membuat semakin percaya diri dan tak bosan-bosannya meningkatkan kualitas diri”. n

29

Page 32: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

Menuju wilayah Kodim 0205/Tanah Karo, Sumatera Utara, ternyata harus ditempuh kurang lebih 2 jam dari kota Medan dengan jalan penuh liku dan terlihat gunung Sinabung yang makin mendekat rasanya.

Tidak heran bila tanah sekitar Tanah Karo ini begitu subur, tanah pertanian yang menghasilkan berbagai jenis sayur mayur seperti tomat, cabai, kentang dan lainnya, tumbuh subur di daerah pegunungan yang dekat dengan danau Toba yang terkenal itu. Di daerah ini akan kami temui seorang penyandang disabilitas yang sukses di bidang pertanian yang telah mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan.

Kopral Kepala (Kopka) Jawansen Sipayung NRP 601403, yang bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) di wilayah Kodim 0205/Tanah Karo, pernah mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan pada tahun 2012 dengan jurusan Pertanian Terpadu sesuai dengan keinginannya. Sipayung telah bertekad akan mengembangkan pertanian di kampungnya, karena memang di wilayahnya yang daerah pegunungan sangat subur dan sangat potensial akan hasil pertanian. Maka harapannya setelah pulang dan memperoleh tambahan ilmu dari Pusrehab Kemhan, segera mengaplikasikan ilmu pertanian itu ke tanah pertaniannya dan memang hasilnya sungguh menakjubkan. Sehingga Sipayung pun rela berbagi ilmu pertaniannya itu untuk sesama petani di wilayah kampungnya terutama bagaimana penggunaan pupuk yang baik agar menghasilkan panen yang bagus.

Memang, Sipayung telah bertekad tidak akan mengambil jurusan lain selain pertanian, itu terbukti bahwa Sipayung telah

belajar dengan sungguh-sungguh dan menjadi siswa terbaik di angkatannya. Sipayung tidak salah dengan pilihannya, karena di Pusrehab Kemhan, khususnya Bidang Rehabilitasi Vokasional telah menyusun program pelatihan berbasis kompetensi yang memang diharapkan dapat memberikan lulusan yang nantinya berkompetensi di bidangnya.

Dalam bidang Pertanian Terpadu ini, unit-unit kompetensi yang harus ditempuh antara lain:1. Melaksanakan Budidaya Tanaman Sayuran2. Melaksanakan Budidaya Tanaman Sayuran sistem Vertikultur3. Melaksanakan Perbanyakan Tanaman4. Melaksanakan Perikanan Air Tawar5. Melaksanakan Budidaya Ternak kecil, Unggas dan aneka

ternak6. Membuat Kompos.

Setelah mengikuti program tersebut, Sipayung telah memiliki kompetensi dan dapat mengaplikasikan ilmunya, antara lain kompeten dalam menyiapkan peralatan, wadah dan media tanam, kompeten dalam mengolah tanah dan pemberian pupuk dasar, kompeten dalam menanam dan memelihara tanaman sayuran di lahan, serta kompeten dalam mengatasi hama dan membuat kompos. Hal ini telah diajarkan pula kepada teman-teman petani di kampungnya, merekapun telah memetik hasilnya dengan hasil panen yang lebih baik dari sebelumnya.

Dengan semangat dan gigihnya dalam bertani itu, seolah dia lupa kalau dirinya adalah seorang penyandang disabilitas dengan penggolongan cacat I/C. Rasa ngilu yang sering terasa di lututnya tak dirasakannya lagi, karena dia hanya memikirkan bagaimana untuk menghasilkan panen yang bagus. Padahal

KESUKESESAN SEORANG PENYANDANG DISABILITAS YANG TEKUN

PADA BIDANGNYAOleh: Tim Reportase

30

Page 33: majalah pusrehab 2014

Warta Penca

31

tingkat kecacatannya cukup tinggi, namun tak menghalangi semangatnya. Kecacatan yang disandang oleh Sipayung berupa bekas cidera bekas bacok oleh GAM Aceh pada tahun 1998, pada saat itu sudah oleh dokter disarankan untuk dioperasi, namun Sipayung berupaya diobatinya dengan obat kampung hingga dirasakannya bisa sembuh meskipun penyambungan sendi lutut sudah tidak dapat sempurna lagi.

Sipayung mulai masuk menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1981 melalui Sekolah Calon Tamtama (Secatam) yang tugas pertamanya yaitu di Batalyon Infanteri 123/Rajawali atau Yonif 123/RW yang berada dibawah komando Korem 023/Kawal Samudera, Kodam I/Bukit Barisan. Markas Batalyon terletak di Kota Padangsidempuan, Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 2000 bertugas sebagai anggota Korem 023/KS yang bermarkas di Sibolga hingga tahun 2005,

lalu terakhir sebagai anggota Kodim 0205/Tanah Karo yang bertugas sebagai Babinsa sampai dengan masa pensiunnya tiba pada Februari 2014.

Sipayung menikah dengan Ramashinta Boru Saragih pada tahun 1986 dan dikaruniai 4 anak yaitu 3 perempuan 1 laik-laki, yang saat ini telah memiliki 1 cucu. Sipayung pun mempunyai harapan besar kepada anak laki-lakinya untuk dapat meneruskan usaha pertaniannya dan mengembangkan lagi secara lebih professional. Hal ini telah disambut baik oleh anak laki-lakinya itu untuk masuk kuliah di bidang pertanian dan ingin mewujudkan harapan dan cita-cita ayahnya untuk mengembangkan pertanian di kampungnya.

Sipayung merasa sangat bersyukur bisa menambah penghasilan keluarga dari hasil pertanian selain gaji yang diterimanya sebagai anggota TNI. Oleh karena itu Sipayung sangat terkesan dengan mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan, karena ilmu yang diterimanya benar-benar sangat bermanfaat. Keluarga pun sangat mendukung dalam usaha pertanian ini, mereka sudah merasakan hasilnya, bahkan rumah yang ditinggali sekarang ini juga dari hasil panen kubis yang lumayan, sedangkan panen kentang dapat menghasilkan keuntungan rata-rata 30 juta dalam sekali panen, belum lagi dari hasil tomat dan cabai yang sudah kelihatan siap panen.

Oleh karena itu Sipayung berpesan kepada penyandang disabilitas lain yang belum mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan, agar bisa memanfatkan kesempatan yang diberikan sebagai haknya untuk menerima keterampilan sesuai dengan kecacatannya demi bekal di masa pensiun nanti. Dan kepada rekan penyandang disabilitas yang sudah pernah mengikuti program Rehabilitasi Terpadu di Pusrehab Kemhan agar bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat itu agar lebih bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun keluarganya. Pesannya: “Janganlah ilmu yang didapat itu dipetikemaskan, apapun ilmu yang didapat itu akan sangat bermanfaat bila betul-betul dijiwai dan diaplikasikan”. n

Page 34: majalah pusrehab 2014

r t i k e l

REHABILITATOR PROFESIONAL MENGHASILKAN PENYANDANG DISABILITAS

YANG MANDIRI DAN PROFESIONALOleh: Erlin Sudarwati, SKM

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok untuk merehabilitasi para Penyandang Disabilitas personel Kemhan dan TNI, Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan (Pusrehab Kemhan),

mempunyai pegawai yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Para pegawai di Pusrehab Kemhan ini sekaligus sebagai Rehabilitator yang bertugas merehabilitasi para Penyandang Disabilitas personel Kemhan dan TNI, sesuai dengan profesi dan bidang tugasnya masing-masing. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Pusrehab Kemhan terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bidang Rehabilitasi Medik, Bidang Rehabilitasi Vokasional, Bidang Rehabilitasi Sosial, dan Rumah Sakit dr. Suyoto. Baik yang bertugas di bagian administrasi maupun yang memberikan pelayanan langsung terhadap para Penyandang Disabilitas, semua pegawai tersebut mendukung

pelayanan Rehabilitasi Terpadu guna mewujudkan Penyandang Disabilitas yang mandiri dan professional. Untuk itu, maka diperlukan para pegawai sebagai Rehabilitator yang professional dalam melaksanakan tugasnya.

Sesuai dengan statusnya sebagai pegawai pada instansi pemerintah, maka para Rehabilitator di Pusrehab Kemhan adalah pegawai negeri yang memang sudah mempunyai kewajiban untuk bekerja secara professional. Berdasarkan pasal 3 Undang-undang No 43 Tahun 1999 atas perubahan Undang-undang No 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian disebutkan bahwa Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Menjadi pegawai yang profesional merupakan bagian dari sebuah perjuangan untuk menghargai diri sendiri, masyarakat, negara dan pastinya Sang Pencipta. Adapun ukuran profesional

A

32

Page 35: majalah pusrehab 2014

r t i k e l

bagi pegawai yang memberikan pelayanan, dapat dilihat pada pelayanan yang diberikan. Apabila pelayanan yang diberikan secara umum dapat memberi kepuasan kepada yang dilayani, maka tidak usah ragu untuk menyatakan bahwa pelayanan telah diberikan secara profesional. Sebaliknya, apabila masih ada keluhan terhadap pelayanan yang diberikan berarti perlu dilakukan peningkatkan profesionalitas.

Setiap pegawai harus responsible atas pelaksanaan tugas-tugasnya secara efektif, yaitu dengan menjaga tetap berlangsungnya tugas-tugas dengan baik dan lancar, mengelolanya dengan professional dan pelaksanaan berbagai peran yang dapat dipercaya. Aparatur/ pegawai sebagai unsur pelaksana proses pelayanan memegang peranan penting terhadap keberlangsungan organisasi yang bergerak di bidang pelayanan. Untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas, maka dituntut agar lebih tanggap dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Begitu pula, sebagai pegawai di Pusrehab Kemhan yang sekaligus sebagai rehabilitator, dituntut untuk memberikan pelayanan rehabilitasi yang berkualitas dan profesional.

LANDASAN PEMIKIRAN

1. RehabilitatorRehabilitator adalah orang yang memberikan rehabilitasi.

Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat/disabilitas agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seoptimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi. Rehabilitasi didefinisikan sebagai satu program holistik dan terpadu atas intervensi-intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang memberdayakan seorang (individu penyandang disabilitas) untuk meraih pencapaian pribadi kebermaknaan sosial, dan interaksi efektif yang fungsional dengan dunia.

Rehabilitasi Penyandang Disabilitas merupakan segala daya upaya, baik dalam bidang kesehatan, sosial, kejiwaan, pendidikan,

ekonomi, maupun bidang lain yang dikoordinir menjadi continous process ,dan yang bertujuan untuk memulihkan tenaga Penyandang Disabilitas baik jasmaniah maupun rohaniah, untuk menduduki kembali tempat di masyarakat sebagai anggota penuh yang swasembada, produktif yang berguna bagi masyarakat dan negara. Tujuan utama rehabilitasi adalah membantu mencapai kemandirian optimal secara fisik, mental, sosial, vokasional dan ekonomi sesuai dengan kemampuannya. Jadi tujuan rehabilitator dalam melakukan rehabilitasi penyandang disailitas mencakup beberapa aspek, yaitu :

a. Self realization, dapat menyadari kelainannya dan dapat menguasai diri sedemikian rupa, sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain.

b. Human relationship, dapat bergaul dan bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok, tahu akan perannya, dan dapat menyesuaikan diri dengan perannya di lingkungannya.

c. Economic efficiency, mempunyai kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif tertentu yang dapat menjamin kehidupannya kelak dibidang ekonomi.

d. Civic responsibility, memiliki tanggungjawab dan mampu berpartisipasi terhadap lingkungan masyarakat.

Ditinjau dari bidang pelayanan, rehabilitasi memiliki fungsi medik, sosial dan keterampilan/vokasional. Fungsi medik, kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi medik memiliki fungsi untuk mencegah penyakit, menyembuhkan dan meningkatkan serta memelihara status kesehatan individu/Penyandang Disabilitas. Fungsi sosial, para Penyandang Disabilitas umumnya memiliki masalah sosial, melalui upaya rehabilitasi dapat berfungsi memupuk kemampuan dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Fungsi keterampilan/vokasional, melalui kegiatan rehabilitasi para Penyandang Disabilitas akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan profesional tertentu di masa depan.

A

33

Page 36: majalah pusrehab 2014

34

2. ProfesionalProfesional adalah orang yang terampil, handal, dan sangat

bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya. Orang yang tidak mempunyai integritas biasanya tidak profesional. Profesionalisme pada intinya adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar. Profesional juga berarti kemampuan, keahlian atau keterampilan seseorang dalam bidang tertentu yang ditekuninya sedemikian rupa dalam kurun waktu tertentu yang relatif lama sehingga hasil kerjanya bernilai tinggi dan diakui serta diterima masyarakat.

Profesionalisme di dunia kerja bukan sekedar ditandai oleh penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saja, tetapi juga sangat ditentukan oleh cara memanfaatkan IPTEK itu serta tujuan yang dicapai dengan pemanfaatannya.

Seorang profesional harus dapat:a. memberi makna dan menempatkan IPTEK itu dapat

memberikan manfaat yang maksimal bagi dirinya sendiri maupun organisasi dimana ia bekerja serta meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

b. mencerminkan sikap dan jati diri tehadap profesinya dengan kesungguhan untuk mendalami, menguasai, menerapkan dan bertanggungjawab atas profesinya.

c. memiliki sifat intelektual serta mencari dan mempertahankan kebenaran.

d. mengutamakan dan mendahulukan pelayanan yang maksimal di atas imbalan jasa, tetapi tidak berarti bahwa jasanya diberikan tanpa imbalan.

Pendapat lain mengemukakan bahwa manusia profesional dianggap manusia yang berkualitas yang memiliki keahlian serta kemampuan mengekspresikan keahliannya itu bagi kepuasan orang lain atau masyarakat dengan memperoleh pujian.

Ada empat ciri-ciri yang bisa dianggap sebagai petunjuk atau indikator untuk melihat tingkat profesionalitas seseorang, yaitu :

a. Penguasaan ilmu pengetahuan seseorang dibidang tertentu, dan ketekunan mengikuti perkembangan ilmu yang dikuasai;

b. Kemampuan seseorang dalam menerapkan ilmu yang dikuasai, khususnya yang berguna bagi kepentingan sesama;

c. Ketaatan dalam melaksanakan dan menjunjung tinggi etika keilmuan, serta kemampuannya untuk memahami dan menghormati nilai-nilai sosial yang berlaku dilingkungannya;

d. Besarnya rasa tanggungjawab terhadap Tuhan, bangsa dan negara, masyarakat, keluarga, serta diri sendiri atas segala tindak lanjut dan perilaku dalam mengemban tugas berkaitan dengan penugasan dan penerapan bidang ilmu yang dimiliki.

Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Jika seseorang mengaku sebagai orang yang profesional maka ia harus mampu menunjukkan kualitas yang tinggi dalam pekerjaannya.

Sedangkan profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kulitas yang mejadi ciri suatu profesi. Profesionalisme adalah merupakan suatu bentuk atau bidang kegiatan yang dapat memberikan pelayanan dengan spesialisasi dan intelektualitas yang tinggi.

3. Penyandang DisabilitasMenurut Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas yang

telah diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities / Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas, disebutkan bahwa Penyandang Disabilitas yaitu orang yang mengalami keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak. Oleh karena itu, pengakuan bahwa diskriminasi berdasarkan disabilitas merupakan pelanggaran terhadap martabat dan nilai yang melekat pada setiap orang.

Penyandang Disabilitas adalah mereka yang mempunyai kelainan fisik, mental dan intelektual, atau sensorik secara permanen yang dalam interaksinya dengan berbagai hambatan dapat merintangi partisipasi mereka dalam masyarakat secara penuh dan efektif berdasarkan pada asas kesetaraan dengan orang lain.

Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas/pembatasan kegiatan, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya, suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.

Sedangkan klasifikasi Penyandang Disabilitas menurut ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia, The World Health Organization (WHO), ada tiga kategori Penyandang Disabilitas yaitu :

a. Impairment, yaitu orang yang tidak berdaya secara fisik sebagai konsekuensi dari ketidaknormalan psikologik, psikis, atau karena kelainan pada struktur organ tubuhnya. Tingkat kelemahan itu menjadi penghambat yang mengakibatkan tidak berfungsinya anggota tubuh lainnya seperti pada fungsi mental. Contoh dari kategori impairment ini adalah kebutaan, tuli, kelumpuhan, amputasi pada anggota tubuh, gangguan mental (keterbelakangan mental) atau penglihatan yang tidak normal.

b. Disability, yaitu ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas pada tataran aktifitas manusia normal, sebagai akibat dari kondisi impairment tadi. Akibat dari kerusakan

r t i k e lA

Page 37: majalah pusrehab 2014

35

pada sebagian atau semua anggota tubuh tertentu, menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya untuk melakukan aktifitas manusia normal, seperti mandi, makan, minum, naik tangga atau ke toilet sendirian tanpa harus dibantu orang lain.

c. Handicap, yaitu ketidakmampuan seseorang di dalam menjalankan peran sosial-ekonominya sebagai akibat dari kerusakan fisiologis dan psikologis baik karena sebab abnormalitas fungsi (impairment), atau karena disabilitas (disability) sebagaimana di atas. Disabilitas dalam kategori ke tiga lebih dipengaruhi faktor eksternal si individu Penyandang Disabilitas, seperti terisolir oleh lingkungan sosialnya atau karena stigma budaya, dalam arti Penyandang Disabilitas adalah orang yang harus dibelas kasihani, atau bergantung bantuan orang lain yang normal.

PEMBAHASAN

Salah satu harapan Penyandang Disabilitas selaku konsumen pelayanan di Pusat Rehabilitasi, sudah tentu mereka menginginkan pelayanan yang adil dan merata yang hanya dimungkinkan oleh kesiapan psikologis pegawai sebagai rehabilitator yang senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan sosial (social change). Oleh karena itu setiap pegawai/rehabilitator dituntut untuk dapat melakukan tugas dan fungsinya secara professional.

Rehabilitator yang profesional sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan yang tercermin melalui perilakunya sehari-hari dalam melaksanakan pelayanan rehabilitasi. Tingkat kemampuan yang tinggi akan lebih cepat mengarah kepada pencapaian tujuan pelayanan yang telah direncanakan sebelumnya, sebaliknya apabila tingkat kemampuannya rendah maka kecenderungan tujuan pelayanan yang akan dicapai akan lambat bahkan menyimpang dari rencana semula. Istilah kemampuan menunjukkan potensi untuk melaksanakan tugas yang mungkin

dan tidak mungkin dilakukan. Sehingga profesionalisme sangat ditentukan oleh kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan menurut bidang tugas dan tingkatannya masing-masing.

Rehabilitator yang profesional cenderung memiliki tiga W, yakni work smart, work hard, dan work done. Dengan sistem kerja seperti itu, tentunya pekerjaan bisa dilakukan dengan efektif dan efisien. Sebagai rehabilitator yang bekerja profesional harus terlebih dahulu menguasai pekerjaannya. Atau minimal bisa memperlihatkan kinerja yang lebih baik dari rekan kerja lainnya. Dengan begitu, target yang dicapai akan sesuai dengan yang diharapkan. Rehabilitator sebagai pegawai yang profesional biasanya bisa memperlihatkan kerja yang lebih keras dalam melakukan aktivitas. Bukan hanya kuantitas, kualitas kerja yang diperlihatkan pegawai pun cenderung lebih baik dari pegawai biasa. Hal itu mustahil dilakukan apabila tidak melakukan kerja keras. Sebagai rehabilitator yang profesional juga harus memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, maka apapun tugas yang menjadi tanggung jawabnya harus diselesaikan dengan paripurna. Jangan sampai ada tugas yang penyelesaiannya kurang maksimal.

Oleh karena itu, agar lebih professional para rehabilitator harus terus belajar untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi demi mewujudkan Penyandang Disabilitas yang mandiri dan profesional.

Profesional adalah Pekerja yang menjalankan profesi. Profesi dapat diartikan bidang pekerjaan yang didasari oleh keahlian dan tanggung jawab yang tinggi. Keahlian yaitu kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut karena yang bersangkutan telah memahami benar mengenai teknis pelaksanaan pekerjaan tersebut. Tanggung jawab yaitu bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut terhindar dari kesalahan-kesalahan sehingga hasilnya memuaskan. Bekerja secara profesional adalah bekerja yang didasarkan pada keahlian, bukan bekerja yang didasarkan kepada perintah saja. Untuk menjadi pekerja profesional, diperlukan belajar dengan tekun melalui learning by doing, keuletan, dan kesabaran.

Setiap profesional berpegang pada nilai moral yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Dalam melakukan tugas profesi, para profesional harus bertindak objektif, artinya bebas dari rasa malu, sentimen, benci, sikap malas dan enggan bertindak. Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja.

Dalam diri pekerja profesional terdapat ciri-ciri sebagai berikut :1. Selalu mengejar kesempurnaan kerja.2. Memiliki kesungguhan dan ketelitian kerja.3. Tekun, ulet, dan gigih, untuk membuat sesuatu yang lebih

baik.4. Integritasnya tinggi dalam menegakkan kebenaran yang

r t i k e lA

Page 38: majalah pusrehab 2014

berkaitan dengan pekerjaannya, tidak mudah goyah oleh berbagai tekanan atau godaan kenikmatan hidup.

5. Pemikiran dan tindakan selalu selaras dan konsisten.6. Memiliki kesadaran untuk mengembangkan kemampuan

secara mandiri.7. Mencintai profesi yang ditekuni.

Padahal untuk menjadi profesional, seorang rehabilitator tidak cukup hanya dengan rajin dan memiliki kedudukan yang bagus. Setidaknya ada dua hal yang mendukung untuk bisa bekerja dengan profesional, yakni sikap dan karakter dari seorang rehabilitator tersebut. Sikap dan karakter merupakan hal utama bagi rehabilitator untuk bisa profesional di bidangnya. Dalam bekerja, senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran dan moral positif. Untuk itulah, seorang rehabilitator harus memiliki integritas yang tinggi. Dengan integritas, pegawai tidak akan tergoda melakukan sesuatu yang dapat merusak moral. Dia berkeyakinan sikap profesional cenderung diciptakan, baik karena kesadaran pribadi maupun tuntutan pekerjaan.

Atas dasar itulah, sebagai seorang rehabilitator sebaiknya terus menerus meningkatkan kompetensinya dengan belajar atau mengikuti pendidikan dan pelatihan. Penggalian potensi dan bakat tersebut tentunya bisa membawa ke jenjang jabatan struktural yang lebih tinggi. Namun, profesional tidak hanya mengenai kompetensi, melainkan juga mengenai dedikasi dan moral. Kompetensi bisa dipelajari dengan cepat. Sementara dedikasi dan moral cenderung sulit dipraktikkan. Dalam bekerja,harus senantiasa dilandasi nilai-nilai kejujuran dan moral positif. Karena itulah, untuk menjadi profesional, tidak cukup hanya dengan ahli dan pandai dalam pekerjaan, tetapi juga harus didukung moral dan akhlak yang positif.

Dengan demikian, seorang rehabilitator yang bekerja secara professional dalam memberikan pelayanan rehabilitasi kepada para Penyandang Disabilitas, maka diharapkan akan dapat mewujudkan disabilitas yang juga professional. Penyandang Disabilitas yang telah memperoleh program Rehabilitasi Terpadu, bisa dikatakan profesional apabila Penyandang Disabilitas tersebut telah benar-benar terampil, handal dan sangat bertanggung jawab dalam menjalankan tugas atau profesinya. Profesional berkaitan dengan kemampuan yang merupakan salah satu unsur kematangan yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama mengikuti program Rehabilitasi Terpadu.

Untuk menjadi profesional, Penyandang Disabilitas tidak cukup hanya dengan rajin dan memiliki keterampilan yang bagus. Namun seperti halnya rehabilitator, maka penyandang disabiliats juga perlu didukung oleh sikap dan karakter. Oleh karena itu, dalam memperoleh pelayanan rehabilitasi secara terpadu, Penyandang Disabilitas biasanya diberikan pula bimbingan psikologi dan sosial sebagai rehabilitasi sosial yang setidaknya akan mempengaruhi dalam pembentukan sikap dan karakternya.

Penyandang Disabilitas yang profesional senantiasa mampu bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaannya. Selain mampu

bekerja secara mandiri, Penyandang Disabilitas profesional juga mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, maka Penyandang Disabilitas sebaiknya terus menerus menggali kemampuannya dengan belajar dan harus memiliki integritas yang tinggi. Karena itulah, untuk menjadi profesional, tidak cukup hanya dengan ahli dan pandai dalam pekerjaan, tetapi juga harus didukung moral dan akhlak yang positif.

KESIMPULAN.

1. Rehabilitator yang profesional sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan atau potensi untuk melaksanakan tugas menurut bidang tugas dan tingkatannya masing-masing

2. Penyandang Disabilitas yang telah memperoleh program Rehabilitasi Terpadu, bisa dikatakan profesional apabila Penyandang Disabilitas tersebut telah benar-benar terampil, handal dan sangat bertanggung jawab dalam menjalankan tugas atau profesinya.

3. Untuk menjadi profesional, tidak cukup hanya dengan ahli dan pandai dalam pekerjaan, tetapi juga harus didukung moral dan akhlak yang positif, yakni sikap dan karakter

SARAN.

1. Agar lebih professional para rehabilitator harus terus belajar untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi demi mewujudkan Penyandang Disabilitas yang mandiri dan profesional.

2. Penyandang Disabilitas agar professional, maka perlu sebuah proses pendidikan maupun pelatihan khusus, agar memiliki profesi tertentu yang bias diandalkan.

3. Perlunya adanya pembentukan sikap dan karakter yang akan mendukung profesionalisme baik sebagai Rehabilitator maupun Penyandang Disabilitas itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA.1. Undang – Undang Negara Republik Indonesia Nomor : 19

Tahun 2011, tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities / Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999, tentang Pokok-pokok Kepegawaian di Indonesia.

3. Maskun, Sumitro, Profesi Aparatur Negara dalam Birokrasi Indonesia, 1997, Medan, Seminar Nasional Ilmu-ilmu Sosial.

4. Pakpahan, Agrippa, Peranan Profesionalme Kerja dalam Pelayanan Publik, 2009, Medan, Skripsi

5. rian-plbuns2012.blogspot.com/2012/10/penger tian-rehabilitasi.html

6. h t t p : / / i d . s h v o o n g . c o m / s o c i a l - s c i e n c e s /soc io logy /2024108-penge r t i an -p ro fes iona l i t as -pegawai/#ixzz2zias0wmcIndrayanto, 2010 n

r t i k e lA

36

Page 39: majalah pusrehab 2014

r t i k e lAPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG BERPIHAK KEPADA

PENYANDANG DISABILITAS Oleh: Eny Susilowati, S.Sos,MM

PENDAHULUAN

Penyandang disabilitas hampir tidak memiliki akses untuk menikmati layanan dasar seperti : pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fasilitas umum apalagi untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Ketertinggalan penyandang

disabilitas juga disebabkan oleh hambatan yang datang dari lingkungan fisik dan sikap masyarakat yang mengabaikan keberadaan mereka sebagai individu dan kelompok dari suatu komunitas. Keberpihakan penyandang disabilitas dalam pembangunan di Indonesia dilandasi oleh berbagai komitmen nasional dan internasional yang perlu ditindak lanjuti dalam bentuk nyata. Management kepemerintahan dalam menterjemahkan keberpihakan ini sering disebut sebagai Pengarusutamaan. Terlaksananya pengarusutamaan penyandang disabilitas dalam pembangunan sebagai suatu proses maupun sebagai tujuan dari pembangunan sangat bergantung pada kesungguhan dan niat

baik seluruh komponen negara, terutama pada perencanaan dan pelaksanaan program di berbagai instansi pemerintah di pusat dan daerah.

Berbagai komitmen nasional antara lain : Rencana Aksi Nasional (RAN) Penyandang Cacat 2004 – 20013, dilanjutkan RAN 2014 – 2019 (dalam proses), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJPM) 2010 – 2014 yang berfokus pada pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Inpres Nomor 15 tahun 2011 tentang penanggulangan kemiskinan, yang masing-masing menyebut target sasaran Penyandang Disabilitas. Adapun komitmen internasional adalah Convention on the Rights of Person with Disabilities (CRPD)/Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas, yang diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang Nomor : 19 tahun 2011. Deklarasi Bali yang disepakati para pemimpin ASEAN yang memuat kesepakatan upaya pemajuan peran dan partisipasi Penyandang Disabilitas menuju masyarakat ASEAN 1015, Rencana Aksi Dasawarsa

37

Page 40: majalah pusrehab 2014

r t i k e lA

Penyandang Disabilitas Asia Pasifik 2013 – 2022 (Strategy Incheon) dan sebagainya.

Perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas diharapkan terlaksana dengan baik sehingga dapat mewujudkan masyarakat Penyandang Disabilitas yang berkeadilan di Indonesia. Dan program ini tidak akan dapat terlaksana tanpa melibatkan Penyandang Disabilitas didalam pembangunan, baik sebagi pelaku maupun sebagai penerima manfaat.

LANDASAN PEMIKIRAN

1. Landasan Idiil.a. Pancasila, Pancasila merupakan suatu harapan masa

depan karena itu pemahaman secara benar terhadap Pancasila merupakan tuntutan mutlak bagi masa depan bangsa Indonesia. Penyandang Disabilitas yang juga merupakan bagian dari Bangsa Indonesia mendambakan tampilan aktual Pancasila dalam praktek-praktek pembangunan dengan mencerminkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan mewujudkan cerminan rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Tentunya dengan mengupayakan dalam penyusunan Perencanaan dan Penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas merupakan cerminan keadilan bagi Penyandang Disabilitas.

b. Konstitusi, yaitu UUD 45 terutama yang tercermin dalam pasal 27 ayat 1 dan 2 bahwa seluruh warga negara Indonesia mempunyai kedudukan dan hak yang

sama atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

c. Landasan Operasional :1) Undang-undang No. 4 Tahun 1997 tentang

Penyandang Cacat2) Undang-undang No.11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial3) Undang-undang No. 19 Tahun 2011 Pengesahan

Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas4) Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2011 Tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 56 Thun 2007 Tentang Santunan dan Tunjangan Cacat Prajurit TNI.

5) Keputusan Presiden RI Nomor 83 Tahun 1999 Tentang Lembaga Koordinasi dan Pengendalian Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat

6) Instruksi Presiden Nomor 43 Tahun 2010 Tentang Pembangunan Yang Berkeadilan

7) Surat Edaran Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 3064/M.PPN/05/2006 Tentang Perencanaan Pembangunan yang Aksessibilitas Bagi Penyandang Cacat.

8) Peraturan Panglima TNI No. 69/X/2009, tanggal 9 Oktober 2009 Tentang Petunjuk Teknis Penyandang Cacat Prajurit TNI

2. Landasan Teori.a. Pengarus utamaan Penyandang Disabilitas dalam

pembangunan adalah Suatu strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan bagi Penyandang Disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan (sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sipil) melalui kebijakan dan program yang mengakomodasi kebutuhan Penyandang Disabilitas serta pelibatannya ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

b. Anggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas yaitu anggaran Kementerian/Lembaga yang memberikan perhatian terhadap kebutuhan Penyandang Disabilitas dengan memperhatikan prinsip keadilan dan kebutuhan berbagai jenis Penyandang Disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan, meliputi aspek fisik, mental, intelektual dan sensorik.

c. Perencanaan Penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas merupakan salah satu pelaksanaan strategi pengarus utamaan disabilitas ke dalam pembangunan secara komprehensif mulai perencanaan program sampai kepada penganggarannya, dengan tujuan mewujudkan anggaran yang lebih berkeadilan bagi semua. Keadilan tersebut tercermin dalam proses maupun dampak alokasi anggaran dalam mendukung

38

Page 41: majalah pusrehab 2014

r t i k e lAkegiatan yang diarahkan untuk menghilangkan hambatan Penyandang Disabilitas.

d. Aksesibilitas adalah suatu kondisi yang menghilangkan hambatan bagi Penyandang Disabilitas dalam memanfaatkan layanan dengan menyediakan kemudahan. Aksesibilitas bisa berupa fisik maupun non fisik.

e. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

PEMBAHASAN

3. Analilis Situasi Dan Kondisi Serta Memahami Penyandang Disabilitas. Analisis Penyandang Disabilitas merupakan bagian penting

dari analisis kebijakan yang mengidentifikasi secara khusus bagaimana pengaruh kebijakan publik yang ada berada dalam kebijakan dan implementasinya pada masyarakat yang ada kelompok Penyandang Disabilitasnya. Analisis disabilitas berisi seperangkat analisis sosial dan ekonomi yang bertujuan untuk menghubungkan disabilitas dan masalah-masalah pembangunan, seperti akses, peran, kontrol dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis adalah :

a. Situasi Penyandang Disabilitas. Situasi juga merupakan peta kondisi Penyandang Disabilitas, untuk mengetahui peta situasi tersebut perlu diadakan kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Banyak info yang didapat antara lain tentang jenis kecacatan, usia, tingkat pendidikan, gender, wilayah/domisili, pekerjaan, bahkan sampai data warga Penyandang Disabilitas yang belum pernah tersentuh/ mendapatkan pelayanan rehabilitasi dan sebagainya sesuai kebutuhan. Dari peta situasi tersebut dapat dianalisis untuk menentukan perencanaan dan penganggaran bagi Penyandang Disabilitas.

b. Model pendekatan konsep Penyandang Disabilitas. Model Individual Medis, berfokus pada hal-hal yang

bersifat individu yaitu melihat ketidak mampuan seseorang dalam melakukan aktivitas tertentu yang disebabkan tidak fungsinya anatomi tubuh/mental dan atau intelektual yang disebabkan kelainan atau kerusakan anggota anatomi tubuh/mental dan atau intelektual seseorang. Untuk dapat melakukan aktivitas maka orang yang mengalami kelainan fungsi anatomi tubuh/mental dan atau intelektual perlu mendapatkan terapi atau koreksi agar berfungsi secara normal yang dikenal dengan proses rehabilitasi. Namun model ini dikritisi karena hanya menekankan pada tidak berfungsinya anatomi dan mengabaikan faktor lain misalnya politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. Sehingga muncul Model Individual-Sosial, ini sebagi respon terhadap kritik model Individual Medis dan menjawab tentang munculnya masalah disabilitas

sebagai dampak dari fasktor-faktor sosial. Model ini mengusulkan bahwa masyarakat harus memperhatikan kebutuhan khusus Penyandang Disabilitas, namun yang terjadi dimasyarakat cenderung bersifat eksklusif dan terpisah dari arus utama masyarakat, misalnya : pendirian sekolah khusus Penyandang Disabilitas, pusat-pusat rehabilitasi atau fasilitas-fasilitas ekskluif . Solusi model ini juga cenderung menempatkan posisi Penyandang Disabilitas sebagai obyek dan penerima pelayanan pasif.

Model Pemenuhan Hak Asasi (Human Rights) model ini tidak ada hubungan sebab akibat antara kelainan anatomi fisik/mental dan atau intelektual seseorang dengan keberfungsian sosialnya. Model ini melihat bahwa keberfungsian fisik/mental dan atau intelektual tidak dengan sendirinya menjadi faktor penentu seseorang dapat beraktifitas dan berpartisipasi didalam masyarakat. Keberfungsian sosial seseorang juga ditentukan dengan cara bagaimana struktur masyarakat menerimanya. Penyandang Disabilitas sebagai manusia memiliki harkat dan martabat yang sama dengan orang lainnya, karena itu hak-hak mereka perlu dilindungi dan dijamin dalam kelembagaan struktur masyarakat. Pendekatan model ini diadopsi oleh hampir seluruh dunia yang melihat pentingnya upaya perlindungan, pemajuan dan pemenuhan hak-hak Penyandang Disabilitas sebagai bagian penting sebagai warga masyarakat dan warga negara.

c. Disabilitas sebagai agenda pembangunan. Perserikatan Bangsa Bangsa mempunyai program Pembangunan Dunia (Millenium Development Goals/MDGs) tahun 2010, menyampaikan bahwa penghapusan kemiskinan tidak akan terwujud tanpa ada komponen disabilitas didalamnya. PBB juga mengeluarkan Resolusi tentang Realisasi MDGs untuk Penyandang Disabilitas Tahun 2015 dan selanjutnya. Di Indonesia kesungguhan untuk memperbaiki kehidupan Penyandang Disabilitas tercermin dari berbagai kebijakan program yang dilakukan. Diantaranya adalah : 1) Penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN)

Penyandang Cacat 2004 – 2013 dan dilanjutkan RAN 2014 – 2024, mengingat RAN 2004 – 2019 belum maksimal maka untuk RAN berikutnya akan dituangkan dalam Keputusan Presiden.

2) Surat Edaran Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor : 3064/M.PPN/05/2006 tentang Perencanaan Pembangunan yang memberi aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas.

3) Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, serta berbagai peraturan lainnya yang menyebut perlunya perhatian terhadap Penyandang Disabilitas.

Issu strategis Pengarusutamaan Disabilitas dalam

39

Page 42: majalah pusrehab 2014

r t i k e lA

40

Pembangunan. Pengarusutamaan disabilitas dalam pembangunan

di Indonesia didasarkan pada prinsip bahwa disabilitas merupakan issu yang multi dimensional oleh karenanya penanganannya harus dilakukan dalam suatu sistem yang akuntabel, dan didukung oleh komitmen dari para penyelenggara negara sebagaimana yang sudah dimandatkan dalam berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta pelibatan Penyandang Disabilitas dalam proses pengambilan keputusan sebagi subyek dari pembangunan.

Untuk mewujudkan masyarakat yang berkeadilan bagi semua, termasuk Penyandang Disabilitas, prioritas program pembangunan yang perlu dilaksanakan dalam kurun waktu 10 tahun kedepan antara lain :

(a) Penghapusan kemiskinan dan kesempatan kerja(b) Peningkatan partisipasi politik dan pengambilan

keputusan(c) Aksesibilitas lingkungan fisik transportasi umum, ilmu

pengetahuan,informasi dan komunikasi(d) Penguatan perlindungan sosial(e) Perluasan intervensi dini dan pendidikan bagi Penyandang

Disabilitas anak(f) Jaminan kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan(g) Inklusivitas Penyandang Disabilitas dalam manajemen

pengurangan resiko bencana(h) Perbaikan data disabilitas(i) Harmonisasi perundang-undangan(j) Kerjasama internasional.

4. Konsep Dasar Perencanaan Yang Berpihak Kepada Penyandang Disabilitas.Mekanisme perencanaan kementerian/lembaga secara

umum tidak berbeda antara satu dengan yang lain. Perencanaan dirumuskan satu tahun sebelum kegiatan dilaksanakan. Konsep dasar Perencanaan dan Penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas bahwa dalam mereka mengalami kelainan/keterbatasan fisik, mental, intelektual, sensorik yang mengalami berbagai hambatan untuk berpartisipasi didasarkan atas kesetaraan dengan warga lainnya.

Penyandang Disabilitas memiliki kebutuhan dan hak-hak yang sama sebagaimana warga masyarakat lainnya. Oleh karena itu perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas merupakan instrumen untuk mengatasi adanya kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pelaksanaan pembangunan. Perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas, bukanlah suatu proses yang terpisah dari sistem yang sudah ada dan bukan pula penyusunan rencana dan anggaran khusus untuk Penyandang Disabilitas yang terpisah dari non-disabilitas tetapi bertujuan untuk mewujudkan anggaran yang lebih

berkeadilan bagi semua. Pada akhirnya Penyandang Disabilitas dapat mengoptimalkan potensi dengan peniadaan hambatan, dan sekaligus merupakan bentuk intervensi yang berharga bagi pengembangan sumberdaya masyarakat.

Ada tiga kategori anggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas dilihat dari keperuntukannya yaitu :

a. Anggaran khusus Penyandang Disabilitas, yang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan dasar khusus yang terkait dengan kondisi disabilitas berdasarkan hasil analisis disabilitas, seperti rehabilitasi dan penyediaan alat bantu.

b. Anggaran kesetaraan disabilitas, yang diperuntukkan guna mengatasi masalah kesenjangan disabilitas dan non disabilitas. Berdasarkan analisis disabilitas dapat diketahui adanya kesenjangan dalam relasi antara Penyandang Disabilitas dan mereka yang non disabilitas dalam akses, partisipasi, manfaat dan kontrol terhadap sumberdaya yang ada.

c. Anggaran pelembagaan kesetaraan disabilitas, yang diperuntukkan bagi penguatan pelembagaan, pengarus utamaan disabilitas baik dalam hal pendataan maupun peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

5. Proses Penyusunan Perencanaan Anggaran Yang Berpihak Kepada Penyandang Disabilitas.

a. Langkah-langkah penyusunan anggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas. Melakukan analisis situasi Penyandang Disabilitas - Penyusunan Disabilitas Budget Statement perpaduan antara hasil analisis dan kebutuhan anggaran (DBS memberikan informasi bahwa suatu kegiatan telah berpihak kepada Penyandang Disabilitas) - Penyusunan TOR dokumen yang berisi penjelasan atau keterangan mengenai kegiatan yang diusulkan untuk dianggarkan dan perkiraan biaya terutama bagi kegiatan inisiatif baru.

b. Implementasi penyusunan anggaran yang berpihak kepada penyandang disabiitas. Memiliki output besar dalam mendukung pengarus utamaan isu disabilitas dalam pembangunan yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing Kementerian – Lembaga. Memiliki data Penyandang Disabilitas dan non-disabilitas yang menjadi daya ungkit besar dalam mendukung pengarus utamaan disabilitas dalam pembangunan. Tidak bersifat esklusif kepada Penyandang Disabilitas saja atau non-disabilitas

c. Implementasi Kerangka Acuan/TOR. Merupakan dokumen yang berisi penjelasan/keterangan mengenai kegiatan yang diusulkan untuk dianggarkan dan perkirakan biaya.

6. Perencanaan Dan Penganggaran Yang Berpihak Pada Penyandang Disabilitas Di Lingkungan Kemhan.Penulisan naskah ini merupakan pembahasan secara

Page 43: majalah pusrehab 2014

r t i k e lA

41

umum dan berlaku disemua kementerian/lembaga. Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan merupakan satuan kerja dilingkungan Kementerian Pertahanan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan rehabilitasi terpadu kepada Penyandang Disabilitas Personel Pertahanan. Masing – masing kementerian atau lembaga mempunyai peranan yang berbeda dalam menyusun perencanaan dan pengganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas, hal ini disesuaikan dengan fungsi dan tugas pokoknya. Secara umum Kementerian Pertahanan seharusnya juga menyusun Perencanaan dan Penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas misalnya diseluruh satuan kerja fasilitas umumnya mempunyai aksesibilitas untuk Penyandang Disabilitas. Sampai saat ini aksesibilitas belum maksimal, masih terlihat diberbagai tempat belum mempunyai sarana yang memenuhi syarat terutama fasilitas umumnya. Sedangkan secara khusus Kementerian Pertahanan melalui Pusrehab Kemhan melaksanakan Perencanaan dan Penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas karena memang tugas pokok dan fungsinya. Dalam Penyusunan Program-program kegiatan secara langsung sasarannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian Penyandang Disabilitas. Pusrehab Kemhan mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan kemandirian dan profesionalisme Penyandang Disabilitas di lingkungan Kemhan dan TNI, secara intern selalu meningkatkan program – program pelayanan kepada Penyandang Disabilitas melaui pelayanan Rehabilitasi Medis, Sosial dan Vokasional. Agar program Pelayanan Rehabilitasi Penyandang Disabilitas berhasil dan berkelanjutan maka perlu mengadakan kerjasama dan menjalin hubungan yang komunikatif dengan kesatuan asal Penyandang Disabilitas, hal ini sangat penting agar program-program yang telah dilaksanakan bermanfaat dan tidak sia-sia. Untuk itu perlunya Perencanaan dan Pengganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas juga dilaksanakan sampai satuan-satuan bawah didaerah. Pentahapan dalam penyusunan Perencanaan dan Penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas diingkungan Kemhan TNI secara umum sama dengan Kementerian/Lembaga yang lain, perbedaannya berada sasaran yaitu Penyandang Disabilitas personel pertahanan. 7. PEMANTAUAN DAN EVALUASI.

Pemantauan penting untuk mengetahui sedini mungkin adanya hambatan atau masalah dalam pelaksanaan perencanaan. Evaluasi ditujukan untuk melihat tingkat keberhasilan program/kegiatan. Ruang lingkup yang menjadi fokus pemantauan perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas meliputi Disabilitas Budget Statement (DBS), Kearangka Acuan Kegiatan (KAK)/TOR, Rencana Kerja Anggaran (RKA).

Ada beberapa tahapan dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi Perencana Program dan Anggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas antara lain :

a. Tahap Persiapan b. Tahap Pemantauan

c. Tahap Evaluasi

KESIMPULAN DAN SARAN.

8. Kesimpulan. Dari uraian dan pembahasan di atas maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan: a. Komitmen untuk melaksanakan Pengarusutamaan

Penyandang Disabilitas melalui penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas harus menjadi suatu komitmen kementerian/lembaga dalam Pembangunan Nasional

b. Perencanaan dan Penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas dilakukan dengan cara menggunakan analisis disabilitas, menerapkan anggaran berpihak kepada Penyandang Disabilitas dalam RKA-KL, yang memuat upaya perwujudan kesetaraan disabilitas.

c. Pusrehab Kemhan merupakan Satker dibawah Kementerian Pertahanan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan rehabilitasi Penyandang Disabilitas otomatis dalam menyusun perencanaan dan penganggaran, sasaran ditujukan untuk pelayanan terhadap Penyandang Disabilitas.

9. Saran. Ada beberapa hal yang dapat disarankan agar dapat tercapai penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Yang Berpihak Kepada Penyandang Disabilitas guna mewujudkan Penyandang Disabilitas yang sejahtera, mandiri dan profesional adalah :a. Perlu segera mewujutkan Rancangan Aksi Nasional

(RAN 2014 – 2019) dituangkan dalam Keppres yang disahkan oleh Presiden

b. Perlu adanya kontroling dan monitoring dari lembaga yang terkait/ yang ditunjuk agar dalam pelaksanaannya tidak ada penyimpangan

c. Perlu adanya sangsi bagi lembaga yang tidak melakukan tugasnya sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

d. Perlu adanya evaluasi agar dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada Penyandang Disabilitas lebih tepat sasaran dan lebih berkembang dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA.1. Departemen Tenaga Kerja RI (2007) Himpunan

peraturan tentang penyandang Cacat.2. Undang-undang RI No. 19 (2011) Konfensi mengenai

hak-hak Penyandang disabilitas.3. Direktorat Rehabilitasi sosial Orang dengan Kecacatan,

kementerian Sosial (2012) Pedoman Perencanaan dan Penganggaran yang Berpihak Kepada Penyandang Disabilitas. n

Page 44: majalah pusrehab 2014

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

ACUAN DALAM MEWUJUDKAN PENYANDANG DISABILITAS YANG TERAMPIL DAN PROFESIONAL

Oleh: Dra. Diah Purnamasari, MM

PENDAHULUAN.

Kurikulum merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam dunia pendidikan maupun pelatihan. Tanpa kurikulum maka proses pendidikan maupun pelatihan tidak akan berjalan dengan baik. Kurikulum

diperlukan sebagai salah satu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum terangkum

berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran. Oleh karenanya untuk mencapai hasil pendidikan yang baik kurikulum harus selalu disempurnakan terus menerus melalui proses penelaahan dan pengkajian.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dibuat sebagai suatu inovasi dari kurikulum sebelumnya yang dianggap konvensional. Upaya ini dilakukan karena kurikulum yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum yang mampu memberikan keterampilan

r t i k e lA

42

Page 45: majalah pusrehab 2014

dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, dinamika dan kesulitan dalam kehidupan. Tantangan global yang harus menjadi perhatian dunia pendidikan dan dunia kerja sehingga SDM dituntut untuk memiliki kompetensi agar angka pengangguran menurun. Atas dasar itulah, untuk menghindari dan meminimalisir berbagai kemungkinan yang kurang baik, sekaligus dalam rangka memajukan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan hingga dapat mencapai keunggulan bangsa, maka Pemerintah membuat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Bidang Rehabilitasi Vokasional (Bidrehabvok) sebagai pelaksana tugas pokok Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan (Pusrehab Kemhan) mempunyai tugas melaksanakan rehabilitasi vokasional dengan memberikan penguasaan berbagai keterampilan dan atau ilmu pengetahuan serta teknologi kepada Penyandang Disabilitas Personel Kemhan dan TNI melalui kegiatan pelatihan vokasional menuju ke arah pengembalian kemampuan untuk bekerja secara optimal. Dalam melaksanakan upaya tersebut Bidrehabvok menggunakan kurikulum sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pelatihan vokasional di Pusrehab Kemhan yang telah dikembangkan menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bidrehabvok menyadari bahwa pelatihan vokasional yang diselenggarakan harus selalu dikembangkan dan disesuaikan untuk menghadapi berbagai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan digunakannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menggantikan kurikulum konvensional yang sebelumnya diharapkan program pelatihan vokasional dapat mencapai tujuan mewujudkan Penyandang Disabilitas yang terampil dan profesional.

LANDASAN PEMIKIRAN

1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu

desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. E. Mulyasa dalam bukunya “Kurikulum Berbasis Kompetensi” mengartikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan secara umum, menurut Pusat Kurikulum Balitbang Kemdikbud, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, penilaian, kegiatan belajar mengajar serta pemberdayaan sumber daya pendidikan.

Dalam membuat perangkat tersebut Pemerintah menyusun standar kompetensi untuk semua pelajaran yang kemudian didesain dalam suatu format KBK yang memuat: standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan indikator pencapaian. Standar kompetensi adalah tujuan pembelajaran secara umum yang merupakan ukuran kemampuan keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui dan mahir dilakukan oleh peserta didik. Kompetensi dasar merupakan jabaran dari standar kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh peserta didik untuk menunjukkan bahwa peserta telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Materi pokok ialah pokok dari suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilan serta konteks keilmuan suatu mata pelajaran. Sedangkan Indikator pencapaian ialah penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Dengan adanya komponen-komponen yang termuat tersebut maka KBK memberikan cakupan yang cukup luas tentang kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik. Implementasi KBK telah memberikan sesuatu yang berarti bukan hanya pada peserta didik tetapi juga untuk pengajar dan pelatih. Peserta didik dituntut untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam belajar (mandiri maupun kelompok), sedangkan bagi pengajar dituntut meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam materi pembelajaran dan selalu mengikuti perkembangan informasi yang ada di sekitarnya untuk dapat memfungsikan posisinya sebagai pendidik. Dalam KBK peserta didik juga dituntut untuk aktif mengembangkan keterampilan dan menerapkan iptek tanpa meninggalkan kerjasama berkompetensi, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar ini para peserta didik bukan lagi objek, melainkan subjek, dan setiap kegiatan ada nilainya. Sementara pengajar atau pelatih dalam kegiatan tersebut berperan sebagai fasilitator saja.

Dengan demikian dapat dikatakan KBK berfokus dan bermuara pada upaya peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kerja bukan transfer pengetahuan.

2. Karateristik atau Ciri-Ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)Ada karateristik atau ciri-ciri KBK yang membedakan dengan

kurikulum yang sebelumnya atau kurikulum konvensional. Hal ini menunjukkan kelebihan yang dimiliki KBK sehingga pemerintah sepakat untuk memberlakukannya pada pendidikan yang ada di Indonesia guna mencapai tujuan yang diharapkan dan serta untuk menjawab tantangan dunia internasional dalam mewujudkan SDM yang kompeten.

Kemendiknas (2002) mengemukakan bahwa KBK memiliki karateristik sebagai berikut:

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik secara individual maupun klasikal.

b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

c. Pencapaian dalam pembelajaran menggunakan

r t i k e lA

43

Page 46: majalah pusrehab 2014

r t i k e lApendekatan dan metode yang bervariasi.

d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Sedangkan menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “Kurikulum Berbasis Kompetensi” menerangkan bahwa ada 6 karateristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:

a. Sistem belajar dengan modul. Modul disini adalah suatu paket kurikulum yang

dituangkan dalam bentuk bahan ajar cetak yang dirancang dan disediakan untuk dapat dipelajari secara mandiri. Dengan digunakannya modul maka pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan secara optimal.

b. Menggunakan seluruh sumber belajar secara maksimal.

Upaya tersebut adalah untuk melengkapi, memelihara dan memperkaya khazanah pengetahuan serta mendorong peserta didik lebih aktif sehingga tidak terjadi kevakuman dalam proses belajar mengajar.

c. Pengalaman lapangan. P e n g a l a m a n lapangan dapat mendekatkan pengajar dengan peserta didik sehingga dapat menambah minat peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran.

d. Strategi belajar individual personal. Dalam strategi ini tidak hanya sekedar individualisasi

dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kognitif peserta didik, tetapi mencakup respon-respon terhadap perasaan pribadi dan kebutuhan pertumbuhan psikososial peserta didik.

e. Kemudahan belajar. Kemudahan belajar disini diberikan melalui kombinasi

antara pembelajaran individual dengan pengalaman pembelajaran dan pembelajaran secara tim. Hal tersebut dapat dilakukan secara optimal untuk memberikan kemudahan dalam belajar untuk mencapai atau menguasai kompetensi tertentu.

f. Belajar tuntas (mastery learning). Strategi belajar tuntas ini maksudnya adalah dikuasainya

seluruh materi pelajaran oleh peserta didik sehingga strategi ini harus diterapkan agar seluruh bahan yang disampaikan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.

PEMBAHASAN.

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi yang Digunakan Dalam Pelatihan Vokasional. Mengacu pada teori-teori di atas dan mengingat bahwa

penggunaan KBK yang sudah dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan serta menindaklanjuti UU RI Nomor 13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, pasal 10 ayat 2, bahwa pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja, maka Pusrehab Kemhan, khususnya Bidang Rehabilitasi Vokasional, mulai menggunakan KBK menggantikan kurikulum konvensional. Penggunaan KBK ini dimaksudkan agar pelatihan vokasional yang diselenggarakan dapat lebih membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja para Penyandang Disabilitas Personel Kemhan dan TNI yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.

Pada implementasinya KBK yang digunakan pada pelatihan vokasional disusun dengan berpedoman pada lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Kep. 69/MEN/V/2004 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: Kep-227/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Pola penyusunan SKKNI ini merupakan format baku yang mengacu pada Regional Model Competency Standar (RMCS) dan telah menjadi acuan dalam mengembangkan standar kerja nasional. Dengan adanya pola penyusunan SKKNI maka KBK yang disusun untuk pelatihan vokasional Penyandang Disabilitas Personel Kemhan dan TNI di Pusrehab Kemhan mengacu pada pola dan format tersebut di atas sehingga menghasilkan standar kompetensi yang memiliki bentuk serta struktur yang sama, dimana setiap unit kompetensi diuraikan dalam elemen kompetensi dan masing-masing elemen memuat kriteria: unjuk kerja, indikator unjuk kerja, materi pelatihan (yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja) serta jam pelatihan (pengetahuan dan keterampilan).

2. Keunggulan/Kelebihan Menggunakan KBK Dalam Pelatihan Vokasional Menurut Hasil PenelitianUntuk mengetahui keunggulan/kelebihan menggunakan KBK

pada pelatihan vokasional yang diselenggarakan di Pusrehab Kemhan, dibandingkan dengan kurikulum konvensional yang digunakan sebelumnya, telah dilakukan penelitian dengan metode wawancara terhadap para Instruktur dari 13 jurusan yang ada di Pusrehab Kemhan. Dari hasil penelaahan diperoleh gambaran bahwa dengan menggunakan KBK maka kelebihan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Instruktur dapat menuangkan isi kurikulum ke dalam aspek-aspek pelajaran sehingga memudahkan dalam mengajar. Dimana hal ini tidak dapat mereka lakukan apabila menggunakan kurikulum konvensional karena materi pelajaran dalam kurikulum konvensional dituangkan secara global atau menyeluruh.

b. Para peserta program dapat mengembangkan kompetensi-kompetensi pada setiap aspek materi pelajaran sesuai dengan potensinya masing-masing. Disini dapat lebih mudah terlihat peserta program yang tidak memiliki kemampuan adalah mereka yang tidak dapat memenuhi kompetensi yang disyaratkan. Sebaliknya peserta yang dapat memenuhi seluruh kompetensi akan lebih menonjol

44

Page 47: majalah pusrehab 2014

r t i k e lAdan berkembang. Hal ini tidak dapat dilakukan apabila menggunakan kurikulum konvensional karena lebih menekankan kepada transfer ilmu pengetahuan sehingga tidak mengetahui pontensi masing-masing peserta.

c. Peserta program dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar karena KBK menuntut hal tersebut agar syarat kompetensi dapat tercapai.

d. Peserta lebih memungkinkan untuk mengeksplorasi kemampuan secara optimal.

e. Hasil belajar lebih mudah dievaluasi karena adanya indikator pencapaian sehingga kekurangan peserta dapat segera diperbaiki.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa penggunaan KBK pada pelatihan vokasional lebih memiliki keunggulan daripada kurikulum konvensional yang digunakan sebelumnya karena dapat lebih mengarah pada pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta sesuai dengan jurusan keterampilannya masing-masing dengan adanya indikator pencapaian yang dijadikan ukuran untuk menilai ketuntasan pelatihan. Hal ini berbeda dengan kurikulum konvensional yang digunakan sebelumnya dimana para Instruktur tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kompetensi-kompetensi atau kemampuan para peserta pada setiap aspek materi pelajaran karena lebih menekankan pada penguasaan informasi materi pelajaran itu sendiri kepada seluruh peserta rehabilitasi.

Bidrehabvok sendiri sebenarnya sudah melaksanakan KBK sejak tahun 2007, dimana pada saat itu seluruh Instruktur diberikan pelatihan penyusunan KBK yang diselenggarakan Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Dalam Negeri (BBPLKDN) Bandung. BBPLKDN merupakan lembaga yang berada di bawah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang telah menjalin kerjasama dengan Pusrehab Kemhan dalam rangka peningkatan kualitas instruktur. Upaya ini dilakukan karena pelatihan vokasional yang diselenggarakan merupakan pelatihan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang berkaitan dengan keterampilan yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi. Hal ini diyakini karena KBK dapat menjawab potensi yang ada pada peserta program yang belum berkembang juga kemampuan apa yang dimiliki oleh peserta setelah menyelesaikan atau lulus pelatihan, dapat memilih proses pembelajaran yang dapat membantu peserta dalam mendapatkan kompetensi serta dapat mengetahui bagaimana peserta mencapai kompetensi yang diinginkan. Untuk itulah penggunaan KBK mulai dilaksanakan dalam penyelenggaraan pelatihan vokasional bagi Penyandang Disabilitas Personel Kemhan dan TNI menggantikan kurikulum konvensional sebelumnya yang dianggap tidak tepat.

Namun demikian berdasarkan hasil penelitian tidak seluruhnya KBK pelatihan vokasional memiliki keunggulan dibandingkan dengan kurikulum konvensional, ada juga kekurangan yang menjadi kendala para Instruktur dalam proses belajar mengajar, terutama bila hal itu berkaitan dengan keterlambatan dukungan bahan praktek. Tidak adanya atau terlambatnya dukungan bahan

praktek berdampak pada tidak optimalnya proses pencapaian suatu kompetensi, karena apabila pada saat penyampaian suatu materi tidak ada dukungan bahan praktek maka proses belajar mengajar akan terhenti dan tidak dapat dilanjutkan ke materi pelajaran berikutnya sampai materi pelajaran sebelumnya tuntas. Akibatnya kompetensipun belum dapat tercapai dan hal ini dapat berakibat kepada mundurnya jadwal pelajaran yang sudah disusun. Oleh karenanya perlunya satu kesatuan yang utuh di dalam melaksanakan suatu proses belajar mengajar agar tujuan dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN.

1. Kesimpulan.Dari hasil analisa di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pelatihan vokasional yang diselenggarakan di Pusrehab Kemhan lebih tepat menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dibandingkan dengan kurikulum konvensional. Pengembangan kemampuan yang menjadi tuntutan di era globalisasi dapat teratasi karena KBK dapat menjawab tantangan tersebut dengan SDM yang kompeten. Dengan demikian tujuan Pusrehab Kemhan untuk mewujudkan Penyandang Disabilitas yang mandiri dan profesional dapat tercapai dengan membekali peserta pelatihan vokasional keterampilan dan kompetensi kerja.2. Saran

Guna mengimbangi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dalam rangka mewujudkan Penyandang Disabilitas Personel Kemhan dan TNI yang terampil dan profesional yang dapat bersaing di pasaran usaha, Pusrehab Kemhan dituntut untuk selalu mengejar kemajuan tersebut dengan mengembangkan kurikulum yang digunakan. Oleh karena itu perlunya revisi kurikulum yang terus menerus secara periodik serta inovasi-inovasi yang disertai dengan dukungan alins/alongins dan bahan praktek yang memadai agar tujuan rehabilitasi vokasional dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA.1. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karateristik dan

Implementasi, E. Mulyasa, Prof Dr., H., MPd, Remaja Rosada Karya, 2002.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor; KEP.69/MEN/V/2004 tanggal 4 Mei 2004 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP.227/MEN/2003 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional.

4. Karateristik dan Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Aris Nurbawani, weblog-pendidikan.blogspot.com, 2009.

5. Petunjuk Teknis Nomor: JUKNIS/06/X/2011 tanggal 4 Oktober 2011 tentang Penyelenggaraan Rehabilitasi Penyandang Cacat Personel Kemhan dan TNI. n

45

Page 48: majalah pusrehab 2014

46

PENDAHULUAN

Interaksi sosial manusia di masyarakat, baik itu antar individu, antara individu dengan kelompok atau antar kelompok, tidak dapat dilepaskan dari fenomena kejiwaan. Reaksi emosional, sikap, kemauan, perhatian, motivasi, harga diri dan sebangsanya sebagai

fenomena kejiwaan yang tercermin pada perilaku orang perorang serta kelompok, merupakan fenomena yang melekat pada kehidupan berbudaya dan bermasyarakat. Perilaku kejiwaan manusia dalam konteks sosial, merupakan objek kajian psikologi sosial.

Kehadiran penyandang disabilitas personel Kemhan dan TNI di lingkungan kedinasan sejauh ini masih kurang mendapat penerimaan, dikarenakan aturan kedinasan yang yang masih mengharuskan anggotanya memiliki kondisi fisik yang sempurna. Namun ketika bentuk penolakan itu ada dan sangat dirasakan oleh mereka, seringkali mereka yang merasa terbuang tidak diberi bekal keterampilan saat dikembalikan ke masyarakat. Sementara mereka memiliki hak untuk tetap diakui keberadaannya dan diperlakukan sama seperti orang-orang yang normal secara fisik. Kejadian tersebut tentunya akan sangat berpengaruh pada kondisi emosional dan psikologis individu baik di dalam diri maupun saat berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Kondisi emosional selalu menyertai proses yang kita sebut interaksi sosial. Selanjutnya, dorongan untuk berinteraksi sosial itu juga tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi proses kejiwaan saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan (Krech, Crutfield, Baltachey (1982: 478-483). Kedalam faktor lingkungan, termasuk manusia di sekitarnya (lingkungan sosial), nilai, norma, peraturan yang berlaku (lingkungan budaya), dan kondisi cuaca, pepohonan, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut (lingkungan alam).

Begitu juga jika dialami oleh Personel Militer ataupun PNS Pertahanan yang mengalami disabilitas baik akibat kontak langsung dengan musuh, kecelakaan saat latihan tempur atau kecelakaan lalu litas sehungga menyebabkan yang bersangkutan mengalami kecacatan fisik ataupun mental tentunya akan memberikan dampak pada perubahan perilaku mereka. Faktor Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kebanggaan, harga diri, sikap mental, dorongan berprestasi, etos kerja, semangat hidup, kesadaran seseorang ataupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Betapa bermaknanya keluarga sebagai lingkungan sosial terhadap dorongan berprestasi seorang anggotanya. Demikian pula peranan lingkungan sosial lainnya, seperti teman sepermainan, teman sejawat dalam pekerjaan atas dorongan kepada seseorang untuk tetap hidup bersemangat, berprestasi, dan akhirnya mencapai keberhasilan.

Sebagai satu kesatuan mental-psikologi dengan fisik-biologis fenomena kejiwaan seseorang, terpadu dalam dirinya sebagai kepribadian. Pada kesatuan kepribadian ini, kita dapat mengamati dan menelaah hubungan antara faktor dalam diri seseorang (potensi

mental psikologis dan fisik biologis) dengan faktor luar yang disebut lingkungan (sosial, budaya, alam). Keunikan kepribadian seseorang yang terpencar pada perilakunya, merupakan hasil perpaduan kerja sama antara potensi dari dalam diri dengan rangsangan dari lingkungan (hukum konvergensi). Psikologi sebagai salah satu bidang ilmu sosial, berperan strategis dalam mengamati, menelaah, menganalisis, menarik kesimpulan dan memberikan arahan alternatif terhadap masalah sosial yang merupakan ungkapan aspek kejiwaan. Patologi sosial yang pernah didiskusikan pada waktu membicarakan sosiologi, juga menjadi salah satu garapan psikologi sosial.

KONSEP DASAR.Konsep-konsep dasar psikologi sosial yang menjadi salah satu

bagian dan kajian ilmu sosial sebagai berikut: 1. Emosi terhadap objek sosial2. Perhatian3. Minat4. Kemauan5. Motivasi6. Kecerdasan dalam menanggapi persoalan sosial7. Penghayatan8. Kesadaran9. Harga diri10. Sikap mental11. KepribadianMasih banyak lagi fenomena kejiwaan yang lain yang dapat digali

lebih lanjut permasalahannya.

DAMPAK PSIKOLOGIS YANG MUNCUL PADA PENYANDANG DISABILITAS

PERSONEL KEMHAN-TNI Oleh: Diah Ayu S.Psi

r t i k e lA

Page 49: majalah pusrehab 2014

r t i k e lA

47

Tiap individu yang normal, memiliki potensi psikologis yang berkembang dan dapat dikembangkan. Kadar potensinya bervariasi antara seseorang dengan yang lainnya bergantung pada kondisi kesehatan, mauppun mental-psikologisnya. Mereka yang kesehatan jasmani dan rohaninya prima, peluang pengembang potensi psikologisnya lebih baik daripada mereka yang kurang sehat. Selain daripada itu, faktor lingkungan dalam arti yang seluas-luasnya juga sangat berpengaruh. Ketajaman emosi dan reaksi emosional seseorang, sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Emosi dan reaksi emosional dengan pengendaliannya, sangat penting kedudukannya dalam kehidupan sosial termasuk dalam interaksi sosial. Emosi dengan reaksi emosional, merupakan konsep dasar psikologi sosial yang peranannya besar dalam mengembangkan potensi psikologis lainnya. Tinggi-rendahnya, terkendali-tidaknya emosi seseorang, sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial yang bersangkutan. Oleh karena itu, emosi sebagai suatu potensi kepribadian wajib diberi santapan dengan berbagai pembinaan psikologis, termasuk santapan keagamaan.

Dalam pengembangan sumber daya Personel Militer ataupun PNS Pertahanan, khususnya berkenaan dengan peningkatan kualitas kemampuan intelektual, perhatian dan minat tersebut, memegang peranan yang sangat bermakna. Tanpa perhatian dan minat dari para personel tersebut yang bersangkutan, pengembangannya mustahil tercapai secara optimum.

Kemauan sebagai konsep dasar psikologi sosial, merupakan suatu potensi pendorong dan dalam diri individu untuk memperoleh dan mencapai suatu yang diinginkan. Kemauan yang kuat. merupakan modal dasar yang berharga dalam memperoleh suatu prestasi. Ada ungkapan “di mana ada kemauan, di situ ada jalan”. Kemauan yang terbina dan termotivasi pada diri seseorang termasuk pada diri kita semua, menjadi landasan yang kuat mencapai sesuatu, terutama mencapai cita-cita luhur yang menjadi idaman masing-masing. Orang-orang yang kemauannya lemah, bagaimanapun sukar mencapai prestasi yang tinggi.

Motivasi sebagai suatu konsep dasar, selain timbul dari dalam diri individu masing-masing, juga dapat datang dari lingkungan, khususnya lingkungan sosial dan budaya. Seperti telah dikemukakan di atas, motivasi diri itu juga merupakan kekuatan yang mampu mendorong kemauan. Jika kita semua memiliki motivasi diri yang kuat, mempunyai harapan yang kuat juga berkemauan keras mencapai suatu cita-cita. Hal tersebut berlaku pula pada penyandang disabilitas personel Kemhan dan TNI. Adanya motivasi yang tinggi dari lingkungan mampu mengembalikan kepercayaan diri mereka sehingga dapat bangkit dari keterpurukan dan mampu menjadi insan yang mandiri dan professional.

Kecerdasan sebagai potensi psikologis bagi seorang individu, merupakan modal dasar mencapai suatu prestasi akademis yang tinggi dan untuk memecahkan permasalahan sosial. Kecerdasan sebagai unsur kejiwaan dan aset mental, tentu saja tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan unsur-unsur serat potensi psikologis lainnya. Dibandingkan dengan potensi psikologis yang lain, kecerdasan ini relatif lebih mudah dipantau, dievaluasi dari ungkapan perilaku individu. Potensi dan realisasi kecerdasan yang karakternya kognitif, relatif lebih mudah diukur. Sedangkan potensi dan realisasi mental yang sifatnya afektif, lebih sukar dievaluasi dibandingkan dengan aspek kecerdasan. Kecerdasan sebagai konsep dasar psikologi sosial, memiliki makna yang mendalam bagi seorang individu, karena kecerdasan tersebut menjadi unsur utama kecendekiaan. Sedangkan kecendekiaan; merupakan modal yang sangat berharga bagi SDM menghadapi kehidupan yang penuh masalah dan tantangan seperti yang kita alami dewasa ini.

Proses kejiwaan yang sifatnya mendalam dan menuntut suasana yang tenang adalah penghayatan. Proses ini tidak hanya sekadar merasakan, memperhatikan, dan menikmati, melainkan lebih jauh daripada itu. Hal-hal yang ada di luar diri anda dan kita masing-masing, menjadi perhatian yang mendalam, dirasakan serta diikuti dengan tenang sehingga menimbulkan kesan yang juga sangat mendalam pada diri kita masing-masing. Proses penghayatan ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi diri kita yang penuh kesadaran. Tanpa kesadaran, penghayatan itu sukar terjadi atau sukar kita lakukan.

Harga diri dan sikap mental, merupakan dua konsep dasar yang mencirikan manusia sebagai makhluk hidup yang bermartabat. Oleh karena itu, harga diri ini jangan dikorbankan hanya untuk sesuatu yang secara moral tidak berarti. Harga diri yang terbina serta terpelihara, merupakan martabat kemanusiaan kita masing-masing yang selalu akan diperhitungkan oleh pihak atau orang lain. Harga diri yang dikorbankan sampai kita tidak memiliki harga diri di mata orang lain, akan menjatuhkan martabat kita yang tidak jarang dimanfaatkan orang lain untuk memperoleh keuntungan.

Masalah ini wajib disadari dan dihayati oleh tiap orang yang ingin mempertahankan martabatnya. Selanjutnya, sifat atau sikap mental, merupakan reaksi yang timbul dari diri kita masing-masing jika ada rangsangan yang datang kepada kita. Reaksi mental atau sikap mental dapat bersifat positif, negatif dan juga netral, bergantung pada kondisi diri kita masing-masing serta bergantung pula pada sifat rangsangan yang datang. Mereka yang mengalami disabilitas tentunya tetap memiliki harga diri yang tinggi yang juga ingin diakui oleh masyarakat umum, dianggap mampu dan intelek.

Konsep dasar yang merupakan komprehensif adalah kepribadian. Secara singkat, Brown & Brown (1980:149) mengemukakan bahwa “kepribadian tidak lain adalah pola karakteristik, sifat atau atribut yang dimiliki individu yang ajeg dari waktu ke waktu”. Sedangkan Honnel Hart (Fairchild, H.P. dkk.: 1982:218) secara lebih rinci mengemukakan, Kepribadian yaitu organisasi gagasan yang dinamika, sikap, dan kebiasaan yang dibina secara mendasar oleh potensi biologis yang diwariskan melalui mekanisme psiko-fisikal organisme tunggal dan yang secara sosial ditransmisikan melalui pola budaya, serta yang terpadu dengan semua penyesuaian, motif, kemauan dan tujuan individu berdasarkan keperluan serta kemungkinan dari lingkungan sosialnya.

Konsep dasar kepribadian yang dikemukakan oleh Brown & Brown hanya sebagai ungkapan denotatif, sedangkan yang diketengahkan oleh Hart dalam pengertian konotatif yang lebih komprehensif. Kepribadian itu bersifat unik yang memadukan potensi internal sebagai warisan biologis dengan faktor eksternal berupa lingkungan yang terbuka. Pada kondisi kehidupan yang demikian terbuka terhadap pengaruh yang sedang mengarus secara global, faktor lingkungan itu sangat kuat. Oleh karena itu, pendidikan sebagai salah satu faktor lingkungan, wajib terpanggil dan berperan aktif memberikan pengaruh positif aktif-kreatif terhadap pembinaan kepribadian.

Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda yang menjadi subjek pembangunan masa yang akan datang, wajib memiliki kepribadian yang kokoh-kuat, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar selalu siap serta sigap menghadapi masalah-tantangan persaingan. Secara ideal SDM yang memiliki kepribadian yang demikian itu, dapat diandalkan sebagai penyelamatan kehidupan yang telah makin menyimpang dan kebenaran yang hakiki yang “mengorbankan nilai-nilai moral demi mencapai tujuan material semata”. Panggilan dan tugas pendidikan memang berat, namun sangat mulia. n

Page 50: majalah pusrehab 2014

48

Lensa Pusrehab

Peringatan 1 Muharam 1435 H

Pembukaan Peserta Rehabilitasi dan Kegiatan Terpadu

48

PUSREHAB KEMHAN

Page 51: majalah pusrehab 2014

49

Lensa Pusrehab

Kejuaraan Atlit Tenis Kursi Roda di Malaysia dan Thailand

49

Pelatihan Atlit Selam Penyandang Disabilitas

Page 52: majalah pusrehab 2014

50

Kunjungan Wapres Dan Para Pejabat Negara ke Pusrehab Kemhan Dalam Tragedi Tabrakan Kereta Api Bintaro

Seminar Keperawatan RS dr Suyoto

Kejuaraan Tenis Kursi Roda 'Gubernur DKI Cup 2014'

Lensa Pusrehab

50

Page 53: majalah pusrehab 2014

51Rangkaian Kegiatan HUT ke 46 Pusrehab Kemhan

Peringatan Natal 2013 Pusrehab Kemhan

Lensa Pusrehab

51

Page 54: majalah pusrehab 2014

serba serbi

52

Untukmu PahlawankuDemi negri...Engkau korbankan kepentinganmuDemi bangsa...Rela kau taruhkan nyawamuMaut menghadang di depan mataTak menggentarkanmu

Tampak raut wajahmuTak segelintir rasa takutSemangat membara di jiwamuTaklukkan mereka penghalang negri

Hari-hari mu di warnaiPembunuhan dan pembantaianDan dihiasi Bunga-bunga apiMengalir sungai darah di sekitarmuBahkan tak jarang mata air darah ituYang muncul dari tubuhmuNamun tak dapat...Runtuhkan tebing semangat juangmu

Bambu runcing yang setia menemanimuKaki telanjang yang tak beralasPakaian dengan seribu wangianBasah di badan keringpun di badan

Untukmu pahlawanku…Kini kau lihat...Merah hitam tanah kelahiranmuPertumpahan darah para penjajah kejiGemelutmu tak kunjung siaLindunganya selalu di hatimuUntuk kemerdekaan Indonesia AbadiTiada kata yang dapat membalas jasamu

Hormatku Pada Pejuang Korban PeperanganKala itu …Tubuh tegap berbalut seragam kebanggaanKaki kokoh beralaskan kekuatanMata tajam tertuju tanda kesiapanHati suci, ikhlas berpasrahkan kepada-Nya

Pejuangku, tiada sedikitpun ada ketakutan di benakmuMeskipun tangisan sanak keluarga menghantarkanmuMeskipun kala itu deru senjata mengelilingimuMeskipun korban-korban telah berjatuhanKau renggut belenggu penindasanKau bebaskan tanah air tawanan keji penjajahan

Saat ini..Tubuh tegap itu tak sekuat duluMata tajammu sayu dan redupBahkan..Kau kehilangan kaki kokoh itu

Pejuangku, kau korbankan segalanya…Hidup dan matimu…Seluruh anggota tubuhmu…Masa depanmu

Sekalipun semua itu Kau lihat tanah air iniMenggapai kemerdekaan berarti Yang kadang tak sebanding dengan segala pengorbananmu

Pejuangku…Hormat dan banggaku ku persembahkanDan namamu tak akan pernah terlupakan Sebagai pejuang kemerdekaan yang anak cucumu nikmati kini

Page 55: majalah pusrehab 2014

Foto

Ber

sam

a Pe

jaba

t Pus

reha

b de

ngan

Tim

Ten

is K

ursi

Rod

a ke

Tha

iland

.

Page 56: majalah pusrehab 2014

Pese

rta

Rap

at K

oord

inas

i Pen

yand

ang

Dis

abili

tas

di P

usre

hab

Kem

han

Ta 2

014.