Mahkota tuang penuh (1)
-
Upload
irdian-devi-saputri -
Category
Documents
-
view
400 -
download
26
description
Transcript of Mahkota tuang penuh (1)
Mahkota tuang penuh (full casted crowns)
Mahkota tuang penuh (full casted crown) adalah restorasi yang menyelubungi seluruh
permukaan mahkota klinis gigi dan terbuat dari logam campur secara tuang. 12
Indikasi :
Sebagai restorasi tunggal / sebagai restorasi penyangga pada gigi jembatan. Pada gigi
posterior yang tidak membutuhkan estetik. Gigi dengan karies servikal, dekalsifikasi, enamel
hipoplasi / untuk memperbaiki fungsi kunyah. 12
Kontraindikasi :
1. Sisa mahkota gigi tidak cukup untuk menerima beban daya kunyah terutama pada gigi
dengan pulpa vital.
2. Bila restorasi untuk kepentingan estetik
3. Pada pasien yang memiliki OH buruk sehingga restorasi mudah korosi / tarnish. 12
II.2 PRINSIP PREPARASI
Untuk memperoleh suatu desain preparasi yang baik, preparasi harus mengikuti 5
prinsip dasar yang saling berkaitan oleh karena kelimanya memiliki kepentingan utama yang
sama. Prinsip dasar tersebut adalah:1
1. Pemeliharaan struktur gigi
2. Bentuk retensi dan resistensi
3. Daya tahan dari restorasi
4. Integritas tepi restorasi
5. Pemeliharaan jaringan periodonsium
Pengambilan jaringan gigi yang terlalu banyak pada saat preparasi akan menghasilkan
bentuk yang terlalu runcing atau terlalu pendek sehingga memberi akibat yang kurang baik
terhadap retensi maupun resistensi dari restorasi, dan mencederai pulpa. Untuk maksud
tersebut maka perlu penguasaan aspek anatomi gigi dalam preparasi gigi.1
Kekuatan dasar dari retensi adalah terletak pada dua permukaan aksial yang
berlawanan, yang berimplikasi pada kelancipan atau taper-nya hasil preparasi. Ada 4 faktor
yang harus diperhatikan pada waktu melakukan preparasi gigi yang mempengaruhi retensi,
yaitu derajat kemiringan, luasnya daerah permukaan lapisan semen, daerah yang mengalami
gesekan, dan kekasaran permukaan preparasi.1
Permukaan preparasi hendaknya jangan terlalu halus dipoles karena daya adesi dari semen
gigi tergantung terutama pada kekasaran permukaan yang akan bersatu dengannya. Makin
kasar permukaan, daya adesi semen gigi dapat berfungsi makin baik.1
II.3 TEKNIK PREPARASI GIGI
Preparasi Mahkota Tuang Penuh 1,13,14
Persiapan untuk sebuah mahkota tuang penuh dimulai dengan pengurangan oklusal,
sekitar 1,5 mm pada tonjol fungsional dan 1,0 mm pada tonjol non-fungsional. Dengan
melakukan langkah pertama ini, panjang oklusogingival dari preparasi dapat ditentukan.
Retensi yang potensial dari preparasi dapat kemudian diperhitungkan dan fitur tambahan
dapat ditambahkan jika diperlukan. 1
Gambar 2.1 Pengurangan oklusal (Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3 rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 1997. P.139-41 ) 1
Groove orientasi sedalam 1,0 mm dibuat pada permukaan oklusal gigi agar diperoleh
acuan untuk menentukan apakah pengurangan sudah cukup. Jika pengurangan dimulai tanpa
tanda orientasi, waktu akan terbuang untuk mengecek pengambilan yang dilakukan. Bur intan
taper berujung bulat digunakan untuk membuat groove pada ridge dan groove utama pada
permukaan oklusal. Jika sudah ada jarak dengan gigi antagonis karena malposisi atau karena
fraktur pada gigi yang dipreparasi, groove jangan dibuat sedalam 1,0 mm. 1
Setelah groove panduan adekuat, sisa-sisa struktur gigi diantara groove dihilangkan
dengan bur intan taper berujung bulat. Penempatan yang tepat pada groove secara otomatis
menghasilkan tampilan oklusal yang adekuat. 14
Struktur gigi yang tersisa antara groove orientasi dihilangkan untuk menyempurnakan
pengurangan oklusal. Kekasaran yang masih tersisa harus dihilangkan, menjaga permukaan
oklusal tetap dalam konfigurasi inklinasi geometrik yang menjaga permukaan oklusal gigi
posterior. Bevel yang luas dibuat pada tonjol fungsional menggunakan bur intan taper
berujung bulat. Groove orientasi yang dalam juga membantu dalam pengurangan ini. Bevel
tonjol fungsional dibuat pada inklinasi bukal dari tonjol bukal rahang bawah dan inklinasi
lingual dari tonjol lingual rahang atas. Kegagalan dalam penempatan bevel ini dapat
berakibat pada hasil tuangan yang tipis atau bentuk morfologi restorasi yang buruk. 1
Gambar 2.2 Bevel tonjol fungsional (Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 1997. P.139-41 ) 1
Jarak oklusal diperiksa dengan menggigitkan malam merah dengan ketebalan 2 mm di
atas gigi yang sudah dipreparasi. Malam merah kemudian diterawang dengan cahaya yang
cukup untuk menentukan jarak oklusal yang adekuat. Bagian preparasi dengan jarak oklusal
yang tidak cukup akan memberikan tanda berupa daerah yang tipis pada malam. Struktur gigi
pada daerah tersebut harus dhilangkan dan dicek kembali. Pengurangan oklusal dan bevel
tonjol fungsional dibuat dengan bur yang digunakan untuk membuat groove, tidak boleh ada
sudut yang tajam atau ridge pada pertemuan bevel. Jika ada, harus dihilangkan dengan bur
fissure taper. 1
Teknik pengambilan aksial hampir sama dengan pengambilan oklusal. Sisa-sisa
struktur gigi pada daerah groove dihilangkan dengan tepi chamfer, dan bur intan taper
berujung bulat digunakan dalam prosedur ini. 14
Dinding bukal dan lingual dikurangi dengan bur torpedo, sehingga akan didapatkan
pengurangan daerah aksial yang diharapkan karena ujungnya yang taper akan membentuk
chamfer. Akhiran diperlukan untuk memungkinkan agar restorasi tepat dan chamfer
merupakan akhiran yang dibutuhkan untuk mendapatkan kekuatan selama adaptasi. 1
Gambar 2.3 Pengurangan dinding bukal dan lingual (Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 1997. P.139-41 ) 1
Pengurangan daerah proksimal dilakukan dengan bur intan needle yang pendek.
Ujung bur yang tipis bekerja pada daerah proksimal dengan gerakan memotong
oklusogingival atau bukolingual, berhati-hati dalam menghindari gigi tetangga. Jika daerah
yang cukup sudah didapatkan, bur torpedo digunakan untuk membentuk chamfer sebagai
akhiran gingiva pada interproksimal. 1
Gambar 2.4 Pengurangan dinding proksimal (Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 1997. P.139-41 ) 1
Semua permukaan aksial dihaluskan dengan bur torpedo yang bentuk dan
ukurannya memungkinkan untuk menyelesaikan akhiran chamfer sebaik mungkin. Preparasi
harus dilakukan disudut permukaan bukal atau lingual hingga ke permukaan proksimal untuk
memastikan bahwa akhiran telah rata. 1
Gambar 2.5 Tepi chamfer dan penghalusan dinding (Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 1997. P.139-41 ) 1
Pada langkah akhir, preparasi diselesaikan untuk permukaan yang lebih rata dengan
menggunakan bur intan taper berujung bulat untuk membuat tepi preparasi 21. Gunakan long
fissure bur diamond 1,6 mm atau 2,1 mm. Hilangkan semua garis tepi sudut tajam dari gigi
yang dipreparasi. 13
Tahap akhir pada preparasi full veneer adalah pembuatan akhiran servikal. Hal ini
akan menghindari semua gerakan rotasi yang mungkin terjadi selama sementasi dan akan
membantu dalam proses tuangan. Groove dibuat pada permukaan aksial dengan bagian
terbesar. Hal ini biasanya dibuat pada preparasi permukaan bukal rahang bawah dan pada
preparasi permukaan lingual rahang atas. Untuk preparasi GTC jangka panjang, harus ada
groove bukal dan lingual untuk meningkatkan resistensi terhadap pergerakan mesiodistal. 1
Gambar 2.6 Pembuatan akhiran servikal (Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 1997. P.139-41 ) 1
1. Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of fixed
prosthodontics. 3rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 1997. P.139-41
11. Tarigan R. Perawatan pulpa gigi (endodonti). 2nd Ed. Jakarta : EGC: 2006. P. 200-1
12. ._____. Mahkota selubung (jaket crown). [serial on the internet]. 20 April 2010 [cited
2011 January 27]. Available from :
http://www.potooloodental.blog.com/2010/04/20/mahkota-selubung-jacket-crown/
13. Goldstein RE. Universal crown and bridge preparation the all-ceramic crown preparation
technique for predictable success. Georgia : Brasseler ; 2007.
14. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics. 3rd Ed. St.
Louis : Mosby; 2001. P. 205-12, 765-9