Mahasiswa Makhluk Egois

3
Mahasiswa = Makhluk Egois Sebagai seorang mahasiswa apalagi memiliki keaktifan yang cukup dalam berorganisasi tentu sering mendengar sorakan-sorakan, seperti “Hidup Mahasiswa…!!! Hidup Mahasiswa…!!!!”. Sorakan itu sering dijadikan sebagai media penyemangat bagi para mahasiswa apalagi saat melakukan aksi turun kejalan, katanya sih turun kejalan itu untuk memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas itu katanya. Saat turun kejalan, itu merupakan hal yang paling mengasikkan bagi mahasiswa yang memang senang kegiatan seperti ini. Seolah-olah harapan seluruh rakyat Indonesia sudah ada dipundaknya, hal ini menunjukkan betapa muda dan sombongnya para mahasiswa ini. Padahal terkadang mereka tak tau apa yang sedang diperjuangkan, sekedar ikut-ikutan, ingin masuk media masa, atau malah terpaksa gara-gara dorongan organisasi dan yang lebih parahnya para mahasiswa ini hanya pion yang dimainkan orang-orang tertentu saja. Teringat juga sebuah ungkapan “Mahasiswa itu lokomotif perubahan”, hal itu sangat tidak salah dan luar biasa tepatnya. Beberapa mahasiswa mungkin bangga dengan ungkapan ini tapi apabila kita cermati lebih dalam tentang lokomotif itu kita akan menyadari sesuatu yang sangat mengejutkan kita. Saya akan paparkan sedikit tentang lokomotif itu sendiri. Lokomotif adalah sebuah benda (hanya benda), yang bergerak ketika mendapat dorong oleh suatu energi baik itu uap, listrik maupun magnet. Awalnya saya berasumsi energi yang dimaksud disini adalah semua masalah yang ada dimasyarakat baik sektoral maupun nonsektoral hasil aspirasi dari masyarakat luas terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah (Itu katanya sih). Tapi ketika kita kembali lagi kekonsep lokomotif tadi, untuk menggerakkan suatu lokomotif dibutuhkan suatu dorongan energi tertentu saja (ingat hanya tertentu) dan tidak boleh menggunakan sumber energi yang lain, misalkan lokomotif uap apakah bisa kita gerakkan dengan menggunakan sumber energi listrik?? Tentu kita

description

sebuah opini sederhana terkait mahasiswa aktivis

Transcript of Mahasiswa Makhluk Egois

Page 1: Mahasiswa Makhluk Egois

Mahasiswa = Makhluk Egois

Sebagai seorang mahasiswa apalagi memiliki keaktifan yang cukup dalam berorganisasi tentu sering mendengar sorakan-sorakan, seperti “Hidup Mahasiswa…!!! Hidup Mahasiswa…!!!!”. Sorakan itu sering dijadikan sebagai media penyemangat bagi para mahasiswa apalagi saat melakukan aksi turun kejalan, katanya sih turun kejalan itu untuk memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas itu katanya. Saat turun kejalan, itu merupakan hal yang paling mengasikkan bagi mahasiswa yang memang senang kegiatan seperti ini. Seolah-olah harapan seluruh rakyat Indonesia sudah ada dipundaknya, hal ini menunjukkan betapa muda dan sombongnya para mahasiswa ini. Padahal terkadang mereka tak tau apa yang sedang diperjuangkan, sekedar ikut-ikutan, ingin masuk media masa, atau malah terpaksa gara-gara dorongan organisasi dan yang lebih parahnya para mahasiswa ini hanya pion yang dimainkan orang-orang tertentu saja.

Teringat juga sebuah ungkapan “Mahasiswa itu lokomotif perubahan”, hal itu sangat tidak salah dan luar biasa tepatnya. Beberapa mahasiswa mungkin bangga dengan ungkapan ini tapi apabila kita cermati lebih dalam tentang lokomotif itu kita akan menyadari sesuatu yang sangat mengejutkan kita. Saya akan paparkan sedikit tentang lokomotif itu sendiri. Lokomotif adalah sebuah benda (hanya benda), yang bergerak ketika mendapat dorong oleh suatu energi baik itu uap, listrik maupun magnet. Awalnya saya berasumsi energi yang dimaksud disini adalah semua masalah yang ada dimasyarakat baik sektoral maupun nonsektoral hasil aspirasi dari masyarakat luas terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah (Itu katanya sih).

Tapi ketika kita kembali lagi kekonsep lokomotif tadi, untuk menggerakkan suatu lokomotif dibutuhkan suatu dorongan energi tertentu saja (ingat hanya tertentu) dan tidak boleh menggunakan sumber energi yang lain, misalkan lokomotif uap apakah bisa kita gerakkan dengan menggunakan sumber energi listrik?? Tentu kita langsung berkata hal itu sangat tidak mungkin, lokomotif uap harus digerakkan dengan sumber energi uap juga. Secara tidak langsung kita sudah membuktikan bahwa perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa tadi hanya pada bagian tertentu saja tidak menyeluruh untuk kepentingan masyarakat luas seperti yang sering kebanyakan para mahasiswa ungkapkan saat melakukan suatu aksi, baik aksi langsung maupun tidak langsung.

Kita akan mulai mencermati lokomotif lagi, lokomotif berjalan hanya pada suatu rel yang sudah ditentukan saja. Apabila berjalan diluar rel itu lokomotif itu akan mengalami kerusakan akibat kecelakaan atau insiden yang terjadi. Apakah itu benar?? Tentu sangat benar secanggih apapun lokomotif itu, pasti selalu melewati rel yang sudah dibuat dengan bentuk dan arah sedemikian rupa. Ini mewakili sikap dari kegiatan yang dilakukan para mahasisiwa ini, seberontak apapun sekeras apapun mereka menentang kebijakan pemerintah sebenarnya itu adalah suatu bagian dari rencana pemerintah untuk melihat social impact dari kebiajakan tersebut, sekali lagi para mahasiswa sebenarnya mengikuti alur yang dibuat oleh pemerintah atau juga golongan tertentu. Tak jauh beda bukan dengan ungkapan yang saya ajukan tadi, kita para mahasiswa hanya sebuah pion (Where’s the point of freedom??) tapi hal ini sering dimaknai sebagai sebuah perjuangan mahasiswa untuk perubahan sangat lucu dan ironis.

Page 2: Mahasiswa Makhluk Egois

Saat melihat berita malam kita sering melihat rekan-rekan mahasiswa yang melakukan aksi turun kejalan dengan berbagai kreatifitas-nya. Ada yang menampilkan teatrikal kebisuan, membaca puisi perjuangan, orasi masalah kebebasan, senandungkan lagu kemanusiaan, atau ada juga yang bermain perang batu melawan senjata semi-otomatis dan watercanon. Para mahasiswa ini sangat luar biasa saya ambil contoh saja, ketika mereka berteriak “… Turunkan harga BBM!!!!, Subsidi untuk rakyat… BBM naik rakyat menjerit!!!!…” kita kembali sejenak kesekolah dasar. Pertanyaannya, rakyat Indonesia itu dimana? Dengan lantang kita menjawab orang yang tinggal dari Sabang sampai Merauke secara de facto dan de jure men-sahkannya.

Bagi sebagian rakyat Indonesia harga BBM yang naik itu tak masalah asal distribusi tetap lancar dan sesuai jadwal kebutuhan karena mereka terbiasa dengan harga yang mahal, bagi sebagian kecil harga BBM naik dan subsidi dihapuskan tak masalah asal subsidi dialihkan untuk infrastruktur seperti akses jalan, karena jalan lebih penting dari pada BBM saat itu. Ironisnya, bagi para mahasiswa BBM mahal yang subsidi dihapuskan itu membuat uang jajan mereka berkurang karena dihabiskan untuk mengisi bahan bakar mobil atau motor mereka (secara tidak langsung, mereka berkata subsidi untuk golongan tertentu dan itu benar salah satu golongan itu adalah mereka) sangat tidak pro rakyat bukan. Apakah sudah mendapati dimana keegoisan kita para mahasiswa??

Bersambung……….. J.M.