Majalah Online U-Read Mahakarya Sriwijaya Paper...
-
Upload
phungxuyen -
Category
Documents
-
view
296 -
download
10
Transcript of Majalah Online U-Read Mahakarya Sriwijaya Paper...
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” i
”
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” ii
MAJALAH ONLINE U-READ (MOU)
“MAHAKARYA SRIWIJAYA PAPER COMPETITION (SPC) 2016”.
Ukuran Buku : A4 (21 cm x 29,7 cm)
Jumlah Halaman : ix + 319 hal
Dipublikasikan Oleh :
Unit Kegiatan Mahasiswa Unsri Riset dan Edukasi (UKM U-Read)
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
Pelindung:
Afif Susilo Kenamon (Direktur Utama U-Read)
Penanggung Jawab:
M. Irwan Fadhli
Editor:
Ade Irawan, Anggun Permata, Zammy Lunni, Rona Ayu Sakinah
Gambar Kulit:
Ade Irawan
Sumber Naskah:
Finalis Sriwijaya Paper Competition (SPC) 2016
Gambar Kulit:
Ade Irawan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” iii
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” iv
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Majalah Online
U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition (SPC) 2016”. Majalah Online
U-Read ini merupakan majalah online untuk mempublikasikan hasil karya dari
finalis-finalis SPC 2016 yang disusun secara padat/ringkas tanpa mengubah
makna dari karya finalis SPC 2016.
Penyusunan Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper
Competition (SPC) 2016” melibatkan banyak pihak yang selalu mendukung. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang atas semua bantuan, saran dan kritik tersebut kepada:
1. Allah SWT sebagai pemilik seluruh ilmu pengetahuan.
2. Afif Susilo Kenamon selaku Direktur Utama Unit Kegiatan Mahasiswa Unsri
Riset dan Edukasi (UKM U-Read).
3. Tim U-Read yang terdiri dari Anggun Permata, Zammy Lunni, Ade Irawan,
dan Rona Ayu Sakinah atas bantuan mengedit naskah.
Hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan Saudara/i.
Penulis menyadari dalam pembuatan Majalah Online U-Read ini masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan Majalah Online U-Read ini lebih lanjut.
Akhirnya, penulis berharap Majalah Online U-Read ini yang dipublikasikan di
web U-Read dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang berguna bagi yang memerlukannya.
Indralaya, Oktober 2017
Penulis
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
MEMBANGUN KESADARAN KONSUMEN TERHADAP
PANGAN HILANG DAN TERBUANG MELALUI KAMPANYE
SOSIAL PADA KEMASAN PANGAN
oleh Abduh, Nurul Ain Safura dan Ely Susanti .......................................... 1
KURIKULUM BERBASIS NEO-KOMPETENSI SEBAGAI
LANGKAH PREVENTIF DALAM MENGHADAPI PAHAM
FATALISME DI INDONESIA
oleh Aisyatur Ridlo, Harnung Oktaviani, Moh. Fahrul Liga Teja
Kusuma dan Anis Eliyana ......................................................................... 19
PERI KIT, PENDETEKSI PEMUTIH DALAM BERAS MENUJU
INDONESIA SEHAT 2045
oleh Anisa Maharani, Bangun Mustiko Arum dan Yanuardi
Raharjo ....................................................................................................... 48
ANALISIS KEBUTUHAN WATER BAY GUNA MEMINIMALISIR
KECELAKAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS : RUAS JALAN
TOL TANGERANG – MERAK)
oleh Anugerah Fasikhullisan, Wahyu Dwi Prasetiyo dan Ahmad
Basuki ......................................................................................................... 65
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” vii
AGRIDUTORMA (AGRICULTURE EDUCATION TOURISM)
SISTEM PENDIDIKAN BERBASIS EKOWISATA PERTANIAN
PADA SISWA TAMAN KANAK-KANAK
oleh Helnida Adriani Tahir, Ashariah Hapila,
Nikmatul Riswanda dan Asmuddin Natsir ................................................. 83
MAMI “MANGA ISLAMI” : INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN
SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN KARAKTER RELIGIUS
SISWA SEKOLAH DASAR MENUJU INDONESIA EMAS
oleh Ita Nurul Fitriani, Muryani dan Muhammad Ragil Kurniawan ....... 99
RANCANG BANGUN ALAT MONITORING SUHU PADA TRUK
PENGANGKUT SAPI SEBAGAI SOLUSI ANIMAL WELFARE DI
INDONESIA BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO UNO
oleh M. Bazaar Iqbal, Hilman Saputra, Djiquwatan Abrar dan
Ekawati Prihatini ....................................................................................... 124
IMPLEMENTASI TIM WIRAUSAHA BERKELANJUTAN
SEBAGAI SOLUSI UNTUK MENGURANGI ANGKA
PENGANGGURAN DI INDONESIA
oleh Miftahol Hudhah, Siti Rohmatun Ni`mah,
Nimas Ayu Mashuri dan Riris Diana Rachmayanti ................................... 149
KAJIAN PENERAPAN PENDIDIKAN KESELAMATANJALAN
PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
oleh Nabil Ahsan Burhani, Novia Ulfa Hapsari,
Imam Budy Prastiyo dan Tri Handoyo ...................................................... 173
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” viii
PENGARUH PROGRAMMABLE PERIPHPERAL INTERFACE
(PPI) TERHADAP REKAYASA PROTOTIPE PEMBANGKIT
GELOMBANG SEBAGAI INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN
oleh Nora Hotija, Rizal Eka Julianma, Ikfan Harianto dan
M. Joko Wibowo ......................................................................................... 196
PEMANFAATAN BIJI MANGGA SEBAGAI PAKAN
ALTERNATIF ITIK TEGAL UNTUK MENINGKATKAN
BOBOT BADAN
oleh Norman Billi, Abdurohman Roja, Agung Permana dan
Iman Hernaman .......................................................................................... 233
“RAPPLE BON” (RABBIT APPLE ABON) USAHA PANGAN
MENUJU MEA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
oleh Rani Winardi Wulan Sari, Aprilia Retno Anggraini,
Irma Hanifah dan Purwadi ....................................................................... 254
PLAY SMART (PEMBELAJARAN ASIK YANG SIMPEL, TERTIB
DAN KREATIF):APLIKASI EDUKATIF UNTUK ANAK INDONESIA
oleh Siti Maulida Hasanah, Jihan Elena, Novita Lestari Payung
dan Sigit Pancahayani ............................................................................... 272
“BIOPONIC” INOVASI BIOAKTIVATOR ORGANIK BERBASIS
PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SEBAGAI ADDED VALUE
PEMBUATAN KOMPOS UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA
MANDIRI
oleh Uzwajul Mutoharoh, Muji Astutik, Aprilia Retno Anggraini
dan Endang Setyowati ............................................................................... 286
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” ix
TRIGONOMEDIC SEBAGAI ALTERNATIF DALAM
PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI DI SEKOLAH
oleh Yusti Qomah, Wiliyanti, Annisa Nur Fauza dan
Endro Setyo Cahyono ................................................................................. 305
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 1
MEMBANGUN KESADARAN KONSUMEN TERHADAP PANGAN
HILANG DAN TERBUANG MELALUI KAMPANYE SOSIAL
PADA KEMASAN PANGAN
Abduh1)
, Nurul Ain Safura1)
dan Ely Susanti2)
1Mahasiswa Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sriwijaya
2Dosen Pembimbing, Universitas Sriwijaya
Email: [email protected]
Abstrak
Satu per tiga pangan yang diproduksi di dunia yakni sekitar 1,3 milyar ton, hilang
dan terbuang di tangan konsumen. Pangan hilang dan terbuang ini memberikan
dampak negatif pada lingkungan, ekonomi, dan juga ketahanan pangan.
Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk menurunkan jumlah pangan
hilang dan terbuang mulai dari pangan tersebut diproduksi dan didistribusikan,
namun pada tingkat konsumsi yaitu pembangunan kesadaran konsumen belum
memberikan hasil yang signifikan. Kesadaran konsumen terhadap pangan hilang
dan terbuang sangatlah penting mengingat konsumen adalah rantai terakhir pada
suplai rantai pangan sekaligus sebagai penentu apakah pangan tersebut
dikonsumsi dengan baik atau hilang dan terbuang. Hal ini membuat peneliti
tergerak untuk melakukan penelitian yang ditulis dengan menggunakan metode
studi pustaka demi membangun kesadaran konsumen terhadap pangan hilang dan
terbuang melalui upaya kampanye sosial pada kemasan pangan itu sendiri.
Kampanye sosial ini berupa tulisan yang berisi ajakan untuk tidak membuang
pangan, seperti “Membuang Pangan itu Membunuh, Berbagi Pangan itu
Menghidupi”. Akhirnya, kampanye sosial ini jika dituliskan pada setiap kemasan
pangan yang ada, maka akan menjadi solusi yang tepat dan mampu membangun
kesadaran konsumen, sehingga jumlah pangan yang hilang dan terbuang dapat
diturunkan.
Kata Kunci: Pangan hilang dan terbuang, Kesadaran pangan, Kampanye sosial.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepertiga dari pangan yang diproduksi di dunia untuk konsumsi manusia
setiap tahunnya, sekitar 1.3 milyar ton, hilang atau terbuang. Pangan hilang dan
terbuang ini memiliki nilai ekonomi sekitar 680 milyar dolar amerika di negara
industri dan 310 milyar dolar amerika di negara berkembang. Pangan hilang dan
terbuang ini juga berdampak pada pemborosan sumber daya seperti air, lahan,
energi, tenaga kerja, modal, dan produksi emisi gas rumah kaca yang
berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim (FAO, 2015). Pangan
hilang dan terbuang ini juga berdampak pada perekonomian (FAO, 2013)
Di sisi lain terdapat 842 juta orang, atau sekitar satu dari delapan orang di
dunia, masih menderita kelaparan kronis (chronic hunger) selang tahun 2011-
2013 (UN, 2014). Ada 600 juta anak hidup dalam kemiskinan absolut, setiap
tahun dengan seenaknya tanpa memiliki kepekaan terhadapnya hampir 11 juta
anak meninggal dunia sebelum mereka mencapai usia balita, dan setiap tahun
lebih dari 18 juta orang meninggal dunia akibat hal-hal yang berhubungan dengan
kemiskinan dan umumnya mereka adalah perempuan dan anak-anak (UNDP
Indonesia, 2013). Di saat yang hampir bersamaan, pertahun 2014, jumlah orang
yang kegemukan justru hampir tiga kali lipat dari orang kelaparan yaitu sekitar
2,32 milyar orang (WHO, 2015). Suatu keniscayaan disaat orang- orang yang
mengalami kekurangan sumber daya makanan (kelaparan), orang lain malah
mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan membuang makanan.
Pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia (FAO,
2015). Oleh karena itu, tujuan utama dari Millenium Developement Goals
(MDGs) di tingkat dunia atau Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia
dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045 adalah menanggulangi
kelaparan (BAPPENAS, 2015). FAO menyatakan bahwa jika seperempat dari
pangan hilang dan terbuang secara global dapat diselamatkan, jumlah tersebut
sudah cukup untuk memberi makanan sebanyak 870 juta orang kelaparan di
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 3
dunia (FAO, 2015). Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menyelamatkan pangan terbuang adalah dengan kampanye (Brian et all., 2013).
Dengan adanya fakta diatas mengenai pangan hilang dan terbuang, jumlah
orang kelaparan dan kegemukan, esensi pangan dan Indonesia Emas 2045, dan
pendekatan yang sesuai untuk mereduksi pangan terbuang tersebut, melalui
Sriwijaya Paper Competition 2016 ini, penulis tertarik untuk membahas tulisan
dengan judul “Membangun Kesadaran Konsumen terhadap Pangan Terbuang
melalui Kampanye Sosial pada Kemasan Pangan”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya membangun kesadaran konsumen terhadap pangan
terbuang?
2. Bagaimana cara membangun kesadaran konsumen terhadap pangan
terbuang?
3. Bagaimana gambaran efektifitas kampanye sosial pada kemasan pangan
untuk menyadarkan konsumen terhadap pangan terbuang?
1.3 Tujuan Kegiatan
1. Mengetahui pentingnya membangun kesadaran konsumen terhadap
pangan terbuang.
2. Mengetahui cara membangun kesadaran konsumen terhadap pangan
terbuang.
3. Melihat gambaran efektifitas kampanye sosial pada kemasan pangan untuk
menyadarkan konsumen terhadap pangan terbuang.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Bagi masyarakat, karya tulis ini dapat menjadi pemicu agar masyarakat
mengurangi makanan terbuang
2. Bagi pemerintah, karya tulis ini dapat menjadi alternatif penyelesaian
masalah pangan terbuang
3. Bagi penulis lain, karya tulis ini dapat dijadikan referensi penelitian
sejenis.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pangan Hilang dan Terbuang
Pangan hilang mengarah pada pengurangan massa pangan secara
menyeluruh (kuantitas atau kualitas) yang dapat dimakan untuk konsumsi
manusia pada rantai pangan. Pangan hilang terjadi saat pangan tersebut
diproduksi, pasca-panen (penyimpanan), dan diproses pada suplai rantai pangan
(Parfitt et al., 2010). Pangan hilang yang terjadi di akhir dari suplai rantai pangan
(pengecer dan konsumsi) disebut pangan terbuang, pangan terbuang ini
berhubungan erat dengan tingkah laku para ritel dan konsumen (Parfitt et al.,
2010). Rantai pangan adalah rangkaian aktivitas untuk produksi, penyimpanan,
pemrosesan, distribusi, dan konsumsi (FAO, 2014).
Tabel 2.1. Pangan hilang dan terbuang selama proses suplai rantai pangan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 5
Di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, pangan
hilang terjadi karena kurang memadainya infrastruktur. Sedangkan di negara-
negara yang berpenghasilan tinggi, pangan terbuang terjadi karena sifat dari
pengecer dan konsumen (The Economist, 2014). Secara global, pangan yang
paling banyak terbuang adalah buah dan sayur, dan umbi-umbian (FAO, 2015).
(Sumber: FAO), diolah
Gambar 2.1. Jumlah pangan hilang dan terbuang secara global
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 6
2.2 Penyebab Pangan Terbuang
Pangan terbuang umumnya terjadi di tingkat pengecer dan konsumen
rumah tangga. Beberapa hal yang menyebabkan pangan terbuang adalah: (1)
strategi marketing, promosi produk, dan diskon yang berlebihan yang memikat
konsumen untuk membeli produk yang mungkin tidak akan digunakan, misal
“Beli satu gratis satu”; (2) Ukuran kemasan yang besar yang memaksa konsumen
untuk membeli melebihi apa yang mereka butuhkan; (3) Tekanan untuk
menampilkan produk-produk yang “sempurna”, sehingga pengecer akan mensortir
produk yang dianggap tidak layak untuk ditampilkan (4) sifat konsumen yang
cenderung membeli produk melebihi apa yang dibutuhkan; (5) kurangnya
kesadaran konsumen; (6) perencenaan belanja yang buruk; (7) masak secara
berlebihan; (8) penyimpanan yang tidak memadai (HLPE, 2014).
2.3 Kesadaran
Menurut Lukman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran adalah
hal yang dirasakan atau dialami seseorang. Kesadaran dibagi menjadi: (1)
Kesadaran diri, yaitu kesadaran seseorang atas dirinya sendiri; (2) Kesadaran
etnis, yaitu kesadaran seseorang bahwa kebudayaan suku bangsanya berbeda
dengan kebudayaan suku bangsa lain; (3) Kesadaran hukum, yaitu kesadaran
seseorang akan nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum
yang ada; (4) Kesadaran kelamin, yaitu kesadaran seseorang akan jenis
kelaminnya; (5) Kesadaran kelas, yaitu kesadaran seseorang akan kedudukannya
dalam susunan tinggi-rendah di dalam masyarakat; (6) Kesadaran lingkungan,
yaitu pengertian yang mendalam pada orang seorang atau sekelompok orang yang
terwujud dalam pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang mendukung
pengembangan lingkungan; (7) Kesadaran politik, yaitu kesadaran dan
pengetahuan orang mengenai kekuatan politik dalam masyarakat; (8) Kesadaran
ras, yaitu kesadaran seseorang bahwa rasnya berbeda dengan ras orang lain,
biasanya dalam arti bahwa sifat rasnya lebih unggul daripada sifat ras orang lain;
(9) Kesadaran sex, yaitu kesadaran kelamin; (10) Kesadaran sosial, yaitu
kesadaran seseorang secara penuh akan hak dan kewajibannya sebagai anggota
masyarakat.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 7
2.4 Kampanye
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gerakan atau tindakan
serentak untuk melawan, mengadakan aksi, mengubah keadaan, mengubah
prilaku, dan lain-lain (Lukman, 1996). Jenis-jenis kampanye menurut Charles U.
Larsen (dalam Venus, 2007) dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Product oriented campaign, yaitu kampanye yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan finansial yang bisa diraih dengan berbagai cara
diantaranya yaitu dengan memperkenalkan suatu produk sampai
melipatgandakan produk tersebut untuk mencapai suatu keuntungan yang
diharapkan;
2. Candidate oriented campaign, yaitu kampanye yang bertujuan untuk
memangkan dukungan masyarakat terhadap kandidatkandidat yang
diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang
diperebutkan melalui proses pemilihan umum;
3. Ideologycally oriented campaign, yaitu kampanye yang ditujukan untuk
menangani masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik
yang terkait.
2.5 Kemasan Pangan
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.1.55.1621 Tentang Pengawasan Pemasukan Bahan
Kemasan Pangan, kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi
dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan
maupun tidak. Kemasan pangan dapat dibuat dari berbagai jenis bahan dasar dan
bahan tambahan. Bahan dasar kemasan pangan dapat berupa plastik,
logam/paduan logam, kertas/karton, karet/elastomer, keramik, selofan dan kaca.
Khusus plastik, dalam pembuatannya menggunakan monomer (unit kecil molekul
penyusun) yang direaksikan menggunakan katalis, disamping berbagai bahan
tambahan misalnya penstabil, pemlastis, pewarna, pelincir, pemutih, perekat,
antikorosi, antistatik, antiblok, dan lain-lain. Bahan tambahan tersebut
dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan, antara lain
memperpanjang daya tahan, merubah bentuk, memperbaiki tampilan kemasan,
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 8
dan lain sebagainya. Pada setiap jenis kemasan, ada persyaratan tertentu yang
harus diikuti supaya dihasilkan kemasan yang aman bagi kesehatan. Setiap jenis
bahan pengemas ini memiliki keunggulan tertentu, antara lain jenis kemasan
tertentu cocok untuk jenis pangan tertentu, misalnya pangan padat, setengah padat
(pasta) dan cair (minuman).
2.6 Ulasan Penelitian Terkait
Merujuk pada peneliti sebelumnya, pengurangan pangan hilang dapat
dilakukan dengan sosialisasi dan kampanye secara intensif serta memanfaatkan
ajaran agama dan kearifan lokal untuk membangun budaya dan kesadaran
masyarakat akan arti pentingnya kehilangan nilai ekonomi pangan akibat
terjadinya pangan hilang. Kampanye dan sosialisasi dpat dilakukan di sekolah,
memanfaatkan pertemuan yang diadakan warga, lembaga pemerintah, pengajian,
media masa. Mengingat pangan hilang bukan masalah yang sederhana, maka
pendekatan yang harus ditempuh haruslah bersifat holistik. Upaya ini akan lebih
terjamin keberhasilannya jika semua pihak; pemerintah, masyarakat, akademisi,
dan usaha; mampu berkoordinasi dan bekerjasama secara baik dalam upaya
mengurangi pangan hilang ke depan (Ketut, 2012).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 9
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Tahap Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan penulisan dengan kajian
pustaka yang terdiri atas pengumpulan data, pengolahan data, analisis sintesis,
mengambil simpulan dan rekomendasi, menyajikan data dan revisi.
3.2 Kerangka Berfikir
Gambar 3.1 Kerangka berpikir penulisan
Pangan Terbuang
Jutaan orang di dunia tidur kelaparan setiap malam dan jutaan ton
makanan dibuang di tempat sampah atau terbuang dalam perjalanan ke pasar.
Sepertiga atau sekitar 1.3 milyar ton, dari pangan yang diproduksi di dunia untuk
konsumsi manusia setiap tahunnya itu hilang atau terbuang (FAO, 2015) dengan
nilai ekonomi sekitar 680 milyar dolar amerika di negara industri dan 310 milyar
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 10
dolar amerika di negara berkembang. Hal ini berdampak pada pemborosan sumber
daya juga pada perekonomian (FAO, 2013). Di sisi lain terdapat 842 juta orang,
atau sekitar satu dari delapan orang di dunia, masih menderita kelaparan kronis
(chronic hunger) selang tahun 2011- 2013 (UN, 2014). Di wilayah-wilayah yang
dilanda kekuarangan gizi seperti Afrika dan Asia Selatan, kehilangan pangan itu
setara dengan 400 hingga 500 kalori per orang per hari, sementara di kalangan
negara-negara maju, tingkatnya lebih tinggi dengan mencapai 750 hingga 1.500
kalori (BBC, 2014). Gejala terbuangnya makanan, khususnya di negaranegara
maju,sudah menjadi keprihatinan dalam beberapa waktu belakangan.
Pendesainan Kemasangan Pangan Berisi Kampanye Sosial
Kemasan pangan di desain dengan kampanye sosial berupa desain visual
yang berisi peringatan-peringatan untuk tidak membeli makanan secara
berlebihan, danajakan-ajakan kepada konsumen agar tidak membuang pangan tapi
membagikannya dengan orang-orang yang sangat membutuhkan pangan.
Perencanaan Tindak Lanjut Desain Kemasangan Pangan Berisi Kampanye
Sosial Membangun Kesadaran Konsumen
Sebagai tindak lanjut dalam membangun kesadaran konsumen terhadap
pangan terbuang melalui kampanye sosial pada kemasan pangan, akan dilakukan
“Kajian lebih mendalam mengenai desain kemasan pangan berisi kampanye
sosial” sebagai sarana untuk membangun kesadaran konsumen akan pentingnya
mengurangi pangan terbuang.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pentingnya Membangun Kesadaran Konsumen terhadap Pangan
Terbuang
Mengurangi pangan terbuang memberikan dampak positif terhadap
keuntungan ekonomi dan berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca.
Keuntungan ekonomi yang dimaksud adalah keuntungan yang dapat dirasakan
secara langsung oleh konsumen dan pelaku bisnis seperti pengecer jika mereka
mengurangi pangan terbuang yang biasanya mereka lakukan (WRAP, 2015).
Secara keselurahan, pangan hilang dan terbuang baik di negara maju atau negara
berkembang bernilai sekitar 990 milyar dolar (FAO, 2015). Sungguh nilai yang
sangat fantastis.
Mengurangi makanan terbuang juga berpotensi untuk mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut adalah pengurangan emisi
gas rumah kaca, menurunkan produksi karbon, meningkatkan persedian ekosistem
melalui pertanian yang berkelanjutan, memperbaiki tingkat kesuburan tanah, dan
mengurangi erosi (IPCC, 2014).
4.2 Cara Membangun Kesadaran Konsumen terhadap Pangan Terbuang
Tingkah laku dan pola fikir konsumen memainkan peranan besar dalam
pangan terbuang. Kampanye adalah salah satu cara yang dapat meningkatkan
kesadaran konsumen (Brian et all., 2013). FAO telah melakukan beberapa
kampanye untuk mengurangi jumlah pangan terbuang, seperti: Telefood
Campaign dan Think, Eat, Save Campaign (FAO dan FMFH, 2003). Kampanye
ini belum menimbulkan dampak nyata yang efektif karena dilakukan dalam
beberapa kegiatan besar dan waktu tertentu saja seperti saat hari pangan
internasional. Selain itu, FAO juga memberikan kampanye-kampanye edukasi
kepada anak-anak sekolah mengenai pangan melalui beberapa program seperti:
Food and Nutrition Education; School Gardens; School Food; dan Feeding
Minds, Fighting Hunger (FAO, 2015). Kampanye edukasi ini juga belum
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 12
menunjukkan dampak positif yang dapat dirasakan karena tidak semua orang
sekolah.
Penulis kemudian menganalisa mengenai ideologycally oriented
campaign, yaitu kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah sosial
melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Untuk mencapai
perubahan sikap dan perilaku publik dibutuhkan kampanye yang menyentuh
semua elemen masyarakat dan berkelanjutan. Artinya adalah kampanye ini tidak
hanya ditujukan kepada anak-anak sekolah dan tidak pula dilakukan pada waktu
dan hari tertentu. Oleh karena itu, penulis menemukan cara untuk mewujudkan
kampanye tersebut yaitu kampanye melalui produk pangan itu sendiri. Kampanye
ini berupa desain visual yang berisi peringatan-peringatan untuk tidak membeli
makanan secara berlebihan, dan ajakan-ajakan kepada konsumen agar tidak
membuang pangan tapi membagikannya dengan orang-orang yang sangat
membutuhkan pangan.
Berikut contoh desain produk yang berisi peringatan-peringatan visual.
Gambar 4.1 Ilustrasi Produk 1
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 13
Gambar 4.2 Ilustrasi Produk 2
Gambar 4.3 Ilustrasi Produk 3
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 14
Gambar 4.4 Ilustrasi Produk 4
Sebagai perencanaan tindak lanjut dalam membangun kesadaran
konsumen terhadap pangan terbuang melalui kampanye sosial pada kemasan
pangan, akan dilakukan “Kajian lebih mendalam mengenai desain kemasan
pangan berisi kampanye sosial”. Kampanye ini dilakukan sebagai sarana untuk
membangun kesadaran konsumen akan pentingnya mengurangi pangan terbuang.
4.3. Gambaran Efektifitas Kampanye Sosial Pada Kemasan Pangan Untuk
Menyadarkan Konsumen Terhadap Pangan Terbuang
Untuk mengetahui gambaran efektifitas kampanye sosial pada kemasan
pangan untuk menyadarkan konsumen terhadap pangan terbuang, penulis coba
membandingkan dengan kampanye serupa pada kemasan rokok. Penelitian lain
menunjukkan efektivitas peringatan visual mengenai bahaya merokok di
kemasannya telah mampu menekan laju keinginan untuk merokok (Lenardi,
2015). Di Brazil, 54% responden menyatakan pandangannya berubah mengenai
konsekuensi kesehatan akibat merokok, 67% diantaranya memiliki keinginan
berhenti merokok. Lebih dari 50% perokok di Kanada (58%) dan Singapura
(57%) memikirkan bahaya konsumsi tembakau dan dampak kesehatan, dan 47%
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 15
di Singapura dan 62% di Thailand langsung mengurangi 18 jumlah konsumsi
rokoknya. Penerapan peringatan visual kesehatan juga mendorong keinginan
perokok untuk berhenti merokok di Kanada, Singapura, dan Thailand masing-
masing sebesar 44%, 24% dan 92%.
Jika diperhatikan, kampanye pada kemasan rokok memiliki efektivitas
yang cukup tinggi yaitu sekitar 24% di Singapura dan hingga 92% di Thailand.
Maka dari itu, penulis berkeyakinan jika kampanye sosial yang berupa peringatan-
peringatan visual pada produk pangan ini akan mampu menyadarkan konsumen
akan pentingnya mengurangi pangan terbuang dan membagikan pangan tersebut
kepada orang-orang yang membutuhkan pangan (kelaparan). FAO menyatakan
jika seperempat, atau 25%, pangan hilang terbuang dapat diselamatkan, maka
jumlah tersebut sudah cukup memberi makan 870 juta orang kelaparan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Membangun kesadaran konsumen terhadap pangan terbuang sangatlah
penting karena pangan terbuang berdampak pada ekonomi dan
lingkungan.
2. Cara yang dapat dilakukan untuk membangun kesadaran konsumen
terhadap pangan terbuang adalah dengan ideologycally oriented campaign.
Kampanye ini berupa peringatan mengenai bahaya pangan terbuang dan
mengajak konsumen untuk berbagi pangan bukan membuangnya.
3. Gambaran efektifitas kampanye sosial pada kemasan pangan untuk
menyadarkan konsumen terhadap pangan terbuang ini dilihat dari
kampanye serupa yang ada pada kemasan rokok yang tingkat
efektivitasnya berkisar antara 24%-92%.
5.2 Saran
1. Untuk pemerintah agar membentuk badan khusus yang menangani
masalah pangan hilang dan terbuang. Hal ini penting karena pangan hilang
dan terbuang memberikan dampak negatif yang begitu besar baik pada
ekonomi dan lingkungan.
2. Untuk kalangan akademisi di Indonesia agar melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai pangan hilang dan terbuang, karena sampai saat ini
penulis belum menemui penelitian yang komprehensif dari peneliti di
Indonesia.
3. Bagi penulis lain, karya tulis ini dapat dijadikan referensi penelitian
sejenis.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 17
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. 2015. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia 2014. Jakarta: BAPPENAS.
BBC. 2014. Seperempat Makanan Dunia Terbuang atau Hilang. [online]
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/02/140227_bisnis_bank_dunia
_pangan [diakses tanggal: 2 Agustus 2016]
BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.00.05.1.55.1621. [online]
http://jdih.pom.go.id/produk/PERATURAN%20KEPALA%20BPOM/Per%
20KBPOM_NO.HK.00.05.1.55.1621%20tentang%20Pengawasan%20Pema
sukan%20Bahan%20Kemasan%20Pangan.pdf. [diakses 28 Juli 2016]
Brian, L., Hanson, C., Lomax, J., Kitinoja, L., Waite, R.. 2013. Reducing Food
Loss and Waste. WRI. Washington, DC.
FAO (Food and Agricultural Oganization). 2015. School Food. [online]
http://www.fao.org/school-food/en/ [diakses tanggal: 15 Maret 2015]
FAO (Food and Agricultural Organization) dan FMFH (Feeding Minds, Fighting
Hunger). 2003. Mencerdaskan Pikiran Mengatasi Kelaparan: Dunia yang
Bebas dari Kelaparan. Rome.
FAO FAO (Food and Agricultural Organization). 2013. Food Wastage Footprint
Impact on Natural Resources. Summary Report. [online]
www.fao.org/nr/sustainability [diakses 28 Juli 2016] .
FAO (Food and Agricultural Organization). 2014. Definitional Framework of
Food Loss. Rome. FAO
FAO (Food and Agricultural Organization). 2015. Key Facts on Food Loss and
Waste You Should Know!. [online] www.fao.org/save-food/en [diakses 15
Maret 2015]
HLPE. 2014. Food losses and waste in the context of sustainable food systems. A
report by the High Level Panel of Experts on Food Security and Nutrition of
the Committee on World Food Security, Rome 2014.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 18
IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change). 2014. Climate Change:
The Physical Science Basis. [online] https://www.ipcc.ch/report/ar5/wg3/
[diakses: 16 Juni 2016].
Ketut, K., Achmad, S. 2012. Strengtheing Food Security by Reducing Watefull
Food Consumption. Analisis Kebijakan Pertanian. V0l. 10 No. 3. Hal:269-
288.
Lukman. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Parfitt, J., Barthel, M. & Macnaughton, S. 2010. Food waste within food supply
chains: quantification and potential for change to 2050, Phil. Trans. R.
Soc., vol. 365, pp. 3065-3081
The Economist. 2014. Global Food Securoty Index 2014. Special Report: Food
Loss and Its Intersection with Food Security. London: The Economist
UN (United Nation). 2014. The Millenium Develovement Goals Report 2014.
New York. UN.
UNDP Indonesia (United Nations Development Programme Indonesia). 2013.
Komik MDGS, Warung Millenium Sebuah Warung Seribu Cerita Berjuta
Alasan. [Online] http://www.undp.or.id/pubs/docs/Komik% 20MDGs.pdf
[diakses 24 Maret 2014.
Venus, Antar. 2007. Manajemen Kampanye. Remaja Rosdakarya. 2. Bandung
WHO (World Health Organization). 2015. Obesity and Overweight. [online]
http://www.who.org/obesity-and-overweight [diakses 24 Juni 2016].
WRAP. 2015. Banbury, Strategies to Achieve Economic and Environmental
Gains by Reducing Food Waste. ISBN: 978-1-84405-473-2.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 19
KURIKULUM BERBASIS NEO-KOMPETENSI SEBAGAI LANGKAH
PREVENTIF DALAM MENGHADAPI PAHAM FATALISME
DI INDONESIA
Aisyatur Ridlo1)
, Harnung Octaviyanti1)
, Moh. Fahrul Liga Teja Kusuma1)
dan Anis Eliyana2)
1Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga
2Dosen Pembimbing, Universitas Airlangga
Email: [email protected]
Abstrak
Perkembangan dunia yang semakin pesat, menjadikan seluruh negara bersaing
agar mampu mengadidayakan negaranya. Persaingan ini terjadi di seluruh bidang,
dari bidang teknologi, sosial, budaya, pendidikan, dan berbagai bidang lainnya.
Salah satu buktinya adalah seluruh negara berkompetisi dalam menciptakan
terknologi termutakhir, contohnya adalah Cina dan Korea Selatan. Bagi negara
yang kalah atau bahkan tidak ikut serta, akan menjadi negara yang sangat
bergantung pada si pemenang. Kaum fatalis adalah salah satu kaum yang
memiliki pendapat yang berbeda mengenai persaingan. Menurut Whelan (1996)
paham fatalisme merupakan suatu sistem kepercayaan yang menyatakan bahwa
segala sesuatu memiliki hasil yang tidak dapat diubah oleh upaya atau ramalan.
Demikian pula, menurut D'Orlando, Ferrante & Ruiu (2010: 10), fatalisme
merupakan hal yang berhubungan dengan kecenderungan orang untuk percaya
bahwa nasib mereka diperintah oleh Tuhan (kekuatan tak terlihat) bukan oleh
kehendak mereka. Dari pengertian tersebut, paham ini menyebabkan penganut
paham fatalis tidak mau berupaya dan tidak dapat berkembang, sehingga
berbahaya bagi suatu bangsa. Negara harus segera mengambil tindakan atas
masalah ini. Salah satu cara ampuh yang dapat diambil adalah memperbaiki
sistem pendidikan. Menurut UU.RI no 20/2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara . Maka dari
itu, pendidikan yang di selenggarakan harus disesuaikan dengan tujuan diatas.
Kurikulum Neo-Kompetensi adalah perkembangan dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Kurikulum Neo-Kompetensi berfokus pada kompetisi, aktif, dan
pasrtisipatif. Metode penulisan ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan
berbagai literatur untuk melengkapi dan mengkaji konsep ini. Tulisan ini akan
menjabarkan bagaimana penerapan Kurikulum Neo-Kompetensi dalam mengatasi
paham fatalisme. Dan akhirnya akan mampu melahirkan para pemuda yang
kompetitif, aktif, dan partisipatif agar dapat bersaing dalam persaingan global.
Kata Kunci: Fatalisme, Neo-kompetensi, Pendidikan
ii
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia yang sangat pesat, seluruh negara bersaing agar
mampu mengadidayakan negaranya. Persaingan ini terjadi di seluruh bidang baik
dari segi politik, ekonomi, sosisal, budaya, agama dan teknologi. Persaingan bisa
berasal dari perusahaan maupun individu. Apabila ada pihak yang tidak mampu
bersaing atau bertahan dalam persaingan, maka pihak tersebut akan tertindas,
teraniaya, tidak berdaya, dan bergantung pada sikap si pemenang.
Kaum fatalis adalah salah satu kaum yang sangat tidak tertarik dengan
persaingan. Paham fatalisme menganut nilai bahwa mereka sudah dikuasai nasib
dan tidak dapat mengubahnya. Sehingga penganut paham fatalisme tidak dapat
berkembang dan berbahaya bagi suatu bangsa. Apabila ada individu dikuasai
dengan sikap fatalisme, maka individu tidak akan bisa berkembang dan dapat
merugikan dirinya sendiri serta percaya dengan takdir.
Di tengah-tengah manusia untuk mengubah hidup agar menjadi sukses,
maka sekolompok orang beranggapan bahwa hidup ini tidak dapat diubah.
Mereka beranggapan bahwa tidak ada jalan atau cara lain untuk mengubah hidup.
Istilah nasib atau takdir sudah lazim diketahui oleh semua orang baik latar
belakang sosial, agama dan budaya yang berbeda. Paham ini memaksa manusia
menyerah (pasrah) dibawah kekuatan kuasa nasib atau takdir.Bahkan manusia
tidak berpikir lagi untuk mengubah hidup melainkan memilih untuk menjalaninya
atau menyesali hidup.
Negara harus segera mengambil langkah untuk menyelesaikan masalah
ini. Salah satu cara ampuh yaitu memperbaiki sistem pendidikan. Pendidikan
merupakan langkah awal dalam penanaman nilai yang sangat efektif untuk
menghilangkah paham fatalisme. Pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan
berdasarkan Kurikulum. Kurikulum Neo-Kompetensi merupakan perkembangan
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Neo-Kompetensi berfokus pada
kompetensi, aktif, dan partisipatif. Kurikulum berbasis Neo-Kompetensi lebih
menekankan pada motivasi siswa untuk mengambil sebuah keputusan serta
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 21
mehilangkan paham fatalisme. Selain itu, siswa tidak mengikuti arus atau nasib
kehidupan mereka dengan pendekatan Talent Education. Sehingga, siswa-siswi
mampu menentukan hidup mereka tanpa resah dengan keadaan.
Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa paham fatalisme
harus dihilangkan dengan melalui sistem pendidikan yang tidak mengarah penuh
kepada globalisasi melainkan menyeimbangkan dengan keadaan di daerah
terpencil. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membuat suatu konsep baru dalam
penulisan karya ilmiah ini mengenai Kurikulum Berbasis Neo-Kompetensi agar
mereka paham dengan fatalisme. Sehingga penulis dapat menentukan judul
“Kurikulum Berbasis Neo-Kompetensi Sebagai Langkah Preventif menghadapi
paham fatalisme di Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian yang dikemukakan di atas, maka penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis KBK, KTSP 2006, dan Kurikulum 2013 terhadap
paham fatalisme di Indonesia?
2. Bagaimana model Kurikulum Berbasis Neo-Kompetensi menghadapi
paham fatalisme di Indonesia?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui analisis KBK, KTSP 2006, dan Kurikulum 2013
terhadap paham fatalisme di Indonesia.
2. Untuk mengetahui model Kurikulum Berbasis Neo-Kompetensi
menghadapi paham fatalisme di Indonesia.
1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Secara teoritis, untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh
paham fartalisme yang terjadi di Indonesia.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 22
2. Secara praktis, untuk mengembangkan teori tentang faktor-faktor yang
menyebabkan fatalisme di Indonesia.
3. Bagi peneliti, untuk mengetahui proses terjadinya paham fatalisme dan
proses Kurikulum Berbasis Neo-Kompetensi dalam menghadapi paham
fatalisme
4. Bagi sekolah, untuk menghilangkan paham fatalisme terhadap setiap
individu agar tidak merugikan bangsa.
5. Bagi Masyarakat, untuk memberikan kepercayaan bahwa paham fatalisme
tidak baik bagi kehidupan antar sesama.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Kurikulum
Dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang digunakan
sebagai sistem pendidikan tersebut terus mengalami pergantian. Perubahan
kurikulum tersebut terus dilakukan untuk menyesuaikan dengan perubahan zaman
yang terus berkembang terutama dalam menghadapi arus globalisasi. Kurikulum
sendiri memiliki beragam pendapat baik dari instansi penyelenggara pendidikan
maupun menurut para ahli. Hal ini disebabkan karena adanya interpretasi yang
berbeda terhadap kurikulum, yaitu dipandang sebagai suatu rencana (plan) yang
dibuat oleh seseorang atau sebagai suatu kejadian atau pengaruh aktual dari suatu
rangkaian peristiwa (Johnson, 1974).
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) pasal 1 ayat (19) menyebutkan bahwa “ Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran
serta cara yang digunakan sebgaian pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.” Tata cara
pengembangan kurikulum sebagaimana tercantum dalam pasal 36 ayat (1) dan (3)
yaitu dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:
a. peningkatan iman dan takwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. agama;
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 24
i. dinamika perkembangan global; dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Kurikulum sebagai sebuah rencana atau rancangan dalam penyelenggaran
kegiatan ajar mengajar, juga berisi tentang program kegiatan serta tujuan yang
harus ditempuh beserta alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pencapaian
pembelajaran, disamping itu juga berisi tentang alat atau media sebagai fasilitas
yang diharapkan mampu menunjang pencapaian tujuan tersebut dan semua hal
harus saling mendukung dan terintegrasi dengan baik. Kurikulum sebagai suatu
rencana disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan
dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Ali Mudlofir (2012:3)
Kurikulum dapat memberikan pedoman untuk peserta didik dalam
mendapat pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang di dapatkan melalui
kegiatan formal dan informal berdasarkaan pendapat Ronald C.Doll (2012 : 1)
menyebutkan bahwa “Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal
maupun informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi
sikap dan nilai dengan bantuan sekolah”. Sedangkan Maurice Dulton (2012:2)
mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai pengalaman-pengalaman yang
didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan sekolah.” Dari situlah untuk
mendapatkan kualitas peserta didik yang berkualitas perlunya didukung
kurikulum yang berkualitas dengan mengkombinasikan kemampuan hard skill
dan soft skill dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kurikulum akan dapat
menjadi bahan evaluasi dalam mencapai keberhasilan tujuan pendidikan Indonesia
yang diharapkan.
2.1.2 Definisi Kompetensi
Berdasarkan SK Mendiknas nomor 045/U/2002, menyatakan bahwa
kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi hasil didik
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 25
suatu program studi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung dan
kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI), kompetensi (kom.pe.ten.si)
adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu),
kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstral atau batiniah.
(kamusbahasaindonesia.org)
Menurut European Qualifications Framework (EQF) menyatakan bahwa:
“Competence means the proven ability to use knowledge, skills and personal,
social and/or methodological abilities, in work or study situations and in
professional and personal development, in the context described in terms of
responsibility and autonomy”. Dari pengertian tersebut menyatakan bahwa
kompetensi yang dimiliki seseorang dapat digunakan melalui berbagai sumber
dan keadaan serta akan muncul dari hasil pembelajaran dapat bersifat formal dan
informal seperti pendidikan, pelatihan, pembelajaran mandiri, dan pengalaman
kerja. Kompetensi dapat menunjukkan tanggungjawab dan kekuasaan/ kedudukan
seseorang dalam sebuah organisasi mengenai cara bertindak, berfikir,
menyelesaikan masalah, menjelaskan situasi atau keadaan dengan baik dan benar,
memprediksi hasil kinerja melalui kriteria spesifik atau standar.
Dalam sistem pendidikan, kompetensi digunakan untuk menilai peserta
didik dalam memahami di setiap materi dalam setiap capaian pembelajaran yang
diberikan dan diujikan. Dalam Kepmendiknas No.045/U/2002 ada lima elemen
kompetensi sebagai berikut : (a) landasan kepribadian, (b) penguasaan ilmu dan
keterampilan, (c)kemampuan berkarya, (d) sikap dan perilaku dalam berkarya
menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, (e)
pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian
dalam berkarya. Kelima kompetensi tersebut merupakan acuan dalam penilaian
kelulusan para peserta didik dalam capaian pembelajarannya.
2.1.3 Definisi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dari pembahasan mengenai kurikulum dan kompetensi sebelumnya, maka
dapat diartikan bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan sebuah
rancangan sebagai pedoman penyelenggaran pendidikan dalam mencetak para
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 26
peserta didik yang memiliki kemampuan dan ketrampilan terhadap melaksanakan
bidang tertentu dengan baik.
Berdasarkan Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002:3),
mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai
siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi
pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman
yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya. Penerapan KBK berorientasi
pada pembelajaran tuntas (mastery learning).
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) para peserta didik dituntut
untuk lebih mamahami permasalahaan dan cara penyelesaian terhadap adanya
arus globalisasi dengan dibekali ketrampilan dan kemampuan yang cukup dalam
penguasaan di bidang tertentu supaya dapat bersaing secara kompetitif saat terjun
di masyarakat. Pada KBK pencapaian kompetensilah yang menjadi tujuan/sasaran
kurikulum. Kurikulum ini memudahkan guru dalam penyajian pengalaman belajar
yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat
pilar pendidikan universal (UNESCO), yaitu: learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together. Menurut penjabaran Depdiknas
(2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun secara klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar ( Learning outcomes ) dan keberagaman.
c. Penyampaian dan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 27
Sumber : Paparan Wakil MenteriPendidikan dan Kebudayaan RI.
Gambar 1. Kerangka kerja dari kbk
Kerangka Kerja Penyusunan KBK menetapkan tujuan pendidikan nasional
sebagai bahan pokok dalam menyelengggarakan pembelajaran dan penilaian.
Pembelajaran menurut UU Sisdiknas no.2 tahun 2003 dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pembelajaran adalah interaksi antara pendidik, peseta didik dan
sumber belajar di dalam lingkungan belajar tertentu. Tujuan tersebut digunakan
untuk menentukan kerangka dasar kurikulum sehingga kurikulum tersebut dapat
distruktur dengan baik. KBK menggunakan acuan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) mata pelajaran yang berasal dari Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
dan Standard Kompetensi (SK) sebagai pedoman Standard Isi (SI). Standar Isi
(SI) tersebut diturunkan untuk penentuan Standar kompetensi Lulusan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi juga menekankan siswa untuk lebih aktif
dibandingkan dengan guru melalui metode Student Centered Learning (SCL).
Berdasarkan penjelasan dalam pedoman KBK metode pembelajran untuk SCL
dapat meliputi Small Group Discussion, Role-Play & Simulation, Case Study,
Discovery Learning, Self Direction Learning, Cooperative Learning,
Collaborative Learning, Contextual Instruction, Project Based Leasning, Problem
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 28
based Leasning And Inquiry dsb. Namun pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
ada pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, ketrampilan dan
pembentuk pengetahuan. Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti
sekumpulan mata pelajaran terpisah sehingga peserta didik sulit mengintegrasi
hubungan mata pelajaran satu dengan yang lain.
2.1.4 Sistem KBK, KTSP dan Kurikulum 2013
Sejak kemerdekaa kurikulum di Indonesia mengalami perubahan sebanyak
10 kali yaitu yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan
2004, 2006 serta yang terbaru adalah kurikulum 2013. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, social
budaya, ekonomi dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara sebab
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
(Alhamuddin 1). Hal yang sama juga didukung oleh Sofan Amri dan Lif Khoiru
Ahmadi (2010:119) menyatakan bahwa perubahan kurikulum pada dasarnya
memang dibutuhkan manakala kurikulum yang berlaku (current curriculum)
dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan
perkembangan jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan
konsekuensi tertentu.
Perubahan kurikulum di Indonesia yang sering menjadi pembahasan dalam
beberapa periode terakhir terlihat pada tiga sistem kurikulum yakni KBK (2004),
KTSP (2006) dan Kurikulum 2013. Berdasarkan pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) lebih menekankan pada pencapaian kompetensi sebagai
tujuan/sasaran pembelajaran. Siswa di didik untuk lebih aktif di kelas daripada
guru karena metode pembelajaran yang digunakan yakni Student Centered
Learning (SCL). Lebih lanjut pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menurut UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP 19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang
pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu
kepada Standard Isi (SI) dan Satuan Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman
pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 29
KTSP ini merupakan perbaikan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang mana
pada KTSP tiap satuan pendidikan diberikan keleluasan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan aturan Peraturan menteri Nomor 23 Tahun 2006 untuk
Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Nomor 22 Tahun 2006 untuk Standar
Isi.
Pada pelaksanaannya ternyata kedua kurikulum tersebut dianggap
memiliki sistem yang terlalu rumit akibat pada kurikulum berbasis kompetensi
(KBK), para guru masih belum memahami dengan jelas kemudian muncul
perbaharuan sistem sehingga membuat para guru menjadi susah dalam
melaksanakan kurikulum tersebut. Sebagai penyempurna dalam kedua kurikum
sebelumnya dibuatlah kurikulum 2013. Kurikulum ini berusaha menekankan pada
3 aspek yang menjadi capaian pembelajaran yakni hardskill, softskill dan afektif.
Kurikulum ini juga lebih memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran
karena guru tidak perlu untuk merancang silabus melainkan langsung kepada
penerapan dan menjadikan siswa dapat menyesuaikan silabus yang sudah ada.
Kurikulum 2013 telah mencoba merespons terhadap peningkatan perkembangan
jaman, karena dengan penekanan pada ketrampilan (skill) dan Karakter (afektif)
secara terencana membentuk dan menyiapkan peserta didik menjadi orang yang
tidak hanya mampu dalan aspek teoritis. Berdasarkan pada UU 20/2003 tema
utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Meskipun pada kurikulum sebelumnya
menekankan bahwa siswa untuk lebih aktif namun ternyata gagal sehingga pada
kurikulum sebelumnya guru seolah menjadi pusat dalam kelangsungan
pembelajaran. Dari peninjauan kembali terhadap kegagalan tersebut Kurikulum
2013 kembali menekankan siswa untuk menjadi pusat dan guru sebagai
pembimbing dalam proses pembelajaran karena setiap sikap yang ditunjukkan
oleh peserta didik menjadi acuan dalam Standard Lulusan Kompetensi (SKL).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 30
Perbedaan KBK, KTSP dan K 13
1. KBK
KBK memiliki beberapa kelebihan untuk mengembangkan silabus sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan. Berikut ini kelebihan dari KBK. 1
a. Menggunakan pendekatan kompetensi pada pemahaman, kemampuan,
atau kompleksitas tertentu di sekolah, yang berkaitan dengan yang ada di
masyarakat.
b. Strandar kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik
kemampuan, kecepartan belajar, maupun konteks social budaya.
c. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar.
d. Pengetahuan ketrampilan dan sikap dikembangkan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
e. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjalinya kerja sama antara
sekolah, masyarakat, dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi
peserta didik.
f. Evaluasi berbasis kelas, yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
Selain itu, kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi Terletak pada:
a. Memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal,
padahal kompetensi merupakan “ a complex combination of knowledge,
attitudes, skill and values displayed in the contest of taks performance ”.
(Gonczi,1997), system pengukueran perilaku yang menggunakan
paradigm behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu
perilaku yang dihasilkan dari pembelajaran bermakna (significant
learning) (Barrie dan Pace,1997), dan kendala yang dihadapi dalam
mengimplementasikan KBK adalah waktu, biaya, dan tenaga yang banyak.
b. Paradigm guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-
kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
1 Dr. E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik,
Implementasi),(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.166.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 31
c. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standard
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk
meranacang pembelajaran secara berkelanjutan.
2. KTSP
Berikut ini kelebihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
a. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan
pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman
kurikulum diseluruh Indonesia yang setralistik, tidak melihat kepada
situasi nyata di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan
lokal. 2
b. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah
untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan
program-program pendidiakan. Dengan bertolak dari panduan KTSP,
sekolah diberi kebebasan untuk merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi,
dan potensi yang bias dimunculkan oleh sekolah.3
c. KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk mengembangkan dan
menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya,
bahwa KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan
individu serta mengakses kepentingan daerah. 4Hal ini berdasarkan salah
satu prinsip KTSP, yaitu berpusat pada potensi, perekembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.5
2 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori & Praktik,(Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada,2014), hlm.250. 3 Ibid, hlm.241.
4 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Prektek Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Prenada Media Group,2013), Cet.V, hlm.130. 5 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006
tentang Standar Isi.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 32
Berikut ini kekurangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
a. Kompetensi yang dikembangkan lebioh didominasi oleh aspek
pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik
(pengetahuan, keteranpilan, dan sikap). Peserta didik memiliki potensi
yang berbeda dan bervariasi, dalam hal tertentu memiliki potensi tinggi,
tetapi dalam hal lain mungkin biasa-biasa saja, bahkan bias rendah. Peserta
didik juga meminyikapi situasi yang baru. 6
b. Evaluasi yang digunakan masih berfokus pada ranah kognitif saja,
sementara untuk ranah afektif dan psikomontorik masih belum terlaksana
dengan sempurna.7
3. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki banyak keunggulan yang dapat dirasakan secara
langsung oleh guru dan para peserta didik akan mendapatkan beberapa kelebihan,
yaitu sebagai beriku;8
a. Kegiatan pembelajaran antara guru dan peserta didik lebih focus pada proses
dari pada produk.
b. Memberikan kesempatan yang lebih luas bagi para peserta didik untuk belajar
secara kontekstual.
c. Dapat mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian para peserta didik.
d. Mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan (penelitian) sendiri,
baik di kelas maupun di luar kelas.
e. Mendorong para peserta didik untuk mampu menemukan sendiri mengenai
konsep-konsep pengetahuan.
f. Membiasakan para peserta didik untuk melihat masalah dari berbagai segi.
g. Para peserta didik akan sangat mudah memfokuskan perhatian pada teman
tertentu dengan berkaitan mata pelajaran yang sdang dipelajari.
6 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2013), hlm. 165. 7 Noor Rohma, Implementasi Kurikulum KTSP pada Mata Pelajaran PAI di SMPN 18, i
(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008), hlm. V. 8 Lara Fridani dan Ape Lestari, Inspiring Education ; Kisah Inspiratif Pembelajaran Anak Usia
Sekolah Dasar, (Jakarta: Elex Media Komputindo,2009), hlm.47.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 33
Adapun beberapa kekurangan yang terdapat pada Kurikulum 2013. Menurut
Kurniasih dan Sani (2013:40-42) terdapat kekurangan dalam kurikulum 2013,
yaitu sebagai berikut:
a. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru
tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas.
b. Banyak guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013.
c. Kurangnya pendekatan guru dengan konsep scientific.
d. Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP.
e. Guru tidak banyak menguasai penelian autentik.
f. Tugas menganalisis SKL, SK, KD, buku siswa dan buku guru belum
sepenuhnya dikerjakan oleh guru.
g. Tidak pernahnya guru dilibatkan dalam proses pengembangan kurikulum
2013.
h. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam kurikulum 2013 karena UN masih menajdi factor penghambat.
i. Beban belajar siswa termasuk guru terlalu berat sehingga waktu belajar di
sekolah terlalu lama.
2.2 Konsep Fatalisme
Whelan (1996) mendefinisikan fatalisme sebagai "suatu sistem
kepercayaan yang menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki hasil yang ditunjuk
yang tidak dapat diubah oleh upaya atau ramalan". Demikian pula, menurut
D'Orlando, Ferrante & Ruiu (2010: 10), fatalisme bisa dihubungkan dengan
kecenderungan orang untuk percaya bahwa nasib mereka diperintah oleh takdir
bukan oleh kehendak mereka". Dalam sosiologi, ada dua teori klasik tentang asal-
usul fatalisme yang diperkenalkan oleh Durkheim dari 1897 (dipublish kembali
1951) dan fatalisme kosmologis oleh Weber (1930) yang berdampak pada pelaku
sosial dalam kondisi keadaan tertentu. Menurut Durkheim percaya bahwa
fatalisme disebabkan karena kondisi struktural, sedangkan Weber mengusulkan
pilihan persamaan antara kondisi struktural dan pandangan dunia yang dominan.
Oleh karena itu, untuk fatalisme Durkheim merupakan hasil dari kekuatan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 34
struktural dan Weber melihat kombinasi struktur dan budaya sebagai hal yang
penting atas kehadiran ataupun ketidakhadiran dari fatalisme.
Berdasarkan Jurnal mengenai The Strucutre and Function of Fatalism as a
Social Belief System : A Cross-National Study of Collective Consciousness ada 2
bentuk fatalisme yakni :
a. Gagasan mengenai struktur fatalisme berasal dari tingkat persepsi atas kontrol
dari pelaku sosial lebih dari yang mereka miliki. Pengawasan tersebut dapat
berasal dari kemampuan individu yang berdampak pada perubahan pribadi
dalam kehidupan mereka serta kemampuan untuk melatih dan menentukan
strategi sebagai cara dalam mengurangi kendala dalam pencapaian tujuannya.
b. Gagasan selanjutnya mengenai fatalisme kosmologis untuk mengukur makna
dari lintas budaya dan kolektif. Dalam pandangan tersebut ingin mengetahui
para pelaku sosial lebih percaya terhadap apa yang ditakdirkan dari Tuhan
melalui kekuatan metafisik serta di mana fatalisme struktural dipandang
sebagai akibat dari pemaksaan dan membatasi struktur sosial, fatalisme
kosmologis akan dikaitkan dengan penerimaan bahwa kekuatan secara batin
mampu mengontrol pencapian hidup mereka. Sehingga fatalisme kosmologis
akan dipahami sebagai sistem kepercayaan di mana individu meninggalkan
kemampuan untuk mengubah posisi sosial, status, pangkat, atau kondisi hidup
dan membenarkan manusia dan pencapaian peristiwa hidup untuk kekuatan
yang dianggap sakral.
Kedua golongan fatalisme tersebut menunjukkan keberdaan kelompok
sosial yang sedikit memiliki nilai kompetitif dalam pencapaian tujuan hidupnya.
Orang-orang dengan kecenderungan fatalistik memiliki tingkat kontrol yang
rendah atas hidup mereka, sehingga mereka memiliki kecenderungan sikap yang
susah untuk berkembang. Dalam dunia pendidikan, kaum fatalistik jika dikaitkan
dalam penyelenggaran pendidikan dapat diketahui sejauh mana tujuan dari
penerapan sebuah kurikulum berhasil untuk menjadikan peserta didik agar
memiliki kompetensi yang unggul dalam persaingan global yang semakin ketat.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 35
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini melakukan studi literatur yang mendalam, yakni
dengan penulisan diskriptif dan data yang digunakan merupakan data pendekatan
kualitatif.Pendekatan kualitatif bertitik tolak pada teori substantif dan teori formal
yang diakui kebenarannnya9. Disamping itu, pendekatan kualitatif lebih peka dan
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama serta pola-
pola nilai yang dihadapi di lapangan.
Metode diskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi
tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek berupa: individu, organisasional,
industri atau prespektif yang lain10
, atau suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu
peristiwa di masa sekarang. Tujuan dari penulis deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu
sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara. Data sekunder umunya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun
tidak dipublikasikan11
.
Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah
dengan metode12
; Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literatur-
literatur yang berkaitan dan menunjang penulisan ini, berupa pustaka cetak
9 Lexy J Moeloeng,Metodologi Penelitian Kuantitatif,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2004)
10 Ibid, halaman 88.
11 Ibid, halaman 47.
12 Abdul.Ghofar,Analisis Implikasi Pemikiran dan Penafsiran Akuntansi dari Paradigma
Mainstream Barat dan Paradigma Islam dalam Kerangka Analisis Konsep TAO (Studi Kualitatif
Komparatif Akuntansi Mainstream dan Akuntansi Alternatif dalam Pembentukan Akuntansi
Humanis. Skripsi (S1). Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya,
Malang.1999.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 36
maupun elektronik (data internet). Studi dokumentasi dilakukan dengan jalan
membaca laporan-laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari
internet, buku maupun jurnal yang sesuai dengan permasalah. Pada metode ini
penulis hanya memindahkan data yang relevan dari sumber atau dokumen yang
diperlukan. Intuintif subyektif merupakanperlibatan pendapat penulis atas masalah
yang sedang dibahas. Diskusi yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan
pembicaraan dan pertukaraan pikiran dengan orang-orang yang berkompeten
dengan obyek yang diteliti guna memecahkan masalah tertentu.
3.3 Metode Analisis Data
Sehubung dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan masalah dan
pendekatan penulisan yang digunakan, penulis menganalisa data-data yang
diperoleh dengan metode analisa deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh
kemudian disusun, sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang
ada. Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan berbasis literatur (pustaka),
maka data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif atau non-angka. Proses
analisa data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara bolak-balik dan
berinteraktif, yang terdiri dari: Pengumpulan data (data collection); Reduksi data
(data reduction); Penyajian data (data display); Pemaparan dan penegasan
kesimpulan (conclution drawing and verification)13
.
13
Lexy J Moeloeng,Metodologi Penelitian Kuantitatif,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2004)
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 37
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kurikulum Berbasis Neo-Kompetensi
Pendidikan dipercaya sebagai solusi yang mendasar dalam penyelesaian
berbagai masalah yang ada di Indonesia. Kemiskinan yang melahirkan
kriminalitas, kepustusasaan masyarakat kalangan bawah, ataupun ketidakpuasan
yang mencandu para orang-orang kaya. Paham fatalisme salah satu yang sangat
berbahaya jika tumbuh dalam masyarakat. Sikap pasrah, tidak mau bekerja keras,
dan keputusasaan hanya akan menjadikan mereka terus bergulat pada pooverty
trap (lingkaran setan kemiskinan). Pendidikan adalah obat dasar dalam
menyelesaikan berbagai masalah tersebut. Namun, pendidikan yang baik harus
dibangun dari variabel-variabel yang baik pula. Kurikulum adalah salah satu
variabel utama dalam pendidikan. Kurikulum Neo-Kompetensi adalah kurikulum
yang ditujukan untuk mencegah beredarnya paham fatalisme di masyarakat.
Berikut adalah target pencapaian dari kurikulum ini:
Gambar 2. Tujuan lulusan kurikulum berbasis neo-kompetensi
Tujuan tujuan pendidikan harus bisa menyangkut kepentinganpeserta didik
sendiri, masyarakat, dan tuntutan lapangan pekerjaan. Proses pendidikan yang
terarah kepada peningkatan penguasaan pengetahuan,kemampuan, keterampilan
sikap, dan nilai nilai dalam rangka pembentukan pengembangan diri peserta didik.
(Nana& Erliana Syaodih:2012).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 38
Pendidikan termasuk pengembangan diri sangatlah berperan penting
dalam pembangunan ini. Dari tujuan lulusan di atas, berikut adalah model /dari
Kurikulum Berbasis Neo-Kompetensi sebagai upaya preventif dalam mengatasi
pemahaman fatalisme:
4.2.3 Teknik Belajar Mengajar
4.2.1.1 Question Learning
Question Learning (QL) atau metode belajar berbasis pertanyaan yang
ditujukan untuk menstimulus rasa keingintahuan siswa. Guru sebagai pendidik
bertugas memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan pada siswa, agar
siswa bebas memberikan pendapat mereka. Setiap
pendapat harus mendapatkan apresiasi dari guru. QL dilaksanakan dengan
membangun interaksi dikelas. Siswa bebas memberikan pendapat ats pernyataan
guru ataupun pendapat dari siswa lainnya. Guru menjadi pencegah, pemberi
batasan masalah dan pemberi penjelasan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 39
Gambar 4. Gambaran metode question learning (Penulis, 2016)
kesimpulan akhir. Beberapa pelajaran memang akan membutuhkan penjelasan
secara konvensional, namun tetap harus menggunakan komunikasi dua arah.
Nana dan Erliana Syaodih (2012) dalam bukunya yang berjudul
Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi mengatakan “metode tanya-jawab bisa
digunakan untuk memperdalam, mengetahui penguasaan dan menilai kemajuan
siswa. Setelah mempelajari atau diberi tugas membaca pokok bahasan tertentu
(stimulus), baru diadakan tanya jawab didalam kelas.”
Gambar 5. Komunikasi dua arah - question learning (Penulis, 2016)
4.2.1.2 Mini game: Class and School
Selain tehknik QL, mini game(MG) adalah tekhnik yang juga digunakan
dalam kurikulum ini. Berbagai macam study case, games indoor, games outdoor,
ditujukan untuk membentuk karakter aktif, partisipatif dan kreatif. Siswa sebagai
peserta didik jugatetaplah seorang anak. Permainan adalah pembelajaran yang
efektif bagi anak, karena akan melatih otak kanan dan kirinya secara seimbang.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 40
MG akan dimasukkan kedalam buku pelajaran, dan akan ada pelatihan game bagi
para pendidik, agar metode ini digunakan dengan baik.
Menurut Rakhmat Hidayat (2011) metode belajar dengan bermain
menggunakan dorongan atau impuls bermain dan aktivitas yang dihasilkan bukan
aktivitas yang remeh-remeh, tetapi serius,intens dan spontan. Metode ini analog
dengan aktivitas-aktivitas bermain pada level tinggi, aktivitas ini membentuk
kerja tipe tinggi.
MG ini juga akan dilaksanakan setingkat sekolah. Keaktivan, partisipasi
dan kreasi siswa juga akan masuk dalam buku penilaian siswa yang dibagikan
setiap tengah dan akhir semester.
4.2.1.3 Project Based Learning
Project based Learning (PL) merupakan metode yang terdapat pada
kurikulum-kurikulum sebelumnya. Model pembelajaran Project-Based Learning
merupakan pembelajaran yang mengacu pada filosofi konstruktivisme melalui
aktivitas siswa sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri dan
bermakna melalui pengalaman nyata (Siwa, Muderawan & Tika, 2013).
Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berfikir
kreatif melalui pelibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi dan
menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Siswa mengembangkan
kemampuan berpikir kreatifnya dengan memenuhi aspek berpikir kreatif seperti
berpikir lancar (fluency) dalam menyelesaikan masalah, berpikir luwes (flexibility)
untuk menghasilkan gagasan penyelesaian masalah, berpikir orisinal (originality)
untuk memberikan gagasan yang berbeda dan berpikir terperinci (elaboration)
untuk mengembangkan gagasanya (Munandar, 2009)
4.2.2 Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu
Dalam kurikulumini, perubahan terletak pada kembalinya pada sistem
dengan Mata Pelajaran, bukan lagi tematik seperti kurikulum 2013. Kembalinya
pada Mata Pelajaran, karena metode tematik belum dapat diterima dengan baik
oleh peserta didik atau siswa. Jenis mata pelajaran dan alokasi waktunya tidak ada
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 41
perubahan yang berarti, hanya saja terdapat penambahan Mata Pelajaran
Pendidikan Minat Bakat yang akan diajarkan dimulai dari tingkat Sekolah Dasar.
Semua pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan muali dari kelas 1
Sekolah Dasar-Jenjang Menengah ke Atas. Pendekatan ini dapt digunakan dalam
mengganisasikan. Pengalaman belajar fokus kepada kebutuhan peserta didik yang
bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu(Herry widyastono, 2014).
4.2.2.1. Pendidikan Minat Bakat
Pendidikan Minat Bakat adalah mata pelajaran yang membahas mengenai
cita-cita, hobi, minat dan bakat dari dini. Mata Pelajaran ini dibuat berkelanjutan
agar siswa/peserta didik dapat menggali bakat/minat dalam dirinya sedini
mungkin. Pendidikan Minat Bakat ini pendidikan yang memasukkan unsur
konseling dan motivasi dalam pembelajarannya. Metode belajar yang dapat
digunakan dalam pelajaran ini bisa berupa:
Focus Group Discussion (FGD)
Presentasion
Privat Councelling
Tujuan dari mata pelajarn ini adalah untuk membuat siswa/peserta didik
aware mengenai minat, bakat dan cita.
Berikut adalah Stuktur Pelajaran dan alokasi waktunya:
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 42
Gambar 4.5.6. Stuktur pelajaran dan alokasi waktu untuk sd-sma dalam kurikulum
berbasis neo-kompetensi (Penulis, 2016)
4.2.2.2 Pendidikan Internasional (Tingkat SMA/MA/K)
Latar belakang adanya mata pelajaran ini adalah berkembangnya
masyarakat dengan munculnya globalisasi juga terbukanya Masyarakat Ekonomi
Asean. Hal ini harus di sadari dan dipelajari agar lulusan dapat memahami
lingkungannya dengan baik, dan dapat beradaptasi di dunia global. Mata pelajaran
ini mencangkup tentang kondisi dan kompetisi di dunia internasional baik
mengenai budaya, pendidikan, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 43
4.2.3 Taknik Penilaian (Assesment Technic)
4.2.3.1 Tulisan
Penilaian melalui tulisan telah diadakan sejak lama dalam dunia
pendidikan. Siswa diberi pertanyaan dan menjawabnya melalui tulisan, untuk
mengetahui seberapa paham siswa mengenai materi. Dalam penilaian tertulis,
terdapat dua cara yang sering digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu:
Multiple choice (pilihan ganda)
Tekhnik penilaian dengan memberikan pertanyaan tertulis, dengan beberapa
alternatif jawaban. Siswa diminta untuk memilih jawaban yang paling tepat
diantara pilihan jawaban yang disajikan
Essay (esai) siswa diminta menjawab pertanyaan tertulis beserta analisis dan
penjelasan yang tepat
Mencongak (Question-direct answer)
Adalah metode penilaian dengan memberikan pertanyaan secara lisan dan
siswa menjawab dengan cepat, karena dibatasi oleh waktu yang sangat
singkat.
4.2.3.2 Lisan
Teknik penilaian melalui lisan, jarang ditemui di lembaga pendidikan
dasar hingga menengah. Namun penilaian ini cukup baik dilakukan dalam tujuan
memacu keberanian dan kepercayaan diri siswa serta lebih efektif untuk menilai
pemahaman siswa. Terdapat beberapa cara untuk melakukan penilaian secara
lisan, berupa:
Presentasi: Siswa diminta untuk mempresentasikan sebuah tugas yang telah
diberikan oleh guru di depan kelas. Siswa lain berhak untuk memberikan
pertanyaan kepada presenter.
Direct test: Siswa satu persatu menghadap guru dan menjawab pertanyaan yang
guru siapkan untuk menguji siswa.
4.2.4 Skill Point
Skill point adalah nilai tambahan bagi seorang siswa yang ditujukan untuk
siswa tidak hanya terpakau pada pelajaran didalam kelas saja, namun juga aktif
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 44
dalam berbagai lomba dan kegiatan ekstrakurikuler. Poin ini akan di diakumulasi
berdasarkan standart yang akan diatur oleh peraturan lebih lanjut, agar nilai dapat
terstandarisasi dan dapat digunakan sebagai penambahan nilai untuk
melanjutkanke jenjang yang lebih tinggi.
Gambar 7. Kerangka kerja skill point
Pembelajaran Softskill merupakan pendekatan pembelajaran yang
diarahkan pada pengembangan atau penguasaan keterampilan. Softskill
merupakan keterampila yang berkenaan dengan aspek mental atau rohaniah.
Aspek ini meliputi ranah kognitif, sosial komunikatif, konatif dan afektif
(Nana dan Erliana: 2012).
4.2.5 Ideal Class
Kelas ideal adalah bentuk kelas yang dianjurkan dalam kurikulum ini.
Kelas ideal ini memiliki syarat: Jumlah siswa dalam satu kelas tidak lebih dari 20
siswa
Kegiatan
ekstrakuli
kuler
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 45
Bangku didalamruang kelas dibentuk U
Terdapat pergantian bangku tempat duduk (moving)
Gambar 7. Ilustrasi layout dalam ruang kelas (Penulis, 2016).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 46
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Negara Indonesia sebagai negara berkembang, masih terus melakukan
perbaikan dalam bidang pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang unggul dan mampu bersaing di era global. Agar menciptakan SDM yang
berkualitas, maka SDM yang berada pada golongan fatalisme tersebut harus
mampu diperbaiki. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem
kurikulum dengan menyesuaikan dengan kebutuhan di pasar global dan era saat
ini. Pendidikan merupakan langkah awal dalam penanaman nilai yang sangat
efektif untuk mengurangi bahkan menghilangkah paham fatalisme.. Oleh karena
itu konsep Kurikulum Neo-Kompetensi yang telah mempertimbangkan
perbandingan atas kelebihan dan kekurangan ketiga kurikulum terakhir,
diharapkan mampu mengurangi golongan fatalisme. Konsep Kurikulum Berbasis
Kompetensi. berfokus pada kompetensi, aktif, dan partisipatif dan lebih
menekankan pada motivasi siswa melalui pendekatan Talent Education sehingga
peserta didik memiliki kualitas kompetensi sesuai dengan tujuan kurikulum
tersebut dan mengurangi paham fatalism dari masing-masing individu. Selain itu,
para peserta didik nantinya akan lebih memahami tujuan dari pendidikan wajib
yang dilaksanakan selama 12 tahun dan menggunakan kompetensinya untuk
diterapkan dalam dunia kerja.
5.2 Saran
1. Dilakukan kembali observasi dan penelitian tentang dimana dan bagaimana
menyebarnya paham fatalisme di Indonesia.
2. Dilakukan pengkajian ulang dengan para ahli bidang pendidikan mengenai
Kurikulum berbasis Neo-Kompetensi.
3. Sebelum penerapan kurikulum ini, pemerintah harus memastikan bahwa
seluruh guru memahami dengan benar kurikulum yang akan diterapkan.
Pemerintah juga harus memperbaiki fasilitas terhadap sekolah-sekolah di
Indonesia, agar penerapan kurikulum ini tidak terhambat.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 47
DAFTAR PUSTAKA
D’Orlando, F., Ferrante, F., & Ruiu, G. (2010). Culturally-based beliefs and
labour market institutions. Working Paper Dipartimento di Scienze
Economiche, 10/2016.
Whelan, C. T. (1996). Marginalization, Deprivation, and Fatalism in the Republic
of Ireland: Class and Underclass Perspectives. European Sociological
Review 12 (1): 33–51.
Acevedo,Gabriel Alonson. (2005). The Structure and Function of Fatalism as a
Social Belief System: A Cross-National Study of Collective Consciousnes.
Faculty of the Graduate School. Yale University
Republik Indonesia, (2003) Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta:Sekretariatan Negara
Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang
Depdiknas.
Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Republik Indonesia, Kepmendiknas, (2002) Tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Tinggi
Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan
Tinggi Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia, (2005) Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional
Pendidikan
Ali Mudlofir, (2012). Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Hidayat Rakhmat. 2011. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers
Syaodih Nana, Erliana S. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.
Jakarta:Kencana Prenada Media.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 48
PERI KIT, PENDETEKSI PEMUTIH DALAM BERAS
MENUJU INDONESIA SEHAT 2045
Anisa Maharani1)
, Bangun Mustiko Arum1)
dan Yanuardi Raharjo2)
1Mahasiswa Kimia, Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
2Dosen Pembimbing, Kimia Analitik, Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Email: [email protected]
Abstrak
Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan
disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh
(Astawan, 2004). Pada umumnya, penduduk Indonesia memiliki kebiasaan
mengkonsumsi beras yang diolah menjadi nasi. Angka konsumsi beras di
Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Seiring dengan meningkatnya angka
konsumsi beras, angka permintaan akan ketersedian beras juga meningkat. Hal ini
yang menyebabkan para produsen beras berloma-lomba meningkatkan produksi
beras. Peningkatan produksi beras ini sering kali diiringi dengan kecurangan yang
dilakukan oleh beberapa oknum produsen beras. Ada yang dengan sengaja
menambahkan zat pemutih agar beras yang dihasilkan terlihat bersih. Konsumen
cenderung memilih beras dengan warna yang lebih putih, tanpa menyadari adanya
zat berbahaya yang ditambahkan dalam beras putih ini. Produsen menggunakan
senyawa kimia berupa klorin untuk memutihkan beras. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.72/Menkes/Per/IX/1988 Tentang bahan tambahan
pangan, bahwa klorin tidak tercatat dalam kelompok pemutih dan pematang
tepung dan Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.32/Permentan/
OT.011/3/72007 Klorin tercatat sebagai bahan kimia berbahaya pada proses
penggilingan padi, huller, dan penyosoh beras. Klorin yang terakumulasi dalam
tubuh manusia dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satunya
adalah kanker. Oleh karena itu, penggunanan klorin sebagai bahan tambahan
makanan dilarang. Untuk itu, kami ingin membuat sebuah tes kit sederhana untuk
menguji kandungan klorin dalam beras yang kita konsumsi setiap hari. Dengan
adanya tes kit ini, konsumen terutama para ibu rumah tangga dapat mengetahui
apakah beras yang akan dikonsumsi berbahaya atau tidak. Tes kit ini menerapkan
metode analisis kimia analitik kualitatif menggunakan reagen AgNO3, caranya
dengan menambahkan AgNO3 pada filtrat sampel beras yang akan diuji
kandungan klorinnya. Filtrat beras yang mengandung klorin akan menghasilkan
endapan putih ketika diuji dengan AgNO3. Kami ingin membuat tes kit ini dalam
kemasan ekonomis agar semua kalangan dapat menggunakannya. Tes kit ini
bertujuan untuk mengurangi resiko terakumulasi klorin dalam tubuh manusia,
yang dapat menyebabkan kanker.
Kata Kunci: Klorin, Kanker, Ekonomis
ii
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia.
Ada istilah “Belum dikatakan makan, jika belum makan nasi”. Hal ini
menyebabkan angka konsumsi beras semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Meningkatnya angka konsumsi beras
ini sebanding dengan meningkatnya permintaan ketersediaan beras. Produsen
diharapkan dapat memenuhi permintaan beras masyarakat Indoneisa. Hal ini
menimbulkan persaingan antar produsen dalam meningkatkan kuantitas maupun
kualitas beras. Sebagian besar masyarakat cenderung memilih beras dengan warna
putih bersih. Mereka beranggapan bahwa beras putih itu kualitasnya lebih baik.
Padahal dalam kenyataannya beras yang berwarna putih belum menjamin kualitas
beras itu baik. Ada oknum produsen beras yang sengaja menambahkan zat
pemutih saat padi digiling. Hal ini bertujuan agar beras yang berkualitas kurang
baik dapat terlihat lebih bersih dan lebih diminati oleh pembeli. Zat pemutih yang
biasanya ditambahkan mengandung zat kimia berbahaya yaitu klorin.
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh
kuman. Zat klorin akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang
diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin berwujud gas berwarna
kuning kehijauan dengan bau cukup menyengat. Zat klorin yang ada dalam beras
akan menggerus usus pada lambung (korosif) sehingga rentan terhadap penyakit
maag. Dalam jangka panjang mengkonsumsi beras yang mengandung klorin akan
mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal (Adiwisastra, 1989). Pangan yang
menyehatkan tidak boleh mengandung bahan-bahan atau cemaran yang dapat
membahayakan kesehatan termasuk Bahan Tambahan Makanan (BTP) yang
terlarang dan mikroba penyebab penyakit atau toksiknya, tetapi sebaliknya
mengandung senyawa-senyawa yang mendukung kesehatan (Laksmi, 2001).
Hal ini menjadikan suatu ancaman bagi Indonesia, apabila makanan pokok
yang dikonsumsi penduduk Indonesia mengandung bahan tambahan makanan
yang berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit serius, seperti kanker.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 50
Sedangkan, pada tahun 2030-2045 Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus
demografi, dimana jumlah penduduk pada usia produktf lebih banyak daripada
usia yang tidak produktif. Apabila bonus demografi ini dimanfaatkan dengan baik,
maka Indonesia akan menjadi negara yang hebat dan mandiri. Untuk
mewujudkannya, ada satu aspek yang perlu diperhatikan yaitu kesehtan. Melalui
test kit ini, kita dapat mengetahui apakah beras yang akan dikonsumsi
mengandung zat pemutih atau tidak.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dikemukakan rumusan
permasalahn sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak terakumulasinya klorin di dalam tubuh manusia?
2. Bagaimana cara mendeteksi kandungan klorin dalam beras dengan
menggunakan test kit alternatif (Peri Kit) yang lebih ekonomis?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dampak terakumulasinya klorin di dalam tubuh
manusia
2. Untuk menganalisis kandungan klorin dalam beras dengan cara yang lebih
mudah dan ekonomis
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat dampak negatif beras yang
mengandung klorin
2. Memberikan alternatif baru cara mendeteksi kandungan klorin dalam beras
dengan sebuah test kit sederhana yang lebih ekonomis.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 51
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Makanan
2.1.1.1 Definisi Makanan
Makanan berasal dari kata dasar “makan”. Tetapi, kata makan sebagai kata
kerja tanpa diikuti oleh obyek kata benda, bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia diartikan sebagai makan nasi. Hal ini berkaitan dengan makanan pokok,
yaitu makanan yang paling sering dikonsumsi. Pengertian kata makan ini
menunjukkan keterikatan dan keterkaitan yang kuat yang menjadikan perasaan
belum makan kalau belum makan nasi, meskipun sudah makan makanan yang
lainnya (Haryadi, 2006).
Berdasarkan definisi dari World Health Organization (WHO), makanan
adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk air, obat-
obatan dan substansi yang digunakan untuk pengobatan. Makanan merupakan
sumber energi utama bagi manusia. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia,
hal ini menyebabkan kebutuhan akan makanan juga meningkat. Ketersediaan
bahan makanan harus melebihi jumlah penduduk. Hal ini berkaitan dengan
keberlangsungan hidup penduduk Indonesia. Dalam memenuhi ketersediaan
bahan makanan, kualitas makanan juga harus diperhatikan. Terkadang pemerintah
hanya fokus pada pemenuhan kuantitas bahan pangan, namun kualitasnya kurang
diperhatikan. Seharusnya ini tidak terjadi, karena orang makan untuk bertahan
hidup dan agar terhindar dari penyakit. Dengan demikian, sanitasi makan menjadi
sangat penting (Soemirat, 2007).
Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena di
dalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk
memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di
dalam tubuh, perkembangbiakan dan menghasilkan energi untuk kepentingan
berbagai kegiatan dalam kehidupannya (Supardi,1999). Masyarakat sebagai
konsumen diharapkan dapat memilih makanan yang sehat untuk dirinya dan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 52
keluarganya. Masyarakat sebaiknya memperhatikan kualitas makanan sebelum
membelinya, seperti warna, bau, maupun bentuknya.
2.1.1.2 Sanitasi dan Keamanan Makanan
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan
dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracuanan dan penyakit
pada manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan,
antara lain (Chandra, 2006) :
1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan.
2. Mencegah penularan wabah penyakit.
3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat.
4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan.
Dalam upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus
diperhatikan, sebagai berikut :
1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi.
2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan.
3. Keamanan dalam penyediaan air.
4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran.
5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan.
Keamanan makanan dapat diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-
zat atau bahan yang dapat menyebabkan kesehatan tubuh tanpa membedakan
apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau
tercampur secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam bahan makanan atau
makanan jadi (Moehyi, 1992).
2.1.2 Beras
2.1.2.1 Definisi Beras
Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber pemberi
energi untuk umat manusia (Hadrian, 1981). Zat-zat gizi yang dikandung oleh
beras adalah sangat mudah untuk dicernakan dan oleh karenanya beras
mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 53
Beras merupakan bahan pokok dalam menu makanan masyarakat
Indonesia. Sebagai makanan pokok, beras memberikan beberapa manfaat. Selain
rasanya netral, setelah dimasak beras memberikan volume yang cukup besar
dengan kandungan kalori cukup tinggi, serta dapat memberikan berbagai zat gizi
lain yang penting bagi tubuh, seperti potein dan berbagai jenis mineral
(Moehyi, 1992).
Beras dipilih menjadi makanan pokok karena sumber daya alam
lingkungan mendukung penyediaannya dalam jumlah yang cukup, mudah dan
cepat pengolahannya, memberi kenikmatan pada saat menyantap dan aman dari
segi kesehatan (Haryadi, 2006).
Beras yang baik adalah beras yang jika menghasilkan nasi yang pulen dan
memberikan aroma yang harum. Lekat atau tidaknya butiran-butiran beras setelah
dimasak ditentukan oleh perbandingan kandungan dua zat penting di dalamnya,
yaitu amilum dan amilopektin. Beras yang kandungan amilopektinnya tinggi akan
lebih lekat jika dimasak (Moehyi, 1992).
2.1.2.2 Mutu Beras
Menurut Haryadi (2006), secara umum mutu beras dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu :
a. Mutu giling
Mutu giling merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu beras.
Mutu giling mencakup berbagai ciri, yaitu endemen beras giling,
rendemen beras kepala, persentase beras pecah dan derajat sosoh beras (Balittan
Sukamandi,1987 dalam Damardjati dan Endang Y. Purwani, 1991).
b. Mutu rasa dan mutu tanak
Di Indonesia, mutu tanak belum dijadikan syarat dalam menetapkan mutu
beras. Lain halnya di dunia internasional, khususnya di Amerika Serikat, mutu
tanak merupakn salah satu persyaratan utama dalam pengolahan beras. Ciri-ciri
umum yang mempengaruhi mutu tanak adalah perkembangan volume,
kemampuan mengikat air, stabilitas pengalengan nasi paboiling, lama waktu
penanakan dan sifat viskositas pati.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 54
c. Mutu Gizi
Beras pecah kulit hanya disenangi oleh sejumah persentase kecil
konsumen meskipun beras pecah kulit mengandung protein, vitamin, mineral
dan lemak lebih banyak daripada bera sosoh.
d. Mutu berdasarkan ketampakan dan kemurnian biji
Ketampakan biji pada umumnya ditentukan berdasakan keburaman
endosperm, yaitu agian biji yang tampak putih buram, baik pada sisi dorsal iji,
sisi ventral, maupun tengah iji. Keburaman biji menentukan mutu beras yang
dalam persyaratan mutu dikenal sebagai butir mengapur.
2.1.2.3 Ciri-ciri Beras Berklorin
Di Indonesia beras yang dimasak menjadi nasi merupakan makanan
pokok. Dalam memilih beras, konsumen cenderung menginginkan beras yang
putih, mengkilap, dan bersih. Saat ini banyak beredar beras putih yang diduga
mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Adapun ciri-ciri
beras yang mengandung klorin adalah warnanya putih sekali, lebih mengkilap,
licin, dan tercium bau zat kimia. Sedangkan beras alami yang tidak mengandung
klorin, warnanya putih kelabu, tidak mengkilap, kesat dan tidak berbau. Bahaya
klorin untuk kesehatan baru akan muncul 15 hingga 20 tahun mendatang,
khususnya bila kita mengkonsumsi beras itu terus menerus (Stefi, 2007). Pada
dasarnya zat klor dibutuhkan oleh tubuh sebagi zat penguat, namun jika kadarnya
melebihi ambang batas, maka dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.
Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat mengkonsumsi beras yang
mengandung klorin dalam jangka panjang adalah seperti gangguan pada ginjal
dan hati (Irma, 2007).
2.1.3 Klorin
2.1.3.1 Definisi Klor dan Klorin
Klor (berasal dari bahasa Yunani Chloros, yang berarti “hijau pucat”)
adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dan simbol Cl. Termasuk dalam
golongan halogen (VII A). Dalam wujud gas, klor berwarna kuning kehijauan,
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 55
baunya sangat menyengat dan beracun. Klor adalah gas kuning kehijauan yang
dapat bergabung dengan hampir seluruh unsur lain karena merupakan unsur bukan
logam yang sangat elektronegatif (Annurunnisa, 2002).
Menurut Adiwisastra (1989) klorin, klor (Cl) adalah unsur halogen dengan
berat atom 35,46. Warnanya hijau kekuning-kuningan, titik didihnya -34,7ºC, titik
bekunya 0,102 ºC, kepadatan 2,488 atau 2,5 kali berat udara. Klor pada tekanan
dan suhu biasa bersifat gas dan dalam tekanan rendah berbentuk cairan. Klor tidak
terdapat bebas di alam, tetapi terdapat dalam senyawa terutama terdapat dalam
bentuk senyawaannya. Seperti Natrium Klorida (NaCl). Sedangkan, klorin
merupakan hasil tambahan yang dibuat dari Sodium Hidroksida dengan cara
mengelektrolisiskan Sodium Hidroksida.
Sama seperti pemuth H2O2 (Hidrogen Peroksida), pemutih dengan bahan
dasar klorin (Sodium Hipoklorit dan Kalsium Hipoklorit) juga mempunyai banyak
kegunaan. Selain sebagai pemutih, kedua senyawa ini dapat digunakan sebagai
penghilang noda maupun desinfektan. Pemutih dengan bahan dasar klorin ada dua
macam, yaitu padat dan cair. Pemutih padat adalah Kalsium Hipoklorit (CaOCl2)
atau yang sering disebut kaporit. Kaporit sering digunakan untuk menjernihkan air
ledeng dan kolam renang. Sedangkan pemutih cair adalah Sodium Hipoklorit
(NaOCl). Bahan NaOCl mudah larut dalam air dengan derajat kelarutan mencapai
100%.
Menurut Fitrah (2008), klorin memiliki titik didih dan titik beku yang
lebih rendah dari suhu kamar (25⁰C), Sehingga ketika berada dalam suhu kamar,
maka klorin tersebut akan berwujud gas.
2.1.3.2 Toksikologi Klor
Klor adalah bahan yang sering dipakai dalam industri, tetapi harus
diperhatikan batas ambangnya, karena klor bersifat toksik/ racun terutama apabila
terhisap oleh pernapasan. Gas klor mudah dikenali, karena memiliki bau yang
menyengat. Menghisap gas klor dengan konsentrasi 1000 ppm dapat
mengakibatkan kematian mendadak di tempat. Orang yang menghirup gas klor
akan merasakan sakit dan rasa panas pada tenggorokan, hal ini disebabkan
pengaruh rangsangan terhadap selaput lendir yang menimbulkan batuk-batuk
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 56
kering yang terasa panas, waktu menarik napas terasa sakit dan sulit bernapa,
waktu bernapas terdengar suara desing, seperti penderita asma/bronkitis
(Adiwisastra, 1989). Tidak hanya pada pernapasan, klor juga toksik pada
pencernaan, apabila terakumulasi dalam tubuh bisa menyebabkan kanker hati dan
ginjal.
2.1.3.3 Bahaya Klorin bagi Kesehatan
Dampak negatif penambahan klorin sebagai pemutih bers bagi kesehatan
tubuh manusia sebagai berikut (Dinas Kesehatan Kabbupaten Sragen, 2008) :
1. Menimbulkan kanker darah.
2. Merusak sel-sel darah.
3. Mengganggu fungsi hati
4. Dapat merusak sistem pernafasan dan selaput lendir dalam tubuh apabila
penggunaan klorin mencapai 3-5 ppm dalam beras.
5. Dapat mengganggu kesehatan mata, kulit, dan batuk-batuk apabila
penggunaan klorin mencapai 15-30 ppm dalam beras.
6. Serta dapat menyebabkan kematian apabila penggunaan klorn lebih dari 30
ppm dalam beras.
Adapun bentuk aktivitas klorin dalam tubuh manusia sebagai berikut
(Luthana, 2008) :
1. Mengganggu sintesis protein.
2. Oksidasi dekarboksilasi dari asam amino menjadi nitrit dan aldehid.
3. Bereaksi dengan asam nukleat, purin dan pirimidin.
4. Induksi asam deoksiribonukleat (DNA) dengan diiringi kehilangan DNA-
transforming.
5. Timbulnya penyimpangan kromosom.
2.2 Ulasan Penelitian terkait
Pada jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik pada karya tulis ini,
diuraikan cara mendeteksi kandungan klorin dengan cara analisis kimia kuantitatif
yang menerapkan cara titrasi iodometri. Hal ini dirasa kurang efisien jika
diterapkan pada kalangan masyarakat, karena alat-alat yang digunakan untuk
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 57
titrasi harganya cukup mahal. Untuk itu, kami mencoba menggunakan test kit
alternatif untuk mendeteksi kandungan klorin dalam beras dengan menerapkan
analisis kimia kualitatif yang tidak banyak menggunakan alat-alat labolatorium,
sehingga lebih ekonomis.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 58
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data serta maksud dan tujuan penyusunan karya
tulis ilmiah dalam data penulisan menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memanfaatkan
internet atau media lai yang berhubungan dengan karya tulis ini.
2. Studi Literatur
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memanfaatkan buku-
buku referensi sebagai penunjang dalam pengambilan teori dasar.
3. Penelitian
Dalam pengumpulan data, selain studi kepustakaan dan literatur kami
menggunakan metode penelitian. Penelitian ini menerapkan analisis kimia
kualitatif menggunakan larutan AgNO3 sebagai test kit dengan hasil berupa
endapan putih apabila sampel positif mrengandung klorin.
Cara kerja analisis kandungan klorin dalam beras sebagai berikut:
1. Menyiapkan sampel beras sebanyak 3 macam dari pedagang yang berbeda
2. Mencuci beras sebanyak 3 kali dengan akuades
3. Air cucian terakhir ini yang kemudian akan dianalisis dengan cara ditambah
larutan AgNO3 beberapa tetes.
4. Ditunggu selama beberapa menit, dan dianalisis terbentuk endapan atau tidak.
3.2 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Pada tahap ini dilakukan pemilihan data yang relevan dengan
permasalahan yang diangkat. Selanjutnya dilakukan pemusatan perhatian untuk
menyederhanakan data-data tersebut.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 59
2. Penyajian data
Mendeskripsikan informasi dari data-data yang telah dipilih, lalu
dikembangkan dan disajikan dalam bentuk teks naratif untuk penarikan
kesimpulan.
3.3 Metode Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencari makna dari setiap
informasi yang diperoleh dari studi kepustakaan, literatur dan penelitian yang
relevan dengan topik pada karya tulis ini.
3.4 Metode Merumuskan Saran dan Rekomendasi
Saran dirumuskan berdasarkan hasil kesimpulan yang dibandingkan
dengan kondisi nyata yang terjadi. Solusi dari masalah yang diangkat
ditransformasikan menjadi saran yang aplikatif dalam kehidupan masyarakat.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 60
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Dampak Penambahan Klorin dalam Beras
Penambahan zat klorin dalam beras bertujuan untuk membuat beras
menjadi lebih putih dan mengkilap agar beras yang berkualitas kurang baik
terlihat seperti beras yang berkualitas super.
Penelitian kandungan klorin dalam beras dilakukan, karena mengingat
bahaya klorin terhadap kesehatan dan berdasarkan Permenkes
No.72/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, disebutkan bahwa
klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok
pemutih dan pematang tepung. Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan, dari
ketiga sampel beras yang positif mengandung klorin sebanyak dua sampel.
Klorin merupakan hasil tambahan yang dibuat dari Sodium Hidroksida
dengan jalan mengelektrolisis Sodium Hidroksida (Adiwisastra,1989). Reaksi gas
klor dengan Natrium Hidroksida akan menghasilkan Natrium Hipoklorit.
Senyawa ini lebih mudah mengalami dekomposisi (Penguraian), NaOCl dibuat
dengan jalan mereaksikan NaOH (Sodium Hidroksida) dengan gas klor (Cl2),
yaitu dengan reaksi sebagai berikut : Cl2 + 2NaOH NaCl + H2O + NaOCl
(Parnomo, 2003).
Dampak dari beras yang mengandung klorin tidak bisa terlihat dalam
jangka pendek. Bahaya klorin terhadap kesehatan akan terlihat 15 hingga 20 tahun
mendatang, khususnya bila kita mengkonsumsi beras itu secara terus menerus
(Stefi, 2007). Zat klor sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh sebagai salah satu zat
penguat, namun jika kadarnya tidak terawasi atau melebihi ambang batas dalam
tubuh, maka dapat mengakibatkan sejumlah gangguan kesehatan. Gangguan
kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat mengkonsumsi beras yang mengandung
klorin dalam jangka panjang adalah seperti gangguan pada ginjal dan hati
(Irma, 2007).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 61
4.2 Analisis Kandungan Klorin dalam Beras menggunakan Test Kit
Sederhana (Peri Kit)
Analisis Kandungan klorin dalam beras menggunakan test kit sederhana
(Peri Kit) menerapkan prinsip analisis kimia kualitatif. Dengan menggunakan
pereaksi berupa larutan AgNO3. Mula-mula ketiga sampel beras yang dibeli dari
tiga pedagang yang berbeda dicuci hingga tiga kali. Hal ini dikarenakan
kandungan klorin dalam beras akan berkurang ketika dicuci. Ini sesuai dengan
sifat klorin yang dapat larut dengan mudah di dalam air (U.S Department Of
Health And Human Services, 2007). Beras dicuci dengan akuades, tujuannya
untuk mengurangi tercemar klor yang ada pada air ledeng. Setelah dicuci, air
cucian beras tersebut ditambahkan larutan AgNO3 sebagai larutan uji. Ketika
ditambah AgNO3 sampel beras A dan C terbentuk endapan putih. Endapan putih
pada sampel air cucian beras A lebih banyak dan air nya lebih keruh. Sedangkan
sampel air cucian beras C juga terdapat endapan putih, tapi lebih sedikit daripada
sampel A dan tidak terlalu keruh airnya.
Hal ini sesuai dengan prinsip analisis kimia kualitatif adanya anion Cl-.
Ketika suatu sampel yang mengandung ion Cl- ditambahkan AgNO3, maka akan
terbentuk endapan perak klorida (AgCl) yang seperti dadih dan putih (Day dan
Underwood, 1999). Reaksinya sebagai berikut:
Cl- + Ag
+ AgCl (endapan putih)
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 62
Ini membuktikan bahwa sampel A dan C positif mengandung klorin dan
untuk sampel B bebas dari kandungan klorin. Test Kit ini bisa diterapkan di
rumah, karena tidak membutuhkan alat-alat labolatorium. Sehingga lebih mudah
dan ekonomis. Dengan Test Kit ini, masyarakat Indonesia dapat mengetahui
kualitas dari makanan yang akan dikonsumsi. Masyarakat bisa menentukan layak
atau tidaknya beras tersebut untuk dikonsumsi. Hal ini juga merupakan suatu
upaya untuk melindung generasi muda bangsa Indonesia, karena generasi muda
adalah generasi penerus bangsa. Kehebatan dan kemandirian suatu negara
bergantung pada kualitas penduduknya terutama generasi muda.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan studi kepustakaan dari kandungan klorin dalam
beras, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Klorin yang terakumulasi dalam tubuh manusia akan menimbulkan berbagai
macam penyakit yang serius, seperti gangguan hati, ginjal dan kanker.
2. Kandungan klorin dalam beras dapat di analisis menggunakan test kit
sederhana (Peri Kit) dengan menerapkan prinsip analisis kimia kualitatif
menggunakan pereaksi berupa larutan perak nitrat (AgNO3), uji positif
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih (AgCl). Dari ketiga sampel
yang dianalisis, sampel A dan C positif mengandung klorin. Sampel A
mengandung klorin yang lebih banyak dari sampel C, karena endapan putih
yang terbentuk lebih banyak dan airnya lebih keruh.
5.2 Saran
1. Bagi Masyarakat, khususnya ibu-ibu sebaiknya tidak memilih beras yang
cenderung berwarna putih mengkilap dan lebih cermat dalam memilih bahan
makanan yang akan dikonsumsi.
2. Bagi masyarakat sebaiknya mengetahui ciri-ciri fisik beras yang tidak
mengandung klorin.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 64
DAFTAR PUSTKA
Adiwisastra, A. 1989. Sumber, Bahaya serta Penanggulangan Keracuanan.
Bandung : Penerbit Angkasa.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Day, R.A dan A.C Underwood. 1983. Analisis Kimia Kualitatif Edisi keenam.
Jakarta : Erlangga.
Hadrian, 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta: Penerbit Sastra
Hudaya.
Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada
University Press
Laksmi, S.B. 2001. Potensi dan Prospek Bioteknologi dalam Rangka Penyediaan
Pangan Menyehatkan. IPB Press: Bogor.
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta:
Penerbit Bharatara.
Parnomo, A. 2003. Pembuatan Cairan Pemutih. Jakarta: Penerbit Puspa Swara
Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/XI/1988. Tentang Bahan Tambahan Makanan.
Jakarta.
Soemirat, J. 2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada
University Press.
Supardi, I. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Bandung: Penerbit Alumni.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 65
ANALISIS KEBUTUHAN WATER BAY GUNA MEMINIMALISIR
KECELAKAAN LALU LINTAS
(STUDI KASUS: RUAS JALAN TOL TANGERANG – MERAK)
Anugerah Fasikhullisan1)
, Wahyu Dwi Prasetiyo1)
dan Ahmad Basuki2)
1Mahasiswa Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan, Politeknik Keselamatan Transpostasi Jalan
2Dosen Pembimbing, Politeknik Keselamatan Transpostasi Jalan
Email: [email protected]
Abstrak
Transportasi menjadi faktor penting sebagai penggerak roda ekonomi di
Indonesia, terlebih visi yang diusung pemerintahan Indonesia yaitu program Nawa
Cita mengandung poin kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor
strategis secara tidak langsung melibatkan peran serta sektor transportasi yang
berperan dalam pendistribusian logistik. Cita – cita transportasi tersebut belum
dapat terwujud dengan maksimal dikarenakan masih banyak terjadi kecelakaan
lalu lintas. Penulis mengambil studi kasus di ruas jalan tol Tangerang – Merak
yang menghubungkan jalur logistik dari Pelabuhan Merak sebagai pintu masuk
logistik Sumatera - Jawa, sampai ke Tangerang Barat yang berhubungan langsung
dengan jalan tol dalam kota Provinsi DKI Jakarta. Di ruas jalan tol ini, dalam 3
tahun terakhir terjadi lebih 2000 kecelakaan dan 64 % diantaranya melibatkan
angkutan barang. Data tersebut menunjukan bahwa angkutan barang masih
memiliki tingkat keselamatan yang rendah. Rendahnya tingkat keselamatan
disebabkan para operator kendaraan tidak memperhatikan kondisi kendaraan
termasuk kondisi ban yang berhubungan langsung dengan permukaan jalan.
Akibatnya ban yang tidak diperhatikan sering kali mengakibatkan ban pecah yang
berujung pada kecelakaan lalu lintas. Water bay adalah sebuah kontruksi
tambahan pada sisi badan jalan berupa cekungan yang berisi cairan pendingin.
Water bay mereduksi panas pada ban sehingga dapat digunakan untuk
melanjutkan perjalanan dan terhindar dari kecelakaan. Dari segi ekonomi, water
bay lebih ekonomis dibandingkan dengan pengisian hidrogen. Dengan
diterapkannya water bay pada standar pelayanan minimal jalan tol diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang positif untuk meminimalisir kecelakaan lalu
lintas di Indonesia khususnya yang disebabkan oleh faktor kendaraan serta
mendukung terwujudnya kemandirian ekonomi utuk menuju Indonesia Emas dan
Mandiri 2045.
Kata Kunci: Kecelakaan lalu lintas, Angkutan barang, Ban, Water bay
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 66
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transportasi di Indonesia yang semakin berkembang turut mempengaruhi
pertumbuhan pembangunan infrastruktur trasnsportasi seperti jalan. Untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, jalan dibutuhkan sebagai penghubung
setiap tempat guna melancarkan distribusi barang dan jasa. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 2004, jalan merupakan prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Dalam penyelenggaraan lalu lintas angkutan jalan, sering dijumpai
permasalahan yang mengganggu kelancaraan, keselamatan, keamanan dan
kenyamanan yang melibatkan pelaku transportasi, sarana maupun prasarana
transportasi. Permasalahan transportasi jalan yang sering terjadi adalah aktifitas
lalu lintas yang tidak sesuai dengan fungsi jalan, kelas jalan maupun status jalan
itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan perlakuan mobilitas dan aksesibilitas pada
suatu jalan yang tidak sesuai sehingga berdampak pada kondisi lalu lintas seperti
kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
benda. Penyebab kecelakaan meliputi beberapa faktor diantaranya manusia,
kendaraan dan lingkungan (cuaca, kondisi jalan, kondisi lalu lintas).
Pada ruas jalan tol sendiri masih sering ditemukannya kasus kecelakaan
lalu lintas. Tingkat pelayanan jalan tol yang saat ini tergolong baik, mobilitas
tinggi serta aksesibilitas yang terbatas sepenuhnya belum menjamin jalan tol
bebas dari kasus kecelakaan maupun resiko kecelakaan. Sebagai contoh pada ruas
jalan tol Tangerang - Merak.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 67
Gambar 1.1 lokasi jalan tol tangerang-merak
Jalan tol Tangerang - Merak merupakan salah satu jalan tol yang ada di
Indonesia yang dikelola oleh PT. Marga Mandalasakti sepanjang 72,45 km. Jalan
yang berfungsi sebagai jalur pribadi dan jalur logistik ini merupakan lanjutan dari
jalan tol Jakarta - Tangerang yang berfungsi sebagai akses untuk menuju
Pelabuhan Merak yang lebih mudah dan cepat. Pelabuhan Merak adalah sebuah
pelabuhan penyeberangan di Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten yang
menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera yang dipisahkan oleh (Selat
Sunda).
Setiap harinya ratusan perjalanan feri melayani arus penumpang dan
kendaraan dari dan ke Pulau Sumatera melalui Pelabuhan Bakauheni di Lampung.
Sebagai pendukung kegiatan lalu lintas jalan menuju penyeberangan Merak, jalan
tol Tangerang - Merak sering dilewati oleh berbagai jenis kendaraan. Banyaknya
mobilitas kendaraan yang melewati ruas jalan tol tersebut akan berpengaruh
tehadap kecelakaan lalu lintas.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 68
Saat ini kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan tol Tangerang - Merak
bukan menjadi masalah yang kecil. Dampak yang dihasilkan dari kecelakaan yang
terjadi di jalan tol Tangerang - Merak berupa kerusakan kendaraan, luka ringan,
luka berat, bahkan meninggal dunia. Berdasarkan data kecelakaan yang diperoleh
dari PT. Marga Mandalasakti, jumlah kecelakaan yang terjadi pada ruas jalan tol
Tangerang-Merak pada tahun 2015 sebanyak 599 kasus. Diantaranya adalah dari
faktor kendaraan yang disebabkan karena ban yang pecah di tengah perjalanan.
Untuk itu, perlu adanya penanganan secara teknis untuk dapat meningkatkan
keselamatan dan mengurangi jumlah kecelakaan khususnya dari kasus ban pecah.
Salah satu saran yang diharapkan mampu menguramgi kasus ban pecah yaitu,
dengan menyediakan fasilitas yang disediakan oleh pengelola Tol yaitu
pemasangan water bay.
Dari pembahasan tersebut para peniliti mengambil tema penelitian tentang
teknologi kontrusi jalan khususnya di jalan tol. Sehingga para peneliti tertarik
untuk mengambil judul penelitian “Analisis Kebutuhan Water bay Guna
Meminimalisir Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Kasus : Ruas Jalan Tol Tangerang–
Merak)”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Berapa jumlah kecelakaan yang diakibatkan oleh faktor kendaraan
khususnya pecah ban?
2. Apa peyebab terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh faktor
kendaraan khususnya pecah ban?
3. Bagaimana peran water bay dalam meminimalisir tingkat kecelakaan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui jumlah kecelakaan yang diakibatkan oleh faktor kendaraan
khususnya pecah ban.
2. Mengetahui peyebab terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh faktor
kendaraan khususnya pecah ban.
3. Mengetahui peran water bay dalam meminimalisir tingkat kecelakaan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 69
1.4 Manfaat
1. Teoritis
a. Bagi Taruna
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi taruna/i Politeknik
Keselamatan Transportasi Jalan tentang pentingnya keselamatan di jalan dan
juga penelitian ini bertujuan untuk mengikuti lomba Sriwijaya Paper
Competition (SPC) 2016.
2. Praktis
a. Bagi Pemerintah dan Badan Usaha Jalam Tol
Memberikan usulan atau rekomendasi untuk meminimalisir atau
mengurangi jumlah kecelakaan melalui pendekatan self-enforcement.
b. Bagi Masyarakat
Lebih aman, nyaman, selamat dan tertib dalam berlalu lintas serta
memaksa masyarakat agar sadar tentang pentingnya menjaga kondisi
kendaraan dalam rangka menghindari kecelakaan lalu lintas.
1.5 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas perlu adanya batasan masalah
agar permasalahan yang akan dibahas dapat mengerucut dan jelas.. Adapun
pembatasan masalah ini meliputi :
a. Lokasi penelitian adalah ruas jalan tol Tangerang - Merak.
b. Peran water bay dalam meminimalisir kecelakaan akibat ban pecah.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 70
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Lalu Lintas
Lalu lintas merupakan gabungan dua kata yang masing-masing dapat
diartikan tersendiri. Menurut Djajoesman (1976:50) Lalu mengemukakan bahwa
secara harfiah lalu lintas diartikan sebagai gerak (bolak balik) manusia atau
barang dari satu tempat ketempat lainnya dengan menggunakan sarana jalan
umum.
Menurut Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia (1993:55)
menyatakan bahwa lalu lintas adalah berjalan bolak balik, hilir mudik dan perihal
perjalanan di jalan dan sebagainya serta berhubungan antara sebuah tempat
dengan tempat lainnya.
Dengan demikian lalu lintas adalah merupakan gerak lintas manusia dan
atau barang dengan menggunakan barang atau ruang di darat, baik dengan alat
gerak ataupun kegiatan lalu lintas di jalan yang dapat menimbulkan permasalahan
seperti terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan lalu lintas adalah
kegiatan kendaraan bermotor dengan menggunakan jalan raya sebagai jalur lintas
umum sehari-hari. Lalu lintas identik dengan jalur kendaraan bermotor yang
ramai yang menjadi jalur kebiutuhan masyarakat umum. Oleh kerena itu lalu
lintas selalu identik pula dengan penerapan tata tertib bermotor dalam
menggunakan jalan raya.
Dengan demikian maka pelanggaran lalu lintas adalah pengabaian
terhadap tata tertib lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna kendaraan bermotor
yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas bagi pengguna jalan lainnya baik
hilangnya nyawa maupun luka-luka.
Kecelakaan lalu lintas menurut pasal 1 UU Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan adalah suatu peristiwa di Jalan yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa
Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
benda.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 71
Sedangkan menurut Djajoesman (1976:67) menyatakan bahwa kecelakaan
adalah kejadian yang tidak disengaja atau tidak disangka-sangka dengan akibat
kematian, luka-luka atau kerusakan benda-benda.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lain yakni :
1. Kelalaian pengguna jalan, misalnya : menggunakan handphone ketika
mengemudi, kondisi tubuh letih dan mengantuk, mengendarai kendaraan
dalam keadaan mabuk, kurangnya pemahaman terhadap rambu-rambu lalu
lintas dsb.
2. Ketidak-laikan kendaraan, misalnya : kendaraan dengan modifikasi yang tidak
standar, rem blong, kondisi ban yang sudah tidak layak pakai, batas muatan
yang melebihi batas angkut kendaraan dsb.
3. Ketidak-laikan jalan dan/atau lingkungan. : kondisi jalan yang berlubang,
kurangnya pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan dsb.
Dalam penelitian ini pada Jalan Tol Tangerang – Merak faktor yang paling
mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas pada kendaraan angkutan berat
adalah faktor kendaraan dalam hal ini ban terhadap pengaruh lingkungan yaitu
suhu udara (panas).
2.2 Angkutan dan Klasifikasi
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan
Jalan, yang dimaksud dengan angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang
dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu
lintas jalan.
Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang
(muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada
dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan secara
fisik mengubah tempat dari barang (comoditi) dan penumpang ke tempat lain.
Dari pengertian tersebut, dapat diketahui ada dua jenis angkutan, yaitu
angkutan orang (penumpang) dan angkutan barang. Sedangkan untuk kendaraan
yang digunakan dapat menggunakan kendaraan tidak bermotor dan kendaraan
bermotor. Namun dalam pembahasan ini hanya akan dijelaskan tentang angkutan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 72
barang yang menggunakan kendaraan bermotor, khususnya pada bidang
pengusahaan angkutan barang.
Untuk pengangkutan barang di darat dalam UU Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 160 bahwa angkutan barang dengan
kendaraan bermotor umum terdiri atas :
1) Angkutan Barang Umum
Yang dimaksud dengan “angkutan barang umum” adalah angkutan barang
pada umumnya, yaitu barang yang tidak berbahaya dan tidak memerlukan
sarana khusus.
2) Angkutan Barang Khusus
Yang dimaksud dengan “angkutan barang khusus” adalah angkutan yang
membutuhkan mobil barang yang dirancang khusus untuk mengangkut benda
yang berbentuk curah, cair, dan gas, peti kemas, tumbuhan, hewan hidup, dan
alat berat serta membawa barang berbahaya, antara lain:
a. barang yang mudah meledak;
b. gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau temperatur tertentu;
c. cairan mudah menyala;
d. padatan mudah menyala;
e. bahan penghasil oksidan;
f. racun dan bahan yang mudah menular;
g. barang yang bersifat radioaktif; dan
h. barang yang bersifat korosif.
2.3 Pengertian Ban
Ban adalah piranti yang menutupi velg (pelek) suatu roda. piranti ini
merupakan bagian penting dari kendaraan darat, karena berhubungan
(bersentuhan) langsung dengan permukaan jalan.
Dasar hukum PP No. 44 tahun 1993 tentang kendaraan dan pengemudi, bahwa :
1. Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan harus
memiliki sistem roda yang meliputi roda-roda dan sumbu
2. Roda-roda berupa pelek-pelek dan ban-ban hidup serta sumbu atau
gabungan sumbu roda yang dapat menjamin keselamatan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 73
3. Ban-ban yang hidup mempunyai adhesi (gaya gesek) yang cukup baik,
baik dalam jalan kering maupun jalan basah.
Rancangan sumbu roda dan atau gabungan sumbu roda berikut roda-
rodanya harus memperhatikan kelas jalan yang dilalui.
Fungsi dari ban antara lain :
1. Menopang seluruh berat kendaraan,
2. Mengurangi getaran yang di sebabkan oleh ketidak teraturan permukaan
jalan,
3. Melindungi roda dari aus dan kerusakan,
4. Memberikan kestabilan antara kendaraan dan tanah agar meningkatkan
kecepatan
5. Mempermudah gerakan.
Ban yang ada sekarang kebanyakan diproduksi dari karet sintetik,
meskipun dapat pula menggunakan bahan lain seperti baja. munculnya ban
diawali dari penemuan Charles Goodyear pada tahun 1839, yaitu teknik
vulkanisasi karet atau karet tahan api. kemudian pada tahun 1845, Thomson dan
Dunlop menciptakan ban yang disebut ban berongga udara. dengan adanya
perkembangan teknologi, Charles Kington Welch pun menemukan ban dalam.
adapun ban luar ditemukan oleh William Erskine Bartlett.
Kendaraan berjalan di atas ban yang terisi udara. tekanan udara di dalam
ban dapat diukur dengan alat pengukur tekanan udara (air pressure). berdasarkan
pada tekanan udara, ban dapat digolongkan menjadi ban bertekanan tinggi (high
pressure), ban tekanan rendah (balloon tire), dan ekstra ban tekanan rendah (extra
low pressure).
Ban tekanan tinggi memiliki tekanan udara 4,22kg/cm2 sampai dengan
6,32kg/cm2 (60 -90 psi). ban tersebut dilengkapi dengan case yang tebal untuk
menahan beban berat.
Ban dengan tekanan rendah mempunyai tekanan udara 2,10 sampai
dengan 2,53kg/cm2 (30 - 36 psi), luas penampangnya kira kira dua kali lebih besar
dari ban tekanan tinggi, luas permukaan yang bersinggungan dengan jalan lebih
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 74
besar. Karena volume udara lebih besar dan tekanannya rendah, maka efek
empuknya lebih baik. Ban tekanan ekstra rendah memiliki tekanan udara 1,00
sampai 2,10kg/cm2 (14 - 30 psi) dan digunakan terutama pada mobil penumpang.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 75
BAB III
METODOLOGI
1. Prosedur Penelitian
Gambar 3.1 Bagan alir
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini ada di ruas jalan tol Tangerang – Merak sepanjang
72,45 km yang menghubungkan Tangerang Barat sampai Merak, ujung barat
Pulau Jawa. Jalan tol ini melalui 3 wilayah yaitu Tangerang, Serang, dan Cilegon.
3. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah pengemudi angkutan barang yang terlibat
dalam kecelakaan akibat pecah ban. Sementara itu, sampel yang digunakan adalah
sampel acak, hal ini bertujuan untuk menambah variasi data penelitian.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 76
4. Jenis Data yang Dikumpulkan
a. Data Primer
Data primer didapatkan dari survey langsung ke lapangan. Data primer
yang diambil antara lain penyebab utama terjadi pecah ban ynag
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain.
Data sekunder meliputi :
1. Peta lokasi penelitian
2. Data kecelakaan pada tahun 2013 – 2015.
3. Data Kecelakaan akibat pecah ban pada tahun 2013 - 2015
4. Literatur tentang ban.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait dan sumber-sumber
yang dapat dipercaya. Sementara data primer di dapat dari wawancara kepada
para pengemudi yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas akibat pecah ban di
ruas jalan tol Tangerangn – Merak.
6. Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dilakukan
analisis. Dalam analisis data dilakukan analisis kebutuhan water bay di ruas jalan
tol Tangerang - Merak. Setelah didapatkan hasil analisis kemudian ditarik
kesimpulan dan rekomendasi yang dapat diterapkan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 77
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Kecelakaan Akibat Pecah Ban
Berikut data kecelakaan di ruas jalan tol Tangerang-Merak pada 3 (tiga)
tahun terakhir :
Tabel 1. Data kecelakaan di ruas jalan tol tangerang-merak pada tahun 2013–2015
Bulan 2013 2014 2015
Pecah
Ban
Kecelakaan Pecah
Ban
Kecelakaan Pecah
Ban
Kecelakaan
Januari 14 61 6 50 14 48
Februari 14 73 9 66 7 38
Maret 11 68 5 60 13 59
April 19 81 7 43 14 58
Mei 10 53 13 69 8 46
Juni 11 68 10 61 20 59
Juli 11 73 11 61 13 47
Agustus 20 55 18 61 8 44
September 8 74 13 57 9 44
Oktober 11 64 9 63 11 49
November 11 78 13 62 10 51
Desember 11 71 7 53 10 57
Jumlah 151 819 121 706 137 600
Sumber: PT. Marga Mandalasakti
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kecelakaan di ruas jalan tol
Tangerang – Merak memiliki tren negatif yaitu menurun tiap tahunnya. Hal ini
menunjukan dampak positif terhadap penyelenggaran jalan tol yang dikelola oleh
PT. Marga Mandalasakti mendukung terwujudnya keselamatan berlalu lintas.
Namun faktor kecelakaan yang diakibatkan oleh pecah ban diketahui bersifat
fluktuatif, artinya pertumbuhannya tidak menentu tiap tahun terkadang naik dan
terkadang turun. Apabila dilihat dari data tersebut, kecelakaan yang disebabkan
oleh pecah ban paling banyak terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 151
kejadian kecelakaan.
Selain itu, pecah ban juga diketahui mengakibatkan kecelakaan kendaraan
setiap bulan pada 3 (tiga) tahun terakhir. Dari hal tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pecah ban merupakan salah satu faktor yang memerlukan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 78
penanganan untuk meminimalisir kecelakaan di ruas jalan Tol Tangerang –
Merak. PT Marga Mandalasakti selaku operator jalan tol Tangerang-Merak harus
mampu mewujudkan kriteria jalan tol yang aman, nyaman, cepat dan selamat.
4.2 Peyebab Pecah Ban di Ruas Jalan Tol Tangerang – Merak
Dari sejumlah titik yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas, pada KM 52–
53 merupakan salah satu titik pada ruas jalan tol Tangerang - Merak yang menjadi
lokasi banyaknya terjadi kecelakaan karena pecah ban.
Gambar 2. Kondisi km 52 - 53
Kondisi jalan pada kilometer 52 – 53 memiliki alinyemen lurus dan datar
membuat pengemudi bosan dan kurang mengantisipasi keadaan sekitar jalan.
Selain itu kondisi kendaraan yang melakukan perjalanan panjang tanpa
beristirahat, ditambah dengan suhu rata – rata permukaan jalan yaitu antara 28o –
32o C mengakibatkan kondisi tekanan ban tinggi dan ban pun cepat panas yang
sering membuat kendaraan mengalami pecah ban dan menyebabkan kecelakaan
lalu lintas.
Dari hasil pengamatan dilapangan dan wawancara kepada pengemudi yang
terlibat dalam kecelakaan yang diakibatkan oleh pecah ban, faktor utama
penyebab terjadinya pecah ban disebabkan oleh kendaraan yang tidak berhenti
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 79
selama melintas di jalan tol untuk mengecek kondisi ban. Hal ini diakibatkan
karena para pengemudi takut dikenai sanksi apabila berhenti pada bahu jalan
sehingga para pengemudi memaksakan kendaraannya untuk melewati ruas jalan
tol tersebut tanpa mengecek kondisi ban.
Sering dijumpai di jalan arteri maupun kolektor para pengemudi angkutan
barang memberhentikan kendaraan mereka guna mengistirahatkan mesin
kendaraan dan/ atau membasahi ban kendaraan agar menghindari pecah ban
ketika melanjutkan perjalanan. Hal inilah yang tidak dapat dilakukan pada jalan
tol selain aturan yang tidak memperbolehkan, juga dapat dikenai sanksi apabila
menggunakan bahu jalan dengan tidak semestinya. Oleh karena itu water bay
dapat menjadi jalan tengah atau solusi dari permasalahan tersebut.
4.3 Peran Water bay dalam Meminimalisir Tingkat Kecelakaan
Water bay adalah sebuah kontruksi tambahan pada sisi badan jalan berupa
cekungan yang berisi cairan pendingin yaitu air. Air dalam water bay berfungsi
untuk mereduksi panas pada ban sehingga dapat digunakan untuk melanjutkan
perjalanan dan terhindar dari kecelakaan. Water bay merupakan transformasi dari
kebiasaan atau trik para pengemudi kendaraan angkutan barang dalam
menghindari tekanan ban yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan pecah ban.
Pada umumnya hal yang dilakukan oleh para pengemudi angkutan barang
untuk menghindari tekanan ban yang terlalu tinggi ialah membasahi ban dengan
cara menyiram. Pada saat menyiram hal ynag pertama dilakukan ialah
memberhentikan kendaraan yang secara tidak langsung menambah waktu tempuh
bagi pengemudi tersebut. Dengan adanya water bay para pengemudi tidak
memerlukan waktu tambahan untuk membasahi ban karena para pengemudi
tersebut hanya perlu melintasi water bay tanpa perlu memberhentikan kendaraan.
Oleh karena waktu tempuh tidak bertambah, hal tersebut juga berdampak pada
psikis pengemudi yang menstimulasi bahwa waktu tempuh yang digunakan relatif
lebih singkat sehingga pengemudi tidak merasa dikejar waktu dalam mengemudi
yang berujung pada peningkatan keselamatan berlalu lintas.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 80
Gambar 3. Visualisasi water bay
Dari segi ekonomi, water bay lebih ekonomis dibandingkan dengan
pengisian hidrogen. Dalam hal ini berlaku logika sederhana. Water bay dapat
digunakan oleh massal atau orang banyak sedangkan pengisian hidrogen hanya
digunakan oleh invidu. Meskipun pembangunan water bay membutuhkan dana
yang lebih besar namun untuk jangka panjang water bay memiliki nilai ekonomis
yang lebih besar dibandingkan dengan pengisian hidrogen.
Dengan diterapkannya water bay pada standar pelayanan minimal jalan tol
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif untuk meminimalisir
kecelakaan lalu lintas di Indonesia khususnya yang disebabkan oleh faktor
kendaraan serta mendukung terwujudnya kemandirian ekonomi utuk menuju
Indonesia Emas dan Mandiri 2045.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pecah ban paling banyak
terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 151 kejadian kecelakaan. Selain
itu, pecah ban juga diketahui mengakibatkan kecelakaan kendaraan setiap
bulan pada 3 (tiga) tahun terakhir (2013-2015).
2. Faktor utama penyebab terjadinya pecah ban disebabkan oleh kendaraan
yang tidak berhenti selama melintas di jalan tol untuk mengecek kondisi
ban. Hal ini diakibatkan karena para pengemudi takut dikenai sanksi
apabila berhenti pada bahu jalan sehingga para pengemudi memaksakan
kendaraannya untuk melewati ruas jalan tol tersebut tanpa mengecek
kondisi ban.
3. Dengan diterapkannya water bay pada standar pelayanan minimal jalan tol
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif untuk meminimalisir
kecelakaan lalu lintas di Indonesia khususnya yang disebabkan oleh faktor
kendaraan serta mendukung terwujudnya kemandirian ekonomi utuk
menuju Indonesia Emas dan Mandiri 2045.
5.2 Saran
1. Perlu diadakan kajian tentang penempatan water bay agar strategis dan
tepat sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat
pecah ban.
2. Perlu diadakan kajian tentang standar konstruksi dan geometri water bay
yang tepat guna memperpanjang usia water bay dan meminimalisir biaya
perawatan.
3. Perlu diadakan kajian tentang cairan pengisi water bay yang tepat guna
memperbesar reduksi panas pada ban akibat melintas pada water bay
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 82
DAFTAR PUSTAKA
Global Road Safety Partnership, 2008, Speed management: a road safety manual
for decision-makers and practitioners, Geneva.
Republik Indonesia. 2009, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta.
Republik Indonesia, 1994, Keputusan Menteri Nomor 3 Tahun 1994 tentang Alat
Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan, Jakarta.
Republik Indonesia, 1995, Surat Keputusan Direktorat Jendral Bina Marga tahun
1995 tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan, Jakarta.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 83
AGRIDUTORMA (AGRICULTURE EDUCATION TOURISM)
SISTEM PENDIDIKAN BERBASIS EKOWISATA PERTANIAN
PADA SISWA TAMAN KANAK-KANAK
Helnida Adriani Tahir1)
, Ashariah Hapila1)
Nikmatul Riswanda1)
dan Asmuddin Natsir2)
1Mahasiswa Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin
2Dosen Pembimbing, Universitas Hasanuddin
Email: [email protected]
Abstrak
Luasnya lahan pertanian dan peternakan yang ada di Indonesia menjadikan
Indonesia kaya akan sektor pertanian dan peternakan. Namun di daerah perkotaan
sarana publik untuk pengenalan lingkungan semakin terbatas khusunya untuk
pengenalan kepada anak anak. Karena Pembelajaran yang didapatkan anak-anak
khususnya anak TK mengenai ternak dan tani hanya diperoleh dari media dan
terbatas pada proses materi tanpa praktik lapangan bahkan mungkin sebagian
besar dari mereka tidak mengetahui secara pasti mengenai sumber kekayaan alam
yang ada. Sementara sarana untuk pendidikan lingkungan, ternak, dan tanaman
sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan sebagai salah satu bagian dari edukasi
yang akan memberikan pemaham kepada anak-anak untuk tetap menjaga
lingkungan sekitarnya. Pembelajaran pada usia kanak-kanak sangat diperlukan
sebab usia ini lebih tanggap dan aktif menerima rangsangan yang diberikan. Saat
ini diusia kanak-kanak mereka hanya menikmati hasil peternakan tanpa
mengetahui proses dari proses pemeliharaan, dan pemberian nutrisi makanan
ternak Hal ini dikarenakan objek pembelajaran berupa alam terbuka dimana
mereka bisa menemukannya tidak tersedia di lingkungan tempat mereka tinggal.
Salah satu alternatif untuk dijadikan pilihan adalah dengan membentuk media
pembelajaran ekowisata berbasis peternakan. Suatu kegiatan ekowisata yang
dijadikan sebagai media edukasi secara langsung kepada anak-anak. Pembelajaran
lewat alam kepada siswa taman kanak-kanak dalam pengenalan alam dan
lingkungan peternakan yang dirangkai secara sistematis membuat anak menjadi
tertarik belajar. Dimana dalam pembelajaran ini anak-anak digiring langsung ke
lapangan, lebih dekat dengan alam dan bisa menyatu dengan lingkungan
sekitarnya terkhusus bidang peternakan. Memperkenalkan bagaimana peternakan
itu sendiri dan bagaimana memperoleh sumber makanan hijauan pakan untuk
ternak. Cara ini di anggap efektif karena anak secara langsung dapat melihat
dengan inderanya secara langsung dan membuat anak lebih aktif berfikir dan
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Secara tidak langsung mereka
dapat memahami dan mengenali lingkungan. Dengan ini anak anak akan dengan
mudah memahami secara langsung objek yang dijadikan bahan ajar.
Kata Kunci : Anak-anak, Edukasi, Lingkungan, Peternakan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 84
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem pendidikan taman kanak-kanak sebaiknya dapat menjadi suatu
topik utama yang harus lebih diperhatikan, karena pada usia taman kanak-kanak
inilah merupakan proses langkah awal mereka mengenal pendidikan sekolah.
Dimana dalam sistem pendidikan ini anak-anak akan lebih meningkatkan rasa
ingin tahu mereka mengenai lingkungan sekitar. Tidak hanya sekedar
pembelajaran dalam kelas melainkan juga pembelajaran diluar kelas.
Taman kanak-kanak merupakan suatu lembaga pendidikan formal untuk
anak usia dini. Prinsip – prinsip pembelajaran di Taman kanak – kanak harus
benar – benar di perhatikan agar pembelajaran yang akan dan sedang dilaksanakan
berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kemampan dasar. Kreatifitas
dan inovasi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, agar anak tidak merasa
bosan, gembira dan merasa bahwa “belajarnya” adalah bermain. Anak usia dini
adalah 0 – 6 tahun, Usia dini pada anak kadang– kadang di sebut sebagai usia
emas atau golden age, masa – masa tersebut merupakan masa "Kritis" dimana
seorang anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai
kematangan yang sempurna. Arti kritis adalah sangat mempengaruhi keberhasilan
pada masa berikutnya, apabila masa kritis ini tidak memperoleh rangsangan yang
tepat dalam bentuk latihan atau proses belajar maka diperkirakan anak akan
mengalami kesulitan pada masa – masa perkembangan berikutnya.
Menurut teori piaget usia 2-7 tahun disebut Tahap praoperasional, yaitu :
pada tahap ini anak mulai mampu menerangkan dunia melalui kata- kata dan
gambar. Namun anak belum mampu melakukan tindakan mental yang
diinternalisasikan yang memungkinkan anak melakukan secara mental hal – hal
yang dahulu dilakukan secara fisik. Seorang psikolog Swiss yang bernama “Jean
Piaget” (1896-1980) dalam Pratisti (2008) menyatakan bahwa anak akan
membangun dunia kognitif mereka sendiri karena anak mampu mengolah
informasi yang diterima untuk mengembangkan gagasan baru tidak hanya sekedar
menerima informasi dari lingkungan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 85
Dalam mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini maka
diperlukan suatu kegiatan yang dapat mendukung perkembangan anak-anak usia
dini. Ekowisata merupakan salah satu salah satu kegiatan pariwisata yang
berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek
pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran
dan pendidikan. Dengan melalui kegiatan ini anak anak akan mengeksplor secara
langsung pengetahuan mereka, objek yang akan dikenalkan pada siswa taman
kanak-kanak yakni mengenai pertanian dan peternakan di suatu daerah yang
memiliki potensi pertanian dan peternakan.
1.2. RumusanMasalah
1. Apa yang menjadi hambatan pada pelaksanaan kegiatan ekowisata pada siswa
taman kanak-kanak?.
2. Strategi apa yang harus dilakukan agar siswa taman kanak-kanak dapat
mengetahui proses pengolahan pertanian dan peternakan di Indonesia?.
1.3. Tujuan
Berdasarkan ide kreatif tersebut maka tujuan yang ingin dicapai melalui
penyusunan karya tulis ini dinyatakan sebagai berikut :
1. Mengedukasi siswa taman kanak-kanak untuk mengenal lingkungan pertanian
dan peternakan di Indonesia.
2. Siswa mengetahui proses pengolahan hasil pertanian dan peternakan di
Indonesia serta untuk menumbuhkan rasa cinta kanak-kanak terhadap dunia
pertanian dan peternakan yang saat ini kurang diminati oleh generasi muda.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini
sebagai berikut.
1. Bagi penulis
Merealisasikan gagasan Agridutorma (Agriculture Education Tourism).
Sistem pendidikan berbasis ekowisata pertanian pada siswa taman kanak-kanak.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 86
2. Bagi masyarakat
Memberikan wawasan mengenai pertanian dan peternakan serta solusi
pengaplikasian pada sektor pendidikan.
3. Bagi pemerintah
Memberikan sumbangan pemikiran mengenai sistem pendidikan berbasis
ekowisata pertanian pada siswa taman kanak-kanak.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 87
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Sistem Pendidikan pada Siswa Taman Kanak – Kanak
Pendidikan TK merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai sifat-sifat alami anak, maka
pendidikan taman kanak-kanak harus memberi peluang agar anak-anak dapat
berkembang seluruh aspek kepribadiannya melalui proses bermain. Bermain
merupakan prinsip yang melekat pada kodrat anak (Asolihin, 2011).
Oleh sebab itu, Taman Kanak-kanak adalah pendidikan usia dini yang
bertujuan untuk membina tumbuh kembang anak usia lahir sampai enam tahun
secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan memberikan
rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani, motorik, akal pikiran, emosional,
dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
serta menghubungkan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan sekolah
(Pai, 2014).
Ekowisata Pertanian
Rumusan mengenai Ekowisata, yakni sebagai penyelenggaraan kegiatan
wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan/atau daerah-daerah
yang dibuat dengan kaidah alam, yang mendukung berbagai upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat (Damayanti, 2003).
Sistem Pendidikan Berbasis Ekowisata Pertanian pada Siswa Taman Kanak-
Kanak
Belajar, berarti mengubah atau memperbaiki perilaku melalui latihan,
pengalaman atau kontak dengan lingkungan (fisik dan sosial) yang disebabkan
melalui latihan dan pengalaman serta relatif tidak berubah (Quinn dalam
Sarwono, 2014). Jangan dicampur-adukkan dengan hasil kematangan fisik atau
kondisi sesaat karena pengaruh kelelahan atau obat-obatan. Pada manusia, penting
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 88
sekali belajar melalui kontak sosial agar manusia dapat hidup dalam masyarakat
dengan struktur kebudayaan yang rumit itu (Sarwono, 2014).
Dalam proses belajar ada tiga hal utama yang harus dipahami, yakni
(Fieldman dalam Sarwono, 2014) :
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku (yang buruk atau benar);
2. Melalui seperangkat latihan dan pengalaman;
3. Relatif permanen, tidak hanya muncul sesaat.
Oleh sebab itu, pembinaan pada siswa Taman Kanak – kanak sangat
diperlukan dan Salah satu alternatif untuk dijadikan pilihan adalah dengan
membentuk suatu sistem pembelajaran semi modern yang disebut Ekowisata
pertanian.
Terlebih lagi, Kreatifitas dan inovasi sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran, agar anak tidak merasa bosan, gembira dan merasa bahwa
“belajarnya” adalah bermain. Prinsip – prinsip pembelajaran di Taman kanak –
kanak harus benar – benar di perhatikan agar pembelajaran yang akan dan sedang
dilaksanakan berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kemampan
dasar. Masa Kanak – kanak adalah masa terpanjang dalam rentang kehidupan, saat
dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung kepada orang lain
(Pratisti, 2008).
Adapun, faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah : faktor
hereditas atau keturunan, faktor lingkungan, faktor kematangan, dan faktor
pembentukan (Pratisti, 2008).
Serta ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar anak-anak
PAUD, salah satu yang paling utama adalah motivasi dan kemauan, berdasarkan
teori Ivan Pavlov tentang perilaku manusia, manusia belajar tergantung
lingkungan, manusia belajar dengan mengamati terutama pada anak-anak yaitu
usia 3-5 tahun, mereka lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat karena sifat
belajarnya bersifat modeling, artinya mereka cenderung lebih mudah menirukan
atau memahami apa yang mereka lihat secara langsung. Sehingga belajar dengan
metode ecotourism berbasis peternakan dan pertanian dianggap lebih efektif
(Rahman, 2015).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 89
Ulasan Penelitian Terkait
Pendidikan perlu dimulai sejak dini, terlebih untuk mengejar
ketertinggalan kita memasuki era globalisasi, terutama masalah kualitas sumber
daya manusia. Melalui pendidikan usia dini dapat di bangun pilar-pilar sumber
daya manusia (SDM) mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara
lain. Pendidikan Taman Kanak-Kanak membantu membentuk generasi muda yang
handal. Taman Kanak-Kanak merupakan bentuk pendidikan pra-sekolah yang
menyediakan program pendidikan dini untuk mempersiapkan anak memasuki
pendidikan Sekolah Dasar.
Dewasa ini banyak anggota masyarakat yang mendirikan berbagai
lembaga pendidikan dan atau pengasuhan anak-anak usia dini. Hal ini terjadi
bukan saja di negara-negara yang sudah maju, melainkan juga di beberapa negara
yang belum semaju negara adidaya, termasuk Indonesia. Misalnya Papalia dan
Olds (1998:212) mengatakan bahwa” Today more young children than ever spend
part of the day in preschool, day care, or kindergarten” artinya dewasa ini anak-
anak usia dini makin lebih banyak saja yang menghabiskan sebagian harinya di
lembaga pendidikan pra-sekolah, tempat pengasuhan anak atau taman kanak-
kanak.
Kebijakan pendidikan nasional belum memberikan isyarat bahwa
pengelolaan Taman Kanak-Kanak disejajarkan dengan pengelolaan SD yang
semua kebutuhan material dan personalnya dipenuhi oleh pemerintah. Untunglah
masyarakat Indonesia pada umumnya, terutama melalui yayasan-yayasan
pendidikan swasta dan organisasi, telah banyak yang menyelenggarakan
pendidikan Taman Kanak-Kanak di seluruh pelosok tanah air. Data Kantor
Pendidikan dan Pengajaran Yogyakarta tahun 2003 menyatakan Taman Kanak-
Kanak Negeri hanya 1 % dari jumlah Taman Kanak-Kanak, sehingga 99% Taman
Kanak-Kanak selebihnya adalah tanggung jawab swasta (Karni, 2013).
Alasan dan tujuan penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-Kanak
memang bisa berbeda satu sama lain, tergantung pada persepsi dan kepentingan
masing-masing. Di antara kita, mungkin ada yang mempersepsi pendidikan
Taman Kanak-Kanak itu sekedar untuk mengisi waktu anak, untuk menitipkan
anak karena sibuk bekerja, untuk mempercepat proses perkembangan anak, untuk
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 90
sosialisasi anak sebelum memasuki sekolah dasar (SD), atau bahkan mungkin
sekedar ikut-ikutan. Terlepas apakah persepsi itu tepat atau tidak, keragaman
persepsi yang demikian itu wajar terjadi pada kalangan masyarakat awam. Namun
hal demikian tidaklah tepat terjadi pada kalangan pendidik profesional yang
memang secara khusus dipersiapkan untuk itu. Ini bukan berarti mereka tidak
dibenarkan untuk berbeda pendapat satu dengan yang lain.
Adanya perbedaan persepsi di kalangan pendidik sangat mungkin terjadi
dan itu merupakan hal yang wajar. Yang penting di sini adalah bahwa mereka
saling memahami dan menyadari adanya perbedaan itu sehingga persepsi dan
pemahaman yang dipegangnya benar-benar dibangun secara sadar, bukan sekedar
ikut-ikutan. Dengan landasan pemahaman yang demikian, pada akhirnya pendidik
diharapkan dapat mempertanggungg-jawabkan perlakuan-perlakuan
pendidikannya terhadap siswa secara profesional.
Seperti diuraikan di atas, lembaga-lembaga pendidikan pra-sekolah dan
atau pendidikan anak usia dini itu tujuannya sangat beragam, tergantung pada
nilai budaya masyarakat setempat. Di Amerika Serikat, seperti ditegaskan Papalia
dan Olds (1998:213), lembaga pendidikan pra-sekolah yang dianggap baik itu
adalah yang bisa merangsang perkembangan siswa dalam seluruh aspek, baik
jasmaniah, sosial, emosional, maupun intelektual, melalui interaksi aktif dengan
para guru, siswa-siswa yang lain, dan juga melalui bahan-bahan belajar yang telah
dipilih secara tepat (Goals of preschool education vary according to the values of
the culture. In the United States, a good preschool is concidered to be one that
stimulates children’s development in all domain-physical, social, emotional, and
cognitive-through active interaction with teachers, other children, and carefully
chosen materials).
Menjadi lembaga pendidikan (pengasuhan) anak usia dini memiliki ciri-
ciri positif seperti yang disebutkan Papalia dan Olds tersebut, tentu memerlukan
pengelolaan yang baik, sebab dengan pengelolaan yang cermat merupakan hal
esensial untuk mencapai keberhasilan program pendidikan anak usia dini.
Pengembangan kapasitas yang dibutuhkan untuk pengelolaan pendidikan tidak
hanya berfokus pada pembangunan di sekolah tetapi harus memperhatikan
pengembangan pengelolaan pendidikan yang efektif (Depdiknas, 2004). Fungsi-
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 91
fungsi pengelolaan pendidikan yang dibutuhkan telah di identifikasi: perencanaan
pendidikan, pengolahan dan analisa data pendidikan, pembiayaan pendidikan,
pengembangan kurikulum, pengelolaan aset, pengelolaan sumber daya manusia
dan pengawasan sekolah. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, serta
meningkatkan mutu pendidikan nasional maka berbagai usaha telah dilakukan
oleh pemerintah. Usaha dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Taman
Kanak-Kanak salah satunya adalah perlunya suatu sistem administrasi yang
mantap. Menurut Muljani A. Nurhadi (1983:18) administrasi merupakan salah
satu komponen instrumental dalam proses pendidikan yang berperan mengelola
semua komponen yang mendukung terjadinya proses belajar. Di sini administrasi
merupakan salah satu unsur penunjang untuk terselenggaranya suatu pendidikan,
termasuk di dalamnya pendidikan Kaman Kanak-Kanak, sehingga tujuan yang
diharapkan akan lebih mudah dicapai. Sedangkan menurut Aswarni Sudjud
(1987:30) tujuan administrasi pendidikan “Mengefektifkan dan mengefisiensikan
pendaya-gunaan segala sumber (komponen) sistem pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan”. Lebih lengkap Husaini Usman (2004: 9) menyebutkan bahwa
manfaat administrasi pendidikan adalah : (1) menciptakan suasana belajar yang
bermutu dan menyenangkan dan yang lebih penting lagi adalah dapat
menciptakan bagaimana peserta didik belajar cara belajar (learning how to learn)
yang terbaik bagi dirinya, (2) meningkatkan kompetensi administrasi pendidikan
bagi pendidik sehingga lebih profesional, dan (3) menghemat sumber daya 7 M
(man, money, materials, methods, machines, marketing, minutes) dengan hasil
yang memuaskan.
Oleh karena itu, kami mencanangkan salah satu model sistem Pendidikan
Taman Kanak-Kanak yakni dengan Agridutorma (Agriculture Education
Tourism) Sistem Pendidikan Berbasis Ekowisata Pertanian pada Siswa Taman
Kanak-kanak. Dengan sistem pendidikan agridutorma ini akan mendukung sistem
administrasi yang mantap pada pengelolaan pendidikan. Dimana strategi yang
akan kami bentuk untuk mendukung sistem pendidikan agridutorma yaitu dengan
membentuk sebuah MTMA (Mini Trans Mall Agridutorma).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 92
BAB III
METODE PENULISAN
Teknik Pengumpulan Data
Penyusunan karya tulis ini didasarkan pada pengumpulan data melalui
studi pustaka. Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan
data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan.
Kerangka Berfikir
Sistem pembelajaran pada taman kanak-kanak dalam ruangan kelas
menyebabkan anak-anak akan merasa cepat jenuh dan bosan dalam belajar.
Terutama pada usia kanak-kanak ini merupakan awal mula pengembangan otak
anak dalam mendukung semua aspek-aspek penting dalam usia golden age ini
mulai dari afektif, kognitif maupun psikomotoriknya, sehingga dalam suasana
belajar anak anak harus merasa enjoy saat menerima pembelajaran di sekolah.
Sebagian besar anak, biasanya akan merasa bosan saat berada dalam ruangan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 93
kelas. Suasana belajar yang nyaman harus diciptakan dalam sistem pendidikan
taman kanak-kanak yakni salah satunya dapat berupa kegiatan ekowisata yang
memanfaatkan potensi alam yang telah ada selain itu juga dapat menjadi factor
pendukung perkembangan psikomotorik anak-anak karena mengenal secara
langsung objek pembelajaran yang mereka terima atau dengar. Namun, tak dapat
dipungkiri akan kekhawatiran para orang tua mengenai kegiatan ekowisata ini
terhadap anak mereka. Selain itu hambatan pada pelaksanaan kegiatan ini. Solusi
yang ditawarkan dalam hal ini yakni pembangunan fasilitas ekowisata, karena
destinasi tujuan kami terletak di desa Malino, Makassar, pembangunan yang kami
canangkan yakni Mini Trans Mall Agridutorma (MTMA).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 94
BAB IV
PEMBAHASAN
Hambatan pada Pelaksanaan Kegiatan Ekowisata
Lahan di kawasan perkotaan cenderung dikembangkan untuk pemanfaatan
pembangunan seperti mall, hotel, gedung-gedung perkantoran, dan sebagainya.
Kehidupan perkotaan sering kali dianggap sebagai penyebab menurunnya kualitas
lingkungan, namun sebenarnya kawasan perkotaan sendiri dapat berpotensi
mengembangkan pertanian berkelanjutan dan menjadi solusi bagi beragam
permasalahan lingkungan yang ada. Hal ini dimungkinkan karena dibandingkan
dengan kawasan pedesaan, kawasan perkotaan memiliki lebih banyak modal
keuangan, manusia, dan sosial yang dapat menciptakan banyak perbaikan atau
bahkan dapa tmendorong pemerintah maupun pihak swasta untuk melakukan
perbaikan dan aksi preventif lainnya, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan
pangan. Potensi perkembangan pertanian dan peternakan yang semakin minim di
daerah perkotaan, sebagai contoh di kota Makassar, menyebabkan kurangnya
pemahaman anak terkhusus kepada siswa taman kanak-kanak mengenai pertanian
dan peternakan di lingkungannya sendiri. Dewasa ini seiring dengan
perkembangan teknologi anak-anak usia dini sangat akrab dengan gadget.
Berdasarkan pengamatan kami pada sepuluh anak-anak TK di daerah
perkotaan, paling sedikit hanya satu orang yang kurang memahami tentang
pengoperasian sistem pada gadget. Hal ini sangat memrihatinkan karena secara
tidak langsung seiring dengan berjalannya waktu, hal ini bisa menjadi kebiasaan,
menjadi budaya, bahkan menjadi kebutuhan yang berimbas pada tuntutan
ekonomi pada orang tua mereka. Sedangkan gadget sudah menjadi kebutuhan
tersendiri bagi mereka karena dalam pergaulan anak usia dini (TK) mereka akan
dikucilkan atau diejek jika tidak mengikuti gaya hidup atau apa yang sedang
teman-teman mereka geluti. Hal ini adalah salah satu dampak dari penggunaan
gadget pada usia yang terlalu dini. Banyak orang tua yang menganggap bahwa
gadget digunakan sebagai penunjang pembelajaran bagi putra-putri mereka. Ini
adalah anggapan yang kurang tepat.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 95
Sebenarnya manfaatnya ada, tetapi dampak negatifnya lebih banyak, salah
satunya seperti yang dipaparkan diatas. Dampak lainnya yaitu pada fisik mereka,
mata akan lebih mudah terkena radiasi karena daya tahan mereka yang belum
terlalu sempurna.
Dampak yang secara tidak langsung terjadi adalah perhatian mereka
terhadap lingkungan. Banyak hal yang lebih mudah mereka pahami dari
lingkungan sekitar seperti hal nya mengenal tumbuhan dan hewan di sekitar
tempat tinggalnya, tetapi kesempatan untuk belajar langsung di lingkungan ini
teralihkan ke sistem pembelajaran yang mereka pakai, yaitu dengan gadget.
Misalnya mereka melihat bentuk fisik dari sapi, kelihatannya memang hampir
terlihat nyata tetapi mereka tidak bisa merasakan bagaimana meraba tubuh sapi,
menghirup bau dari tubuhnya dan hal-hal yang hanya bisa didapatkan melalui
pertemuan langsung dengan objek yang mereka tidak bisa dapatkan melalui
gadget. Bagi para peternak dan petani mereka hanya mendapatkan dari hasil
penjualan hasil ternak dan tani mereka. Dimana aspek tersebut sangat bergantung
pada nilai jual yang beredar di pasaran. Harga terkontrol sedemikian rupa
sehingga ada kalanya mereka untung bahkan sampai mendapatkan kerugian.
Sedangkan, apabila agridutorma (agriculture education tourism) sistem
pendidikan berbasis ekowisata pertanian ini dapat direalisasikan menjadi salah
satu model pembelajaran bagi siswa taman kanak-kanak maka akan menjadi
kegiatan alternatif edukasi pembelajaran alam dalam pengenalan lingkungan
pertanian dan peternakan yang dianggap efektif mengingat perlu nya penanaman
pendidikan masa kini kepada anak sebagai pondasi dalam melanjutkan pendidikan
ke tingkat yang lebih tinggi.
Solusi Permasalahan dan Strategi Kegiatan Ekowisata
Pada masa tumbuh kembang anak-anak, banyak hal yang lebih mudah
mereka pahami dari lingkungan sekitar seperti halnya mengenal tumbuhan dan
hewan di sekitar tempat tinggalnya, hal inilah yang menjadi salah satu dari tujuan
kegiatan ekowisata pertanian yaitu untuk lebih meningkatkan kesejahteraan para
peternak dan petani khususnya yang ada di pedesaan sebagai objek kegiatan
ekowisata pertanian. Untuk mengatasi minimnya pengetahuan siswa taman kanak-
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 96
kanak mengenai pertanian dan peternakan, diperlukan adanya kegiatan sistem
pembelajaran. Selain sekolah alam yang sudah ada sebelumnya.
Salah satu sarana yang dapat menunjang kegiatan ekowisata ini agar
menjadi suatu sistem pembelajaran padataman kanak-kanak yaitu adanya fasilitas
pembangunan berupa Mini Trans Mall Agridutorma (MTMA) yang dapat
mendukung jalannya kegiatan ekowisata ini, dalam hal ini destinasi tujuan
pembangunan MTMA yakni di desa Malino.
Selain itu dengan adanya MTMA ini akan mendukung fasilitas
pembelajaran yang efektif untuk dilakukan khususnya bagi siswa taman kanak-
kanak diperkotaan besar seperti halnya di Makassar adalah pengenalan langsung
terhadap lingkungan sekitar yang dapat diwujudkan melalui program ekowisata
pertanian (Agridutorma) dengan destinasi ke pedesaan yakni yang memiliki objek
pembelajaran tidak hanya memiliki satu cakupan tetapi memiliki keanekaragaman
komoditi seperti ternak dan hasil pertanian. Salah satu wilayah yang cocok dan
efektif sebagai objek ekowisata di Desa malino, kec. Tinggimoncong, kab.Gowa
dengan berbagai sumber daya petanian khususnya sayuran, buah-buahan dan
sumber daya peternakan seperti sapi perah. Selain hal tersebut daerah tempat
wisata ecowisata pertanian bisa lebih disorot publik, dari yang tadinya hanya
diketahui satu dua orang saja setelah adanya ecowisata bisa diketahui lebih
banyak orang dan secara tidak langsung pendapatan daerah akan bertambah
karena bertambahnya wisatawan yang berkunjung.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 97
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa salah satu
metode sistem pendidikan terbaik bagi siswa taman kanak-kanak yaitu dengan
adanya sistem pendidikan berbasis ekowisata pertanian pada siswa taman kanak-
kanak, dan strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan adanya pembangunan
MTMA (Mini Trans Mall Agridutorma).
5.2. Saran
Dengan adanya penulisan karya tulis ini, penulis berharap gagasan
mengenai Agridutorma (Agriculture Education Tourism) Sistem Pendidikan
Berbasis Ekowisata Pertanian Pada Siswa Taman Kanak-Kanak dapat
memberikan sumbangsih kepada pemerintah dan siswa taman kanak-kanak dalam
usaha pelestarian pendidikan agrikultur di Indonesia khususnya di kota Makassar.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 98
DAFTAR PUSTAKA
Asolihin. 2011. Pengertian dan Konsep Dasar TK (Taman Kanak-Kanak).
http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-dan-
konsep-dasar-tk-taman.html. Diakses pada 11 Agustus 2016, pukul 08.30
WITA.
Darmayanti. 2003. Peluang dan Kendala Pengelolaan Ekowisata Pesisir Muara
Gembong Kabupaten Bekasi. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) dan Kongres
Ikatan Geografi Indonesia (IGI), Singaraja, Bali.
Depdiknas. 2004. Bantuan Teknis Pendukung Desentralisasi Manajemen Pendidikan.
http: www.depdiknas.go.id.htm. Diakses pada 11 Agustus 2016, pukul 10.00
WITA.
Diane, Papalia. 1998. Human Development. New York : Mc Graw Hill.
Karni. 2013. Pengelolaan Program Pendidikan Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina
Jatisrono. Tesis. Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurhadi A., Mulyani. 1983. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan.
Surabaya : Usaha Nasional
Pai, Tarbiyah. 2014. Pengertian TK Taman Kanak-Kanak. http://skripsi-
tarbiyahpai.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-tk-taman-kanak-kanak.html.
Diakses pada 11 Agustus 2016, pukul 08.45 WITA
Pratisti, Wiwin Dinar. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks.
Rahman, Satrianingsih. 2015. Wawancara Langsung. Kondisi Mental Anak-Anak
PAUD Dalam Belajar. Makassar. 12 Agustus 2015
Sarwono, Sarlito W. 2014. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers
Sudjud, Aswani. 2010. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka
Usman, Husaini. 2004. Jurnal yang berjudul: “Menjadi Guru Profesional”, edisi ke-2,
cet. Ke-23. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 99
MAMI “MANGA ISLAMI” : INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN
SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA
SEKOLAH DASAR MENUJU INDONESIA EMAS
Ita Nurul Fitriani1)
, Muryani1)
dan Muhammad Ragil Kurniawan2)
1Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan
2Dosen Pembimbing, Universitas Ahmad Dahlan
Email: [email protected]
Abstrak
Pendidikan karakter sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir,
penghayatan dalam bentuk sikap dan pengalaman dalam perilaku sesuai dengan
nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya. Saat ini khalayak umum marak dengan
perbincangan menurunnya karakter siswa Sekolah Dasar (SD). Karakter religius
kian menurun. Adanya pengaruh lingkungan yang cenderung siswa meniru
terhadap kejadian yang dilihat. Berdasarkan hasil observasi lapangan terdapat
siswa tidak bisa membedakan perbuatan yang baik dan buruk. Siswa kerap kali
melakukan kenakalan, mengucapkan kata kotor, membantah guru, kurang sopan
dan tidak sholat. Selain itu, guru dan orangtua kurang memberikan contoh
perbuatan yang baik dalam berperilaku. Orang tua sertidaknya bisa memberikan
perhatiannya dalam menanaman nilai- nilai agama islam yang mengarah
pembentukan karakter religius. Oleh karena itu diperlukan sebuah upaya agar
karakter religius tertanam dalam diri siswa melalui sebuah bacaan, yaitu dengan
media manga. MAMI “MANGA ISLAMI” merupakan inovasi media
pembelajaran memuat beberapa nilai-nilai karakter di dalamnya. Namun manga
ini lebih menonjolkan nilai–nilai karakter religius yang dapat tertanam dalam diri
siswa. Pembuatan manga ini bertujuan untuk meminimalisir permasalahan
menurunnya karakter religius yang sedang marak dikalangan anak usia SD.
MAMI menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa dan mengandung
karakter dilengkapi contoh sehingga membuat siswa akan tertarik membaca dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari - hari. Pembuatan MAMI melalui
beberapa tahapan. Pertama, menentukan tema, sebagai contoh tema yang akan
diangkat yaitu sopan santun. Kedua, mengumpulkan bahan/materi yang
dibutuhkan disesuaikan dengan tema yang diambil berasal dari lingkunan. Ketiga,
menentukan tokoh komik dan alur cerita disesuaikan dengan dekat kehidupan
siswa. Keempat, menyusun ringkasan jalan cerita manga sebagai panduan dalam
pembuatan manga islami. MAMI menjadi pegangan siswa berbentuk sederhana
dapat dibawa kemana saja. Adanya MAMI akan meningkatkan ketertarikan siswa
dalam membaca sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, dapat menjadikan siswa berkarakter religius melalui membaca
dan memahami untuk menuju Indonesia emas.
Kata Kunci: Karakter, Media manga, Religius
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 100
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan mengenai pendidikan karakter semakin hangat dibicarakan
saat ini. Gerakan pendidikan karakter yang sedang marak diperbincangkan
tersebut tak lepas dari keprihatinan seluruh komponen bangsa yang beranggapan
bahwa semakin menurun dan memudar. Sistem pendidikan dianggap mampu
menjadi alat untuk menciptakan sumber daya manusia yang cerdas baik secara
intelektual, sosial maupun spiritual. Pendidikan di Indonesia pada kenyataannya
belum mampu mencetak dan melahirkan kader pribadi yang unggul yaitu jujur,
bertanggung jawab, berakhlak mulia serta humanis. Pendidikan di Indonesia
masih menekankan pada aspek kognitif/akademik dan kurang menekankan pada
penanaman karakter.
Menanamkan karakter bagi peserta didik sejak dini tentu saja dapat
dilakukan saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Terkait itu, banyak
pihak yang berpendapat bahwa Sekolah Dasar dinilai menjadi wadah utama dalam
pembentukan karakter. Membentuk karakter pada peserta didik tidak dapat
dilakukan dengan cara instan. Perlu proses yang panjang dan konsisten agar bisa
menanamkan sikap yang baik sehingga sikap tersebut mampu benar-benar
menjadi karakter setiap peserta didik. (Isna, 2011: 48)
Pendidikan karakter merupakan komponen penting dan mempunyai
pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa. Karakter adalah mustika hidup yang
membedakan manusia dengan binatang. Karakter merupakan nilai–nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, dan lingkungan. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai karakter pada siswa sehingga mereka memiliki nilai-
nilai dan karakter pada dirinya dan menerapkan nilai – nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat warga negara yang religius,
nasionalis, produktif dan kreatif (Judiani, 2010: 282). Oleh karena itu, penanaman
pendidikan karakter tidak bisa hanya sekadar mentransfer ilmu
pengetahuan/melatih suatu keterampilan tertentu. Penanaman pendidikan karakter
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 101
perlu proses, contoh atau teladan, dan pembiasaan/pembudayaan dalam
lingkungan siswa baik lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat,
maupun lingkungan (exposure) media masa (Zubaedi, 2012: 17).
Salah satu karakter yang mulai hilang dalam diri siswa adalah karakter
religius. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi penulis di sekolah dasar
swasta di Yogyakarta bulan Maret 2016. Berdasarkan hasil observasi ditemukan
sebagian besar siswa Sekolah Dasar menunjukan sikap yang kurang baik terhadap
guru/orang yang lebih tua. Siswa kurang menghormati gurunya. Pelaksanaan
shalat tidak teratur dan tidak tepat waktu. Siswa kurang terbiasa mengucapkan
salam saat masuk ruangan atau bertemu dengan teman. Dampak dari
berkurangnya nilai-nilai islami pada siswa berakibat pada hilangnya karakter
religiusitas siswa.
Berikut beberapa hal yang menunjukan karakter religius siswa menurun,
berdasarkan hasil observasi sebagai berikut; Pertama, siswa tidak dapat
membedakan mana perbuatan yang baik dan yang buruk, sehingga siswa kerap
kali melakukan kenakalan terhadap teman sejawatnya. Siswa sering mengucapkan
kata-kata kotor. Kedua, Siswa sering membantah guru ketika guru memberikan
nasehat. Siswa belum bisa menghormati guru dan tidak memiliki sopan santun.
Ketiga, tidak sedikit anak yang belum bisa membaca dan menulis Al-Qur’an,
belum melakukan shalat dengan tertib, serta belum bisa melakukan wudhu.
Keempat, ketika berjalan didepan guru kurang menghormati. Siswa makan sambil
berdiri dan tidak berdoa.
Peningkatan karakter religius dapat dilakukan guru dengan mengarahkan
siswa pada penerapan ilmu pengetahuan pada kehidupan sehari-hari dan
persekolahan. Kegiatan disekolah harus ditunjang dengan keteladanan atau
pembiasaan sikap yang baik. Tanpa ada pembiasaan dan keteladanan akan sulit
mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan keagamaan di Sekolah Dasar harus
ditunjang dengan keteladanan atau pembiasaan tentang sikap yang baik dalam
menanamkan pendidikan karakter terhadap siswa. Pendidikan karakter harus
dilaksanakan secara integral dan holistik. Pendidikan karakter harus didukung
oleh semua komponen masyarakat dan dilakukan di semua level dan ruang
kehidupan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara yang
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 102
menyatakan bahwa "Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan
tubuh anak".
Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan sebuah solusi untuk
mengatasi masalah kurangnya karakter religius sebagai pembentuk karakter. Salah
satu media yang dapat digunakan yaitu melalui media pembelajaran “Mami”.
Mami merupakan singkatan dari Manga Islami. Latar belakang penulis
menggunakan media pembelajaran tersebut karena anak menyukai bacaan yang
bergambar dan menarik. Selain itu berdasarkan hasil wawancara anak banyak
yang menyukai membaca. Pembuatan Mami ini disesuaikan dengan SK, KD dan
indikator di Sekolah Dasar sesuai karakter siswa. Perpaduan antara gambar dan
alur cerita memudahkan siswa untuk memahami karakter yang disampaikan.
Mami sangat menarik karena berwujud buku dengan warna menarik sehingga
memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa.
Manga Islami ini akan mampu menanamkan karakter religius pada siswa.
Karakter dalam cerita disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan
begitu sikap religius dapat masuk dalam diri siswa tanpa mereka sadari. Dengan
desain yang menarik baik gambar maupun cerita, Manga Islami akan diterima
oleh kebanyakan siswa. Sehingga semakin sering siswa membaca manga tersebut,
maka akan banyak pula karakter yang terserap dalam diri siswa. Selanjutnya siswa
akan mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
begitu karakter religius siswa akan meningkat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yaitu :
1.2.1 Bagaimana langkah pembuatan Mami?.
1.2.2 Bagaimana Mami dapat berfungsi sebagai internalisasi pengembangan
karakter religius siswa Sekolah Dasar?.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 103
1.3. Tujuan
Berdasakan rumusan masalah di atas, karya tulis bertujuan sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui langkah pembuatan MAMI.
1.3.2 Mengetahui MAMI dapat berfungsi sebagai Internalisasi pengembangan
karakter religius siswa Sekolah Dasar .
1.4. Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mengetahui media pembelajaran “Mami” dapat mengembangkan karakter
religius siswa sekolah dasar menuju Indonesia emas.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Penulis
Mengembangkan ide dan kepekaan terhadap permasalahan yang sedang
terjadi yang mengarah pada karakter gemar membaca untuk membantu
meminimalisir permasalahan dalam dunia pendidikan.
1.4.2.2 Bagi siswa
1. Memberikan kemudahan siswa dalam belajar dan menciptakan daya kreativitas
siswa dan dapat membentuk karakter siswa.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dan keterampilan serta memotivasi siswa
dalam belajar.
1.4.2.3 Bagi guru
1. Memberikan gambaran mengembangkan karakter siswa salah satunya melalui
media pembelajaran dan awal pengembangan kurikulum yang menarik.
2. Memberikan kesadaran guru untuk memerbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan
kondisi pembelajaran.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 104
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses
belajar. Para guru dituntut untuk mampu menggunakan alat-alat yang telah
disediakan oleh sekolah, dan tidak menuntut kemungkinan bahwa alat-alat
tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kurikulum yang berlaku.
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang telah tersedia, guru juga dituntut
untuk mampu membuat dan mengembangkan media pembelajaran yang akan
digunakan apabila belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran (Arsyad, 2011: 2).
Gerlach & Ely (Arsyad, 2011: 3) menyatakan bahwa media pembelajaran
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampian, atau sikap. Serupa dengan definisi tersebut, Sri Anitah (2012: 6)
memberikan pengertian bahwa media dapat berupa orang, bahan, alat, maupun
peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk
menerima suatu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Berdasarkan pendapat di atas, media dapat diartikan segala sesuatu yang
dapat dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan materi kepada siswa
dalam proses pembelajaran. Fungsi media tersebut untuk menyampaikan materi
yang diberikan oleh guru kepada siswa guna mencapai tujuan pendidikan.
Penggunaan media pembelajaran harus didasarkan pada pemilihan yang tepat
seperti disesuaikan dengan karakteristik siswa dan ketepatan waktu yang
dibutuhkan, sehingga dapat memperbesar arti dan fungsinya dalam rangka
menunjang efektifitas proses pembelajaran.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 105
2.1.2 Media Komik
Komik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), diartikan sebagai
cerita bergambar. McCloud (2008: 9) mendefinisikan pengertian komik sebagai
gambar-gambar serta lambang lain yang berjajar atau berdekatan dalam urutan
tertentu dan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan
respon estetik dari pembacanya. Menurut Gumelar (2011: 2), yang
mendefinisikan komik sebagai urutan-urutan gambar yang ditata sesuai tujuan dan
filosofi pembuatannya hingga pesan dalam cerita tersebut dapat tersampaikan.
Pendapat lain menyatakan bahwa komik adalah suatu bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat
dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada
para pembaca (Sudjana & Rivai, 2010: 64).
Komik merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi masyarakat dunia
dan menjadi budaya yang sangat populer di dunia. Komik dalam istilah jepang
dan amerika disebut manga. Komikus Indonesia saat ini beracuan pada komik dua
Negara tersebut. Keunggulan manga adalah, memiliki tema cerita yang luas dan
menarik, gaya bercerita di desain untuk menarik emosi pembaca sehingga
pembaca larut dalam cerita seakan berada berada pada situasi tokoh dalam manga.
Segi visual, penggambaran tokoh dalam manga lebih sederhana, layout dinamis
dan luwes. Terdapat dua macam gaya manga, yaitu shonen dan shojo. Shonen
adalah manga yang berisi tentang semangat, perjuangan dan kompetisi dalam
ceritanya. Sedangkan shojo adalah manga untuk gadis remaja, dimana gambaran
tokohnya antik dan bersifat emosional.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komik
adalah susunan gambar yang ditata secara berurutan, sehingga membentuk alur
cerita sesuai dengan tujuan filosofis pembuatnya agar pesan atau informasi yang
terkandung di dalamnya dapat tersampaikan kepada para pembaca. Komik mampu
membawa pembacanya ke dalam ruang-ruang imajinasi baru. Melalui ekspresi
muka para tokoh yang terlihat dalam ilustrasi dan reaksi verbal yang terungkap
dalam balon teks, maka pembaca akan dibawa ke dalam situasi yang
menghadirkan imajinasi-imajinasi visual yang bebas sesuai dengan impresi dan
apresiasi masing-masing pembaca (Maharsi, 2011: 8).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 106
2.1.3 Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai
dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam
tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
(2007) mendefinisikan karakter sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut
Suyanto (Kurniawan, 2014: 28) mendefinisikan bahwa karakter sebagai cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan menurut Kurniawan (2014: 29) karakter seseorang terbentuk
karena kebiasan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam menaggapi keadaan,
dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Karakter ini pada akhirnya
menjadi sesuatu yang menempel pada seseorang dan sering orang yang
bersangkutan tidak menyadari karakternya. Dari keterangan tersebut Kurniawan
(2014: 30) meringkas sebagai berikut: Pikiran – Keinginan – Perbuatan –
Kebiasaan - Karakter.
2.1.4 Pendidikan Karakter
2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Karakter
Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum (Kemendiknas,
2010: 10) Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan
moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah,
lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang
hal yang baik sehingga siswa menjadi paham (domain kognitif) tentang mana
yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa
melakukannya (domain perilaku). Dalam hal ini pendidikan karakter berhubungan
erat kaitannya dengan kebiasaan siswa yang sering dilakukan.
Raharjo (Zubaedi, 2011: 16) memaknai pendidikan karakter sebagai suatu
proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dengan
ranah sosial dalam kehidupan siswa sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi
yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan menurut Fakhry Gaffar
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 107
(Kesuma, dkk. 2012: 5) bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah proses
tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam
definisi tersebut terdapat tiga ide pikiran penting, yaitu: (1) proses transformasi
nilai-nilai, (2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan (3) menjadi satu
dalam perilaku.
2.1.4.2 Tujuan, Fungsi, dan Media Pendidikan Karakter
Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum
(Kemendiknas, 2010: 7) tujuan, fungsi, dan media pendidikan karakter yaitu:
“Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk
karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: (1) mengembangkan potensi siswa agar
menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2)
membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi
warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya
serta mencintai umat manusia.
Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan
yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya
luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat
manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warga negara yang
cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain
dalam suatu harmoni.
2.1.4.3 Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum (Kemendiknas,
2010: 9-10) telah merumuskan materi pendidikan karakter yang mencakup aspek-
aspek sebagai berikut:
1. Religius, Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 108
2. Jujur, Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadi dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
4. Toleransi, Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
5. Disiplin, Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
6. Kerja keras, Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
7. Kreatif, Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari apa yang telah dimiliki.
8. Mandiri, Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
9. Demokratis, Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
10. Rasa ingin tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
11. Semangat kebangsaan, Cara berpikir, bertindak dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
12. Cinta tanah air, Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya ekonomi dan politik bangsanya.
13. Menghargai prestasi, Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
14. Bersahabat atau komunikatif, Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
15. Cinta damai, Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadirannya.
16. Gemar membaca, Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan baginya.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 109
17. Peduli lingkungan, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
18. Peduli sosial, Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
19. Tanggung jawab, Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
dan budaya), Negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
2.1.5 Karakter Religius
2.1.5.1 Pengertian Karakter Religius
Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa asing
religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan
adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia. Sedangkan religius berasal dari
kata religious yang berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religius
sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan oleh Suparlan sebagai sikap dan
perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi
perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu
memiliki dan berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada
ketentuan dan ketetapan agama. Agama dalam kehidupan pemeluknya merupakan
ajaran yang mendasar yang menjadi pandangan atau pedoman hidup. Pandangan
hidup ialah “konsep nilai yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang
mengenai kehidupan”. Pandangan hidup (way of life, worldview) merupakan hal
yang penting dan hakiki bagi manusia, karena dengan pandangan hidupnya
memiliki kompas atau pedoman hidup yang jelas di dunia ini. Dalam menjalani
kehidupan di dunia ini agama memiliki posisi dan peranan yang sangat penting.
Agama dapat berfungsi sebagai faktor motivasi (pendorong untuk bertindak yang
benar, baik, etis, dan maslahat), profetik (menjadi risalah yang menunjukan arah
kehidupan), kritik (menyuruh pada yang makruf dan mencegah dari yang
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 110
mungkar), kreatif (mengarahkan amal atau tindakan yang menghasilkan manfaat
bagi diri sendiri dan orang lain), intergratif (menyatukan elemen-elemen yang
rusak dalam diri manusia dan masyarakat untuk menjadi lebih baik), sublimatif
(memberikan proses penyucian diri dalam kehidupan), dan liberatif
(membebaskan manusia dari berbagai belenggu kehidupan). Manusia yang tidak
memiliki pandangan hidup, lebih-lebih yang bersumber agama, ibarat orang buta
yang berjalan di tengah kegelapan dan keramaian: tidak tahu dari mana dia
datang, mau apa di dunia, dan kemana tujuan hidup yang hakiki.
2.1.5.2 Landasan Karakter Religius
Menurut Zayadi, sumber nilai yang berlaku dalam kehidupan manusia
digolongkan menjadi dua macam yaitu:
1. Nilai ilahiah
Nilai ilahiah adalah nilai yang berhubungan dengan ketuhanan atau habul
minallah, dimana inti dari ketuhanan adalah keagamaan. Kegiatan menanamkan
nilai keagamaan menjadi inti kegiatan pendidikan. Nilai-nilai yang paling
mendasar adalah:
a. Iman
b. Islam
c. Ihsan
d. Taqwa
e. Ikhlas
f. Tawakal
g. Syukur
h. Sabar
2. Nilai insaniyah
Nilai insaniyah adalah nilai yang berhubungan dengan sesama manusia
atau habul minannas yang berisi budi pekerti.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 111
2.1.5.3 Tahap Perkembangan Religius Anak
Dunia religius anak masih sangat sederhana sehingga disebut juga dengan
the simply religious. Pada saat itu anak memang belum dapat melaksanakan tugas
hidupnya secara mandiri, bahkan sampai kepada yang paling sederhana pun.
Dalam banyak hal anak harus mempercayakan dirinya kepada pendidiknya. Sifat
anak adalah mudah percaya dan masih bersifat reseptif. Dalam dunia yang
menurutnya belum jelas strukturnya, kesempatan untuk bertualang dalam dunia
fantasi masih terbuka, karena dia belum dapat mengenal secara jelas realita yang
dihadapinya. Oleh karenanya pendidikan agama kepada anak seringnya dengan
metode cerita.
2.2 Ulasan Penelitian terkait
2.2.1 Penelitian yang dilakukan Eko Ewiyono (2008) meneliti tentang penanaman
nilai-nilai keagamaan siswa TKIT Baitussalam 2 Cangkringan Sleman. Penelitian
tersebut menggunakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif
dengan mengumpulkan, menyusun, menganalisis, dan menyajikan fakta secara
sistematis tentang keadaan yang sebenarnya. Hasil penelitiannya yaitu pertama,
penanaman nilai-nilai tauhid/keimanan mencakup rukun iman, ibadah thoharoh
(wudu), azan dan iqomah, shalat, puasa, zakat, haji. Akhlak terhadap diri sendiri,
akhlak terhadap sesama, akhlak terhadap alam/lingkungan. Kedua, orangtua siswa
mempercayakan pendidikan anaknya sebagai wujud kepercayaan orangtua
terhadap pendidikan TKIT yang mempunyai output yang unggul dan memiliki
lingkungan yang kondusif.
2.2.2 Penelitian yang dilakukan Agung Setyoko (2004) yang berjudul Penanaman
Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra- Sekolah di Taman Kanak-Kanak
Islam Terpadu (TKIT) Az- Zahra Sragen (TINJAUAN BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAM) menggunakan penelitian field research dengan metode
wawancara, angket, dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian Pertama,
pelaksanaan penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah di
TKIT Az-Zahra Sragen meliputi materi yang di dalamnya terkandung esensi
ajaran agama Islam, yakni akidah, syariat dan muamalah. Sementara itu, dalam
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 112
konteks bimbingan dan konseling Islam, ternyata TKIT Az-Zahra telah berhasil
menanamkan nilai-nilai religius pada anak (akidah, syariat dan muamalah) yang
secara efektif memiliki fungsi mencegah (preventif), mengobati (kuratif),
pengembangan (developmental). Kedua, Pengamalan nilai-nilai religius dapat
dilihat dari aktivitas anak di lingkungan TKIT maupun di luar lingkungan TKIT
(keluarga masyarakat). Pengamalan nilai-nilai religius anak meliputi : perilaku
setiap hari seperti shalat, puasa, berdoa, mengaji, adab kesopanan, kejujuran dan
lain sebagainya.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 113
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode Penulisan
Metode penulisan karya tulis ini menggunakan studi literatur dan
wawancara terhadap pihak–pihak terkait. Tujuan studi literatur ini adalah sebagai
dasar pembentukan rencana penulisan awal dan sebagai sumber data sekunder
penulis. Sedangkan permasalahan diangkat melalui observasi dan lapangan di
salah satu sekolah dasar swasta dan wawancara pihak terkait.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan data. Teknik Pengumpulan data yang dilakukan
dalam karya tulis ini menggunakan wawancara dan observasi. Menurut Wina
Sanjaya (2009 :86) “ Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan
cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan
alat observasi tentang hal–hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi dilakukan
untuk mengetahui kondisi siswa di lingkungan sekolah serta aktivitas siswa.
(Nana Syaodih, 2011: 216-218) bahwa wawancara/interview merupakan salah
satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara yang ditujukan untuk
memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual.
3.3 Teknik Pengolahan Data
Data beserta informasi yang telah diperoleh dikumpulkan kemudian diolah
dan dianalisis. Pengolahan data sebagai berikut:
1. Menganalisa berbagai hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan.
2. Menentukan Inovasi Media Pembelajaran karaakter untuk Pendidikan Dasar
3. Menentukan Cara Pembuatan Design Media Pembelajaran Manga Islami
4. Menentukan Implementasi Media Pembelajaran
5. Menentukan Kelebihan Media Pembelajaran
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 114
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan karya ilmiah ini adalah menggunakan
analisis data model Miles and Huberman. Miles and Huberman (1984),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh.
3.5 Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka berfikir
Kerangka berfikir dalam pembuatan karya tulis ini dimulai dari studi kasus
pada salah satu SD swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan melakukan
observasi dan wawancara Guru dan Siswa SD. Kemudian melakukan analisis data
yang diperoleh dari hasil studi kasus sekaligus konsultasi dengan pihak terkait.
Kemudian setelah melakukan observasi dan wawancara membuat sebuah
rancangan ide dan gagasan dalam mengatasi permasalahan tersebut sebuah inovasi
melalui Media Pembelajaran Manga Islami sebagai media pembelajaran di SD.
Inovasi media pembelajaran melalui Manga Islami ini sebagai media
pembelajaran di sekolah dasar. Setelah melakukan inovasi dilakukannya
implementasi dalam media pembelajaran dan menentukan kelebihan dari
penggunaan media pembelajaran.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 115
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Langkah-langkah Pembuatan Media Pembelajaran MAMI
Media pembelajaran manga islami ini, dalam penyusunannya terdiri
beberapa langkah yaitu :
Gambar 2. Langkah–langkah pembuatan manga islami
Tahap ini merupakan kegiatan menyusun bagian-bagian menjadi produk
awal media manga yang dituliskan pada kertas sketsa. Kegiatan pada tahap
pengembangan produk ini diantaranya sebagai berikut.
a. Menentukan tema, sebagai contoh tema yang akan diangkat yaitu kegiatan di
sekolah. Kegiatan di Sekolah dalam hal ini adalah aktivitas sehari – hari anak.
Contoh kegiatan yaitu adab dengan bapak/ibu guru, aktivitas ibadah disekolah,
dan budaya melakukan sesuatu dengan berdoa.
b. Mengumpulkan bahan atau materi yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan
tema yang akan diambil. Materi disesuaikan dengan tingkat kelas serta
penggunaan bahasa yang mudah dipahami. Materi dapat menjawab
permasalahan yang sedang terjadi.
Menentukan Tema
Manga Islami
Mengumpulkan
bahan atau materi
Menentukan tokoh
manga dan alur
cerita Menyusun
ringkasan jalan
cerita
Pembuatan manga
islami berupa
design
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 116
c. Menentukan tokoh manga islami dan alur cerita yang disesuaikan dengan
dekat kehidupan siswa. Tokoh berasal dari kalangan siswa pada siswa yang
baik agar menjadi sosok siswa teladan.
d. Menyusun ringkasan jalan cerita manga islami sebagai panduan dalam
pembuatan manga islami. Menyusun konsep cerita yang dipadukan pada
kriteria karakter yang akan dikembangkan
e. Pembuatan manga islami awal berupa desain sederhana. Desain dibuat untuk
melihat apakah ilustrasi yang dibuat telah sesuai dengan alur cerita manga
islami dan mampu menggambarkan keadaan yang dimaksud dalam cerita
dengan jelas. Desain yang digunakan dirancang semenarik mungkin agar
siswa tidak bosan membaca.
f. Desain manga islami terdapat beberapa karakter yang dimasukan dalam cerita
tersebut terutama karakter religius. Ilustrasi karakter religius dapat digunakan
sebagai cover manga islami.
4.2 Internalisai Inovasi Media Pembelajaran Mami Untuk Terhadap
Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar
Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi
perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu
memiliki dan berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada
ketentuan dan ketetapan agama. Solusi dari berbagai permasalahan yang timbul
dari anak tersebut adalah melalui MAMI “Manga Islami”.
MAMI merupakan media pembelajaran yang memuat nilai karakter
religius di dalamnya. Manga islami merupakan salah satu bahan bacaan yang
disukai oleh siswa terutama usia sekolah dasar. Manga islami salah satu bentuk
media komunikasi visual yang mempunyai maksud dan tujuan untuk
menyampaikan informasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh pembaca.
Latar belakang menggunakan manga islami dikarenakan manga islami
mempunyai ketertarikan sendiri yaitu cerita yang memadukan gambar dengan
tokoh yang lebih halus dalam berbagai bentuk ekspresi dan tulisan yang dirangkai
dalam alur cerita yang mudah diikuti oleh pembaca. Selain itu isi cerita dalam
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 117
manga islami mengandung unsur-unsur religius. Manga Islami yang dibuat ini
tidak hanya sekedar bacaan biasa layaknya manga pada umumnya yang beredar di
toko buku. Namun manga islami ini mampu menjadikan siswa paham nilai – nilai
islami yang semula belum paham menjadi paham dan mengimplementasikan.
Pembuatan manga islami ini bertujuan untuk meminimalisir permasalahan
menurunnya karakter religius siswa pada keseharian siswa sekolah dasar di salah
satu sekolah swasta di Yogyakarta. MAMI yang berbentuk buku saku bisa dibawa
kemanapun siswa berada sebagai bahan bacaan dan pegangan ketika bermain.
Mengingat pada karakteristik anak yang bersifat imitatif. Perlunya peran guru
sebagai dukungan keberhasilan manga islami Manga islami telah dikemas
sedemikian rupa, baik dari cerita maupun desain manga islaminya. Inti sebuah
pesan dalam cerita manga islami bernuansa karakter serta terdapat nilai – nilai
islami yang sering dilakukan anak. Manga islami ini juga menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti siswa sehingga siswa akan lebih tertarik dan tidak merasa
bosan. Didukung pada sekolah tersebut siswa senang membaca dibuktikan dengan
seringnya berkunjung ke perpustakaan. Media ini dapat mengembangkan karakter
religius berawal dari siswa membaca kemudia beriringan dengan sikap
keteladanan melalui bantuan guru. . Melalui MAMI siswa akan menjadi terbiasa
membaca, sehingga dengan membaca siswa akan meniru apa yang terdapat pada
bacaan. Kelebihan dalam menggunakan Media Pembelajaran Manga islami,
antara lain :
1. Nilai edukatif pada MAMI mampu menjadikan siswa lebih paham akan nilai
– nilai islami melalui bacaan dalam manga islami tersebut.
2. Manga islami ini tidak hanya ilmu pengetahuan namun mengedepankan
nilai Akhlak.
3. Isi dalam cerita manga islami tidak hanya kesenangan belaka namun
memuat edukatif serta nilai – nilai islami anak.
4. Cerita yang didesain cukup menarik akan membuat siswa mengikuti seperti
dalam cerita.
5. Adanya bantuan gambar dan cerita di dalamnya akan lebih memudahkan
siswa dalam memahami ceritanya. Media manga islami ini mampu
menyampaikan informasi secara efektif dan efisien.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 118
6. Gambar yang disajikan dalam MAMI berbentuk kartun. Fungsi gambar
tersebut sebagai ilustrasi dari cerita yang disajikan disesuaikan dengan
materi yang dibahas. Materi tersaji melalui percakapan tokoh dalam manga
islami. Cerita tersebut tidak disajikan secara utuh namun per sub bab konsep
bagian.
7. Tokoh yang diangkat dalam cerita berasal dari kalangan siswa, dengan
maksud menjadikan siswa sosok teladan. Oleh karena itu, akan memberikan
motivasi anak dalam berperilaku yang baik.
Terwujudnya Media Pembelajaran MAMI (Manga islami) sebagai Upaya
Mengembangkan Karakter religius Siswa Sekolah Dasar di Yogyakarta untuk
menumbuhkan kesadaran akan dirinya tentang karakter religius melalui
penanaman nilai – nilai islami khususnya akhlak.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 119
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Media Pembelajaran MAMI merupakan singkatan dari manga islami yang
berisi cerita dalam kehidupan sehari-hari dengan mengandung nilai-nilai islami
sekaligus cerita dibuat sedemikian rupa dengan mengandung unsur religius
didalamnya. Manga islami lebih mendominasi nilai karakter religius karena
mengacu pada permasalahan keseharian siswa yang kurang baik. Permasalahan
menurunnya nilai – nilai islami pada anak. Kegiatan pada tahap pengembangan
produk ini diantaranya sebagai berikut.
a. Menentukan tema, sebagai contoh tema yang akan diangkat yaitu kegiatan di
sekolah. Kegiatan di Sekolah dalam hal ini adalah aktivitas sehari – hari anak.
Contoh kegiatan yaitu adab dengan bapak / ibu guru, aktivitas ibadah
disekolah, dan budaya melakukan sesuatu dengan berdoa.
b. Mengumpulkan bahan atau materi yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan
tema yang akan diambil. Materi disesuaikan dengan tingkat kelas serta
penggunaan bahasa yang mudah dipahami. Materi dapat menjawab
permasalahan yang sedang terjadi.
c. Menentukan tokoh manga islami dan alur cerita yang disesuaikan dengan
dekat kehidupan siswa. Tokoh berasal dari kalangan siswa pada siswa yang
baik agar menjadi sosok siswa teladan.
d. Menyusun ringkasan jalan cerita manga islami sebagai panduan dalam
pembuatan manga islami. Menyusun konsep cerita yang dipadukan pada
kriteria karakter yang akan dikembangkan.
e. Pembuatan manga islami awal berupa desain sederhana. Desain dibuat untuk
melihat apakah ilustrasi yang dibuat telah sesuai dengan alur cerita manga
islami dan mampu menggambarkan keadaan yang dimaksud dalam cerita
dengan jelas. Desain yang digunakan dirancang semenarik mungkin agar
siswa tidak bosan membaca.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 120
Kelebihan dalam menggunakan Media Pembelajaran Manga islami, antara
lain:
1. Nilai edukatif pada MAMI mampu menjadikan siswa lebih paham akan nilai –
nilai islami melalui bacaan dalam manga islami tersebut.
2. Manga islami ini tidak hanya ilmu pengetahuan namun mengedepankan nilai
akhlak.
3. Isi dalam cerita manga islami tidak hanya kesenangan belaka namun memuat
edukatif serta nilai – nilai islami anak.
4. Cerita yang didesain cukup menarik akan membuat siswa mengikuti seperti
dalam cerita.
5. Adanya bantuan gambar dan cerita di dalamnya akan lebih memudahkan
siswa dalam memahami ceritanya. Media manga islami ini mampu
menyampaikan informasi secara efektif dan efisien.
6. Gambar yang disajikan dalam MAMI berbentuk kartun. Fungsi gambar
tersebut sebagai ilustrasi dari cerita yang disajikan disesuaikan dengan materi
yang dibahas. Materi tersaji melalui percakapan tokoh dalam manga islami.
Cerita tersebut tidak disajikan secara utuh namun per sub bab konsep bagian
7. Berbeda dengan manga pada umumnya. Pada umumnya manga kartun dengan
karakteristik desain yang tidak mengembangkan karakter. Namun, lain halnya
dengan manga islami ini tokohnya berbusana muslim sesuai anjuran.
8. Tokoh yang diangkat dalam cerita berasal dari kalangan siswa, dengan
maksud menjadikan siswa sosok teladan. Oleh karena itu, akan memberikan
motivasi anak dalam berperilaku yang baik.
5.2 Saran
Gagasan inovatif ini diharapkan dapat menjadi inspirasi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hal ini perlu adanya dukungan penuh dari berbagai pihak terkait yaitu pihak
sekolah dan dukungan orang tua siswa dalam pengembangan media komik.
Adanya media pembelajaran komik ini berfungsi sebagaipenunjang pembelajaran
sekaligus pembentukan karakter religius pada siswa SD. Pada praktiknya guru
harus mampu menjadi sosok teladan terlebih dahulu.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 121
Kelebihan dalam menggunakan Media Pembelajaran Manga islami adalah siswa
lebih paham akan nilai – nilai islami. Tokoh yang diangkat dalam cerita berasal
dari kalangan siswa, dengan maksud menjadikan siswa sosok teladan. Isi cerita
tidak hanya kesenangan belaka namun memuat edukatif serta nilai – nilai islami
anak. Akan memberikan motivasi anak dan memperkuat daya ingat. Cerita yang
di desain cukup menarik akan membuat siswa mengikuti seperti dalam cerita.
Adanya bantuan gambar dan cerita di dalamnya akan lebih memudahkan siswa
dalam memahami ceritanya. Media manga islami ini mampu menyampaikan
informasi secara efektif dan efisien.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 122
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S. 2012. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosda Karya
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Siswa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Elearning Pendidikan. 2011. Membangun Karakter Religius Pada Siswa Sekolah
Dasar. dalam, (http://www.elearningpendidikan.com), diakses 12 Agustus
2016.
Gumelar, M. S. 2011. Comic Making. Jakarta: Pt. Indeks.
Hakim, Lukman. (2012). Internalisasi Nilai-nilai Agama Islam dalam
Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-
Muttaqin Kota Tasikmalaya(Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim
Volume 10 No.1-2012). Tasikmalaya: STH Galunggung Tasikmalaya.
Heri Gunawan. 2012. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Ilyas, Yunahar. (2012 dan 2014). Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI).
Iman, Muis Sad dan Kholifah. (2009). Tarbiyatuna. Magelang: FAI Universitas
Muhammadiyah Magelang.
Judiani, S. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Melalui
Penguatan Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan ,
3, 280-289.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Kesuma Dharma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek di
Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kurniawan, S. 2014. Pendidikan Karakter (Konsepsi Dan Implementasinya
Secara Terpau di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi Dan
Masyarakat. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Maharsi, I. 2010. Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas. Yogyakarta: Kata Buku.
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja:
Rosdakarya.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 123
Muchtar, Heri Jauhari. (2008). Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Sjarkawi. (2011). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Syaodih Sukmadimata, Nana. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Tafsir, Ahmad. 2014. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:
Rosdakarya.
Wiyani, N. A. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Yasin, A Fatah. (2008). Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang : UIN-
Malang Press.
Yusuf, S. (2011). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Zayadi, “Desain Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Kencana Pramedia Group,2001),
Hlm.73.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Putra Utama.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 124
RANCANG BANGUN ALAT MONITORING SUHU
PADA TRUK PENGANGKUT SAPI SEBAGAI SOLUSI
ANIMAL WELFARE DI INDONESIA BERBASIS MIKROKONTROLER
ARDUINO UNO
M. Bazaar Iqbal
1), Hilman Saputra
1), Djiquwatan Abrar
1 dan Ekawati Prihatini
2)
1Mahasiswa Teknik Elektro, Akuntansi Sektor Publik, dan Teknik Energi, Politeknik Negeri Sriwijaya
2Dosen Pembimbing, Politeknik Negeri Sriwijaya
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui apakah alat
monitoring suhu ini efektif untuk dijadikan sebagai solusi dari kesejahteraan
hewan ternak (animal welfare) menuju Indonesia Emas dan Mandiri 2045, untuk
mengetahui bagaimana bentuk perancangan alat monitoring suhu melalui desain
inovasi yang unik dan kreatif. dan sebagai Solusi dari kesejahteraan hewan
ternak(Animal Welfare) dalam proses pengangkutan sapi yang mengakibatkan
penyusutan bobot badan sapi akibat stress selama perjalanan. Berdasarkan hasil
penulisan dapat disimpulkan bahwa perancangan alat monitoring suhu pada truk
pengangkut sapi diharapkan mampu menjadi solusi masalah animal welfare di
Indonesia demi kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,
alat monitoring suhu menggunakan sensor suhu LM35 sebagai sensor utama yang
akan mendeteksi suhu yang ada pada truk pengangkut sapi, output dari penelitian
alat monitoring suhu adalah atap truk akan otomatis membuka dan menutup
berdasarkan suhu di dalam truk. Langkah strategis yang dapat dilakukan berupa
observasi dan studi literatur serta perumusan masalah guna menjadikan alat
monitoring suhu pada truk pengangkut sapi ini menjadi lebih efektif dan efisien.
Kata Kunci: Monitoring suhu, Animal Welfare , Sensor LM35, Indonesia emas
dan mandiri 2045
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 125
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman hewani
terbesar di dunia. Keragamanan ini terlihat pada sektor peternakan masyarakat
Indonesia. Sektor-sektor peternakan di Indonesia ini meliputi ternak unggas,
ruminansia besar, ruminansia kecil, dan juga aneka ternak. Potensi ternak yang
ada dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ternak adalah hewan
piaraan yang dalam kehidupan baik mengenai tempat perkembang biakan serta
manfaanya diatur dan di awasi manusia serta di pelihara khusus sebagai bahan-
bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan manusia (Reksohadiprodjo, 1995).
Keragaman ini terlihat juga dari sektor bisnis ternak yang cukup besar
yang ada di Indonesia, terkhusus di bidang ternak sapi. Tingkat konsumsi daging
sapi yang terus meningkat menjadikan bisnis ternak sapi menjadi salah satu
potensi usaha yang cukup menjanjikan dan dapat meningkatkan ekonomi bagi
masyarakat. Namun terkadang ada beberapa hal yang sering diabaikan peternak-
peternak sapi dalam melakukan bisnisnya. Salah satu diantaranya adalah
kesejahteraan ternak atau yang lebih dikenal Animal welfare.
Animal welfare (kesejahteraan hewan) adalah suatu keadaan fisik dan
psikologi hewan sebagai usaha untuk mengatasi lingkungannya. Dengan kata lain
Animal welfare yang dimaksudkan adalah bagaimana hewan ternak tersebut juga
memerlukan perhatian yang lebih pada saat terjadi perubahan di lingkungan
secara fisik dan psikologi. Dalam konteks Indonesia, animal welfare dapat
dikategorikan sebagai perspektif yang baru dan belum dipahami secara luas.
Konsep ini agak sulit untuk diterjemahkan karena kesejahteraan mempunyai
makna yang beragam untuk setiap orang di Indonesia. Namun yang terpenting
disini adalah kepedulian terhadap hewan ternak adalah salah satu maksud dari
adanya Animal welfare di Indonesia.
Salah satu kasus nyata yang terjadi di Indonesia terkait Animal welfare
adalah proses pengangkutan sapi menggunakan truk dari satu tempat ke tempat
lain. Terkadang peternak tidak terlalu memperhatikan dan hanya beranggapan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 126
bahwa sapi yang diangkut harus sampai ketujuan tanpa memperhatikan perubahan
lingkungan yang terjadi pada saat pengangkutan sapi. Pada saat pengangkutan
sapi memungkinkan terjadinya perubahan suhu yang cukup signifikan. Perubahan
inilah yang terkadang membuat sapi yang diangkut tidak siap terhadap perubahan
yang terjadi. Oleh karenanya hal tersebut dapat membuat sapi merasa stres dan
mengalami penyusutan berat beban. Hal ini tidak hanya menunjukkan kurangnya
kepedulian terhadap kesejahteraan ternak yang mengakibatkan ternak menjadi
stres akan tetapi juga dapat membuat peternak mengalami kerugian atas penjualan
dikarenakan penyusutan berat badan sapi.
Menanggapi permasalahan yang terjadi diatas , penulis melalui tulisan ini
ingin memberikan solusi dalam bentuk “Rancang Bangun Alat Monitoring Suhu
Pada Truk Pengangkut Sapi Sebagai Solusi Animal welfare di Indonesia Berbasis
Mikrokontroler Arduino Uno “ yang dapat digunakan untuk me-monitoring
perubahan suhu yang terjadi pada saat pengangkutan sapi dengan sistem kerja
otomatisasi atap truk yang akan menutup secara otomatis apabila terjadi
perubahan suhu yang tidak sesuai. Serta keran air otomatis yang akan mengisi
apabila air didalam tangki minum habis. Diharapkan nantinya melalui tuisan ini,
Animal welfare di Indonesia tidak menjadi masalah dan dapat membantu dalam
membangun Indonesia yang Mandiri dan Emas 2045.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari karya tulis tentang rancang bangun alat
monitoring suhu pada truk pengangkut sapi sebagai solusi animal welfare di
Indonesia berbasis mikrokontroler Arduino Uno ini adalah bagaimana prinsip
kerja serta perancangan dari alat tersebut.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah alat monitoring suhu ini efektif untuk dijadikan
sebagai solusi dari kesejahteraan hewan ternak (animal welfare) menuju
Indonesia Emas dan Mandiri 2045.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 127
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perancangan alat monitoring suhu
melalui desain inovasi yang unik dan kreatif.
3. Sebagai Solusi dari kesejahteraan hewan ternak (Animal welfare) dalam
proses pengangkutan sapi yang mengakibatkan penyusutan bobot badan sapi
akibat stres selama perjalanan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Menjadi solusi masalah animal welfare di Indonesia
2. Mengatasi masalah transportasi sapi di Indonesia
3. Menambah ilmu dan pengetahuan masyarakat melalui teknologi yang
diterapkan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 128
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Animal Welfare
Animal welfare (Kesejahteraan satwa) mengukur baik kesenangan maupun
kesehatan binatang. Ada beberapa ukuran berbeda untuk mengevaluasi kualitas
hidupnya. Pertama, ada yang menganalisa perasaan binatang saja. Kedua, ada
yang memeriksa jika binatang sehat dan jika binatang mempunyai perilaku
menyimpang atau tidak. Ketiga, ada yang mengevaluasi jika binatang dibiarkan
hidup di lingkungan aslinya agar dapat hidup sealami mungkin, jadi perilaku
alamiah sebanyak mungkin dapat ditunjukkan.
Animal welfare adalah ekspresi yang berkenaan dengan moril. Semua
manusia bertanggungjawab terhadap masing-masing binatang yang dipelihara
atau bebas di alam. Dalam teori kesejahteraan binatang ada ajaran tentang
kepedulian dan perlakuan manusia terhadap masing-masing hewan dan bagaimana
masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup hewan itu. Setiap jenis satwa liar
dan hewan harus dibiarkan hidup bebas di alam atau hidup yang berkualitas di
lingkungan yang disesuaikan dengan pola perilaku, kebutuhan serta karakteristik
habitat alamnya di kandang. Lagi pula, manusialah yang bertanggungjawab untuk
mewujudkannya (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Kesejahteraan satwa di lingkungan kebun binatang, (Dikutip Dari:
Standard Of Modern Zoo Practice, 2000) meliputi :
1. Penyediaan makanan dan air
a. Program pengayaan makanan.
b. Makanan yang diberikan oleh pengunjung tidak diizinkan karena makanan
untuk satwa harus secara selektif dan disetujui oleh pihak manajemen
pengelola.
c. Penyediaan air yang bersih setiap waktu.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 129
2. Penyediaan lingkungan yang sesuai
a. Kandang harus dilengkapi dengan kebutuhan spesies yang bersangkutan
seperti bahan tempat tidur, bertengger, vegetasi, kotak bersarang dan kolam
sehingga menyerupai habitat aslinya.
b. Pembuatan lantai kandang dengan bahan material yang keras.
3. Penyediaan kesehatan hewan
a. Pemeriksaan kesehatan semua hewan di kebun binatang dilakukan sekali
seminggu sekaligus pemberian multivitamin dan antiseptik.
b. Pengendalian penyakit seperti pembersihan kandang dan drainase saluran
air.
c. Setiap satwa yang mengalami stres, sakit atau terluka langsung dilakukan
pengobatan.
4. Penyediaan peluang mengekspresikan perilaku paling normal
a. Penempatan spesies yang sejenis dalam satu kandang agar satwa tersebut
dapat berinteraksi.
b. Gerakan yang alami dari satwa.
5. Penyediaan perlindungan dari ketakutan dan stress
a. Pembuatan pagar pembatas agar pengunjung tidak dapat berinteraksi
secara langsung dengan kandang satwa.
b. Pembuatan gerbang ganda untuk mengantisipasi kaburnya satwa dari
kandang.
c. Koleksi yang baru tiba harus di karantina dan pemeriksaan kesehatan
sebelum ditempatkan dalam kandang koleksi.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 130
2.2 Mikrokontroler Arduino uno
Gambar 2.1. Arduino uno r3
Arduino Uno R3 adalah keluaran pabrik "Arduino Uno", sudah
menggunakan mikrokontroller ATmega328. Arduino Uno R3 mempunyai 14
digital pin input / output (6 dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input
analog, resonator keramik 16 MHz, koneksi USB, jack listrik, header ICSP, dan
tombol reset di papan.
Gambar 2.2. Konfigurasi pin-pin pada arduino uno r3
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 131
2.2.1 Spesifikasi Arduino Uno R3
Tabel 2.1 Spesifikasi arduino uno
R3 Mikrokontroler Atmega328
Tegangan jalan 5V
Tegangan masukan 7-12 V
Batas tegangan 6-20 V
Digital I/O pin 14 ( 0f which 6 provide PWM output )
Analog input pins 6
Dc current per I/O pin 40 mA
Dc Current for 3.3 V pin 50 mA
Flash memory 32 KB ( Atmega328) of whivh 0.5 Kb used by
bootloader
SRAM 2 KB ( Atmega328 )
EEPROM 1 KB ( Atmega328 )
Clock Speed 16 MHz
Panjang 68.6 mm
Lebar 53.4 mm
Berat 25 g
2.2.2 Power Arduino UNO R3
Arduino Uno R3 dapat dioperasikan menggunakan 3 cara. pertama dengan
menggunakan koneksi USB dengan komputer, Adaptor AC-DC, dan
menggunakan batu baterai. Pin listrik pada board Arduino Uno R3 :
a. Pin VIN atau Voltage In yaitu pin untuk tegangan masukan papan.
b. Pin 5V atau pin 5 Volts adalah pin keluaran dari papan arduino yang nantinya
digunakan untuk menyuplai perangkat serial yang bekerja dengan arduino.
c. Pin 3.3 V adalah pin yang memasok 3,3 volt yang dihasilkan oleh regulator on-
board. Menarik arus maksimum adalah 50 mA.
d. Pin GND yaitu Pin Ground
e. Pin IOREF
Tegangan yang disarankan Untuk pengoperasian Arduino Uno R3 adalah
7 -12 V. Tegangan dibawah atau diatasnya akan merusak papan Arduino. Memori
Arduino Uno R3, Pada ATmega328 Memori Flash yaitu 32Kb yang pada 0,5 Kb
digunakan untuk bootloader. Sedangakan SRAM 2Kb dan EEPROM 1Kb.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 132
2.2.3 Pin Arduino UNO R3
Arduino Uno R3 memiliki total 14 Pin input dan output dengan
menggunakan script pinMode(), didtalWrite() dan digitalWrite(). Setiap pin
beroperasi pada tegangan 5 Volt dan maksimal dapat menerima 40 mA. Selain 14
Pin I/O Arduino Uno R3 juga mempunyai pin khusus diantaranya:
1. Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) dan
mengirimkan (TX) TTL data serial. Pin ini terhubung ke pin yang sesuai dari
ATmega8U2 USB-to-TTL Serial Chip.
2. Eksternal Interrupts: 2 dan 3. Pin ini dapat dikonfigurasi untuk memicu
interupsi pada nilai rendah, naik atau perubahan nilai dengan menggunakan
script attachInterrupt ().
3. PWM: 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Memberikan 8-bit PWM output dengan script
analogWrite ()
4. SPI: 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin ini mendukung
komunikasi SPI menggunakan Library SPI.
5. LED: 13. Pada Arduino Uno R3 dirancang ditambahkan LED yang terhubung
ke pin digital 13. Ketika pin berstatus high maka LED akan menyala begitu
sebaliknya.
6. 6 input analog, berlabel A0 hingga A5, yang masing-masing menyediakan 10
bit resolusi.
7. TWI: pin A4 atau SDA dan A5 atau pin SCL. Dukungan komunikasi TWI
menggunakan library Wire.
Ada beberapa pin lainnya di papan:
1. AREF. Tegangan referensi untuk input analog. Digunakan dengan
analogReference ().
2. Reset. pin yang dimana jika statusnya low maka akan mereset papan. keadaan
ini digunakan biasanya karena tombol reset terhalangi oleh Arduino Shield
diatasnya
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 133
2.3 Sensor Suhu LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi
untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan.
Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen
elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35
memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang
rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang
diberikan ke sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu
daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60
μA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-
heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah
yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 30 ºC .
2.3.1. Struktur Sensor LM35
Gambar 2.3 Sensor suhu lm35
Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak
bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1
berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan
sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai
dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 134
antar 4 volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap
derajat celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
Vlm35 = Suhu * 10mV
Gambar 2.4 Skematik rangkaian dasa lm35
Gambar diatas kanan adalah gambar skematik rangkaian dasar sensor suhu
LM35-DZ. Rangkaian ini sangat sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan
keluaran sensor yang terskala linier terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1
derajat celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53 derajat
Celcius. Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian
pengondisi sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter, atau
rangkaian lain seperti rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-
Digital Converter.
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk
aplikasi yang tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi -
tidak untuk aplikasi yang sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah
dilakukan, tegangan keluaran sensor belum lah stabil. Pada kondisi suhu yang
relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya naikkan atau turunkan),
maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya benar, tapi
untuk instrumentasi hal ini tidak lah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur
seyogianya dapat dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 135
ubah untuk kondisi yang relatif tidak ada perubahan, maka alat ukur yang
demikian ini tidak dapat digunakan.
2.3.2 Menghitung nilai suhu dengan Arduino
Untuk menghitung nilai suhu yang ada pada suatu ruangan dengan arduino
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
T = Nilai ADC * 0.488
Dimana :
- T adalah nilai suhu / temperatur (0C).
- Nilai ADC adalah nilai adc pada sensor LM35.
- 0.488 = nilai ketelitian suhu LM35.
Nilai 0.488 didapat dari perhitungan sebagai berikut:
5 1000
1024 0.488
Ket:
- 5 = nilai vin
- 100 = nilai maksimal suhu 0C
- 1024 = nilai adc 10 bit
2.4. Motor DC
Motor DC adalah jenis motor listrik yang bekerja menggunakan sumber
tegangan DC. Motor DC atau motor arus searah sebagaimana namanya,
menggunakan arus langsung dan tidak langsung/direct-unidirectional. Motor DC
digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang
tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 136
Gambar 2.5 Motor dc
2.4.1. Komponen Utama Motor DC
Gambar diatas memperlihatkan sebuah motor DC yang memiliki tiga
komponen utama :
a. Kutub medan magnet
Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan
menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang
stasioner dan kumparan motor DC yang menggerakan bearing pada ruang
diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub
utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan
diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau
lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima
listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan.
b. Kumparan motor DC
Bila arus masuk menuju kumparan motor DC, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet. kumparan motor DC yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as
penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil,
kumparan motor DC berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-
kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi,
arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan kumparan motor
DC.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 137
c. Commutator Motor DC
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah
untuk membalikan arah arus listrik dalam kumparan motor DC. Commutator juga
membantu dalam transmisi arus antara kumparan motor DC dan sumber daya.
2.4.2 Spesifikasi Motor DC
Tabel 2.2 Spesifikasi motor dc
Spesifikasi Nilai
Nominal Voltage 9
Voltage Range 4.5 – 18
Current Max 0.37
Speed Max 63220
Torque Max 32.5
Eficiency 63.7
Terminal type 0.08
Shaft diameter 0.08
Shaft Lenght 0.344
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 138
BAB III
METODE PERANCANGAN ALAT
Alat ini dalam pengerjaannya menggunakan metode rancang bangun,
langkah-langkah dari metode rancang bangun antara lain yaitu, menganalisis
kebutuhan sistem, perancangan, pembuatan dan pengujian. Data hasil pengujian
diperoleh dengan cara pengujian menyangkut rancang bangun dan untuk kerja
alat.
3.1. Identifikasi Kebutuhan
Perancangan alat ini perlu adanya identifikasi kebutuhan terhadap alat
yang akan dibuat, antara lain :
1. Perlunya Mikrokontroler sebagai sistem pengendali.
2. Perlunya rangkaian untuk menyuplai daya.
3. Perlunya sensor sebagai pendeteksi/pembaca data yang digunakan didalam
alat ini.
4. Perlunya rangkaian driver motor untuk menggerakkan motor dc.
3.2. Analisis kebutuhan
Pengembangan rancangan perlu memperhatikan beberapa kebutuhan yang
diperlukan oleh pengguna, untuk mencapai tujuan yang diinginkan, salah satunya
adalah kebutuhan komponen penyusunnya, yaitu :
1. Mikrokontroler Arduino Uno sebagai komponen kendali yang dapat
mengendalikan sistem secara keseluruhan.
2. Power supply/battery untk mendukung kerja sistem tersebut.
3. Sensor Suhu LM35 sebagai sensor pembaca data suhu lingkungan.
4. Driver motor sebagai pengendali gerakan motor DC pada alat.
3.3. Perancangan Hardware
Perancangan pembuatan Alat Monitoring suhu berbasis Arduino UNO R3
menggunakan piranti seminimal mungkin agar spesifikasi dan ukuran sistem
dapat diterapkan pada objek sesungguhnya. Sistem yang dirakit terdiri dari sebuah
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 139
sensor LM35, Driver motor dan sistem kendali.
Display akan menampilkan nilai data sensor yang terbaca dan
menunjukkan kondisi suhu yang sedang terjadi pada alat tersebut. Sistem kendali
menggunakan mikrokontroler Arduino UNO R3.
3.3.1. Mikrokontroler Arduino UNO R3
Sistem kendali utama adalah mikrokontroler Arduino Uno. Arduino uno
R3 merupakan keluaran pabrik “Arduino Uno” yang sudah menggunakan
mikrokontroler.
Gambar 3.1 Skema arduino uno
3.3.2. Antarmuka dengan sensor LM35
Sensor LM35 digunakan untuk mendeteksi/membaca nilai suhu ruangan
yang terjadi. Data sensor yang terbaca akan ditampilkan di LCD untuk
menunjukkan nilai suhu yang sedang terjadi.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 140
Gambar 3.2. Skema sensor lm35
3.3.3. Skema rangkaian
Pada alat ini menggunakan arduino uno sebagai otak dari sistem ini yang
dihubungkan ke beberapa komponen seperti power supply regulator, ic driver
L293D, sensor suhu LM35 dan motor dc 5 volt.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 141
3.3.4 Rancangan Mekanik
Gambar 3.4 Rancangan mekanik alat
Keterangan :
1 = Motor Dc penggerak atap truk
2 = Posisi sensor suhu LM35
3 = Pintu masuk Sapi terpisah oleh sekat
3.4. Perancangan Software
Software yang digunakan pada proyek karya tulis ini adalah arduino IDE.
List program dapat dilihat pada lampiran.
3.5 Blok Diagram
Sistem kendali yang baik adalah suatu sistem yang dapat melakukan suatu
proses koreksi sendiri serta dapat memperbaiki error pada system itu sendiri. Pada
perancangan sistem kendali ini, digunakan mikrokontroler Arduino Uno revisi 3
yang berfungsi sebagai otak dari sistem ini. untuk output-nya berupa motor DC 5
volt yang terhubung dengan driver motor ic L293D, sedangkan untuk input-nya
menggunakan sensor LM35. Secara garis besar cara kerja alat monitoring suhu
dapat dilihat pada blok diagram dibawah ini:
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 142
Gambar. 3.5 Diagram blok sistem
3.6. Flowchart
Gambar 3.6 Flow chart system
Sensor
LM53
Arduino
Uno
ADC /
Nilai suhu Motor DC
Mulai
Inisialisasi
Sensor suhu
LM35 dan
Motor DC
Proses data suhu
Tampilkan data
Motor DC On / Off
Finish
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 143
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. HASIL PERCOBAAN
4.1.1. Skematik rangkaian alat monitoring suhu
Gambar 4.1. Skematik rangkaian monitoring suhu
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 144
Gambar 4.2. Tampilan saat running pada visual basic 6.0
4.1.2 Data Hasil Percobaan Antara Data ADC , Nilai PWM dan Nilai suhu
Tabel 4.1. Hasil percobaan nilai suhu, nilai adc dan status.
No Nilai suhu (0C) Nilai ADC Status Atap
1. 20.02 41.00 Buka
2. 30.32 61.47 Tutup
3. 35.32 71.72 Tutup
4. 22.46 46.00 Buka
4.2. DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel 4.2. Hasil percobaan data adc dan vin
No Nilai suhu (˚C) Nilai ADC Status Atap
1. 20.02 41.00 Buka
2. 30.32 61.47 Tutup
3. 35.32 71.71 Tutup
4. 22.46 46.00 Buka
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 145
Perhitungan nilai suhu terhadap data ADC yaitu:
T = Nilai ADC * 0.488
Dimana :
- T adalah nilai suhu / temperatur (0C).
- Nilai ADC adalah nilai adc pada sensor LM35.
- 0.488 = nilai ketelitian suhu LM35.
Nilai 0.488 didapat dari perhitungan sebagai berikut:
5 1000
1024 0.488
Ket:
- 5 = nilai vin
- 100 = nilai maksimal suhu 0C
- 1024 = nilai adc 10 bit
1. T = Nilai ADC * 0.488 2. T = Nilai ADC * 0.488
Nilai ADC = 20.02 / 0.488 Nilai ADC = 30.28 / 0.488
Nilai ADC = 41.00 Nilai ADC = 61.00
Status = Buka Status = Tutup
3. T = Nilai ADC * 0.488 4. T = Nilai ADC * 0.488
Nilai ADC = 35.28 / 0.488 Nilai ADC = 22.46 / 0.488
Nilai ADC = 71.71 Nilai ADC = 46.00
Status = Tutup Status = Buka
Berdasarkan perhitungan secara matematis terhadap data yang tertera pada
tabel 7.1. Bahwa dari perhitungan matematis untuk mengukur nilai suhu dan nilai
ADC, data yang dihasilkan tidak sepenuhnya sama. Berbeda selisih ± 0,01 akan
tetapi data tersebut masih dalam nilai toleransi.
4.3 Analisa
Berdasarkan data diperoleh bahwa nilai adc pada rangkaian memengaruhi
nilai suhu yang terbaca oleh sensor. Nilai suhu yang rendah atau dibawah 30oC
menunjukkan bahwa atap otomatis terbuka sedangkan nilai suhu yang tinggi atau
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 146
diatas 30oC menunjukkan bahwa atap akan otomatis tertutup. Motor dc yang
digunakan akan menggerakkan atap secara otomatis sesuai dengan kode program
yang digunakan. Dengan demikian alat monitoring suhu dapat digunakan untuk
mengontrol atau mengendalikan atap truk pengangkut sapi secara otomatis.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 147
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dari alat monitoring suhu dapat disimpulkan
bahwa :
1. Perancangan alat monitoring suhu pada truk pengangkut sapi diharapkan
mampu menjadi solusi masalah animal welfare di Indonesia demi kemajuan
teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik
2. Alat monitoring suhu menggunakan sensor suhu LM35 sebagai sensor utama
yang akan mendeteksi suhu pada truk pengangkut sapi.
3. Output dari proyek penelitian alat monitoring suhu ini adalah atap truk akan
otomatis membuka dan menutup berdasarkan suhu didalam truk.
5.2 Saran
Dibutuhkan pengembangan yang lebih baik lagi untuk alat monitoring
suhu sehingga dapat menjadi sebuah piranti yang kompleks dan dapat berguna
bagi nusa, bangsa dan negara.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 148
DAFTAR PUSTAKA
Reksohadiprodjo, (1995). Potensi Peternakan Indonesia Dalam pemenuhan
Kebutuhan Nasional. Buku Bangsa. Jakarta.
Santoso, Hari. 2015. Panduan Praktis Arduino untuk Pemula. Elang sakti. Ebook
Gratis
Suhata. 2004. Visual Basic Sebagai Kendali Peralatan Elektronika. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Setiadi, Ardi. 2010. Praktik Sensor. Suara Teknik. Bandung
Yanuar, Ari. 2013. Mengenal Motor elektronik. Trijaya. semarang
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 149
IMPLEMENTASI TIM WIRAUSAHA BERKELANJUTAN
SEBAGAI SOLUSI UNTUK MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN
DI INDONESIA
Miftahol Hudhah
1), Siti Rohmatun Ni`mah
1), Nimas Ayu Mashuri
1 dan Riris Diana Rachmayanti
2)
1Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, FKM, Universitas Airlangga
2Dosen Pembimbing, Universitas Airlangga
Abstrak
Kondisi ekonomi Indonesia diera sekarang ini mengalami krisis ekonomi,
mengakibatkan rendahnya kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia sangat
memerihatinkan. Dilihat dari hasil data angkatan kerja, orang yang bekerja, serta
pengangguran yang berada di Indonesia yang terhitung sejak tahun 1986–2013 per
bulan Agustus. Indonesia masih cukup tinggi jumlah penganggurannya walaupun
sempat mengalami penurunan. Menurut data Sukernas BPS tahun 2013, jumlah
penganguran berturut-turut 7.70 juta orang di tahun 2011, 7.24 juta orang di tahun
2012, dan 7.39 juta orang di tahun 2013. Selain itu selaras dengan keadaan
masyarakat ekonomi asia (MEA) mengakibatkan banyak produk asing yang juga ikut
bersaing dalam memeriahkan produksi pasar di negara Indonesia ini. Maka dari itu
perlu adanya inovasi dari masyarakat Indonesia itu sendiri dengan membentuk
komunitas yang disebut dengan “Tim Wirausaha” yang terdiri dari kalangan remaja,
istri maupun suami, yang terutama berstatus sebagai pengangguran. Manfaat yang
dapat di peroleh melalui program ini adalah menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat dan menumbuhkan jiwa berwirausaha untuk mendapatkan penghasilan
atau income keluarga, serta menguragi permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait
meledaknya jumlah penduduk dan minimnya penghasilan, sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Metode yang yang digunakan dalam
program ini adalah studi literatur atau kajian pustaka, dari studi literatur dapat di
ketahui bahwa Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan
usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru
atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang
menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan
(Nasrullah Yusuf, 2006). Metode implementasi “Tim Wirausaha” yaitu menggunakan
Tahap-tahap dalam proses pengembangan team building menurut Tuckman (1965)
yaitu Forming, Storming, Norming, Performing, dan Adjourning. Tim Wirausaha ini
diawali dengan pembentukan anggota yang berpusat dengan beranggotakan +12
orang yang memilliki skill dalam berwirausaha, dari anggota-anggota yang berada di
pusat tersebut akan diberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan dengan beberapa
modal dalam menjalankan usahanya. Wirausaha yang dilatih di pusat ini diawali
dengan usaha kecil seperti keripik singkong, kerupuk udang, dan lain sebagainya.
Sasarannya adalah masyarakat menengah kebawah. Kemudian dari anggota-anggota
pusat yang siap dalam menjalankan usaha, nantinya akan disebar di beberapa daerah
di Indonesia untuk membentuk suatu tim baru sebagai penerapan dari pelatihan di
pusat.
Kata Kunci : Tim wirausha, Implementasi, Pengangguran, Wirausaha, Team
building.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 150
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi ekonomi di era sekarang sedang dalam keadaan krisis ekonomi,
krisis ekonomi yang sedang terjadi pada saat ini sangat berpengaruh pada segi
kehidupan ekonomi masyarakat, sehingga masyarakat sangat kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini mengakibatkan rendahnya kehidupan
ekonomi masyarakat dan hal tersebut sangat memerihatinkan. Selain itu dimana
produksi perusahaan besar pun ikut menurun, banyak pula perusahaan yang
berhenti berproduksi karena saingan antar usaha yang berada di Indonesia ini
meninggi. Perusahaan tersebut juga tidak bisa lagi memroduksi dalam jumlah
besar sehingga banyak perusahaan yang mengalami gulung tikar / kebangkrutan.
Kejadian ini dapat mengakibatkan penghentian karyawan yang lazim atau PHK
(pemutusan hubungan kerja) sehingga menambah angka pengangguran di
Indonesia.
Berikut ini merupakan tabel jumlah angkatan kerja, orang yang bekerja,
serta pengangguran yang berada di Indonesia yang terhitung sejak tahun 1986 –
2013 per bulan Agustus.
Tabel 1. Jumlah angkatan kerja, penduduk bekerja, dan pengangguran dari 1986–
2013
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 151
Sumber: Sakernas, BPS
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 152
Dari data diatas menjelaskan bahwa pengangguran di Indonesia masih
cukup tinggi walaupun sempat mengalami penurunan. Dengan demikian untuk
mengatasi sisa jumlah pengangguran yang terhitung per Agustus 2013 sebanyak
7,39 juta orang yang tercantum pada Sakernas, BPS. Maka untuk itu perlu adanya
inovasi dari masyarakat Indonesia itu sendiri.
Mengingat pentingnya perubahan ekonomi masyarakat di jaman sekarang
ini, maka masyarakat di tuntut agar lebih semangat dan berusaha lagi untuk
mencapai suatu pekerjaan dan mengalami perubahan yang lebih baik demi
memenuhi kehidupan sendiri, keluarga, maupun untuk membantu orang lain yang
mengalami kesusahan. Bukan hanya faktor tersebut saja melainkan juga
masyarakat sekarang ini harus lebih kreatif lagi dalam mencari pekerjaan.
Daya saing yang meninggi karena himpitan keuangan memaksa kita untuk
bersaing dalam memenuhi tuntutan hidup. Hal ini selaras dengan keadaan
masyarakat ekonomi asia (MEA) yang mana banyak produk asing yang juga ikut
bersaing dalam memeriahkan produksi pasar di Negara Indonesia ini. Maka dari
itu perlu adanya inovasi yang menjadikan kita tetap mampu bersaing dalam
memperoleh penghasilan melalui bidang usaha.
Masyarakat ekonomi asia sudah berjalan sejak awal tahun 2015, maka
perlu adanya preventif kita untuk mampu bersaing dalam segi perekonomian.
Sehingga perlu adanya alternatif solusi bagi masyarakat untuk dapat bertahan
dalam himpitan perekonomian di era ini. Alternatif tersebut adalah dibangunnya
“Tim wirausaha” di kalangan istri dan para suami yang belum mendapatkan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 153
pekerjaan. Komunitas ini perlu diadakan disetiap daerah, tetapi untuk memulai
mimpi ini perlu waktu yang cukup lama.
Banyaknya masyarakat di Indonesia yang beragam dan memiliki
kompetensi lebih dalam pemikiran untuk maju dalam segi berwirausaha, maka
dengan diadakannya komunitas wirausaha di setiap daerah memungkinkan
masyarakat mampu bersaing dalam menghadapi era ini. Tim ini menjadikan suatu
pemasukan atau benefit yang sangat dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Tim ini di
bangun dalam mewujudkan wirausaha untuk menghasilkan produk-produk
Indonesia yang berkualitas.
Dalam mengawali tim ini, dapat di kembangkan dengan membuat tim
wirausaha yang berada di daerah yang cukup menjanjikan seperti kota-kota besar
di Jakarta, Surabaya, Bali dan lainsebagainya. Tim ini ditujukan kepada
masyarakat pendatang yang sedang mencari peruntungan ekonomi di kota besar.
Wirausaha yang di gerakan ini merupakan jenis usaha kecil seperti produk
makanan ringan seperti keripik singkong, kerupuk udang, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini sasaran konsumen adalah masyarakat menengah kebawah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana solusi masyarakat menghadapi himpitan ekonomi seperti
sekarang?
2. Bagaimana membangun wawasan dan karakter berwirausaha di masyarakat ?
3. Bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan dalam persaingan memperoleh
penghasilan di masyarakat ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Membentuk tim wirausaha dalam masyarakat sebagai solusi untuk
mendapatkan penghasilan atau benefit.
2. Membentuk jiwa wirausaha pada masyarakat dan memberikan motivasi untuk
lebih maju dalam berwirausaha.
3. Membantu masyarakat untuk memperoleh pendapatan keluarga dan
mengurangi pengangguran di Indonesia.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 154
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat di peroleh melalui program ini adalah menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan menumbuhkan jiwa berwirausaha untuk
mendapatkan penghasilan atau income keluarga, serta mengurangi permasalahan
yang dihadapi Indonesia terkait meledaknya jumlah penduduk dan minimnya
penghasilan, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 155
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tim (Team)
2.1.1 Definisi Tim
Sebuah tim (team) adalah sebuah unit yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang berinteraksi dan mengoordinasikan pekerjaan mereka untuk
menyelesaikan sebuah tugas yang spesifik (Daft, 2003:171). Tim adalah sejumlah
kecil orang dengan keterampilan yang saling melengkapi, yang berkomitmen
untuk tujuan dan pendekatan yang sama, dimana mereka saling bertanggung
jawab (Katzenbach dan Smith, 1993).
Tim adalah kelompok kerja yang terbentuk dari individu-individu yang
melihat diri mereka dan dilihat oleh orang lain sebagai satu kesatuan sosial, yang
saling ketergantungan karena tugas yang mereka kerjakan sebagai anggota
kelompok terikat dalam satu atau lebih organisasi, dimana tugas yang dikerjakan
mempengaruhi orang lain. (Guzzo & Dickson, 1996).
Sedangkan menurut McShane & Von Glinov (2008), tim adalah kelompok
dari dua atau lebih orang yang berinteraksi dan saling mempengaruhi, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan objektif organisasi, dan merasakan diri
mereka sebagai satu kesatuan sosial dalam organisasi.
2.1.2 Proses pengembangan Team Building
Team building adalah sebuah proses pembelajaran dengan pendekatan
experiental yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi internal kelompok seperti
kerjasama, komunikasi yang lebih baik, serta mengurangi konflik disfungsional
antar sesama anggota organisasi (Kreitner & Kinicki, 2008).
Dessler (2005) dalam bukunya mengatakan bahwa team building
merupakan pengembangan organisasi yang fokusnya adalah pada human process.
Intervensi pengembangan organisasi semacam ini secara umum bertujuan untuk
meningkatkan skill dalam hubungan sesama individu. Tujuan utama dari team
building adalah untuk meningkatkan kekompakkan dan kerja sama yang seimbang
antar anggota organisasi (Yukl, 2006).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 156
Berikut adalah tahap-tahap dalam proses pengembangan team building
menurut Tuckman (1965):
1. Forming
Merupakan proses awal pembentukan kelompok kerja. Memiliki
karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan
kelompok tersebut. Masing-masing individu tidak memiliki pengetahuan yang
jelas mengapa harus bekerja secara berkelompok. Banyaknya pertanyaan yang
muncul di setiap anggota tersebut menyebabkan mereka berada dalam kondisi
yang tidak pasti. Pada tahap ini, setiap individu mencoba untuk mencari tahu
konsep yang ada dalam tim. Pada tahap ini juga dibentuk perasaan dan perilaku
seperti kegembiraan, antisipasi dan optimisme dalam tim, menentukan perilaku
kelompok yang dapat diterima, mendefinisikan tugas, menetapkan harapan tingkat
dasar, identifikasi kesamaan, dan menyepakati tujuan umum. Tahap ini selesai
ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim.
Pada tahap forming ini ada hal penting yang dilakukan misalnya:
a. Goal Setting (menentukan tujuan)
Salah satu hal yang dilakukan saat tahap forming ialah menentukan tujuan.
Penentuan tujuan ini penting karena apabila tujuan tim telah diklarifikasi
berdasarkan persetujuan bersama,maka tujuan tersebut bisa menambah komitmen
dari masing-masing individu dalam tim.
b. Role Definition (mendefinisikan peran)
Pendekatan dari program tipe ini adalah fokus pada klarifikasi peran
masing-masing individu dalam sebuah tim, norma dalam tim, dan pembagian
tanggung jawab masing-masing individu dalam sebuah tim. Nilai dari program ini
adalah setiap anggota tim dapat melihat bagaimana pandangan tentang mereka
dari luar tim, sehingga dapat meningkatkan peran mereka dalam tim. (Levi,2001).
2. Storming
Tahap ini merupakan proses dimana masing-masing orang didalam
kelompok berusaha untuk saling menyesuaikan diri dengan cara menyatukan
nilai-nilai yang dianutnya. Pada tahap ini, setiap anggota tim telah menunjukkan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 157
gaya aslinya dan ide yang berbeda bersaing untuk dipertimbangkan. Tim ini
membahas isu seperti masalah apa yang akan diselesaikan dan model
kepemimpinan apa yang mereka gunakan. Perilaku yang menjadi ciri pada tahap
ini adalah bagaimana anggota tim mengekspresikan perbedaan ide, perasaan, dan
opini serta reaksi yang dilakukan terhadap kepemimpinan.
3. Norming
Merupakan proses ketika konflik mereda dan masing-masing anggota
sudah mulai menyatukan visi dan misi diantara mereka. Mereka lebih
mementingkan pencapaian tujuan kelompok dari pada kelompok pribadinya.
Tuckman mendeskripsikannya sebagai tahap kohesif dimana anggota sudah dapat
menerima keunikan dan perbedaan dalam kelompok. Anggota kelompok merasa
bagian dari kelompok dan menerima norma-norma dalam kelompok. Walaupun
setiap anggota memiliki interpretasi dan persepsi yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, tetapi penekanannya adalah pada harmoni. Anggota
mengesampingkan konflik yang ada dan lebih mengembangkan norma-norma
dalam kelompok. Dalam tahap ini mulai terbentuk struktur, peran, dan rasa
kebersamaan. Karakteristik tahap ini adalah persetujuan dalam peranan, pencarian
mufakat, dan peningkatan sportivitas.
4. Performing
Setiap anggota di dalam kelompok mulai menyatukan diri dalam visi dan
misi. Yang dipentingkan adalah proses pencapaian tujuan kelompok, maka proses
selanjutnya adalah menghasilkan sebuah karya kelompok. Menurut Tuckman,
dalam tahap performingini struktur interpersonal yang terbentuk dan berkembang
pada tahap-tahap sebelumnya menjadi modal dan sangat berpengaruh dalam
penyelesaian masalah dan tugas untuk mencapai tujuan. Masalah interpersonal
merupakan bagian dari masa lalu dan sebagai pembelajaran bersama, seluruh
anggota kelompok menuangkan energinya untuk mencapai tujuan bersama. Tahap
ini memiliki karakteristik fokus terhadap hasil, orientasi tugas yang tinggi,
menekankan pada penampilan dan produktivitas. Beberapa program yang dapat
diberikan untuk meningkatkan performa tim adalah sebagai berikut.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 158
a. Cohession Building
Program ini ditujukan untuk memelihara semangat tim dan membangun
koneksi interpersonal antar anggota tim. Apabila program ini berhasil maka akan
memperkuat moral dari tim tersebut, meningkatkan rasa kepercayaan dan
kepunyaan pada tim.
b. Problem Solving
Team building ditujukan untuk meningkatkan pekerjaan dalam tim.
Program tipe ini lebih membantu tim dalam menemukan dan menganalisis
masalah yang ada dan juga dapat mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan dari
tim tersebut.
5. Adjourning
Merupakan tahap terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok
membubarkan diri. Untuk kelompok-kelompok kerja yang permanen, tahap
performing adalah tahap terakhir dalam perkembangan mereka. Tetapi untuk
komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan kelompok kelompok kerja yang
mempunyai tugas yang terbatas atau sementara untuk dilakukan, terdapat tahap
adjourning atau pembubaran. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun
ketika mereka mengalami perubahan (transforming), misalnya: jika ada review
mengenai goal ataupun ada perubahan anggota kelompok. Dalam tahap ini,
kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang
tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian
diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas. Respon dari anggota kelompok
dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang-senang dalam
kelompok kerja tersebut.
2.2 Wirausaha
2.2.1 Definisi wirausaha
Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan usaha
sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru
atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 159
menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan
(Nasrullah Yusuf, 2006). Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:h 10)
mendifinisikan: Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada
nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko
keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter
yang dihasilkan, sertra kepuasan dan kebebasan pribadi.
Kata kunci dari kewirausahaan adalah;
1. Pengambilan resiko
2. Menjalankan usaha sendiri
3. Memanfaatkan peluang-peluang
4. Menciptakan usaha baru
5. Pendekatan yang inovatif
6. Mandiri (misal; tidak bergatung pada bantuan pemerintah)
2.2.2 Usaha kecil
Usaha kecil (small business) merupakan tiang penyangga ekonomi suatu
negara. Sebagai contoh di negara adidaya seperti Amerika ; lebih dari 80 %
usahanya merupakan usaha kecil. John naisbitt dalam ceramahnya pada global
entrepreneur forum 95 di singapura mengungkapkan adanya kecenderungan-
kecenderungan menjelang tahun 2000.kecenderungn itu meliputi pergeseran
aktivitas dunia dan pemain-pemain besar (konglomerat) ke arah pemain-pemain
kecil yang menggunakan usaha dalam skala kecil dan menengah . Ia menyebutkan
pula bahwa pemain-pemain kecil itulah yang akan menjadi pemain utama dalam
ekonomi yang besar ini.
Usaha adalah semua aktivitas yang mencari keuntungan dengan
mengusahakan kebutuhan barang dan jasa kepada orang lain (Nickles, McHugh,
dan McHugh, 1996). Usaha kecil menurut Luthan dan Hodgest (1989, h 88,)
adalah usaha yang dimiliki secara independen dimana kegiatan yang dibidanginya
tersebut tidak dominan dan memenuhi standar tertentu.
Seorang wirausahawan harus mempunyai rencana yang matang mengenai
perencanaannya. Rencana tersebut mencakup; Business apa yang dimiliki,
Memulai sendiri tau membeli suatu perusahaan yang ada, mengetahui apa dan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 160
dimana pasar untuk produk atau servisnya.Memulai suatu tidaklah mudah karena
banyak tantangan-tantangan yang harus dihadapi.Menurut (Harper,1991) Untuk
suksesnya suatu permulaan kita memerlukan:
a. Adanya peluang usaha yang sangat solid
b. Memiliki keahlian dan kemampuan dalam bidang yang akanditekuninya.
c. Pendekatan yang benar dalam menjalankan usaha, dan
d. Memiliki dana yang cukup untuk memulai dan mengoperasikan usaha
tersebut hingga dapat berdiri sendiri.
2.3 Pengangguran
2.3.1 Definisi Pengangguran
Menurut Sukirno (2004), Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolongdalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi mereka belum dapatmemperoleh pekerjaan tersebut. Pengangguran dapat
terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga
kerja yang diminta. Menurut Sadono Sukirno (2004) pengangguran adalah suatu
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak
bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong.
2.3.2 Klasifikasi Pengangguran
Menurut Sadono Sukirno (2004) menglasifikasikan pengangguran
berdasarkan cirinya, dibagi ke dalam empat kelompok
a. Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan Pekerjaan
yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam
perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh
pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang
mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata
dan separuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 161
yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga
kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu industri.
b. Pengangguran tersembunyi
Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap
kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang
digunakan tergantung pada banyak faktor, faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah besar kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang
digunakan (apakah intensif buruh atau intensif modal) dan tingkat produksi yang
dicapai. Di banyak negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja
dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya
diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan
tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.
Contoh-contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan
dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang mengerjakan luas
tanah yang sangat kecil.
c. Pengangguran bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan.
Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan
mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para petani tidak
dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu pada umumnya para petani tidak
begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila
dalam masa tersebut para penyadap karet, nelayan dan petani tidak melakukan
pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini
digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
d. Setengah menganggur
Pada negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke
kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke
kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya terpaksa menjadi
penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang tidak menganggur,
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 162
tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih
rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari
seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai
masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur
(underemployed). Dan jenis penganggurannya dinamakan underemployment.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 163
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data dan Informasi
Data dalam karya tulis ini berkaitan dengan permasalahan pengangguran
yang ada di Indonesia. Data diperoleh dari berbagai sumber referensi seperti
jurnal ilmiah, artikel ilmiah, buku literatur, koran, hasil penelitian dan beberapa
makalah yang mendukung. Oleh karena itu,metode yang digunakan dalam karya
tulis ini adalah studi literatur atau kajian pustaka. Langkah awal dalam proses
pengumpulan data adalah menentukan seberapa banyak pengangguran di
Indonesia. Selanjutnya melihat faktor penyebab yang menjadikan pengangguran
di Indonesia meningkat dan selanjutnya data tersebut dikelola.
3.2 Pengolahan Data dan Informasi
Teknik pengelolaan data menggunakan analisis data kualitatif yang
terdapat dalam referensi dan di kelola dengan cara mendeskripsikan data tersebut.
Tabel 3. Jumlah angkatan kerja, penduduk bekerja, dan pengangguran dari 1986–
2013
Dari data diatas menjelaskan bahwa pengangguran di Indonesia masih
cukup tinggi walaupun sempat mengalami penurunan. Dengan demikian untuk
mengatasi sisa jumlah pengangguran yang terhitung per Agustus 2013 sebanyak
7,39 juta orang yang tercantum pada Sakernas, BPS.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 164
Setelah data terkumpul, kemudian data dianalisis dan disintesis dalam
bentuk model pemecahan masalah.
3.3 Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka berfikir karya tulis
Tim wirausaha ini merupakan gagasan untuk mengatasi suatu
permasalahan mengenai peningkatan pengangguran di Indonesia meskipun
sempat mengalami penurunan. Peningkatan pengangguran tersebut memberikan
suatu perumusan atas gagasan yang bertujuan untum membuat suatu Tim
Wirausaha. Perumusan tersebut di dukung oleh beberapa pustaka yang membantu
untuk proses pembentukan Tim wirausaha ini. Pustaka kajian dari beberapa
sumber memberikan data yang dibutuhkan untuk proses pengelolahan yang
disampaikan secara rinci dalam proses implentasi atas gagasan Tim wirausaha
sepudi.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 165
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Konsep Model
Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan menjadikannya mandiri
dalam segi ekonomi khususnya berpikiran untuk berwirausaha, maka langkah
yang dilakukan adalah membangun sistem demi terwujudnya pemikiran
berwirausaha dari masyarakat.
Gambar 2. Dignan and Carr (1992), skema teori dignan
4.1.1 Comonity Analisis
Berdasarkan data badan pusat statistik yang terhitung sampai Agustus
2013, maka jumlah pengangguran masih berkisar sebesar 7,39 juta orang yang
tersebar di Indonesia. Dimana yang menjadi sorotan adalah kota-kota besar yang
menjadi tempat saing untuk memperoleh penghasilan. Sehingga berdasarkan data
tersebut perlu adanya perubahan untuk dapat menyejahterakan masyarakat dengan
menumbuhkembangkan budaya dan pemikiran berwirausaha.
4.1.2 Target Assessment
Target sasaran untuk memulai program tim wirausaha ini dilakukan di
kota-kota besar yang memiliki penduduk lebih banyak dari pada penduduk
perdesaan. Sehingga lebih mudah untuk membangun karakter dan pemikiran
berwirausaha demi mampu membuat mandiri masyarakat serta mencapai
kesejahteraan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 166
4.1.3 Program Plan Development
Program perencanaan yang dapat dilakukan dalam membangun sistem tim
wirausaha yaitu dengan menyediakan suatu wadah pekerjaan bagi para
pengangguran yang menjadi target sasaran ini. Dimana dalam tim wirausaha ini
nantinya akan diberikan pemahaman serta motivasi dari para wirausaha yang telah
sukses untuk para masyarakat yang menjadi member atau yang bekerja di tim
wirausaha ini. Selain motivasi serta pemahaman nantinya para pekerja akan diberi
praktik yang benar dalam melakukan produksi barang serta praktik bagaimana
memimpin pekerjaan wirausaha di setiap bidang. Setelah tim wirausaha ini sudah
berjalan dan sampai menuju puncak akhir kegiatan, maka setiap pekerja atau
member akan di perintah untuk menenpati dan membuka cabang baru untuk tim
wirausaha ini.
4.1.4 Implementatiton
Proses implementasi tim wirausaha mengacu pada proses pengembangan
team building menurut Tuckman (1965), implementasi ini bertujuan untuk
mencapai tujuan dari diadakannya tim wirausaha tersebut. Berikut ini adalah
tahapan implementasi untuk membangun tim wirausaha yang direncanakan :
1. Forming
Pada tahap ini, setiap individu yang memiliki karakter berbeda akan di
pertemukan. Jumlah individu yang terdapat pada tahap ini berjumlah +12 orang,
dimana masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda mengenai
tujuan yang akan dicapai. Individu yang telah bergabung dengan TimWirausaha
ini nantinya akan memperoleh beberapa informasi dan penjelasan lebih detail
mengenai tim wirausaha ini. Selain itu, pada tahap ini akan ada bimbingan materi
atau motivasi dari pemateri serta masukan dan praktik langsung untuk proses
menjalankan suatu usaha. Pada tahap ini, ada beberapa penjelasan mengenai Goal
Setting dan Role Defination dari tim wirausaha.
a. Goal Setting (menentukan tujuan)
Salah satu hal yang dilakukan saat tahap forming ialah menentukan
tujuan.Penentuan tujuan ini penting karena apabila tujuan tim telah diklarifikasi
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 167
berdasarkan persetujuan bersama, maka tujuan tersebut bisa menambah komitmen
dari masing-masing individu dalam tim. Tujuan dari Tim Wirausaha itu sendiri
adalah mengurangi angka pengangguran dan sebagai income bagi keluarga yang
belum mendapatkan pekerjaan, serta membuat produk dari Tim Wirausaha ini
dapat melambung di pasaran.
b. Role Definition (mendefinisikan peran)
Pendekatan dari program tipe ini adalah fokus pada klarifikasi peran
masing-masing individu dalam sebuah tim, norma dalam tim, dan pembagian
tanggung jawab masing-masing individu dalam sebuah tim. Pada Role Definition
ini, anggota Tim Wirausaha akan mendapatkan beberapa peran mengenai
structural kepengurusan. Seperti bagian produksi, bagian pemasaran, bagian
packaging, dan bagian desainer produk serta bagian distribusi ke berbagai tempat
penjualan.
2. Storming
Tahap ini merupakan proses dimana masing-masing orang didalam
kelompok berusaha untuk saling menyesuaikan diri dengan cara menyatukan
nilai-nilai yang dianutnya. Pada tahap ini, setiap anggota tim telah menunjukkan
gaya aslinya dan ide yang berbeda bersaing untuk dipertimbangkan. Anggota Tim
Wirausaha dibebaskan untuk berkarya dan memberi masukan atas apa yang
mereka kerjakan. Ide dan masukan yang mereka berikan membuat Tim Wirausaha
ini lebih hidup dan mampu menghasilkan produk-produk unggulan.
3. Norming
Merupakan proses ketika konflik mereda dan masing-masing anggota
sudah mulai menyatukan visi dan misi diantara mereka. Mereka lebih
mementingkan pencapaian tujuan kelompok dari pada kelompok pribadinya. Pada
tahap ini, setiap anggota dari Tim Wirausaha mulai membaur dan saling
menyemangati untuk tujuan yang telah disepakati diawal. Anggota dari Tim
Wirausaha ini akan lebih solid dan lebih kompak dengan visi yang sama dan
keinginan yang sama, sehingga para anggota akan totalitas dalam setiap kegiatan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 168
4. Performing
Pada tahap performing ini struktur interpersonal yang terbentuk dan
berkembang pada tahap-tahap sebelumnya menjadi modal dan sangat berpengaruh
dalam penyelesaian masalah dan tugas untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini,
anggota Tim Wirausaha akan mencapai titik maksimal dan mampu menyelesaikan
program ini serta dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang mampu di
pasarkan di masyarakat. Anggota Tim ini akan memiliki pengalaman sdan
pengetahuan serta skill yang lebih dari sebelumnya mengenai wirausaha.
5. Adjourning
Pada tahap ini merupakan tahap akhir dari setiap kegiatan dalam program
Tim Wirausaha. Anggota dapat membubarkan agenda ini dan membuat cabang
baru sebagai owner dari Tim Wirausaha di tempat berbeda dan membangun cipta
rasa wirausaha di kalangan masyarakat yang masih menganggur. Pada tahap ini,
setiap anggota Tim Wirausaha akan menjadi kaki tangan dari owner Tim
Wirausaha ini, dan anggota ini mampu membangun usaha baru dengan kreativitas
yang berbeda yang mampu bersaing di pasar Indonesia.
4.1.5 Evaluation
Tahap evaluasi dari program Tim Wirausaha ini membarikan masukan
atau data mengenai keberhasilan program yang di jalankan ini. Pada evaluasi Tim
Wirausaha ini, terdapat dua evaluasi dari keseluruhan program kegiatan.
a. Evaluasi intern
Pada evaluasi ini dilakukan pada saat anggota Tim Wirausaha masih aktif
memeroduksi. Evaluasi ini mencerminkan hasil kegiatan anggota Tim sejak mulai
bergabung dengan Tim sampai berakhirnya kegiatan program yang telah
diagendakan. Evaluasi intern ini lebih mengacu pada tahap implementasi dari
Forming sampai Performing.
b. Evaluasi extern
Pada evaluasi ini dilakukan pada saat anggota Tim Wirausaha sudah tidak
melakukan program Tim, tetapi anggota masih aktif membangun Tim Wirausaha
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 169
baru di daerah. Evaluasi ini diadakan dengan tujuan lebih melihat hasil dari
program baru yang telah dijalankan oleh anggota Tim Wirausaha.
4.2 Cakupan Pemasaran
Pemasaran produk merupakan penentu sukses dan berkembangnya
program ini. Pemasaran yang telah di bangun oleh Tim Wirausaha ini berdasarkan
pengalaman dari para wirausawan sukses di Indonesia ini. Pemasaran yang
tercantum dalam program Tim Wirausaha ini yaitu dengan dua cara, yaitu secara
offline dan online, hal ini dikarenakan cara tersebut lebih efektif dan nyaman
dilakukan.
1. Pemasaran Offline
Pemasaran offline merupakan pemasaran manual yang dilakukan oleh para
anggota Tim Wirausaha.Pemasaran ini meliputi pemasaran di took-toko klontong
hingga minimarket yang ada di tengah perkotaan. Pemasaran ini juga bermanfaat
dan lebih efesien dalam memperolehnya, dengan demikian para konsumen dan
pengecer dapat langsung memperoleh produk di toko-toko atau minimarket
terdekat.
2. Pemasaran Online
Pemasaran online ini merupakan pemasaran modern yang marak dilakukan
pada era sekarang. Pemasaran ini lebih effisien waktu serta lebih banyak di
kunjungi serta lebih cepat terinfokan kepada konsumen.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 170
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tim Wirausaha merupakan sistem untuk kegiatan berwirausaha jangka
panjang dengan menggunakan beberapa teknik kegiatan yang diampuh untuk
menjadikan seseorang memahami dan menjalankan suatu usaha. Kegiatan ini
bertujuan untuk merubah kehidupan kearah yang lebih maju dan sejahtera.
Tim Wirausaha ini menyediakan suatu wadah pekerjaan bagi para
pengangguran yang menjadi target sasaran. Dimana dalam tim wirausaha ini akan
diberikan pemahaman serta motivasi dari para wirausaha yang telah sukses untuk
para masyarakat yang menjadi member atau yang bekerja di tim wirausaha ini.
Anggota dari Tim Wirausaha ini berjumlah +12 orang, dari jumlah
tersebut akan mendapatkan pembelajaran lebih baik dalam segi berwirausaha.
Pembelajaran tersebut akan menjadi tolak ukur keberhasilan dari program Tim
Wirausaha ini. Selain itu, anggota Tim Wirausaha juga akan mendapatkan
pengalaman serta trik untuk dapat memasarkan produknya secara efektif dan
efisien.
Program ini berjalan secara terus-menerus (continue) dalam kegiatannya.
Berawal dari pembentukan Tim atau anggota hingga anggota tersebut membuat
cabang baru dari program Tim Wirausaha ini. Pada hakikatnya agenda ini
merupakan solusi untuk mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia
sekarang.
5.2 Saran
1. Masyarakat
Program ini merupakan salah satu cara untuk membuat masyarakat lebih
sejahtera dan maju dalam segi perekonomian. Program Tim Wirausaha ini akan
membuka lahan baru bagi masyarakat agar lebih bersemangat dalam memutus
angka kemiskinan yang melanda.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 171
2. Pemerintah
Program ini merupakan solusi tepat untuk membuat suatu pergerakan
dalam segi perekonomian bangsa yang semakin turun. Program ini juga
memberikan beberapa agenda yang secara terus-menerus dilakukan, sehingga
angka pengangguran yang berada di Negara kita dapat berangsur menurun.
Program ini juga memberikan dampak baik bagi pemerintahan daerah,
khususnya daerah yang memiliki tingkat penduduk yang padat. Pada program ini,
pemerintah akan berperan penting sebagai evaluator program, sehingga
pergerakan perekonomian khususnya masyarakat di daerah tersebut dapat
mengalami kemajuan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 172
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dessler, Gary. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Alih bahasa: Eli Tanya.
Penyunting Bahasa: Budi Supriyanto. Jakarta: Indeks.
Dignan, M.B., Carr, P.A, (1992) Program Planning for Health Education and Promotion,
1992. Philadelphia.
Guzzo, R.A & Dickson, M. W. 1996. “Teams in organizations: Recent research on
Performance and effectiveness”. Annual Review of Psychology. vol. 47. no.
3. pp. 307-339. <http://www.owlnet.rice.edu/~ajv2/courses/12c_psyc
438001/Guzzo%20&%20Dickson%20%281996%29.pdf>.Diakses 3 Mei
2015.
Harper, S.C. (1991), Starting Your Own Busniess, New York: McGraw-Hill.
Hisrich, Robert D, Peters, Michael P, dan Sheperd, Dean A (2008),Kewirausahaan, New
York: McGraw-Hill, Penerbit Salemba Empat.
Katzenbach, J.R. & Smith, D.K. 1993.The Wisdom of Teams: Creating the High-
performance Organization. Boston: Harvard Business School
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2008. Organizational Behavior. McGraw- Hill
Irwin. Arizona State University.
Levy and Weitz, 2001. Retailing Management, 4th edition. New York: Mc.Graw Hill,
Irwin.
Luthans, F. dan Hodgetts, R.M. (1989), Busniess, Chicago: The Dryden Press.
McShane, Steven L.,Von Glinow, dan Mary Ann.2008. Organizational Behavior.USA:
McGraw Hill-International.
Naisbitt, J. (1994), Global Paradox, New York: William Morrow and Co.
Nickels, W.G., Mchugh, J.M. dan Mchugh, S.M. (1996), Understanding Busniess,
Chicago: Irwin.
Sukernas, BPS. 2013. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran
dari 1986-2013. Tersedia di :http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973
diunduh pada tanggal 31 juli 2015 pukul 13.34 WIB.
Sukirno, Sadono, 2004. Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Tuckman, B. 1965.Developmental Sequence in Small Groups. Psychological Bulletin.
No. 63, 384-399.
Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi, Edisi Kelima. Jakarta: PT. Indeks.
Yusuf, Nasrullah. 2006.Wirausaha dan Usaha Kecil. Jakarta; ModulPTKPNF Depdiknas.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 173
KAJIAN PENERAPAN PENDIDIKAN KESELAMATAN
JALAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Nabil Ahsan Burhani1)
, Novia Ulfa Hapsari1)
, Imam Budy Prastiyo1)
, dan Tri Handoyo2)
1Mahasiswa Manjemen Keselamatan Transportasi Jalan, Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
2Dosen Pembimbing, Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
Email: [email protected]
Abstrak
Pendidikan tentang keselamatan jalan harus ditanamkan sejak usia dini, terutama
pada usia remaja. Hal ini dikarenakan pada usia remaja, mereka mulai melakukan
pemilihan moda transportasi (Tamin, 2000). Melihat kondisi tersebut, penulis
melakukan penelitian terhadap tingkat pengetahuan anak usia remaja tentang
keselamatan jalan. Studi kasus penelitian ini ditujukan kepada anak usia remaja
yang sedang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota
Tegal. Metode penelitian ini yaitu menggunakan alat uji SKALO yaitu program
analisis skala guttman dan menggunakan alat uji statistik lainnya. Berdasarkan
hasil analisis data yang telah dilakukan, tingkat pengetahuan anak usia remaja
SMP bisa dikatakan rendah. Hal ini disebabkan tidak adanya penyampaian materi
tentang keselamatan jalan. Materi keselamatan jalan sebenarnya sudah diterapkan
pada kurikulum 2013. Namun, dapat dikatakan tidak maksimal karena belum
terintegrasi secara penuh. Sedangkan pada kurikulum KTSP masih belum ada
penyampaian materi tentang keselamatan jalan, padahal mayoritas SMP di Kota
Tegal masih menerapkan kurikulum KTSP. Sehingga perlu melakukan peninjauan
ulang tentang intergrasi materi keselamatan jalan pada pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di Kota Tegal.
Kata Kunci: Pendidikan, Keselamatan jalan, Skala guttman, SMP
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 174
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagian besar dari masyarakat belum mengerti tentang peraturan dan
etika berlalu lintas yang baik dan benar. Memang ada sebagian masyarakat yang
sudah mengerti, namun perbandingannya masih jauh. Dapat dilihat bagaimana
perkembangan keselamatan di Indonesia sekarang ini tentu sangat
memprihatinkan. Hal ini dapat dibuktikan dari kejadian kecelakaan setiap tahun
yang semakin bertambah. Berdasarkan laporan total kejadian kecelakaan lalu
lintas dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mangalami peningkatan, pada tahun
2010 kecelakaan lalu lintas mencapai angka lebih dari 65.000 kejadian dengan
jumlah kematian akibat kecelakaan telah mencapai 19.873 jiwa (Sumber
Kepolisian Republik Indonesia).
Tabel 1. Tingkat Kecelakaan
Sumber: Kepolisian RI
Tidak dapat dipungkiri lagi, betapa pentingnya keselamatan berlalu lintas
di jalan. Keselamatan berlalu lintas dapat diwujudkan dengan cara meningkatkan
pengetahuan tentang keselamatan kepada masyarakat. Pengetahuan tentang
keselamatan berperan penting dalam menunjang keselamatan jalan. Apabila
seluruh masyarakat Indonesia bisa menerapkan perilaku berkendara yang baik dan
benar dalam berlalu lintas, maka kemungkinan besar negara Indonesia akan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 175
menjadi negara dengan tingkat kecelakaan yang rendah seperti negara-negara
maju yang mayoritas masyarakatnya sadar akan pentingnya keselamatan jalan.
Agar pengetahuan tentang keselamatan dapat meningkat, perlu adanya
pendidikan dan pengajaran tentang pentingnya keselamatan kepada masyarakat
khusunya anak usia remaja. Hal ini sangat diperlukan karena telah diketahui
banyak pelajar SMP yang mayoritas belum berhak mengendarai sepeda motor
dengan bebas karena belum mempunyai SIM kini sudah banyak yang
menggunakan sepeda motor sebagai sarana dalam menuju sekolah masing-
masing.
Dengan karakteristik anak remaja khususnya pelajar SMP yang masih
labil, kebanyakan dari mereka berkendara dengan kecepatan yang tinggi,
menghiraukan rambu, menerobos lampu merah, tidak memakai helm dan
berkendara dengan bergerombol. Dari segi usia remaja yaitu antara 13 tahun
sampai 18 tahun yang mayoritas belum mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM).
Mereka cenderung melakukan pelanggaran, karena disebabkan oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Selain itu, emosi mereka yang masih labil sehingga sering
terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Seharusnya anak usia remaja lebih paham dan mengerti tentang
keselamatan saat berkendara karena mereka masih berada pada fase pendidikan
sekolah. Sedangkan di sekolah seorang guru seharusnya bisa mengajarkan
pendidikan tentang keselamatan, cara etika berkendara yang baik, dan kepatuhan
terhadap peraturan yang sudah diberlakukan. Namun sampai sekarang ini
kenyataannya usia remaja yang sering membuat ulah dijalan.
Dari pembahasan tersebut kami mengambil tema penelitian tentang pendidikan
kepada anak usia remaja khususnya pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP)
karena anak usia remaja lebih menjadi perhatian dalam berlalu lintas di jalan.
Sehingga karya tulis ini kami beri judul, “Kajian Penerapan Pendidikan
Keselamatan Jalan Pada Sekolah Menengah Pertama”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Seberapa besar tingkat pengetahuan tentang keselamatan berlalu lintas
pada pelajar Sekolah Menengah Pertama?
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 176
2. Bagaimana materi pendidikan keselamatan jalan di Sekolah Menengah
Pertama?
1.3 Tujuan Kegiatan
1. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang keselamatan berlalu lintas pada
pelajar SMP.
2. Mengetahui kondisi penyampaian materi pendidikan keselamatan jalan di
Sekolah Menengah Pertama.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Teoritis
a. Bagi Taruna
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi taruna/i Politeknik
Keselamatan Transportasi Jalan tentang masalah keselamatan di tingkat
anak-anak SMP dan juga penelitian ini dalam rangka untuk mengikuti
lomba Sriwijaya Paper Competition (SPC) 2016.
2. Praktis
a. Bagi Pemerintah
Membantu kinerja pemerintah untuk mengatasi dan mengurangi jumlah
pelanggaran lalu lintas yang semakin bertambah dan berdampak pada
peningkatan jumlah kecelakaan di Indonesia.
b. Bagi Masyarakat
Membantu menumbuhkan pemahaman tentang berlalu lintas di jalan
dengan aman, nyaman, selamat dan tertib dalam berlalu lintas serta agar
masyarakat sadar tentang pentingnya keselamatan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 177
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan . Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat (Ihsan Fuad, 2005).
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke
genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al.,2005).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang
sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri
(zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang
baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak
kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi.
Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-latihan, dan
pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan
lingkungan pendidikan (Tirtarahardja etal., 2005).
2.2. Pengertian Pengetahuan dan Keselamatan
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (1993) merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 178
juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh orang lain, dari buku,
surat kabar atau media massa atau media elektronik.
Keselamatan sendiri adalah kondisi aman, kondisi dimana dapat
terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosional pekerjaan,
psikis, pendidikan atau berbagai konsekuensi dari kegagalan, kerusakan,
kesalahan, kecelakaan atau berbagai kejadian lain yang tidak diinginkan
(Gineung,2010). Keselamatan mengemudi / safety driving adalah suatu usaha
yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat budaya dan memaksimalkan
keamanan dalam mengemudi demi menciptakan suatu kondisi yang mana kita
berada pada titik tidak membahayakan pengemudi lain dan menyadari
kemungkinan bahaya yang dapat terjadi disekitar kita.
2.2 Karakteristik Pelajar Sekolah Menegah Pertama (SMP)
Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan
pubertas (10-14 tahun). Menurut Desmita (2010: 36) ada beberapa karakteristik
siswa SMP, antara lain:
1. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan,
2. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder,
3. Kecenderungan ambivalensi, keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orang tua,
4. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa,
5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan,
6. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil,
7. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri
yang sesuai dengan dunia sosial,
8. Kecenderungan minat dan pilihan karir relatif sudah lebih jelas.
Menurut Syamsu Yusuf (2004: 26-27) masa usia ini bertepatan dengan
masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 179
karena sifat-sifat khasnya dan perannya yang menentukan dalam kehidupan
individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi
beberapa masa, yaitu sebagai berikut:
1. Masa pra-remaja
Pra remaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa
ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada remaja sehingga seringkali masa ini
disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja,
dan sebagainya. Secara garis besar sifatsifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu
negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental dan negatif
dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif
pasif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif).
2. Masa remaja
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,
kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman
yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa
mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan
dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan),
yaitu sebagai gejala remaja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup
atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan.
Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah karena tiadanya
pedoman, remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja
walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan
seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak
mengetahui apa yang diinginkannya. kemudian obyek pemujaan itu telah menjadi
lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu.
Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan
kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam khayalan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 180
3. Masa remaja akhir
Setelah dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah
tercapainya masa remaja akhir dan telah terpenuhi tugas-tugas perkembangan
masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam
masa dewasa. Siswa SMP memiliki usia yang merupakan masa peralihan dari usia
anak-anak ke usia remaja. Perilaku yang disebabkan oleh masa peralihan ini
menimbulkan berbagai keadaan dimana siswa labil dalam pengendalian emosi.
Keingintahuan pada hal-hal baru yang belum pernah ditemui sebelumnya
mengakibatkan perilaku-perilaku yang mulai memunculkan karakter diri.
2.3 Teknik Pengukuran
Pengukuran dengan menggunakan Skala Guttman, akan didapat jawaban
yang tegas, yaitu (Ya-Tidak), (Benar-Salah), (Pernah-Tidak Pernah), (Positif-
Negatif), dan lain-lain. Skala Guttman ini identik dengan dikotomi (dua
alternatif). Penelitian menggunakan Skala Guttman dilakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor. Dalam
Skala Guttman jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0, maka
bila nilai hasil pengukuran dengan menggunakan Skala Guttman adalah X, nilai
tersebut dapat ditulis secara matematis 0<X<1. Rumus yang cocok untuk uji
validitas dengan Skala Guttman yaitu rumus koefisien reprodusibiitas dan
koefisien skalabilitas. Langkah-langkahnya adalah hitung koefisien
reprodusibilitasnya terlebih dahulu selanjutnya hitung koefisien skalabilitasnya.
Rumus Koefisien Reprodusibilitas (Coefficient of Reproducibilit):
CR = 1-(TE/PE)
Keterangan:
TE= jumlah error semua dari objek
PE= jumlah error yang kemungkinan terjadi. Didapatkan dari perkalian antara
jumlah subjek (N) dan jumlah butir (K).
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibilitas yaitu apabila koefisien
reprodusibilitas memiliki nilai >90. Setelah itu, langkah selanjutnya hitung
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 181
koefisien skalabilitas, perinciannya sebagai berikut:
Rumus Koefisien Skalabilitas (Coefficient of Skalability):
CS = 1-(TE/(0,5 x PE)
Keterangan:
TE = jumlah error semua dari objek
PE= jumlah error yang kemungkinan terjadi. Didapatkan dari perkalian antara
jumlah subjek (N) dan jumlah butir (K)
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu apabila koefisien
skalabilitas memiliki nilai >60. Untuk menemukan nilai koefisien reprodusibilitas
harus ketemu dulu nilai erornya. Cara menghitung nilai eror bisa dengan memakai
teknik Goodenough. Buku yang bisa menjadi rujukan tentang cara menghitung
nilai eror dengan teknik Goodenough adalah buku yang berjudul “Scalling
Methods” karya Dunn & Rankin, diterbitkan tahun 2004 oleh penerbit Lawrence
Elbaum New Jersey.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 182
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Kerangka Penelitian
Penulisan dalam penelitian ini yaitu dengan mengacu pada kerangka
penelitian yang sudah dibuat. Sehingga dapat membantu memudahkan dalam
proses penulisan karena sudah terarah dari awal dimulainya penelitian sampai
tahap akhir penelitian.
Gambar 1.1. Bagan alir penelitian
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu kurangnya kesadaran
akan pentingnya keselamatan jalan. Namun sebelum melaksanakan penelitian,
dilakukan studi pendahuluan terlebih dahulu untuk mengetahui teori atau tinjauan
pustaka dalam menunjang pelaksaan penelitian. Setelah itu dilakukan penyusunan
hipotesis. Pengetahuan tentang keselamatan anak SMP rendah hal ini dikarenakan
belum adanya integrasi materi pendidikan tentang keselamatan jalan.
Tahapan selanjutnya yaitu mengidentifikasi variabel dan definisi
operasional variabel yang akan dijadikan sebagai patokan dalam merancang
instrumen penelitian yaitu berupa kuesioner. Kemudian ditentukan subyek yang
menjadi sasaran dalam penelitian, yaitu pelajar SMP, karena anak SMP tergolong
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 183
dalam usia remaja yang mana memiliki sifat seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Dalam penelitian ini mengambil sampel kepada pelajar SMP yang
berada di Kota Tegal dengan metode sampling insidental. Jumlah responden yang
diambil sebesar 100 orang.
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer, yakni data
yang secara langsung dicari dan diterima oleh peneliti dilapangan. Penulis
membagikan kuesioner kepada pelajar SMP yang hendak berangkat ke sekolah
dan pulang ke sekolah. Kuesioner yang dibagikan berjenis kuesioner tertutup agar
memudahkan responden untuk menjawab. Setelah data terkumpul data akan
diolah dengan Skala Guttmen menggunakan metode SKALO. Hasil dari
pengolahan data tersebut kemudian dilakukan analisis data.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan beberapa cara, untuk
perhitungan tingkat pengetahuan tentang keselamatan menggunakan analisis
Skala Guttman, sebelumnya melakukan perhitungan skoring terlebih dahulu.
Untuk jawaban benar diberikan skor 1 sedangkan untuk jawaban salah dan tidak
tahu diberikan skor 0. Rumus yang cocok untuk uji validitas dengan Skala
Guttman yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
Langkah-langkahnya adalah hitung koefisien reprodusibilitasnya dulu baru
selanjutnya hitung koefisien skalabilitasnya.
Rumus Koefisien Reprodusibilitas (Coefficient of Reproducibility ):
CR = 1 - (TE / PE)
Setelah itu, langkah selanjutnya hitung koefisien skalabilitas, perinciannya
sebagai berikut:
Rumus Koefisien Skalabilitas (Coefficient of Skalability ) :
CS = 1 - (TE / (0,5 x PE)
Setelah melakukan uji validitas data kemudian melakukan perhitungan
total skor dengan menjumlahkan skor jawaban benar dan jawaban salah kemudian
melakukan persentase data, setelah melakukan persentase data kemudian
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 184
melakukan penentuan skoring pada kriteria objektif dengan menggunakan rumus
umum dan kemudian memasukan kedalam tabel interpretasi. Berikut perhitungan
rumus umum.
a. Jumlah pilihan jawaban ada 2 sedangkan jumlah pertanyaan 16
b. Skoring terendah = 0 (jawaban salah)
c. Skoring tertinggi = 1 (jawaban benar)
d. Jumlah skor terendah = 0 x 100 = 0 > (0%)
e. Jumlah skor tertinggi = 1 x 100 = 100 > (100%)
f. Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)
g. Range (R) = Skor tertinggi – Skor Terendah
= 100% - 0% = 100%
Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun pada kriteria objektif
suatu variabel, Kategori yaitu Tinggi dan Rendah
a. Interval (I) = 100 / 2 = 50 > (50%)
b. Rendah = Jika skor < 50
c. Tinggi = Jika skor > 50
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh interpretasi nilai sebagai berikut.
Tabel 2. Interpretasi nilai
Sumber : Hasil analisis, 2016
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 185
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Profil Responden
Penulis membagikan kuesioner kepada pelajar SMP Negeri di Kota Tegal
secara insidental. Kuesioner yang dibagikan berjumlah 100. Di dalam kuesioner
penulis mencantumkan jenis kelamin, usia, kelas, transportasi ketika berangkat ke
sekolah, jarak ke sekolah dan kepemilikan Surat Izin Mengemudi. Penulis
mengasumsikan bahwa nilai tersebut sama dalam artian termasuk data nominal
yang hanya digunakan sebagai analisis tambahan atau penguat data ordinal.
Gambar 2. Pengisian kuesioner pelajar smp
Dari hasil analisis rata-rata usia mereka adalah 15 tahun. Menurut Desmita
(2010: 36) usia tersebut termasuk usia peralihan dari masa anak-anak menuju ke
masa remaja. Sehingga emosi mereka masih labil, mudah terpengaruh, ikut-
ikutan, mulai mencari teman, ingin hidup bersama dengan lingkungan. Sedangkan
berdasarkan jenis kelamin dari kuesioner yang dibagikan memperoleh hasil 70
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 186
anak laki-laki dan 30 anak perempuan. Dari 100 responden, 100 % pelajar bisa
mengendarai sepeda motor, selain itu untuk kepunyaan Surat Izin Mengemudi
100% anak tidak mempunyai SIM. Memang benar diusia kurang dari 17 tahun
mereka masih belum boleh mempunyai SIM namun seharusnya mereka juga
masih belum boleh mengendarai sepeda motor.
Dari hasil kuesioner rata–rata jarak anak SMP berangkat ke sekolah adalah
3 km, sedangkan jarak terjauh adalah 7 km untuk jarak paling dekat 1 km. Mereka
berangkat ke sekolah menggunakan transportasi umum sebesar 37%, sepeda
motor 34%, diantar orang tua sebesar 16% sedangkan untuk naik sepeda sebesar
13%. Dari hasil analisis tersebut, penggunaan sepeda motor menduduki peringkat
kedua setelah angkutan umum padahal seharusnya pelajar SMP masih belum
boleh menggunakan sepeda motor dan kebanyakan dari mereka masih belum
mempunyai SIM namun mereka masih banyak yang berangkat ke sekolah dengan
menggunakan sepeda motor.
Gambar 3. Transportasi pelajar smp berangkat sekolah
4.2 Materi Tentang Keselamatan Jalan di Sekolah Menengah Pertama
Di kota Tegal, Jawa Tengah terdapat 19 Sekolah Menengah Negeri
Pertama, dimana sekolah tersebut sebagian besar masih menggunakan kurikulum
KTSP, Hanya Sekolah Menengah Negeri Pertama 1, 2, 3 ,7 ,10, 14, 15 dan 17
yang menggunakan kurikulum 2013. Integrasi materi tentang keselamatan jalan
pada kurikulum 2013 sudah diadakan / dicantumkan untuk penyampaiannya pada
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, namun dalam penyampaiannya bisa
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 187
dikatakan belum maksimal, karena dalam Sistem Kredit Semester (SKS) belum
ditetapkan materi pendidikan keselamatan jalan secara pasti. Selain itu dalam
Lembar Kerja Siswa (LKS) atau buku pedoman lainnya juga belum terdapat
materi tentang keselamatan jalan, Sehingga hanya guru SMP dengan mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan tanggung jawab untuk
menyampaikan pendidikan tentang keselamatan jalan dengan cara menyisipkan
saat pembelajaran. Sedangkan pada kurikulum KTSP masih belum ada materi
pendidikan tentang keselamatan jalan.
4.3 Validitas dan Reliabilitas Data
1. Skala Guttman
a. Validitas Data
Perhitungan tingkat pengetahuan tentang keselamatan, rumus yang
digunakan untuk uji validitas dengan skala Guttman yaitu menggunakan rumus
koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas. Untuk memudahkan
proses analisis peneliti menggunakan aplikasi SKALO. Berdasarkan input data
kuesioner diperoleh output seperti pada dibawah ini.
Gambar 4. Output uji validitas data
Dari hasil output diatas diketahui bahwa jumlah butir soal 16, jumlah
sampel 100. Untuk jumlah potensi error 1600, jumlah error 130 dan hasil dari
koefisien reprodusibilitas 0.919, hasil koefisien skalabilitas 0.838. Dari hasil
tersebut koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas telah memenuhi
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 188
syarat ketentuan. Sehingga data yang kita peroleh bisa kita jadikan sebagai bahan
penelitian karena telah lulus uji validitas data.
4.4 Analisis Hasil Kuesioner
1. Persentase hasil kuesioner tingkat pengetahuan
Gambar 5. Hasil jawaban responden
Untuk mengetahui presentasi jawaban “Benar” yang diperoleh dari
kuesioer, maka dihitung terlebih dahulu kemudian ditempatkan dalam rentang
skala presentase sebagai berikut :
a. Nilai jawaban “benar” : 1
b. Nilai jawaban “salah” : 0
c. Nilai Tidak Tahu : 0
Dikonversikan dalam presentase :
a. Jawaban “benar” 1 100%
b. Jawaban “salah” 0 x 100% (sehingga tidak perlu dihitung)
c. Nilai Tidak Tahu : 0 x 100% (sehingga tidak perlu dihitung)
Perhitungan :
Jawaban “benar”: rata-rata : 726/1600 x 100% = 45,4 %
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 189
Gambar 6. Persentase jawaban kuesioner
Tabel 3. Interpretasi nilai kuesioner
Berdasarkan tabel interpretasi nilai diatas, hasil kuesioner yangdiperoleh
sebesar 45,4%. Jadi masuk ke dalam kategori mendekati rendah. Jadi data yang
kami peroleh adalah pengetahuan tentang keselamatan anak SMP mendekati
rendah.
2. Analisis hasil kuesioner tentang pengetahuan keselamatan
a. Soal nomor 1
Rambu dilarang parkir, dari hasil analisis sebanyak 97% responden
menjawab benar. Hal ini sudah umum karena sering dijumpainya rambu
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 190
dilarang parkir disetiap ruas jalan dan desain rambu yang mudah untuk
dipahami.
b. Soal nomor 2
Rambu prioritas, meskipun sudah banyak dipasang disetiap kaki
persimpangan prioritas namun masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui maksud daripada rambu prioritas tersebut. Dari hasil analisis
sebanyak 38% responden menjawab benar dan 62% menjawab salah. Hal ini
dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pihak instansi terkait dengan desain
rambu yang digunakan.
c. Soal nomor 3
Rambu Berhenti, dari hasil analisis sebanyak 87% responden menjawab
benar. Hal ini sudah umum karena sering dijumpainya rambu dilarang parkir
disetiap ruas jalan dan desain rambu yang mudah untuk dipahami.
d. Soal nomor 4
Rambu putar balik/u turn, dari hasil analisis sebanyak 92% responden
menjawab benar. Hal ini sudah umum karena sering dijumpainya rambu
dilarang parkir disetiap ruas jalan dan desain rambu yang mudah untuk
dipahami.
e. Soal nomor 5
Marka lurus/tanpa putus, dari hasil analisis sebanyak 78% responden
menjawab salah, anak SMP banyak yang belum paham maksud dari marka
lurus apakah diperbolehkan menyalip atau tidak. Hal ini dikarenakan
kurangnya penyampaian/sosialisasi tentang kegunaan/fungsi daripada marka
tersebut.
f. Soal nomor 6
Batas kecepatan di zona selamat sekolah, meskipun sudah terdapat rambu
batas kecepatan maksimal, namun masih banyak yang belum tahu maksud dan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 191
tujuan pemasangan zona selamat sekolah. dari hasil analisis 69 % anak SMP
menjawab salah. Hal ini ikarenakan kurangnya penyampaian / sosialisasi
tentang kegunaan/fungsi daripada zona selamat sekolah.
g. Soal nomor 7
Fungsi dan tujuan marka kuning zig-zag (dilarang parkir), dari hasil
analisis 81% responden menjawab salah atau tidak tahu. Hal ini dikarenakan
kurangnya penyampaian/sosialisasi tentang kegunaan/fungsi daripada marka
kuning zig-zag/dilarang parkir.
h. Soal nomor 8
Marka terputus, dari hasil analisis 78 % menjawab salah atau tidak tahu,
meskipun sering dijumpai namun anak SMP belum mengetahui secara pasti
fungsi dan kegunaan marka dengan desain terputus tersebut.
i. Soal nomor 9
Zabra Cross, dari hasil analisis 78% anak SMP menjawab salah, anak
SMP banyak yang tahu kegunaan marka zebra cross yaitu untuk menyeberang
namun mereka berasumsi boleh kendaraan berhenti di marka zebra cross.
Sehingga perlu dilakukan penyampaian yang lebih jelas tentang fungsi dan
manfaat marka zebra cross tersebut.
j. Soal nomor 10
Batas kecepatan perkotaan, sebanyak 70% responden menjawab salah atau
tidak tahu. Hal ini karena tidak adanya sosialisasi tentang batas kecepatan yang
ditetapkan.
k. Soal nomor 11
Jalan Arteri, sebanyak 83 % responden menjawab salah, karena belum
paham tentang fungsi dan pengertian Jalan Arteri.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 192
l. Soal nomor 12
Batas kecepatan jalan lokal, sebanyak 76 % responden menjawab salah
atau tidak tahu. Hal ini karena tidak adanya sosialisasi tentang batas kecepatan
yang ditetapkan.
m. Soal nomor 13
Surat-surat kendaraan, sebanyak 95% anak menjawab benar. Anak SMP
sudah banyak yang paham tentang tujuan dan manfaat suratsurat kendaraan.
n. Soal nomor 14
Kegunaan Spion, sebanyak 96% anak menjawab benar. Anak SMP sudah
banyak yang paham tentang tujuan dan manfaat penggunaan Spion.
o. Soal nomor 15
Penggunaan Jaket, Sebanyak 88% anak SMP menjawab salah atau tidak
tahu. Banyak diantara mereka menganggap penggunaan jaket saat berkendara
adalah wajib.
p. Soal nomor 16
Fungsi penggunaan helm. Sebanyak 78 % responden menjawab salah,
karena anak SMP masih banyak yang berpola-pikir bahwa menggunakan helm
hanya bertujuan agar tidak ditangkap/dihukum oleh polisi / petugas.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 193
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Membangun Integrasi materi tentang keselamatan jalan sudah ada pada
kurikulum 2013 yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
namun belum maksimal karena dalam Sistem Kredit Semester (SKS) belum
ditetapkan secara pasti materi pendidikan keselamatan jalan yang akan
disampaikan, selain itu dalam buku pedoman Pendidikan Kewarganegaraan
belum ada penyampaian materi tentang keselamatan jalan. Sedangkan dalam
kurikulum KTSP masih belum ada integrasi materi tentang keselamatan jalan.
2. Tingkat pengetahuan tentang keselamatan jalan anak Sekolah Menengah
Pertama Negeri di Kota Tegal mendekati rendah. Dengan persentase nilai skor
sebesar 45,4 %.
5.2 Saran
1. Untuk Perlu diberikan materi keselamatan jalan pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dan bagi yang sudah menjalankan kurikulum
2013 perlu ditingkatkan lagi materi keselamatan. Materi yang disampaikan bisa
berupa materi dasar seperti pengetahuan tentang rambu, marka, perlengkapan
jalan, perlengkapan berkendara dan materi bagaimana cara menjadi pengguna
jalan yang baik, ramah, sopan serta berkeselamatan.
2. Perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang keselamatan jalan anak SMP,
selain melalui pendidikan di sekolah juga bisa dilakukan melalui sosialisasi
keselamatan oleh pihak instansi terkait seperti Kepolisian, Dinas Perhubungan,
Dinas Kesehatan dsb. Selain itu perlu keterlibatan aktif pihak sekolah dalam
pengawasan murid terkait dengan penggunaan sepeda motor, mengingat pada
usia mereka belum saatnya menggunakan sepeda motor.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 194
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, “The Contribution of Individual Factors to Driving Behaviour”,
Health and Safety Executive Books (HSE).
Anonim, 2012, “Panduan Penentuan Skoring Kriteria Kuesioner (Skala
Pengukuran). Diakses dari www.bukukerja.com/2012/10/panduan-
penentuanskoring-kriteria.html?m=1, pada tanggal 20 Desember 2015, jam
13.00 WIB.
Anonim, 2014, Karakteristik Sistem Lalu Lintas, Bahan Kuliah Politeknik
Keselamatan Transportasi Jalan 2014.
Anonim, 2015, Karakteristik Mengemudi, Bahan Kuliah Politeknik Keselamatan
Transportasi Jalan 2014.
Anonim, 2014, “Redesain Perlintasan Sebidang Tirus Kota Tegal dari Aspek
Perbedaan Tinggi Jalan dengan Rel”, Taruna/i PKTJ Jurusan Manajemen
Keselamatan Transportasi Jalan – PKTJ Tegal
Anna R., Dr. Dra. Ismaini Z., M.Si, “Analisis Pola Tingkah Laku Pengendara
Sepeda Motor di Kota Surabaya dengan Driver Behaviour Questionnaire
(DBQ)”, Mahasiswa ITS – Dosen Statistika ITS - Intitute Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
Baso Intang, “ Pengkategorian Responden Berdasarkan Skor Total”, Dosen
FMIPA UNM Makasar.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Farida Agus, 2011, “Perbandingan Penskalaan Metode Interval Tampak Setara
(Tipe Thurstone) dan Summated Rating (Tipe Likert)”, Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Gineung Cynthia U., 2009, “Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi dan
Keterampilan Mengendara Mahasiswa Terhadap Perilaku Keselamatan
Berkendara”, Skripsi S1 Kesehatan Masyarakat – Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. (tidak dipublikasikan).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 195
Ihsan Fuad. (2005). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta. PT RINEKA CIPTA.
Jakarta.
Lukman H., Fathul L. N. 2011,”Analisa Sikap Terhadap Aturan Lalu Lintas Pada
Komunitas Bermotor”, Jurnal Psikologi Indonesia, Malang : Fakultas
Psikologi UINMMI, Vol VIII, No. 2, 93-103.
Nur Setiaji P., “Mengenal Perilaku Pengendara Kendaraan Dalam Upaya
Mencegah Terjadinya Kecelakaan di Jalan Raya”, Jurusan Teknik Sipil –
Politerknik Negeri Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo, (1993), Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan, Andi Offset : Yogyakarta.
Sulis W., 2012, “Perilaku Agresi Pengemudi Kendaraan Bermotor di Jakarta”,
Info Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol. IV, No.13/I/P3DI/Juli/2012.
Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja, U, La Sulo, S.L. (2005). Pengantar Pendidikan. Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta
Veysel Yilmaz, H. Eray C., 2006, “Risky Driving Attitudes And Self – Reported
Traffic Violation Among Turkish Drivers”, Dogus Universitesi Dergisi, 7 (1)
2006, 127-138, Statistics Department.
Young - Jun K., Kara M. Kockelman, 2006, “Driver Attitudes and Choice : Speed
Limits, Seat Belt Use, and Drinking–and-Driving”, Journal of The
Transportation Research Forum 45 (3):39-56.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 196
PENGARUH PROGRAMMABLE PERIPHPERAL INTERFACE (PPI)
TERHADAP REKAYASA PROTOTIPE PEMBANGKIT GELOMBANG
SEBAGAI INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN MARITIM
Nora Hotija1)
, Rizal Eka Julianma1)
, Ikfan Harianto1)
dan M. Joko Wibowo2)
1Mahasiswa Energi Terbarukan, Teknik, Politeknik Negeri Jember
2Dosen Pembimbing, Politeknik Negeri Jember
Email: [email protected]
Abstrak
Peningkatan penggunaan listrik berbanding lurus dengan jumlah eksploitasi
sumber daya alam konvensional yang mengakibatkan krisis lingkungan.
Pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan pemanasan global yang berdampak
pada permasalahan bidang maritim di Indonesia khususnya kenaikan permukaan
laut dapat menyebabkan pulau kecil tenggelam. Luas perairan Indonesia adalah±
60% dari total luas wilayah 1.929.317 km. Potensi Indonesia dalam pemanfaatan
energi gelombang laut sangat besar. Penulis memanfaatkan pengaruh keperluan
antarmuka (interface) yaitu PPI 8255 terhadap rekayasa prototipe pembangkit
gelombang laut. Analisa data inovasi teknologi pengolahan maritim diharapkan
dapat menggantikan penggunaan energi listrik konvensional oleh masyarakat
kepulauan dan mencegah peningkatan suhu permukaan laut. Tujuan penelitian
adalah mengetahui pengaruh PPI 8255 terhadap rekayasa prototipe pembangkit
gelombang laut, tinggi dan panjang gelombang yang dihasilkan. Penulis
menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengetahui cara kerja alat dan
hasil pengukuran dimasukkan ke dalam tabel. Uji coba dilakukan dengan dua
jenis pengujian, yaitu pengujian dengan power supply dan pengujian PPI 8255.
Pengujian dengan power supply dengan 2 variabel yaitu volume air 40% dari
aquarium 59.024cm3, volume air 60% dari aquarium 88.536cm
3 dan analisis
perbandingan volume air terhadap tegangan dapat di lihat berdasarkan tegangan
sumber yang diberikan oleh power supply yaitu 8,5v, 9v, 10v, 11v, 12v. Pengujian
dengan PPI 8255 dengan 2 variabel yaitu volume air 40% dan volume air 60%.
Interval yang dipilih adalah 15 dan 25. Hasil uji coba menunjukkan bahwa
rekayasa prototype pembangkit gelombag laut mengahasilkan gelombang ombak
buatan dengan delapan variasi gelombang pada setiap volume airnya. Sehingga
rekayasa prototipe Pembangkit Gelombang Laut dapat dijadikan pengembangan
PLTGL sebagai inovasi penyelesaian permasalahan maritim.
Kata Kunci: PPI 8255, Rekayasa prototype, Teknologi pengolahan maritim
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 197
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesenjangan antara kebutuhan dan persediaan energi merupakan suatu
permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Mengingat produksi minyak bumi
menurun menyebabkan titik kesenjangan energi dan tidak menentunya harga
minyak di Pasar Internasional. Minyak bumi merupakan sumber energi primer.
Hasil dari penggunaan sumber energi tersebut adalah energi listrik yang
kehadirannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dunia modern. Seiring
dengan menigkatnya penggunaan listrik maka semakin banyak digunakan sumber
daya alam konvensional (tidak dapat diperbarui). Eksploitasi sumber daya alam
konvensional (tidak dapat diperbarui) dengan berlebihan mengakibatkan
pemanasan global yang berdampak pada permasalahan bidang maritim di
Indonesia khususnya kenaikan permukaan laut yang akan menyebabkan pulau
kecil akan tenggelam.
Selain permasalahan bidang maritim, krisis bahan bakar minyak
berpengaruh pada perekonomian bangsa Indonesia khususnya fluktuasi Bahan
Bakar Minyak (BBM) akibat menurunnya produksi minyak bumi. Berdasarkan
Skenario Dasar, pasokan minyak bumi masih tumbuh rata-rata 4,4%per tahun,
dari 422 juta SBM tahun 2010 menjadi 997 juta SBM tahun 2030. Peran minyak
bumi masa mendatang berangsur-angsur digantikan oleh jenis energi lainnya,
terutama batubara dan gas bumi sehingga pangsa minyak bumi diperkirakan akan
turun dari 39,1% pada 2010 menjadi 21,4% pada 2030. Berdasarkan hasil simulasi
Skenario Dasar, kilang baru yang harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan
BBM dalam negeri adalah 3 unit dengan kapasitas masing-masing 300.000 barel
per hari, dibangun secara bertahap mulai 2016. Disamping kilang baru, perlu
dikembangkan juga pemanfaatan BBN dan bahan bakar batubara cair (BBBBC).
Menurut Skenario Dasar kebutuhan pasokan BBN akan mencapai sekitar 82 juta
barel di tahun 2030, sedangkan pasokan BBBBC akan mencapai 109 juta barel di
tahun 2030. Trend konsumsi, produksi,ekspor dan impor bahan bakar cair untuk
Skenario Dasar diperlihatkan pada Gambar 1.1
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 198
Grafik 1.1 Ekspor, produksi dan impor bahan bakar cair (skenario dasar)
Permasalahan bidang maritim khususnya suhu permukaan laut meningkat
karena dampak eksploitasi sumber daya alam konvensional (tidak dapat
diperbarui), maka perlu diterapkan pemanfaatan sumber daya alam non
konvensional (dapat diperbarui). Energi yang berasal dari sumber daya alam non
konvensional (dapat diperbarui) adalah Energi baru dan terbarukan (EBT).
Indonesia mempunyai potensi bidang kemaritiman yang sangat besar. Luas
perairan Indonesia adalah ± 60% dari total luas wilayah 1.929.317km. Bentangan
barat ke timur sepanjang 5.150 km dan bentangan utara ke selatan 1.930 km telah
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia.
Laut selain menjadi sumber pangan juga mengandung beraneka sumber daya
energi. Potensi Indonesia dalam pemanfaatan energi gelombang laut ini sangat
besar dibanding dengan negara lain.
Peran pemuda terhadap pembangunan berkelanjutan potensi Indonesia
menuju Indonesia mandiri 2045 melalui inovasi teknologi, sehingga Penulis
memilih pokok permasalahan karya tulis tentang pengaruh keperluan antarmuka
(interface) yaitu Programmable Periphperal Interface (PPI) 8255 terhadap
rekayasa prototipe pembangkit gelombang laut yang dapat dijadikan sarana awal
sebagai inovasi teknologi pengolahan maritim khususnya pengembangan energi
baru dan terbarukan pada bidang energi gelombang laut. Sehingga dibutuhkan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 199
pembuatan keperluan antarmuka (interface) dan rekayasa prototipe pembangkit
gelombang laut. Analisa data dari pengaruh Programmable Periphperal Interface
(PPI) 8255 terhadap rekayasa prototipe pembangkit gelombang laut sebagai
inovasi teknologi pengolahan maritim diharapkan dapat menggantikan
penggunaan energi listrik konvensinal oleh masyarakat kepulauan dan mencegah
peningkatan suhu permukaan laut. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada
bidang maritim, maka penulis mengangkat judul penelitian Sriwijaya Paper
Competition 2016 adalah “Pengaruh Programmable Periphperal Interface (PPI)
terhadap Rekayasa Prototipe Pembangkit Gelombang sebagai Inovasi Teknologi
Pengolahan Maritim”.
1.2 Rumusan Masalah
Pembuatan Rekayasa Prototipe Pembangkit Gelombang Laut diperlukan
pemahaman dasar dari komponen. Berdasarkan permasalahan yang telah diteliti,
maka pendekatan dan konsep adalah :
1. Bagaimana keadaan (tinggi, panjang dan variasi ) gelombang yang
dihasilkan pada rekayasa prototipe pembangkit gelombang laut
menggunakan PPI 8255?
2. Bagaimana komponen rekayasa prototipe pembangkit gelombang
laut?
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan rekayasa prototipe
gelombang laut untuk ini adalah :
1. Mengetahui keadaan (tinggi, panjang dan variasi) gelombang yang
dihasilkan pada rekayasa prototipe pembangkit gelombang laut
menggunakan PPI 8255
2. Mengetahui komponen rekayasa prototipe pembangkit gelombang laut
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 200
1.4. Manfaat Penulisan
Berdasarkan pengaruh Programmable Periphperal Interface (PPI) 8255
terhadap Rekayasa Prototipe Pembangkit Gelombang Laut, maka manfaat yang
diharapkan dan ruang lingkup dari hasil penelitian ini adalah:
1. Penelitian lebih lanjut tentang inovasi teknologi pengolahan maritim.
2. Penelitian lebih lanjut tentang energi baru dan terbarukan melalu pengaruh
Programmable Periphperal Interface (PPI) 8255 terhadap rekayasa
prototipe pembangkit gelombang laut.
3. Penelitian lebih lanjut tentang keperluan antarmuka (interface) melalui
Programmable Periphperal Interface (PPI) 8255.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 201
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Definisi Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang14
.
2.1.2 Definisi Rekayasa
Rekayasa adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan
permasalahan manusia yang diselesaikan melalui pengetahuan, matematika dan
pengalaman praktis yang diterapkan15
.
2.1.3 Definisi Prototipe
Prototipe adalah bentuk awal (contoh) atau standar ukuran dari sebuah
entitas16
.
2.1.4 Definisi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian pembangkit adalah alat
untuk membangkitkan sesuatu17
. Pembangkit mempunyai beberapa komponen
utama dan komponen pembantu yang digunakan untuk menunjang sebuah proses.
Rekayasa Prototipe pembangkit gelombang laut (ombak) adalah suatu kegiatan
proses yang sistematis yang terdiri dari perencanaan, pembangunan, pemanfaatan
yang dibuat untuk mmebangkitkan gelombang laut atau ombak dengan skala
yamg lebih kecil. Sedangkan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut adalah
suatu pembangkit yang memanfaatkan energi gelombang laut dan kemudian di
konversi menjadi energi listrik., Pergerakan gelombang laut
digunakan untuk memutar turbin. Putaran turbin ini digunakan untuk memutar
generator sehingga menghasilkan energi listrik18
.
14
www. KamusBesarBahasaIndonesia.org 15
Ibid 16
Ibid 17
Ibid 18
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/174958578?extension=pdf&ft=1388638684
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 202
2.1.4.1 Pengertian Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu
gelombang akan mengikuti gerak sinusoide19
. Selain radiasi elektromagnetik, dan
radiasi gravitasional, yang dapat berjalan lewat vakum, gelombang juga terdapat
pada medium (karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya memulihkan
yang lentur) di mana mereka dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari
satu tempat kepada lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara
permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Gelombang adalah suatu
fenomena perambatan gangguan (energi)20
. Pada penjalarannya memerlukan suatu
materi yang disebut medium. Pada gelombang yang merambat adalah
gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat
panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang
tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan
(gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh
oleh gelombang dalam waktu satu detik. Dengan rumus dasar gelombang:
2.1.4.2 Pengertian Getaran
Getaran adalah gerak bolak – bolik secara berkala melalui suatu titik
keseimbangan dari keadaan 0 / netral (F=0). Pada umumnya setiap benda dapat
melakukan getaran. Suatu benda dikatakan bergetar apabila benda itu bergerak
bolak bolik secara berkala melalui titik keseimbangan.
<=1388642294&user_id=52519629&uahk=rIi4uONVAWJnB0yHndniXbtzet8 19
Kamajaya. Fisika. (Ganeca Exact Bandung) h.211 20
Ibid
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 203
Sumber : www.vibrasi’sblog.com
Gambar 2.1 Pegas yang di beri Gaya (F)
Pegas tersebut tidak akan bergerak/ bergetar sebelum ada gaya yang diberikkan
terhadapnya. Setelah gaya tarik (F) dilepas mak pegas akan bergetar, bergerak
bolak-balik disekitar posisi netral.
2.1.4.3. Energi Gelombang Laut
Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan
gelombang laut yang menuju daratan dan sebaliknya. Total energi gelombang laut
dapat diketahui dengan menjumlahkan besarnya energi kinetik dan energi
potensial yang dihasilkan oleh gelombang laut tersebut. Energi potensial adalah
energi yang ditimbulkan oleh posisi relatif atau konfigurasi gelombang laut pada
suatu sistem fisik.
2.1.5. Koneversi Energi Gelombang Laut
Pemanfaatan gelombang laut umumnya terdapat emapat sistem dasar
untuk mengkonversi energi langsung menjadi pembangkit listrik maupun
ditransfer energi lainnya. Sistem tersebut adalah:
1. Oscillating water column
Oscillating water column beroperasi seperti turbin angin dengan prinsip
perbedaan tekanan udara akibat gelombang laut. Ruangan udara dipasang diatas
permukaan air laut mengubah batas permukaan dalam ruangan, dari perubahan
batas permukaan terhadap kenaikan dan penurunan tekanan udara dalam ruangan.
Diatas ruangan udara dipasang sebuah turbin yang dapat dilewati oleh udara, baik
udara keluar maupun udara masuk. Udara akan mengalir masuk ke dalam ruangan
selama gelombang diluar turun dan udara akan keluar pada saat gelombang akan
naik. Terdapat dua arah aliran udara, untuk menjaga arah yang sama, maka turbin
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 204
didesain agar berputar pada satu arah putaran saja agar tidak terpengaruh oleh
arah aliran udara.
(Sumber :http://superpowerful.wordpress.com/2011/12/28/energigelombang-laut/)
Gambar 2.2 Teknologi oscillating water column (owc)
2. Pembangkit Listrik Tenaga OWC
OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang mengubah energi
gelombang laut menjadi energilistrik dengan menggunakan kolom isolasi21
.
Oscillating Water Column (OWC) adalah teknologi pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga gelombang laut sebagai penggerak turbinnya. Pada OWC,
Kekuatan tekanan udara tidak bisa diubah, tetapi dampak yang mungkin
ditimbulkan terhadap tingkat elevasi air bisa diubah. Hanya dengan mengubah
dimensi chamber OWC hal tersebut bisa dicapai.
21
8http://superpowerful.wordpress.com/2011/12/28/energi-gelombang-laut/
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 205
Sumber : http://www.plengdut.com/2012/10/mengenalteknologioscillating-
water.html
Gambar 2.3 Sketsa owc tampak samping
Prinsip kerja alat OWC ini adalah mengubah energi ombak menjadi energi
listrik berdasarkan prinsip kerja kolom isolasi. Perhatikan gambar sketsa OWC
tampak samping di atas. Gelombang yang datang dari arah laut akan menabrak
bangunan OWC ini dimana pada bagian bawah bangunan ini terdapat kolom
tebuka untuk masuknya air laut yg akan berisolasi naik dan turun sehingga
menimbulkan peristiwa sedot dan hisap pada kolom udara di atasnya (prinsip
kerja pompa).
2.1.6 Drive Motor
Motor DC adalah suatu piranti elektronik yang befungsi untuk mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Kecepatan yang dihasilkan oleh motor DC
berbanding lurus dengan potensial yang diberikan. Motor DC tidak dapat
dikendalikan secara langsung oleh mikrokontroler, karena kebutuhan arus listrik
yang besar pada motor DC sedangkan arus keluaran pada mikro sangat kecil.
Driver motor merupakan pilihan alternatif yang harus digunakan untuk
mengendalikan motor DC.
2.1.7 PPI (Programmable Periperal Interface) 8255
Programmable Periphperal Interface (PPI) adalah suatu komponen Paralel
Input atau Paralel Output Port dalam suatu chip serbaguna yang dapat diprogram
fungsi input / outputnya PPI 8255 dibuat oleh Intel Co yang digunakan untuk
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 206
bersama mikroprosesor buatan Intel. PPI (Programmable periperal interface) 8255
itu sendiri adalah chip yang dirancang khusus untuk keperluan antarmuka
(interface) pada sistem komputer yang menggunakan mikroprosesor intel. Chip
PPI 8255 memiliki 40 buah pin, yang konfigurasi pin-pinnya diperlihatkan pada
gambar diatas. PPI 8255 (perhatikan gambar 2.12 ) memiliki 3 buah port (port
A,B dan C) dan sebuah bus data 8-bit. Bus data adalah penghubung antara
mikroprosesor dengan PPI 8255, sedangkan port A,B dan C adalah penghubung
antara PPI 8255 dengan rangkaian kendali/piranti luar. B us data pada PPI 8255
hanya satu buah sedangkan port PPI ada 3 buah, bus data tidak dapat terhubung
dengan ketiga port pada waktu yang bersamaan. Sehingga untuk menghubungkan
bus data dengan salah satu port dapat dilakukan dengan memberikan kombinasi
data tertentu pada pin A0 dan A1.
Sumber : http://aank123.wordpress.com/pendidikan/materi-elektronika/program
mableperipheral-interface
Gambar 2.4 Mikroprosesor, ppi 8255, dan piranti luar
2.2 Ulasan Penelitian Terkait
Sistem kerja pembangkit gelombang laut (ombak) pada penelitian ini
sangat bergantung pada motor dc. Proses untuk memaksimalkan variasi
gelombang yang dihasilkan, maka dibuatlah variabel - variabel tegangan yang
memungkinan terjadinya gelombang yang ideal. Energi listrik memiliki peran
peting dalam kebutuhan hidup manusia, berbagai aktifitas kehidupan dengan
berkembangnya teknologi yang ada energi listrik menjadi sumber energi utama
sebagai sumber tenaga. Sehingga penulis memanfaatkan pengaruh Programmable
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 207
Periphperal Interface (PPI) 8255 terhadap Rekayasa Prototipe Pembangkit
Gelombang Laut sebagai Inovasi Teknologi Pengolahan Maritim.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 208
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitina dilakukan di Laboratorium Teknik Energi Terbarukan,
Jurusan Teknik, Politeknik Negeri Jember yang beralamat di jalan Mastrip,
Kabupaten Jember pada bulan Juli 2016.
3.2. Prosedur Rekayasa Prototipe Pembangkit Gelombang Laut (Ombak)
Pada prosedur ini dibahas langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembuatan rekayasa prototipe pembangkit gelombang laut (ombak) dnegan
menggunakan diagram blok yang dapat menganalisa langkah-langkah dalam
pembuatan alat cara kerja rangkaian dan merancanng hardware yang akan dibuat
secara umum. Diagram blok merupakan pernyataan hubungan yang berurutan dari
satu atau lebih komponen yang memiliki satu kesatuan kerja tersendiri.
3.2.1. Diagrami Pembuatan Rekayasa Prototipe Pembangkit Gelombang Laut
Diagram blok pada gambar dibawah ini akan menjelaskan secara rinci dari
tahap awal hingga akhir pembuatan rekayasa prototipe. Langkah-langkah sesuai
pada diagram dibawah ini:
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 209
Keterangan:
Tahap pertama yang dilakukan dalam pembatan rekayasa prototipe
pembangkit gelombang lau tersebut adalah studi literatur, dalam studi literatur ini
mencari data-data dari buku, browsing, paten, dan jurnal skripsi. Kemudian
melakukan perancangan system, dimana pada tahap ini, memilih komponen alat
yang digunakan dan membuat alur Rekayasa Prototipe serta membuat rancang
bangun prototipe. Setelah itu, melakukan analisis rancangan sistem, yaitu
dilakukan analisis tiap komponen yang sesuai, dan menganalisis cara kerja
sehingga rekayasa prototipe dapat berjalan sesuai dengan sistim kerja.
Selanjutnya simulasi rancangan sistem,dalam tahap ini mencoba
mensimulasikan rancangan sistem yang telah di buat sesuai dengan analisis
rancangan. Lalu melakukan pembuatan rekayasa prototipe dengan menggunakan
komponen yang telah ditentukan, Dalam pembuatan rekayasa prototipe
pembangkit gelombang laut harus sesuai dengan analisis rancangan. Setelah
rekayasa prototipe maka dilakukan uji coba rekayasa prototipe per unit, yaitu
setiap komponen alat di uji terlebih dahulu satu per satu. Selanjutnya uji coba
keseluruhan alat sesuai dengan simulasi rekayasa prototipe. Selanjutnya adalah
menganalisis rekayasa prototipe, di dalam menganalisis rekayasa prototipe maka
diperlukan pengamatan, pendataan uji coba alat secara keseluruhan dan
mengambil kesimpulan terhadap hasil percobaan yang telah di analisis.
3.2.2 Diagram Kerja Rekayasa Prototipe Pembangkit Gelombang (Ombak)
Diagram diatas menggambarkan rancangan cara kerja rekayasa prototipe
pembangkit gelombang laut (Ombak).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 210
3.2.3 Rancangan Alat dan Bahan Pembuatan rekayasa prototipe Pembangkit
gelombang laut (ombak)
1. Kolam Ombak
Kolam ombak ini dibuat sebagai rekayasa prototipe pembangkit
gelombang laut, seolah-olah sperti lautan yang dalam dan semakin dangkal
menuju tepi pantai.
Gambar 3.1 Sketsa rancangan kolam ombak
2. Alat Pembuat Ombak
Pada dasarnya rekayasa prototipe omabk buatan diasumsikan sebagai
ombak lautan. Sementara alat pembuat ombak iini berbentuk limas segitiga yang
terbuat dari akrilik dengan mengambil konsep cara kerja piston pada kendaraan
bermotor. Alat ini menggunakan motor dc 24 volt yang menggerakkan beban
naik-turunnya air didalam kolam sehigga terbentuklah gelombag laut buatan
(ombak) menuju tepi pantai. Dibawah ini adalah gambar alat pembuat gelombang
beserta ukurannya.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 211
Gambar 3.2. Sketsa perancangan alat pembuat ombak
Gambar 3.3 Perancangan crank arm
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 212
Gambar 3.4 Perancangan pelampung pembuat ombak
3.3 Teknik Analisa Data
Kriteria pengujian pada alat yang disimulasikan yaitu tahap pertama
dengan mengamati tegangan pada motor dc, kecepatan motor dan ombak yang di
hasilkan. Untuk mendapatkan gelombang yang bervariasi ada dua jenis percobaan
disini, yang pertama percobaan dengan power supply. Disini uji coba di mulai
berdasarkan volume air. Sedangkan yang kedua percobaan dengan serial PPI 8255
dengan program pwm. Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif, yaitu untuk mengetahui cara kerja alat, mengambil data dan
hasil pengukuran dimasukkan ke dalam tabel. Adapun tahap pengujian di uraikan
pada tabel;
3.3.1 Pengujian dengan power supply
Pada pengujian ini dibagi menjadi 2 variasi volume air yaitu 40% dan 60%.
Berikut ini data tabel yang dibuat.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 213
1. Volume air 40%
Tabel 3.1 Pengujian hasil gelombang dengan volume air 40%
Tabel 3.2 Pengujian hasil gelombang dengan volume air 60%
3.3.2 Pengujian dengan PPI 8255
Pada pengujian dengan PPI 8255 menampilkan tabel dengan dua variasi
volume air dari aquarium gelombang laut (ombak). Yaitu volume air 40% dan
60%. Berikut tabel yang akan dibuat untuk ujicoba hasil gelombang laut (ombak).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 214
1. Volume air 40% dengan PPI 8255
Tabel 3.3 Pengujian hasil gelombang dengan volume air 40% dengan program
ppi 8255
2. Volume air 60% dengan PPI 8255
Tabel 3.4 Pengujian hasil gelombang dengan volume air 60% dengan program ppi
8255
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 215
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Keadaan (Tinggi, Panjang dan Variasi) Gelombang Menggunakan PPI
4.1.1 Hasil Pengukuran dengan Power Supply
Pada pembahasan penelitian telah didapatkan beberapa variasi gelombang
laut (ombak). Variasi gelombang laut (ombak) didapat dari variasi sumber
tegangan yang mempengaruhi kecepatan motor. Pada grafik dibawah ini akan di
bahas hasil gelombang laut (ombak):
1. Volume air 40% dari aquarium
2. Pada volume air diisi 40% dari volume akuarium yaitu dengan volume air pada
tabe 4.1 sebesar 59.024 cm3, dan volume udara pada akrilik pembuat ombak
sebesar 13.182 cm3 akan didapatkan grafik:
Grafik 4.1. Hasil data tegangan terhadap gelombang yang dihasilkan pada volume
40%
Pada volume air 40% panjang gelombang mengalami penurunan pada
setiap tegangan sumbernya. Panjang gelolmbang terpanjang di dapat pada
tegangan 10v. Sedangkan panjang gelombang terpendek didapati pada tegangan
12v. Sementara tinggi gelombang laut (ombak) yang didapat pada volume 40% ini
mengalami kenaikan pada setiap tegangan yang diberikan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 216
2. Volume air 60% dari aquarium
Pada volume air 60% dari volume akuarium dengan volume sebesar
88.536cm3, didapatkan hasil grafik:
Grafik 4.2 Hasil data tegangan terhadap gelombang yang dihasilkan pada volume
60%
Pada saat volume air diisi 60% dari volume akuarium, akan didapatkan
gelombang laut (ombak) dengan kecepatan tinggi, dengan panjang gelombang
yang panjang dan tinggi gelombang yang tinggi seiring dengan kecepatan motor
dan tegangan sumber. Pada penguijan volume 60% ini tetap dibatasi pada
tegangan maksimal 12 v, dkarenakan pada tegangan yang melebihi tegangan
maksimal tersebut akan mengakibatkan bentuk gelombang yang tidak beraturan
dan tumpahnya air dari aquarium karena kecepatan ombak tersebut. Analisis
perbandingan volume air terhadap tegangan dapat di lihat berdasarkan tegangan
sumber yang diberikan oleh power supply. Yakni 10v, 11v, dan 12v.
Grafik 4.3 Hasil data tegangan terhadap gelombang pada tegangan 10v
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 217
Tegangan 10v terhadap gelombang yang dihasilkan membentuk suatu
panjang gelombang dan tinggi gelombang laut (ombak) yang dihasilkan
cenderung mengalami kenaikan pada setiap volumenya. Pada periode gelombang
tertinggi terjadi pada volume air 40%. Sedangkan pada volume lainnya
mendapatkan periode yang sama dan kecepatan gelombang mengalami kenaikan
setiap volumenya.
Grafik 4.4 Hasil data tegangan terhadap gelombang yang dihasilkan pada
tegangan 11v
Pada hasil data tegangan 11v terhadap gelombang yang dihasilkan
membentuk suatu panjang gelombang, tinggi gelombang dan kecepatan
gelombang laut (ombak) yang dihasilkan mengalami kenaikan setiap volumenya.
Grafik 4.5. Hasil data tegangan terhadap gelombang yang dihasilkan pada
tegangan 12v
Pada hasil data tegangan 12v terhadap gelombang yang dihasilkan
membentuk panjang gelombang bervariasi setiap volume air. Tinggi gelombang
mengalami kenaikan grafik pada setiap volumenya. Periode pada volume air 40%
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 218
mendapat 1s. Volume air 60% seimbang, yakni 0,05s. Pada kecepatan mengalami
grafik kenaikan pada setiap volumenya.Sehingga tegangan sangat berpengaruh
terhadap kecepatan yang dihasilkan.
4.1.2. Hasil Pengukuran dengan Serial PPI 8255
1. Volume air 40% pada PPI 8255
Grafik 4.6 Hasil data perbandingan hasil interval 15 dan 25 pada tegangan 10v
dengan volume ar 40%
Pada hasil volume air 40% dengan tegangan 10v panjang gelombang dan
kecepatan gelombang laut (ombak) naik pada setiap intervalnya. Sementara tinggi
sama yaitu 0,5cm. Hal ini disebabkan karena rendahnya volume air yang hanya
40%.
Grafik 4.7 Hasil data perbandingan hasil interval 15 dan 25 pada tegangan 11v
dengan volume air 40%
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 219
Pada hasil volume air 40% dengan tegangan 11v panjang gelombang dan
kecepatan gelombang laut (ombak) naik pada setiap intervalnya. Sementara tinggi
sama yaitu 0,5cm karena rendahnya volume air.
Grafik 4.8 Hasil data perbandingan hasil interval 15 dan 25 pada tegangan 12v
dengan volume air 40%
Pada hasil dengan tegangan 12v volume air 40% panjang gelombang dan
kecepatan gelombang laut (ombak) naik pada setiap intervalnya. Sementara tinggi
sama yaitu 0,5 cm. Hal ini disebabkan karena rendahnya volume air yang hanya
40%. Dari hasi pengamatan ketiga tegangan yang di ujicoba didapatkan panjang
gelombang, periode, dan kecepatan gelombabng setiap interval naik pada setiap
tegangan yang di ujicoba, dan tinggi tetap yakni 0,5 cm yang disebabkan volume
air yang rendah.
2. Volume air 60% pada PPI 8255
Pada pengamatan dengan volume air 60% merupakan batas volume air
maksimal. Dikatakan maksimal karena apabila volume di tambah lebih dari 60%,
yang terjadi tidak beraturan (sinusoidal) dan air bisa melebihi kapasitas aquarium
pada saat terjadi gelombang (tumpah).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 220
Grafik 4.9 Hasil data perbandingan hasil interval 15 dan 25 tegangan 10v dengan
volume air 60%
Pada hasil pengamatan volume air 60% dari akuarium ombak dengan
tegangan 10v panjang gelombang, periode gelombang laut (ombak) naik pada
setiap intervalnya. Tinggi gelombang sama pada ketinggian sekitar 1,5 cm dan
kecepatan yang sama yakni sekitar 18cm/s. Tegangan yang sebenarnya diberikan
ke motor adalah bukan 10 v, dikarenakan menggunakan PWM sehingga tegangan
yang sebenarnya adalah 2,6v. Sedangkan interval 25 pada tegangan 10v tegangan
rata – ratanya adalah 3,7v.
Grafik 4.10. Hasil data perbandingan hasil interval 15 dan 25 tegangan 11 v
dengan volume air 60%
Pada hasil pengamatan volume air 60% dari akuarium ombak dengan
tegangan 11v panjang gelombang, periode gelombang laut (ombak) naik pada
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 221
setiap intervalnya. Tinggi gelombang sama pada ketinggian sekitar 1,5 cm dan
kecepatan naik 1cm/s pada setiap interval. Tegangan sebenarnya diberikan ke
motor adalah bukan 11 v dikarenakan menggunakan program PWM sehingga
tegangan sebenarnya untuk interval 15 pada tegangan rata- rata adalah 2,8v.
Sedangkan interval 25 pada tegangan 11v tegangan rata – ratanya adalah 4,1v.
Grafik 4.11 Hasil data perbandingan hasil interval 15 dan 25 tegangan 12v dengan
volume air 60%
Pada pengamatan volume air 60% dari akuarium ombak dengan tegangan
12v panjang gelombang, periode gelombang laut (ombak) naik pada setiap
intervalnya. Tinggi gelombang sama pada ketinggian sekitar 0,5cm dan kecepatan
naik 1cm/s pada setiap interval. Tegangan yang sebenarnya di berikan ke motor
adalah bukan 12v, dikarenakan menggunakan program PWM sehingga tegangan
yang sebenarnya untuk interval 15 pada tegangan rata-ratanya adalah 3,1v.
Sedangkan interval 25 pada tegangan 12v tegangan rata–ratanya adalah 4,4v.
3. Interval volume air 40% dan 60%.
Pada pengamatan interval volume air 40 % dan 60%, maka dibedakan
menjadi interval 15 dan 25.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 222
Grafik 4.12. Hasil data perbandingan hasil interval 15 pada setiap tegangan
dengan volume air 40%
Pada hasil volume air 40% dengan interval gelombang,tinggi gelombang,
dan kecepatan gelombang laut (ombak) naik pada setiap tegangan yang diberikan.
Sementara periode sama yaitu 0,5s. Jadi pada interval 15 dengan volume air 40%
memiliki periode stabil yakni 0,5 s.
Grafik 4.13. Hasil data perbandingan hasil interval 25 pada setiap tegangan
dengan volume air 40%
Pada hasil volume air 40% dengan interval 25 panjang gelombang, tinggi
gelombang, dan kecepatan gelombang laut (ombak) naik pada setiap tegangan
yang diberikan. Sementara periode sama yaitu 1s. Jadi interval 25 dengan volume
air 40% memiliki periode yang stabil yakni 1s.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 223
Grafik 4.14. Hasil data perbandingan hasil interval 15 pada setiap tegangan
dengan volume air 60%
Pada hasil volume air 60% dengan interval 15 panjang gelombang dan
kecepatan gelombang laut (ombak) naik setiap intervalnya. Sementara tinggi
gelombang pada 10 v, 11 v dan 12 v mendapatkan tinggi yang sama, yakni 1,5
cm. Sementara periode yang didapat pada ketiga variasi tegangan mendapatkan
periode yang sama, yakni 0,5cm/s.
Grafik 4.15. Hasil data perbandingan hasil interval 25 pada setiap tegangan
dengan volume air 60%
Pada hasil volume air 60% dengan interval 25 panjang gelombang dan
kecepatan gelombang laut (ombak) naik pada setiap intervalnya. Sementara tinggi
gelombang pada 10 v dan 11v mendapatkan tinggi yang sama, yakni sekitar
1,5cm. Dan 2 cm untuk tinggi gelombang pada tegangan 12 v. Sementara periode
yang didapat pada ketiga variasi tegangan mendapatkan periode yang sama,
yakni1cm/s. Hasil grafik diatas disimpulkan bahwa interval 15 memiliki periode
rata- rata 0,5cm/s dan interval 25 memiliki periode rata-rata 1 cm/s. Panjang,
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 224
tinggi dan kecepatan pada setiap interval akan bertambah seiring naiknya
tegangan.
4.2 Komponen Rekayasa Prototipe Pembangkit Gelombang Laut (ombak)
Pada bab ini membahas hasil tentang rekayasa prototipe pembangkit
gelombang laut (ombak) yang berguna untuk pengembangan Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut. Tujuan dari pembuatan rekayasa prototipe adalah
pengembangn awal untuk memfasilitasi pembuatan pembangkit listrik
menggunakan energi gelombang laut untuk krisis energi yang berkepanjangan.
Komponen yang dibahas adalah kecepatan putaran motor yang dapat
mengerakkan alat pembuat ombak yang nantinya akan menghasilkan gelombang
laut (ombak) yang bervariasi.
2.1 Komponen Rekayasa prototipe Gelombang Laut (ombak)
1. Kolam Ombak
Kolam ombak yang telah ada dibuat sesuai dengan rancangan bangun,
pada gambar di bawa ini kolam ombak yang sudah terisi air sebagai rekayasa
prototipe laut terbuat dari akuarium.
Sumber : Dokumentasi
Gambar 4.1 Kolam ombak
Pada kolam ombak diatas akan di uji dengan volume air 40% dan 60%
dari volume kolam ombak yang ada, volume air tersebut akan dijelaskan pada
table di bawah ini:
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 225
Tabel 4.1 Kapasitas volume air :
2. Alat pembuat Ombak
Alat pembuat ombak ini terbuat dari akrilik yang berbentuk prisma tegak
siku-siku, dimana sudut kemiringan segitiganya berfungsi untuk membuat bentuk
gelombang. Volume udara yang terdapat pada akrilik pembuat ombak tersebut
sebesar 13.182 cm3. Penggeraknya menggunakan motor dc dengan gearbox
24volt,berfungsi untuk menggerakkan naik-turun alat pembuat ombak yang
terbuat dari akrilik. Dudukan motor dc 24 volt terbuat dari kayu
.
Sumber : Dokumentasi
Gambar 4.2 Alat pembuat ombak
3. Serial PPI 8255
Alat ini berguna untuk menambah variasi gelombang laut yang diciptakan
melalui alat pembuat gelombang dengan cara mengadopsi cara kerja dari mesin
jahit.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 226
Sumber : Dokumentasi
Gambar 4.3 Modul serial ppi 8255
PPI 8255 untuk menampikan gelombang yang didapat ke computer dalam
program delphi. Untuk perantaranya modul serial ini menggunakan kabel serial
RS232 dan tegangan input sebesar 12 vdc. Pada program ini menggunakan teknik
PWM. Berikut ini tabel interval yang akan di ujicoba untuk membuat gelombang :
Tabel 4.2 Interval pada program serial ppi 8255
Interval tabel diatas berdasarkan program interface yang di buat pada
modul serial PPI 8255, yakni rumus 500-(2*interval) pada timer on, dan rumus
10+(10*interval).
4.2.2 Cara Pengukuran Rekayasa prototipe Pembangkit gelombang laut (ombak)
Untuk mendapatkan variasi gelombang maka pada pengukuran ini dibagi
menjadi 2teknik pengukuran, pengukuran dengan power supply secara langsung
dan pengukuran dengan menggunakan modul serial ppi 8255 yang telah
diprogram dengan program PWM (pulse withmodulation).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 227
4.1.2.1 Cara pengukuran dengan power supply
Pada penelitian alat ini dibutuhkan ketelitian yang sangat cermat serta
pengukuran yang akurat, pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan data
sebagai berikut :
1. Menentukan tegangan yang akan di supply ke motor dc
Langkah awal dalam pengukuran alat adalah menentukan tegangan power
supply. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan putaran motor tersebut
adalah tacometer. Tujuan dari langkah tersebut adalah agar mendapatkan variasi
gelombang yang dihasilkan. Dari tegangan yang telah di supply ke motor dc maka
didapat rpm motor rata – rata sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rerata kecepatan motor berdasarkan tegangan supply
2. Mengukur gelombang laut (ombak) yang dihasilkan
Untuk mengetahui panjang gelombang dan tinggi gelombang yang di
hasilkan oleh datangnya ombak, yaitu dengan cara meneliti pergerakan
gelombang yang ada menggunakan meteran berskala (cm).
(Sumber : Dokumentasi)
Gambar 4.4 Mengukur kecepatan gelombang
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 228
4.1.2.2 Cara pengukuran menggunakan PPI 8255
Pada dasarnya pengukuran menggunakan serial PPI 8255 ini sama dengan
pengukuran menggunakan power supply secara langsung. Akan tetapi pada
penelitian ini penggunaan PPI 8255 mencoba menampilkan gelombang yang telah
didapat pada aquarium gelombang laut (ombak) pada komputer dengan skala yang
lebih kecil.
Sumber : Dokumentasi
Gambar 4.5 Contoh program interface pada ppi 8255
4.2.3 Hasil Pengukuran Rekayasa prototipe Pembangkit Gelombang laut
(ombak)
4.1.3.1. Pengujian dengan power supply.
Pada pengujian ini di bagi menjadi 2 variasi volume air yaitu 40% dan
60%. Hasil pengamatan serta pengujian yang di dapat dari penelitian Rancang
Bangun Rekayasa prototipe Pembangkit Gelombang laut (ombak) yang telah
diukur akan dimasukkan pada tabel dibawah ini:
1. Volume air 40% dari aquarium ombak
Tabel 4.4 Data pengukuran pada volume air 40%
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 229
2. Volume air 60% dari aquarium ombak
Tabel 4.5 Data pengukuran pada volume air 60%
4.1.3.2. Pada pengujian dengan PPI 8255
Pada pengujian ini menampilkan tabel dengan dua variasi volume air dari
aquarium gelombang laut (ombak). Yaitu volume air 40% dan 60% dari aquarium
gelombang laut (ombak). Interval didapat berdasarkan program interface yang di
buat pada modul serial PPI 8255, yakni rumus 500-(2*interval) pada timer on, dan
rumus 10+(10*interval).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 230
1. Volume air 40% dengan PPI 8255
Tabel 4.6 Pengujian hasil gelombang dengan volume air 40% dengan
program ppi 8255
2. Volume air 60% dengan PPI 8255
Pada saat volume air diisi 60% dari volume akuarium dengan volume
sebesar 88.536 cm3, dengan akan di dapatkan hasil sesuai pada grafik dibawah
ini:
Tabel 4.7 Pengujian hasil gelombang dengan volume air 60% dengan program
ppi 8255
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 231
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tinggi, panjang dan variasi gelombang yang dihasilkan pada Rekayasa :
Menghasilkan 4 variasi gelombang yaitu 0,5 s, 1 s, 1,5 s, dan 2 s.
2. Gambaran Komponen rekayasa prototipe pembangkit gelombang laut :
Kolam Ombak
Alat pembuat Ombak
Serial PPI 8255
5.2 Saran
Pada penelitian lebih lanjut sebaiknya kolam aquarium dibuat lebih
panjang dengan lebar yang lebih kecil, sehingga lebih teliti dalam menentukan
nilai panjang dan tinggi gelombang serta kecepatangelombang.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 232
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed ke-
3. Jakarta :BalaiPustaka.
Kamajaya.dan Linggih, Suardhana. 1987. Fisika, GBPP 1987. Bandung Ganeca
Exact.
Mangunwiyoto, Widagdo.dan Harjono. 2004. Fisika SMP. Jakarta : Erlangga.
http://adharikunae.blogspot.com/2009/08/gelombang-laut.html (Diunduh 11 Juli
2016)
http://atsariam.blogspot.com/2011/10/wave-energy-energi-gelombanglaut.html
(Diunduh 11 Juli 2016)
https://listrikman.wordpress.com/2010/05/21/pengertian-umumpembangkit-listrik/
(Diunduh 20 Juli 2016)
http://superpowerful.wordpress.com/2011/12/28/energi-gelombang-laut/
(Diunduh 20 Juli 2016)
http://www.kamusq.com/2012/09/pembangkit-listrik-pengertian-dan.html
(Diunduh 30 Juli 2016)
http://www.plengdut.com/2012/10/mengenal-teknologi-oscillatingwater.html.
Diunduh 31 Juli 2016)
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 233
PEMANFAATAN BIJI MANGGA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF
ITIK TEGAL UNTUK MENINGKATKAN BOBOT BADAN
Norman Billi1)
, Abdurohman Roja1)
, Agung Permana1)
, dan Iman Hernaman2)
1Mahasiswa Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
2Dosen Pembimbing, Universitas Padjadjaran
Email: [email protected]
Abstrak
Biji mangga merupakan limbah pertanian yang dihasilkan dari buah mangga
(Mangifera indicia) yang memiliki bagian 15% dari berat buahnya. Biji mangga
dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk itik Tegal, karena di dalam biji
mangga terkandung BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) 80,6%. Proses
penelitian yang dilakukan adalah dengan mencari dan membandingkan data-data
sekunder yang di dapat dari jurnal, textbook dan artikel yang terpercaya akan
relevansinya. Berdasarkan review yang telah dilakukan pada biji mangga
terkandung berbagai macam zat nutrisi salah satunya adalah BETN 80,6%.
Komponen yang terkandung dalam BETN salah satunya adalah karbohidrat non
struktural yang terdiri atas glukosa, sukrosa, dan pati, apabila dihitung memiliki
energi metabolisme 3220-4220 kkal/kg/bahan kering. Kebutuhan energi
metablisme pada itik Tegal usia 8 minggu untuk mencapai bobot badan sebesar
1,2 kg adalah 3100 kkal/kg, maka selisih antara energi yang dihasilkan dari
kandungan BETN pada biji mangga dengan kebutuhan energi pada itik Tegal usia
8 minggu dapat disimpan dalam bentuk lemak yang akan menyebabkan bobot
badan dari itik Tegal akan bertambah,sehingga dapat disimpulkan bahwa biji
mangga dapat meningkatkan bobot badan itik Tegal karena mengandung BETN
80,8%.
Kata Kunci: Biji mangga, BETN, Bobot badan, Itik Tegal
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 234
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris dengan sebagian besar penduduknya
bermata pencarian di bidang pertanian sehingga banyak produk-produk pertanian
dan perkebunan yang dihasilkan. Sektor pertanian ini memberikan kontribusi
26.05 % terhadap pendapatan nasional di tahun 2009. Salah satu produk yang
dihasilkan dari sektor pertanian dan perkebunan dan diproduksi dalam jumlah
besar yaitu buah mangga (Magisfera indica L).
Produksi buah mangga di Indonesia di tahun 2014 yaitu sebesar 2.431.330
ton atau sekitar 12.28 % dari total produksi buah nasional. Sentra produksi
mangga di Indonesia adalah pulau jawa dengan total produksi sebesar 1.813.281
ton atau sekitar 74,58 % dari total produksi mangga nasional. Besarnya produksi
mangga tersebut akan menghasilkan limbah berupa biji dalam jumlah yang sangat
besar. Jumlah biji mangga di lingkungan masyarakat cukup melimpah. Masih
banyak dijumpai biji mangga yang hanya dibiarkan begitu saja, sehingga akan
menjadi limbah yang mengotori lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan adanya
sebuah inovasi untuk mengolah biji mangga menjadi sesuatu yang bermanfaat dan
bernilai.
Berdasarkan permasalahan diatas, biji mangga merupakan limbah dari
buah mangga yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai pakan alternatif itik
Tegal. Itik Tegal merupakan ternak unggas lokal dari Jawa tengah yang memiliki
keunggulan salah satunya produksi telur yang tinggi . Pemanfaatan biji mangga
sebagai pakan alternatif itik Tegal dapat memberikan dampak yang positif
terhadap pertambahan bobot badan itik Tegal.
Berdasarkan uraian diatas, karya tulis ilmiah ini mengkaji mengenai
“Pemanfaatan Biji Mangga sebagai Pakan Alternatif Itik Tegal untuk
Meningkatkan Bobot Badan”.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 235
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan tepung biji mangga?.
2. Bagaimana persentase tepung biji mangga dalam ransum?.
3. Bagaimana mekanisme kerja kandungan BETN pada tepung biji mangga
terhadap peningkatan bobot badan itik Tegal?.
1.3 Tujuan Kegiatan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pembuatan tepung biji mangga
2. Mengetahui persentase tepung biji mangga dalam ransum
3. Mengetahui mekanisme kerja kandungan BETN pada biji manga terhadap
peningkatan bobot badan itik Tegal
1.4. Manfaat Penulisan
Berdasarkan hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diperoleh gagasan
tertulis mengenai pakan alternatif biji mangga untuk meningkatkan bobot badan
itik Tegal.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 236
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tumbuhan Mangga
Mangga adalah tanaman buah asli dari India. Kini, tanaman ini tersebar di
berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Tanaman Mangga dapat tumbuh
dengan baik di dataran rendah dan berhawa panas. Akan tetapi, ada juga yang
dapat tumbuh di daerah yang memiliki ketinggian hingga 600 meter di atas
permukaan laut. Batang pohon Mangga tegak, bercabang agak kuat. Kulit tebal
dan kasar dengan banyak celah celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun.
Warna kulit batang yang sudah tua biasanya coklat keabuan sampai hitam. Pohon
Mangga yang berasal dari biji pada umumnya tegak, kuat dan tinggi sedangkan
yang berasal dari sambungan atau tempel lebih pendek dan cabang membentang.
Daun yang masih muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan, atau
kekuningan yang kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah
atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwara hijau
muda.Bunga Mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai
panjang, dan berbau harum seperti bunga lili. Kelopak bunga biasanya bertaju 5
(Rukmana, 1997).
Buah Mangga termasuk buah batu yang berdaging, dengan ukuran dan
bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat,
bulat telur, hingga lonjong memanjang. Panjang buah kira-kira 2.5 -3.0 cm. Kulit
buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar, hijau kekuningan atau kemerahan bila
masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning, berserabut atau
tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji
berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokrap yang tebal, mengayu dan
berserat. Biji ini terdiri dari, ada yang monoembrional dan ada pula yang
poliembrional (Rukmana,1997).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 237
Gambar 1. Buah mangga
2.1.2. Taksonomi Tumbuhan Mangga
Sistematika Tumbuhan Mangga adalah sebagai berikut :
kingdom : Plantae
devisi : Spermatophyta
kelas : Dicotylendonae
ordo : Anarcardiales
famili : Anarcardiaceae
genus : Mangifera
spesies : Mangifera indica L.
2.1.3 Pertambahan Bobot Badan
Kata pertumbuhan dapat diterapkan pada suatu sel, organ, jaringan, seekor
ternak maupun populasi ternak. Pertumbuhan menurut Campble.,dkk (1977),
adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan
panjang, volume ataupun massa. Menurut Swatland (1984) dan Aberle.,dkk
(2001), pertumbuhan dapat dinilai sebagai peningkatan tinggi, panjang, ukuran
lingkar dan bobot yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat serta diberi
pakan, minum dan mendapat tempat berlindung yang layak. Peningkatan sedikit
saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang proporsional dari bobot
tubuh, karena bobot tubuh merupakan fungsi dari volume. Pertumbuhan
mempunyai dua aspek yaitu: menyangkut peningkatan massa persatuan waktu,
dan pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk dan komposisi sebagai akibat
dari pertumbuhan diferensial komponen-komponen tubuh.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 238
Pertumbuhan ternak menunjukkan peningkatan ukuran linear, bobot,
akumulasi jaringan lemak dan retensi nitrogen dan air. Terdapat tiga hal penting
dalam pertumbuhan seekor ternak, yaitu: proses-proses dasar pertumbuhan sel,
diferensiasi sel-sel induk menjadi ektoderm, mesoderm dan endoderm, dan
mekanisme pengendalian pertumbuhan dan diferensiasi. Pertumbuhan sel meliputi
perbanyakan sel, pembesaran sel dan akumulasi substansi ekstraseluler atau
material-material non protoplasma. Pertumbuhan dimulai sejak terjadinya
pembuahan, dan berakhir pada saat dicapainya kedewasaan. Pertumbuhan ternak
dapat dibedakan menjadi pertumbuhan sebelum kelahiran (prenatal) dan
pertumbuhan setelah terjadi kelahiran (postnatal).
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan
Siregar (1990) melaporkan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh zat-zat
makanan, genetik, jenis kelamin dan hormon, selanjutnya Tomaszeweska (1993),
menyatakan laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan
dan genetik dimana bobot badan awal fase penggemukan berhubungan dengan
bobot badan dewasa. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sitem manajemen
yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Pertumbuhan
dapat dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan, yaitu dengan
penimbangan berulang-ulang dan dibuat dalam pertambahan bobot badan harian,
mingguan atau per satuan waktu lain (Tillman, 1991). Ditambahkan Siregar
(1990), bahwa pertumbuhan yang cepat terjadi pada periode lahir hingga usia
penyapihan dan puberitas, namun setelah usia puberitas hingga usia dewasa, laju
pertumbuhan mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa.
2.1.5 Itik
Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes,
family Anatidae, genus Anas dan termasuk spesies Anas javanica. Proses
domestikasi membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan
warna bulu. Perubahan ini diperkirakan akibat campur tangan manusia untuk
mengembangkan ternak itik dengan tujuan khusus dan juga karena jauhnya jarak
waktu domestikasi dengan waktu pengembangan (Chaves dan Lasmini, 1978).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 239
2.1.6 Taksonomi Itik
Menurut Srigandono (1997) itik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
kingdom : Animalia
filum : Vetebrata
kelas : Aves
ordo : Anseriformes
famili : Anatidae
genus : Anas
spesies : Anas platyhyncos
Itik asli Indonesia termasuk jenis Indian Runner (Anas plathyryncos).
Secara morfologis Indonesia memiliki beberapa jenis itik lokal berdasarkan
tempat berkembangnya (Srigandono,1997). Bangsa itik domestikasi dibedakan 6
menjadi tiga yaitu: pedaging, petelur dan hiasan. Itik-itik yang ada sekarang
merupakan keturunan dari Mallard berkepala hijau (Anas plathyrhynchos
plathyrhynchos).
2.1.7 Itik Tegal
Populasi itik secara nasional cukup tinggi, terbukti menempati urutan
ketiga dunia setelah Cina dan Vietnam. Pada tahun 2010 populasi itik nasional
mencapai 44.301.804 ekor. Apabila dilihat dari populasi nasional, Jawa Tengah
menempati urutan kedua setelah Jawa Barat. Pada tahun 2010 populasi itik di
Jawa Tengah mencapai 4.848.263 ekor dan terus meningkat yakni mencapai
5.006.163 ekor pada tahun 2011 (BPS dan Bappeda Jawa Tengah, 2012).
Adasekitar 15 bangsa itik lokal di wilayah Indonesia, dua diantaranya berasal dari
Jawa Tengah. Kedua bangsa itik lokal Jawa Tengah tesebut salah satunya itik
Tegal (Anasplantyhynchos javanicus). Sesuai dengan namanya itik Tegal
berkembang di Kabupaten Tegal, tepatnya di Karesidenan Pekalongan mulai dari
Kabupaten Batang sampai di Kabupaten Brebes, bahkan telah berkembang sampai
di Kabupaten Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat.
Laporan diskripsi tentang itik lokal di Indonesia, itik Tegal termasuk
dalam itik yang populasinya masih cukup banyak (Susanti dan Prasetyo, 2005).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 240
Hal ini didasarkan penyebaran itik tersebut yang tidak hanya di Jawa tapi sampai
ke Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Papua.
Menurut Srigandono (1997), bangsa-bangsa itik yang termasuk golongan
tipe pedaging mempunyai sifat-sifat pertumbuhan serta struktur perdagingan yang
baik, sedangkan bangsa-bangsa itik yang tergolong petelur memiliki badan relatif
lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedaging. Salah satu itik lokal yang banyak
dipelihara adalah itik Tegal. Seleksi bibit itik yang dilakukan oleh peternak
sampai sekarang masih berdasarkan pada karakteristik bentuk tubuh atau
morfologi tubuh dan produksi telur.
Menurut Srigandono (1997), itik Tegal memiliki ciri-ciri fisik yang
membedakannya dengan itik lainya yaitu :
a. Bentuk badan langsing dengan postur tegak lurus menyerupai botol.
b. Warna bulu merah tua bertotol coklat (branjangan).
c. Paruh panjang dan lebar.
d. Warna kaki hitam.
e. Bentuk kepala kecil dengan mata merah.
Gambar 2. Itik tegal
2.2 Ulasan Penelitian terkait
Penelitian mengenai inovasi pengolahan biji mangga sudah dilakukan oleh
Murni dkk. (2008) dimana dalam penelitianya menyatakan bahwa biji mangga
memiliki proporsi sebanyak 15% dari berat buahnya. Namun terdapat faktor
pembatas pada biji mangga untuk dijadikan sebagai pakan ternak yaitu adanya
kandungan zat antinutrisi berupa tanin dan HCN. Menurut Murni.,dkk (2008),
dalam penelitianya kandungan tanin dan HCN dapat ditekan dengan beberapa
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 241
perlakuan yaitu dengan perebusan biji mangga, perendaman biji mangga,
penambahan zat asam berupa HCL atau basa berupa NaOH pada biji mangga dan
pemanasan dengan menggunakan mesin autocalving. Masing-masing perlakuan
tersebut dapat menekan kadar tanin dan HCN yang berbeda seperti pada tabel
berikut :
Tabel 1. Penekanan kadar tanin dam hcn dengan berbagai perlakuan
Sumber : Murni dkk. (2008)
Kandungan zat yang terkandun dalam biji mangga menurut Rusliati
(2012), dalam penelitiannya secara umum kandungan zat yang terkandung di
dalam biji mangga yaitu adanya karbohidrat, lemak, potein. Namun selain ketiga
zat tersebut di dalam biji mangga pun terdapat beberapa zat lain seperti abu dan
kadar air, berikut tabel yang menyediakan persentase ke lima zat tersebut.
Tabel 2. Kandungan zat nutrisi pada biji mangga
Sumber : Rusliati (2012)
Sedangkan menurut Murni dkk. (2008), dalam penelitiannya menyatakan
bahwa biji mangga yang sudah diolah terdapat beberapa kandungan zat-zat kimia
diantaranya disajikan dalam tabel berikut:
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 242
Tabel 3. Kandungan Zat nutrisi pada biji mangga yang sudah diolah
Sumber: Murni dkk. (2008)
Jika dilihat dari tabel tersebut diketahui bahwa BETN (Bahan Ekstrak
Tanpa Nitrogen) adalah zat nutrisi dengan persentase kandungan zat tertinggi
pada biji mangga.
Gambar 3. Biji mangga
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 243
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu
pengumpulan data sekunder atau studi kepustakaan yang diperoleh dari
jurnal,textbook dan artikel ilmiah yang terpecaya akan relevansinya. Data
diperoleh berdasarkan hasil penelitian orang lain. Kemudian data-data tersebut
dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan.
Gambar 4. Proses studi pustaka
3.2 Kerangka Berpikir
Biji mangga merupakan limbah dari buah mangga (Mangisfera indica L)
yang memiliki berat 15 % dari buahnya. Hingga saat ini pemanfaatan biji mangga
masih belum ada dan menjadi sumber limbah padat yang mencemari lingkungan.
Sehingga perlu adanya inovasi untuk mengolah biji mangga menjadi suatu barang
yang berguna salah satunya adalah dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif
itik Tegal.
Biji mangga memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik.Menurut
Rusliati (2008), kandungan nutrisi dalam biji mangga secara umum terdiri dari
karbohidrat 36.68%, protein 9.85 %. lemak 3.08 %, abu 2.23 % dan kadar air
sebesar 8.9%. Menurut .Murni.,dkk (2008), dalam penelitiannya kandungan
nutrisi dalam biji mangga yang sudah diolah terdiri dari air 6,35%, protein kasar
54,9%, serat kasar 2,37%, lemak kasar 1,15%, BETN 80,6%, dan abu 4,04%.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kandungan nutisi tertinggi dalam biji
mangga adalah BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) yaitu 80,6%.
Itik tegal merupakan itik yang berasal dari kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Itik Tegal banyak dipelihara oleh mayoritas penduduk pesisir utara untuk
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 244
dimanfaatkan telurnya maupun dagingnya. Pemberian biji mangga sebagai pakan
alternatif dalam ransum itik Tegal diduga dapat meningkatkan bobot badan bagi
itik Tegal tersebut karena mengandung BETN yang dapat dijadikan sebagai
sumber energi yang melebihi kebutuhan energi bagi itik Tegal di usia 8 minggu.
Biji mangga diolah menjadi tepung biji mangga kemudian diberikan
kepada itik Tegal dalam bentuk ransum. BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen)
merupakan kandungan zat nutrisi tertinggi dalam biji mangga.Komponen BETN
terdiri dari karbohidrat non sturktural yaitu sukrosa, fruktosa, glukosa dan pati
(Anggorodi, 1979). Menurut Anggorodi (1979), BETN apabila dihitung memiliki
energi sebesar 3220-4220 kkal/kg/bahan kering. Kebutuhan energi pada itik tegal
diusia 8 minggu untuk mencapai bobot badan 1,2 kg adalah 3100 kkal/kg/bahan
kering. Apabila ternak diberikan pakan yang jumlah energinya melebihan
kebutuhan energi pada ternak tersebut maka kelebihan energi tersebut dapat
disimpan dalam bentuk lemak (Tilman,1991). Selisih energi yang dihasilkan dari
kandungan BETN dalam biji mangga dengan kebutuhan energi pada itik Tegal
usia 8 minggu dapat disimpan dalam bentuk lemak sehingga bobot badan itik
Tegal pun bertambah.
Gambar 5. Alur kerangka berpikir
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 245
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Proses Pembuatan Tepung Biji Mangga
Teknologi pembuatan tepung merupakan salah satu proses alternatif
produk setengah jadi. Dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur
(dibuat komposit), dibentuk, diperkaya zat gizi, dan lebih cepat dimasak sesuai
tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Agus, 2004).
Proses pembuatan tepung biji mangga didasarkan pada proses pembuatan
tepung biji nangka. Menurut Achmad Fadillah (2008), proses pembuatannya
yaitu:
1. Biji dicuci dengan menggunakan air
2. Biji direbus dengan bersama arang batok kelapa untuk menghilangka bau
dengan suhu 110oC dengan waktu 30 menit
3. Biji dipisahkan dari sisa pulp yang menempel
4. Biji di iris-iris agar mudah dalam proses pengeringan
Proses pengeringan hingga menjadi tepung, dilakukan dengan beberapa
cara antara lain dengan cara membiarkan bahan pangan di bawah sinar matahari,
yang dikenal dengan istilah pengeringan secara alamiah atau dengan
menggunakan panas buatan dalam bentuk udara yang panas dari oven atau
konstruksi pada alat pengering yang khusus untuk pengering. Pengeringan di terik
matahari memang bisa efektif, oleh karena suhu yang di capai sekitar (35-45oC).
Iklim di wilayah tropis merupakan sumber energi yang sangat cukup potensial.
Selain itu juga dapat dikeringkan dengan mesin oven pengering Cabinet Dryer
dengan suhu 600oC selama 2 jam. Proses pengeringan ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam biji tersebut (Ishak dan Sarinah, 1995).
Tahap selanjutnya adalah menggiling potongan biji yang telah dikeringkan
sampai menjadi butiran-butiran halus, menggunakan blender kering ataupun alat
penggiling lain seperti mesin penepung beras. Butiran-butiran halus tersebut
kemudian diayak dengan saringan berukuran lubang 60 mesh dengan tiga kali
pengayakan sehingga menghasilkan tepung yang diinginkan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 246
4.2 Persentase Tepung Biji Mangga dalam Ransum Itik Tegal
Ransum merupakan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang
disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi).
Berdasarkan kebutuhan nutrisi dan energi yang diperlukan. Berdasarkan
bentuknya, ransum dibagi menjadi tiga jenis yaitu mash, pelet, dan crumble
(Alamsyah, 2005).
Prinsip penyusunan ransum untuk itik Tegal, yaitu membuat ransum
dengan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan zat gizi itik Tegal
tersebut,untuk memperoleh hasil (pertumbuhan, daging atau produksi telur) yang
dikehendaki. Oleh karena itu, pengetahuan tentang kandungan gizi bahan
penyusun ransum clan pengetahuan tentang kebutuhan zat gizi itik Tegal sangat
penting dalam penyusunan ransum itik Tegal .
Tabel 4. Kebutuhan zat gizi itik pada berbagai umur
Sumber: NRC 1994
Pakan pada itik dapat diberikan dengan dua cara yaitu secara basah dan
kering. Rata-rata kebutuhan pakan untuk itik per ekor per hari disajikan dalam
table 5 berikut.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 247
Tabel 5. Rata-rata kebutuhan pakan itik per ekor per hari
Sumber : Supriadi, 2011
Formulasi pakan itik Tegal dalam fase grower (5-22 minggu) yaitu dengan
mengasumsikan bahwa jumlah pemberian pakan 65-110 gram/ekor/hari sesuai
dengan tingkatan umur sebagai patokan adalah jumlah Protein 14-16%, dan
Energi metabolis (EM) 2800 Kkal/kg (Supriadi 2011). Menurut Supriadi (2011),
formulasi pakan untuk itik Tegal sebagai bahan pakan sumber energi utama yaitu
menggunakan jagung dengan kisaran 20%-45%. Tepung biji mangga dapat
digunakan sebagai bahan pengganti bagi jagung karena dalam tepung biji mangga
terdapat BETN 80,6% dan apabila dihitung menghasilkan energi metabolisme
yang hampir sama dengan jagung yaitu 3220-4220 kkal/kg/bahan kering.
Sehingga didapatkan persentase tepung biji mangga dalam beberapa formulasi
ransum pakan itik Tegal fase grower (5-22 minggu) sebagai berikut :
1. Tepung Biji Mangga 20%, dedak 20%, menir 15%, kedelai 15%, bungkil
kelapa 5%, tepung ikan 10%, tepung darah 10% dan tepung tulang 5%
2. Tepung biji mangga atau dedak atau menir 50%, kacang tanah, bungkil
kelapa atau kacang kedelai 15%, cacahan ikan teri atau bekicot 25%,
mineral 5%, dan sisanya adalah campuran vit B12, premix dan daun
singkong
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 248
3. Tepung biji mangga 45%, bekatul 15%, bungkil kelapa 5%, kedelai 15%,
tepung daun lamtoro 5%, tepung ikan 10% rumput kering 2%, tepung
kerang 2%, tepung tulang 1% dan sedikir garam
4. Tepung biji mangga 20%, konsentrat 10%, bekatul 60%, dan eceng
gondok 10%
4.3 Mekanisme Kerja Kandungan BETN dalam Tepung Biji Mangga
Terhadap Peningkatan Bobot Badan Itik Tegal
BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) merupakan kandungan zat
tertinggi dalam biji mangga yaitu sebesar 80.6% (Murni.dkk, 2008) . Menurut
Anggorodi (1979), komponen BETN terdiri dari karbohidrat non stuktural seperti
sukrosa, fruktosa, glukosa dan pati. Menurut Tim Laboratorium Fakultas
Peternakan IPB (2001), menyatakan bahwa BETN merupakan Karbohidrat bukan
serat kasar. Dihitung sebagai selisih kandungan kerbohidrat dengan serat kasar.
Merupakan tolak ukur secara kasar kandungan karbohidrat pada suatu
pakan/ransum.
Komponen BETN yang tinggi pada biji mangga bisa dijadikan sebagai
sumber energi pada ternak salah satunya adalah itik Tegal. Hal ini dikarenan
komponen BETN yang terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna menurut
Anwar (2008), dalam penelitiannya menyatakan bahwa.Adanya penurunan
kandungan BETN disebabkan oleh penggunaan BETN sebagai sumber energi
oleh mikroba dalam proses fermentasi. Secara alamiah BETN lebih mudah
dicerna oleh mikroba.
Pemberian biji mangga yang diolah menjadi tepung biji mangga terhadap
itik Tegal diduga dapat meningkatkan bobot badan dari itik Tegal tersebut. Hal ini
dikarenakan kandungan BETN yang tinggi dalam biji apabila dihitung
menghasilkan energi yang melebihi kebutuhan energi itik Tegal di usia 8 minggu
untuk mencapai bobot badan 1,2 kg . BETN apabila dihitung menghasilkan energi
sebesar 3220-4220 kkal/kg/bahan kering (Angorodi, 1979), kebutuhan eneri itik
Tegal di usia 8 minggu 1,2 kg adalah 3100 kkal/kg maka selisih energi yang
dihasilkan dari kandungan BETN pada biji mangga dengan kebutuhan energi pada
itik Tegal usia 8 minggu akan disimpan dalam bentuk lemak. Hal ini sesuai
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 249
dengan pernyataan Wahyu (2005) dalam bukunya yaitu Pakan dengan tingkat
energi yang tinggi akan menghasilkan daging yang penuh dengan lemak,
sementara pakan yang tingkat energinya rendah akan menghasilkan daging rendah
lemak. Kelebihan energi ini dapat diubah menjadi lemak tubuh, sehingga
menghasilkan kondisi akhir yang siap untuk dipanen.
Mekanisme perubahan sisa energi dari BETN menjadi lemak yaitu
komponen BETN yang terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna yaitu glukosa,
fruktosa, sukrosa dan pati ketika masuk kedalam tubuh akan dicerna dan diubah
menjadi energi melalui proses metabolisme.Kelebihan energi yang dihasilkan dari
kandungan BETN pada tepung biji mangga dalam ransum yang diberikan kepada
itik Tegal usia 8 minggu akan diubah menjadi lemak melalui proses lipogenesis
hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Insulin merupakan salah satu hormon
yang erat kaitannya dengan metabolisme karbohidrat.Insulin diproduksi oleh sel
beta yang terdapat dalam pankreas Hormon ini akan dikeluarkan (diekskresikan)
apabila ada peningkatan kadar gula darah. Ketika ternak memakan karbohidrat
secara berlebih, gula darah dalam tubuh ternak akan mengalami lonjakan sehingga
insulin akan diproduksi lebih banyak untuk menormalkannya.
Insulin bekerja dengan cara memindahkan gula darah ke dalam sel untuk
diubah menjadi energi dan glikogen (glikogen merupakan simpanan energi).
Apabila sel tersebut sudah penuh dengan glikogen, maka kelebihan gula darah
akan diubah menjadi lemak melalui proses yang disebut dengan lipogenesis.
Kelebihan gula akan diubah menjadi senyawa Acetyl-CoA terlebih dahulu.
Selanjutnya Acetyl-CoA tersebut akan diubah menjadi malonyl-CoA melalui
serangkaian proses. Malonyl-CoA yang sudah terbentuk akan diubah kembali
menjadi asam lemak bebas yang nantinya akan disimpan dalam bentuk trigliserida
dalam jaringan adipose. Berikut ini disajikan bagan atau diagram mengenai proses
koversi lemak dari karbohidrat.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 250
Sumber: Efendi YH. (2013)
Gambar 6. Diagram Proses Konversi Karbohidrat menjadi Lemak
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 251
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Biji mangga diberikan kepada itik Tegal diolah terlebih dahulu menjadi tepung
biji mangga agar mudah diberikan kepada itik Tegal tersebut.
2. Tepung biji mangga merupakan pakan alternatif sumber energi, dalam ransum
pakan itik Tegal memiliki persentase bekisar antara 20%- 45%.
3. Kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitogen) yang terdapat dalam biji
mangga dapat menghasilkan energi yang melebihi kebutuhan energi itik Tegal
usia 8 minggu. Kelebihan energi tersebut kemudian diubah menjadi lemak
melalui proses lipogenesis. Lemak tersebut kemudian disimpan dalam jaringan
adiposa.
5.2 Saran
Penggunaan biji mangga sebagai pakan alternatif sumber energi pada
ransum itik Tegal memberikan dampak postif terhadap pertambahan bobot badan
itik Tegal. Hal ini disebabkan oleh kandungan BETN yang tinggi dalam biji
mangga menghasilkan energi yang melebihi kebutuhan energi itik Tegal usia 8
minggu. Keunggulan dari itik Tegal yaitu produksi telur yang tinggi, pemberian
tepung biji mangga dapat memaksimalkan pertambahan bobot badan itik Tegal
sehingga daging dari itik Tegal juga dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan pangan hewani bagi masyarakat.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 252
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, H.B., Forrest, J.C., E. D. Hendrick., M. D. Judge dan R.A. Merkel. 2001.
Principle of Meat Science. 4th edit. Kenda/ Hunt Publishing. Iowa.
Achmad Fadillah, dkk, 2008, Pengembangan Produk Turunan Nangka Melalui
Pemanfaatan Biji Nangka Sebagai Bahan Baku Varonyil (Variasi Roti
Unyil) Yang Sehat.Departemen Agribisnis.Bogor.
Agus Apriyantono, 1989, Analisis Pangan,.Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Alamsyah,R.2005.Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan secara Modern.Penebar
Swadaya.Jakarta.Hal 34,36.
Anggorodi. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Dasar Umum. Gramedia. Jakarta.
Anwar,K. dkk., 2008. Kombinasi Limbah Pertanian dan Peternakan Sebagai
Alternatif Pembuatan Pupuk Organik Cair Melalui Proses Fermentasi
Anaerob. Yogyakarta: UII ISBN:978-979-3980-15-7.
BPS dan Bappeda Jawa Tengah.2012.Jawa Tengah dalam angka 2012. Kerjasama
BPS dan Bappeda Jawa Tengah
Campbell, J.R. and Lasley, J.F., 1977. The Science of Animal that Serve
Mankind.2nd Edition. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited,
New Delhi.
Chavez, e.r. and A. Lasmini. 1978. Comparative performance of native
Indonesian egg-laying ducks. Centre report No.6:1-27. Centre for Animal
Research and Development, Bogor. Indonesia
Effendi YH. 2013.Patofisiologi gizi. IPB Press. Bogor.
Ishak, Elly dan Sarinah ,Amrullah. 1995. Ilmu dan Teknologi Pangan. Badan
Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur. Ujung Pandang
NRC. 1994. Nutrient Requirements for Poultry. National Research Council,
Washington D. C. USA.
Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca panen. Kanisius. Yogyakarta.
Siregar, Soribasya, M.S. 1990. Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Supriadi, Ir, 2011. Panduan Lengkap Itik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 253
Susanti, T. dan L.H.Prasetyo.2007. Panduan Karakteristik Ternak Itik
Tegal.Prosiding Seminar Nasional Peternakan. Balai Penelitian Ternak.
Bogor.
Srigandono, 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Swatland HJ. 1984. Structure and Development of Meat Animals. Prentice-Hall
Inc., Englewood Cliff. New Jersey.
R.Murni, Suparjo, Akmal, BL Ginting.2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan
Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Jambi. Jambi.
Rusliati.2012. Kandungan Gizi Biji Mangga Indramayu (Mangifera
indica).Universitas Negeri Jakarta.Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Tim Laboratorium Fakultas Peternakan Institute Pertanian Bogor. 2001.
Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Laboratorium Fakultas Peternakan
Institute Peternakan Bogor. Bogor.
Tomaszeweska, M.W.J., M. Mastika ., A. Djaya Negara., S. Gardiner dan T.R.
Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Universitas
11 Maret.Surabaya.
Wahyu.2005.Nutrisi Ternak dan Unggas Konseptual.Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 254
“RAPPLE BON” (RABBIT APPLE ABON) USAHA PANGAN
MENUJU MEA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Rani Winardi Wulan Sari1)
, Aprilia Retno Anggraini1), Irma Hanifah
1), dan Purwadi
2)
1Mahasiswa Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
2Dosen Pembimbing, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
Abstrak
Rapple Bon adalah salah satu panganan yang terbuat dari bahan dasar daging
kelinci dan buah apel. Daging kelinci merupakan terobosan baru sebagai bahan
dasar pembuatan olahan makanan abon, dan buah apel juga digunakan sebagai
bahan dasar olahan pangan ini. Hal ini dikarenakan biasanya abon dicampur
dengan buah nangka yang muda, dengan penggunaan apel ini, akan menambah
nilai nutrisi serta peningkatan pengolahan potensi daerah. Dilihat dari segi
peluang usaha produk Rapple Bon sangat potensial untuk dipasarkan didaerah
sentra wisata seperti Kota Malang dan Kota Batu. Pelaksanaan produksi dibagi
menjadi enam tahapan yaitu riset dan perencanaan pasar, pembelian alat-alat
produksi, pencarian bahan baku, pelaksanaan produksi, pengujian produk dan
pemasaran. Tahap riset pasar dilaksanakan dilaksanakan di Kota Wisata Batu
dengan koresponden berbagai macam konsumen yang membeli produk abon, dan
selanjutnya akan dipasarkan di Kota Batu yang merupakan kota dengan banyak
pusat buah tangan di dalamnya. Tahap pengujian produk dilaksanakan di
laboratorium Teknologi Hasil Ternak di Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Rapple Bon merupakan inovasi bisnis bernilai nutrisi tinggi dan
kandungan antioksidan tinggi yang belum pernah ada sebelumnya serta nilai gizi
yang lebih banyak, lebih sehat, harga dapat bersaing dengan pasar dan inovasi
abon pertama dilakukan di Indonesia di bidang peternakan yang prospektif dan
berkelanjutan, sehingga mampu menjawab keluhan masyarakat dalam upaya
mengatasi tantangan pasar MEA. Diharapkan pula akan tercipta Brand Image
yang baik dan mendukung produk Rapple Bon sehingga diharapkan dapat
meningkatkan eksistensi kemandirian pemuda sehingga berpotensi untuk di
komersilkan di Indonesia.
Kata Kunci: Abon kelinci apel, MEA, Pangan, Rapple Bon
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 255
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan program negara-negara
ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan dengan menjadikan ASEAN sebagai
basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi kurang lebih 500 juta
penduduknya (Wangke, 2015). Dengan arti lain MEA adalah bentuk integrasi
ekonomi ASEAN dengan adanya sistem perdagangan bebas antara negara-negara
ASEAN. Terkait hal ini, MEA akan menjadi kesempatan baik bagi Indonesia
karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang. Di sisi lain, Indonesia
sendiri belum mampu menghadapi pasar bebas tersebut karena sumber daya
manusia dan pendidikan dinilai masih kurang serta masih terbatasnya produk
lokal yang mampu bersaing di kancah ASEAN.
Indonesia sebenarnya mempunyai produk-produk lokal yang variatif dan
inovatif, namun disisi lain masyarakat kurang begitu antusias untuk menggunakan
produk lokal karena masyarakat cenderung memilih barang impor yang lebih
banyak pilihan dan murah serta mudah didapatkan sebab saat ini barang-barang
impor banyak membanjiri pasar dalam negeri yang akan mengancam industri
lokal dalam persaingan dengan produk-produk luar negeri. Dengan melihat
keadaan yang terjadi dikalangan masyarakat saat ini, perlu diadakannya promosi
dan edukasi terhadap produk-produk lokal berdasarkan potensi dari daerah
masing- masing penghasil produk. Sehingga produk lokal akan semakin dikenal
dan tidak diragukan lagi kualitasnya.
Malang merupakan kota terbesar ke dua di Jawa Timur yang memiliki
banyak potensi, baik potensi dari segi pertanian maupun peternakan. Dari segi
pertanian Malang terkenal dengan buah apel. Apel memiliki kandungan zat yang
berguna bagi tubuh berupa pektin ( sejenis serat), quercetin ( bahan anti kanker
dan anti radang) serta vitamin C yang tinggi sehingga ahli gizi sangat
menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi buah apel. Beberapa persoalan
kesehatan seperti susah buang air besar, obesitas, kolesterol tinggi, arthritis dan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 256
lainnya dapat diatasi dengan terapi buah apel. Kandungan anti oksidan yang tinggi
juga menjadi alasan tingginya konsumsi buah apel oleh masyarakat sebagai upaya
pencegahan terhadap penyakit dan disfungsi kesehatan tubuh lainnya. Sedangkan
dari segi peternakan, di daerah Bumiaji, Batu berpotensi dalam pengembangan
ternak kelinci untuk diambil dagingnya. Saat ini, daging kelinci hanya di olah
menjadi sate, bakso dan nugget. Apabila dilihat dari nilai gunanya daging kelinci
dapat diolah menjadi produk lain yang mampu bersaing di pasaran.
Dari pemaparan di atas kami menawarkan sebuah produk baru Rapple Bon
yaitu usaha pangan bergizi tinggi menuju MEA yang berbasis kearifan lokal. Hal
yang mendukung dalam pembuatan produk ini adalah inovasi produk abon dari
daging kelinci yang rendah kolesterol serta dipadukan dengan buah khas Kota
Malang yaitu apel dan merupakan satu-satunya abon yang terbuat dari daging
kelinci. Selain itu peluang usaha produk Rapple Bon pemasaran dapat dilakukan
di sentra pariwisata yang ada di daerah Malang dan Batu sebagai sarana promosi
produk serta mengangkat potensi Kota Malang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara menciptakan produk pangan bergizi
tinggi yang mampu bersaing di kawasan ASEAN dengan memanfaatkan potensi
daerah lokal. 2. Bagaimana cara membuat produk pangan Rapple Bon (Rabbit
Apple Abon) sebagai produk unggulan yang mampu bersaing di masyarakat
Ekonomi ASEAN.
1.3. Tujuan
Tujuan dari program kreativitas ini adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan produk pangan yang mampu bersaing di kawasan ASEAN serta
meningkatkan produk lokal yang berbasis peternakan dan pertanian.
2. Mampu mencitrakan Rapple Bon sebagai produk pangan bergizi tinggi dan
produk unggulan pertama di Indonesia.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 257
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya usaha ini adalah :
a. Menyelesaikan masalah dengan adanya produk pangan yang berbasis lokal
sebagai produk unggulan untuk menghadapi MEA
b. Terciptanya usaha baru di bidang pangan dengan potensi lokal yang siap
bersaing dengan produk luar.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 258
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelinci
Sumber : http://tabosrabbit.blogspot.co.id
Gambar 1. Hewan kelinci (Oryctolagus C.)
Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil
daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivora non ruminansia yang
mempunyai sistem lambung sederhana (tunggal) dengan perkembangan sekum
seperti alat pencernaan ruminansia, sehingga hewan ini dapat disebut ruminansia
semu (pseudoruminant) (Setiawan,2009).
Klasifikasi kelinci secara ilmiah sebagai berikut (Damron, 2003):
kingdom : Animalia (hewan)
filum : Chordata (mempunyai notochord)
subfilum : Vertebrata (bertulang belakang)
kelas : Mammalia (memiliki kelenjar air susu)
ordo : Lagomorpha (memiliki 2 pasang gigi seri di rahang atas)
famili : Leporidae (rumus gigi 8 pasang di atas dan 6 pasang di bawah)
genus : Oryctolagus (morfologi yang sama)
species : Cuniculus forma domestica (nama spesies)
Hewan ini dapat mencerna serat kasar, terutama selulosa, dengan bantuan
bakteri yang hidup di dalam sekumnya (Farrel dan Raharjo, 1984). Kelinci banyak
digunakan sebagai hewan peliharaan, penghasil kulit bulu (fur) dan penghasil
daging (fryer). Kelinci mampu mengubah hijauan berprotein rendah, yang berasal
dari bahan makanan yang tidak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 259
makanan, menjadi protein hewani yang benilai tinggi. Hewan ini mampu
mengembalikan 20% protein dikonsumsi menjadi daging (Lebas et al, 1986).
Selain itu, ternak ini mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi,
cepat berkembangbiak, interval kelahiran yang pendek dan tidak membutuhkan
lahan luas dalam pemeliharaannya (Templeton, 1968). Farrel dan Raharjo (1984)
menyatakan bahwa secara teori seekor induk kelinci dengan bobot tiga hingga
empat kilogram, dapat menghasilkan 80 kg karkas per tahun.
Seratus gram daging kelinci mengandung kadar air 67,9 g; protein 20,8 g
dan lemak 10,2 g. Kandungan asam lemak jenuh pada daging kelinci lebih kecil
(38%) dari pada daging kambing (61%) dan daging sapi (50%). Daging kelinci
bisa menurunkan resiko kolesterol dan penyakit jantung karena memiliki
kandungan kolesterol dan natrium yang rendah. Daging kelinci berwarna agak
putih dan berserat halus, sehingga dapat dikelompokkan dalam golongan daging
putih seperti daging ayam yang memiliki kadar lemak rendah dan glikogen tinggi.
Daging kelinci mempunyai komposisi kimia yaitu protein 20,8%; lemak
10,2%; air 67,9% dan kalori 7,3 MJ/kg (Bosco, Castellini and Bernardini, 2001).
Oleh karena itu agar daging kelinci dapat lebih diterima lagi oleh berbagai lapisan
masyarakat perlu dikembangkan teknologi pengolahan daging lainnya, khususnya
produk olahan daging yang disukai masyarkat, sehingga dapat meningkatkan
kuantitas dan kualitas protein yang dikonsumsi. (Arnyke, 2014)
2.2 Apel
Sumber : http://www.indonesiakaya.com
Gambar 2. Apel malang (Malus sylvestris Mill)
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 260
Apel termasuk dalam family rosaceae. Tanaman apel tumbuh di daerah
dengan ketinggian 700 – 1200 meter diatas permukaan laut, suasana kering atau
basah asal tidak banyak turun kabut. Di Indonesia, salah satu pusat budidaya buah
apel terletak di Malang (Batu dan Poncokusumo). Apel malang (Malus sylvestris
Mill) terdapat dalam berbagai varietas unggulan yang memiliki karakteristik dan
kekhasan tersendiri seperti Rome Beauty, Manalagi, Anna, dan Wangling. Jenis
manalagi berasal dari Desa Gandon, Kota Batu yang merupakan pusat apel di
Indonesia.
Menurut Herbarium Medanense (2012), klasifikasi apel adalah sebagai
berikut :
kingdom : Plantae
divisio : Spermatophyta
kelas : Dicotyledoneae
ordo : Rosales
famili : Rosaceae
genus : Pyrus
spesies : Pyrus malus L
Menurut (Sufrida, dkk., 2004) Apel Manalagi adalah Apel yang memiliki
rasa manis walaupun masih muda dan aromanya harum. Diameter buah ini
berkisar antara 5-7 cm dengan berat 75-160 gram per buahnya. Daging buahnya
berawarna putih, kadar airnya hanya 84,05%. Bentuk bijinya bulat dengan ujung
tumpul dan berwarna cokelat tua. Kandungan gizi dalam apel beragam. Dalam
100 gram buah terkandung antara lain: Energi 58,00 kal; Karbohidrat 14,90 gam;
Kalsium 6,00 mgram; Fosfor 10,00 mg; Besi 1,30 mg, Serat 0,70 mg; Vitamin A
24,00 rpe dan lainnya (Bambang, 1997; Wirakusumah, 1995; Margantan, 2001).
Buah apel mempunyai banyak manfaat, antara lain sebagai penurun
kolesterol dalam darah, penurun tekanan darah, penstabil gula darah, agen anti
kanker, dan buah andalan bagi yang sedang menjalankan diet menurunkan berat
badan. Selain itu, apel juga mengandung quercetin dalam jumlah tinggi. Dalam
100 gram buah apel, terkandung sekitar 4,42 mg aglikon quercetin dan 13,2 mg
glikosida quercetin. Quercetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa
jenis penyakit degeneratif dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 261
lemak. Quercetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi LDL
dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi
(Cempaka,2014). Beberapa jenis buah-buahan yang mengandung pektin antara
lain jeruk, apel, mangga jambu biji, lobi-lobi, nanas, mannelade dan arbei. Pektin
bermanfaat bagi industri farmasi dan pengobatan. Pada industri farmasi sebagai
pengganti plasma darah,pengental zat pengelmusi dan pensuspensi. Sedangkan
dibidang pengobatan antara lain untuk perbaikan otot pencernaan, menurunkan
kolesterol dan trigleserida (penyebab penyakit jantung), menghentikan
pendarahan internal (diminum) maupun eksternal (dikompres), juga menyerap
kelebihan air dalam usus serta mengikat dan menghilangkan racun dalam usus
pada penyakit diare (Subagyo, 2010).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 262
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Sifat Penulisan
Karya tulis ini berfokus pada studi kajian deskriptif ini dilakukan dengan
mengambil studi kasus terhadap kebutuan daging sapi dengan harga yang mahal
untuk dijadikan makanan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan olahan daging di masyarakat yaitu dengan mengganti penggunaan
daging sapi untuk olahan makanan terutama pembuatan abon. Prinsip dari
penggunaan daging kelinci sebagai abon yaitu untuk menekan pengeluaran
masyarakat, namun kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi dengan harga yang
terjangkau.
Penulisan deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki. Pendekatan karya tulis ini yaitu pendekatan secara
kualitatif, melalui pendekatan ini didapatkan prosedur yang menghasilkan usulan
penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data
sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecenderungan, non
perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis isi, bola
salju dan story (Musianto, 2002). Menurut Sudikin (2002) penulisan dengan
pendekatan kualitas adaah penulisan yang bertujuan mendapatkan pemahaman
tentang kenyataan atau kejadian melalui proses berfikir induktif. Penulisan karya
tulis ini merupakan penulisan deskriptif yang memberikan gambaran dan
penjelasan mengenai pembuatan Rapple Bon yang terdiri dari bahan dasar daging
kelinci yang rendah kolesterol dan daging apel yang kaya akan antioksidan.
3.2 Sumber Data
Dalam metode pengumpulan data yaitu menggunakan studi dokumentasi
dan tabel untuk melengkapi, menyempurnakan, dan memperkuat data yang telah
diperoleh dari hasil telaah pustaka. Penulis juga menggunakan studi dokumentasi
atau menggunakan bahan pustaka yang berkaitan dengan subtansi penulisan
dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari beberapa dokumen baik
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 263
yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Penulis juga menggunakan bahan
pustaka dari study literature yang berkaitan dengan substansi materi penelitian
dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari beberapa dokumen tertulis
seperti buku panduan, jurnal, hasil skripsi dan hasil penelitian. Study secara lisan
atau tidak tertulis dilakukan dengan mengumpulkan materi yang diberikan dosen
pembimbing pada saat proses penyempurnaan karya tulis. Dalam observasi
langsung yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian.
3.3 Metode Pengumpulan dan Jenis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (library
research) dan penelusuran informasi digital dengan sasaran tujuan antara lain studi
literatur. Sumber studi pustaka yang didapatkan dari membaca, menganalisis dan
mengkaitkan informasi dari sumber bacaan dengan topik yang diangkat. Studi
pustaka ini meliputi buku, dan jurnal penelitian yang dianggap relevan. Jenis data
yang digunakan dalam penulisan ini ialah data sekunder atau data pendukung
yang merupakan data penelitian dan observasi yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui media perantara.
3.4 Teknik Analisa Data
Proses analisis dilakukan pada data-data yang terkumpul yang kemudian
dipaparkan dalam pembahasan. Sintesis dilakukan dengan menggunakan studi
silang (cross link) antara data yang terkumpul dengan teori dan konsep yang
relevan. Kemudian dapat diambil titik utama yang kemudian diolah menjadi
beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan saran dan
rekomendasi yang terkait.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 264
3.5 Kerangka Berpikir
Realita Masalah
Potensi
OUTPUT
Multifier Effect yang Ditimbulkan
Kandungan nutrisi
dan harga abon sapi
Subtitusi bahan baku dengan
daging kelinci dan apel
Teknologi tepat guna
Inovasi olahan abon yang sehat,
terjangkau, dan berciri khas
Meningkatkan nilai
Ekonomi produk
Kota Batu
Pengurangan
ketergantungan
penggunaan daging sapi
Tercipta produk diversifikasi
olahan pangan yang mampu
bersaing di ASEAN
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 265
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Rapple Bon
Rapple Bon merupakan satu-satunya inovasi produk abon dengan bahan
baku daging kelinci yang ditambah dengan buah apel khas Kota Batu. Abon
dengan substitusi daging kelinci yang rendah kolesterol dan ditambah dengan
buah apel yang dapat menjadi penstabil gula darah menjadikan produk ini sangat
inovatif dengan beragam manfaat yang terkandung di dalamnya. Produk ini
merupakan kombinasi sempurna antara daging kelinci yang lembut dengan rasa
apel yang asam manis dan dikemas dalam produk Rapple Bon yang kaya akan
nilai gizi. Rapple Bon dapat dijadikan sebagai varian baru produk abon yang
berada di pasaran sekarang dan juga sebagai alternatif pilihan makanan yang lezat
dan bergizi.
4.2. Potensi Kandungan Daging Kelinci Sebagai Bahan Baku Rapple Bon
Salah satu keuntungan daging kelinci adalah tinggi protein, rendah
kolesterol, rendah lemak jenuh dan rendah kadar sodium (garam). Perbandingan
kandungan daging kelinci dibandingkan dengan daging lainnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Namun sampai saat ini pemanfaatan daging kelinci masih rendah, hanya
terbatas pada untuk pembuatan sate, digoreng dan dibuat sop. Terlebih untuk
beberapa masyarakat tertentu, terdapat kesan “psikis” negatif, karena kelinci
dianggap sebagai ternak yang lucu seperti kucing atau tikus sehingga
menimbulkan kesan tidak layak dimakan (Sente, 2013).
Sufrida dkk. (2004), menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan yang
makan satu apel setiap harinya beresiko lebih rendah terkena stroke daripada
mereka yang jarang mengkonsumsi apel. Mereka menyatakan penalitian yang
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 266
pernah dilakukan terhadap lebih dari 9000 orang sehat, baik pria maupun wanita
yang berumur 15 tahun, menunjukkan pria yang makan lebih dari 54 g apel per
hari dan wanita yang makan apel 71 g apel per hari beresiko lebih rendah terkena
stroke dibandingkan mereka yang sedikit makan apel.
Pencegahan terhadap stroke ini dilakukan oleh kandungan asam fenolik
yang terdapat dalam apel yang berfungsi memperlancar peredaran darah ke otak.
Asam fenolik inilah yang berfungsi menghilangkan radikal bebas dalam darah dan
menghindari penyumbatan dalam pembuluh darah. Meskipun belum diketahui
secara pasti, tapi faktor gaya hidup sehat seperti diet yang baik, rutin berolahraga
ditambah dengan kebiasaan makan buah dan sayuran, dapat mencegah timbulnya
penyakit peredaran darah termaksud terkena stroke (Sufrida dkk., 2004).
4.3. Potensi Kandungan Apel Sebagai Bahan Baku Rapple Bon
Apel umumnya dikonsumsi sebagai buah segar. Komponen penting pada
buah apel adalah pektin, yaitu sekitar 24%. Kandungan pektin pada buah apel
terdapat pada sekitar biji, di bawah kulit dan hati. Pektin tersebut akan
membentuk gel apabila ditambah gula pada kisaran pH tertentu. Pektin memegang
peran penting dalam pembuatan jus (sari buah), jeli, selai, dan dodol. Buah apel
(Malus sylvestris mill) selain mempunyai kandungan senyawa pektin juga
mengandung zat gizi lain (Hapsari dan Estiasih, 2015).
Dengan mengetahui kandungan seperti diatas, tentunya daging kelinci
sangat layak untuk dijadikan olahan abon. Abon kelinci sangat baik untuk
dikonsumsi karena berbahan dasar daging kelinci yang rendah kolesterol dan juga
daitambah dengan buah apel yang kaya akan manfaat diantaranya yaitu
kandungan quercetin. Dimana quercetin sendiri dapat digunakan sebagai
penangkal radikal bebas. Dengan perpaduan antara kedua bahan tersebut maka
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 267
Rapple Bon adalah makanan dengan nilai gizi tinggi dengan memanfaaatkan
potensi lokal yang ada di wilayah Malang, dengan produk berkualitas tinggi dan
pengemasan yang ekonomis akan menambah nilai dari Rapple Bon sehingga bisa
bersaing dengan produk lain di wilayah ASEAN.
4.4 Proses Pembuatan Raplle Bon
Prosedur pembuatan Rapple Bon yaitu
Gambar 3. Diagram alir pembuatan rapple bon
Prinsipnya cara membuat berbagai jenis abon sama. Prosedur umum
yangdilakukan dimulai dari penyiangan dan pencucian bahan, pengukusan atau
perebusan, pencabikan atau penghancuran, penggorengan, penirisan minyak atau
pres, dan pengemasan (Fachrudin, 1997). Perebusan pada abon bertujuan untuk
membuat tekstur bahan menjadi lebih empuk dan mudah dicabik-cabik menjadi
serat-serat yang halus. Lama perebusan dan tinggi suhu tidak boleh berlebihan
tetapi cukup mencapai titik didih saja. Suhu yang terlalu tinggi akan menurunkan
mutu rupa dan kualitas tekstur bahan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 268
4.5 Keunggulan Olahan Abon
Produk olahan daging yang mempunyai daya simpan yang panjang yaitu
dendeng dan abon. Dendeng merupakan salah satu produk daging awet yang
dikelompokkan sebagai daging curing. Curing adalah penggunanaan garam nitrat
(sendawa) untuk mempertahankan warna daging, rasa yang khas dan
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Terdapat dua macam dendeng,
yaitu dendeng dari sayatan tipis daging dan kedua dari daging yang digiling dan
dicetak Dendeng dan abon telah menjadi industri rumah tangga dengan harga
yang bervariasi tergantung sampai berapa jauh bahan bukan daging yang
dikandung dalam produk olahan daging tersebut.
Komoditas pertanian umumnya memiliki masa simpan yang singkat
karena mudah rusak (perisihable). Usaha memperpanjang umur simpan dan
meningkatkan cita rasa dapat dilakukan dengan pengolahan bahan pangan
tersebut. Dengan pengolahan, satu jenis bahan pangan dapat dibuat berbagai
macam produk dengan cita rasa berbeda. Salah satu hasil olahan tersebut adalah
abon (Fachruddin, 1997). Bagi masyarakat kita, abon bukan merupakan produk
yang asing. Abon dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan
pangan (Anonim, 2012). Abon dapat merupakan jenis lauk pauk kering berbentuk
khas dengan bahan baku pokok berupa daging atau ikan. Pengolahan abon
dilakukan dengan cara direbus, dicabik-cabik, dibumbui, digoreng, dipres. Bahan
campuran abon dapat menggunakan bahan nabati, misalnya keluwih atau jantung
pisang (Fachruddin, 1997).
Abon merupakan salah satu produk olahan yang sudah dikenal oleh orang
banyak dan umumnya abon diolah dari daging sapi (Leksono dan Syahrul, 2001).
Menurut SNI (1992), definisi abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk
khas, dibuat dari daging, direbus, disayat-disayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Menurut Anonim (2007), abon daging merupakan makanan kering yang terbuat
dari daging yang disayat-sayat dan bumbu-bumbu. Abon merupakan daging
kering yang telah disayat-sayat menjadi serat-serat yang halus dan umumnya
dibuat dari daging sapi (Astawan dan Astawan, 2006).
Abon umumnya memiliki komposisi gizi yang cukup baik karena
umumnya terbuat dari daging. Manusia menemukan keseimbangan jumlah dan
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 269
jenis zat yang diperlukan ada dalam daging daripada dalam bahan pangan nabati
(Desrosier, 1988). Abon daging yang diolah mempunyai tujuan menambah
keanekaragaman pangan, memperoleh pangan yang berkualitas tinggi, tahan
selama penyimpanan, meningkatkan nilai tukar, dan meningkatkan daya guna
bahan mentahnya. Abon sebagai salah satu bentuk olahan kering yang sudah
dikenal masyarakat luas karena harga yang cukup terjangkau dan lezat
(Fachruddin, 1997).
Abon memiliki prospek ekonomi yang baik karena konsumennya luas.
Kalangan masyarakat ekonomi bawah sampai kalangan masyarakat ekonomi
tinggi menyukai abon. Konsumen abon juga tidak hanya masyarakat kota saja,
tetapi masyarakat desa pun banyak yang menyukainya (Fachruddin, 1997). Abon
memiliki harga yang cukup beragam tergantung pada biaya produksi dan bahan
baku yang digunakan. Abon yang terbuat dari daging atau ikan biasanya memiliki
harga yang cukup tinggi. Walaupun harga abon dari bahan tertentu cukup tinggi,
namun peminatnya tetap banyak. Untuk menekan harga agar terjangkau oleh
masyarakat menengah ke bawah, maka produk abon dapat dibuat dari bahan
nabati yang dikombinasikan dengan bahan hewani (Fachruddin, 1997).
Maka tidak heran, dengan inovasi Rapple Bon, maka biaya produksi yang
tinggi dapat ditekan sehingga dapat menghasilkan makanan yang bergizi tinggi
namun dengan harga yang murah. Sehingga masyarakat dapat menikmati abon
dengan harga yang terjangkau.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 270
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kota Batu merupakan kota wisata yang memiliki produk unggulan hewan
kelinci dan buah apel yang merupakan cirikhas yang sudah terkenal dimana-
mana.
2. Rapple Bon merupakan produk olahan pangan sebagai perwujudan gagasan
kreatif dan inovatif pemuda untuk meningkatkan nilai jual dan nilai guna dari
potensi daerah yang ada di Indonesia.
3. Kandungan nutrisi pada daging kelinci dan apel merupakan perpaduan yang
baik untuk menjadi olahan abon yang dikemas dengan sedemikian rupa dengan
harga yang terjangkau.
5.2 Saran
1. Untuk inovasi selanjutnya dapat digunakan daging dari hewan-hewan lain
disesuaikan dengan keunggulan kandungan nutrisi yang dimiliki dan pasar
yang dituju.
2. Penggunaan bahan baku campuran dapat disesuaikan dengan selera konsumen
untuk menciptakan varian yang dapat menarik minat pembeli sehingga daya
jual juga akan naik.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 271
DAFTAR PUSTAKA
Arnyke, EV, Rosyidi D, dan Radiati LE. 2014. Peningkatan Potensi Pangan
Fungsional Naget Daging Kelinci Dengan Substitusi Wheat Bran, Pollard
dan Rumput Laut. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan . 24 (1): 56 – 71.
Cempaka, A.R,, Santoso S, Tanuwijaya, L.K. 2014. Pengaruh Metode Pengolahan
(Juicing Dan Blending) Terhadap Kandungan Quercetin Berbagai Varietas
Apel Lokal Dan Impor (Malus domestica) . Indonesian Journal of Human
Nutrition.Volume 1 Edisi 1 : 14 – 22.
Damron, M. 2003. Klasifikasi Makhluk Hidup: Mamalia. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Farrel, D. J. dan Y. C. Rahardjo. 1984. Potensi Ternak Kelinci Sebagai Penghasil
Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Hapsari, M.D. dan Estiasih, T. 2015. Variasi Proses Dan Grade Apel (Malus
Sylvestris Mill) Pada Pengolahan Minuman Sari Buah Apel: Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 No 3 p.939-949.
Lebas, F., P. Coudet, R. Rouvier dan H. de Rochambeau. 1986. The rabbit,
husbandry, health and production. FAO. Animal Production and Health
Series No. 21. Rome, Italy.
Musianto, Lukas S. 2002. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan
Kualitatif dalam Metode Penelitian. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan4
(2): 123-136.
Sente, U. 2013. Pengolahan Daging Kelinci. Agroekologi.
Setiawan, M.A. 2009. Karakteristik Karkas, Sifat Fisik dan Kimia Daging Kelinci
Rex dan Kelinci Lokal (Oryctolagus cuniculus). Skripsi. Program Studi
Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Subagyo,P dan Achmad,Z. 2010. Pemungutan Pektin dari Kulit dan Ampas Apel
Secara Ekstraksi. EKSERGI. Vol X Nomor 2.
Templeton, G. S. 1968. Domestic Rabbit Production. Fourth Edition. The
Interstate Printers and Publisher, Inc. Danville, Illionis. USA.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 272
PLAY SMART (PEMBELAJARAN ASIK YANG SIMPEL, TERTIB
DAN KREATIF): APLIKASI EDUKATIF UNTUK ANAK INDONESIA
Siti Maulida Hasanah1)
, Novita Lestari Payung1)
, Jihan Elena1)
dan Sigit Pancahayani2)
1Mahasiswa Matematika dan Teknik Elektro, Institut Teknologi Kalimantan
2Dosen Pembimbing, Institut Teknologi Kalimantan
Email: [email protected]
Abstrak
Mutu pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi "pertanyaan besar"
bagi kalangan pemerhati pendidikan mengingat masih rendahnya mutu pendidikan
kita dibanding dengan negara-negara berkembang lainnya, seperti Malaysia dan
Singapura. Saat ini pendidikandi Indonesia tengah menghadapi tantangan besar,
terlebih saat ini Indonesia masuk sebagai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Hal ini menuntut pendidikan nasional untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Namun
kenyataannya, hal ini belum sesuai dengan harapan pendidikan nasional. Salah
satu kelemahan yang menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia ialah pada
proses belajar mengajar dan output yang dihasilkan. Dengan kemajuan teknologi
saat ini sudah seharusnya kita dapat memajukan sistem pendidikan kita.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan atau disebut e-learning merupakan cara
baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik
khususnya internet. Anak-anak jaman sekarang lebih senang duduk dengan gadget
ketimbang melakukan aktivitas lainnya, yang akhirnya menimbulkan sifat anti
sosial terhadap lingkungan sekitar. Untuk itu perlu adanya suatu media atau
sistem yang membantu komunikasi yang baik antara siswa, guru dan orang tua.
Dengan kerjasama yang baik akan menciptakan kondisi belajar yang sehat. Oleh
karena itu, untuk memudahkan pemahaman siswa perlu adanya metode baru
dalam mengajar, dengan metode learn and play TAP to TAP yang dikembangkan
dalam suatu aplikasi PLAY SMART yang dapat diaskes secara online dan offline
akan membantu siswa dalam mengasah kreativitas dan kepercayaan diri serta
memudahkan siswa memahami pesan yang ingin disampaikan. Metode ini juga
membantu guru dalam mengelompokkan siswa berdasarkan minat dan bakat yang
dimiliki dan memudahkan orang tua dalam mengawasi perkembangan anak.
Kata Kunci: Pendidikan, Anak, Teknologi, E-learning
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 273
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mutu pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi "pertanyaan
besar" bagi kalangan pemerhati pendidikan. Hal itu dapat dilihat dari masih
rendahnya mutu pendidikan kita disbanding dengan negara-negara berkembang
lainnya. Tingkat pemerataan mutu pendidikan antara sekolah di kota besar dengan
sekolah yang berada dipedesaan juga memperlihatkan perbedaannya yang cukup
tajam.
Munurut analisis Sandiyawan Sumardi, pada akhir dasawarsa ini,
pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Pertama, sebagai
akibat krisis ekonomi, pendidikan nasional dituntut untuk dapat mempertahankan
hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua untuk
mengantisipasi era globalisasi, pendidikan nasional dituntut untuk mempersiapkan
sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja
global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan
perubahan dan penyesuaian system pendidikan nasional sehingga dapat
mewujudkan pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman
kebutuhan, keadaan daerah, dan peserta didik, serta mendorong partisipasi
masyarakat.
Pemerintah belum memihak kepada rakyat di sector pendidikan. Pada saat
yang bersamaan pula, dunia pendidikan nasioanal juga masih dihadapkan pada
beberapa permasalahan mendasar yaitu masih rendahnya pemerataan, kualitas dan
manajemen pendidikan. Selain itu, masalah lainnya belum terwujudnya
kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi dikalangan
akademis. Padahal, insan akademis merupakan penentu utama dalam keberhasilan
pendidikan.
Dari beberapa masalah tersebut dapat dilihat bahwa kualitas pendidikan di
Indonesia masih memprihatinkan. Oleh karena itu kami membuat sebuah konsep
Pembelajaran Asik yang Simpel, Tertib, dan Kreatif (PLAYSMART), agar
masalah-masalah yang telah disebutkan di atas dapat teratasi.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 274
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana menciptakan sebuah aplikasi PLAY SMART untuk anak-anak
agar mereka mampu menyerap ilmu dan belajar dengan cara yang asik dan simpel,
serta orangtua dan guru dapat mudah mengontrol proses belajar anak dengan
menggunakan smartphone ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan diciptakannya aplikasi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk membantu guru dalam mengelompokkan minat dan bakat siswa.
2. Untuk membantu orang tua dalam mengontrol tugas dan kemampuan anak di
sekolah.
3. Menumbuhkan ketertarikan anak untuk belajar.
4. Menjalin komunikasi yang baik antara orang tua siswa dan guru.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat aplikasi PLAY SMART ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai solusi alternatif dalam masalah motivasi anak dalam belajar.
2. Sebagai sarana guru dalam menyampaikan materi yang sudah diberikan serta
memberikan soal tanya jawab kepada siswa lewat smartphone untuk
mengetahui seberapa paham siswa akan materi yang diberikan.
3. Mempermudah siswa dalam belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR)
lewat smartphone.
4. Sebagai sarana komunikasi yang baik antara guru, orangtua dan siswa .
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 275
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan
Berdasarkan UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) perlu adanya
pembelajaran yang efektif, simpel, dan disukai oleh para pelajar khususnya anak-
anak.Efektif dalam artian tercapainya hasil belajar sesuai dengan tolak ukurnya
(Ermiyati, 2015).
Faktor-faktor dalam pencapaian hasil belajar yang optimal dari proses
belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Contoh
faktor internal adalah dari motivasi belajar. Menurut Sardiman (2007: 75) bahwa
dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan keseluruhan daya
penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar.
(Ermiyati, 2015). Selain itu cara belajar juga mempengaruhi siswa dalam
menyerap ilmu yang diberikan. Menurut pendapat Slameto (2003: 30) yang
menyatakan bahwa faktor cara belajaryang buruk merupakan penyebab masih
cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang
tidak lebih baik dari siswa yang sebenarmya kurang pandai tetapi mapu meraih
hasil belajar yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik (Basuki, 2015).
Faktor ekstern berasal dari luar diri siswa seperti sarana belajar yang
meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium serta
lingkungan sekolah yang semuanya saling berkaitan dalam menunjang pencapaian
prestasi siswa (Basuki, 2015).Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ibu Ermiyati dkk, ternyata disiplin belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
ekonomi. Hal ini disebabkan karena disiplin belajar adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 276
menunjukkan nilai-nillai. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2002: 12)
yang mengemukakan “disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur
tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. Disiplin belajar yang tinggi
akanmendorong siswa untuk mendapatkan nilai yang baik diperlukan peraturan tat
tertib yang menunjang proses belajar siswa.
2.2 Pembelajaran
2.2.1 Jam Belajar yang baik
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.Untuk bisa pandai
pastinya harus giat dan tekun belajar. Bagaimana cara belajar yang baik efektif
dan tepat untuk siswa/mahasiswa.
Kapan waktu yang tepat agar hasilnya juga maksimal.Setiap orang bisa
menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk belajar.Apakah memilih pagi,
sore atau malam hari.Semua sesuai dengan kondisi yang ada. Sebaiknya cara
belajar yang baik dilakukan setiap hari, walaupun dengan waktu yang tidak lama.
Misalnya 1 atau 2 jam setiap hari. Waktu yang paling tepat untuk belajar bisa
disesuaikan dengan mood dan toleransi tubuh kita.Tidak harus setiap malam. Kalu
kita jam 8 atau jam 9 malam sudah merasa mengantuk bisa memilih waktu sore
atau sehabis maghrib. Jadi waktu belajar seseorang memang tidak bisa sama, yang
penting jangan terlalu memaksakan atau memporsir belajar hingga larut malam
karena biasanya hasilnya juga tidak akan bisa maksimal.
2.2.2 Gaya Belajar
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan
pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta menghantarkan
mereka ke tujuan yang dicapai secara optimal.Hal ini dapat dicapai dengan
melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran.Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara
aktif, karena merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi.Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi yang
disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 277
dalam pelaksanaannya. Hal ini memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi dan
perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi
standar.
Pembelajaran yang baik dapat dihasilkan dari gaya belajar yang sesuai.
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi.Gaya belajar bukan hanya berupa
aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata
tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri
dan otak kanan. Aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan
belajar (diserap secara abstrak dan konkret).
Terdapat tiga tipe gaya belajar yaitu visual (cenderung belajar melalui apa
yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan
kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Prestasi belajar masih tetap
menjadi indikator untuk menilai tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses
belajar. Prestasi belajar yang baik dapat mencerminkan gaya belajar yang baik
karena dengan mengetahui dan memahami gaya belajar yang terbaik bagi dirinya
akan membantu siswa dalam belajar sehingga prestasi yang dihasilkan akan
maksimal (Hasrul, 2009).
2.3 Smartphone
Menurut Gary B, Thomas J & Misty E, 2007, smartphone adalah telepon
yang internet enabled yang biasanya menyediakan fungsi Personal Digital
Assistant (PDA), seperti fungsi kalender, buku agenda, buku alamat, kalkulator,
dan catatan. Smartphone pertama dinamakan Simon; dirancang oleh IBM pada
1992 dan dipamerkan sebagai produk konsep tahun itu di COMDEX, sebuah
pameran komputer di Las Vegas, Nevada.Ponsel cerdas tersebut dipasarkan ke
publik pada tahun 1993 dan dijual oleh BellSouth.Pertumbuhan permintaan
termasuk Indonesia smartphone ini membuat kemajuan besar dalam pemroses,
ngingatan, layar dan sistem operasi yang di luar dari jalur telepon genggam sejak
beberapa tahun ini.Sistem operasi yang dapat ditemukan di ponsel cerdas adalah
Symbian OS, iOS, RIM BlackBerry, Windows Mobile, Linux, Palm, WebOS dan
Android.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 278
Smartphone dapat digunakan untuk menjadi asisten pribadi, karena alat ini
dapat menyimpan data-data penting untuk perihal bisnis maupun menjadi sebagai
pengingat apa yang harus dilakukan selanjutnya oleh si penggunanya. Dengan
kemajuan teknologi ini, pola hidup manusia dalam mendapatkan informasi
terpengaruh.Perubahan teknologi komunikasi ini juga memberi dampak terhadap
kehidupan masyarakat. Dampak positif yang sangat nyata di lini bisnis, pekerja,
bahkan murid-murid sekolah hingga mahasiswa yang sangat bergantung dengan
kecepatan bertukar informasi satu dengan yang lain. Dampak negatif yang juga
dapat terjadi dalam kehidupan manusia adalah mudahnya informasi mengenai
pronografi tersebar melalui jaringan internet pada smartphone.
2.4 Android
Android (/ˈæn.drɔɪd/; an-droyd) adalah sistem operasi berbasis Linux yang
dirancang untuk perangkat bergerak layar sentuh seperti telepon pintar dan
komputer tablet. Android memungkinkan penggunanya untuk memasang aplikasi
pihak ketiga, baik yang diperoleh dari toko aplikasi seperti Google Play, Amazon
Appstore, ataupun dengan mengunduh dan memasang berkas APK dari situs
pihak ketiga. Di Google Play, pengguna bisa menjelajah, mengunduh, dan
memperbarui aplikasi yang diterbitkan oleh Google dan pengembang pihak
ketiga, sesuai dengan persyaratan kompatibilitas Google. Pada bulan September
2012, ada lebih dari 675.000 aplikasi yang tersedia untuk Android, dan perkiraan
jumlah aplikasi yang diunduh dari Play Store adalah 25 miliar.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 279
BAB III
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang kami lakukan dalam membuat aplikasi tersebut
adalah sebagai berikut :
Sebelum merancang aplikasi ini, pertama-tama dilakukan analisa masalah
mengenai pendidikan di Indonesia saat ini khusunya terhadap motivasi belajar
siswa yang semakin menurun, terlebih dengan kemajuan teknologi saat ini telah
banyak aplikasi-aplikasi yang membantu orang agar lebih mudah dalam hal
komunikasi dan lainnya. Masih kurangnya komunikasi antara orangtua dan guru,
sehingga sering terjadinya miss komunikasi antara kedua belah pihak.
Setelah menganalisa masalah yang ada, dilakukan perencanaan dan
pengumpulan data. Data yang dikumpulkan berupa hasil survey yang telah
dilakukan beberapa lembaga mengenai tingkat kebutuhan dan motivasi belajar
anak, serta seberapa kendala yang menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan.
Perencanaan yang dilakukan ialah sebagai solusi dalam permasalahan diatas,
dengan merancang suatu aplikasi.
Selanjutnya ialah pada tahap perancangan aplikasi, dilihat dari analisa
masalah diatas, maka diperlukan adanya suatu aplikasi yang membantu siswa
dalam meningkatkan motivasi belajar menggunakan smartphone dengan cara
yang asik dan simpel.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 280
Berikut ini adalah contoh tampilan aplikasi PLAY SMART
Gambar 3.1a Tampilan awal aplikasi mulai tersambung dengan server
Gambar 3.1b Tampilan pilihan akun yang disesuaikan dengan pengguna aplikasi
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 281
Gambar 3.1c Tampilan saat log in
Gambar 3.1d Tampilan utama aplikasi setelah log in
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 282
BAB IV
PEMBAHASAN
Media pembelajaran Aplikasi PLAY SMART dikembangkan berbasis
aplikasi Android. Sehingga, aplikasi ini dapat dikembangkan dan dijalankan
dimana saja dan kapan saja. PLAY SMART bisa dimiliki dengan mengunduh dari
toko aplikasi yaitu Google Play. Di Google Play, pengguna bisa menjelajah,
mengunduh, dan memperbarui aplikasi yang diterbitkan oleh Google dan
pengembang pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan kompatibilitas Google.
Kondisi bangsa Indonesia dalam kalangan pelajar masih sangat kurang,
sedangkan perkembangan teknologi sudah sangat cepat. Maka menurut survey
yang dilakukan, target pengguna aplikasi PLAY SMART ini adalah siswa sekolah
dasar (SD) kelas 3-5, orangtua siswa, dan guru. Adapun penentuan pengguna
didasarkan pada rentan umur yang termasuk kategori anak yang cenderung masih
bisa diatur, tertarik dengan hal baru, belum sangat mengenal luas cara mengakses
internet, dan mudah ditanamkan budaya. Oleh karena itu, aplikasi ini disesuaikan
dengan psikologi umum anak pada rentang umur tersebut.
Tampilan aplikasi dibuat sesuai design yang menarik pada anak-anak.
Tampilan awal aplikasi adalah register yang hanya bisa dilakukan oleh guru serta
log in untuk guru dan siswa. Tampilan selanjutnya berisi beberapa tombol button
seperti mata pelajaran, materi, jalan pintas, Q & A, games, pengaturan. Tombol
button mata pelajaran berisi mata pelajaran semester yang ditempuh. Tombol
button materi berisi materi-materi yang sudah diberikan serta dilengkapi dengan
alarm otomatis yang akan muncul setiap jam 7 malam, berisi review materi hari
tersebut dan materi selanjutnya. Tombol button jalan pintas berisi cara mudah
menghapalkan materi. Tombol Q & A berisi pertanyaan yang dilengkapi dengan
jawaban serta pembahasan dengan syarat 75% soal yang dikerjakan benar dan jika
tidak mencapai 75% maka soal akan diulang kembali dengan pengacakan nomor
soal. Tombol games berisi beberapa permainan menarik yang menghibur dan
mengasah kemampuan otak. Tombol setting berisi pilihan nada alarm yang
diinginkan, pilihan tema yang diinginkan, dan pengaturan font.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 283
Aplikasi yang dikembangkan pada penelitian ini tidak dapat dijalankan
pada semua jenis perangkat smartphone mengingat aplikasi ini hanya dapat
dijalankan pada perangkat smartphone berbasis Android. Oleh karena itu,
diharapkan dapat dilakukan pengembangan aplikasi sejenis yang dapat dijalankan
pada perangkat dengan sistem operasi yang berbeda dan pada materi yang
berbeda. Dengan adanya pengembangan aplikasi-aplikasi pembelajaran pada
perangkat smartphone diharapkan dapat meningkatkan manfaat perangkat
smartphone dalam bidang pendidikan dan memberikan motivasi belajar siswa.
Selain itu, adanya aplikasi-aplikasi seperti ini dapat memberikan pengalaman
belajar yang menarik dan baru bagi siswa.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 284
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aplikasi PLAY SMART merupakan aplikasi khusus untuk anak-anak
yang dilengkapi dengan fitur yang mudah dimengerti, asik dan simpel. Media
pembelajaran dalam bentuk aplikasi ini memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan. Keunggulannya yaitu aplikasi ini dapat diakses siswa dengan mudah,
dilengkapi dengan fitur-fitur yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat
membantu meningkatkan motivasi belajar siswa. Tidak hanya untuk siswa, namun
aplikasi ini juga tersambung dengan guru dan orangtua, sehingga orangtua dapat
dengan mudah mengontrol anak-anaknya, serta guru dapat dengan mudah
menyampaikan materi.
Namun aplikasi ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti aplikasi ini
harus tersambung dengan jaringan internet. Jika tidak tersambung, maka tidak
dapat dijalankan. Selain itu, karena aplikasi ini menggunakan sistem Android,
maka belum bisa diakses melalui komputer dan iphone.
5.2 Saran
Dalam pengembangan aplikasi selanjutnya, diharapkan adanya beberapa
fitur tambahan yang disesuaikan dengan kondisi agar siswa menjadi semakin
tertarik untuk menuntut ilmu. Tidak hanya mengasah kemampuan hardskill
namun juga kemampuan softskill seperti berani mengungkapkan pendapat dan
sebagainya.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 285
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Imam. 2015. Hubungan Antara Cara Belajar dan Aktivitas Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi.Pendidikan EkonomiFakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Ermiyati, I Komang Winatha, dan Tedi Rusman. 2015. Pengaruh Disiplin,
Motivasi dan Ketersediaan Sarana Belajar di Sekolah Terhadap Hasil
Belajar. Jurnal Pendidikan Ekonomi P.IPS FKIP Unila.
Hasrul. 2009. Pemahaman Tentang Gaya Belajar. Jurnal MEDTEK 1(2).
https://baturajahebat.wordpress.com/smartphone/. Diakses pada tanggal 11
Agustus 2016 pukul 21.37 WITA.
https://id.wikipedia.org/wiki/Android_(sistem_operasi)#Aplikasi. Diakses pada
tanggal 11 Agustus 2016 pukul 20.48 WITA.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dampak_smartphone_terhadap_kehidupan_manus
ia. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2016 pukul 21.15 WITA.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pons. Diakses pada tanggal 11 Agustus 2016
pukul 21.51 WITA.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 286
“BIOPONIC” INOVASI BIOAKTIVATOR ORGANIK BERBASIS
PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK SEBAGAI ADDED VALUE
PEMBUATAN KOMPOS UNTUK MEWUJUDKAN
INDONESIA MANDIRI
Uzwajul Mutoharoh1)
Muji Astutik1)
, Aprilia Retno Anggraini1)
dan Endang Setyowati2)
1Mahasiswa Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
2Dosen Pembimbing, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang menjadikan pertanian sebagai
sektor utama perekonomian masyarakatnya, dan salah satu subsektor dalam
pertanian adalah peternakan. Peternakan menjadi suatu hal yang diminati oleh
masyarakat Indonesia karena memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.
Di Indonesia sendiri jumlah populasi ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah,
kerbau, domba dan kambing) cukup banyak, antara lain: sapi perah 525.17, sapi
potong 15.494.29, kerbau 1.381.33, domba 16.509.33, dan kambing 18.879.60.
Banyaknya populasi ternak ruminansia tersebut mengakibatkan limbah berupa
feses dan urine yang dihasilkan juga banyak, jika tidak dimanfaatkan dengan
optimal akan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Disamping itu, limbah
sayuran segar di pasar juga sangat banyak dan kurang termanfaatkan, padahal
limbah pasar sayur berpotensi sebagai pengawet maupun starter fermentasi karena
memiliki kandungan asam tinggi dan mikrobia yang menguntungkan. limbah
pasar sayur hasil fermentasi jika dipadukan dengan rempah-rempah dan molasses
akan mampu menjadi bioaktivator dalam pembuatan pupuk organik khususnya
pupuk kompos. Pada dasarnya feses ternak akan mengalami dekomposisi alami
sehingga menjadi pupuk kompos, tetapi proses tersebut membutuhkan waktu yang
lama, berkisar 4-6 bulan, sehingga diperlukan suatu bioaktivator berbasis organik.
Mikroba di dalam bioaktivator akan membantu memecah ikatan-ikatan kimia
kompleks menjadi sederhana, sehingga mampu mempercepat pembuatan pupuk
kompos. Campuran dari bahan tersebut akan dihaluskan menjadi bentuk cair dan
dapat digunakan dengan cara disiramkan ke feses, selanjutnya disimpan dengan
kondisi anaerob supaya fermentasi berlangsung dengan sempurna. Tujuan dari
pembuatan bioaktivator tersebut selain untuk mempercepat pembuatan pupuk
kompos juga sebagai upaya optimalisasi limbah pertanian demi mewujudkan
Indonesia mandiri.
Kata Kunci: Bioaktivator, Limbah sayur, Pupuk kompos, Rempah-rempah
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 287
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang menjadikan pertanian
sebagai sektor utama perekonomian masyarakatnya, dan salah satu subsektor
dalam pertanian adalah peternakan. Peternakan merupakan sektor yang berpotensi
untuk di kembangkan di Indonesia. Peternakan terdiri dari berbagai macam
komoditi ternak yang di bagi menjadi 2 jenis, yaitu ternak ruminansia dan ternak
unggas. Pada tahun 2014 secara nasional populasi ternak besar mengalami
peningkatan jumlah populasi bila dibandingkan dengan populasi pada tahun 2013
dengan rincian sebagai berikut: sapi potong 14,73 juta ekor (peningkatan 16,09
persen), sapi perah 0,50 juta ekor (peningkatan 13,11 persen), kerbau 1,34 juta
ekor (peningkatan 20,32 persen) dan kuda 0,43 juta ekor (penurunan 1,42 persen)
(Dirjen Pet Kesmawan, 2015).
Tingginya jumlah ternak yang dimiliki tidak diimbangi dengan pengolahan
limbah ternak yang juga banyak dihasilkan. Limbah yang banyak dihasilkan
dalam usaha peternakan sapi yaitu limbah feses dan urine. Setiap ekor ternak
perharinya dapat menghasilkan kotoran (feses) sekitar 8-10 kg atau 2,6 – 3,6 ton
per tahun (Kasworo dkk, 2013). Banyaknya limbah feses yang dihasilkan akan
berpengaruh terhadap lingkungan sekitar, melihat dari banyaknya jumlah ternak
yang ada. Dampak dari sektor peternakan pada pencemaran lingkungan (amonia,
gas rumah kaca dan patogen), mengevaluasi risiko kesehatan terkait dan menilai
potensi peranan sistem pengolahan limbah dalam pelemahan isu-isu lingkungan
dan kesehatan (Martinez, dkk, 2009).
Disisi lain, Kotoran sapi merupakan salah satu bahan potensial untuk
membuat pupuk organik (kasworo dkk, 2013). Setiap ekor ternak pertahunnya
dapat menghasilkan 1,5-2 ton pupuk organik sehingga akan mengurangi
penggunaan pupuk anorganik dan mempercepat proses perbaikan lahan(Kasworo
dkk, 2013).Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat
dengan cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme
hidup. Untuk membuat pupuk kompos diperlukan bahan baku berupa material
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 288
organik dan organisme pengurai. Organisme pengurainya bisa berupa
mikroorganisme ataupun makroorganisme. Dengan mengolah limbah menjadi
pupuk, maka peternak dapat menambahan penghasilan selain dari hasil utama
juga berasal dari hasil samping peternakannya.
Pertumbuhan penduduk juga mengakibatkan banyak limbah organik yang
berupa sampah. Sumber sampah yang terbanyak dari pasar tradisional. Sampah
pasar seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan dan lainnya sebagian besar 95%
berupa sampah organik sahingga lebih mudah untuk ditangani dan bisa diuraikan
oleh mikroba(Natalia dan Nugrahini, 2014). Limbah sayuran segar di pasar juga
sangat banyak dan kurang termanfaatkan, padahal limbah pasar sayur berpotensi
sebagai pengawet maupun starter fermentasi karena memiliki kandungan asam
tinggi dan mikrobia yang menguntungkan. Limbah pasar sayur hasil fermentasi
jika dipadukan dengan rempah-rempah dan molasses akan mampu menjadi
bioaktivator dalam pembuatan pupuk organik khususnya pupuk kompos.
Bioaktivator merupakan larutan yang mengandung berbagai macam
mikroorganisme. Bioaktivator memiliki kelebihan, diantaranya mempercepat
pengomposan, menghilangkan bauh dari sampah, menyuburkan tanah, stater
untuk membuat pupuk cair (Allo, 2014). Pemanfaatan limbah sayuran di pasar
yang dapat melimpah digunakan untuk pembuatan bioaktivator yang dapat
digunakan sebagai pengomposan limbah kotoran sapi. Hal ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif mengurangi limbah yang ada di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan sebuah teknologi
yang dapat membuat bioaktivator dari limbah sayuran pasar, sehingga mampu
membantu mangatasi permasalahan dari limbah peternakan dan limbah pasar.
Oleh itu penulis mengembangkan sebuah inovasi : “BIOPONIC” Inovasi
Bioaktivator Organik Berbasis Pemanfaatan Limbah Organik Sebagai Added
Value Pembuatan Kompos untuk Mewujudkan Indonesia Mandiri.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang
dapat dirumuskan yaitu apakah limbah sayur yang dipadukan dengan limbah
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 289
pembuatan gula dan rempah-rempah bisa menjadi suatu bioaktivator yang dapat
mempercepat proses pembuatan pupuk kompos?.
1.3. Tujuan
Menciptakan suatu bioaktivator organik untuk mempercepat pembentukan
kompos yang terbuat dari bahan-bahan limbah sayur yang dipadukan dengan
limbah pembuatan gula (molases) dan rempah-rempah sehingga dapat
menciptakan Indonsia mandiri.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari karya tulis ini adalah:
1. Sebagai sumbangsih ilmu di bidang peternakan dan lingkungan.
2. Sebagai informasi pengolahan limbah sehingga memiliki nilai ekonomis.
3. Mengoptimalkan sumber daya lokal terutama limbah sayur untuk dijadikan
suatu bioaktivator organik.
4. Sebagai informasi yang dapat dipublikasikan secara luas untuk meminimalisir
pencemaran lingkungan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 290
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Limbah Kotoran Ternak
Indonesia mempunyai potensi ternak yang cukup banyak antara lain
hewan besar seperti sapi potong dan sapi perah pada tahun 2011 populasinya
mencapai 15.421.586 ekor (Statistik Peternakan, 2012). Mengingat ternak tersebut
per ekor setiap hari dapat menghasilkan kotoran ternak sampai lebih dari 10 kg.
Apabila rata-rata per ekor mengeluarkan kotoran sebanyak 10 kg /hari maka di
negara kita dihasilkan 154215,860 ton kotoran sapi setiap hari. Kotoran ternak
mengandung bahan organik yang dapat menyediakan zat hara bagi tanaman
melalui suatu proses perombakan (dekomposisasi). Proses perombakan terjadi
secara bertahap dan melepaskan bahan organik yang sederhana untuk
pertumbuhan tanaman (Relawati dan Ariadi, 2014).
Gambar 1. Tumpukan kotoran ternak
2.2 Potensi Limbah Sayuran
Data volume sampah untuk kota-kota besar di Indonesia menunjukkan
bahwa sampah organik mencapai 73,35%, dari total volume sampah sebanyak
53,3% sampah kota tidak dapat tertangani dengan baik. Penelitian mengenai
sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik
dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali
(Allo, 2014).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 291
Gambar 2. Limbah sayuran
Menurut Badan Pusat Statistik, dari 1976 unit pasar yang menghasilkan
limbah pasar sebanyak 1.300.000 ton per hari dalam bentuk segar, dan sebagian
besar (60%) merupakan limbah sampah organik sehingga berpotensi untuk
dijadikan sebagai starter fermentasi. Limbah pasar sayur merupakan kumpulan
dari berbagai macam sayuran setelah disortir karena tidak layak jual. Daur ulang
dengan cara yang ramah lingkungan, mudah dan murah memerlukan upaya yang
tepat untuk mengatasi persoalan limbah tersebut. Limbah pasar sayur berpotensi
sebagai pengawet maupun sebagai starter fermentasi karena memiliki kandungan
asam tinggi dan mikrobia yang menguntungkan. Asam pada limbah pasar sayur
diduga berupa asam laktat sebagai hasil metabolisme bakteri asam laktat.
Pemanfaatan ekstrak limbah pasar sayur hasil fermentasi yaitu berupa asam
organik, dapat digunakan sebagai pengawetan secara biologi maupun sebagai
starter untuk fermentasi pakan.
Pengolahan yang dirasa efisien, mudah, murah, ramah lingkungan dan
menghasilkan pendapatan tambahan adalah dengan menjadikan starter fermentasi
yang berisikan mikroorganisme aktif asli dari bahan tersebut dengan
menfermentasikannya dalam suasana anaerob fakultatif. Pembuatan Starter yaitu
dengan cara memotong-motong limbah pasar sayur kemudian ditambahkan
mollases setelah itu diperam selama 5 hari kemudian disaring dan larutan siap
digunakan. Hampir semua sayuran dapat mengalami fermentasi bertipe asam
laktat, yang biasanya dilakukan oleh berbagai jenis Streptococcus,
Leuconostoc,Lactobacillus, serta Pediococcus. Organisme ini mengubah gula
yang terdapat pada sayuran terutama menjadi asam laktat yang membatasi
pertumbuhan organisme lain (Utama, 2009). Pada buah-buahan mengandung zat
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 292
seperti asam askorbat, asam sitrat dan NADH (kimia yang menghasilkan energi
sel), yang dalam kondisi tertentu bahan kimia tersebut bertindak sebagai elektrolit.
Begitu juga dengan sayur-sayuran yang memiliki kandungan seperti asam, basa
dan air (Lindstrom, tanpa tahun). Menurut Wira, ketika buah dan sayuran mulai
membusuk akan terjadi proses kimia yang dikenal sebagai fermentasi
(Jauharah, 2013).
2.3 Bioaktivator
Bioaktivator adalah agen aktivasi yang berupa makhluk hidup (jasad
renik) dan berperan mengawali proses perubahan baik aspek fisika maupun kimia
suatu bahan orgaik menjadi produk yang berbeda sifatnya. Proses perubahan
fisiko-kimia bahan tersebut hingga menjadi molekul-molekul berukuran lebih
kecil bahkan menjadi komponen-komponen dan unsur-unsurnya disebut dengan
dekomposisi. Proses dekomposisi bahan organik secara alami dilakukan oleh
jasad renik termasuk bakteri, khamir dan kapang yang berperan sebagai agen bio-
aktivator. Aktivator mikroba biasa digunakan dalam proses fermentasi bahan
organik. Fungsi utama aktivator ini adalah mempercepat proses dekomposisi
bahan organik dan meningkatkan kualitas bahan. Prinsip pembuatan pupuk cair
organik adalah pencampuran bahan organik khususnya limbah sayuran dengan
mikroorganisme sebagai bioaktivator (Rinanto, 2005).
2.4 Kompos
Kompos berasal dari sisa bahan organik, baik dari tanaman, hewan,
maupun limbah organik yang telah mengalami dekomposisi atau fermentasi. Jenis
tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya adalah jerami, sekam
padi, pelepah pisah, gulma, sayuran busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.
Sementara itu, bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas
(Hadisuwito, 2008). Proses pengomposan memerlukan aktivator sebagai
dekomposer dalam proses dekomposisi bahan organik kompleks yang dilakukan
oleh mikroorganisme sehingga menjadi bahan organik sederhana yang kemudian
mengalami mineralisasi sehingga menjadi tersedia dalam bentuk mineral yang
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 293
dapat diserap oleh tanaman atau organisme lain. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh aktifitas bioaktivator MOL asal sayuran yang banyak mengandung bakteri
yang mampu mensintesis senyawa nitrogen, gula dan substrat bioaktif lainnya
(Indriani, 2003). Bakteri tersebut juga mampu membentuk zat-zat yang
bermanfaat antara lain asam amino, asam nukleat, zat-zat bioaktif dan gula. Asam
amino tersebut merupakan salah satu sumber nitrogen bagi tanah (Palupi, 2015).
Pupuk organik merupakan pupuk yang berperan meningkatkan aktifitas
biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman. Saat ini sebagian besar petani masih tergantung pada
pupuk anorganik karena mengandung beberapa unsur hara dalam jumlah yang
banyak, padahal jika pupuk anorganik digunakan secara terus-menerus akan
menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi tanah (Indriani, 2004. Tanaman
juga memiliki batas tertentu untuk mengabsorbsi hara yang diterimanya. Rasyid
(2010) mengatakan bahwa tingkat kepekatan dapat mempengaruhi permeabilitas
sel daun dan menentukan banyaknya hara yang dapat diserap pada proses
pemupukan tersebut. Konsentrasi pupuk yang terlalu tinggi juga menghambat
penyerapan hara lain sehingga menyebabkan kekahatan unsur. Novizan (2005)
mengatakan bahwa jika tanaman kelebihan K maka akan menekan penyerapan
Mg. Penggunaan pupuk organik akan memperbaiki struktur dan komposisi hara
tanah . Tanah olahan yang diberi kompos, pada umumnya lebih gembur,
mengandung cukup hara dan mampu mengikat dan menyimpan air. Dampak
positif lain yang diakibatkan oleh pupuk kandang adalah meningkatnya sifat fisik
clan kimia tanah terutama dalam hal kemampuan menyerap clan mengikat air
tanah.
Besar kecilnya nilai C/N rasio sangat bergantung pada besarnya aktivitas
mikroorganisme di dalam tanah. Pada proses pelapukan yang intensif, terjadi
perubahan yang terjadi secara cepat di dalam tanah. Flora heterotropik-bakteri,
jamur dan actinomycetes, menjadi aktif dan berkembang biak dengan pesat dan
menghasilkan banyak CO2. Dalam keadaaan demikian, nitrat menghilang dari
tanah disebabkan perkembangan jasad nitro menkonsumsi banyak nitrogen untuk
pembentukan tubuhnya. Keadaan tersebut di atas menjelaskan bahwa semakin
rendah C/N rasio berarti semakin intensif terjadi pelapukan (Rahmah, 2014).
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 294
Ulasan penelitian terkait, uraian mengenai pemecahan masalah yang pernah
dilakukan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 295
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Sifat Penulisan
Penulisan karya tulis ini menggunakan teknik penulisan deskriptif yaitu
dengan menguraikan, menjabarkan dan merangkai variabel-variabel yang diteliti
menjadi sebuah pembahasan yang runtut dan sistematis. Studi kajian deskriptif ini
dilakukan dengan mengambil studi kasus terhadap permasalahan banyaknya
limbah kotoran ternak dan limbah sayuran pasar yang belum banyak
dimanfaatkan. Sehingga diperlukan suatu inovasi untuk memanfaatkan limbah
sayur untuk pembuatan bioaktivator pupuk kompos dari kotoran ternak.
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini yaitu
pendekatan secara kualitatif, melalui pendekatan ini didapatkan prosedur yang
menghasilkan usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data
dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek
kecenderungan, non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview
mendalam, analisis isi, bola salju dan story (Musianto, 2002). Pendekatan
kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan atau
kejadian melalui proses berfikir induktif (logico indicative abstraktif). Penulisan
karya tulis ini merupakan penulisan deskriptif yang memberikan gambaran dan
penjelasan mengenai pembuatan bioaktivator dari limbah sayur dengan
memanfaatkan proses fermentasi sehingga dapat mempercepat proses
dekomposisi.
3.2 Metode Perumusan Masalah
Rumusan masalah disusun secara sistematis dari kumpulan masalah yang
ada pada latar belakangdengan tujuan memudahkan penulisan. Penyusunan
rumusan masalah, penulis menggunakan metode analisa manfaat limbah sayur
yang dapat dijadikan sebagai bioaktivator untuk pembuatan kompos kotoran
ternak.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 296
3.3 Metode Pengumpulan dan Jenis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (library
research) dan penelusuran informasi digital dengan sasaran tujuan antara lain studi
literatur. Sumber studi pustaka yang didapatkan dari membaca, menganalisis dan
mengkaitkan informasi dari sumber bacaan dengan topik yang diangkat. Studi
pustaka ini meliputi buku, dan jurnal penelitian yang dianggap relevan dengan
pembahasan.
Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini ialah data sekunder atau
data pendukung yang merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung atau melalui media perantara.
3.4 Teknik Analisa Data
Proses analisis dilakukan pada data-data yang terkumpul yang kemudian
dipaparkan dalam pembahasan. Sintesis dilakukan dengan menggunakan studi
silang (cross link) antara data yang terkumpul dengan teori dan konsep yang
relevan. Kemudian dapat diambil titik utama yang kemudian diolah menjadi
beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut diperkuat dengan saran dan
rekomendasi yang terkait.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 297
3.5. Kerangka Berpikir
Gambar 3. Kerangka berpikir
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 298
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Konsep Dasar Bioponic
Bioponic merupakan suatu bioaktivator untuk mempercepat proses
pembentukan feses ternak menjadi kompos. Pembuatan Bioponic memanfaatkan
bahan limbah sayur sebagai media tumbuh mikroorganisme dan molasses yang
berasal dari limbah pembuatan gula tebu sebagai makanan dari mikroorganisme
yang tumbuh serta ditambah dengan berbagai macam rempah-rempah untuk
menghilangkan bau sehingga dapat meningkatkan kualitas Bioponic. Bioponic
sebagai bioaktivator alami memiliki manfaat selain untuk mengurangi volume
limbah sayur juga berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan pupuk,
meningkatkan kandungan bahan organic tanah, serta menekan pertumbuhan spora
jamur, hama, gulma dan patogen. Bioponic berperan sebagai Added value yang
dapat meningkatkan kualitas pupuk kandang.
4.2. Proses Pembuatan Bioponic
Peralatan dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat Bioponic terdiri dari berbagai
macam limbah sayur, limbah pembuatan gula (molasses) dan rempah-
rempah.Peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan Bioponic antara lain
alat penggiling untuk menghancurkan limbah sayur dan rempah-rempah, silo
sebagai tempat fermentasi, botol untuk wadah molases sebelum dicampur dengan
limbah sayur.
Cara Pembuatan
Sebelum pembuatan Bioponic, limbah sayur harus diangin-anginkan
terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air, kemudian dicampur dengan rempah-
rempah. Campuran limbah sayur dengan rempah-rempah tersebut kemudian
dihancurkan dengan menggunakan alat penghancur. Ditambah dengan molasses
dan difermentasi selama 14 hari untuk mendapatkan jumlah mikroba yang
optimal. Mikroba yang tumbuh terdiri dari bakteri Lactobacillus sp.. yang berguna
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 299
dalam dekomposisi bahan organik, Rhizobium sp., Proteolitik, dan bakteri
menguntungkan lainnya. Pada saat difermentasi dengan kondisi anaerob mikroba
patogen tidak dapat tumbuh karena selain tidak adanya Oksigen juga diakibatkan
oleh kondisi asam. Bioponic berbentuk cairan kental yang dapat digunakan
dengan cara menyiramkan atau mencampurkan dengan feses ternak yang ingin
dijadikan kompos.
Berikut adalah tabel alur pembuatan bioponic
Gambar 4. Alur pembuatan bioponic
4.3. Keunggulan Bioponic
Keunggulan Bioponic daripada produk komersil yaitu pembuatan
Bioponic tidak memerlukan biaya yang mahal karena memanfaatkan sumber daya
yang ada, mengoptimalkan penggunaan limbah sayur sehingga memiliki nilai
ekonomis, masyarakat khususnya peternak dapat membuat Bioponic sendiri
karena cara pembuatannya yang cukup mudah, ramah lingkungan karena dapat
mengurang volume limbah di lingkungan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 300
4.4. Aplikasi
Adapun aplikasi dari Bioponic adalah sebagai berikut:
a. Survey Lokasi
Kegiatan ini ditujukan untuk pengamatan kondisi dan potensi daerah
peternakan dan daerah yang berpotensi memiliki banyak limbah sayuran untuk
diadakan penyuluhan dan pelatihan pembuatan Bioponic.
b. Konsolidasi dengan pihak terkait
Pihak-pihak yang terkait pada program pembuatan Bioponic ini antara
lain:
1. Pemerintah desa: sebagai penanggung jawab dan permohonan izin pelaksanaan
program.
2. Pedagang sayur atau petani: supplier limbah sayur sebagai bahan utama
pembuatan Bioponic
3. Masyarakat: khususnya peternak dan petani sebagai target utama penyuluhan
dan penerapan program.
Kegiatan ini merupakan pengenalandan konsolidasi kepada pihak-pihak terkait
untuk menjalin interaksi yang kuat guna pelaksanaan program bisa dilangsungkan.
c. Pelatihan pembuatan Bioponic
Sebelum dilakukan penyuluhan, tim Bioponic akan memproduksi
Bioponic yang kemudian akan dijadikan sampel pada saat penyuluhan.
1. Persiapan Teknis
Pada kegiatan ini akan disiapkan peralatan dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk proses pembuatan Bioponic.
2. Penyuluhan Program Bioponic
Kegiatan ini akan dilakukan setelah konsolidasi dengan pihak-pihak terkait
dan telah mendapat persetujuan bersama. Penyuluhan dilakukan dengan
memberikan pemahaman dan informasi terkait pentingnya pemanfaatan limbah
sayur dan campuran bahan lain sebagai bioaktivator organik yang dapat
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 301
mempercepat proses pembuatan pupuk kompos serta ramah lingkungan karena
dapat mengurangi voluelimbah sayur dan limbah peternakan berupa feses ternak.
3. Pelatihan Pembuatan Bioponic
Pada tahap ini akan dilakukan pelatihan pembuatan Bioponic kepada
masyarakat khususnya peternak dan petani yang dilakukan secara langsung oleh
tim Bioponic, disini akan dijelaskan pula terkait konsentrasi penggunaan
Bioaktivator organik ini. Masyarakat akan diajari hingga benar-benar paham dan
mendetail.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 302
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari karya tulis ini adalah:
1. Tata cara pembuatan Bioponic adalah dengan mencampurkan antara limbah
sayur dengan rempah-rempah, kemudian dihancurkan dan dimasukkan ke
dalam silo untuk difermentasi dengan molasses selama 14 hari untuk
mendapatkan pertumbuhan mikroorganisme yang optimal. Bioponic berbentuk
cairan kental sehingga dalam penggunaannya bisa dengan cara disiramkan
pada feses ternak yang ingin dijadikan kompos.
2. Keunggulan Bioponic daripada bioaktivator komersial lainnya adalah lebih
murah, dan mudah diaplikasikan oleh masyarakat.
3. Aplikasi Bioponic di masyarakat khususnya peternak dan petani adalah dengan
cara membuat Bioponic terlebih dahulu dan diujicobakan pada feses ternak.
seteah diketahui hasilnya maka selanjutnya akan dijadikan sampel untuk
sosialisasi kepada masyarakat untuk produksi Bioponic secara masal beserta
aplikasinya.
5.2 Saran
Adapun saran untuk kesempurnaan pembuatan Bioaktivator organik ini
adalah dengan diujikan ke berbagai jenis feses ternak seperti sapi, kambing,
domba dan jenis bangsa yang berbeda untuk mengetahui kadar yang optimal
untuk pembentukan kompos masing-masing komoditi.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 303
DAFTAR PUSTAKA
Allo,M.P.R., Fahruddin, dan Johanes, E. 2014. Pengaruh Jenis Bioaktivator Pada
Laju Dekomposisi Sampah Daun Ki Hujan Samanea Saman Dari Wilayah
Kampus Unhas.
Anonymous. 2015. Statistika Peternakan dan Kesehatan Hewan.
http://dirjennak.pertanian.go.id.
Kasworo,A., Munifatul Izzati dan Kismartini. 2013. Daur Ulang Kotoran Ternak
sebagai Upaya Mndukung Peternakan Sapi Potong Yang Berkelanjutan di
Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Martinez dan Jose, Patrick Dabert, Suzelle Barirngton, dan Colin Burton. 2009.
“Livestock Waste Treatment Systems for Enviromental Quality, Food Safety
and Sutainability.” Jurnal Science Direct Bioresource Technology 100
(2009) 5527 – 5536.
Musianto, Lukas S. 2002. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan
Kualitatif dalam Metode Penelitian. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan 4
(2): 123-136.
Natalia, M., Panca Nugrahini.2014. Pengolahan Sampah Organik (Sayur –
Sayuran) Pasar Tugu Menjadi Biogas Dengan Menggunakan Starter
Kotoran Sapi Dan Pengaruh Penambahan Urea Secara Anaerobik Pada
Reaktor Batch. Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas
Trisakti.
Palupi, N.P. 2015.Karakter Kimia Kompos Dengan Dekomposer Mikroorganisme
Lokal Asal Limbah Sayuran.Ziraa’ah. Volume 40 Nomor 1, Halaman 54-60.
Rahmah,A., Izzati,M., Parman, S. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan
Dasar Limbah Sawi Putih (Brassica Chinensis L.) Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. var. Saccharata).Buletin Anatomi
dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 1.
Rinanto,Y., Sajidan, dan Fatmawati, U. 2015. Pemanfaatan Limbah Sisa Hasil
Panen Petani Sayuran di Boyolali sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk
Cair Organik menuju Pertanian Ramah Lingkungan.Seminar Nasional
Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
Utama, C.S dan Mulyanto, A. 2009. Potensi Limbah Pasar Saytir Menjadi Starter
Fermentasi. Jurnal Kesehatan.Vol.2, No. I.
Utama, C.S. dan Sumarsih,S. 2010. Pengaruh Penambahan Aras Ekstrak Kubis
Sortir dan Lama Pemeraman Terhadap Kandungan Nutrisi Silase Ikan .
Jurnal Kesehatan. Vol.3, No. I.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 304
Wira Dian Jauharah. 2013. Analisis Kelistrikan Yang Dihasilkan Limbah Buah
Dan Sayuran Sebagai Energi Alternatif Bio-Baterai. Skripsi. Universitas
Jember.
Zalizar, L., Relawati R., dan Ariadi, Y. 2014. Potensi Produksi Dan Ekonomi
Biogas Serta Implikasinya Pada Kesehatan Manusia, Ternak Dan
Lingkungan.Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 23 (3): 32 – 4.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 305
TRIGONOMEDIC SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBELAJARAN
TRIGONOMETRI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
Yusti Qomah1)
, Wiliyanti1)
, Annisa Nur Fauza1)
dan Endro Setyo Cahyono2)
1Mahasiswa Matematika, FMIPA, Universitas Sriwijaya
2Dosen Pembimbing, Universitas Sriwijaya
Email: [email protected]
Abstrak
Sampai saat ini kebanyakan pelajar memiliki kesulitan dalam mata pelajaran
matematika, terlebih pada pembahasan trigonometri. Berbagai macam formulasi
identitas trigonometri yang tertulis di buku-buku pelajaran dibuat dalam
penjelasan yang umum dan singkat, sehingga sulit dipahami. Oleh karena itu,
dibutuhkan sebuah gagasan yang mampu mempermudah mereka untuk
mempelajari dan memahami trigonometri. Identitas-identitas trigonometri yang
diajarkan di sekolahsekolah menjadi dasar bagi mereka untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Karya tulis ini ditulis untuk memberikan salah satu
solusi yang efektif untuk memudahkan siswa siswi dalam proses pembelajaran
trigonometri. Solusi tersebut berupa trigonomedic (trigonometri medical) yang
dibuat berdasarkan sistem periodik. Penelitian ini merupakan library research
(penilitian kepustakaan), teknik analisis data yang digunakan adalah metode
deskriptif-analisis. Dari penilitian kepustakaan yang dilakukan diketahui bahwa,
pertama, dasar dari trigonometri adalah konsep kesebangunan segitiga siku-siku
yang memiliki perbandingan yang sama sehingga dapat disusun berdasarkan besar
sudut. Kedua, benar bahwa pemahaman pelajar dalam proses pembelajaran
trigonometri belum memadai untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
sehingga trigonomedic memang dibutuhkan sebagai solusi ketidakpahaman
mereka. Ketiga, trigonomedic sebagai alternatif pelajar dengan susunan yang
lebih teratur dan mudah diingat sangat efektif digunakan dalam pemahaman
konsep trigonometri.
Kata Kunci: Cosinus, Sinus, Sudut, Tangen, Trigonometri
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 306
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika dalam kehidupan nyata terlihat sangat abstrak, namun
pelajaran matematika sendiri sangat berpengaruh dalam ilmu dan teknologi di
peradaban dunia. Dalam komisi nasional tentang keunggulan pada pendidikan,
Terrel Bell sekertaris pendidikan di USA mengungkapkan bahwa negara mereka
(USA) dalam keadaan berbahaya. Keunggulan yang tidak tertandingi dalam
bidang industri perdagangan, ilmu pengetahuan, dan inovasi teknologi sedang
dikalahkan oleh pesaing dunia. Landasan pendidikan masyarakat saat ini semakin
berkurang dikarenakan tingkat antusiasme yang rendah dan sangat mengancam
masa depan mereka sebagai bangsa dan warga negara22
.
Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat
perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu
pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu
perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa
henti. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu
pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di
segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).
Penjelasan yang terlalu umum dan singkat pada pelajaran Matematika,
khususnya Trigonometri mengakibatkan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA)
sulit memahaminya. SMA sebagai tempat belajar harusnya dapat mengatasi
kesulitan yang dihadapi pelajar tersebut. Namun, pemberian materi yang terbatas
dan soal yang hanya terfokus pada jenis soal yang sering diujikan malah membuat
wawasan dan kemampuan (skill) pelajar rendah. Pendidik di sekolah juga lebih
menuntut pelajar untuk menyelesaikan soal dengan rumus-rumus yang telah ada
22
David A Thomas, Teenagers, Theachers, and Mathematics, A Division of Simon &
Schuster,Inc, Massachusetts, 1992, hlm. 1.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 307
dengan metode yang monoton. Selain membosankan, hal ini juga dapat
menimbulkan paradigma negatif di kalangan pelajar. Sehingga semakin berkurang
minat mereka dalam pelajaran Matematika, khususnya Trigonometri.
Pelajaran Trigonometri terdiri atas identitas dasar, sudut rangkap, rumus
penjumlahan, hukum sinus-cosinus dan lain sebagainya di konsep dalam
formulasi yang cukup rumit, sehingga pelajar mendapatkan kesulitan pada
pengelompokan formulasi yang hampir mirip namun memiliki perbedaan yang
signifikan.
Beberapa alternatif sudah pernah dihadirkan untuk memudahkan pelajar
dalam belajar trigonometri. Alternatif yang pernah dihadirkan berupa penggunaan
kata-kata khusus sebagai kata yang mencirikan awalan yang serupa, ataupun
dengan daftar sudut istimewa dalam bentuk kuadran dan banyak lagi lainnya.
Akan tetapi, alternatif-alternatif yang pernah ditawarkan belum efektif. Sebagian
besar pelajar memiliki kecenderungan berfikir yang berbeda-beda. Kemampuan
verbal yang tinggi dapat membantu mereka dalam menghafal formulasi dengan
kata-kata. Namun, kemampuan verbal ini hanya dimiliki sedikit pelajar,
sedangkan pelajar yang memiliki kemampuan numerik justru menganggap metode
tersebut lebih rumit. Sehingga dibutuhkan alternatif yang bisa membantu pelajar
baik yang memiliki kemampuan verbal maupun numerik. Oleh karena itu, kami
memberikan sebuah representasi dalam ruang lingkup matematika dengan harapan
dapat meminimalisir tingkat kesukaran dalam penghafalan formulasi trigonometri.
Implementasi nyata yang kami berikan adalah tabel formulasi yang disebut
Trigonomedic (trigonometry medical).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran tentang masalah pembelajaran trigonometri di
sekolah di atas, maka pertanyaan pokok yang dapat diangkat dalam kajian ini
adalah :
1. Bagaimana urgensi pembelajaran trigonometri?.
2. Bagaimana relevansi antara metode yang sudah ada dengan kelangsungan
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas?.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 308
3. Bagaimana inovasi efektif untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran
trigonometri?.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah:
1. Untuk mengetahui urgensi pembelajaran trigonometri.
2. Untuk mengetahui perkembangan dari alternatif yang pernah ada dengan
memperhatikan keberlangsungan pembelajaran trigonometri.
3. Untuk mempelajari alternatif yang tepat untuk mempermudah pelajar
memahami trigonometri.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah:
1. Dapat digunakan sebagai inovasi dalam dunia matematika untuk mendukung
munculnya produk baru yang lebih menjanjikan.
2. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan referensi untuk membuat artikel ilmiah.
3. Digunakan sebagai alternatif bagi pendidik dalam memudahkan penyampaian
materi trigonometri di sekolah.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 309
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Matematika sebagai salah satu bidang dalam ilmu pengetahuan alam
memiliki banyak bahasan di dalamnya, salah satunya yang dibahas di karya tulis
ini, trigonometri. Kata matematika dalam bahasa Yunani berasal dari kata
mathema yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang lingkupnya
menyangkut pengkajian matematika23
.
Trigonometri adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan
sudut segitiga dan fungsi trigonometrik seperti sinus, cosinus, dan tangen. Arti
trigonometri dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata, trigonon dan metro.
Trigonon yang berarti tiga sudut dan metro yang bermakna mengukur. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trigonometri sendiri diartikan sebagai
ilmu ukur mengenai sudut dan sempadan dengan segitiga (digunakan dalam
astronomi)24
.
Dalam Oxford Mini School Dictionary, trigonometri (trigonometry)
diartikan sebagai perhitungan jarak dan sudut berdasarkan segitiga. Kata
trigonometri, berdasarkan kata Yunani dalam pengukuran segitiga, pertama kali
digunakan sebagai judul untuk teks oleh matematikawan Jerman Pitiscus.
Pembelajaran trigonometri tidak lepas dari identitas. Identitas tersebut berupa
identitas dasar yang meliputi:
tan α sin α / cos α
cos2 α + sin2 α 1
Identitas jumlah dan selisih dua sudut yang meliputi:
sin (α ± β) sin α cos β ± cos α sin β cos (α ± β) cos α cos β ∓sin α sin β
tan (α ± β) (tan α ± tan β) / (1 ∓ tan α tan β)
23
Afidah dan Khairunnisa, Matematika Dasar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 9. 24
KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm.1072.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 310
Selanjutnya, identitas sudut rangkap seperti:
sin 2 α 2 sin α cos α
cos 2 α cos2 α – sin2 α
tan 2 α 2tan 1− 2
Kemudian formulasi penjumlahan antara lain:
sin + sin = 2 sin ½ ( + ) cos ½ ( - )
sin - sin = 2 cos ½ ( + )sin ½ ( - )
cos + cos = 2 cos ½ ( + )cos ½ ( - )
cos - cos = -2 sin ½ ( + )sin ½ ( - )
Formulasi penjumlahan sendiri dapat diturunkan menjadi formulasi perkalian
sehingga di dapat formulasi sebagai berikut :
2 cos cos = cos ( + ) + cos ( - )
2 cos sin = sin ( + ) - sin ( - )
2 sin cos = sin ( + ) + sin ( - )
-2 sin sin = cos ( + ) - cos ( - ) 25
2.2 Ulasan Penelitian Terkait
Menurut Abu Ahmadi kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana
siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar juga dapat
diartikan sebagai suatu gejala atau kondisi dalam proses belajar mengajar yang
ditandai oleh adanya hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai tujuan belajar
yang hendak dicapai. Salah satu indikator adanya kesulitan-kesulitan siswa yaitu
melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan26
.
Untuk mengurangi indikator tersebut, telah ada suatu perangkat
pembelajaran dalam bentuk buku yaitu LKS (Lembar Kerja Siswa) yang
merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan guru untuk
25
Paul T. Witzke dan Thomas J. Mc Hale, Applied Trigonometry, Addison-Wesley Publishing
Company Inc, 1984, hlm. 284. 26
Atin Supriatin, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, vol.1, no.1, 2007, hlm.3.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 311
membimbing siswa secara terstruktur melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
memberikan motivasi siswa untuk mempelajari Matematika27
.
27
Yudha Prihadi, Jurnal Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kontekstual pada Pokok Bahasan Trigonometri untuk SMA Kelas X, 2014, hlm. 5.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 312
BAB III
METODE PENULISAN
Secara tipologis, penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library
research), karena seluruh data yang diambil dalam tulisan ini merupakan sumber
pustaka dari berbagai karya yang ada kaitannya dengan subject matter.
Sumber data dalam karya tulis ini dikempolokkan menjadi 2 jenis, yaitu
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan referensi utama
yang digunakan untuk mencari landasan teori dari segi kepustakaan dan
menjelaskan secara detail yang berkaitan dengan trigonometri. Sedangkan sumber
sekunder merupakan referensi yang mendukung sumber utama.
Sumber primer yang digunakan antara lain Precalculus A Graphing
Approach, Teenagers Teachers and Mathematics, dan Applied Triginometry.
Sumber sekunder yang mendukung sumber primer antara lain meliputi
Matematika Dasar, Mata Matika, College Algebra and Trigonometry, Applied
Exterior Calculus, jurnal Sejarah Trigonometri Matematika, dan jurnal
trigonometri dan penentuan arah kiblat.
Teknik pengumpulan data awal diperoleh dari buku-buku tentang
trigonometri. Selanjutnya, diambil beberapa sampel dari pelajar di Sekolah
Menengah Atas pada daerah-daerah tertentu.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang materi
trigonometri dengan metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif digunakan
untuk menjelaskan secara rinci formula-formula yang ada pada trigonometri.
Kemudian menganalisa formula agar dapat dijadikan tabel alternatif dalam
pembelajaran trigonometri.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 313
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pentingnya Belajar Trigonometri
Wacana trigonometri memang sering menjadi fokus kajian yang terus-
menerus dikembangkan dengan berbagai cara dan perspektif. Mengingat
trigonometri merupakan salah satu hal vital yang sangat berpengaruh untuk bekal
menuju tingkatan yang lebih tinggi.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia (Peraturan Pemerintah Nomor 22, 2006).
Penguasaan matematika sejak dini sangat diperlukan dalam mempersiapkan
generasi penerus bangsa yang kreatif, inovatif, dan memiliki daya saing tinggi.
Trigonometri yang merupakan salah satu pokok bahasan di dalamnya juga
mempunyai peran sentral yang mengiringi mereka dalam belajar matematika.
Trigonometri sendiri tidak lepas dari kejadian sehari-hari yang terjadi di
sekeliling kita. Banyak bidang keilmuan yang menerapkan konsep dasar
trigonometri seperti bidang astronomi, bidang komputasi, satelit komunikasi, dan
masih banyak lagi bidang lainnya. Dalam bidang astronomi atau ilmu falak, telah
ditemukan cara menentukan arah kiblat yang menggunakan teori trigonometri
bola (spherical trigonometry).
Dimana pengetahuan tentang bumi, matahari dan benda-benda langit
lainnya sebenarnya juga diawali dari pemahaman konsep tentang rasio (ratios)
pada segitiga. Sebagaimana contoh pada zaman dahulu, sebelum istilah
trigonometri populer, keliling bumi sudah bisa ditentukan dengan menggunakan
konsep segitiga siku-siku, meskipun hanya sebatas masih dalam perkiraan saja.
Saat itu keliling bumi diperkirakan mencapai 25.000 mil, sedangkan bila
menggunakan metode modern keliling bumi adalah 24.902 mil28
.
28
E-book/ pdf, Algebra 2 and Trigonometry, dalam www.amscopub.com, hlm. 353. Diakses pada
09-02-2011.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 314
4.2 Alternatif yang Pernah Ada dalam Pembelajaran Trigonometri
Oleh karena trigonometri termasuk bahasan dalam ilmu matematika yang
cukup sulit dimengerti oleh sebagian pelajar, banyak cara yang pernah dilakukan
untuk membantu memudahkan pelajar dalam belajar trigonometri. Dari mulai
membuat alat peraga sampai mengelompokkan rumus-rumus ke jenis yang sama.
Alternatif lain yang pernah ditemukan adalah pengelompokan rumus sudut
istimewa berdasarkan letaknya pada kuadran seperti pada alat peraga susinometri
yang digunakan untuk menentukan besar sudut istimewa dan pengadaan Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang meringkas semua materi ke dalam sebuah buku sehingga
lebih kompleks. Adapun cara yang pernah digunakan tersebut dan meliputi kupu-
kupu trigonometri, meja trigonometri, dan inovasi lainnya dalam dunia ruang
lingkup trigonometri masih belum bisa memberi efek baik bagi kemajuan dalam
pembelajaran trigonometri. Ini dikarenakan tidak teraplikasi dengan baik dan
kemonotonan alternatif yang telah ada. Beberapa peneliti menyatakan bahwa
terdapat kondisi yang berbeda pembelajaran ketika di lapangan, proses
pembelajaran sering didominasi oleh pembelajaran konvensional. Pembelajaran
konvensional lebih disukai guru dikarenakan tidak banyak memerlukan alat dan
bahan praktik, guru cukup menjelaskan konsep-konsep yang terdapat pada buku
ajar atau referensi lain. Sehingga menimbulkan tidak teraplikasinya dengan baik
alternatif yang telah ada. Salah satu alternatif lain yang juga dapat membantu
siswa untuk melakukan banyak eksplorasi dalam waktu yang terbatas adalah
dengan menggunakan bantuan komputer dengan berbagai software yang
relevan29
.
4.3 Inovasi Efektif dalam Pembelajaran Trigonometri
Dalam pembelajaran Trigonometri di Sekolah Menengah Atas, untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan bukanlah perkara yang mudah,
banyak sekali kendala yang ditemui. Untuk mengatasi berbagai persoalan
tersebut, dibutuhkan inovasi ataupun solusi teoritis dan praktis dalam artian
memudahkan pelajar Sekolah Menengah Atas untuk mempelajari trigonometri.
Oleh karena itu, kami menuangkan gagasan kami dalam beberapa tabel yang
29
LPPM Universitas Mercu Buana, Jurnal AgriSains, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Vol.
5 No. 2., 2014, hlm. 194.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 315
diberi nama Trigonomedic (trigonometry medical). Indetitas yang digunakan
masih sama, terdiri atas identitas dasar, identitas sudut rangkap, identitas
penjumlahan, identitas perkalian, jumlah dan selisih dua sudut. Identitas-identitas
ini hanya dikumpulkan dalam sebuah tabel agar lebih ringkas dan memudahkan
pelajar dalam proses belajar.
Dalam matematika terdapat istilah representasi. Representasi merupakan
bentuk dari model atau diagram yang digunakan untuk mengilustrasikan konsep
matematika dan keterkaitanya. Menurut McCoy, Baker, & Little (1996) cara
terbaik untuk membantu siswa memahami matematika melalui representasi adalah
dengan mendorong mereka untuk menemukan atau membuat suatu representasi
sebagai alat atau cara berpikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematika.
Trigonomedic (trigonometry medical) ini adalah bentuk penerapan model
matematika representasi di atas. Dengan mengelompokkan setiap identitas ke
dalam warna yang berbeda sehingga mudah untuk membedakannya.
4.4 Penggunaan Trigonomedic
Tabel Trigonomedic I
Tabel Trigonomedic II
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 316
Tabel Trigonomedic III
Tabel Trigonomedic terdiri dari tiga buah yang merupakan gabungan
formula identitas dasar, identitas sudut rangkap, identitas penjumlahan, jumlah
dan selisih dua sudut. Tabel pertama merupakan gabungan antara sudut rangkap,
jumlah dan selisih dua sudut dan identitas dasar. Tabel kedua berisi tabel untuk
identitas penjumlahan. Dan tabel ketiga dikhususkan untuk tan di identitas jumlah
dan selisih dua sudut dan sudut rangkap.
Tabel Trigonomedic pertama dibaca menyilang dari atas ke bawah, baik
itu dari atas ke kiri bawah atau dari atas ke kanan bawah. Trigonometri yang satu
dengan trigonometri yang lain dihubungkan oleh notasi aritmatika di tengah garis
penghubung, dengan operasinya searah tanda panah. Hasil dari pengoperasian
trigonometri ditulis tepat di bawah trigonometri yang telah dihubungkan oleh
trigonometri dari arah berlawanan di atasnya. Untuk membedakan
pengelompokan antar identitas, setiap tabel diwarnai sesuai identitas yang dimiliki
dengan warna tertentu. Identitas dasar diwarnai dengan warna oranye, identitas
sudut rangkap diwarnai dengan warna pink muda, identitas jumlah dan selisih dua
sudut diberi warna biru.
Tabel kedua dikhususkan untuk identitas penjumlahan dengan warna abu-
abu. Cara baca pada tabel kedua yaitu sisi kiri di kali sisi atas. Titik temunya
merupakan hasil perkalian dari dua sel antara sisi kiri dan sisi atas. Identitas pada
tabel ketiga yaitu sudut rangkap diwarnai pink mudan dan jumlah dan selisih dua
sudut yang diberi warana biru. Tabel ketiga ini dkhususkan untuk identitas tan.
Cara baca tabel ketiga pada baris pertama yaitu sisi kiri ditambah sisi atas yang
ditandai dengan warna hijau. Sedangkan baris kedua yaitu sisi kiri dikali sisi atas
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 317
ditandai dengan warna kuning. Kolom dua baris satu dibagi kolom dua baris dua
merupakan hasil dari kolom dua baris tiga. Sedangkan kolom tiga baris satu
dibagi kolom tiga baris dua adalah hasil dari kolom tiga baris tiga.
Dalam pengaplikasiannya, Trigonomedic memiliki banyak keunggulan
yang membuatnya lebih efektif untuk digunakan. Selain penyusunan tabel yang
sederhana, pelajar juga lebih mudah dalam memahami identitas dari setiap
jenisnya. Karena setiap formulasi yang berbeda, diberikan warna yang berbeda
juga. Jadi, secara visual, Trigonomedic memiliki keunggulan dalam bentuk
tampilan. Sehingga pelajar dengan kemampuan verbal maupun numerik sama-
sama mudah menggunakannya.
Dilihat dari alternatif yang pernah ada, seperti halnya LKS (Lembar Kerja
Siswa) terbukti lebih monoton dan membosankan sehingga tidak mengundang
daya tarik terhadap pelajar dalam mempelajarinya. Selain itu, alternatif lain
seperti pengadaan software memiliki kekurangan dalam penerapannya di lapangan
karena tidak semua pelajaran dapat mengakses software yang tersedia, mengingat
letak geografis Indonesia yang tidak merata. Pelajar yang tinggal di perkotaan
akan lebih terbantu dengan adanya software tersebut. Namun, tidak demikian
untuk pelajar yang bermukim di pedesaan. Selain dua alternatif di atas, alternatif
lain yaitu tabel sudut istimewa dan tabel konversi sudut yang pernah diterapkan
kenyataannya tidak memberikan hasil yang signifikan. Dikarenakan pemakaian
sudut istimewa dan tabel konversi sudut merupakan hal yang lumrah dan tidak
kompleks. Oleh karena itu, Trigonomedic sangat baik diterapkan dalam dunia
pendidikan, terlebih dalam bidang matematika.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 318
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern. Penguasaan matematika sejak dini sangat diperlukan termasuk
pembelajaran trigonometri yang merupakan salah satu pokok bahasan di
dalamnya dan mempunyai peran sentral yang mengiringi mereka dalam belajar
matematika. Karena trigonometri termasuk bahasan yang cukup sulit dimengerti,
banyak cara yang pernah dilakukan untuk membantu memudahkan pelajar dalam
belajar trigonometri. Selain penyusunan tabel yang sederhana, setiap formulasi
yang berbeda memiliki karakteristik berbeda. Secara visual, Trigonomedic
memiliki keunggulan dalam bentuk tampilan. Sehingga pelajar dengan
kemampuan verbal maupun numerik sama-sama mudah menggunakannya.
5.2 Saran
Diharapkan Pendidik dapat lebih berperan aktif dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan trigonomedic sebagai alat bantu belajar, serta
pengaplikasian yang baik oleh pelajar agar alternatif ini lebih efektif sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Majalah Online U-Read – “Mahakarya Sriwijaya Paper Competition 2016” 319
DAFTAR PUSTAKA
Afidah dan Khairunnisa. 2014. Matematika Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Byleen., Barnett dan Ziegler. 2000. Precalculus A Graphing Approach. USA: Mc
Graw-Hill Inc.
Edelen, Dominic G B. 1985. Applied Exterior Calculus. Canada: John Wiley and
Sons Inc.
Koshy, Thomas. 1986. College Algebra and Trigonometry with Applications.
USA: Mc Graw-Hill Inc.
LPPM Universitas Mercu Buana. 2014. Jurnal AgriSains Universitas Mercu
Buana Yogyakarta. Vol. 5 No. 2. hlm. 194.
McCoy, L.P., Baker, T.H., & Little, L.S. 1996. Using Multiple Representation to
Communicate: An Algebra Challenge. In P.C. Elliot & M.J. Kenney (Eds).
Communication in Mathematics, K-12 and Benyond (1996 Yearbook).
Virginia: NCTM.
Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nango, Falensius., Fransiskus Slamet Harjaya dan Reza A A Wattimena. 2014.
Mata Matika. Yogyakarta: PT Kanisius.
Prasetyaningrum , Ira.2012. Trigonometri. (online). (http://ira.lecturer.pens.ac.id/
matematika%201/trigonometri-1.pdf). Diakses pada tanggal 13 Agustus
2016, pukul 21:26.
Prihadi, Yudha. 2014. Jurnal Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Kontekstual pada Pokok Bahasan
Trigonometri untuk SMA Kelas X. hlm. 5.
Supriatin, Atin. 2007. Kesulitan dalam Menyelesaikan Soal-Soal Limit Fungsi
Trigonometri pada Siswa Kelas II SMUN 4 Palangka Raya. Jurnal Studi
Agama dan Masyarakat. Vol 1. No.1. hlm.3.
Thomas, David A. 1992. Teenagers, Teachers, and Mathematics. Massachussets:
A division of Simon & Schuster Inc.
Witzke, Paul T dan Thomas J McHale. 1984. Applied Trigonometry. Canada:
Addison –Wesley Publishing Company Inc.