Magister Kenotariatanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/163187/potongan/Chapter1FulLtext.pdf ·...
Transcript of Magister Kenotariatanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/163187/potongan/Chapter1FulLtext.pdf ·...
PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)
DALAM MEMBERIKAN JASA DI LUAR TUGAS POKOK DAN KEWENANGANNYA
DI KABUPATEN SLEMAN
Tesis
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat S-2
Magister Kenotariatan
Diajukan Oleh :
Ade Gunawan
16/402889/PHK/09393
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
i
PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)
DALAM MEMBERIKAN JASA DI LUAR TUGAS POKOK DAN KEWENANGANNYA
DI KABUPATEN SLEMAN
Tesis
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat S-2
Magister Kenotariatan
Diajukan Oleh :
Ade Gunawan
16/402889/PHK/09393
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT,
karena, atas berkah dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Tesis yang
berjudul “PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PEJABAT
PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM MEMBERIKAN JASA DI LUAR
TUGAS POKOK DAN KEWENANGANNYA DI KABUPATEN SLEMAN” ini
dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan
para sahabatnya. Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan,
Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penulisan ini tidak terlepas
dari pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, waktu dan dukungan selama
penelitian dan penulisan Tesis ini berlangsung, sehingga pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., selaku Rektor Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta;
2. Prof. Dr. Sigit Riyanto, SH., LL.M., selaku Dekan Fakultas Hukum,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta;
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
v
3. Dr. Sutanto, SH., MS., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta;
4. Dr. Djoko Sukisno, S.H., C.N., selaku Dosen Pembimbing Tesis yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan,
ilmu, petunjuk, dan motivasi yang sangat bermanfaat kepada penulis, serta
memberikan kemudahan dalam proses penyusunan Tesis ini;
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Program Studi Magister
Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga dan
bermanfaat kepada penulis, agar pada kehidupan yang akan datang dapat
penulis terapkan dan amalkan dengan baik.
6. Para Responden yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
Tesis ini, dan telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis
yaitu: Bapak A. Yossi Ariwibowo, ST., SH., M.Kn; Ibu Essy Wulan
Agustin, SH., M.Kn; Bapak Hitaprana, SH.; Bapak M. Nurhadi
Darussalam, SH., Hum.; Ibu Triniken Tyas Tirlin, SH.;
7. Para Narasumber yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
Tesis ini dan telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis,
yaitu: Bapak Prof. Dr. Ari Hernawan, SH., M.Hum.; Bapak Dr. Harry
Purwanto, SH., M.Hum.; Bapak Mustofa, SH., M.Kn.; Bapak M. Ikhwanul
Muslimin, SH.; Bapak Sumendro, SH.; Bapak Dr.Supriyadi, SH., M.Hum.;
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
vi
8. Kepada Bapak dan Ibu penulis yang telah senantiasa memberikan doa,
motivasi, dan semangat selama ini dalam penulisan Tugas Ahkir ini,
sehingga penulisan Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.;
9. Kakak penulis yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam
penulisan Tesis ini;
10. Keluarga besar kelas A MKN UGM 2016 yang saya cintai dan sayangi,
yang telah menemani penulis dalam mencari ilmu selama kuliah, dan juga
mengukir kenangan yang indah selama perkuliahan. Serta terima kasih atas
dorongan, motivasi, dan inspirasi selama penulis menyelesaikan penulisan
Tesis ini;
11. Keluarga besar Keluarga Mahasiswa Notariat (KMN) Fakultas Hukum,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2016-2017, yang telah menemani
penulis mengarungi kegiatan berorganisasi. Banyak kenangan yang indah
selama penulis menjalani organisasi bersama kalian teman-teman KMN.
12. Semua teman-teman MKN UGM angkatan 2016 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, bantuan, serta
waktunya kepada penulis selama menyelesaikan penulisan Tesis ini;
13. Semua pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
telah telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis selama
menyelesaikan penulisan Tesis ini.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
vii
Dalam penyusunan penulisan Tesis ini, penulis merasa dan menyadari masih
dari jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan serta kesalahan, karena
keterbatasan kemampuan dan waktu penulis. Dengan demikian bentuk saran, kritik,
dan pendapat yang diberikan kepada penulis yang bersifat menyempurnakan Tesis
ini, sangat diharapkan penulis guna kesempurnaan Tesis ini. Penulis berharap semoga
Tesis ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat kepada setiap pihak pembaca.
Yogyakarta, Juli 2018
Ade Gunawan
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
INTISARI..............................................................................................................xi
ABSTRACT..........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................10
C. Tujuan Penelitian..........................................................................10
D. Keaslian Penelitian........................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................15
A. Tinjauan Umum Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah...............15
1. Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah................................15
2. Tugas Pokok Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)...............18
3. Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)...............19
4. Honorarium Pejabat Pembuat Akta (PPAT)...........................20
B. Tinjauan Umum Tentang Pertanggungjawaban............................22
C. Tinjauan Umum Tentang Jasa.......................................................23
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
ix
BAB III METODE PENELITIAN................................................................25
A. Jenis Penelitian.............................................................................25
B. Sifat Penelitian.............................................................................25
C. Jenis Data.....................................................................................26
1. Data Primer............................................................................26
2. Data Sekunder........................................................................26
D. Lokasi Penelitian..........................................................................28
E. Subyek Penelitian.........................................................................28
1. Responden..............................................................................28
2. Narasumber............................................................................29
F. Teknik Pengumpulan Data...........................................................30
G. Alat Pengumpul Data...................................................................30
H. Analisis Data................................................................................32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................33
A. Kewenangan dan pelaksanaan PPAT dalam memberikan jasa di
luar tugas pokoknya, dan menentukan uang jasa (honoranium)
atas pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok...........................33
1. Kewenangan PPAT dalam memberikan dan menjalankan jasa
pengurusan kegiatan-kegiatan di luar tugas pokoknya.........33
2. Hubungan hukum antara PPAT dengan Klien, dalam
melaksanakan pengurusan kegiatan-kegiatan di luar tugas
pokok.....................................................................................45
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
x
3. Pelaksanaan PPAT dalam memberikan jasa pengurusan
pekerjaan di luar tugas pokok...............................................52
4. Penentuan honoranium (uang jasa) dalam hal pengurusan
kegiatan-kegiatan di luar tugas pokok dan kewenangan
PPAT.....................................................................................62
B. Pertanggungjawaban PPAT dalam pemberian jasa untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan di luar tugas pokok dan
kewenangan yang dimilikinya......................................................70
BAB V PENUTUP...........................................................................................79
A. Kesimpulan..................................................................................79
B. Saran.............................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
xi
INTISARI
PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PEJABAT PEMBUAT
AKTA TANAH (PPAT) DALAM MEMBERIKAN JASA DI LUAR TUGAS
POKOK DAN KEWENANGANNYA DI KABUPATEN SLEMAN
Oleh:
Ade Gunawan1 , Djoko Sukisno
2
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menganalis kewenangan PPAT dalam memberikan jasa di luar tugas pokok,
serta untuk mengetahui PPAT dalam menentukan uang jasa (honoranium) atas
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Disamping itu juga bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis pertanggung jawaban PPAT dalam memberikan jasa pekerjaan
di luar tugas pokok.
Penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis-empiris, dengan menekankan
penelitian lapangan (Field Research) untuk mendapatkan data primer, dan
didukung dengan pustaka. Lokasi penelitian di kabupaten Sleman. Responden
ditentukan dengan metode Porposive Sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa PPAT di dalam praktek, selain
melaksanakan tugas pokoknya yaitu membuat akta tanah, juga melaksanakan
pekerjaan di luar tugas pokok tersebut. Pekerjaan di luar tugas pokok tersebut
adalah merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pokok
PPAT. Kewenangan PPAT dalam menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok
adalah merupakan kewenangan dia sebagai diri pribadi yang terlepas dari jabatan
PPAT, untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau perbuatan hukum tertentu.
Dengan demikian ketika terjadi permasalahan hukum, pertanggungjawaban PPAT
adalah pertanggungjawaban secara pribadi yang terlepas dari jabatannya sebagai
PPAT.
Kata Kunci: PPAT, Jasa, Di luar Tugas Pokok, Kewenangan
1 Perum Giwangan Asri, Jalan Sidikan, Umbulharjo,Yogyakarta. 2 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
xii
ABSTRACT
IMPLEMENTATION AND RESPONSIBILITY OF LAND DEED OFFICIAL
(PPAT) TO PROVIDING SERVICES OUTSIDE OF MAIN DUTIES AND
AUTHORITY IN THE SLEMAN DISTRICT
by:
Ade Gunawan1 , Djoko Sukisno
2
The goal of this researched is to know and analysis the authority of PPAT
in providing services outside the main duties, and to know PPAT determining
honoranium of that services had given by PPAT. This researched is also to analize
and find out of the responsibility of PPAT in providing services outside of the
main duties.
This research used a kind of juridical-empirical research. This research
emphasizes on field research, which to obtain of primary data, and when the
primary datas have been obtained, that research is supported by literatures. The
location of this researched was conducted in Sleman district. The respondents of
this researched are determined by Porposive Sampling method.
The results of this researched have showed, that in the practiced PPAT
provided service outside of the main duties to the client, besides that PPAT
provided service of PPAT duties to make an authentic deed of a land right and
property of the flats (apartment). That service outside of the main duties have
related to PPAT duties to make an authentic deed of a land right and property of
the flats (apartment). The authority of PPAT in provided service outside the main
duties is the authority of himself as a private person without of the position as
PPAT, to do some a job or a legal act. In the practice, implementation of services
had given by PPAT, raises some legal issues. That legal isues sometimes cause a
loss on the client side or on the PPAT side. Therefore, when the loss is on the
client side, the accountability of the PPAT is personal responsibility without of the
position as PPAT.
Keyword: Land Deed Official (PPAT), Services, Outside Of Main Duties,
Authority.
1 Taman Giwangan Asri Regency, Sidikan Street, Yogyakarta. 2 Faculty of Law, Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut sebagai PPAT,
memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, khususnya dalam hal bidang pendaftaran tanah, karena PPAT
diberikan kewenangan oleh Negara untuk melaksanakan sebagian kegiatan
pendaftaran tanah.1
Eksistensi atau keberadaan mengenai PPAT, landasan hukum
pengaturan mengenai jabatan PPAT diatur di dalam: Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Pejabat Pembuat
Akta Tanah, dan selanjutnya dirubah dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disebut PJ PPAT).2
Pengertian mengenai PPAT dapat dilihat di dalam Pasal 1 angka 1 PJ
PPAT yang ditentukan bahwa, “Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya
disebut PPAT, adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat
akta-akta autentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun”. Penjelasan dari Pasal 1 angka 1 PJ
PPAT tersebut dapat dipahami, bahwa PPAT adalah merupakan seorang
pejabat umum yang diberikan kewenangan oleh Negara untuk membuat akta-
akta autentik untuk setiap suatu perbuatan hukum tertentu atas suatu hak atas
tanah dan/atau hak milik atas satuan rumah susun. Akta autentik adalah
1 Soedjono, 1998, Prosedur Pendaftaran Tanah Tentang Hak Milik Sewa Guna Dan Hak
Guna Bangunan, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 85. 2 H. Salim, HS., 2016, Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.68.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
merupakan alat bukti yang sempurna (terkuat dan terpenuh).3 Akta autentik
PPAT tersebutlah yang nantinya digunakan sebagai bukti telah dilaksanakan
suatu perbuatan hukum atas suatu hak atas tanah dan/atau hak milik atas satuan
rumah susun, guna pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan.
PPAT sebagai Pejabat Umum telah diberikan tugas pokok secara
khusus. Tugas pokok tersebut dapat dilihat pada ketentuan Pasal 2 PJ PPAT,
yaitu sebagai berikut:
(1) PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran
tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi
pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan
oleh perbuatan hukum itu.
(2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai berikut:
a. Jual beli;
b. Tukar menukar;
c. Hibah;
d. Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
e. Pembagian hak bersama;
f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak
Milik;
g. Pemberian Hak Tanggungan;
h. Pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan.
Ketentuan yang diatur di dalam pasal tersebut dapat dipahami bahwa
tugas pokok PPAT hanya terbatas sebagaimana yang telah dijelaskan diatas,
yaitu PPAT memiliki tugas pokok untuk melaksanakan sebagian kegiatan
pendaftaran tanah, dengan membuat akta autentik atas suatu perbuatan hukum
tertentu atas suatu hak atas tanah. Akta autentik yang dibuat oleh PPAT
3 Soeroso, 2010, Perjanjian Di Bawah Tangan Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 7.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
tersebut nantinya menjadi dasar untuk dilaksanakan pendaftaran tanah yang
merupakan akibat dari perbuatan hukum tersebut.4
Perbuatan hukum yang dimaksud adalah jual beli, tukar menukar,
hibah, pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng), pembagian hak bersama,
pemberian hak guna bangunan/hak pakai atas tanah hak milik, pemberian hak
tanggungan, pemberian kuasa membebankan hak tanggungan. PPAT tidak
memiliki kewenangan untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok
sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, sehingga dapat dipahami bahwa
PPAT hanya memiliki kewenangan untuk membuat akta autentik atas delapan
macam perbuatan hukum yang dimaksud diatas.5
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa PPAT adalah
seorang Pejabat Umum yang diberikan kewenangan dan tugas pokok yang
terbatas yaitu hanya untuk membuat akta autentik untuk setiap suatu perbuatan
hukum tertentu atas suatu hak atas tanah dan/atau hak milik atas satuan rumah
susun. Dengan demikian berdasarkan Pasal 2 ayat 2 PJ PPAT, PPAT memiliki
tugas pokok dan kewenangan untuk membuat delapan macam akta autentik
yaitu:
1. Akta Jual Beli;
2. Akta Tukar Menukar;
3. Akta Hibah;
4. Akta Pemasukan Ke Dalam Perusahaan (Inbreng);
5. Akta Pembagian Hak Bersama;
4 Mustofa, 2012, Tuntunan Pembuatan Akta Tanah, Karya Media, Yogyakarta, hlm. 2.
5 Ibid.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
6. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik;
7. Akta Pemberian Hak Tanggungan;
8. Akta Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.
PPAT selain melaksanakan pekerjaan yang merupakan tugas pokok
dan kewenangannya sebagaimana yang telah ditentukan secara khusus pada
Pasal 2 PJ PPAT, sering juga mengurus pekerjaan yang tidak berhubungan atau
di luar tugas pokok dan kewenangan PPAT tersebut.6 Penulis di dalam pra
penelitian menemukan pekerjaan yang dimaksud tersebut di atas, antara lain:
1. Pengurusan permohonan penerbitan sertipikat atas sebidang tanah untuk
pertama kalinya, di dalam praktek sering dikenal dengan “konversi” suatu
hak-hak atas tanah lama;
2. Pengurusan permohonan penerbitan sertipikat karena pemecahan suatu
sertipikat hak atas tanah;
3. Perpanjangan sertipikat hak guna bangunan;
4. Proses pendaftaran tanah yang merupakan akibat perbuatan hukum tertentu
atau karena suatu peristiwa hukum tertentu terhadap suatu bidang tanah,
misalnya karena waris, jual beli, hibah, dan lainnya;
5. Penurunan hak atas tanah, misalnya dari hak milik menjadi hak guna
bangunan;
6. Roya hak tanggungan atas suatu sertipikat hak atas tanah, yaitu pembersihan
sertipikat dari catatan sedang dijaminkan, dalam hal ini adalah jaminan hak
tanggungan;
6 Ibid., hlm. 3.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
PPAT dalam melaksanakan jabatannya seharusnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dan menjalankan kewenangan dan tugas pokok
yang telah ditentukan dan diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pada
hakekatnya, PPAT yang melaksanakan pekerjaan atau kegiatan di luar tugas
pokok dan kewenangannya sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, tidak
memiliki dasar untuk melaksanakan segala kegiatan di luar tugas pokok dan
kewenangannya tersebut. Oleh karena itu, pelaksanaan segala pekerjaan atau
kegiatan di luar tugas pokok dan kewenangan yang dilakukan oleh PPAT perlu
untuk dikaji. Hal-hal yang perlu dikaji adalah mengenai kewenangan seorang
Pejabat Umum dalam melaksanakan pekerjaan di luar kewenangan dan tugas
pokok yang dimilikinya. Hal tersebut berdampak pada pertanggungjawaban
PPAT, dan juga penentuan uang jasa (honoranium) yang diperoleh oleh PPAT
atas jasa yang telah dilaksanakannya terhadap kegiatan di luar tugas pokok dan
kewenangannya, karena terkadang dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut
terdapat uang jasa (honoranium) dan biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh
klien kepada PPAT.
Honoranium atas pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan di luar tugas
pokok tidak diatur pada PJ PPAT. PJ PPAT hanya mengatur mengenai
honoranium atas pelaksanaan tugas pokok PPAT yaitu membuat akta autentik
yang berkaitan dengan suatu hak atas tanah yang telah dibuatnya. Uang jasa
(honoranium) bagi PPAT tersebut telah diatur secara khusus pada Pasal 32 PJ
PPAT, yang mengatur bahwa:
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
(1) Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT Sementara, termasuk
uang jasa (honorarium) saksi tidak boleh melebihi (satu persen) dan
harga transaksi yang tercantum di dalam akta.
(2) PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa tanpa
memungut biaya kepada seseorang yang tidak mampu.
(3) Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT Sementara
dilarang melakukan pungutan di luar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(4) PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa memungut biaya.
(5) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan ayat (4) dikenakan sanksi administrasi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administrasi diatur dengan
Peraturan Menteri.”
Berdasarkan pasal tersebut PPAT dalam menjalankan jabatan dan tugas
pokoknya, memiliki hak untuk mendapatkan uang jasa (honoranium). PPAT
dalam menentukan uang jasa (honoranium) terhadap akta-akta autentik yang
berkaitan dengan hak atas tanah yang telah dibuatnya, batas maksimal
menentukan uang jasa (honoranium) adalah 1 % (satu persen), sehingga PPAT
boleh untuk menentukan besarnya uang jasa (honorarium) kurang dari batas
yang maksimal yang telah ditentukan tersebut. Perlu untuk diperhatikan bahwa
dalam menentukan uang jasa (honoranium) dibawah 1 % (satu persen), seorang
PPAT harus memperhatikan kepatutan dan tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta kode etik PPAT.
Di dalam pra penelitian, ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi
terkait dengan PPAT yang melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugas
pokoknya, disertai dengan pekerjaan yang di luar tugas pokoknya, antara lain:
1. Pengurusan Pengalihan Alih Fungsi Tanah (Pengeringan)
Seorang PPAT yang memberikan pelayanan jasa terhadap kliennya,
untuk melaksanakan suatu perbuatan hukum, dalam hal ini adalah jual beli
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
sebidang tanah. Para pihak menghendaki bahwa setelah jual beli
dilaksanakan pembeli ingin melakukan alih fungsi tanah (dalam hal ini
adalah pengeringan) atas tanah yang diperjual belikan tersebut, dari tanah
persawahan menjadi tanah perkarangan.
PPAT tersebut menerima permintaan para pihak untuk memberikan
jasa membuat Akta Jual Beli atas sebidang tanah dan juga proses
pengalihan fungsi tanah. Setelah Akta Jual Beli selesai dibuat dan proses
pengeringan tanah telah dilaksanakan. Uang jasa (honorarium) atas
pembuatan Akta Jual Beli tersebut telah dibayarkan diawal, namun uang
jasa (honorarium) untuk proses pengeringan yang bukan merupakan tugas
pokok dan kewenangannya belum dibayarkan oleh kliennya tersebut.
Dalam hal ini tentu PPAT kesulitan dalam hal perlindungan hukum
terhadap pemenuhan haknya tersebut, mengingat bahwa uang jasa
(honorarium) atas pelaksanaan kegiatan di luar tugas pokoknya
kewenangannya tidak diatur secara khusus di dalam peraturan perundang-
undangan.
2. Pengurusan Pendaftaran Tanah
Seorang PPAT memberikan jasa kepada kliennya untuk melakukan
pengurusan pendaftaran tanah yang merupakan akibat perbuatan hukum
jual beli sebidang tanah. PPAT tersebut melakukan pengurusan tersebut
dari tahap pembuatan Akta Jual Beli sampai dengan pendaftaran tanah
selesai dilakukan di Kantor Pertanahan yaitu sertipikat hak atas tanah
tersebut menjadi nama pihak pembeli.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Berdasarkan penjelasan di atas perlu untuk diperhatikan bahwa PPAT
hanya memiliki wewenang yang terbatas dalam hal pengurusan jual beli atas
suatu bidang tanah tersebut. Kewenangan PPAT tersebut hanya terbatas untuk
membuat Akta Jual Beli atas sebidang tanah yang akan diperjual belikan.
PPAT setelah membuat Akta Jual Beli tersebut, selanjutnya memiliki
kewajiban untuk menyampaikan akta tersebut kepada Kantor Pertanahan untuk
dilakukan pendaftaran. Hal tersebut, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal
40 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah bahwa, “Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta
yang dibuatkannya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada
Kantor Pertanahan untuk didaftar.”
PPAT setelah menyampaikan akta-akta yang dibuatnya kepada Kantor
Pertanahan, tugas PPAT telah selesai. Untuk tahap pendaftaran tanah
selanjutnya bukanlah tugas dan kewenangan bagi PPAT. PPAT yang
melakukan pengurusan pendaftaran tanah sampai dengan diterbitkannya
sertipikat hak atas suatu bidang tanah atas nama pembeli, dapat dikatakan
bahwa PPAT tersebut melaksanakan kegiatan di luar tugas pokok dan
kewenangannya.
Berdasarkan pra penelitian yang penulis laksanakan, dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah tersebut terkadang PPAT menentukan uang jasa
(honoranium) menjadi satu kesatuan antara jasa pembuatan Akta Jual Beli,
dengan jasa pengurusan kegiatan pendaftaran tanah tersebut, sehingga PPAT
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
menerima uang jasa (honoranium) melebihi dari yang telah ditentukan Pasal 32
ayat (1) PJ PPAT, yaitu maksimal 1 % (satu persen). Dengan demikian, Tidak
dilakukannya pemisahan atau perincian uang jasa (honoranium) tersebut,
menyebabkan tidak dapat dibedakan mana yang merupakan uang jasa
(honoranium) atas pelaksanaan tugas pokoknya, dan yang merupakan uang jasa
(honoranium) atas pelaksanaan di luar tugas pokoknya. Hal tersebut yang
sering digunakan PPAT sebagai strategi untuk mendapatkan uang jasa
(honaranium) yang lebih besar.
Beberapa kasus yang terjadi di dalam praktek tersebut, dapat dipahami
bahwa PPAT yang melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok dan
kewenangannya menimbulkan beberapa masalah. Dengan demikian, perlu
dikaji dan diteliti mengenai pertanggungjawaban PPAT atas pelaksanaan
pekerjaan di luar tugas pokok dan kewenangannya, dan PPAT dalam
menentukan uang jasa (honorarium) atas pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan
di luar tugas pokok dan kewenangannya.
Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan tersebut, maka
penulis terdorong membuat sebuah penulisan hukum berbentuk tesis dengan
judul: “PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PEJABAT
PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM MEMBERIKAN JASA DI
LUAR TUGAS POKOK DAN KEWENANGANNYA DI KABUPATEN
SLEMAN”.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan dan
dijelaskan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana kewenangan dan pelaksanaan PPAT dalam memberikan jasa di
luar tugas pokoknya, dan menentukan uang jasa (honoranium) atas
pelaksanaan kegiatan-kegiatan di luar tugas pokok tersebut?
2. Bagaimana pertanggungjawaban PPAT dalam pemberian jasa untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan di luar tugas pokok dan kewenangan yang
dimilikinya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalis apakah PPAT memiliki kewenangan
atau diperbolehkan untuk memberikan jasa di luar tugas pokok dan
kewenangannya, dan untuk mengetahui bagaimana PPAT menentukan
uang jasa (honoranium) atas pelaksanaan jasa di luar tugas pokok dan
kewenangannya tersebut.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pertanggungjawaban
PPAT dalam pemberian jasa untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokok dan kewenangan yang dimilikinya.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
D. Keaslian Penelitian
Hasil penelusuran dan pengamatan kepustakaan yang penulis lakukan
ada beberapa penelitian yang membahas tentang tugas pokok dan kewenangan
pejabat pembuat akta tanah (PPAT) antara lain :
1. “Penentuan honoranium Pembuatan Akta Peralihan Hak Atas Tanah Karena
Jual Beli dan Pembebanan Hak Atas Tanah Oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah di Kota Yogyakarta”, ditulis oleh Maulina Fatmasari, Tahun 2017.7
Di dalam penelitian tersebut ditentukan rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:
a. Bagaimana PPAT di Kota Yogyakarta menentukan nominal
honoraniumnya dalam pembuatan akta peralihan hak atas tanah karena
jual beli dan pembebanan hak atas tanah?
b. Bagaimana peran Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) dalam
menanggulangi persaingan penetapan honoranium?
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan dari
penelitian tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Kesimpulan Pertama
Penentuan penetapan honorarium PPAT untuk peralihan hak
atas tanah karena jual beli didasarkan pada harga transaksi yang
disepakati oleh para pihak penjual dan pembeli. Apabila nilai transaksi
dibawah Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) maka honoranium
7 Maulina Fatmasari, “Penentuan Honoranium Pembuatan Akta Peralihan Hak Atas Tanah
Karena Jual Beli dan Pembebanan Hak Atas Tanah Oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah di Kota
Yogyakarta”, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
PPAT harus disepakati dengan PPAT yang bersangkutan, apakah
menyetujui diberikan honoranium sebesar 1% (satu persen).
Pada tahun 2015 terdapat responden yang menarik nilai nominal
Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah), agar menutup nilai operasional karena
tidak memungkinkan apabila honoranium tersebut sesuai dengan nilai
transaksi. Pembebanan hak atas tanah PPAT pada umumnya menerima
honoranium 0,5 % (nol koma lima persen) dari nilai jaminannya.
Untuk pembebanan bisa lebih rendah lagi karena digantungkan dan
syarat-syarat penetapannya sudah ditentukan oleh Bank pengguna jasa
PPAT.
b. Kesimpulan Kedua
Peranan IPPAT dalam menanggulangi persaingan penetapan
honoranium yaitu mengkawal penegakan kode etik bagi PPAT, yang
salah satunya adalah pengawasan terhadap penetapan jumlah biaya
pembuatan akta agar terhindar dari persaingan tidak sehat antar PPAT.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maulina Fatmasari
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal tersebut
dapat dilihat dari rumusan masalah, dan pokok permasalahan yang ada
di dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pokok permasalahan
yang diteliti oleh penulis adalah mengenai bagaimana PPAT
memberikan jasa dan menentukan uang jasa (honoranium) atas
pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok dan kewenangan yang
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
dimilikinya, serta bagaimana tanggungjawab PPAT atas pelaksanaan
jasa tersebut.
2. “Tugas Dan Fungsi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam
Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah”, ditulis
oleh Anna Ismudiyatun, Tahun 2009.8 Rumusan masalah dalam penelitian
tersebut sebagai berikut:
a. Bagaimana tugas dan fungsi Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam
Pendaftaran Tanah di Kabupaten Kudus sesuai dengan peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006?
b. Faktor-faktor apa yang menghambat pelaksanaan Pendaftaran Tanah di
Kabupaten Kudus dan bagaimana upaya untuk menanganinya?
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan dari
penelitian tersebut yaitu sebagai berikut: Fungsi dan Tugas Pejabat Pembuat
Akta Tanah dalam Pendaftaran Tanah adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah
mempunyai peranan selaku pejabat yang mempunyai fungsi dan tugas untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan (pembuatan akta jual beli, tukar menukar,
hibah, pemasukan kedalam perusahaan (inbreng), pembagian hak bersama,
pemberian hak guna bangunan / hak pakai atas tanah, hak milik pemberian
hak tanggungan).
Penelitian yang dilakukan oleh Maulina Fatmasari berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hal ini dapat dilihat dari rumusan
8 Anna Ismudiyatun, Tugas Dan Fungsi Pejabat Pembuat Akta Tanah (Ppat) Dalam
Pendaftaran Tanah Di Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah, Tesis, Studi Magister Kenotariatan
Universitas Diponegoro, Semarang.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
masalah, dan pokok permasalahan yang ada di dalam penelitian yang
dilakukan oleh penulis. Pokok permasalahan yang diteliti oleh penulis
adalah mengenai PPAT yang melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok
dan kewenangannya.
Berdasarkan objek penelitian serta rumusan masalah yang berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat
menyatakan bahwa penulisan mengenai, “PELAKSANAAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH
(PPAT) DALAM MEMBERIKAN JASA DI LUAR TUGAS POKOK
DAN KEWENANGANNYA DI KABUPATEN SLEMAN”, sampai saat ini
belum pernah dilakukan dan berbeda dari penelitian lainya, dengan
demikian dapat memenuhi kaidah keaslian penelitian. Jikalau di luar
sepengetahuan penulis ditemukan penelitian yang serupa atau yang sama
maka penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian sebelumnya.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah
1. Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah
Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disingkat
PPAT) dapat dilihat dalam berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu
sebagai berikut:
a. Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan selanjutnya dirubah dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya
disebut PJ PPAT). Pasal 1 angka 1 PJ PPAT menjelaskan bahwa,
“Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT, adalah
merupakan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat suatu
akta-akta autentik mengenai suatu perbuatan hukum tertentu mengenai
hak-hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun”.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 PJ PPAT dapat dipahami bahwa
pada hakekatnya PPAT adalah merupakan pejabat umum yang
diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta autentik yang hanya
berkaitan dengan suatu perbuatan hukum tertentu atas suatu hak atas
tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, sehingga PPAT tidak
memiliki kewenangan untuk membuat akta di luar apa yang telah
dijelaskan tersebut diatas. Pejabat umum dalam hal ini adalah
seseorang yang di angkat oleh Instansi yang berwenang, dengan
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
diberikan tugas untuk melayani masyarakat secara umum dibidang
atau pada kegiatan-kegiatan tertentu.1
b. Pasal 1 angka 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, juga dijelaskan bahwa, “PPAT adalah merupakan
pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah
tertentu”.
c. Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan
Tanah, yang ditentukan bahwa,“PPAT adalah merupakan pejabat umum
yang diberi kewenangan untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah,
akta pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa
membebankan Hak Tanggungan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku”.
Menurut Boedi Harsono, bahwa kedudukan PPAT dalam
penjelasan yang diberikan dari berbagai peraturan perundang-
undangan adalah sebagai pejabat umum, hal tersebut dapat
dikonsepkan bahwa PPAT merupakan seseorang Pejabat Umum
yang diangkat oleh pemerintah dengan tugas dan kewenangan untuk
memberikan suatu pelayanan kepada umum dibidang tertentu.2
Menurut pendapat H. Salim bahwa PPAT yang dalam bahasa
inggris, disebut dengan ”Land Deed Official”, sedangkan di dalam
bahasa belanda disebut dengan “Land Titles Registrar”. PPAT
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki arti yang sangat
penting, karena Pejabat Umum inilah yang diberikan kewenangan
oleh Negara, untuk membuat akta-akta autentik yang berkaitan
dengan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.3
1 Boedi Harsono, 2002, “Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-
Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya”, Cetakan Kesembilan, Penerbit Djambatan,
Jakarta, hlm.9. 2 Boedi Harsono, “PPAT, Sejarah Tugas dan Kewenangannya”, Majalah Renvoi,
No.844.IV, Jakarta, Januari, 2007. hlm. 37. 3 H. Salim, HS, Op.Cit. hlm. 85.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
PPAT terdapat beberapa jenis, sebagaimana yang dijelaskan
dalam Pasal 1 angka 1, 2, dan 3 PJ PPAT, jenis-jenis tersebut yaitu
sebagai berikut:
a. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Adalah merupakan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk
membuat akta-akta autentik mengenai perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.
b. PPAT Sementara
Adalah merupakan pejabat pemerintah yang ditunjuk karena
jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat
akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT, misalnya:
camat dan kepala desa.
c. PPAT Khusus
Adalah merupakan pejabat Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia (BPN) yang ditunjuk karena jabatannya untuk
melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu
khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah
tertentu, misalnya: Kepala Kantor Pertanahan. 4
PPAT dalam menjalankan kewenangan dan tugasnya dibatasi oleh
luasnya wilayah kerja yang telah ditentukan. Sebelumnya, di dalam Pasal 12
ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah, dijelaskan bahwa wilayah kerja PPAT adalah
satu wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya. Selanjutnya,
sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, ketentuan Pasal 12 ayat (1)
dirubah yaitu wilayah kerja PPAT adalah satu wilayah Provinsi.
4 Mustofa, Op.Cit. hlm. 13.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
2. Tugas Pokok Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
PPAT sebagai pejabat umum telah ditentukan dan diberikan secara
khusus mengenai tugas pokok, dan untuk melaksanakan tugas pokok
tersebut juga telah diberikan secara khusus mengenai kewenangannya.
Tugas pokok dan kewenangan tersebut telah diatur secara khusus di dalam
ketentuan PJ PPAT.
Tugas pokok tersebut dapat dilihat di dalam ketentuan Pasal 2
ayat (1) PJ PPAT yang diatur bahwa, “PPAT bertugas pokok
melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat
akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun,
yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu“.5
Berdasarkan penjelasan pasal tersebut dapat dipahami bahwa tugas
pokok PPAT hanya sebatas membuat akta-akta autentik mengenai suatu
perbuatan hukum tertentu mengenai mengenai hak atas tanah atau hak milik
atas satuan rumah susun. Perbuatan hukum tertentu yang dimaksud tersebut
diatas, telah ditentukan dalam Pasal 2 ayat (2) PJ PPAT yaitu sebagai
berikut:
Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai berikut :
a. Jual Beli;
b. Tukar Menukar;
c. Hibah;
d. Pemasukan Ke Dalam Perusahaan (Inbreng);
e. Pembagian Hak Bersama;
f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai Atas Tanah Hak
Milik;
g. Pemberian Hak Tanggungan;
h. Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.
5 Habib Adjie, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia, PT Citra Aditya
Bandung, Bandung, hlm. 61.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
PPAT setelah membuat akta-akta autentik sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas, selanjutnya PPAT memiliki kewajiban untuk
menyampaikan akta tersebut kepada Kantor Pertanahan untuk dilakukan
pendaftaran. Hal tersebut, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 40 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
bahwa, “Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan
akta yang dibuatkannya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan
kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar”.
Dengan demikian, PPAT memiliki tugas pokok yang terbatas, yaitu
hanya membuat akta-akta autentik yang berkaitan dengan kedelapan
perbuatan hukum sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. PPAT setelah
membuat akta-akta autentik tersebut, selanjutnya PPAT memiliki kewajiban
untuk menyampaikan akta tersebut kepada Kantor Pertanahan untuk
dilakukan pendaftaran. PPAT setelah menyampaikan akta-akta yang
dibuatnya kepada Kantor Pertanahan, tugas PPAT selesai sampai disitu saja.
Untuk tahap pendaftaran tanah selanjutnya bukanlah tugas dan kewenangan
bagi PPAT.
3. Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Kewenangan yang dimiliki oleh PPAT dapat dilihat pada Pasal 3
ayat (1) PJ PPAT, yang ditentukan bahwa,“PPAT memiliki kewenangan
untuk membuat akta autentik mengenai semua perbuatan hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) mengenai hak atas tanah dan
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
hak milik atas satuan rumah susun yang terletak di dalam daerah kerjanya”.
Kewenangan inilah yang menjadi dasar PPAT untuk menjalankan tugas
pokoknya yaitu membuat akta autentik mengenai suatu perbuatan hukum
tertentu atas hak atas tanah dan/atau hak milik atas satuan rumah susun.
Akta autentik tersebut ada delapan macam berdasarkan suatu perbuatan
hukum tertentu yang ditentukan dan diatur oleh Pasal 2 PJ PPAT, yaitu
antara lain:
a. Akta Jual Beli;
b. Akta Tukar Menukar;
c. Akta Hibah;
d. Akta Pemasukan Ke Dalam Perusahaan (Inbreng);
e. Akta Pembagian Hak Bersama;
f. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai Atas Tanah
Hak Milik;
g. Akta Pemberian Hak Tanggungan;
h. Akta Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.
Delapan macam akta tersebut sudah ditentukan bentuknya, yaitu
bentuk yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria / Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, maka PPAT dalam membuat akta-akta
autentik tersebut harus sesuai dengan apa yang telah ditentukan peraturan
perundangan-undangan.
4. Honorarium Pejabat Pembuat Akta (PPAT)
PPAT adalah merupakan suatu jabatan yang diberikan oleh Negara
kepada seseorang untuk menjalankan suatu kewenangan tertentu. PPAT
adalah merupakan pejabat umum yang menjalankan tugas dan kewenangan
secara mandiri, maka dituntut untuk menjalankan jabatannya secara
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
profesional. Dengan demikian, di dalam masyarakat jabatan PPAT
disandingkan dengan istilah profesi.
PPAT sebagai orang yang profesional dalam menjalankan
tugas dan kewenangan dapat diartikan sebagai seseorang yang
memiliki profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi dan
atau seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu menurut
keahliannya.6
PPAT dalam menjalankan tugas pokok dan kewenangannya,
memiliki hak untuk menerima uang jasa (honorarium) atas jasa yang telah
diberikannya. Honoranium menurut kamus besar bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai suatu upah, dimana merupakan imbalan dari suatu jasa
yang diberikan kepada seorang profesi, misal: pengarang, penerjemah,
dokter, pengacara, konsultan, tenaga honorer.7
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa PPAT pada
hakekatnya adalah merupakan suatu jabatan, namun karena PPAT
merupakan pejabat umum yang menjalankan tugas dan kewenangannya
secara mandiri, PPAT dapat juga dikatakan sebagai suatu profesi. Dengan
demikian, PPAT memiliki hak untuk mendapatkan uang jasa (honorarium)
setiap jasa yang telah dilaksanakannya.
Uang jasa (honorarium) bagi PPAT telah diatur secara khusus di
dalam Pasal 32 PJ PPAT, yaitu sebagai berikut:
(1) Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT Sementara, termasuk
uang jasa (honorarium) saksi tidak boleh melebihi 1 % (satu
persen) dan harga transaksi yang tercantum di dalam akta.
6 Sumendro, Materi Ujian Kode Etik PPAT, IPPAT, Yogyakarta, Makalah, hlm. 4.
7 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm. 312.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
(2) PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa tanpa
memungut biaya kepada seseorang yang tidak mampu.
(3) Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT Sementara
dilarang melakukan pungutan di luar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(4) PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa memungut biaya.
(5) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (4) dikenakan sanksi administrasi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administrasi diatur
dengan Peraturan Menteri.”
Berdasarkan penjelasan yang diberikan Pasal 32 ayat (1) PJ PPAT,
bahwa seorang PPAT atau PPAT sementara hanya dapat menentukan
besarnya uang jasa (honorarium) maksimal 1 % (satu persen) dari nilai atau
harga transaksi pada setiap akta-akta autentik yang dibuat. Besarnya uang
jasa (honorarium) telah ditetapkan dengan tegas, maka PPAT atau PPAT
sementara tidak boleh menentukan atau menerima uang jasa (honorarium)
melebihi 1 % (satu persen) dari nilai atau harga transaksi.
B. Tinjauan Umum Tentang Pertanggungjawaban
Tanggungjawab adalah merupakan suatu kewajiban untuk
menanggung segala sesuatu.8 Pertanggungjawaban memiliki arti perbuatan
untuk melaksanakan suatu tanggungjawab atau sesuatu yang
dipertanggungjawabkan.9 Pertanggungjawaban menurut pendapat Sidartha
adalah merupakan suatu tindakan memberi penjelasan yang dapat dibenarkan
baik secara moral maupun secara hukum.10
8 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm. 567 .
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm. 460.
10 Sidharta, 2006, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berpikir, PT. Refika
Aditama, Bandung, hlm. 49.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
Pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat macam,
sebagaimana pendapat yang diberikan oleh Hans Kelsen, yaitu:
1. Pertanggungjawaban secara individu, yaitu seseorang indovidu
bertanggungjawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya
sendiri;
2. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu
bertanggungjawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh
orang lain;
3. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa
seseorang individu bertanggungjawab atas pelanggaran yang
dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan
menimbulkan kerugian;
4. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seseorang individu
bertanggungjawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena
tidak sengaja dan tidak diperkirakan. 11
C. Tinjauan Umum Tentang Jasa
Jasa adalah merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksi jasa
mungkin berkaitan dengan produk fisik atau produk non fisik. Menurut Mursid,
pengertian jasa adalah adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara
tersendiri, pada hakikatnya bersifat tidak teraba, untuk memenuhi kebutuhan
dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain.12
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dipahami bahwa jasa
adalah merupakan suatu kegiatan ekonomi dengan hasil keluaran yang tidak
berwujud yang ditawarkan dari penyedia jasa. Dikatakan kegiatan ekonomi
karena secara umum penyedia jasa menawarkan jasa kepada pengguna jasa,
untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan dari jasa tersebut.
11
Raisul Mutaqien, 2006, Teori Hukum Murni, PT. Nuansa & Nusamedia, Bandung,
hlm.140 12
Mursid, 2014, Manajemen Jasa Pemasaran, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hlm.116.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
Menurut Tjiptono, terdapat beberapa karakteristik pokok pada
jasa, yaitu sebagai berikut:
a. Intangibility, Jasa berbeda dengan barang. Jasa bersifat intangible,
artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau didengar
sebelum dibeli. Konsep intangible ini sendiri memiliki dua
pengertian yaitu:
1) Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa atau
disentuh.
2) Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau
dipahami secara rohaniah.
b. Inseparability, Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan
dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga
inseparability (tidak dapat dipisahkan) mengingat pada umumnya
jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Dalam hubungan
penyedia jasa dan pelanggan ini, effektivitas individu yang
menyampaikan jasa merupakan unsur penting.
c. Variability, Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan
nonstandardized out-put, artinya banyak variasi bentuk, kualitas
dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut
dihasilkan.
d. Perishability, Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan
tidak dapat disimpan. Dengan demikian apabila suatu jasa tidak
digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. 13
13
Fandy, Tjiptono,2000, Manajemen Jasa, Andy Offset, Yogyakarta, hlm.18.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis adalah merupakan penelitian yang
bersifat yuridis-empiris. Dikatakan sebagai yuridis-empiris karena bertitik tolak
dari permasalahan, dan penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung untuk
melihat kenyataan yang terjadi di lapangan atau di dalam masyarakat mengenai
efektifitas hukum yang berlaku. Penelitian yuridis–empiris pada hakekatnya
adalah merupakan penelitian terhadap identifikasi atau efektifitas hukum.1
Penelitian ini lebih menekankan pada penelitian lapangan (Field
Research) yang bertujuan untuk mendapatkan data primer, dan selanjutnya
penelitian didukung dengan studi pustaka yang merujuk kepada teori-teori
maupun peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pengertian
jabatan PPAT, tugas pokok PPAT, kewenangan PPAT, dan penentuan uang
jasa (honoranium) bagi PPAT.
B. Sifat Penelitian
Penelitian tentang “Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan Jasa Di luar Tugas Pokok
Dan Kewenangannya Di Kabupaten Sleman” merupakan penelitian bersifat
deskriptif. Dikatakan deskriptif karena penelitian ini menggambarkan fakta-
fakta tentang masalah yang diteliti pada saat penelitian dilakukan. Menurut
Soerjono Soekanto penelitian bersifat deskriptif ini bermaksud untuk
1 Bambang Sunggono, 2005, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketujuh, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 42
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
26
memberikan data yang seteliti mungkin tentang perilaku manusia, keadaan,
atau gejala-gejalanya.2
C. Jenis Data
Jenis data yang ada dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu:
data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian di lapangan (Data Primer)
dan data bahan pustaka (Data Sekunder).
1. Data Primer
Data Primer adalah merupakan data yang diperoleh dari hasil
penelitian lapangan, data tersebut diperoleh langsung dari wawancara
sumber pertama.3 Setelah Data Primer berupa hasil wawancara didapatkan
dari hasil penelitian di lapangan, maka selanjutnya dibandingkan atau
disandingkan dengan Data Sekunder (bahan pustaka) yang diperoleh dari
penelitian kepustakaan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah merupakan data yang diperoleh dari studi
pustaka. Studi pustaka ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
dengan cara mengumpulkan, mempelajari, mengelompokkan dan
menganalisis data tertulis yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan, buku, artikel, makalah penelitian, dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis. Data sekunder
2 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta, hlm. 10 3 Zainal, Asikin dan Amirudin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 12
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
27
tersebut dikelompokkan menjadi tiga macam bahan hukum, yaitu sebagai
berikut:
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan bahan-bahan :
a) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Pejabat Pembuat Akta Tanah;
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah;
c) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor: 112/KEP-4.1/IV/2017, tertanggal 27
April 2017, tentang Kode Etik Ikatan Pejabat Pembuat Akta.
2) Bahan hukum sekunder, adalah bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer. Bahan-bahan hukum sekunder yang
digunakan, antara lain:
a) Buku-Buku tentang jabatan pejabat pembuat akta tanah;
b) Buku-Buku tentang pendaftaran pertanahan;
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum
tersier yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Kamus Besar
Bahasa Indonesia;
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
28
D. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kabupaten Sleman dengan pertimbangan bahwa
penulis dalam melaksanakan prapenilitian menemukan masalah yang diteliti
berada di Kabupaten Sleman, dan dengan pemilihan lokasi tersebut dapat
memudahkan penulis untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian.
E. Subjek Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini mempunyai subjek penelitian terbagi
atas dua yaitu :
1. Responden
Responden adalah pihak yang terlibat langsung dan dapat
memberikan jawaban atas pertanyaan dalam wawancara yang diajukan oleh
peneliti yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti.
Responden yang memberikan informasi dalam penelitian ini adalah Pejabat
Pembuat Akta (PPAT) yang wilayah kerjanya berada di Kabupaten Sleman.
Penulis dalam hal ini, menentukan responden dengan menggunakan
teknik pengambilan sampling secara purposive sampling. Purposive
sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel sumber data
dengan mengambil pertimbangan berdasarkan suatu kriteria atau kualifikasi
tertentu.4
Penulis dalam penelitian menentukan kriteria dan kualifikasi
responden yaitu sebagai berikut: PPAT yang memiliki kedudukan dan
4 Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, PT. Alfabeta
Bandung, hlm. 85
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
29
wilayah kerja di kabupaten Sleman, dan PPAT tersebut melaksanakan jasa
pengurusan terhadap pekerjaan di luar tugas pokok dan kewenangan yang
dimilikinya. PPAT yang dijadikan responden cukup diambil 5 orang, dari
seluruh jumlah PPAT yang wilayah kedudukannya di Kabupaten Sleman,
yaitu sebagai berikut:
a. PPAT A. Yossi Ariwibowo, ST., SH., M.Kn
b. PPAT Essy Wulan Agustin, SH., M.Kn.
c. PPAT Hitaprana, SH.
d. PPAT M. Nurhadi Darussalam, SH., Hum.
e. PPAT Triniken Tyas Tirlin, SH.
2. Narasumber
Narasumber adalah pihak yang memiliki pengetahuan mengenai
permasalahan yang ada pada penulisan ini, tetapi tidak mengalami sendiri
permasalahan yang diteliti, namun dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan. Narasumber yang memberikan informasi dalam penelitian ini
yaitu: Ketua Majelis Kehormatan Wilayah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT), dan Dosen
Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada terkait dengan mata
kuliah Peraturan Jabatan PPAT, Akta Tanah, Hukum Perjanjian, dan Mata
Kuliah lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Di dalam
penelitian ini pihak yang menjadi narasumber adalah sebagai berikut:
a. Prof. Dr. Ari Hernawan, SH., M.Hum.
b. Dr. Harry Purwanto, SH., M.Hum.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
30
c. Mustofa, SH., M.Kn.
d. M. Ikhwanul Muslimin, SH.
e. Sumendro, SH.
f. Dr.Supriyadi, SH., M.Hum.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan
penulis sebagai berikut:
1. Data Primer
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data primer adalah
dengan dilakukan dengan wawancara, yaitu proses komunikasi dan interaksi
dengan mengadakan upaya tanya jawab langsung dengan para pihak yang
terlibat yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.
2. Data Sekunder
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan
study pustaka, yang dilakukan dengan mengumpulkan dan mengkaji
mengenai peraturan perundang-undangan, buku, artikel, makalah penelitian,
dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti
oleh penulis.
G. Alat pengumpul data
Alat yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan data pada
penelitian ini adalah:
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
31
1. Data Primer
Alat yang digunakan yaitu pedoman wawancara dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka dan disusun secara
sistematis dan terstruktur. Pedoman wawancara berupa garis besar, sehingga
tidak menutup kemungkinan adanya pertanyaan baru yang muncul pada saat
wawancara yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.
Selanjutnya penelitian dilakukan oleh penulis dengan mencari,
menganalisis dan mengolah bahan-bahan hukum serta hasil wawancara yang
diperoleh dari responden dan narasumber dilapangan. Dalam melakukan
wawancara tersebut, penulis menggunakan daftar pertanyaan dan alat
perekam seperti recorder, untuk merekam data-data yang diperoleh pada
saat wawancara.
2. Data Sekunder
Alat yang digunakan adalah dengan membuat daftar data yang di
dalamnya berisi mengenai bahan-bahan materi apa saja yang diperlukan di
dalam penelitian. Bahan-bahan yang ada tersebut, dilakukan penelitian di
dalam perpustakaan, dengan melihat dan mengkaji peraturan perundang-
undangan, buku, artikel, makalah penelitian, dan bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis himpunan
peraturan perundang-undangan serta menggunakan media internet untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data yang dibutuhkan.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
32
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu suatu metode
analisis data yang dilakukan melalui kategorisasi permasalahan yang diteliti
dan data yang dikumpulkan.5 Data yang disajikan dalam bentuk uraian-uraian
atau verbal tidak menggunakan angka-angka (statistic) sebagaimana analisis
kuantitatif.6 Setelah mengkategorisasi permasalahan dan data yang telah ada,
kemudian diuraikan secara sistematis guna memberikan gambaran secara
mendalam mengenai permasalahan yang diteliti kemudian dianalisis untuk
menjawab permasalahan yang diteliti oleh penulis.
5 Maria SW. Sumardjono, 2014, Bahan kuliah Metode Penelitian Ilmu Hukum, Universitas
Gadjah Nada, Yogyakarta, hlm 32 6 Ariesto Hadi Sutopo, 2010, Terampil Mengolah Data Kualitatif, Prenada Media Group,
Jakarta, hlm 24.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kewenangan dan pelaksanaan PPAT dalam memberikan jasa di luar
tugas pokoknya, dan menentukan uang jasa (honoranium) atas
pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok
1. Kewenangan PPAT dalam menjalankan pekerjaan di luar tugas
pokoknya
Pengertian PPAT berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 PJ PPAT
adalah merupakan Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk membuat
akta-akta autentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas
tanah atau hak milik atas satuan rumah susun. PPAT sebagai pejabat umum
memiliki tugas pokok, sebagaimana yang telah diatur Pasal 2 PJ PPAT
sebagai berikut:
(1) PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan
pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah
dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan
dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.
(2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai berikut:
a. Jual beli;
b. Tukar menukar;
c. Hibah;
d. Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
e. Pembagian hak bersama;
f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak
Milik;
g. Pemberian Hak Tanggungan;
h. Pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
34
Berdasarkan pasal tersebut, dapat dipahami bahwa tugas pokok
PPAT hanya terbatas untuk melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran
tanah, yaitu dengan membuat akta autentik atas suatu perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau satuan rumah susun (selanjutnya
disebut dengan akta tanah). Penelitian yang dilakukan penulis, menunjukkan
bahwa selain melaksanakan tugas pokoknya untuk membuat akta tanah,
PPAT juga melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokoknya tersebut.
Pekerjaan di luar tugas pokok yang dilaksanakan PPAT yaitu antara lain
sebagai berikut:
a. Pengurusan permohonan penerbitan sertipikat karena pemecahan suatu
sertipikat hak atas tanah;
b. Pengurusan permohonan penggabungan suatu sertipikat hak atas tanah;
c. Pengecekan sertipikat hak atas tanah di Kantor Pertanahan;
d. Pembayaran pajak-pajak yang timbul karena dilaksanakan suatu
perbuatan hukum atas suatu hak atas tanah, serta pengurusan validasi
pajak;
e. Penurunan hak atas tanah, misalnya dari hak milik menjadi hak guna
bangunan;
f. Roya hak tanggungan atas suatu sertipikat hak atas tanah, yaitu
pembersihan sertipikat dari catatan sedang dijaminkan, dalam hal ini
adalah jaminan hak tanggungan;
PPAT sebagai pejabat umum seharusnya hanya melaksanakan
pekerjaan yang merupakan tugas pokoknya, sebagaimana yang telah
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
35
ditentukan secara khusus di dalam Pasal 2 PJ PPAT yaitu membuat akta
tanah. Dengan demikian, sebenarnya PPAT sebagai pejabat umum tidak
memiliki dasar hukum untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokoknya, karena PPAT tidak diberikan kewenangan untuk melakasanakan
pekerjaan tersebut.
Menurut pendapat yang diberikan oleh narasumber Mustofa bahwa
pekerjaan di luar tugas pokok yang dilakukan oleh PPAT adalah merupakan
pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan kewenangan yang dimiliki
PPAT, namun pekerjaan tersebut selalu ada hubungannya dengan
pelaksanaan tugas pokoknya. Dengan demikian, karena pekerjaan di luar
tugas pokok ada hubungan atau terkait dengan pelaksanaan tugas pokok,
menyebabkan PPAT melaksanakan pekerjaan tersebut di dalam praktek. Hal
tersebut boleh dilakukan oleh PPAT, karena di dalam PJ PPAT tidak ada
ketentuan yang melarang PPAT untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokok.1
M. Ikhwanul Muslimin memberikan pendapat bahwa PPAT sebagai
pejabat umum sebenarnya tidak memiliki kewenangan dan dasar hukum
untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokoknya. PPAT sebagai
pejabat umum hanya dapat memberikan jasa untuk melaksanakan pekerjaan
yang merupakan tugas pokoknya yaitu membuat akta tanah, sebagaimana
yang telah diatur Pasal 2 ayat (1) PJ PPAT. PPAT walaupun tidak memiliki
kewenangan untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok, namun
1 Hasil wawancara Narasumber, Not. Mustofa, SH., M.Kn., Dosen mata kuliah Akta Tanah,
Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, di Jalan Gowongan Lor, No. 38, Jetis, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Sabtu, tanggal 14-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
36
PPAT boleh menerima pekerjaan di luar tugas pokoknya. Hal tersebut
dikarenakan tidak ada ketentuan di dalam PJ PPAT yang mengatur larangan
bagi PPAT menerima pekerjaan di luar tugas pokok.2
Sumendro dalam pendapatnya menjelaskan bahwa PPAT
melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokoknya karena memiliki beberapa
alasan yaitu antara lain:
a. Ketentuan yang ada di dalam PJ PPAT tidak ada yang melarang bagi
seorang PPAT untuk melakukan suatu pekerjaan yang bukan merupakan
tugas pokoknya. Pasal 2 ayat 1 PJ PPAT memang mengatur secara
khusus tugas pokok yang dimiliki oleh PPAT yaitu melaksanakan
sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti
telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun, namun pasal tersebut tidak
mengatur bahwa PPAT dilarang untuk melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokok;
b. Pasal 2 ayat 1 PJ PPAT mengatur mengenai tugas pokok dan
kewenangan PPAT, penggunaan kata tugas pokok tersebut secara implisit
atau tidak langsung menjelaskan bahwa ada tugas lain selain daripada
tugas pokok yang telah ditentukan oleh Pasal tersebut. Tugas lain yang
dimaksud adalah tugas atau pekerjaan yang memiliki hubungan dengan
pembuatan akta tanah, seperti misalnya: PPAT memiliki tugas dan
2 Hasil wawancara Narasumber, M. Ikhwanul Muslimin, Dosen mata kuliah Peraturan
Jabatan PPAT, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, bertempat di Jalan Palagan
Tentara Pelajar, No. 119, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 19-04-
2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
37
kewajiban untuk menyampaikan akta tanah yang telah dibuatnya kepada
Kantor Pertanahan, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 40 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Dengan demikian, penggunaan kata tugas pokok, mengisyaratkan bahwa
PPAT boleh melaksanakan tugas atau pekerjaan selain tugas pokoknya;
c. Pekerjaan di luar tugas pokok yang dilakukan oleh PPAT, sebenarnya
adalah merupakan bentuk bantuan kepada masyarakat. Masyarakat
memiliki persepsi bahwa tugas yang dimiliki PPAT tidak hanya terbatas
pada pembuatan akta tanah saja, dengan demikian masyarakat
menganggap bahwa segala perbuatan hukum mengenai sebidang tanah
adalah pekerjaan PPAT. Masyarakat pada umumnya, meminta bantuan
kepada PPAT untuk memberikan jasa pengurusan dari awal sampai ahkir
proses pelaksanaan suatu perbuatan hukum atas suatu hak atas tanah,
seperti misalnya: Klien yang ingin melakukan jual beli tanah, meminta
bantuan kepada PPAT untuk melakukan pembayaran pajak, validasi
pajak, pengecekan sertipikat hak tanah, pembuatan akta tanah, sampai
dengan penerbitan sertipikat baru atas nama pihak pembeli. Oleh karena
itu, PPAT melakukan pekerjaan di luar tugas pokok adalah bentuk
bantuan kepada masyarakat, dan pekerjaan tersebut selalu berhubungan
dengan proses pembuatan akta tanah;
d. PPAT boleh untuk menerima dan melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokok, namun sebelum menerima pekerjaan tersebut harus memegang 2
pedoman, yaitu:
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
38
1) Profesional, artinya PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokok yang telah diterimanya tersebut, harus dilakukan secara
penuh tanggungjawab dan mampu untuk memperhitungkan bahwa
pekerjaan tersebut mampu untuk dilaksanakan dan diselesaikan oleh
PPAT;
2) Amanah, artinya PPAT sebelum dan sesudah pelaksanaan pekerjaaan
di luar tugas pokoknya harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan
tidak ada rekayasa dalam setiap pelaksanaan pekerjaan di luar tugas
pokok tersebut. 3
Pendapat yang diberikan oleh narasumber Harry Purwanto, bahwa
PPAT diperbolehkan atau tidak melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokok, maka kita lihat terlebih dahulu apakah di dalam PJ PPAT memiliki
ketentuan yang melarang bagi PPAT untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut, dan apakah PPAT sebagai Pejabat Umum memiliki kewenangan
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Dengan demikian, apabila tidak ada
ketentuan di dalam PJ PPAT maupun di dalam peraturan perundang-
undangan lainnya yang melarang bagi seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan di luar tugas pokok, maka pelaksanaan pekerjaan tersebut boleh
untuk dilakukan. Hal tersebut dikarenakan apabila di dalam peraturan
perundangan-undangan tidak ada ketentuan yang melarang untuk
3 Hasil wawancara Narasumber, Sumendro, SH., Ketua Majelis Pengawas Wilayah Ikatan
Pejabat Pembuat Akta, bertempat di Jalan Monumen Jogja Kembali No. 84 B, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 25-06-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
39
melakukan suatu perbuatan hukum, maka perbuatan hukum tersebut dapat
untuk dilaksanakan.4
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis,
menunjukkan berbagai pendapat dari para responden (5 responden PPAT)
mengenai kewenangan PPAT dalam menjalankan pekerjaan di luar tugas
pokok. Para responden (5 responden PPAT) memberikan pendapat bahwa
PPAT sebagai Pejabat Umum boleh menerima maupun melaksanakan
pekerjaan di luar tugas pokok, hal tersebut dikarenakan tidak ada ketentuan
yang melarang bagi PPAT untuk melaksanakan pekerjaan selain dari tugas
pokok membuat akta tanah sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 2 PJ
PPAT.5
Menurut pendapat Hitaprana, seorang PPAT boleh melaksanakan
pekerjaan di luar tugas pokok dan kewenangannya, karena di dalam PJ
PPAT tidak ada ketentuan yang melarang untuk melakukan hal tersebut.
Pekerjaan di luar tugas pokok yang dilakukan oleh seorang PPAT pada
umumnya adalah merupakan pekerjaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan yang merupakan tugas pokoknya yaitu membuat akta tanah.
4 Hasil wawancara Narasumber, Dr. Harry Purwanto, SH., M.Hum, Dosen mata kuliah
Teori Hukum, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, di Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada, Jalan Sosio Yustisia, No.1, Bulaksumur, Catur Tunggal, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta pada hari Kamis, tanggal 28-05-2018. 5 Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat di
Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-04-
2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi Darussalam,
bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis,
tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Triniken
Tyas Tirlin, bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Senin, tanggal 17-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
A. Yossi Ariwibowo, bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin, bertempat di Jalan Ring Road Utara, RT.11/RW.14,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Selasa, tanggal 24-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
40
Dengan demikian, antara pekerjaan di luar tugas pokok dan pekerjaan yang
merupakan tugas pokok seorang PPAT, selalu memiliki hubungan atau
keterkaitan satu sama lainnya.6 Menurut pendapat A. Yossi Ariwibowo
bahwa pekerjaan di luar tugas pokok tersebut sebenarnya adalah merupakan
pekerjaan yang selalu berkaitan dengan kegiatan persiapan PPAT sebelum
membuat akta tanah, misalnya: melakukan pengecekan sertipikat hak atas
tanah, melaksanakan proses penggabungan sertipikat, pembayaran pajak-
pajak dan mengurus validasi pajak.7
Pendapat yang diberikan oleh M. Nurhadi Darussalam, sama dengan
pendapat tersebut di atas. Seorang PPAT boleh atau dapat untuk menerima
dan melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokoknya, walaupun sebenarnya
PPAT tidak memiliki dasar hukum untuk melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokoknya. PPAT tetap boleh melaksanakan pekerjaan tersebut,
dikarenakan di dalam PJ PPAT tidak ada ketentuan yang mengatur
mengenai larangan bagi PPAT untuk melaksanakan segala pekerjaan di luar
tugas pokoknya.8
Esssy Wulan Agutin menambahkan pendapat-pendapat tersebut di
atas bahwa ketentuan di dalam PJ PPAT memang mengatur secara khusus
tugas pokok PPAT yaitu hanyalah membuat akta tanah, sebagaimana yang
6 Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat di
Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-04-
2018. 7 Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) A. Yossi Ariwibowo,
bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari
Kamis, tanggal 12-04-2018. 8 Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi
Darussalam, bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Kamis, tanggal 12-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
41
diatur Pasal 2 PJ PPAT, namun hal tersebut tidaklah bersifat limitative
(terbatas), dengan demikian PPAT boleh saja melaksanakan pekerjaan di
luar tugas pokoknya tersebut. Hal tersebut sepanjang pekerjaan yang
dilakukan PPAT ada kaitannya dengan pelaksanaan tugas pokoknya.
Pekerjaan di luar tugas pokokonya misalnya: pengecekan sertipikat hak atas
tanah di Kantor Pertanahan, pembayaran pajak dan mengurus validasi pajak,
Pengurusan permohonan penerbitan sertipikat karena pemecahan suatu
sertipikat hak atas tanah.9
Kewenangan PPAT pada saat melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokok sebenarnya adalah merupakan kewenangan diri pribadi yang terlepas
dari jabatannya sebagai PPAT. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang
diberikan oleh Triniken Tyas Tirlin bahwa PPAT sebenarnya memiliki
kewenangan untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokoknya.
Kewenangan yang dimaksud tersebut bukanlah kewenangan dia sebagai
PPAT, namun kewenangan dia sebagai orang perorangan (yang terlepas dari
jabatan PPAT) untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Hal tersebut
dikarenakan ketika PPAT melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokoknya,
dia melaksanakannya bukan sebagai PPAT, namun sebagai orang
perorangan (person) yang terlepas dari jabatannya sebagai PPAT. Dengan
demikian, apabila terjadi masalah dalam pelaksanaannya, PPAT tersebut
bertanggungjawab secara pribadi dan tidak ada hubungannya dengan
jabatannya sebagai PPAT. PPAT juga tidak dapat bernaung atau berlindung
9 Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin,
bertempat di Jalan Ring Road Utara, RT.11/RW.14, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Selasa, tanggal 24-04-2018
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
42
di dalam organisasi PPAT (dalam hal ini (IPPAT) Ikatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah), apabila terjadi suatu permasalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan di luar tugas pokok. Hal tersebut dikarenakan, Ikatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah hanya dapat memberikan perlindungan bagi PPAT
ketika ada permasalahan hukum dalam pembuatan akta tanah yang
merupakan tugas pokoknya.10
Berdasarkan penjelasan dan pendapat tersebut diatas, penulis
memiliki pendapat bahwa walaupun di dalam PJ PPAT tidak melarang dan
memperbolehkan PPAT untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokoknya, maka tidak boleh serta merta dinyatakan bahwa pekerjaan
tersebut dapat dilaksanakan oleh PPAT. Larangan yang dimaksud mungkin
terdapat di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang lainnya,
dan ketika larangan tersebut juga tidak terdapat di dalam ketentuan
peraturan perundangan-undangan lainnya, maka kita melihat sumber hukum
lainnya.
Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat yang diberikan oleh
narasumber Ari Hernawan, bahwa PPAT memiliki kewenangan atau tidak
untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok, tentu harus dilihat
kembali ketentuan yang ada di dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang jabatan PPAT. PJ PPAT ketika tidak melarang PPAT
untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok, maka tidak boleh serta
merta menyatakan bahwa PPAT boleh melaksanakan pekerjaan di luar tugas
10
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Triniken Tyas Tirlin,
bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin,
tanggal 17-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
43
pokoknya, karena mungkin larangan tersebut terdapat di dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lain. Ketika PJ PPAT dan peraturan
perundang-undangan lainnya tidak melarang PPAT untuk melaksanakan
pekerjaan di luar tugas pokoknya, maka kita harus melihat sumber hukum
lainnya.11
Sumber hukum lainnya yang dimaksud di atas adalah seperti sumber
hukum kebiasaan yang ada di dalam masyakat. Hal tersebut artinya harus
dapat ditentukan bahwa pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok yang
dilakukan oleh PPAT merupakan kebiasaan yang dapat diterima di dalam
kehidupan masyarakat atau tidak, dan hal tersebut patut dilaksanakan oleh
PPAT atau tidak di dalam masyarakat.
Sumber hukum lainnya yang dimaksud adalah sumber hukum yang
berasal selain dari peraturan perundang-undangan. Bentuk-bentuk sumber
hukum terdapat 5 macam yaitu:
a. Undang-Undang;
b. Kebiasaan;
c. Yurisprudensi;
d. Traktat;
e. Doktrin Hukum.12
Menurut pendapat narasumber Sumendro bahwa PPAT
melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok pada dasarnya adalah
11
Hasil wawancara Narasumber, Prof. Dr. Ari Hernawan, SH., M.Hum, Dosen mata kuliah
Hukum Perjanjian, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, di Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, Jalan Sosio Yustisia, No.1, Bulaksumur, Catur Tunggal, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Sabtu, tanggal 30-06-2018. 12
Umar Said, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, PT. Setara Press, Malang, hlm. 41.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
44
merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh PPAT di dalam praktek.
Kebiasaan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dianggap benar dan
dilakukan oleh mayoritas PPAT, karena pekerjaan tersebut adalah
merupakan rangkaian dan berhubungan dengan proses pembuatan akta. Hal
tersebut juga didukung dengan tidak ada ketentuan di dalam PJ PPAT
maupun di peraturan perundang-undangan lainnya yang melarang bagi
PPAT untuk melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok. 13
Pendapat tersebut di atas didukung dengan pendapat yang diberikan
oleh para responden (5 responden) bahwa seseorang PPAT boleh saja untuk
melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok, karena di dalam PJ PPAT
tidak ada ketentuan yang melarang bagi PPAT untuk melakukan pekerjaan
tersebut. Pekerjaan di luar tugas pokok yang dilaksanakan PPAT biasanya
adalah merupakan pekerjaan yang selalu berkaitan dengan pembuatan akta
tanah yang merupakan tugas pokok PPAT.14
Dengan demikian, dari
penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa PPAT boleh
menerima dan melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok, karena tidak
13
Hasil wawancara Narasumber, Sumendro, SH., Ketua Majelis Pengawas Wilayah Ikatan
Pejabat Pembuat Akta, bertempat di Jalan Monumen Jogja Kembali No. 84 B, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 25-06-2018. 14
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat
di Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-
04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi
Darussalam, bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) Triniken Tyas Tirlin, bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 17-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) A. Yossi Ariwibowo, bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin, bertempat di Jalan Ring Road Utara,
RT.11/RW.14, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Selasa, tanggal 24-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
45
ada larangan di dalam PJ PPAT maupun di peraturan perundang-undangan
lainnya, dan hal tersebut telah menjadi kebiasaan PPAT di dalam praktek.
2. Hubungan hukum antara PPAT dengan Klien, dalam pelaksanaan
pekerjaan di luar tugas pokok PPAT
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, menunjukkan
bahwa hubungan hukum antara PPAT dengan klien mengenai pemberian
jasa yang dilakukan PPAT, baik jasa yang merupakan tugas pokoknya,
maupun jasa di luar tugas pokoknya, selalu diikat dengan perjanjian
pemberian jasa. Menurut pendapat narasumber Ari Hernawan, hubungan
hukum antara PPAT dengan klien, lahir dari perjanjian pemberian jasa. Hal
ini terlihat dari kesepakatan yang disepakati oleh para pihak, yaitu PPAT
sepakat untuk memberikan jasa membuat akta tanah kepada klien,
sedangkan klien sepakat memberikan uang jasa (honoranium) kepada
PPAT.15
Di dalam praktek pembuatan perjanjian pemberian jasa antara PPAT
dan klien tersebut dibuat secara lisan. Kesepakatan untuk pemberian jasa
yang merupakan tugas pokok dan jasa di luar tugas pokok, selalu dibuat
secara bersamaan di dalam satu perjanjian pemberian jasa. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat para responden (5 responden) mengenai hubungan
hukum antara PPAT dan klien, dan pembuatan perjanjian pemberian jasa
atas pekerjaan di luar tugas pokok PPAT.
15
Hasil wawancara Narasumber, Prof. Dr. Ari Hernawan, SH., M.Hum., Dosen mata kuliah
Hukum Perjanjian, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, di Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, Jalan Sosio Yustisia, No.1, Bulaksumur, Catur Tunggal, Sleman ,
Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 23-04-2018
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
46
Menurut pendapat semua responden (5 responden), bahwa PPAT
dalam memberikan pelayanan jasa, baik yang merupakan tugas pokoknya
yaitu membuat akta tanah, maupun di luar tugas pokok tersebut, selalu
dibuat dengan perjanjian pemberian jasa. Perjanjian tersebut biasanya hanya
berupa lisan saja, artinya tidak ada perjanjian secara tertulis yang dibuat
antara PPAT dengan klien. Perjanjian pemberian jasa tersebutlah yang
nantinya akan menimbulkan hubungan hukum antara PPAT dengan klien.
Kesepakatan yang ada di dalam perjanjian pemberian jasa tersebut, yang
digunakan dasar hukum bagi PPAT untuk melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokoknya. 16
Menurut pendapat A. Yossi Ariwibowo, PPAT sebelum memberikan
jasa membuat akta tanah maupun melakukan pekerjaan di luar tugas pokok,
selalu diawali dengan pembuatan perjanjian pemberian jasa. Perjanjian
pemberian jasa yang dibuat antara PPAT dan klien, di dalamnya terdapat
kesepakatan mengenai jasa atau pekerjaan apa saja yang akan dilakukan
oleh PPAT, dan besarnya honoranium. Jasa yang merupakan tugas pokok
PPAT maupun di luar tugas pokok PPAT selalu disepakati di dalam satu
perjanjian pemberian jasa. Hal tersebut karena kedua macam pekerjaan
16
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat
di Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-
04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi
Darussalam, bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) Triniken Tyas Tirlin, bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 17-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) A. Yossi Ariwibowo, bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin, bertempat di Jalan Ring Road Utara,
RT.11/RW.14, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Selasa, tanggal 24-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
47
tersebut selalu memiliki kaitan satu dengan yang lainnya. Perjanjian
pemberian jasa tersebut cukup dibuat dengan lisan saja tanpa dengan
pembuatan perjanjian secara tertulis.17
Hitaprana dalam pendapatnya memberikan penjelasan bahwa
pembuatan perjanjian pemberian jasa secara lisan dilakukan karena hal
tersebut sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh PPAT di dalam
praktek. Sebagian PPAT ada yang membuat perjanjian pemberian jasa
tersebut secara tertulis (surat di bawah tangan), namun hal tersebut jarang
sekali dilakukan.18
Di dalam pendapat yang diberikan oleh Triniken Tyas Tirlin
menjelaskan bahwa alasan pembuatan perjanjian pemberian jasa dibuat
secara lisan tidak hanya merupakan kebiasaan di dalam praktek, namun juga
merupakan efektifitas waktu dan merupakan kehendak PPAT dan klien
untuk membuat perjanjian tersebut hanya secara lisan. Pada umumnya
ketika klien datang ke kantor PPAT dan menjelaskan kehendak dan
kepentingannya kepada PPAT, selanjutnya apabila PPAT menghendaki
untuk memberikan pelayanan jasa pengurusan hal yang menjadi kehendak
klien tersebut, maka sejak itu perjanjian pemberian jasa telah lahir.19
17
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) A. Yossi Ariwibowo,
bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari
Kamis, tanggal 12-04-2018 18
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat
di Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-
04-2018. 19
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Triniken Tyas Tirlin,
bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin,
tanggal 17-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
48
Pendapat yang diberikan M. Nurhadi Darussalam sama dengan
pendapat-pendapat tersebut diatas bahwa perjanjian pemberian jasa antara
PPAT dan klien cukup hanya dibuat secara lisan. Perjanjian yang dibuat
secara lisan cukup untuk melahirkan perikatan antara PPAT dengan klien,
dan dengan pembuatan perjanjian secara lisan dipandang lebih efektif waktu
jika dibandingkan harus dibuat perjanjian secara tertulis. Perikatan antara
PPAT dan klien tersebut diatas, dilahirkan dari perjanjian pemberian jasa
yang dibuat antara klien dan PPAT. Perjanjian pemberian jasa tersebut
dikatakan telah lahir manakala telah ada kesepatakan dari PPAT dan klien.
Kesepakatan antara PPAT dan klien ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a) PPAT menyanggupi dan sepakat untuk memberikan jasa kepada klien,
dalam pengurusan setiap hal-hal yang dikehendaki oleh klien, baik jasa
yang merupakan tugas pokok maupun jasa di luar tugas pokok;
b) Klien menyepakati bahwa PPAT yang bersangkutan akan memberikan
jasa kepadanya;
c) PPAT dan klien menyetujui besarnya honoranium yang akan diterima
oleh PPAT;
d) Klien memberikan kuasa dengan surat kuasa untuk mengurus segala
kepentingan-kepentingannya. Hal ini biasanya berkaitan dengan
pengurusan jasa di luar tugas pokok PPAT, misalnya: Pengambilan
sertipikat hak atas tanah yang baru atas nama pembeli. Agar PPAT dapat
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
49
mengambil sertipikat tersebut, klien memberikan kuasa untuk mengambil
sertipikat tersebut. 20
Penulis memberikan pendapat bahwa perjanjian pemberian jasa yang
dibuat secara lisan, memang lebih efektif dalam pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh PPAT. Efektif yang dimaksud tersebut adalah efektif waktu
dan biaya yang timbul karena pembuatan perjanjian secara tertulis. Hal yang
perlu diperhatikan adalah perjanjian secara lisan memiliki kesulitan dalam
hal pembuktian mengenai hak dan kewajiban yang ada di dalam perjanjian
tersebut. Dengan demikian PPAT harus memiliki kehati-hatian dalam
menjalankan pekerjaan yang merupakan tugas pokoknya maupun tugas di
luar tugas pokoknya.
Essy Wulan Agustin di dalam pendapatnya menjelaskan bahwa
untuk kehati-hatian seorang PPAT dalam menjalankan pekerjaannya yang di
dasarkan pada perjanjian pemberian jasa secara lisan, PPAT harus memiliki
backup atau berkas yang dapat membuktikan apa saja yang disepakati di
dalam perjanjian tersebut. Langkah yang dapat dilakukan PPAT untuk
kehati-hatiannya yaitu antara lain:
a. PPAT merekam dengan alat perekam percakapan mengenai pernyataan
sepakat mengenai hak dan kewajiban pada saat pembuatan perjanjian
pemberian kerja. Dengan demikian PPAT memiliki bukti rekaman
tersebut, apabila terjadi masalah dikemudian hari dalam hal pelaksanaan
perjanjian pemberian kerja tersebut;
20
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi
Darussalam, bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Kamis, tanggal 12-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
50
b. Mengenai honoranium selalu ditulis di dalam suatu nota atau catatan, dan
nota tersebut di tanda tangani oleh PPAT dan klien. Hal tersebut
dilakukan untuk menjadi bukti kesepakatan mengenai berapa besarnya
honoranium, selain itu sebagai rincian mengenai pembedaan mana yang
merupakan honoranium pembuatan akta tanah dengan pekerjaan di luar
tugas pokok PPAT. 21
Berdasarkan pendapat-pendapat yang diberikan oleh para responden
(5 responden) tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
hubungan hukum antara PPAT dan klien dalam pelaksanaan pekerjaan di
luar tugas pokok, lahir dari perjanjian pemberian jasa tertentu. Perjanjian
pemberian jasa ini diatur pada Pasal 1601 KUHPerdata, yang berbunyi:
Selain persetujuan untuk menyelenggarakan beberapa jasa yang
diatur oleh ketentuan-ketentuan khusus untuk itu dan oleh syarat-
syarat ini tidak ada, persetujuan yang diatur menurut kebiasaan, ada
dua macam persetujuan, dengan mana pihak kesatu mengikatkan diri
untuk mengerjakan suatu pekerjaan bagi pihak lain dengan
menerima upah, yakni: perjanjian kerja dan perjanjian pemborongan
kerja”
Perjanjian pemberian jasa tersebut di dalam praktek lazimnya hanya
dibuat secara lisan antara PPAT dengan klien. Perjanjian pemberian jasa
yang dibuat secara lisan tersebut, pada hakekatnya sah dan boleh untuk
dilaksanakan. Suatu perjanjian boleh dibuat secara tertulis maupun secara
tidak tertulis, yang membedakan antara keduanya hanyalah dalam hal
pembuktian atas perjanjian yang dibuat. Perjanjian secara tertulis tentu
sangat mudah untuk dilakukan pembuktian apabila ada salah satu pihak
21 Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin,
bertempat di Jalan Ring Road Utara, RT.11/RW.14, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Selasa, tanggal 24-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
51
yang melakukan wanprestasi dikemudian hari, jika dibandingkan dengan
perjanjian yang dibuat hanya lisan saja.22
Keabsahan suatu perjanjian tidak ditentukan oleh tertulis atau
tidak tertulisnya suatu perjanjian, namun apabila telah memenuhi
syarat sah perjanjian. Perjanjian pemberian jasa secara lisan tersebut
sah apabila perjanjian tersebut memenuhi syarat sah perjanjian. Pasal
1320 KUHPerdata menentukan adanya 4 (empat) syarat sahnya
suatu perjanjian, yaitu:
a. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya (de toesteming van
degenen die zich verbinden);
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (de bekwaamheid om
eene verbintenis aan te gaan);
c. Suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp); dan
d. Kausa yang halal (eene geoorloddfde oorzaak). 23
Perjanjian pemberian jasa inilah yang menjadi dasar bagi PPAT
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di luar tugas pokok. Berdasarkan
hasil penelitian dari para responden (5 responden), bahwa di dalam
perjanjian pemberian jasa ini disepakati mengenai:
a. Pekerjaan apa saja yang akan dilaksanakan oleh PPAT. Pekerjaan yang
dimaksud tersebut adalah pekerjaan yang merupakan tugas pokok
maupun diluar tugas pokok, karena PPAT tidak mungkin menerima
pekerjaan di luar tugas pokok tanpa adanya pekerjaan yang merupakan
tugas pokoknya. Hal tersebut karena pekerjaan di luar tugas pokok selalu
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan tugas pokok PPAT.
Pekerjaan yang merupakan tugas pokok maupun di luar tugas pokok
22
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-
Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press,
Denpasar-Bali, hlm. 76. 23
Ridwan Khairandy, 2012, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan
(Bagian Pertama), Fakultas Hukum UII Press, Yogyakarta, hlm. 151.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
52
selalu disepakati dalam satu perjanjian pemberian jasa, dan hanya dalam
bentuk lisan antara PPAT dan klien;
b. Besarnya honoranium yang akan dibayarkan oleh klien kepada PPAT.
Penentuan honoranium tersebut tentu dibedakan antara honoranium
pelaksanaan pekerjaan yang merupakan tugas pokok dan pekerjaan di
luar tugas pokok.
3. Pelaksanaan PPAT dalam memberikan jasa pengurusan pekerjaan di
luar tugas pokok
Pelaksanaan segala pekerjaan di luar tugas pokok yang dilakukan
oleh PPAT tidak diatur di dalam PJ PPAT. Oleh karena itu, di dalam
penelitian ini penulis mengkaji mengenai PPAT dalam melaksanakan
pekerjaan di luar tugas pokoknya, dan pekerjaan di luar tugas pokok apa
saja yang dilaksanakan oleh PPAT di dalam praktek.
Berdasarkan pendapat yang diberikan oleh para responden (5
responden), bahwa pekerjaan di luar tugas pokok biasanya adalah
merupakan kegiatan atau hal-hal yang berhubungan dengan persiapan
pembuatan akta tanah. Dengan demikian kegiatan tersebut tidak dapat
dipisahkan dengan proses pembuatan akta tanah yang dilakukan oleh
PPAT.24
24
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat
di Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-
04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi
Darussalam, bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) Triniken Tyas Tirlin, bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 17-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) A. Yossi Ariwibowo, bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
53
Menurut pendapat A.Yossi Ariwibowo bahwa pekerjaan di luar
tugas pokok yang dilakukan oleh PPAT tersebut, selalu berkaitan dengan
persiapan pelaksanaan tugas pokoknya yaitu membuat akta tanah. Pekerjaan
di luar tugas pokok yang sering dilaksanakan PPAT di dalam praktek, yaitu
antara lain:
a. Proses pemecahan sertipikat suatu hak atas tanah;
b. Pembayaran pajak dan proses validasi pajak;
c. Pengurusan permohonan penerbitan sertipikat karena pemecahan suatu
sertipikat hak atas tanah;
d. Pengurusan permohonan penggabungan suatu sertipikat hak atas tanah;
e. Pengecekan sertipikat hak atas tanah di Kantor Pertanahan;
f. Pembayaran pajak-pajak yang timbul karena dilaksanakan suatu
perbuatan hukum atas suatu hak atas tanah, serta pengurusan validasi
pajak;
g. Penurunan hak atas tanah, misalnya dari hak milik menjadi hak guna
bangunan; 25
Menurut pendapat M. Nurhadi Darussalam, bahwa pekerjaan atau
kegiatan tersebut di atas sebenarnya dapat dilakukan sendiri pengurusannya
oleh para pihak (klien), karena hal tersebut adalah merupakan kepentingan
dan kewajiban yang harus dilakukan sendiri oleh para pihak (klien). Di
dalam praktek. PPAT selalu memberitahukan dan mempersilahkan terlebih
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin, bertempat di Jalan Ring Road Utara,
RT.11/RW.14, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Selasa, tanggal 24-04-2018. 25
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) A. Yossi Ariwibowo,
bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari
Kamis, tanggal 12-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
54
dahulu kepada para pihak (klien) untuk mengurus sendiri hal-hal yang
menjadi kepentingan dan kewajibannya tersebut, misalnya: para pihak
dipersilahkan untuk membayar sendiri pajak dan mengurus validasi
pajaknya sendiri, sebelum PPAT membuat akta tanah.26
Pendapat yang diberikan oleh Essy Wulan Agustin, sama dengan
pendapat tersebut di atas bahwa PPAT sebelum menerima pekerjaan di luar
tugas pokoknya, PPAT harus menjelaskan terlebih dahulu bahwa
sebenarnya pekerjaan di luar tugas pokok PPAT, dapat dilakukan sendiri
oleh para pihak atau klien. Dengan demikian tanpa peran seorang PPAT,
(klien) dapat mengurus atau melaksanakan sendiri kegiatan tersebut. PPAT
selain hal tersebut juga harus menjelaskan bahwa apabila klien yang
mengurus sendiri biaya yang akan dikeluarkan untuk pengurusan kegiatan
tersebut akan lebih kecil.27
PPAT di dalam praktek baru dapat melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokok, ketika klien meminta bantuan kepada PPAT untuk mengurus
segala kepentingan atau kegiatan sebagaimana yang dijelaskan di atas. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat yang diberikan oleh Triniken Tyas Tirlin,
bahwa PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok bukan
berdasarkan inisiatif dirinya sendiri untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Hal tersebut dikarenakan pelaksanan pekerjaan di luar tugas pokok selalu
26
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi
Darussalam, bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Kamis, tanggal 12-04-2018. 27
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin,
bertempat di Jalan Ring Road Utara, RT.11/RW.14, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Selasa, tanggal 24-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
55
berawal dari kehendak dan permintaan bantuan dari klien kepada PPAT,
untuk mengurus hal-hal yang menjadi kepentingannya terkait pelaksanaan
suatu perbuatan hukum tertentu terhadap hak atas tanah. Ketika klien telah
menghendaki hal tersebut, maka PPAT dapat melaksanakan pembuatan akta
disertai dengan pengurusan hal-hal yang berkaitan dengan pendaftaran tanah
yang merupakan pekerjaan di luar tugas pokoknya. Dengan demikian, PPAT
di dalam praktek jarang sekali melakukan pekerjaan di luar tugas pokok
yang tidak berkaitan dengan pekerjaan yang merupakan tugas pokoknya.
Hal tersebut dikarenakan pekerjaan di luar tugas pokok PPAT selalu
berawal dari permintaan bantuan dari klien untuk mengurus hal-hal yang
menjadi kepentingannya terkait pelaksanaan suatu perbuatan hukum tertentu
terhadap hak atas tanah. 28
Pendapat tersebut diatas sama dengan pendapat yang diberikan oleh
Hitaprana, bahwa PPAT mengurus pekerjaan di luar tugas pokoknya,
manakala para pihak atau klien meminta bantuan PPAT untuk melakukan
pengurusan terhadap kepentingan dan kewajiban yang dimiliki klien.
Dengan demikian, PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokok adalah merupakan bentuk bantuan yang diberikan PPAT kepada
klien.29
28
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Triniken Tyas Tirlin,
bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin,
tanggal 17-04-2018. 29
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat
di Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-
04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
56
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pekerjaan di
luar tugas pokok PPAT adalah merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan persiapan pembuatan akta tanah. Menurut pendapat Triniken Tyas
Tirlin bahwa pekerjaan di luar tugas pokok PPAT tidak hanya kegiatan yang
berhubungan dengan persiapan pembuatan akta tanah, namun juga dapat
berupa kegiatan setelah akta tanah selesai dibuat oleh PPAT yaitu
pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan. Contoh pelaksanaan pekerjaan di
luar tugas pokok yang dilakukan oleh PPAT misalnya: perbuatan hukum
jual beli tanah, PPAT sebelum menerima pekerjaan untuk membuat akta
tanah, selalu terlebih dahulu menjelaskan kepada klien mengenai bagaimana
proses sebelum pembuatan akta tanah, pada saat pembuatan akta tanah, dan
nanti sampai ahkirnya dilakukannya proses pendaftaran di Kantor
Pertanahan, yaitu sebagai berikut:
a. Proses sebelum pembuatan akta tanah sering dikenal dengan proses
persiapan pembuatan akta yaitu:
1) Pengecekan identitas para pihak yang menghadap kepada PPAT,
yang nantinya pihak-pihak tersebut menjadi para pihak (penghadap)
di dalam akta PPAT. Dalam pengecekan identitas para pihak ini
dilakukan dengan cara melihat kartu tanda penduduk masing-masing
pihak.
2) Pengecekan syarat-syarat dan dokumen pendukung untuk pembuatan
akta-akta tanah. Dokumen-dokumen pendukung yang perlu untuk
dicek kembali oleh PPAT, misalnya untuk perbuatan hukum jual beli
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
57
tanah, yaitu: Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami dan istri pihak
penjual dan pembeli, Akta Nikah bagi yang telah menikah, Kartu
Keluarga pihak penjual dan pembeli, Sertipikat hak atas tanah yang
nantinya akan menjadi objek jual beli di dalam akta, NPWP para
pihak, yaitu pihak penjual dan pembeli.
3) Pembayaran dan validasi pajak yang timbul karena dilakukannya
suatu perbuatan hukum tertentu atas suatu hak atas tanah yaitu: PPh
(Pajak Penghasilan), dan BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah
Dan Bangunan);.
b. Pembuatan akta tanah adalah merupakan tugas pokok yang dimiliki
PPAT. PPAT dapat membuat akta-akta tanah setelah segala syarat-
syarat dan dokumen pendukung telah terpenuhi serta pembayaran pajak-
pajak dan validasi pajak telah dilaksanakan.
c. Proses pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan, yaitu penyampaian akta
tanah yang telah dibuat dan ditanda tangani oleh para pihak (klien), guna
dilakukannya pendaftaran. Penyampaian akta-akta tanah ini adalah
merupakan kewajiban yang dimiliki oleh PPAT dalam jangka waktu 7
hari kerja sejak ditandatanganinya akta, sebagaimana yang telah diatur
di dalam Pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, tentang
pendaftaran tanah. Akan tetapi, penyampaian akta tanah tersebut guna
pendaftaran dapat dilakukan sendiri oleh para pihak (klien). Apabila
para pihak ingin menyampaikan sendiri akta tanah tersebut, maka PPAT
akan membuat surat pernyataan dan berita acara penyerahan akta tanah,
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
58
bahwa para pihaklah yang akan menyampaikan sendiri akta tanah
tersebut kepada Kantor Pertanahan guna pendaftaran tanah. 30
Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat dari para responden (5
responden) tersebut diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pekerjaan diluar tugas pokok yang dilakukan oleh PPAT adalah merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan persiapan pembuatan akta tanah sampai
dengan proses pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan selesai
dilakukan. Dengan demikian pekerjaan di luar tugas pokok dalam
pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
merupakan tugas pokok PPAT. Pekerjaan di luar tugas pokok yang sering
dilaksanakan PPAT di dalam praktek, yaitu:
a. Pengecekan sertipikat hak atas tanah di Kantor Pertanahan, untuk
mengetahui kebenaran pihak pemilik hak atas tanah (penjual), serta
bagaimana status sertipikat tersebut;
b. Pembayaran pajak-pajak yang timbul karena pelaksanaan perbuatan
hukum jual beli, yaitu: PPh (Pajak Penghasilan), dan BPHTB (Bea
Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan);
c. Pengurusan permohonan penerbitan sertipikat karena pemecahan suatu
sertipikat hak atas tanah;
d. Pengurusan permohonan penggabungan suatu sertipikat hak atas tanah;
e. Penurunan hak atas tanah, misalnya dari hak milik menjadi hak guna
bangunan;
30
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Triniken Tyas Tirlin,
bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin,
tanggal 17-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
59
f. Pengurusan turun waris atas suatu bidang tanah kepada ahli waris.
g. Pengambilan sertipikat hak atas tanah yang baru diterbitkan, setelah
proses pendaftaran tanah selesai dilaksanakan.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut berdasarkan pendapat para responden
(5 responden) pada hakekatnya adalah merupakan merupakan kegiatan yang
merupakan kewajiban atau kepentingan yang seharusnya dilaksanakan oleh
para pihak (klien), sehingga tanpa peran seorang PPAT, para pihak (klien)
dapat mengurus atau melaksanakan sendiri kegiatan tersebut. Dengan
demikian, PPAT selalu mempersilahkan kepada klien untuk mengurus
sendiri kegiatan tersebut.
PPAT melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok adalah bentuk
pertolongan dan pelayanan kepada klien yang datang ke kantornya. Hal
tersebut dikarenakan klien yang meminta pertolongan kepada PPAT untuk
melakukan pengurusan setiap kegiatan-kegiatan tersebut diatas yang
menjadi kewajiban dan kepentingan pihak klien itu sendiri. Klien meminta
bantuan kepada PPAT untuk mengurus segala kepentingan dan
kewajibannya sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, karena klien tidak
memahami dan mengerti mengenai pengurusan kepentingan dan kewajiban
tersebut.
Penulis memiliki pendapat bahwa apabila kepentingan dan
kewajiban yang dimiliki oleh klien tersebut dilakukan pengurusannya oleh
PPAT, akan lebih efektif mengenai waktu dan tepatnya prosedur dalam
pelaksanaannya, walaupun dengan bantuan PPAT dalam pengurusannya
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
60
tentu biaya yang dikeluarkan klien akan lebih besar jika dibandingkan klien
mengurus sendiri kepentingan dan kewajiban tersebut. Hal tersebut
dikarenakan PPAT tentu akan lebih paham mengenai prosedur dalam hal
pelaksanaan kepentingan dan kewajiban tersebut, seperti misalnya:
a. Permohonan pemecahan suatu sertipikat hak atas tanah
Pemecahan suatu sertipikat hak atas tanah pada hakekatnya
bukanlah kewenangan PPAT untuk melakukan hal tersebut dan juga
bukan merupakan tugas pokok PPAT. Pemecahan sertipikat hak atas
tanah ini dilakukan manakala klien menghendaki untuk melakukan suatu
perbuatan hukum atas sebagian dari bidang tanah yang dimilikinya.
Dengan demikian pemecahan sertifikat harus dilakukan terlebih dahulu
oleh klien, sebelum dibuatkan akta tanah oleh PPAT untuk nantinya
digunakan dasar pendaftaran tanah.
Berdasarkan penjelasan diatas pada hakekatnya pemecahan suatu
sertipikat hak atas tanah adalah merupakan kepentingan dan kewajiban
yang harus dilakukan sendiri oleh klien. Klien yang tidak memahami
hukum mengenai pendaftaran tanah, tentu tidak mengerti prosedur
mengenai pengajuan permohonan pemecahan sertifikat, dokumen yang
harus dipersiapkan untuk mengurus pemecahan sertifikat tersebut. Oleh
karena itu klien meminta bantuan kepada PPAT, karena PPAT yang
paham mengenai prosedur mengenai pemecahan suatu sertipikat hak atas
tanah.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
61
b. Pembayaran pajak dan validasi
Pelaksanaan perbuatan hukum atas suatu hak atas tanah, akan
menimbulkan pajak-pajak yang harus dibayarkan oleh pihak yang
berkepentingan. Hal tersebut misalnya dalam hal perbuatan hukum jual
beli atas sebidang tanah, maka pajak yang akan timbul adalah pajak
penghasilan (PPh) yang harus dibayarkan oleh pihak pembeli, dan bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) yang harus dibayarkan
oleh pihak pembeli.
Klien pada umumnya tidak mengerti mengenai pajak-pajak tersebut
diatas. PPAT yang lebih memahami mengenai cara penghitungan pajak
tersebut, prosedur mengenai pembayaran pajak tersebut, dan dokumen
apa saja yang harus dipersiapkan untuk mengurus pembayaran pajak
tersebut. Pajak-pajak tersebut setelah dibayarkan, harus dilakukan
validasi pajak, dan klien juga tidak paham mengenai hal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis memiliki pendapat bahwa
PPAT melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok yang sebenarnya
merupakan kepentingan dan kewajiban yang dimiliki oleh klien adalah
merupakan hal yang wajar untuk dilakukan oleh PPAT. Hal tersebut
dikarenakan PPAT yang lebih memahami pengurusan atas kepentingan
dan kewajiban tersebut, selain itu juga ketika PPAT yang melakukan
pengurusan hal tersebut akan lebih cepat selesai proses pengurusannya.
Disamping hal tersebut, klien memiliki persepsi bahwa tugas yang
dimiliki PPAT tidak hanya terbatas pada pembuatan akta tanah saja,
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
62
dengan demikian masyarakat menganggap bahwa segala perbuatan
hukum yang berkaitan dengan tanah adalah pekerjaan PPAT. Dengan
demikian klien pada umumnya, meminta bantuan kepada PPAT untuk
memberikan jasa pengurusan dari awal sampai ahkir proses pelaksanaan
suatu perbuatan hukum atas suatu hak atas tanah, seperti misalnya: Klien
yang ingin melakukan jual beli tanah, meminta bantuan kepada PPAT
untuk melakukan pembayaran pajak, validasi pajak, pengecekan
sertipikat hak tanah, pembuatan akta tanah, sampai dengan penerbitan
sertipikat baru atas nama pihak pembeli. Dengan demikian pelaksanaan
pekerjaan di luar tugas pokok tersebut wajar dilakukan oleh PPAT, sebab
pekerjaan tersebut selalu berhubungan pelaksanaan tugas pokoknya
untuk membuat akta tanah.
4. Penentuan honoranium (uang jasa) atas pelaksanaan pekerjaan di luar
tugas pokok PPAT
Penentuan besarnya honoranium terhadap pelaksanaan pekerjaan di
luar tugas pokok PPAT, tidak diatur di dalam PJ PPAT. Di dalam PJ PPAT
hanya terdapat ketentuan yang mengatur besarnya honoranium bagi PPAT
terkait dengan setiap pelaksanaan tugas pokok membuat akta tanah. Hal
tersebut sebagaimana yang telah diatur pada Pasal 32 PJ PPAT, yaitu PPAT
hanya dapat menentukan honoranium maksimal 1% (satu persen) dari harga
transaksi yang ada di dalam akta autentik yang dibuatnya. Berdasarkan hasil
penelitian, penentuan besarnya honoranium terhadap pelaksanaan pekerjaan
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
63
di luar tugas PPAT berdasarkan kesepakatan yang ada di dalam perjanjian
pemberian jasa yang dibuat antara PPAT dengan para pihak (klien).
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang diberikan oleh para
responden (5 responden), bahwa besarnya honoranium yang harus
dibayarkan klien kepada PPAT ditentukan berdasarkan kesepakatan di
dalam perjanjian pemberian jasa. Di dalam perjanjian pemberian jasa selalu
disepakati mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh PPAT, dan
besarnya honoranium yang harus dibayarkan oleh klien. Penentuan besarnya
honoranium untuk pekerjaan di luar tugas pokok berbeda dengan
honoranium untuk pekerjaan yang merupakan tugas pokok. Perbedaan
tersebut terdapat pada nilai maksimal honoranium yang dapat diterima
PPAT, untuk honoranium atas pekerjaan di luar tugas pokok tidak terdapat
nilai maksimal besarnya honoranium. Hal tersebut dikarenakan di dalam
pasal 32 PJ PPAT hanya mengatur mengeni nilai maksimal honoranium
atas pelaksanaan pekerjaan yang merupakan tugas pokok.31
Menurut pendapat A. Yossi Ariwibowo, penentuan besarnya
honoranium PPAT, di dalam praktek selalu ditentukan berdasarkan
kesepakatan yang ada di dalam perjanjian pemberian jasa antara PPAT
31
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat
di Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-
04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi
Darussalam, bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) Triniken Tyas Tirlin, bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 17-04-2018. Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) A. Yossi Ariwibowo, bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-04-2018. Hasil wawancara responden
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin, bertempat di Jalan Ring Road Utara,
RT.11/RW.14, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Selasa, tanggal 24-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
64
dengan klien.32
Menurut pendapat Hitaprana, bahwa Kesepakatan tersebut
ditentukan antara klien dan PPAT didasarkan pada kepatutan dan
kepantasan. Parameter atau ukuran yang dapat digunakan PPAT
menentukan mengenai kepatutan dan kepantasan dalam menentukan
besarnya honoranium tersebut, adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesulitan bagi PPAT untuk melaksanakan pengurusan kegiatan
di luar tugas pokok. Pekerjaan di luar tugas pokok yang memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi tentu akan berbeda dengan pekerjaan yang tingkat
kesulitannya lebih rendah, seperti misalnya: PPAT yang melaksanakan
pekerjaan untuk mengurus permohonan pemecahan sertipikat atas suatu
hak atas tanah, tentu akan berbeda tingkat kesulitan ketika PPAT hanya
melaksanakan pekerjaan pembayaran pajak. Honoranium kedua
pekerjaan tersebut tentu akan berbeda besarnya;
b. PPAT juga mendasarkan pada waktu pelaksanaan pekerjaan di luar tugas
pokok yang dilakukannya. Pekerjaan yang memiliki prosedur yang lebih
panjang tentu memiliki waktu pelaksanaan yang relatif lama. Dengan
demikian besarnya honoranium atas pekerjaan yang memiliki waktu
pelaksanaan yang lebih lama, akan berbeda dengan pekerjaan yang
memiliki waktu pelaksanaan yang lebih singkat;
c. Kemampuan ekonomi dari para pihak atau klien, artinya PPAT harus
dapat menilai kemampuan kliennya dari segi ekonomi. Hal tersebut ada
kaitannya dengan kemampuan klien untuk membayar honoranium PPAT.
32
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) A. Yossi Ariwibowo,
bertempat di Jalan Tantular, Blok CC, No. 316, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari
Kamis, tanggal 12-04-2018
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
65
PPAT jika memandang kliennya memiliki kemampuan ekonomi yang
rendah, tentu PPAT harus menetapkan honoranium lebih rendah daripada
honoranium yang harus dibayarkan oleh klien yang memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih tinggi. Hal tersebut adalah bentuk
bantuan terhadap klien, jangan sampai honoranium yang ditetapkan
membebankan kliennya. 33
Menurut pendapat Essy Wulan Agustin, di dalam praktek ukuran
kepatutan dan kewajaran bagi PPAT dalam menentukan besarnya
honoranium atas pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok dapat
ditentukan berdasarkan yaitu antara lain:
a. Dilihat tingkat kesulitan dan apa saja yang pekerjaan-pekerjaan di luar
tugas pokok yang dilakukan PPAT.
b. Biaya operasional dalam pengurusan pekerjaan di luar tugas pokok yang
akan dilakukan PPAT. PPAT dalam menetapkan besarnya honoranium
tentu disesuaikan dengan besarnya biaya operasional kantor dalam
pengerjaan pekerjaan tersebut. Hal tersebut karena biaya operasional
kantor diambil dari bagian honoranium yang diterima oleh PPAT.
c. Kemampuan ekonomi dari para pihak atau klien.34
Pendapat yang diberikan M. Nurhadi menambahkan pendapat-
pendapat tersebut di atas, bahwa kepatutan dan kepantasan artinya
33
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat
di Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-
04-2018. 34
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Essy Wulan Agustin,
bertempat di Jalan Ring Road Utara, RT.11/RW.14, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Selasa, tanggal 24-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
66
honoranium yang ditetapkan oleh PPAT harus pantas sesuai dengan jasa
yang diberikan oleh PPAT kepada klien, dan dinilai wajar sesuai dengan
fasilitas dan jasa yang diterima klien dari PPAT. Hal tersebut juga dilihat
dari kemampuan ekonomi klien, sehingga honoranium tidak terlalu
membebani klien. Hal ini juga harus diperhatikan, bahwa jangan sampai
penentuan honoranium dibawah kewajaran, sehingga menciptakan
persaingan yang tidak sehat diantara PPAT.35
Menurut pendapat Triniken Tyas Tirlin, PPAT yang melaksanakan
pekerjaan pembuatan akta tanah saja, dengan PPAT yang melaksanakan
pekerjaan pembuatan akta tanah disertai pengurusan kegiatan di luar tugas
pokoknya, tentu berbeda dalam menentukan besar honoraniumnya.
Perbedaan tersebut terletak pada cara menentukan besarnya honoranium.36
PPAT yang hanya melaksanakan pekerjaan membuat akta tanah
saja, dalam menentukan besarnya honoranium harus sesuai dengan Pasal 32
PJ PPAT. Dengan demikian, PPAT hanya berhak menerima honorarium
maksimal 1 % (satu persen) dari harga transaksi, sebagaimana yang telah
diatur Pasal 32 PJ PPAT tersebut. Sedangkan bagi PPAT yang
melaksanakan pekerjaan membuat akta disertai dengan pengurusan hal-hal
di luar tugas pokok, tentu lebih dari 1% (satu persen). Penentuan
honoranium lebih dari 1% (satu persen) disebabkan karena adanya
35
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) H. Nurhadi
Darussalam, bertempat di Jalan Gejayan, CT. X/70, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
hari Kamis, tanggal 12-04-2018. 36
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Triniken Tyas Tirlin,
bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin,
tanggal 17-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
67
penambahan honoranium bagi PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokoknya, sehingga melebihi dari 1% (satu persen). Penentuan
honoranium tersebut, tentu harus dipisahkan antara honoranium pembuatan
akta dan pekerjaan di luar tugas pokoknya, sebagai berikut:
a. Honoranium pembuatan akta, dalam menentukannya tetap
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PJ PPAT, yaitu
tidak boleh melebihi 1% (satu persen), sebagaimana yang telah di atur
Pasal 32 PJ PPAT;
b. Honoranium untuk pengurusan pekerjaan di luar tugas pokok PPAT,
dalam menentukan besarnya berdasarkan kesepakatan antara para pihak
atau klien dengan PPAT. Kesepakatan yang dibuat juga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Kemampuan ekonomi atau finansial dari pihak klien. PPAT ketika
memiliki klien yang memiliki kemampuan ekonomi yang rendah,
tentu akan menentukan honoranium lebih rendah jika dibandingkan
dengan klien yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini
dilakukan karena merupakan bentuk pertolongan PPAT kepada
masyarakat, jangan sampai honoranium yang dibayar akan
membebani klien yang datang ke kantor PPAT;
2) Tingkat kesulitan pengerjaan pekerjaan di luar tugas pokok PPAT.
Tingkat kesulitan tersebut dapat diukur dari resiko yang akan timbul
ketika pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan juga proses atau prosedur
dari pelaksanaan pekerjaan tersebut. Resiko yang besar dari
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
68
pelaksanaan suatu pekerjaan, maka semakin besar pula tingkat
kesulitannya.
3) Biaya-biaya operasional dalam hal pengerjaan pekerjaan di luar tugas
pokok PPAT, misalnya: biaya materai, biaya fotocopy berkas atau
dokumen-dokumen, biaya transport, dan lain-lainnya. 37
Berdasarkan penjelasan dan pendapat yang diberikan oleh para
responden (5 responden) tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa penentuan honoranium untuk pelaksanaan pekerjaan di luar tugas
pokok didasari pada kesepakatan yang ada di dalam perjanjian pemberian
jasa. Kesepakatan yang disepakati antara PPAT dan Klien didasarkan pada:
a. Kewajaran dan kepantasan, yang artinya bahwa honoranium yang
ditetapkan oleh PPAT harus pantas sesuai dengan jasa yang diberikan,
dan dinilai wajar sesuai dengan fasilitas dan jasa yang diterima klien dari
PPAT;
b. Kemampuan ekonomi atau finansial dari pihak klien. PPAT ketika
memiliki klien yang memiliki kemampuan ekonomi yang rendah, tentu
akan menentukan honoranium lebih rendah jika dibandingkan dengan
klien yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan
karena merupakan bentuk pertolongan PPAT kepada masyarakat, jangan
sampai honoranium yang dibayar akan membebani klien yang datang ke
kantor PPAT;
37
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Triniken Tyas Tirlin,
bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin,
tanggal 17-04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
69
c. Tingkat kesulitan dalam pengurusan kepentingan klien di luar tugas
pokok PPAT, artinya bahwa ketika PPAT melaksanakan pekerjaan di
luar tugas pokoknya memiliki tingkat kesulitan yang tinggi tentu
honoranium yang diperoleh akan lebih tinggi, apabila dibandingkan
dengan pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok yang memiliki tingkat
kesulitan yang rendah;
d. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pengurusan kepentingan klien
di luar tugas pokok PPAT. PPAT dalam menentukan honoranium tentu
akan membedakan antara pekerjaan yang pelaksanaannya membutuhkan
waktu yang lebih lama dengan pekerjaan yang membutuhkan waktu lebih
singkat. Hal tersebut, berkaitan dengan tenaga dan biaya pengerjaan
pekerjaan tersebut, pekerjaan memiliki waktu pengerjaan yang lebih lama
membutuhkan tenaga dan biaya yang lebih besar.
Penentuan honoranium untuk pelaksanaan pekerjaan di luar tugas
pokok dengan honoranium pembuatan akta tanah memiliki perbedaan.
Perbedaaan tersebut adalah pada ketentuan mengenai besarnya maksimal
yang dapat diterima PPAT. Honoranium untuk pembuatan akta tanah telah
diatur pada Pasal 32 PJ PPAT ayat 1 bahwa honoranium PPAT dalam
pembuatan akta tanah tidak boleh melebihi 1 % (satu persen) dan harga
transaksi yang tercantum di dalam akta. Berbeda halnya dengan honoranium
untuk pelaksanaan pekerjaan diluar tugas pokok, tidak ada ketentuan yang
mengatur mengenai mengenai besar dan batas maksimal yang dapat
diterima oleh PPAT.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
70
B. Pertanggungjawaban PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokok
Pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok yang dilakukan oleh PPAT
pada hakekatnya tidak memiliki dasar hukum apabila dikaitkan dengan
jabatan PPAT sebagai pejabat umum. Hal tersebut dikarenakan di dalam PJ
PPAT tidak mengatur mengenai pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok,
dimana Pasal 2 ayat (1) PJ PPAT hanya mengatur mengenai pelaksanaan
mengenai tugas pokok PPAT yaitu membuat akta autentik mengenai
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan
rumah susun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebenarnya ketika
PPAT sebagai pejabat umum melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok
tidak memiliki dasar hukum dalam pelaksanaannya.
Hal tersebut di atas berkaitan dengan pertanggungjawaban PPAT
dalam menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok. PPAT harus menjalankan
pekerjaan di luar tugas pokoknya dengan penuh tanggungjawab secara
profesional. Tanggungjawab secara profesional artinya bahwa PPAT harus
menyelesaikan pekerjaan tersebut hingga tuntas dan selesai, seperti misalnya:
PPAT melakukan pengurusan turun waris atas suatu bidang tanah kepada ahli
waris. PPAT harus melakukan pengurusan tersebut sampai dengan terbitnya
sertipikat hak atas tanah yang baru atas nama para ahli waris. PPAT apabila
tidak mampu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dan hal tersebut
mengakibatkan kerugian bagi klien, maka PPAT tentu harus
mempertanggungjawabkan kerugian yang dialami oleh klien tersebut.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
71
Menurut pendapat Hitaprana bahwa pertanggungjawaban PPAT dalam
melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok adalah merupakan
pertanggungjawaban personal. Pertanggungjawaban personal yang dimaksud
adalah PPAT memiliki tanggungjawab secara pribadinya terlepas dari
jabatannya sebagai PPAT. Dengan demikian, dalam melaksanakan pekerjaan
di luar tugas pokok, PPAT harus melaksanakan pekerjaan tersebut secara
professional dan sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam pembuatan
perjanjian pemberian jasa.38
PPAT apabila karena perbuatan dan
kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi kliennya, maka
pertanggungjawaban PPAT adalah merupakan pertanggungjawaban secara
pribadi, artinya PPAT tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
secara pribadi terlepas dari jabatannya sebagai PPAT.
Pendapat tersebut di atas sama dengan pendapat yang diberikan oleh
Triniken Tyas Tirlin, bahwa PPAT dalam menjalankan setiap pekerjaan di
luar tugas pokok, pada hakekatnya PPAT tersebut sedang tidak melaksanakan
jabatannya sebagai PPAT, artinya kewenangan PPAT dalam menjalankan
pekerjaan di luar tugas pokok adalah kewenangan dia sebagai orang
perorangan (yang terlepas dari jabatan PPAT) untuk melaksanakan suatu
pekerjaan atau perbuatan tertentu. Dengan demikian, karena kewenangan
dalam melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok adalah merupakan
kewenangan diri pribadi seorang PPAT yang terlepas dari jabatannya, maka
apabila terjadi masalah dalam pelaksanaannya menjadi tanggungjawab diri
38
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Hitaprana, bertempat
di Jalan Monjali, No. 149 A, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 12-
04-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
72
pribadinya. PPAT juga tidak dapat bernaung atau berlindung di dalam
organisasi PPAT (dalam hal ini Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah). Hal
tersebut dikarenakan, Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah hanya dapat
memberikan perlindungan bagi PPAT ketika ada masalah dalam pembuatan
akta tanah yang merupakan tugas pokoknya. 39
Pendapat yang diberikan M. Ikhwanul Muslimin mempertegas
pendapat-pendapat diatas, bahwa PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokoknya, dia melakukannya sebagai diri pribadi yang terlepas dari
jabatannya. Pertanggungjawaban PPAT dalam menjalankan pengurusan
pekerjaan di luar tugas pokok adalah tanggungjawab pribadi terlepas dari
jabatannya sebagai PPAT.40
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa ketika PPAT menjalankan pekerjaan di luar tugas
pokok, pada hakekatnya dia sedang tidak melaksanakan jabatannya sebagai
PPAT. Oleh karena itu, PPAT memiliki pertanggungjawaban secara pribadi
terlepas dari jabatannya terhadap pekerjaan di luar tugas pokok yang
dilakukannya. Dengan demikian, apabila terjadi permasalahan dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut dan mengakibatkan kerugian bagi klien, maka
PPAT bertanggungjawab atas diri pribadinya terlepas dari jabatannya.
39
Hasil wawancara responden Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Triniken Tyas Tirlin,
bertempat di Jalan Kaliurang, KM. 6.3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin,
tanggal 17-04-2018. 40
Hasil wawancara Narasumber, M. Ikhwanul Muslimin, Dosen mata kuliah Peraturan
Jabatan PPAT, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, bertempat di Jalan Palagan
Tentara Pelajar, No. 119, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Kamis, tanggal 19-04-
2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
73
Di dalam praktek, PPAT ketika menjalankan pekerjaan di luar tugas
pokok sering terjadi permasalahan hukum. Permasalahan hukum tersebut
sering menimbulkan kerugian bagi pihak PPAT maupun pihak klien. Hal
tersebut juga sama dengan pendapat yang diberikan narasumber Sumendro
bahwa sering terjadi permasalahan hukum mengenai pelaksanaan pekerjaan di
luar tugas pokok tersebut, dan masalah hukum yang terjadi menimbulkan
kerugian baik dari pihak PPAT maupun pihak Klien. Permasalahan hukum
tersebut yang pernah terjadi adalah:
a. PPAT tidak mampu untuk menyelesaikan pekerjaan di luar tugas pokok
yang telah diterimanya dari klien. PPAT tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan tersebut biasanya dikarenakan kurang lengkapnya dokumen-
dokumen atau warkah yang diperlukan untuk proses pelaksanaan suatu
perbuatan hukum atas sebidang tanah;
b. PPAT memalsukan dokumen atau warkah milik kliennya. Hal ini berkaitan
dengan pemasalahan hukum yang pertama tersebut diatas, bahwa ketika
dokumen atau warkah yang dibutuhkan PPAT untuk menyelesaikan
pekerjaannya tidak lengkap, maka PPAT memalsukan dokumen tersebut.
Hal tersebut dilakukan agar pekerjaan PPAT dapat diselesaikan;
c. PPAT melakukan penggelapan uang titipan dari klien untuk membayar
pajak-pajak. Permasalahan hukum ini yang sering terjadi di dalam praktek.
PPAT melakukan hal tersebut dapat dikarenakan desakan kebutuhan
pribadinya, sehingga menggunakan uang titipan tersebut guna kepentingan
pribadinya. PPAT yang menerima uang titipan pembayaran pajak,
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
74
sebenarnya memiliki resiko yang besar pada dirinya, sehingga PPAT harus
berhati-hati dalam hal tersebut;
d. Persaingan tidak sehat antara PPAT yang satu dengan PPAT yang lainnya.
Hal ini terjadi karena belum ada pengaturan secara khusus di dalam PJ
PPAT mengenai penentuan besarnya honoranium untuk pelaksanaan
pekerjaan di luar tugas pokok. Persaingan tidak sehat ini terjadi,
dikarenakan PPAT yang menentukan honoranium sangat rendah, hal
tersebut agar PPAT mendapatkan klien dengan mudah.41
Dengan demikian apabila terjadi permasalahan hukum yang
mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak, tentu harus ada pihak yang
harus bertanggungjawab untuk menggati rugi atas kerugian yang terjadi
tersebut. PPAT ketika menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok, karena
perbuatan dan/atau kesalahannya mengakibatkan kerugian maka dia harus
bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Jabatan PPAT memiliki persamaan dengan jabatan Notaris, keduanya
adalah merupakan seorang Pejabat Umum. PPAT maupun Notaris dalam
menjalankan jabatannya sebagai Pejabat Umum memiliki tanggungjawab
dalam pelaksanaan jabatannya. Tanggungjawab Pejabat Umum dalam
menjalankan jabatannya setidaknya dibedakan menjadi 3 macam yaitu
tanggungjawab administrasi, tanggungjawab perdata, dan tanggungjawab
41
Hasil wawancara Narasumber, Sumendro, SH., Ketua Majelis Pengawas Wilayah Ikatan
Pejabat Pembuat Akta, bertempat di Jalan Monumen Jogja Kembali No. 84 B, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 25-06-2018
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
75
pidana.42
Dengan demikian PPAT dalam menjalankan pekerjaan di luar tugas
pokok memiliki tanggungjawab sebagai berikut:
a. Tanggungjawab administrasi
PPAT sebagai pejabat umum memiliki tanggungjawab administrasi
terhadap berlakunya ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PJ PPAT,
ketika PPAT tersebut menjalankan jabatannya. Tanggungjawab
administrasi tersebut berhubungan dengan sanksi administrasi, manakala
PPAT melanggar ketentuan yang diatur di dalam PJ PPAT.
Sanksi administrasi PPAT apabila melakukan pelanggaran
mengenai ketentuan-ketentuan PJ PPAT, dapat berupa pemberhentian
jabatan dengan tidak hormat, sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 10
ayat (2) yang berbunyi:
PPAT diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya, karena :
a. melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban
sebagai PPAT;
b. dijatuhi hukuman kurungan/penjara karena melakukan kejahatan
perbuatan pidana yang diancam dengan hukuman kurungan atau
penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat
berdasarkan putusan pengadilan yang sudah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Berdasarkan pasal tersebut, maka dapat dipahami bahwa ketika
PPAT melakukan pelanggaran terhadap larangan dan kewajiban yang
diatur PJ PPAT, tanggungjawab administrasi PPAT adalah diberhentikan
tidak hormat dari jabatannya. Dengan demikian PPAT sebagai pejabat
umum dalam menjalankan jabatannya harus memperhatikan ketentuan
42
Nico, 2003, TanggungJawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center for Documentation
and Studies of Business Law, Yogyakarta, hlm.84
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
76
yang ada di dalam PJ PPAT, karena pada dirinya melekat tanggungjawab
administrasi.
PPAT ketika menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok,
sebenarnya tidak ada tanggungjawab administrasi. Hal tersebut dikarenakan
PPAT ketika menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok, dia sedang tidak
menjalankan jabatannya sebagai PPAT. Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa kewenangan PPAT dalam menjalankan pekerjaan di
luar tugas pokok adalah merupakan kewenangan dia sebagai orang
perorangan (yang terlepas dari jabatan PPAT) untuk melaksanakan suatu
pekerjaan atau perbuatan tertentu.
Dengan demikian PPAT tidak memiliki tanggungjawab administrasi
apabila PPAT melanggar ketentuan-ketentuan PJ PPAT ketika
melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok. Tanggungjawab administrasi
melekat pada diri PPAT, ketika PPAT tersebut menjalankan tugas
pokoknya sebagai PPAT yaitu membuat akta tanah.
b. Tanggungjawab perdata
PPAT dalam menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok, didasarkan
pada perjanjian pemberian jasa. Oleh karena itu, PPAT memiliki
tanggungjawab perdata atas pemenuhan kewajiban (prestasi) kepada klien.
Kewajiban (prestasi) PPAT adalah menjalankan pekerjaan yang sudah
disepakati antara PPAT dan klien di dalam perjanjian pemberian jasa.
PPAT apabila tidak memenuhi kewajiban (prestasi) tersebut maka dapat
dikatakan PPAT tersebut wanprestasi (ingkar janji).
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
77
Wanprestasi adalah keadaan dimana debitor tidak memenuhi
kewajiban atau prestasinya dalam perjanjian. unsur-unsur dari
wanprestasi adalah sebagai berikut:43
1) debitor sama sekali tidak berprestasi; atau
2) debitor keliru berprestasi; atau
3) debitor terlambat berprestasi.
Dengan demikian apabila PPAT wanprestasi terhadap perjanjian
pemberian jasa dan hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi pihak klien,
maka PPAT memiliki tanggungjawab perdata untuk mengganti kerugian
yang dialami klien. Hal tersebut perlu diperhatikan bahwa tanggungjawab
perdata tersebut adalah merupakan tanggungjawab diri pribadi seorang
PPAT. Klien yang mengalami kerugian akibat dari perbuatan wanprestasi
yang dilakukan PPAT, dapat mengajukan gugatan wanprestasi kepada diri
pribadi PPAT tersebut.
c. Tanggungjawab pidana
Tanggungjawab pidana seorang PPAT berhubungan dengan suatu
tindak pidana atau perbuatan pidana yang dilakukan PPAT ketika dia
melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokoknya. Tindak pidana tersebut
dalam hal ini adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan PPAT pada
saat melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok. Menurut pendapat
narasumber Supriyadi bahwa PPAT yang melakukan suatu perbuatan
melawan hukum ketika menjalankan jabatannya, dan perbuatan tersebut
memenuhi unsur tindak pidana yang ada di dalam ketentuan Kitab Undang-
43
Op.Cit., Ridwan Khairandy, hlm. 252
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
78
Undang Hukum Pidana, maka PPAT tersebut memiliki tanggungjawab
secara pidana atas perbuatan yang telah dilakukannya tersebut.44
Berdasarkan penjelasan di atas maka memberikan pendapat bahwa
PPAT dalam menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok, memiliki
tanggungjawab secara perdata maupun tanggungjawab pidana apabila terjadi
suatu permasalahan hukum atas pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok.
PPAT tidak memiliki tanggungjawab administrasi, karena PPAT ketika
menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok, dia sedang tidak dalam
menjalankan jabatannya sebagai PPAT, dengan demikian dia tidak terikat
pada ketentuan yang ada di dalam PJ PPAT.
Tanggungjawab perdata timbul manakala PPAT melakukan
perbuatan wanprestasi terhadap perjanjian pemberian jasa, sedangkan
tanggungjawab pidana muncul manakala PPAT melakukan suatu perbuatan
melawan hukum ketika menjalankan pekerjaan di luar tugas pokoknya, dan
perbuatan tersebut memenuhi unsur tindak pidana yang ada di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
44
Hasil wawancara Narasumber, Dr.Supriyadi, SH., M.Hum, Dosen mata kuliah Aspek
Hukum Pidana Dalam Kenotariatan, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, di Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada, Jalan Sosio Yustisia, No.1, Bulaksumur, Catur Tunggal,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada hari Selasa, tanggal 26-06-2018.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kewenangan PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok
adalah merupakan kewenangan dia sebagai diri pribadi yang terlepas dari
jabatan PPAT, untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau perbuatan
hukum tertentu.Hal tersebut karena PPAT ketika menjalankan pekerjaan
di luar tugas pokok, sebenarnya PPAT tersebut sedang tidak
melaksanakan jabatannya sebagai PPAT. Pekerjaan di luar tugas pokok
yang dilakukan oleh PPAT adalah merupakan pekerjaan yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas pokok PPAT yaitu membuat akta tanah.
Dengan demikian, antara pekerjaan di luar tugas pokok dan pekerjaan
yang merupakan tugas pokok PPAT, selalu memiliki hubungan atau
keterkaitan satu sama lainnya. Pekerjaan di luar tugas pokok tersebut
dapat berupa kegiatan persiapan pembuatan akta tanah sampai dengan
proses pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan selesai
dilakukan. PPAT diperbolehkan dan memiliki kewenangan untuk
melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok, karena di dalam PJ PPAT
tidak ada ketentuan yang melarang bagi PPAT untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut. Penentuan besarnya honoranium bagi PPAT atas
pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok tidak diatur di dalam PJ PPAT.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
80
Di dalam pasal 32 PJ PPAT hanya mengatur penentuan honoranium bagi
PPAT atas pelaksanaan tugas pokoknya membuat akta tanah. Dengan
demikian PPAT dalam menentukan besarnya honoranium tersebut
berdasarkan pada kesepakatan yang ada di dalam perjanjian pemberian
jasa yang dibuat PPAT dan Klien. Kesepakatan tersebut disepakati oleh
PPAT dan klien didasarkan pada:
a. Tingkat kesulitan bagi PPAT untuk melaksanakan pengurusan kegiatan
di luar tugas pokok. Tingkat kesulitan tersebut dapat diukur dari resiko
yang akan timbul ketika pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan juga
proses atau prosedur dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.;
b. Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan di luar tugas
pokok yang dilakukan oleh PPAT, hal ini tergantung dengan prosedur
pengerjaan setiap suatu pekerjaan;
c. Biaya-biaya operasional dalam hal pengerjaan pekerjaan di luar tugas
pokok PPAT, misalnya: biaya materai, biaya fotocopy berkas atau
dokumen-dokumen, biaya transport, dan lain-lainnya;
2. Pertanggungjawaban PPAT dalam menjalankan pekerjaan di luar tugas
pokok melekat pada diri pribadinya yang terlepas dari jabatan sebagai
PPAT. Hal tersebut karena, ketika PPAT menjalankan pekerjaan di luar
tugas pokok, sebenarnya PPAT tersebut sedang tidak menjalankan
jabatannya sebagai PPAT. Hal tersebut artinya kewenangan PPAT dalam
menjalankan pekerjaan di luar tugas pokok adalah merupakan
kewenangan dia sebagai orang perorangan (yang terlepas dari jabatan
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
81
PPAT) untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau perbuatan tertentu.
Dengan demikian, apabila PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar
tugas pokok, terjadi suatu masalah hukum maka menjadi tanggungjawab
diri pribadinya yang terlepas dari jabatannya sebagai PPAT. PPAT
memiliki tanggungjawab secara perdata maupun tanggungjawab pidana,
apabila terjadi suatu masalah hukum dalam pelaksanaan pekerjaan di luar
tugas pokok. Tanggungjawab perdata timbul manakala PPAT melakukan
wanprestasi terhadap perjanjian pemberian jasa, sedangkan
tanggungjawab pidana muncul manakala PPAT melakukan suatu
perbuatan melawan hukum ketika menjalankan pekerjaan di luar tugas
pokoknya, dan perbuatan tersebut memenuhi unsur tindak pidana yang
ada di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. PPAT tidak memiliki
tanggungjawab administrasi, karena PPAT ketika menjalankan pekerjaan
di luar tugas pokok, dia sedang tidak dalam menjalankan jabatannya
sebagai PPAT, dengan demikian dia tidak terikat pada ketentuan yang ada
di dalam PJ PPAT.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
82
B. Saran
Pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok yang dilakukan oleh
PPAT tidak diatur pada PJ PPAT. Dengan demikian, karena tidak ada aturan
yang mengatur mengenai pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok, maka
di dalam praktek sering kali terjadi permasalahan hukum. Permasalahan
hukum terjadi karena tidak professional seorang PPAT. Oleh karena itu
PPAT dalam menerima dan melaksanakan pekerjaan di luar tugas pokok
harus tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Profesional, artinya PPAT dalam melaksanakan pekerjaan di luar tugas
pokok yang telah diterimanya tersebut, harus dilakukan secara penuh
tanggungjawab dan mampu untuk memperhitungkan bahwa pakerjaan
tersebut mampu untuk dilaksanakan dan diselesaikannya oleh PPAT. ;
b. Amanah, artinya PPAT sebelum dan sesudah pelaksanaan pekerjaaan di
luar tugas pokoknya harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan tidak
ada rekayasa dalam pelaksanaan pekerjaan di luar tugas pokok tersebut.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
83
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku:
Adjie, Habib, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia, PT
Citra Aditya Bandung, Bandung.
Artadi, I Ketut dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi
Ketentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan
Kontrak, Udayana University Press, Denpasar-Bali.
Asikin, Zainal, dan Amirudin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hadi Sutopo, Ariesto, 2010, Terampil Mengolah Data Kualitatif, Prenada
Media Group, Jakarta.
Harsono, Boedi , 2002, “Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya”, Cetakan
Kesembilan, Penerbit Djambatan, Jakarta.
HS., H.Salim, 2016, Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Khairandy, Ridwan, 2012, Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif
Perbandingan (Bagian Pertama), Fakultas Hukum UII Press,
Yogyakarta.
Mursid, 2014, Manajemen Jasa Pemasaran, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Mustofa, 2012, Tuntunan Pembuatan Akta Tanah, Karya Media, Yogyakarta.
Mutaqien, Raisul, 2006, Teori Hukum Murni, PT. Nuansa & Nusamedia,
Bandung.
Said, Umar, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, PT. Setara Press, Malang.
Sidharta, 2006, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berpikir,
PT. Refika Aditama, Bandung.
Soedjono, 1998, Prosedur Pendaftaran Tanah Tentang Hak Milik Sewa Guna
Dan Hak Guna Bangunan, Rineka Cipta, Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga,
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Soeroso, 2010, Perjanjian Di Bawah Tangan Pedoman Praktis Pembuatan
dan Aplikasi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
84
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D,
PT.Alfabeta Bandung.
Sunggono, Bambang, 2005, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketujuh,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tjiptono, Fandy, 2000, Manajemen Jasa, Andy Offset, Yogyakarta.
B. Makalah / Bahan Ajar
Boedi Harsono, “PPAT, Sejarah Tugas dan Kewenangannya”, Majalah
Renvoi, No.844.IV, Jakarta, Januari, 2007.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
Nico, 2003, TanggungJawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center for
Documentation and Studies of Business Law, Yogyakarta
Sumardjono, Maria SW., 2014, Bahan kuliah Metode Penelitian Ilmu Hukum,
Universitas Gadjah Nada, Yogyakarta.
Sumendro, “Materi Ujian Kode Etik PPAT”, IPPAT, Yogyakarta, Makalah.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang peraturan pejabat
pembuat akta tanah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.
Pelaksanaan Dan Pertanggungjawaban Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Dalam Memberikan JasaDi LuarTugas Pokok Dan Kewenangannya Di Kabupaten SlemanADE GUNAWANUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/