Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA...

18
Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Mahasiswa yang memeriksa dan mengadili perkara Sengketa PEMIRA UI dengan agenda acara cepat, telah menjatuhkan putusan sela (provisi) sebagai berikut dalam perkara antara: Nama Lengkap : Wanda Melani Fakultas / Jurusan : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik/ Ilmu Politik NPM : 1406618045 Nomor Telepon : 085697745644 Dalam hal ini memberikan kuasa kepada: 1. Nama : Cindy Tomassa NPM : 1406553606 Fakultas / Jurusan : Fakultas Hukum/ Ilmu Hukum 2. Nama : Kintan Nadya Fadilla NPM : 1406553373 Fakultas / Jurusan : Fakultas Hukum/ Ilmu Hukum

Transcript of Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA...

Page 1: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

Mahkamah Mahasiswa

Universitas Indonesia

PUTUSAN SELA

NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Mahkamah Mahasiswa yang memeriksa dan mengadili perkara Sengketa PEMIRA UI

dengan agenda acara cepat, telah menjatuhkan putusan sela (provisi) sebagai berikut dalam

perkara antara:

Nama Lengkap : Wanda Melani

Fakultas / Jurusan : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik/ Ilmu Politik

NPM : 1406618045

Nomor Telepon : 085697745644

Dalam hal ini memberikan kuasa kepada:

1. Nama : Cindy Tomassa

NPM : 1406553606

Fakultas / Jurusan : Fakultas Hukum/ Ilmu Hukum

2. Nama : Kintan Nadya Fadilla

NPM : 1406553373

Fakultas / Jurusan : Fakultas Hukum/ Ilmu Hukum

Page 2: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

3. Nama : Faisal Alhaq Harahap

NPM : 1506748184

Fakultas / Jurusan : Fakultas Hukum/ Ilmu Hukum

Berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 8 November 2017. Untuk selanjutnya disebut

sebagai --------------------------------------------------------------------------------------PEMOHON;

MELAWAN

Panitia PEMIRA Universitas Indonesia berkedudukan di Gedung Pusat Kegiatan

Mahasiswa Universitas Indonesia Lantai 2, Kampus Universitas Indonesia, Depok yang

dalam

hal ini diwakili oleh kuasanya:

Nama : Mirza Amadea

Fakultas : Fakultas Ilmu Budaya

NPM :

Jabatan : PO PEMIRAUI 2017

Selanjutnya disebut sebagai -----------------------------------------------------------TERMOHON;

Mahkamah telah mendengar pembacaan Surat Permohonan dari Pemohon tertanggal

10 November 2017 dalam sidang yang dibuka dan terbuka untuk umum,

Telah mendengar pembacaan Jawaban dari Termohon tertanggal 10 November 2017

dalam sidang yang dibuka dan terbuka untuk umum.

Page 3: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

TENTANG DUDUK PERKARANYA:

Adapun mengenai duduk perkaranya sebagai berikut:

1. Bahwa pada hari Kamis tanggal 2 bulan November tahun 2017 sekitar pukul 20.00

WIB, PEMOHON dan Nisa Adilina Sharfina (FISIP UI 2014) selaku Manajer

Kampanye tim Wanda - Said, diputuskan MENGUNDURKAN DIRI DAN TIDAK

LOLOS berdasarkan Keputusan Termohon No. 05/SK/PEMIRAIKMUI/XI/2017

yang merupakan Hasil Sidang Verifikasi II (Bukti P-3 - Terlampir);

2. Bahwa atas Putusan tersebut di atas, PEMOHON mengajukan Permohonan Keberatan

melalui Surat Permohonan Keberatan pada hari Jumat tanggal 3 bulan November

tahun 2017 (Bukti P-4 - Terlampir);

3. Bahwa pada Sabtu, 4 November 2017 pukul 21.28 WIB, PEMOHON telah menerima

Surat Pemanggilan Sidang Permohonan Keberatan No.

014/UND/PEMIRAUI/XI/2017 yang pada intinya menyatakan Sidang Permohonan

Keberatan akan dilaksanakan pada Minggu, 5 November 2017 pukul 16.00 WIB di

Ruang DPM UI, Pusgiwa; (Bukti P-5 - Terlampir);

4. Bahwa pada Sabtu, 4 November 2017 pukul 19.28 WIB, PEMOHON bertanya

melalui aplikasi WhatsApp kepada Heru Utomo Adji (FISIP UI 2014/Ilmu Politik -

081370342xxx) yang merupakan salah satu anggota Panitia Pemira IKM UI 2017:

“apakah diperbolehkan menghadiri sidang bersama dengan Kuasa Hukum?”, yang

kemudian dijawab oleh Heru Utomo Adji dengan: “iya, sebab mekanismenya akan

seperti sidang sebelumnya, yangmana yang maju hanya bakal calon” (Bukti P-6 -

Terlampir);

5. Bahwa mekanisme sidang sebelumnya yang dimaksud adalah mekanisme Sidang

Verifikasi II, yakni hanya Pemohon yang diperbolehkan menghadap ke Majelis

Sidang;

6. Bahwa kemudian PEMOHON mengikuti Sidang Permohonan Keberatan dengan tidak

didampingi oleh Kuasa Hukum PEMOHON dan setelah Sidang Permohonan

Keberatan PEMOHON selesai kemudian dilaksanakan Sidang Permohonan Keberatan

atas pasangan El Lutfie - Shendy yangmana dalam Sidang Permohonan Keberatan

tersebut, Kuasa Hukum pasangan El Lutfie Shendy yaitu M. Agra S. (FH UI 2014)

diperbolehkan untuk memasuki ruang sidang;

7. Bahwa tindakan TERMOHON telah melanggar asas keadilan sebagaimana diatur

dalam Pasal 2 huruf c UU IKM UI No. 2/2017, yang berbunyi:

Page 4: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

“Penyelenggara Pemira IKM UI berpedoman pada asas: a. Mandiri; b. Jujur; c. Adil;

d. Kepastian hukum; e. Tertib; f. Kepentingan umum; g. Keterbukaan; h.

Proporsionalitas; i. Profesionalitas; j. Akuntabilitas; k. Efisiensi; dan l. Efektivitas.”

Dimana dalam Penjelasan Pasal 2 huruf c UU IKM UI No. 2/2017, yang dimaksud

dengan “asas adil” adalah sebagai berikut:

“Penyelenggara Pemira dalam menjalankan fungsi, tugas, dan kewenangannya harus

berlaku adil dalam situasi dan kondisi apapun.”;

8. Bahwa apabila mekanisme Sidang Permohonan Keberatan sama dengan Sidang

Verifikasi II maka berdasarkan Pasal 11 PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP

Pemira IKM UI No. 02/2017 dinyatakan “Sidang Verifikasi terbuka dan dibuka untuk

umum,” dengan demikian maka Sidang Permohonan Keberatan seharusnya juga

terbuka dan dibuka untuk umum;

9. Bahwa ketika Sidang Permohonan Keberatan PEMOHON dilaksanakan pada

Minggu, 5 November 2017 sekitar pukul 16.00 WIB, Sidang Permohonan Keberatan

PEMOHON ternyata dilaksanakan secara tertutup di Ruang DPM Pusgiwa UI;

10. Bahwa Panitia Pemira IKM UI 2017 telah melanggar asas keterbukaan yang

didefinisikan oleh Penjelasan Pasal 2 huruf g UU IKM UI No. 2/2017 sebagai berikut:

“Penyelenggara Pemira dalam menjalankan fungsi, tugas, dan kewenangannya harus

terbuka dengan tidak menutup akses publik.”;

11. Bahwa berdasarkan BAB IV mengenai Permohonan Keberatan PP Pemira IKM UI

No. 01/2017 jo. PP Pemira IKM UI No. 02/2017 tidak ada satupun pasal yang

mengatur mengenai tertutupnya Sidang Permohonan Keberatan;

12. Bahwa Majelis Sidang pada Sidang Permohonan Keberatan PEMOHON berdasarkan

Surat Penunjukan Majelis Sidang Nomor 007/JK/PEMIRAIKMUI/X/2017 (Bukti P-7

- Terlampir) adalah:

1. Heru Utomo Adji (FISIP 2014); 2. Mirza Amadea (FIB 2013); 3. Icang Khairani

(FF 2013).

Perlu diketahui bahwa Mirza Amadea merupakan Ketua Panitia Pemira IKM UI

2017;

13. Bahwa berdasarkan Pasal 22 ayat (2) PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP Pemira

IKM UI No. 02/2017 dinyatakan bahwa “Sidang permohonan keberatan dipimpin

oleh Majelis Sidang yang ditentukan oleh Ketua Panitia Pemira melalui surat

penunjukkan,” dengan demikian, Mirza Amadea sebagai Ketua Panitia Pemira IKM

Page 5: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

UI 2017 ‘telah menunjuk dirinya sendiri’ sebagai Majelis Sidang Permohonan

Keberatan;

14. Bahwa Sidang Permohonan Keberatan dimulai pada Minggu, 5 November 2017

sekitar pukul 16.00 WIB, setelah Ketua Majelis Sidang membuka Sidang Permohonan

Keberatan, Majelis Sidang memperkenalkan para pihak yang hadir dalam Sidang

Permohonan Keberatan yaitu Ketua Majelis Sidang, Pemohon, DPM UI, dan

Termohon;

15. Bahwa berdasarkan Pasal 22 ayat (1) PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP Pemira

IKM UI No. 02/2017 disebutkan bahwa “Sidang permohonan keberatan dihadiri oleh

Panitia Pemira, Pemohon, Komite Pengawas (KP) Pemira IKM UI 2017, dan dapat

dihadiri oleh anggota DPM UI,” sedangkan Sidang Permohonan Keberatan

PEMOHON tidak dihadiri oleh Komisi Pengawas Pemira IKM UI 2017;

16. Bahwa setelah Ketua Majelis Sidang membacakan Tata Tertib Sidang serta Agenda

Sidang, Majelis Sidang membacakan seluruh isi surat Keberatan PEMOHON dan

PEMOHON tidak dipersilakan untuk menyampaikan pokok-pokok permohonannya

setelah PEMOHON menempati tempat yang disediakan, setelah dibacakan Majelis

Sidang bertanya kepada PEMOHON akan hal yang telah digarisbawahi oleh Majelis

Sidang;

17. Bahwa berdasarkan Pasal 23 ayat (2) PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP Pemira

IKM UI No. 02/2017 dinyatakan sebagai berikut:

“Setelah Pemohon menempati tempat yang telah disediakan, Ketua Majelis

mempersilahkan kepada Pemohon untuk menyampaikan pokok-pokok permohonan

dan tuntutan.”

Maka sudah seharusnya PEMOHON sendiri yang menyampaikan pokokpokok

permohonannya dengan terlebih dahulu dipersilakan oleh Ketua Majelis Sidang;

18. Bahwa selama Sidang Permohonan Keberatan PEMOHON, Anggota Independen

DPM UI yaitu Fadlan Zamzami Sitio (FH UI 2015) terlalu banyak menanggapi

PEMOHON memperdebatkan poin yang menjadi tuntutan PEMOHON yaitu Pasal 13

dan Pasal 15 PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP Pemira IKM UI No. 02/2017;

19. Bahwa berdasarkan Pasal 23 ayat (5) PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP Pemira

IKM UI No. 02/2017 disebutkan bahwa:

“DPM UI hadir dalam persidangan sebagai pihak terkait yang akan memberikan

keterangan atau pendapat terhadap permohonan Pemohon yang terkait dengan

Page 6: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

penafsiran Undang-Undang tentang Pemira dan peraturan DPM lainnya yang

berhubungan dengan Pemira.”;

20. Bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa

Universitas Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 (UU IKM UI No. 6/2016 tentang Dewan

Perwakilan Mahasiswa UI dinyatakan bahwa yang termasuk dari wewenang DPM UI

adalah membentuk Produk Hukum yaitu UU IKM UI, Ketetapan DPM UI, Keputusan

DPM UI, dan Peraturan DPM UI;

21. Bahwa dengan demikian PP Pemira IKM UI No. 01/2017 dan PP Pemira IKM UI No.

02/2017 bukan merupakan Produk Hukum dari DPM UI, terlebih lagi berdasarkan

Pasal 4 ayat (1) UU IKM UI No. 1/2015 jo. UU IKM UI No. 1/2017 disebutkan

bahwa “Panitia Pemira bersifat sementara dan mandiri,”;

22. Bahwa berdasarkan Pasal 23 ayat (5) PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP Pemira

IKM UI No. 02/2017 jo. Pasal 6 ayat (1) UU IKM UI No. 6/2016, Anggota

Independen DPM UI yaitu Fadlan Zamzami Sitio TIDAK MEMILIKI HAK untuk

berbicara mengenai Pasal 13 dan Pasal 15 PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP

Pemira IKM UI No. 02/2017 yang menjadi dasar Keberatan Permohonan

PEMOHON;

Selanjutnya dimohonkan agar kepada Ketua Mahkamah Mahasiswa Universitas

Indonesia untuk memeriksa perkara ini dengan menetapkan hari persidangan dan memanggil

pihak-pihak yang berperkara untuk diperiksa dan diadili berdasarkan permohonan

PEMOHON sebagai berikut:

PRIMAIR:

1. Memutuskan penundaan penyelenggaraan Pemira IKM UI 2017 yang pada saat ini telah

sampai pada Tahap Eksplorasi Calon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa,

Calon Anggota Independen Dewan Perwakilan Mahasiswa, dan Calon Anggota Majelis Wali

Amanat unsur Mahasiswa dalam putusan sela sampai dengan Mahkamah Mahasiswa

Universitas Indonesia selesai memeriksa, mengadili, dan memutus final dan mengikat

sengketa Pemira IKM UI a quo.

2. Memutuskan Keputusan No. 09/SK/PEMIRAIKMUI/XI/2017 tentang Penetapan Hasil

Sidang Permohonan Keberatan telah melanggar Pasal 11, Pasal 22 ayat (1), Pasal 22 ayat (2),

Pasal 23 ayat (2), dan Pasal 23 ayat (5) PP Pemira IKM UI No. 01/2017 jo. PP Pemira IKM

UI No. 02/2017 dan Pasal 6 ayat (1) UU IKM UI No. 6/2016, serta Pasal 2 dan Pasal 4 ayat

Page 7: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

(1) UU IKM UI No. 1/2015 jo. UU IKM UI No. 1/2017 sehingga harus dinyatakan tidak sah

dan batal demi hukum; dan

3. Memutuskan harus dijalankannya kembali Sidang Permohonan Keberatan atas nama

PEMOHON;

SUBSIDAIR:

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo

et bono).

Menimbang bahwa atas Surat Permohonan Pemohon, Termohon telah mengajukan

jawaban atas permohonan sebagai berikut:

Bahwa dalam Petitum Permohonan PEMOHON, PEMOHON meminta penundaaan

penyelenggaraan PEMIRA IKM UI 2017 dalam Putusan Sela.

Bahwa dalam Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Indonesia Nomor 9 Tahun

2016 tentang Mahkamah Mahasiwa Universitas Indonesia yang menjadi landasan hukum

penyelesaian perkara adalam Mahkamah Mahasiswa tidak menyebutkan dan tidak mengatur

adanya Putusan Sela, sehingga putusan sela tidak dapat dilakukan oleh Mahkamah

Mahasiswa dalam proses penyelesaian perkara a quo.

Menimbang, bahwa atas surat permohonan dari Pemohon dan surat jawaban dari

Termohon tersebut, Mahkamah berpendapat sebagai berikut;

Menimbang, bahwa terhadap permohonan Termohon dalam eksepsi, Mahkamah

Mahasiswa mempertimbangkan mengenai kewenangan Mahkamah Mahasiswa serta

kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk menentukan apakah Permohonan yang

diajukan Pemohon dapat diterima atau tidak dapat diterima;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 36 ayat (1) UUD IKM UI setelah Perubahan,

tahun 2015 dijelaskan bahwa salah satu wewenang Mahkamah Mahasiswa adalah mengadili

pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-

Undang (UU) IKM UI terhadap Undang-Undang Dasar (UUD) IKM UI;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) huruf e UU Nomor 9 Tahun 2016

tentang Mahkamah Mahasiswa, disebutkan pula bahwa Mahkamah Mahasiswa berwenang

Page 8: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final dan mengikat

untuk memutus sengketa Pemilihan Raya di Tingkat Universitas;

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 23 huruf e UU Nomor 9 tahun 2016 tentang

Mahkamah Mahasiswa, dijelaskan bahwa yang menjadi pokok sengketa di MM UI salah

satunya adalah sengketa pemilihan raya di tingkat universitas;

Menimbang, bahwa dalam permohonan a quo, yang dimohonkan adalah permohonan

penyelesaian sengketa Pemira IKM UI 2017 yaitu dikeluarkannya keputusan Nomor

09/SK/PEMIRAIKMUI/XI/2017 tentang penetapan hasil sidang permohonan keberatan

yang dikeluarkan oleh TERMOHON pada minggu 5 November 2017 yang melanggar pasal

11, pasal 22 ayat (1), pasal 22 ayat (2), pasal 23 ayat (2) dan pasal 23 ayat (5) PP Panitia

PEMIRA IKM UI Nomor 01 Tahun 2017 tentang Pendaftaran dan Verifikasi Peserta

Pemilihan Raya Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia jo. PP PEMIRA IKM UI

Nomor 02 Tahun 2017 tentang perubahan atas Peratutan Panitia Pemilihan Raya Ikatan

Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia Nomor 01 Tahun 2017 tentang Pendaftaran dan

Verifikasi Peserta Pemilihan Raya Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia dan

pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia Nomor 6

Tahun 2016 tentang Dewan Perwakilan Mahasiswa UI, serta Pasal 2 dan Pasal 4 ayat (1) UU

IKM UI No.1 /2015 tentang penyelenggaraan Pemira IKM UI jo. Undang-Undang Ikatan

Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penyelenggaran Pemilihan Raya Ikatan

Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia.

Menimbang, bahwa berdasarkan Kewenangan yang dimiliki Mahkamah Mahasiswa

UI seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa permohonan yang diajukan PEMOHON masuk

dalam kewenangan Mahkamah Mahasiswa UI dan dapat dijadikan pokok sengketa sesuai

dengan pasal 5 ayat (1) huruf e jo. Pasal 23 huruf e UU Nomor 9 Tahun 2016 tentang

Mahkamah Mahasiswa UI.

KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON

Menimbang, Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 20 UU IKM UI No. 9/2016, Pemohon

adalah pihak yang mengajukan permohonan kepada MM UI;

Menimbang, Bahwa selanjutnya menurut Pasal 28 huruf a UU IKM UI No. 9/2016,

klasifikasi Pemohon salah satunya adalah perorangan Anggota IKM UI, yang berbunyi:

Page 9: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

“Para pihak dalam sengketa Pemira IKM UI adalah (a) Pemohon: (1) Perorangan Anggota

IKM UI”;

Menimbang, Bahwa menurut Pasal 1 angka 18 UU IKM UI No. 3/2016 jo. UU IKM

UI No. 2/2017, anggota IKM UI adalah mahasiswa yang terdaftar secara akademik di

Universitas Indonesia;

Menimbang, Bahwa Pemohon adalah anggota IKM UI yang dibuktikan dengan

fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) atas nama Wanda Melani Larasati (Bukti P-1

Terlampir) dan screen capture Sistem Akademik - Next Generation (SIAK NG) atas nama

Wanda Melani Larasati (Bukti P-2 - Terlampir);

Menimbang, Bahwa dengan demikian, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal

standing) sebagai pemohon penyelesaian sengketa perkara a quo karena telah memenuhi

ketentuan Pasal 28 huruf a UU IKM UI No. 9/2016.

PERMOHONAN MASUK WEWENANG MM

Menimbang, bahwa Pasal 45 ayat (1) UU MM UI Nomor 9 Tahun 2016 menentukan bahwa

“Dalam hal pengadilan telah menentukan dan berpendapat bahwa perkara itu termasuk

wewenangnya, ketua MM UI menunjuk majelis hakim dan hakim ketua sidang yang akan

menyidangan perkara tersebut”

Menimbang, bahwa pasal 88 ayat (5) UU MM UI Nomor 9 Tahun 2016 menentukan bahwa

dalam penyelesaia sengketa PEMIRA, pengadilan mengadili dengan hakim tunggal;

Menimbang, bahwa karena dalil yang diajukan Termohon dalam eksepsi obscuur libel telah

masuk dalam pokok perkara, sedangkan bukan tempatnya hal-hal mengenai pokok perkara

dibahas dalam putusan provisi ini, sehingga eksepsi obcuur libel tidak dipertimbangkan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa Pemohon menghendaki Majelis Hakim mengeluarkan putusan

sela yang menunda penyelenggaraan pemira IKM UI 2017 yang pada saat ini telah sampai

pada Tahap Eksplorasi Calon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, Calon

Anggota Independen Dewan Perwakilan Mahasiswa, dan Calon Anggota Mahelis Wali

Amanat unsur Mahasiswa sampai dengan Mahkamah Mahsiswa Universtas Indonesia selesai

memeriksa,mengadili, dan memutus final dan mengikat sengketa Pemira IKM UI;

Page 10: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

Menimbang, bahwa Termohon dalam Jawaban mengkutip bahwa Undang-Undang

Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Mahkamah

Mahasiswa Universitas Indonesia tidak menyebut dan mengatur adanya Putusan Sela,

sehingga Termohon menyimpulkan bahwa Mahkamah Mahasiswa tidak dapat mengeluarkan

putusan sela;

Menimbang bahwa menurut Sudikno Mertokusumo masyarakat mengharapkan

manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan hukum. Hukum itu untuk manusia, maka

pelaksanaan hukum atau penegakkan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi

masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan malah

akan timbul keresahan di dalam masyarakat itu sendiri;

Menimbang, bahwa Mahkamah Mahasiswa dalam yurisprudensinya pernah

mengeluarkan Putusan Sela dengan Nomor 001/PUU-XI/2015/MM.UI dalam perkara

Pengujian Peraturan Perundang-undangan IKM UI terhadap UUD IKM UI maka Mahkamah

Mahasiswa berwenang untuk mengeluarkan Putusan Sela walaupun dalam Undang-Undang

Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Mahkamah

Mahasiswa Universitas Indonesia tidak menyebut dan mengatur adanya Putusan Sela

sehingga dalam perkara ini pun Mahkamah Mahasiswa tetap berwenang mengeluarkan

putusan sela;

Menimbang bahwa Menurut Gustav Radbruch, terdapat dua macam pengertian

kepastianhukum, yaitu kepastian hukum oleh hukum dan kepastian hukum dalam atau dari

hukum. Hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam masyarakat adalah

hukum yang berguna. Kepastian hukum oleh karena hukum memberi tugas hukum yang lain,

yaitu keadilan hukum serta hukum harus tetap berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam

hukum tercapai apabila hukum tersebut sebanyak-banyaknya dalam undang-undang. Dalam

undang-undang tersebut terdapat ketentuan-ketentuan yang bertentangan (undang-undang

berdasarkan suatu sistem yang logis dan praktis). Undang-undang dibuat berdasarkan

rechtswerkelijkheid (keadaan hukum yang sungguh-sungguh) dan dalam undang-undang

tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang dapat ditafsirkan secara berlain-lainan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pendapat dari Gustav Radbruch, salah satu tujuan

dari hukum adalah keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum; Menimbang bahwa pada

hakikatnya, untuk menerapkan hukum secara tepat dan adil dan untuk memenuhi tujuan

hukum sebagaimana dikemukakan oleh Gustav Radbruch dengan asas prioritasnya adalah

Page 11: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

keadilan dan kemanfaatan baru kepastian hukum maka Mahkamah Mahasiswa dapat

menciptakan kekosongan hukum acara sendiri untuk menampung kekosongan atau

kekurangan hukum acara tersebut dengan memutus permohonan provisi Pemohon;

Menimbang, bahwa menurut Prof. Satjipto Rahardjo tujuan hukum yang paling utama

adalah menegakkan keadilan tanpa melupakan kemanfaatan dan kepastian hukum;

Menimbang, bahwa dalam permohonannya pemohon mengajukan permohonan

penyelesaian sengketa pemira IKM UI 2017 yaitu dikeluarkannya Keputusan Nomor

09/SK/PEMIRAIKMUI/XI/2017, sedangkan jangka waktu pemeriksaan perkara Mahkamah

Mahasiswa dengan agenda acara cepat adalah 14 hari berdasarkan pasal 88 ayat (1) jo. Pasal

38 ayat (7) Undang-Undang IKM UI No. 09 Tahun 2016 sehingga perkara ini dapat

berlangsung hingga 22 November 2017

Menimbang, bahwa penyelenggaraan Pemira IKM UI tetap berlanjut hingga saat ini

dan sudah sampai tahap eksplorasi sementara upaya hukum yang dilakukan pemohon di

tingkat Mahkamah Mahasiswa belum selesai menyebabkan adanya ketidakadilan bagi

pemohon.

Menimbang, bahwa dalam Pemira IKM UI bertujuan untuk suksesi Ketua dan Wakil

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, anggota Dewan Perwakilan

Mahasiswa Universitas Indonesia, dan anggota Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa

Universitas Indonesia

Menimbang, kerugian Konstitusional pemohon dalam permohonannya di perkara ini

adalah sebagai bakal calon Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia

sehingga penyelenggaran Pemira IKM UI yang merugikan langsung pemohon adalah

penyelenggaraan Pemira UI untuk suksesi Badan Eksekutif Mahasiswa.

Menimbang, bahwa uraian kerugian konstitusional dalam Permohonan adalah sebagai

kapasitas sebagai bakal calon Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia maka

proses penyelenggaraan Pemira UI yang berakibat langsung merugikan Pemohon adalah

penyelenggaraan Pemira UI untuk Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia.

Menimbang, bahwa Mahkamah Mahasiswa adalah badan peradilan di Ikatan Keluarga

Mahasiswa Universitas Indonesia yang menjalankan kekuasaan yudikatif (Pasal 35 ayat (2)

UUD IKM UI Perubahan 2015);

Page 12: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

Menimbang, bahwa kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan yang merdeka dalam

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan di Ikatan Keluarga

Mahasiswa Universitas Indonesia (Pasal 35 ayat (1) UUD IKM UI Perubahan 2015)

Menimbang, bahwa Mahkamah Mahasiswa berwenang mengadili pada tingkat

pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap

Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia, memutus sengketa

antarlembaga kemahasiswaan tingkat Universitas, menyelesaikan permasalahan status

keanggotaan Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia, memutus sengketa

Pemilihan Raya tingkat Universitas, dan memberikan pendapat hukum kepada Badan

Eksekutif Mahasiswa atau Dewan Perwakilan Mahasiswa atas permasalahan Ikatan Keluarga

Mahasiswa Universitas Indonesia apabila dimohonkan (vide pasal 36 ayat (1) UUD IKM UI

Perubahan 2015)

Menimbang, bahwa atas kewenangan yang diberikan oleh UUD IKM a quo

Mahkamah Mahasiswa diantaranya berwenang mengadili sengketa Pemilihan Raya tingkat

Universitas

Menimbang, bahwa Pemilihan Raya IKM UI adalah sarana suksesi lembaga

kemahasiswaan untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua BEM UI secara berpasangan,

Anggota MWA UI UM dan Anggota DPM UI secara perseorangan (vide pasal 1 angka 13

UU IKM UI Nomor 9 Tahun 2016 tentang Mahkamah Mahasiswa UI). Sehingga sengketa

Pemilihan Raya tingkat Universitas mencakup semua permasalahan yang terjadi pada saat

proses suksesi lembaga kemahasiswaan untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua BEM UI

secara berpasangan, Anggota MWA UI UM dan Anggota DPM UI secara perseorangan.

Menimbang, bahwa Surat Keputusan No. 09/SK/PEMIRAIKMUI/XI/2017 tentang

Penetapan Hasil Sidang Permohonan Keberatan termasuk bagian dari rangkaian proses

Pemilihan Raya IKM UI. Sehingga atas kewenangan yang diberikan oleh UUD IKM a quo,

Mahkamah Mahasiswa berwenang mengadili objek sengketa atas Surat Keputusan a quo.

Menimbang, permohonan PEMOHON atas penundaan penyelenggaraan Pemira IKM

UI 2017 yang pada saat ini telah sampai pada Tahap Eksplorasi Calon Ketua dan Wakil

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, Calon Anggota Independen Dewan Perwakilan

Mahasiswa, dan Calon Anggota Majelis Wali Amanat unsur Mahasiswa dalam putusan sela

Page 13: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

sampai dengan Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia selesai memeriksa, mengadili,

dan memutus final dan mengikat sengketa Pemira IKM UI a quo.

Menimbang, bahwa dalam rangka menjalankan kekuasaan yudikatif guna

menegakkan hukum dan keadilan di Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia (Pasal

35 ayat (1) UUD IKM UI Perubahan 2015), Mahkamah Mahasiswa memiliki kewenangan

dalam rangka menjamin hak dan kewajiban setiap anggota IKM UI untuk menunda

penyelenggaraan Pemira IKM UI 2017 yang pada saat ini telah sampai pada Tahap

Eksplorasi Calon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dalam putusan sela

sampai dengan Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia selesai memeriksa, mengadili,

dan memutus final dan mengikat sengketa Pemira IKM UI a quo.

Menimbang, bahwa penundaan a quo semata-mata merupakan bentuk perwujudan

dalam rangka menjamin hak memilih dan dipilih PEMOHON dalam Pemilihan Raya serta

berpartisipasi sebagai pengurus lembaga kemahasiswaan di Ikatan Keluarga Mahasiswa

Universitas Indonesia (vide Pasal 41 ayat (2) UUD IKM UI Perubahan 2015).

MENGADILI:

Dalam Eksepsi

- Menolak eksepsi untuk seluruhnya

Dalam Provisi

1. Mengabulkan putusan provisionil Pemohon untuk sebagian;

2. Menyatakan menunda penyelenggaraan pemira IKM UI untuk Badan Eksekutif

Mahasiswa Universitas Indonesia sampai dengan Mahkamah Mahsiswa Indonesia

selesai memeriksa, mengadili, dan memutus final dan mengikat sengketa Pemira IKM

UI.

Demikian putusan sela ini diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim

Mahkamah Mahasiswa, pada hari kamis 13 November 2017, oleh William A. Sarana sebagai

Ketua Majelis, Muhammad Badru Zaman, Maria I. Tarigan, Rido Pradana, dan Ahmad

Sarinawi yang masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang dibacakan pada hari ini, 14

Page 14: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

November 2017, dalam persidangan yang dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum,

dengan dihadiri oleh Pemohon dan Termohon, dan dibantu oleh Tunggal S sebagai Panitera.

HAKIM KETUA HAKIM ANGGOTA I

William A. Sarana Muhammad Badru Zaman

HAKIM ANGGOTA II HAKIM ANGGOTA III

Maria I. Tarigan Rido Pradana

HAKIM ANGGOTA IV

Ahmad Sarinawi

Page 15: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

Terhadap Putusan Mahkamah tersebut di atas, terdapat satu Hakim Konstitusi yang

mempunyai pendapat berbeda, yaitu Hakim Konstitusi Maria I. Tarigan sebagai

berikut:

PENDAPAT BERBEDA

1. Maria I. Tarigan

Menimbang, bahwa dalam rapat permsyawaratan hakim tertanggal 13 november

2017, terdapat perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh dua hakim konstitusi, yaitu Maria

I. Tarigan dan Muhamad Badru.

Menimbang, bahwa dalam permohonannya, Pemohon mengajukan tuntutan

provisionil pada Majelis Hakim agar memutuskan penundaan pelaksanaan penyelenggaraan

Pemira IKM UI 2017 yang pada saat ini telah sampai pada tahap Eksplorasi Calon Ketua dan

Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, Calon Anggota Independen Dewan Perwakilan

Mahasiswa, dan Calon Anggota Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa sampai dengan

selesainya pemeriksaan perkara sengketa Pemira IKM UI, yakni dengan dikeluarkannya

putusan Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia yang bersifat final dan mengikat;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan provisionil Pemohon, Termohon dalam

jawabannya merujuk pada Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa Indonesia Nomor 9

Tahun 2016 tentang Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia, yang mana di dalamnya

tidak terdapat pengaturan mengenai adanya putusan sela, sehingga Mahkamah Mahasiswa

tidak berwenang mengeluarkan putusan sela dalam proses penyelesaian perkara a quo;

Menimbang, bahwa terkait putusan sela, Mahkamah Mahasiswa dalam praktik telah

mengeluarkan putusan sela, yakni putusan sela dengan nomor 01/PUU-XI/2015/MM.UI.

Adapun putusan ini telah bersifat final dan mengikat, sehingga dapat dijadikan preseden dan

landasan hukum oleh Majelis Hakim Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia dalam

mengeluarkan putusan sela. Dengan demikian, Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia

berwenang mengeluarkan putusan sela dalam proses penyelesaian perkara ini.

menimbang, bahwa pada dasarnya Pemohon memiliki legal standing sebagai pihak

yang dapat mengajukan pokok perkara kepada MM UI;

Page 16: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

Menimbang, bahwa Pemohon dalam surat permohonan nya mengajukan tuntutan

provisionil untuk menunda penyelenggaraan PEMIRA, namun tidak diikuti dengan uraian

yang jelas mengenai kerugian konstitusional yang baik secara aktual maupun potensial

diderita oleh Pemohon apabila proses penyelenggaraan Pemira IKM UI 2017 tidak ditunda.

Menimbang, bahwa dalam persidangan yang dilakukan pada tanggal 10 November

2017, Hakim Mahkamah Mahasiswa yang mengadili perkara menyerahkan kembali pada

masing-masing pihak untuk memperbaiki permohonan dan jawaban, dan dalam saran

tersebut, Hakim memberikan pula saran agar Pemohon mengajukan tuntutan provisionil

untuk diputus dalam putusan sela. Saran ini kemudian diikuti oleh Pemohon dengan

menambahkan tuntutan provisionil dalam petitum, namun tidak diikuti oleh dalil-dalil

pendukung dalam pokok perkara (posita). Pemohon tidak menambahkan dalil-dalil terkait

kerugian yang diderita Pemohon dalam mengajukan tuntutan provisionil, sehingga Hakim

berpandangan bahwa Pemohon sebenarnya tidak merasakan adanya urgensi untuk

mengajukan tuntutan provisionil, melainkan hanya mengajukan tuntutan tersebut atas dasar

saran yang diberikan oleh Hakim dalam persidangan sebelumnya, dan dengan demikian,

Hakim tidak memandang adanya urgensi untuk mengabulkan tuntutan provisionil Pemohon

2. Muhammad Badru Zaman

menimbang, bahwa pada dasarnya Pemohon memiliki legal standing sebagai pihak

yang dapat mengajukan pokok perkara kepada MM UI seperti yang diuraikan diatas;

Menimbang, bahwa Pemohon dalam petitum primair surat permohonan nya

mengajukan permohonan provisi untuk menunda penyelenggaraan PEMIRA UI

Menimbang, hakim memandang dalam uraian mengenai duduk perkara yang menjadi

dalil pemohon tidak ditemukan alas an yang kuat serta kerugian yang faktual maupun

potensial yang diderita oleh Pemohon apabila penyelenggaraan PEMIRA tidak ditunda;

Menimbang, bahwa Achmad Roestamdi dalam bukunya sepertiyang juga dikutip oleh

Termohon, menjelaskan beberapa kriteria agar seseorang atau suatu pihak memiliki legal

standing, yaitu:

a. Kriteria pertama berkaitan dengan kualifikasinya sebagai subjek hukum

b. Kriteria kedua yang berkaitan dengan anggapan pemohon bahwa hak atau

wewenang konstitusionalnnya dirugikan oleh berlakunya suatu undang undang.

Page 17: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah

Menimbang, bahwa Doktrin kerugian konstitusional berisikan lima syarat. Kelima

syarat kerugian ini dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu (1) syarat yang

merupakan unsur-unsur yang harus dipenuhi; dan (2) syarat yang berisi prosedur penilaian

ukuran kerugian konstitusional. Termasuk dalam kelompok pertama yang berisikan unsur-

unsur yang harus dipenuhi adalah (i) ada hak dan/atau kewenangan, dan (ii) ada kerugian

yang diderita. Sedangkan kelompok kedua yang berisikan prosedur pengujian kerugiannya

adalah (i) bentuk kerugian harus bersifat spesifik dan aktual atau setidaknya potensial akan

terjadi, (ii) adanya hubungan kausalitas antara kerugian dengan UU yang diuji, dan (ii)

kerugian tidak akan terjadi bila permohonan dikabulkan.

Menimbang, bahwa dalil kerugian konstitusional yang harus dijelaskan secara rinci

dalam posita ini dalam praktiknya pada Mahkamah Konstitusi telah banyak menghasilkan

putusan-putusan yang ditolak dikarenakan tidak dijelaskan nya secara rinci dan jelas kerugian

seperti apa yang dialami oleh pemohon

Menimbang, bahwa seharusnya Pemohon menguraikan secara jelas kerugian

konstitusional yang timbul atau berpotensi timbul dalam dalil-dalil permohonanya (posita)

guna memenuhi syarat materil dalam surat permohonan.

PANITERA

Tunggal S.

Page 18: Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia fileMahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia PUTUSAN SELA NOMOR: 02/PSHP-I/2017/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah