MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa,...

217
MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA GUNUNG SITOLI: ANALISIS TEKSTUAL, MUSIKAL DAN TARI T E S I S Oleh CATHRINA SUMIATY TAMPUBOLON NIM. 127037004 PROGRAM STUDI MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 1 4

Transcript of MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa,...

Page 1: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA GUNUNG SITOLI:

ANALISIS TEKSTUAL, MUSIKAL DAN TARI

T E S I S

Oleh

CATHRINA SUMIATY TAMPUBOLON NIM. 127037004

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 4

Page 2: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

i

MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA GUNUNG SITOLI:

ANALISIS TEKSTUAL, MUSIKAL DAN TARI

T E S I S

Oleh

CATHRINA SUMIATY TAMPUBOLON NIM. 127037004

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 4 MAENA PADA UPACARA FALÕWA

Page 3: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

ii

DI ÕRI LARAGA KOTA GUNUNG SITOLI: ANALISIS TEKSTUAL, MUSIKAL DAN TARI

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) dalam Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh:

CATHRINA SUMIATY TAMPUBOLON NIM. 127037004

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S-2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 4

Page 4: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

iii

Judul Tesis MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA GUNUNG SITOLI: ANALISIS TEKSTUAL, MUSIKAL DAN TARI

Nama : Cathrina Sumiaty Tampubolon Nomor Pokok : 127037004 Program Studi : Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Tanggal lulus:

Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. NIP. 19651221 199103 1 001

Drs. Kumalo Tarigan, M.A. NIP. 19581213 198601 1 001

________________________________ Ketua

____________________________ Anggota

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Ketua,

Drs. Irwansyah, M.A. NIP.19621221 199703 1 001

Fakultas Ilmu Budaya Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

Telah diuji pada

Page 5: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

iv

Tanggal :

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. ( ____________________ )

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. ( ____________________ )

Anggota I : Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. ( ____________________ )

Anggota II : Drs. Kumalo Tarigan, M.A. ( ____________________)

Anggota III : Prof. Dr. Ikhwanuddin Nst., M.Si. ( ____________________)

Page 6: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

v

ABSTRACT

This research studies about an analysis of Maena poems’s structure in cultural wedding occasion ‘ori laraga’ in Gunung Sitoli. The writer wants to see the purposes are and why Nias people are so happy when they sing and move their body when the poems sung. In this thesis, the writer tries to use some semiotics theories and functional theories to know the meanings deeper which are contained in every poem sung in Maena. The writer selecs ‘fanema’õ tome to be the source to see the transcript of the song texts, the tone, the basic tone used, the tone area, the number of the tone, the tone interval, and the conture. From the beauty side, the writer wants to analyze Maena dance itself, the structure of Maena and the poems of Maena, so that the writer is able to analyze the textual poems of maena which are often sung in the cultural wedding ‘Ori Laraga’ in Gunung Sitoli. The results found that maena dance is a form of entertainment in the ceremonies conducted at Gunung Sitoli. That's what makes all people can come together and become familiar among one of the family with other families regardless of background and social status of the people who follow it. Dance maena not be a necessity that in the absence of maena the ceremony can not take place, only without the dancing maena there seems to be something missing from the ceremonial meaning. Key Words: Maena, Semiotic, Function, Õri laraga, Fanema’õ Tome

Page 7: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

vi

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji Maena pada upacara Falõwa di Õri Laraga Kota Gunung Sitoli : Analisis Tekstual, Musikal, dan Tari. Peneliti ingin melihat makna syair Maena yang dinyanyikan oleh masyarakat Nias, apa tujuannya dan mengapa masyarakat Nias begitu sangat bergembira ketika menyanyikan dan menggerakan badan mereka ketika syair Maena dinyanyikan. Dalam tesis ini, peneliti menggunakan beberapa teori semiotik dan teori fungsional guna mendalami makna yang terkandung di dalam setiap syair yang dinyanyikan di dalam Maena. Peneliti mengambil lagu Fanema’õ Tome menjadi bahan bagi peneliti untuk melihat transkrip teks lagunya, tangga nadanya, nada dasar yang digunakan, wilayah nadanya, jumlah nadanya, interval nadanya, serta konturnya. Dari segi keindahannya, peneliti ingin menganalisis tari Maena itu sendiri. Struktur Maenanya, gaya bahasa ketika menyanyikan lagu Maena, makna syair lagu Maena, serta syair-syair lagu Maena tersebut. Sehingga peneliti dapat menganalisis tekstual syair Maena yang sering di acara pernikahan adat di Õri laraga kota Gunung Sitoli. Hasil penelitian menemukan bahwa tarian maena merupakan suatu bentuk sarana hiburan dalam suatu upacara- upacara yang dilakukan di Gunung Sitoli. Hal itulah yang membuat semua orang dapat menyatu dan menjadi akrab antara satu satu keluarga dengan keluarga lain tanpa membedakan latar belakang dan status sosial orang-orang yang mengikutinya. Tarian maena tidak menjadi suatu keharusan bahwa dengan tidak adanya maena maka upacara tidak dapat berlangsung, hanya saja tanpa adanya tarian maena sepertinya ada sesuatu hal yang hilang dari makna upacara adat tersebut. Kata kunci: Maena, Semiotik, Fungsional, Õri laraga, Fanema’õ Tome

Page 8: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

vii

PRAKATA

Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-

baiknya. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen, instansi

Pemerintah Nias, serta masyarakat Nias. Adapun ucapan terima kasih itu penulis

ucapkan kepada :

Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M,Sc (CTM), Sp.A (K)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara; Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku

Dekan Fakultas Ilmu Seni dan Budaya yang telah memberikan fasilitas dan sarana

pembelajaran sehingga penulis dapat menuntut ilmu di Kampus Universitas

Sumatera Utara dalam kondisi yang nyaman.

Bapak Drs. Irwansyah, M.A selaku Ketua Program Studi Magister (S-2)

Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Seni Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara (USU), yang telah memberikan masukan dan dorongan sehingga tesis ini

dapat diselesaikan. Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, selaku Sekretaris

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan masukan dan materi

dalam hal teknik penulisan yang benar demi sempurnanya tesis ini.

Bapak Drs. Muhammad Takari, M.A., Ph.D selaku Pembimbing I; Bapak

Drs. Kumalo Tarigan, M.A, Ph.D selaku Pembimbing II; Bapak Prof. Dr.

Ikhwanuddin Nasution, M.A., selaku Ketua Penguji; Bapak Prof. Dr. Muhizar

Muchtar, M.A.; Bapak Drs. Setia Dermawan Purba M.Si; Bapak Drs. Bebas

Sembiring M.Si.; Ibu Dra. Rithaony, M.A.; selaku dosen pada Program Studi

Page 9: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

viii

Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara diucapkan terima kasih.

Bapak Drs. Ponisan selaku pegawai sekretariat Magister (S-2) Penciptaan

dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; Bapak

Pintar Zebua, S.Pd selaku Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan

Olahraga Kota Gunung Sitoli yang membantu penulis dalam memberikan

informasi terkait penyusunan laporan tesis ini; Bapak Benyamin Harefa selaku

Ketua LBN (Lembaga Budaya Nias) Kota Gunung Sitoli yang membantu penulis

dalam menghubungkan beberapa informan-informan yang mengetahui

kebudayaan Nias khususnya Maena. Juga tak lupa ucapan terima kasih kepada

Bapak Eliyaman Zebua, S.Si, sebagai pemerhati dan pecinta budaya Nias yang

telah membantu menyarankan penulis untuk mengkaji judul analisis lagu dan

syair Maena, sekaligus menjadi narasumber, dan editor penulis di Medan. Seluruh

teman-teman guru, teman-teman dari SMM (Sekolah Menengah Musik) yang

selama ini telah banyak mendukung dan memberi semangat kepada Penulis.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan

kepada keluarga tercinta, terutama kepada Alm. Ayahanda Ir. Kaya Tampubolon,

Ibunda H. Tambunan, Suami tercinta Yaia Zanolo Hulu yang sabar dan setia

membantu penulis selama proses pencarian data di kota Gunung Sitoli; serta anak-

anak penulis, Charlie Jonatan Hulu, S.E., Frederick Yogi Hulu S, S.T., dan Ruth

Ansela Thalita Hulu. Serta kepada rekan-rekan seperjuangan dan seangkatan

penulis, mahasiswa Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Fakultas Ilmu Budaya USU.

Page 10: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

ix

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih belum maksimal,

seperti pepatah mengatakan Tak ada gading yang tak retak; mengutip sebait

pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ

namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang Imam, tetap ada

kekurangan dalam bertutur kata). Untuk itu penulis mengharapkan kepada semua

pihak untuk menyampaikan kritik ataupun saran guna melengkapi dan

menyempurnakan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga karya ilmiah ini

bermanfaat bagi kemajuan budaya Nias dan memperkaya khasanah budaya

Indonesia.

Medan, Agustus 2014

Penulis,

Cathrina Sumiaty Tampubolon NIM: 127037004

Page 11: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

x

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

1 Nama Cathrina Sumiaty Tampubolon

2 Tempat / Tanggal Lahir Medan, 25 Nopember 1968

3 Jenis Kelamin Perempuan

4 Agama Katolik

5 Kewarganegaraan Indonesia

6 Nomor Telepon 0813 9690 9039

7 Alamat Jalan Rotan X No. 19 Perumnas Simalingkar Medan

8 Pekerjaan :Guru

9 Pendidikan Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Perguruan Tinggi Teladan (STKIP) Medan, lulus tahun 2008.

Pada tahun akademik 2012/2013 diterima menjadi mahasiswa pada

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Page 12: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

xii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii ABSTRACT …… ....................................................................................... v ABSTRAK ..................................................................................................... vi PRAKATA .................................................................................................... vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... x HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. .. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 1.2 Pokok Permasalahan ................................................................. 15 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………... 16

1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................. 16 1.3.2 Manfaat Penelitian ........................................................... 17

1.3.2.1 Bagi Mahasiswa ................................................ 17 1.3.2.2 Bagi Lembaga Pendidikan ................................. 17 1.3.2.3 Bagi Masyarakat ................................................ 18 1.3.2.5 Bagi Peneliti ...................................................... 18

1.4 Landasan Konsep Dan Teori ……………………………………….. 19 1.4.1 Konsep .......................................................................... 19 1.4.2 Teori ............................................................................. 21

1.4.2.1 Teori Semiotik ................................................... 22 1.4.2.2 Semiotik Charles Sanders Peirce ........................ 24 1.4.2.3 Semiotik Ferdinand de Sausurre ......................... 27 1.4.2.4 Semiotik Halliday .............................................. 29 1.4.2.5 Semiotik Roland Barters .................................... 30 1.4.2.6 Semiotik Malinowski ......................................... 31 1.4.2.7. Teori Semantik ................................................. 34 1.4.2.8 Teori Weghted Scale …………………………... 36 1.4.2.9 Teori Koreografi Tari ………………………..... 39

1.5 Metode Penelitian ……………………………………………………. 40 1.5.1 Jenis Penelitian ............................................................... 40 1.5.2 Penelitian Lapangan ....................................................... 43 1.5.3 Fokus Penelitian ............................................................. 44 1.5.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………. 44

1.5.4.1 Observasi ........................................................... 45 1.5.4.2 Wawancara ........................................................ 45 1.5.4.3 Tekhnik Analisis Data ........................................ 46

Page 13: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

xiii

1.6 Studi Kepustakaan .................................................................... 46 1.7 Sistematika Penulisan ............................................................... 56

BAB II ETNOGRAFI ETNIK MASYARAKAT NIAS ……………….. 58 2.1 Nias ..................................................................................... 58 2.2 Keadaan Geografis Nias ........................................................... 61 2.3 Penduduk ……………………………………………………………… 66 2.3.1 Suku Bangsa ................................................................. 66 2.3.2 Jumlah Penduduk .......................................................... 69 2.4 Pola Perkampungan .................................................................. 71 2.5 Asal Usul Masyarakat Nias ....................................................... 73 2.6 Sistem Religi dan Agama ......................................................... 76 2.7 Sistem Kekerabatan …………………………………………………. 78 2.7.1 Garis Keturunan ............................................................ 78 2.7.2 Kelompok Kekerabatan ................................................. 80 2.7.3 Sistem Istilah Kekerabatan ............................................ 82 2.7.4 Sopan Santun Kekerabatan ............................................ 85 2.8 Gender …………………………………………………………………. 88 2.8.1 Pengertian Gender ......................................................... 88 2.8.2 Mengapa Gender Dibicarakan ....................................... 89 2.8.3 Perwujudan Kesetaraan dan keadilan Gender ............... 94 2.9 Organisasi Sosial ...................................................................... 94 2.10 Bosi/Kasta .............................................................................. 96 2.11 Kesenian ................................................................................ 98

BAB III DESKRIPSI FALÕWA DAN PENGGUNAAN MAENA ……… 101

3.1 Falõwa/Pesta Pekawinan ……………………………………………. 101 3.1.1 Fanunu Manu .................................................................. 101 3.1.2 Fangowai dan Fame’e Afo .............................................. 105 3.1.3 Famõzi Aramba ............................................................... 106 3.1.4 Fame’e ............................................................................ 107 3.1.5 Folau Bawi ..................................................................... 109 3.1.6 Falõwa ............................................................................ 111 3.1.7 Pemberian Bola Nafo ...................................................... 111 3.1.8 Pemufakatan ................................................................... 112 3.1.9 Acara Tarian Maena ........................................................ 112 3.1.10 Fangaetu Golola ........................................................... 112 3.1.11 Fame Tou Ono Nihalõ ................................................... 112

3.2 Orang Yang Terlibat pada Upacara Pernikahan ………………… 113 3.2.1 Upacara Tahõ dõdõ.......................................................... 113 3.2.2 Upacara Fame’e Gõ ......................................................... 114 3.2.3 Upacara Famuli Mukha ................................................... 114

3.3 Pelaku Upacara pada Upacara Pernikahan ……………………… . 115 3.3.01 Fame’e li ...................................................................... 115

Page 14: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

xiv

3.3.02 Fame’e Laeduru............................................................ 115 3.3.03 Fanunu Manu ............................................................... 115 3.3.04 Famalua Li ................................................................... 116 3.3.05 Fame’e Fakhe Toho ...................................................... 117 3.3.06 Fangandrõ Li Nina ....................................................... 118 3.3.07 Fangandrõ ba dekhembõwõ .......................................... 118 3.3.08 Fangandrõ ba Wawõwõkha ........................................... 118 3.3.09 Famaola Na nuwu ......................................................... 118 3.3.10 Famaigi Bawi ............................................................... 119 3.3.11 Folau Bawi ................................................................... 119 3.4 Waktu Upacara ........................................................................ 120 3.5 Benda-benda Upacara ............................................................... 121 3.6 Tempat Upacara ....................................................................... 127 3.7 Maena …………………………………………………………………. 128 3.7.1 Tarian Maena.................................................................. 128 3.7.2 Vokal Maena .................................................................. 131 3.8 Perkawinan Adat menurut Bõwõ Laraga .................................. 132

BAB IV HASIL ANALISIS TEKS LAGU MAENA …………………… 134 4.1 Struktur Teks………………………………………………………. ... 134 4.1.1 Teks pembuka ................................................................. 134 4.1.2 Isi teks ............................................................................ 135 4.1.3 Teks penutup .................................................................. 135 4.2 Makna Teks………………………………………………………. ..... 136 4.2.1 Makna konotatif .............................................................. 136 4.2.2 Makna denotatif .............................................................. 136 4.2 Diksi dan Gaya Bahasa……………………………………………. .. 138

BAB V STRUKTUR MUSIKAL ……………………………. .................. 149 5.1 Transkripsi Teks dan Melodi Lagu ........................................... 149 5.2 Analisis Melodi Maena............................................................. 152 5.2.1 Tangga Nada .................................................................... 152 5.2.2 Nada dasar ....................................................................... 152 5.2.3 Wilayah Nada .................................................................. 153 5.2.4 Jumlah nada ..................................................................... 154 5.2.5 Interval ............................................................................ 155 5.2.6 Kontur ............................................................................. 155 5.2.7 Formula ........................................................................... 157 5.2.6 Kadensa ........................................................................... 158

BAB VI STRUKTUR TARI MAENA ……………………………. ............ 159

6.1 Maena ..................................................................................... 159 6.2 Tari Maena .............................................................................. 164 6.3 Gerakan Tarian Maena ............................................................ 164

BAB VII PENUTUP ……………………………. ........................................ 169

Page 15: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

xv

7.1 Kesimpulan ............................................................................. 169 7.2 Saran ..................................................................................... 170

DAFTAR PUSTAKA …………. .................................................................. 172 GLOSARIUM …………............................................................................... 174 LAMPIRAN ………….................................................................................. 177

Page 16: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Pembagian Tanda ......................................................................... 26

Tabel 2.1 : Statistik Geografi dan Iklim Gunung Sitoli .................................... 65

Tabel 5.1 : Jumlah Nada ................................................................................ 154

Tabel 5.2 : Interval ........................................................................................ 155

Tabel 5.2 : Kontur Lagu Fanema’o Tome ..................................................... 156

Page 17: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Peta Nias ...................................................................................... 64

Gambar 2.2 : Lambang Istilah Kekerabatan ....................................................... 82

Gambar 6.1 : Tarian Maena Pola Lantai Garis Lurus ....................................... 165

Gambar 6.2 : Tarian Maena Pola Lantai Lingkaran ........................................... 166

Page 18: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 : Segitiga Makna .............................................................................. 25

Bagan 1.2 : Tentang Hubungan Tanda ............................................................. 27

Bagan 2.1 : Persentase Distribusi Penduduk Gunung Sitoli .............................. 70

Bagan 2.2 : Kepadatan PendudukGunung Sitoli ............................................... 71

Bagan 2.3 : Pola Perkampungan Berbentuk Gang ............................................. 71

Bagan 2.4 : Pola Perkampungan Berbentuk U ................................................. 72

Bagan 2.5 : Sistem istilah Kekerabatan Nias .................................................... 87

Page 19: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tradisi merupakan adat kebiasaan yang secara turun-temurun dijalankan

dari zaman nenek moyang hingga generasi terakhir dalam suatu tatanan kehidupan

masyarakat. Tradisi dalam sebuah suku (etnik) muncul akibat adanya kebiasaan

yang mereka lakukan dan dianggap merupakan hal yang baik dan benar, sehingga

kebiasaan tersebut menjadi kewajiban bagi masyarakat setempat.

Setiap suku dimanapun umumnya memiliki tradisi yang berbeda dengan

suku lainnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: geografis,

kepercayaan, pola pikir, peradaban, dan lain sebagainya. Tradisi biasanya

memiliki keunikan tersendiri, karena kebiasaan antar suku umumnya berbeda.

Keunikan inilah yang membuat tradisi itu menjadi sebuah budaya yang memiliki

nilai yang dianggap tinggi, oleh yang menggunakannya. Demikian pula tradisi

yang terdapat dalam suku Nias di Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Di dalam

tradisi mereka terdapat berbagai kegiatan upacara.

Dalam rangka menjalani kehidupannya, manusia melakukan berbagai

upacara yang berkaitan dengan siklus atau perputaran hidupnya. Di antaranya

adalah upacara menyambut hadirnya janin, seperti halnya tingkeban yaitu upacara

tujuh bulanan janin dalam budaya Jawa. Kemudian ketika lahir pun diadakan

upacara penyambutan kelahiran bayi sebagai penerus generasi terdahulu.

Kemudian dalam rangkaian ini dibuat juga upacara pemberian nama. Setelah itu

Page 20: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

2

diadakan lagi upacara memijak tanahuntuk pertama kalinya ia dapat berjalan dan

akan menjalani kehidupannya kelak sebagai apa. Setelah itu, dalam beberapa

masyarakat di dunia ini ada juga tradisi berkhitan atau sunatan, termasuk dalam

kebudayaan Nias.

Selanjutnya dalam rangkaian siklus hidup ini ada pula upacara

perkawinan, yang konsep dan terapannya berbeda-beda antara setiap suku bangsa.

Namun jika dilihat lebih luas, fenomena perkawinan ini adalah yang universal

dalam kebudayaan manusia. Dalam rangkaian upacara perkawinan ini, bisa jadi

dibagi-bagi ke dalam beberapa tahapan, seperti: meminang, kenduri, menghantar

uang mahar, pengabsahan secara religi, persandingan, dan upacara pasca

perkawinan. Demikian pula yang terjadi dalam kebudayaan Nias. Mereka

memiliki upacara perkawinan yangdisebut dengan fangowalu.

Setelah membentuk rumah tangga, mereka akan memperoleh keturunan,

dan keturunannya ini mengalami dan menjalani berbagai upacara siklus hidup

yang dilatarbelakangi oleh budaya tersebut. Seterusnya dalam rangka

bermasyarakat, manusia juga melakukan upacara-upacara seperti menjamu para

tetangga dan kerabat, melakukan upacara religi di kediaman atau juga rumah

ibadah, dan juga kematian. Upacara kematian ini dalam kebudayaan manusia

dipandang sebagai perpindahan dari alam dunia ini ke alam dunia lain. Dalam

kebudayaan manusia dalam menuju alam akhirat atau alam berikutnya itu, ada

yang menyertakan harta benda di samping jenazah yang dikuburkan, ada pula

yang tidak. Namun yang paling umum adalah menyertainya dengan doa agar si

jenazah diterima di sisi Tuhan dengan keadaan yang sebaik-baiknya, terutama

Page 21: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

3

menerima segala kebaikannya semasa hidup dan Tuhan dapat memaafkan segala

dosanya. Demikian juga yang terjadi dalam kebudayaan suku (etnik) Nias.

Suku Nias merupakan suku asli (masyarakat) yang hidup di Pulau Nias,

Sumatera Utara. Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan

pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai

pesisir barat di Samudra Hindia dengan pusat pemerintahan yang terletak di

Gunung Sitoli. Kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat Nias masih

dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Hal ini terbukti dengan berbagai acara atau

upacara yang masih menggunakan tradisi atau hukum adat yang berlaku di

masing-masing tempat. Umumnya, setiap wilayah pemukiman di Pulau Nias

memiliki tradisi yang berbeda.

Orang-orang Nias merupakan salah satu suku dari sekian banyak suku-

suku yang ada di Indonesia, yang berada di bagian paling barat Propinsi Sumatera

Utara, khususnya di Pulau Nias dan sekitarnya. Secara rasial atau fisik, etnik Nias

ini dapat dikelompokkan ke dalam ras Mongoloid. Masyarakat Nias pada masa

religi Sanömba Adu mempercayai sistem penggolongan derajat manusia yang

disebut bosi. Di dalam bosi ini diatur tentang kehidupan manusia dari lahir

sampai meninggal dunia.

Kegiatan seperti upacara penguburan, pernikahan, penyambutan tamu,

kelahiran bayi dan lain sebagainya memiliki nilai budaya. Masyarakat Nias

merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi dan mengutamakan nilai-nilai

kesopanan, tata krama, dan penghormatan. Oleh karena itu, setiap upacara atau

kegiatan yang dilakukan harus memasukkan ketiga unsur tersebut.

Page 22: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

4

Upacara-upacara yang dilakukan di dalam seluruh kehidupan manusia

Nias, disebut secara umum dengan bosi. Salah satu dari urutan bosi ini ialah

fangowalu atau pesta perkawinan. Di dalam pesta perkawinan ini ada tahap-tahap

yang harus ditempuh namun ketika dilangsungkannya pesta perkawinan ada

sebuah tarian yang dipertunjukan pada urutan perkawinan ini yaitu Maena.

Setiap acara yang diadakan masih mengikuti tradisi dan budaya setempat

sesuai dengan hukum adat Nias, yaitu fondrakõ. Hukum adat ini berfungsi untuk

mengatur tatanan hidup masyarakat pulau Nias dan kutuk merupakan sanksi bagi

yang melanggarnya. Istilah fondrakö berasal dari kata rakö, artinya: tetapkan

dengan sumpah dan sanksi kutuk. Fondrakö merupakan forum musyawarah,

penetapan, dan pengesahan adat dan hukum. Bagi orang Nias, mereka yang

mematuhi fondrakö dipercayai akan mendapat berkat dan yang melanggar akan

mendapat kutukan dan sanksi. Seperti halnya mitos tentang asal-usul orang Nias

yang konon diturunkan Nidada (Tuhan) dari langit (Tetehöli Ana’a), maka

fondrakö ini diturunkan bersama dengan Hia Walangi Sinada (raja) di daerah

Gomo (Bagian Selatan Nias). Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk

Nias, maka para raja dan tetua adat bermufakat untuk membaharui peraturan yang

ada sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing rakyatnya.

Pengesahan fondrakö ini melibatkan binatang atau benda yang

diumpamakan sebagai siksaan atau kutuk yang akan dialami oleh orang yang

melanggar hukum adat tersebut. Biasanya, fondrakö ini disaksikan oleh para

pengetua adat dan Raja yang dilaksanakan di sebuah tempat untuk

bermusyawarah yang dikenal dengan istilah Arö Gosali. Mereka menetapkan

Page 23: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

5

fondrakö dengan menggunakan ayam, lidi, dan timah panas. Salah seorang tetua

adat akan mematah-matahkan lidi atau kaki dan sayap ayam serta menuangkan

timah panas ke dalam mulut ayam tersebut. Saat melakukan ritual tersebut, dia

akan mengucapkan kutuk “Barang siapa yang melanggar segala sesuatu yang

telah ditetapkan dalam fondrakö ini, maka dia akan segera mati (patah seperti

lidi), atau disiksa seperti ayam yang kaki dan tangannya patah serta segala yang

dimakannya akan terasa panas seperti timah panas yang dimasukkan ke mulut

ayam. Terkadang, mereka juga menggunakan kucing atau anjing dengan kutuk,

“Lö mowa’a ba danö ba lö molehe bambanua” yang artinya tidak akan memiliki

keturunan.

Pada masa itu (terutama sebelum masuknya ajaran agama Kristen ke Pulau

Nias). Fondrakö ini sangat dipercaya memiliki kekuatan dan banyak yang

mengalami kutuk seperti yang telah ditetapkan para tetua tersebut. Selain

fondrakö, adapula hukuman lainnya bagi individu yang melanggar peraturan,

mulai dari denda emas dan babi, hingga hukuman pancung (leher dipenggal).

Proses memancung leher dilakukan dengan menidurkan orang yang akan dihukum

di atas tanah dan lehernya diletakkan di atas batang pisang, barulah proses

eksekusi dilakukan (Gea, 2013). Hukum adat Nias, selain berupa proses

menetapkan sanksi seperti sesuai di atas, juga mengatur perkawinan (falõwa).

Dalam kebudayaan masyarakat manusia di seluruh dunia ini, dapat

dipastikan terdapat institusi perkawinan. Selain memiliki tujuan dan persamaan

universal, ada pula ciri-ciri khusus kegiatan perkawinan (pernikahan) di dalam

kebudayaan manusia.

Page 24: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

6

Seorang pakar antropologi Eropa, Gough (1959) melihat perkawinan, di

sepanjang masa dan semua tempat di dunia ini, sebagai satu kontrak menurut adat-

istiadat, yang bertujuan untuk menetapkan pengabsahan anak yang baru dilahirkan

sebagai anggota yang dapat diterima masyarakat. Dalam usaha menemukan

definisi yang universal, Good enough memusatkan pemikirannya kepada hak atas

seksualitas wanita yang diperoleh berdasarkan kontrak sosial.

Perkawinan adalah satu transaksi yang menghasilkan satu kontrak, yaitu seorang (laki-laki atau perempuan, korporatif atau individual, secara pribadi atau melalui wakil, memiliki hak secara terus-menerus untuk menggauli seorang perempuan secara seksual – hak ini memiliki keutamaan atas hak menggauli secara seksual yang sedang dimiliki atau kemudian diperoleh oleh orang-orang lain terhadap perempuan tersebut, sampai hasil transaksi itu berakhir dan perempuan yang bersangkutan dianggap memenuhi syarat untuk melahirkan anak (Goodenough, 1970:12-13).

Dalam berbagai kebudayaan manusia di dunia ini, terjadi beberapa

orientasi dalam perkawinan. Ada masyarakat yang mendasarkan kepada

perkawinan monogami, adapula yang memperbolehkan poligami, namun ada pula

yang membolehkan perkawinan dalam bentuk penyimpangan sosial umum dan

moralitas, yaitu perkawinan poliandri (satu perempuan kawin dengan lebih dari

satu suami). Dalam beberapa kelompok masyarakat, dua orang pria atau lebih

bisa bersama-sama menggauli wanita secara seksual, yang biasanya melibatkan

sekelompok saudara laki-laki (poliandri fraternal). Poliandri sering dihubungkan

dengan ketidak seimbangan penduduk, yang disebabkan oleh kebiasaan

membunuh bayi perempuan. Di Himalaya sebagai contoh, poliandri dilakukan

karena tujuannya mengurangi jumlah keluarga yang terlalu besar,sementara lahan

pertanian terbatas luasnya. Dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam praktik

demikian sangat dilarang. Begitu juga hubungan incest yaitu antara kerabat

Page 25: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

7

kandung. Semua ini adalah aturan Tuhan untuk makhluk manusia ciptaan-Nya

agar manusia menjadi rahmat kepada alam, bukan merusak alam, atau generasi

keturunannya. Dalam kebudayaan Nias, perkawinan yang umum adalah

monogami, terutama bagi yang beragama Kristen. Namun demikian, di kalangan

orang Nias yang beragama Islam ada pula yang melakukan perkawinan poligami.

Berdasarkan pengalaman penulis, tidak ditemukan tradisi poliandri di dalam

kebudayaan Nias.

Tradisi pernikahan di pulau Nias merupakan suatu acara yang sangat

unik (khas) dan bernilai kebudayaan. Tetua adat memiliki peranan penting dalam

pernikahan serta dalam hal menentukan apakah seorang wanita menurut hukum

adat sudah boleh dikawinkan atau belum. Ketika seorang pria ingin meminang

wanita Nias, maka ada syarat yang harus dipenuhi oleh pria tersebut. Hal ini lebih

dikenal dengan istilah Böwö yang artinya mahar. Mahar atau mas kawin dalam

tradisi adat Nias cukup tinggi. Pria yang ingin menikahi wanita harus memberikan

sejumlah uang, perhiasan (emas), beberapa karung beras dan babi dewasa.

Apabila dirupiahkan, maka semuanya akan mencapai puluhan bahkan bisa ratusan

juta rupiah.

Adat perkawinan pada masyarakat Nias dilakukan sejak masa

pertunangan. Pada masa ini, pria harus memberi emas kepada keluarga wanita,

beberapa ekor babi, ayam, serta sejumlah uang. Acara pertunangan yang

dilakukan biasanya dipestakan secara besar-besaran dan meriah. Sanak keluarga,

tetangga, dan sitenga bö’ö (kerabat) akan diundang untuk menyaksikan acara

pesta pertunangan.

Page 26: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

8

Ada beberapa rangkaian acara yang biasanya dilakukan dalam pesta

pernikahan suku Nias, terutama di Õri Laraga yaitu: a. Fame’e Laeduru

(memberikan cincin), b. Fanunu Manu ( membakar ayam) yaitu istilah untuk

pesta kecil, c. Famalua Li (menyampaikan hasrat), d. Fame’e fakhe toho

(membawa padi jujuran), e. Fangandrõ li nina (memohon waktu dari ibu gadis), f.

Fame’e (menasehati calon pengantin), g. Famaola ba nuwu (memberitahukan ke

paman calon pengantin perempuan), h. Famaigi mbawi walõwa (menengok babi

jujuran adat), i. Folau bawi (membawa babi jujuran), j. Falõwa (upacara

pernikahan), k. Fame’e gõ (memberi makan penganten), dan l. Famuli nukha

(pengembalian pakaian).

Awalnya dalam kebudayaan Nias seluruh rangkaian acara ini dilakukan

tahap demi tahap, sehingga membutuhkan waktu yang sangat panjang. Seiring

dengan prinsip efisiensi waktu dalam pelaksanaan tahapan-tahapan ini, maka

akhir-akhir ini telah diadakan penggabungan yaitu poin a sampai e dalam satu

kesempatan, kemudian poin f sampai dengan poin i diwaktu yang lain, dan poin j

adalah hari pelaksanaan secara keseluruhan. Sedangkan poin k dan l, adalah anti-

klimaks dari seluruh rangkaian acara.

Dalam tesis ini, penulis mencoba menguraikan makna dan nilai luhur

yang juga merupakan rangkain dari adat pernikahan dan pesta lainnya. Termasuk

di dalamnya penyambutan tamu terhormat yaitu melalui lagu Maena yang

dilantunkan pada acara tersebut di atas.

Maena adalah suatu kegiatan budaya yang dilakukan secara turun

temurun oleh masyarakat Nias, baik yang masyarakat yang masih berada di

Page 27: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

9

Kepulauan Nias, maupun kelompok masyarakat Nias yang berada di luar

Kepulauan Nias.Untuk memeriahkan suatu acara tertentu di Kepulauan Nias,

selain acara adat yang wajib dilaksanakan, tari dan lagu Maena yang merupakan

satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan acara adat sepertiterurai

sebelumnya. Maena menggunakan media gerak, teks, dan melodi yang dilakukan

secara dinamis oleh sekelompok orang. Masyarakat yang datang di dalam

kegiatan upacara di Nias, tidak terbatas hanya sebatas pada pesta pernikahan,

tetapi dilakukan juga pada acara lainnya seperti: peresmian organisasi adat,

agama, gedung baru, seminar, atau apapun kegiatan lain. Para pelaku tarian

Maena juga tidak dibatasi oleh gender (jenis kelamin), usia dan trah (bosi).

Mereka memainkan gerakan dalam tarian ini juga tidak dibutuhkan keahlian

khusus atau latihan yang memakan waktu lama, karena gerakannya tidak rumit,

cenderung sebagai perulangan yang sederhana dari sudut estetik, dan terjadi

pengulangan terus selama pelantun syairnya masih tetap menuturkan syair-

syairnya.

Maena merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional Nias, yang di

dalamnya mengandung seni tari dan nyanyian (musik vokal). Tariannya

dipolakan dengan gerakan yang membentuk segi empat. Dalam pertunjukannya

bermakna kegembiraan dan kemeriahan suatu acara yang dilangsungkan. Musik

vokal adalah musik yang dihasilkan oleh suara manusia, musik tersebut diiringi

alat musik atau tidak dan penyajiannya dapat dinyanyikan oleh satu orang (solo),

maupun dengan banyak orang (kelompok).

Page 28: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

10

Maena tidak terlepas dari saling mempengaruhi antara nyanyian dengan

tari. Didalam tari ada gerakan, yang membentuk segi empat (öfa sagi) dan kaki

membentuk segi tiga (tölu sagi), kedua lengan diayunkan ke depan dan ke

belakang sehingga selama pertunjukan Maena, gerakan inilah yang terus diulang-

ulang dari awal hingga berakhirnya pertunjukan. Gerakan pada Maena tidak

terlalu banyak dan sangat mudah untuk dipelajari, tetapi pada pertunjukannya

harus memiliki kekompakkan gerakan tersebut walaupun dikatakan mudah,

namun dari sekian banyaknya jumlah penyaji Maena ini, yang harus diperlukan

ialah kekompakan, selain itu gerakan Maena berputar ke arah kiri.

Musik vokal pada Maena berupa susunan pantun yang dinyanyikan atau

disuarakan oleh sanutunö1maena (pemimpin Maena) yang dipimpin oleh satu atau

dua orang. Sanutunö maena juga dapat dipimpin oleh satu orang saja namun yang

menjadi pimpinannya ialah seorang perempuan. Apabila sanutunö maena dua

orang, maka yang satu perempuan dan satu lagi laki-laki dan terkadang juga dua-

duanya dipimpin oleh perempuan. Dengan demikian, dalam tradisi Maena ini,

pihak laki-laki dan perempuan memiliki peran bersama, dan itu merupakan

ekspresi kerjasama gender dalam budaya Nias yang lebih luas.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam melihat Maena ini, yakni

tempat atau lokasi sanutunö maena (pemimpin) dengan sanehe maena atau ono

maena (peserta Maena) pada saat pertunjukan. Sanutunö maena berpisah

tempatnya ataupun terkadang juga bisa gabung dengan sanehe atau ono maena

1Dalam pengucapan serta penulisan atau pronounsiasi dalam bahasa Nias, seperti dilakukan

oleh masyarakat Nias, ö dibaca e sama dengan pengucapan huruf e pada kata menganalisis. Penulisan kata-kata dalam bahasa Nias dengan huruf Latin seperti itu, awalnya diperkenalkan oleh para misionaris Kristen, yang dimulai dengan zending Jerman dibawah pimpinan Deninger 1850-an.

Page 29: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

11

tetapi pada umumnya selalu berpisah. Sanehe (ono maena) merupakan orang yang

menyanyikan syair maena yang bersifat tetap, dan terus diulang-ulang oleh

peserta maena setelah sanutunö maena menyanyikan syair yang berupa susunan

pantun-pantun sampai berakhirnya maena tersebut (strophic). Dengan demikian,

maka Maena ini secara musikal dapat dikelompokkan ke dalam musik logogenik,

yaitu lebih mengutamakan syair ketimbang bentuk melodinya.2

Fanutunö maena (syair maena) yaitu suatu lirik yang disajikan dalam

bentuk bernyanyi oleh sanutunö maena (orang yang membacakan syair maena).

Syair maena berisi tentang kegiatan dalam hal ini pesta perkawinan. Syair

maena disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam maena yang disebut

dengan ono maena atau fanehe maena (peserta maena). Pada maena tidak dibatasi

siapa-siapa saja yang ikut dalam pertunjukannya laki-laki dan perempuan dapat

melakukan tari3maena ini. Sanutunö maena dengan sanehe maena saling

2Pertunjukan musik yang diklasifikasikan sebagai logogenik adalah satu kebudayaan

musik etnik atau musik dunia dengan ciri khas utamanya adalah menggunakan dan menumpukan teks yang dikomunikasikan secara verbal. Biasanya menggunakan salah satu atau perpaduan unsur-unsur ritme, melodi, atau harmoni. Dalam kebudayaan musik logogenik ini, unsur sastra dan folklor mendapat peranan penting. Namun agak berbeda dengan bahasa sehari-hari, teks dipertunjukan melalui lagu bukan bahasa sehari-hari. Dengan demikian nyanyian jenis ini selalu menggunakan bahasa yang digayakan dan mengandung unsur-unsur perlambangan. Ada kalanya bersifat rahasia seperti pada mantra. Seterusnya, jika sebuah kebudayaan musik mengutamakan aspek melodi atau ritme saja, bukan menekankan kepada teks, maka musik seperti ini dapat dikategorikan sebagai budaya musik melogenik. Musik seperti ini, lebih menumpukan pertunjukan pada aspek komunikasi bukan lisan terutama menggunakan dimensi waktu dan ruang. Untuk mengkaji makna yang diungkapkan melalui ritme, melodi, atau bunyi-bunyian lainnya, diperlukan pemahaman dan penafsiran dengan cara menelitinya, terutama apa yang ingin dikomunikasikan pencipta musik atau senimannya, yang bisa dijejaki melalui pemikiran mereka (lihat Malm, 1977). Selain dari musik logogenik terdapat juga musik yang diklasisifikasikan sebagai melogenik. Pertunjukan musik melogenik ini, bertumpu kepada komunikasi bukan verbal, dan sepenuhnya menggunakan aspek bunyi baik itu berupa nada-nada maupun ritme. Contoh pertunjukan musik melogenik adalah gordang sambilan di Mandailing.

3Menurut Kamus Dewan Edisi Ketiga (2002:1378) tari ialah gerakan badan serta tangan dan kaki berirama mengikuti rentak musik. Dalam kebudayaan masyarakat di dunia ini, berbagai macam penyebutan untuk tari ini. Dalam kebudayaan Batak Toba, Mandailing, dan Angkola disebut dengan tortor. Dalam kebudayaan Karo disebut dengan landek. Kemudian dalam

Page 30: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

12

bersahut-sahutan (call and respons) dimana ada yang memimpin dan ada koor

yang dinyanyikan secara bersamaan oleh penyaji maena. Teknik penyajian musik

yang sedemikian rupa selalu diistilahkan dalam ilmu-ilmu musik sebagai

responsorial.4

Apabila kita melihat bahwa setiap suku bangsa biasanya memiliki

istilah tertentu dalam menyebut musik vokal itu sendiri, sama halnya juga dengan

masyarakat Nias bahwa musik vokal atau nyanyian disebut juga sinunö. Dalam

kesenian tradisional, baik yang tumbuh dari rakyat itu sendiri atau pengaruh dari

budaya lain, sehingga masyarakat itu telah mewarisinya secara turun-temurun dari

nenek moyang mereka, dapat disebut kesenian tradisional. Predikat tradisional

bisa diartikan segala sesuatu yang sesuai tradisi, sesuai dengan kerangka, pola-

pola bentuk maupun penerapan yang selalu berulang-ulang (Sedyawati, 1981:48).

Pesta perkawinan pada masyarakat Nias memiliki beberapa musik vokal

(sinunö) seperti: bolihae, fangowai, dan hendri-hendri. Ketiga jenis sinunö ini

murni tidak menggunakan alat musik pengiring, hanya disuarakan oleh suara

manusia. Namun dalam tesis ini, penulis menitik beratkan musik vokal pada

maena, bahwa maena dahulunya juga tidak menggunakan alat musik pengiring

tetapi karena perubahan zaman atau karena dalam pertunjukannya bermakna suatu

kegembiraan dan sukacita sehingga digunakan ensambel pengiring yang terdiri

kebudayaan Pakpak disebut dengan tatak. Dalam kebudayaan dunia ada yang menyebutnya dance atau juga dansa.

4Responsorial atau call and response, adalah bentuk penyajian musik secara bersama, yaitu satu orang pemimpin vokal disahuti oleh sekelompok penyanyi lainnya. Jadi ada konsep memimpin dan dipimpin di dalam teknik ini. Contoh pertunjukan musik seperti itu adalah pada pertunjukan tari saman di Gayo, antara pemipin nyanyian syekh dan kelompok vokal. Selain itu, terdapat pula teknik sahut-sahutan antara dua kelompok penyanyi. Teknik yang seperti ini selalu disebut dengan litany.

Page 31: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

13

dari gong, gondra, faritia, dan ukulele. Tetapi karena dilihat bahwa dengan

menggunakan alat-alat tersebut sangat sulit dalam penyediaannya, maka berubah

pula dan kebanyakan dengan menggunakan keyboard.

Pada pesta perkawinan ada beberapa bagian musik vokal yang

dinyanyikan oleh sanutunö maena yaitu, (1) fanehe maena wangowai dome

(syair yang berisi sapaan atau ucapan selamat datang). Dalam menyajikannya

berisi tentang sapaan karena para tamu-tamu dari pihak laki-laki sudah datang

sehingga disapa lewat sebuah tarian. Tarian tersebut ialah tarian maena wangowai

dome. Pada syair ini yang melakukan atau melaksanakannya ialah pihak

perempuan, (2) fanehe maena zowatö (syair yang berisi sapaan kepada sowatö).

Dalam syair ini keluarga laki-laki menyapa keluarga mempelai perempuan dengan

cara menyajikan tarian. Pada syair ini pihak laki-laki yang melaksanakannya, (3)

fanehe maena wangandrö sokona(syair meminta sokongan dari pihak laki-laki).

Pada syair ini keluarga pihak laki-laki khususnya pengantin laki-laki wajib

memberikan uang, rokok, atau sejenis minuman kepada para ono maena (peserta

maena). Fanutunö maena ini yang melakukannya atau melaksanakannya ialah

pihak perempuan.

Ketiga syair fanehe maena di atas sanutunö maena selalu berpisah

dengan para sanehe maena tetapi terkadang juga sanutunö maena bergabung

bersama dengan sanehe maena. Setiap gerakan yang dilakukan oleh para sanehe

maena tidak diikuti oleh sanutunö maena, namun pada umumnya sanutunö maena

ikut juga menyanyikan syair zanehe maena (syair yang dinyanyikan oleh peserta

maena).

Page 32: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

14

Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertutur bahasa Nias

(amaedola atauduma-duma), karena syair-syair semuanya memakai bahasa Nias.

Namun seiring oleh perkembangan peradaban yang canggih dan modern, pantun-

pantun maena yang khas li nono Niha (bahasa Nias) sudah banyak menghilang,

bahkan banyak tercampur oleh bahasa Indonesia dalam penuturannya.

Sanutunö maena merupakan orang yang sangat penting dalam

pertunjukan maena karena tanpa sanutunö maena tarian maena tidak bisa berjalan

apabila hanya sanehe maena (peserta maena) saja yang ada. Itulah menjadi

pertanyaan dan yang dijawab dalam tulisan ini yaitu seberapa pentingkah

sanutunö maena itu pada pertunjukan maena? Bagaimanakah tata cara sanutunö

maena menyanyikan syair wanutunõ maena tesebut?

Kesenian masyarakat Nias sangat banyak dan sangat menarik jika kita

teliti lebih dalam. Namun pada kenyataannya masyarakat pendukungnya tidak

begitu memprioritaskan tentang kesenian tersebut disebabkan kurangnya

kepedulian generasi muda orang Nias yang terhadap kebudayaannya. Selain itu

juga minat masyarakat Nias terutama para generasi muda lebih tinggi terhadap

lagu-lagu populer (pop) dibanding dengan lagu-lagu tradisional. Hal ini dapat

dilihat dari lagu-lagu populer Nias semakin lama semakin beredar lewat kaset

rekaman.

Melihat situasi dan kondisi eksistensi kebudayaan (musik) Nias sekarang

ini, maka kecenderungan hilang tanpa didokumentasikan memang dapat terjadi

kapan saja karena kurangnya antusias dan pengetahuan generasi muda masyarakat

Nias terhadap budaya-budaya yang sebelumnya ada. Oleh karenanya perlu

Page 33: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

15

dilakukan upaya-upaya dokumentasi terhadap budaya di seluruh dunia. Hal inilah

akhirnya dapat mengaburkan bentuk asli dari tradisi Nias itu sendiri, karena

semakin disederhanakan atau dipersingkat menurut pelaksanaan suatu acara adat,

(Elisian Waruwu, 1994:11).

Dalam kutipan ini muncul dibenak penulis, bahwa kesenian masyarakat

Nias tidak banyak yang melestarikan keseniannya, hanya sekedar mengetahuinya

saja tetapi tidak dituangkan dalam satu tulisan. Dengan adanya tulisan tentang

kesenian masyarakat Nias, setiap orang yang melihat dan membaca tulisan

tersebut dapat memberi inspirasi bahwa kesenian masyarakat Nias sangat banyak

dan ada rasa ingin tahu lebih dalam karena pernyataan tersebut, penulis memiliki

alasan tersendiri mengapa musik vokal pada maena ditulis dalam satu tulisan

yaitu karena kurangnya masyarakat Nias yang memiliki pengetahuan tentang

kesenian masyarakat Nias, walaupun tahu tetapi tidak di tulis dalam satu tulisan

sehingga penulis merasa sebagai seorang pengkaji seni maka kewajiban penulis

untuk menulis tentang salah satu kesenian tradisional Nias yaitu musik vokal pada

maena apalagi penulis merupakan salah satu orang yang akan melestarikan

kesenian tradisional Nias sehingga penting untuk dikaji dan dituangkan dalam

satu tulisan berupa tesis yang berjudul: Maena Pada Upacara Falõwa di Ori

Laraga Kota Gunungsitoli : Analisis Tekstual, Musik dan Tari.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan tiga masalah

penelitian sebagai berikut.

Page 34: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

16

1. Bagaimana makna-makna teks (syair) dalam lagu pada pertunjukan

budaya Maena?

2. Bagaimana struktur musikal lagu pada pertunjukan Maena di

Gunung Sitoli?

3. Bagaimana struktur tari Maena di Gunung Sitoli?

Ketiga pokok masalah penelitian di atas akan dibantu pula oleh beberapa

permasalahan yang mendukung, di antaranya adalah:

a. Bagaimana proses upacara falõwa (perkawinan) di Gunung Sitoli

Nias?

b. Sejauh apa penggunaan dan fungsi maena pada upacara tersebut?

c. Bagaimana persepsi orang Nias pada umumnya melihat

keberadaan maena pada masa sekarang ini?

d. Nilai-nilai budaya kearifan yang seperti apa yang terkandung di

dalam pertunjukan maena dalam konteks upacara perkawinan di

Gunung Sitoli?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui, memahami, melalui analisis tentang makna teks

(syair) dalam lagu-lagu pada pertunjukan budaya maena.

2. Untuk mengetahui, memahami, melalui analisis terhadap bagaimana

struktur musikal lagu pada pertunjukan maena di Gunung Sitoli.

Page 35: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

17

3. Untuk mengetahui, memahami, memaparkan, bagaimana struktur

tari maena di Gunung Sitoli.

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini, diharapkan dapat memberi sumbangsih bagi

perkembangan seni budaya yang mulai memudar, terutama:

1.3.2.1 Bagi mahasiswa

a) Dapat memberi pengalaman tentang pengaplikasian ilmu yang telah

diperoleh dari bangku perkuliahan.

b) Dapat menambah wawasan dan cara pandang mahasiswa untuk

berpikir kritis dan sistematis terhadap sebuah seni yang ada di

lingkungan sekitar.

c) Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa seni

tari dan musik, agara dapat mengetahui penyajian tari dan musik

maena sesungguhnya, termasuk pada konteks hiburan di pesta

perkawinan.

1.3.2.2 Bagi lembaga pendidikan

a) Menambah referensi tentang kesenian (khususnya Maena) bagi

lembaga-lembaga pendidikan (Fakultas) sehingga dapat digunakan

oleh para dosen kesenian sebagai bahan pembelajaran

b) Sebagai bahan masukan bagi tim pengajar sendratasik (seni, drama,

tari dan musik) untuk menambah wawasan seni dan kemudian

mengajarakannya kepada generasi muda Indonesia

Page 36: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

18

c) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi, bahan

pertimbangan dan bahan kajian dalam penulisan karya ilmiah

mengenai kesenian.

d) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk memperluas

wawasan dan pengetahuan pembaca tentang kesenian dalam sebuah

daerah.

1.3.2.3 Bagi masyarakat

a) Dapat menjaga dan melestarikan tradisi daerah setempat khususnya

suku Nias.

b) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau masukan untuk

mengelola kesenian/tradisi khususnya suku Nias.

c) Memberikan manfaat bagi masyarakat nias maupun masyarakat

luas mengenai bagaimana lagu maena dinyanyikan di dalam acara

pernikahan adat masyarakat nias.

1.3.2.4 Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain,

baik mencakup teori maupun uraian tentang bentuk penyajian tari

maena

b. Menjadi bahan masukan bagi penulis untuk melakukan penelitian

penelitian selanjutnya mengenai tarian maena.

Page 37: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

19

1.4 Konsep dan Teori Yang Digunakan

1.4.1 Konsep

Musik vokal ialah bunyi yang dihasilkan oleh alat ujar manusia seperti

mulut, bibir, lidah, dan kerongkongan yang memiliki irama, nada, ritem, dinamik,

melodi dan mempunyai pola-pola serta aturan untuk menghasilkan bunyi tersebut.

Musik vokal dapat juga dikatakan nyanyian, kita dapat berpedoman pada pendapat

yang dikemukakan oleh Poerwadarminta (1985:680), bahwa nyanyian adalah

sesuatu yang berhubungan dengan suara atau bunyi yang berirama yang

merupakan alat atau media untuk menyampaikan maksud seseorang tanpa iringan

musik.

Musik vokal atau nyanyian seperti yang kemukakan oleh

Poerwadarminta (1985:680) sesuatu yang berhubungan dengan suara atau bunyi.

Musik vokal dalam masyarakat Nias sama dengan sinunö [sinun∑]. Apabila

dikatakaan sinunö (ks) berarti nyanyian yang keluar dari alat ujar manusia tanpa

ada iringan musik. Apabila dikatakan sanunö (kb) berarti orang yang menyanyi.

Sedangkan manunö berarti menyanyi (kk).

Maena pada masyarakat pendukungnya mempunyai arti sebagai sebuah

tarian yang memiliki gerak segi empat. Sifamaena (kb) berati orang yang menari

maena. Famaena (kk) berarti menari maena. Famaena menyiratkan makna

masyarakat hadir dan berkumpul disuatu tempat melakukan kegiatan budaya yaitu

maena. Padanan dari kata maena yaitu fanehe maena berarti syair maena.

Sehingga apabila kita gabungkan kedua kata tersebut di atas maka dapat

dikatakan sinunö maena yang berarti musik vokal atau nyanyian pada tarian

Page 38: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

20

maena. Nyanyian tersebut dalam pembahasan ini dibagi atas tiga bagian yaitu, (1)

Fanehe maena wangowai dome, (2) Fanehe maena wangowai zowatö, dan (3)

Fanehe maena wangandrö sokona.

Maena wangowai dome bagi masyarakat Nias bermakna bahwa ada

orang yang menyambut tamu yang dinamakan sowatö (keluarga perempuan)

mengucapkan selamat datang kepada keluarga pihak mempelai laki-laki, lalu

menyapa mereka dengan tarian wangowai dome. Maena wangowai berarti

penghormatan, tome berarti tamu sehingga musik vokal pada tari ini dapat

dikatakan sekelompok orang, keluarga pihak perempuan menyapa hormat para

tamu pihak laki-laki karena sudah tiba di lokasi tempat dimana pesta perkawinan

itu berlangsung.

Demikian juga halnya dengan fanutunö maena wangowai zowatö

kebalikan dari fanutunö maena wangowai dome yaitu sekelompok orang dari

pihak laki-laki menyapa hormat atau memberi penghormatan kepada para sowatö

(pihak perempuan). Berbeda halnya dengan fanutunö maena wangandrö sokona

yaitu fanutunö maena dalam masyarakat Nias berarti syair yang akan dinyanyikan

oleh sanutunö maena. Wangandrö berarti permintaan. Sedangkan sokona ialah

dapat dikatakan memberikan sesuatu berdasarkan kemampuannya yang

diberikannya kepada peserta maena. Jadi fanutunö maena wangandrö sokona

berarti keluarga pihak perempuan meminta dukungan, atau pemberian sukarela

dari pihak laki-laki dengan dipertunjukannya tarian ini.

Perkawinan pada masyaraakat Nias merupakan pembentukan suatu

keluarga baru yang bernilai sakral untuk melahirkan keturunan (regenerasi). Kata

Page 39: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

21

perkawinan bagi masyarakat Nias mengandung arti yaiu falöwa atau fangowalu.

Apabila dikatakan mangowalu (kk) berarti seorang laki-laki yang dikatakan

marafule melamar satu orang wanita yang dikatakan ono nihalö dan melakukan

suatu pesta yang dikatakan pesta adat perkawinan. Selanjutnya apabila dikatakan

sangowalu (ks) berarti orang yang melangsungkan pesta perkawinan. Dalam

melaksanakan satu pesta adat perkawinan ada beberapa tahap-tahap yang akan

dilakukan sebelumnya sehingga dapat terlaksana satu upacara dari awal sampai di

acara puncaknya yaitu fangowalu.

1.4.2 Teori

Sesuai dengan tiga pokok masalah dalam penelitian ini, yaitu: (1) makna

teks lagu maena, (2) struktur musik maena, dan (3) struktur tari maena, maka

dalam mengkajinya penulis menggunakan tiga teori utama. Untuk mengkaji teks

maena digunakan teori semiotik, khususnya dari Halliday yang memandang teks

atau syair nyanyian melalui makna denotatif dan makna konotatif. Namun

demikian pada bab ini diuraikan agak panjang apa itu teori semiotik, sebagai latar

belakang keilmuan dalam konteks mengkaji teks maena.

Selanjutnya untuk mengkaji struktur musik maena, yang terkonsentrasi

pada melodi, penulis menggunakan teori bobot tangga nada (weighted scale)

seperti yang ditawarkan oleh Malm dalam bukunya Music Culture of Pacific, near

East, and Asia, diterbitkan oleh Prentice Hall, di Englewood Cliffs, New Jersey,

Amerika Serikat. Teori ini secara khusus bertumpu pada bagaimana struktur

Page 40: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

22

melodi, yang terdiori dari delapan besaran umum itu disusun dalam kebudayaan

musik di seluruh dunia ini.

Seterusnya untuk mengkaji struktur tari maena, digunakan teori struktur

tari maena digunakan teori koreografi tari. Teori ini awalnya ditawarkan oleh

Djelantik. Pada dasarnya teori ini mengkaji tari dari dimensi ruang, waktu, dan

tenaga yang terdapat dalam tari.

1.4.2.1 Teori semiotik

Dalam mengkaji makna tekstual dalam pertunjukan tarian naena, penulis

lebih fokus dengan menggunakan teori semiotik. Selanjutnya teori ini digunakan

dalam usaha untuk memahami bagaimana makna tari maena diciptakan dan

dikomunikasikan. Dua tokoh perintis semiotik adalah Ferdinand de Saussure

seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Peirce, seorang filosof dari

Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang

bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang

berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi

tersendiri.

Peirce juga menginterprestasikan bagasa sebagai lambang, tetapi terdiri

dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representatum, (2) pengamat

(interpretant), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus

memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari

lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses

penciptaan. Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori: ikon,

indeks, dan simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan seperti

Page 41: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

23

foto, maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu

sepertu timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak

menyerupai yang dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara

Republik Indonesia, maka disebut dengan simbol.

Semiotik atau semiologi adalah kajian terhadap tanda-tanda (sign) serta

tanda tanda yang digunakan dalam perilaku manusia. Defenisi yang sama pula

dikemukakan oleh salah satu seorang pendiri teori semiotik, yaitu pakar linguistik

dari Swiss Ferdinand De Sausurre. Menurutnya semiotik adalah kajian mengenai

“kehidupan tanda-tanda mengenai kehidupan masyarakat yang menggunakan

tanda-tanda itu.“ Meskipun kata-kata ini telah dipergunakan oleh filosof Inggris

abad ke-17 yaitu John Locke, gagasan semiotik sebagai modus interdisplin ilmu,

dengan berbagai contoh fenomena yang berbeda dalam bebagai lapangan studi,

baru muncul ke permukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika

munculnya karya-karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika

Serikat, Charles Sanders Peirce .

Dalam karya awal Peirce di lapangan semiotik ini, ia menumpukan

perhatian ini kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefenisikan tanda sebagai

“sesuatu yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain”. Salah satu

sumbangannya yang besar bagi semiotik adalah pengkategoriannya mengenai

tanda-tanda ke dalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan dengan

referennya (misalnya jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan); (b) indeks,

yang disamakan dengan referennya (asap adalah tandanya api) dan (c) simbol,

yang berkaitan dengan referennya dengan cara penemuan seperti dengan kata-

Page 42: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

24

kata atau signal trafik). Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk mengkaji

syair maena.

Untuk membantu kajian makna dalam penelitian ini juga penulis mengkaji

fungsi tari saman, dengan menggunakan teori fungsionalisme. Teori

fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan pada ilmu sosial, yang

menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi dan kebiasaan-

kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana

susunan sosial didukung oleh fungsi. Institusi-institusi dan kebiasaan-kebiasaan

pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan-

susunan sosial didukung oleh fungsi. Institusi-institusi seperti negara, agama,

keluarga, aliran dan pasar terwujud. Sebagai contoh, pada masyarakat yang

kompleks seperti Amerika Serikat, agama dan keluarga mendukung nilai-nilai

yang difungsikan untuk mendukung aktivitas politik demokrasi dan ekonomi

pasar. Dalam masyarakat yang lebih sederhana, masyarakat tribal, partisipasi

dalam upacara keagamaan berfungsi untuk berhubungan kekerabatannya.

1.4.2.2 Semiotik Charles Sanders Peirce

Peirce dalam buku Interprestasi dan Semiotika (Panuti Sudjiman & Art

Van Zoest) menuliskan bahwa semiotika dapat dipecahkan dengan baik yang

disebabkan oleh masalah inferensi (pemikiran logis), akan tetapi semiotika juga

membahas masalah-masalah signifikasi dan komunikasi. Salah satu gagasan

beliau dalam teori semiotika adalah mengenai tanda-tanda yang dibagi dalam tiga

kategori adalah: a. ikon, b. Indeks, dan c. simbol.

Page 43: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

25

OBJEK

REPRESENTAMEN INTERPRETAN

Bahasa sebagai lambang semiotika terdiri dari tiga bagian yang saling

berkaitan: (1). Representatum, (2). Interpretant (pengamat) dan (3.) Sebagai

Objek. Semiotika membicarakan hal ini sedemikian rupa sehingga batas antara

semiotika dan teori komunikasi tidak selelu jelas. Teori komunikasi menaruh

perhatian pada kondisi penyampaian signifikasi, yaitu pada saluran komunikasi.

Berkat saluran komunikasi inilah pesan dapat disampaikan.

Peirce mengemukakan teori segi tiga makna atau triangel meaning yang

terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object dan interpretant. Tanda

adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra

manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain diluar

tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda yang muncul

dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik), dan indeks

(tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini

disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi

referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda (Santosa, 1993: 10) dan

(Pudentia, 2008:323).

Bagan 1.1 Segitiga Makna

Page 44: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

26

Menurut Peirce (Santosa, 1993:10) pemahaman akan struktur semiosis

menjadi dasar yang tidak dapat ditiadakan bagi penafsir dalam upaya

mengembangkan pragmatisme. Seorang penafsir adalah yang berkedudukan

sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam

mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir yang jeli dan cermat, segala

sesuatunya akan dilihat dari tiga jalur logika, yaitu hubungan penalaran dengan

jenis penandanya, hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya dan hubungan

pikiran dengan jenis pertandanya seperti yang tertera dalam bagan 1.2.

Ground/Representamen: Tanda itu sendiri sebagai perwujudan gejala umum

Objek/Referent: yaitu yang diacu

Interpretant: Tanda tanda baru yang terjadi dalam batin penerima

Qualisign: terbentuk oleh suatu kualitas yang merupakan suatu tanda, misalnya: “keras” suara sebagai tanda, warna hijau

Icon: Tanda yang penanda dan pertandanya ada kemiripan. Misalnya: foto, peta

Rheme: Tanda suatu kemungkinan atau konsep, yaitu yang memungkinkan menafsirkan berasarkan pilihan. Misalnya “mata merah” bisa baru menangis, tapi bisa juga yang lain

insign/ tokens: terbentuk melalui realistis fisik. Misalnya rambu lalu lintas

Indeks: hubungan tanda dan objek karena sebab akibat. Misalnya: asap dan api.

Dicent Sign: tanda sebagai fakta/ pernyataan deskriptif eksistensi aktual suatu obyek, misalnya: tanda larangan parkir adalah kenyataan tidak boleh parkir.

Legisign: Hukum atau kaidah yang berupa tanda. Setiap tanda konvensional adalah legisign, misalnya : Suara wasit dalam pelanggaran.

Symbol: Hubungan tanda dan objek karena kesepakatan/ suatu tan da yang penanda atau pertanda arbiter konveksional. Misalnya bendera, kata-kata.

Argument: tanda suatu aturan yang langsung memberikan alasan. Misalnya : gelang akar bahan dengan alasan kesehatan.

Tabel 1.1

Pembagian Tanda. Sumber: Emi Yunita (2011)

Page 45: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

27

1.4.2.3 Semiotik Ferdinand de Saussure

Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913).

Dalam teorinya Saussure membagi dua bagian (dikotomi), yaitu penanda

(signifier) dan pertanda (signified). Penanda adalah wujud fisik yang dapat dikenal

melalui wujud karya arsitektur atau seni rupa. Sedang pertanda yang dilihat

sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nilai yang

terkandung di dalam karya arsitektur. Eksistensi semiotik Saussure adalah relasi

antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, bisa disebut engan signifikasi.

Semiotik signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda

dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan

sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut (culler, 1996:7). Bagan

berikut tentang tanda (sign) yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure

(dalam Djajasudarma, 1993:23).

Hubungan antara significant dan signifie bersifat arbitrer atau sembarang

saja. Dengan kata lain, tanda bahasa (signe lingusistique atau signe) bersifat

arbitrer. Significant bersifat linear, unsur unsurnya membentuk satu rangkaian (

unsur yang satu mengikuti unsur lainnya).

Bagan 1.2

Tentang Hubungan Tanda

Page 46: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

28

Menurut Saussure (Chaer, 2003:348) tanda terdiri dari (a) bunyi-bunyian

dan gambar, yang disebut signifier atau penanda, dan (b) konsep-konsep dari

bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified. Dalam berkomunikasi, seseorang

menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang obyek dan orang lain akan

meninterprestasikan tanda tersebut. Obyek bagi Saussure disebut referent. Hampir

serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object

untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan

menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh,

ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpatkan maka

hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure,

“signifier dan Signified” merupakan kesatuan, tidak dapat dipisahkan, seperti dua

sisi dari sehelai kertas.

Bahasa merupakan sistem tanda, dimana setiap tanda yang ada terdiri dari

dua bagian yaitu signifier dan signified. Signifier merupakan konsep, ide, atau

gagasan. Sementara signified adalah kata-kata atau tulisan yang menyampaikan

konsep, ide atau gagasan tersebut. Kedua unsur ini tidak apat dipisahkan, suatu

signified tanpa signifier tidak memiliki arti apa-apa, sebaliknya suatu signifier

tanpa signified tidak mungkin dapat disampaikan. Contohnya manusia yang masih

sangat muda yang belum bisa berbicara dan berjalan merupakan sebuah signifier.

Untuk menyampaikan gagasan dalam signifier tersebut maka digunakan signified

“bayi”.

Page 47: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

29

1.4.2.4 Semiotik Halliday

Halliday mengembangkan semiotik terutama dalam bidang bahasa

(linguistic). Pembagian semiotik bahasa menurut beliau dibagi dua yaitu semiotik

denotatif yang mengkaji tanda-tanda bahasa dalam makna sesungguhnya, dan

yang kedua adalah semiotik konotatif yang mengkaji bahasa dalam makna di luar

makna yang sesungguhnya.

Dalam pemakaian bahasa, sistem semiotik konotatif terdapat dalam

hubungan bahasa dengan konteks sosial yang teriri atas ideologi, konteks budaya

dan faktor situasi sebagai semiotik konotatif, pemakaian bahasa menunjukkan

bahwa ideologi tidak memiliki bentuk. Oleh karena itu, semiotik meminjamkan

budaya sebagai bentuk sehingga ideologi direalisasikan oleh budaya, budaya

direalisasikan oleh konteks situasi. Selanjtunya konteks situasi meminjamkan

semiotik yang berada di bawahnya yaitu bahasa. Jadi konteks situasi

direalisasikan oleh bahan yang mencakup semantik, tata bahasa dan fonologi

Bahasa dalam pandangan semitoik sosial menandai jenis pendekatan yang

dilakukan oleh Halliday. Dalam pengertian ini bahwa sebagai semiotik, bahasa

terjadi dari dua unsur yaitu arti dan ekspres, berbeda dengan semiotik biasa sebai

semiotik sosial bahasa memiliki unsur lain yaitu bentuk. Dengan demikian bahasa

dalam interaksi sosial terdiri dari tiga unsur yaitu arti, bentuk dan ekspresi. Arti

semantic atau discourse semantic direalisasikan pada bentuk gambar (grammar

atau expression) dan bentuk ini seterusnya dikodekan oleh ekspresi atau

phonology/graphology (Saragih, 2000:11).

Page 48: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

30

1.4.2.5 Semiotik Roland Barthes

Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya

tersebut Barthes lebih konsentrasi pada dua pertandaan, yaitu: tingkat denotasi

yang menandakan dan menjelaskan hubungan penanda dan penanda pada realistis,

ini menghasilkan makna eksplisit, langsung. Sedangkan yang kedua adalah

tingkat konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda

dan penanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak

langsung dan tidak pasti (Barthes, 2007:82).

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure, yang tertarik pada

cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan

makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja

menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.

Menurut Saussure (Aminuddin, 1995:168) hubungan antara simbol dan yang

disimbolkan tiak bersifat satu arah. Kata bunga misalnya, bukan hanya memiliki

hubungan yang timbal balik dengan gambaran yang disebut bunga, tetapi secara

asosiatif juga dapat ihubungkan dengan keindahan, kelembutan dan sebagainya.

Konsep mental ini kemudian menjadi bahan perhatian Barthes yang

mengembangkan konsep tanda Saussure dengan menambahkan konsep “relasi.”

Reasi yang dimaksud adalah penghubung penanda (expression) ungkapan

dilambangkan dengan E dan pertanda (contenu)/isi dilambangkan dengan C.

Penanda dan petanda dihubungkan dengan relasi R. Gabungan atau kesatuan

tingakatan-tingkatan tersebut dan relasinya itu membentuk satu sistem ERC.

Sistem ini terdapat alam bentuknya sendiri, dan menjadi unsur sederhana dan

Page 49: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

31

sistem atau bentuk kedua yang membina bentuk yang lebih luas. Oleh Barthes

sistem ini dapat dipilah menjadi dua sudut artikulasi. Konotasi dan denotasi satu

sudut, meta bahasa dan obyek bahasa di sudut lain.

1.4.2.6 Fungsionalisme Malinowski

Pada awal menulis karangannya tentang pelbagai aspek masyarakat orang

Trobiand sebagai kesatuan, Malinowski tidak sengaja mengenalkan pandangan

yang baru dalam ilmu antropologi. Namun reaksi dari kalangan ilmuwan

memberinya dorongan untuk mengembangkan suatu teori tentang fungsi dari

unsur-unsur kebudayaan manusia. Dengan demikian, dengan menggunakan

leaming theory sebagai dasarnya, Malinowski mengembangkan teori

fungsionalismenya, yang baru terbit selepas ia meninggal dunia. Bukunya bertajuk

A Scientific Theory of Culture and Other Essays (1944). Dalam buku ini

Malinowski mengembangkan teori tentang fungsi unsur-unsur kebudayaan yang

sangat kompleks. Namun inti dari teori itu adalah pendirian bahwa segala

kegiatan kebudayaan itu sebenamya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari

sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh

kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu usur kebudayaan, terjadi

karena awalnya manusia ingin memuaskan keperluan nalurinya akan keindahan;

ilmu pengetahuan juga timbul karena keperluan naluri manusia untuk ingin tahu.

Namun banyak juga kegiatan kebudayaan terjadi karena kombinasi dari beberapa

macam human needs itu. Dengan faham ini, kata Malinowski, seseorang peneliti

boleh mengkaji dan menerangkan banyak masalah dalam kehidupan masyarakat

dan kebudayaan manusia.

Page 50: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

32

Menurut penjelasan Ihromi (1987:59-61) Malinowski mengajukan sebuah

orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang ditulis Malinowski dalam

artikel bertajuk “The Group and the Individual in Functional Analysis”, dalam

jumal American Joumal of Sociology, jilid 44 (1939), hal. 938-964. Dalam artikel

ini Malinowski beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan

bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata lain,

pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan menyatakan bahwa setiap pola

kelakuan yang telah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang

merupakan bahagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, yang memenuhi

beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan. Menurut Malinowski,

fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa

keperluan dasar atau beberapa keperluan yang timbul dari keperluan dasar yaitu

keperluan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Keperluan pokok atau asas

adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), merasa enak badan

(bodily comfort), keamanan, kesantaian, gerak, dan pertumbuhan. Beberapa aspek

dari kebudayaan memenuhi keinginan-keinginan dasar itu. Untuk memenuhi

keinginan dasar ini, muncul keinginan jenis kedua (derived needs), keinginan

sekunder yang juga harus dipenuhi oleh kebudayaan. Misalnya unsur kebudayaan

yang memenuhi keinginan akan makanan menimbulkan keinginan sekunder yaitu

keinginan untuk kerja sama dalam mengumpulkan makanan atau yang untuk

diproduksi. Untuk ini masyarakat mengadakan bentuk-bentuk organisasi politik

dan pengawasan sosial yang akan menjamin kelangsungan kewajiban kerjasama

itu. Sehingga menurut pandangan Malinowski mengenai kebudayaan, semua

Page 51: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

33

unsur kebudayaan akhimya dapat dipandang sebagai hal yang memenuhi

keinginan dasar para warga masyarakat.

Malinowski percaya bahwa pendekatan fungsional mempunyai sebuah

nilai praktis yang penting. Pengertian nilai praktis ini dapat dimanfaatkan oleh

mereka yang bergaul dengan masyarakat primitif. Ia menjelaskan sebagai berikut:

“nilai yang praktis dari teori fungsionalisme ini adalah bahwa teori ini mengajar

kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang beraneka ragam;

bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya,

bagaimana harus dihadapi oleh para penyiar agama, oleh penguasa kolonial, dan

oleh mereka yang secara ekonomi mengekploitasi perdagangan dan tenaga orang-

orang masyarakat primitif” (Malinowski 1927:40-41).5

Tarian Maena pada upacara falõwa (pernikahan) di Nias pada umumnya,

dan Õri Laraga pada khususnya, merupakan pertanda ada suka cita dari kedua

belah pihak, baik dari pihak pengantin pria, maupun pengantin wanita. Terlebih

makna yang terdalam jika kedua keluarga (baik pengantin pria dan pengantin

wanita) mempersiapkan tarian, syair, lagu dan gerakan jauh hari sebelum hari

pelaksanaan pernikahan.

Latihan yang dilakukan beberapa kali di rumah masing masing pengantin

hingga terjadi perpaduan antara gerak, syair dan lagu, latihan ini menunjukkan

keberadaan masing masing keluarga pengantin di kampung dan daerah sekitarnya.

5Keberatan utama terhadap teori fungsionalismenya Malinowski adalah bahwa teori ini

tidak dapat memberi penjelasan mengenai adanya aneka ragam kebudayaan manusia. Keinginan-keinginan yang diidentifikasikannya, sedikit banyak bersifat universal, seperti keinginan akan makanan yang semua masyarakat harus memikirkannya kalau ingin hidup terus. Jadi teori fungsionalisme memang dapat menerangkan kepada kita bahwa semua masyarakat menginginkan pengurusan soal mendapatkan makanan, namun teori ini tak dapat menjelaskan kepada kita mengapa setiap mesyarakat berbeda pengurusannya mengenai pengadaan makanan mereka.

Page 52: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

34

Biasanya setiap latihan maena ini, keluarga yang pelaksanakan hajatan, wajib

memberi makan, minum dan tuak kepada seluruh ono maena (pelaku maena)

yang terdiri dari 20 hingga 50 orang.

Menurut Eliyaman Zebua, latihan Maena biasanya dimulai sejak acara

Famõzi Aramba (memulai menabuh alat musik tradisional Nias yaitu: aramba,

gõndara dan faritia), yang maknanya kedua belah pihak sudah siap dalam waktu

dekat melaksanakan hajatan besar-besaran. Selain poin di atas, Famõzi Aramba

juga menunjukkan di kampung sekitarnya akan ada pesta di kampung ini. Famõzi

Aramba dapat dilakukan kapan saja, pagi, siang, sore ataupun malam sepanjang

masih dalam tenggang waktu yang sudah disepakati. Acara Famõzi Aramba

biasanya berlangsung seminggu sebelum hari H, dan acara ini bisa dijadikan pula

ajang pertemuan muda-mudi setempat. Famõzi Aramba berakhir pada saat

pengantin perempuan sudah sampai di rumah pengantin Laki-laki.

1.4.2.7. Teori semantik

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema, yang artinya tanda atau

lambang (sign). “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filosof Perancis

bernama Michael Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati

sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang

tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata

semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah

satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer,

1994:2).

Page 53: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

35

Semantik adalah telah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau

tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang

lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu,

semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan perubahannya.

(Tarigan, 1985:7). Semantik adalah adalah ilmu yang mempelajari tentang makna

sebuah kata. bahwa semantik itu adalah bidang studi dalam linguistik yang

mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat

diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga

tataran analisis bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik (Chaer, 1990:2).

Semantik mengandung pengertian “studi tentang makna.”

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori semantik dalam

menganalisis makna tekstual lagu Maena pada upacara falõwa di Õrilaga Kota

Gunung Sitoli. Penulis berusaha mengungkapkan makna lagu maena berdasarkan

makna denotatif dan konotatif dari lagu tersebut. Makna denotatif merupakan

makna dasar suatu kata atau satuan bahasa yang bebas dari nilai rasa. Makna

konotatif adalah makna kata atau satuan lingualyang merupakan makna tambahan

yang berupa nilai rasa (Hardiyanto, 2008:22). Makna konotatif mempunyai nilai

rasa yang bersifat negatif dan positif. Maksudnya dalam kata kowe ‘kamu’ dan

panjenengan ‘kamu’ kedua kata itu sama-sama menujukkan kata kamu akan tetapi

kata kowe ‘kamu’ lebih kasar dibandingkan kata panjenengan ‘kamu’ lebih

terkesan halus dan hormat. Contoh lainnya seperti kata babaran ‘melahirkan’ dan

manak ‘melahirkan’. Denotatif kedua kata tersebut itu adalah sama-sama

melahirkan atau mengeluarkan sesuatu dari rahim yaitu anak, sedangkan makna

Page 54: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

36

konotatifnya adalah kata babaran ‘melahirkan’ mempunyai konotasi positif atau

halus, sedangkan manak ‘melahirkan’ mempunyai konotasi kasar karena makna

‘melahirkan’ untuk sebutan hewan yang sedang melahirkan.

1.4.2.8 Teori Weighted Scale

Untuk mengkaji struktur musik iringan tari maena ini, penulis

menggunakan teori bobot tangga nada (weighted scale) yang ditawarkan oleh

Malm (1977). Unsur yang dikaji adalah mencakup struktur melodi maena yang

disajikan dengan teknik-teknik melodi etnik Nias, seperti menggunakan nada-nada

tinggi, kontur yang yang menaik, dan kemudian disahuti dengan kata-kata yang

bermelodi relaksasi.

Seperti yang ditawarkan oleh Malm, bahwa ada delapan parameter melodi

yang dapat dianalisis untuk berbagai melodi musik di eluruh dunia. Kedelapan

parameter itu adalah: (1) tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4)

interval, (5) jumlah nada-nada yang digunakan, (6) formula melodi, (7) pola-pola

kadensa, dan (8) kontur (garis melodi).

Tangga nada atau dalam bahasa Inggris scale dapat dikonsepkan sebagai

nada-nada yang digunakan dalam sebuah lagu atau nyanyian, yang di dalamnya

mengandung unsur-unsur modal atau tonal. Nada-nada inilah yang menjadi unsur

utama pembentuk melodi. Adakalanya nada-nada hias lainnya diselipkan di antara

melodi-melodi yang telah dikomposisikan, namun ada pula melodi yang mesti

disajikan secara akurat dalam pertunjukan musik. Melodi pun biasanya berkaitan

dengan struktur bahasa masyarakat yang menghasilkan kebudayaan musik

Page 55: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

37

tersebut. Dengan demikian, mengkaji tangga nada pastilah akan kompleks, karena

berkait dengan berbagai unsur kebudayaan manusianya.

Selanjutnya wilayah nada dapat didefenisikan sebagai jarak antara nada

terendah ke nada tertinggi dalam sebuah nyanyian. Jarak ini dapat diukur dengan

satuan langkah atau laras. Namun dapat pula diukur dengan satuan cent, seperti

yang ditawarkan oleh para pakar etnomusikologi terutama Alexander J. Ellis.

Atau jarak ini pun dapat diukur pula dengan istilah-istilah interval seperti oktaf,

prima murni, sekta mayor, dua oktaf, dan seterusnya.

Nada dasar pula dapat dikonsepkan adalah sebagai nada yang menjadi acuan

dasar dalam mengkomposisikan melodi. Berbagai kecederungan musikal di

seluruh dunia biasanya mengandung nada dasar (tone center). Kecenderungan itu

dapat dilihat dalam berbagai karakternya seperti selalu digunakan dalam awal atau

akhir lagu. Demikian pula nada dasar ini menjadi tumpuan di setiap frase lagu,

atau juga menjadi nada akhir setiap kadensa lagu. Bisa pula berada pada nada

tertinggi atau nada terenda, dan seterusnya. Namun demikian, untuk melihat nada

dasar ini biasanya, patokan yang paling sahih adalah dengan mengkajinya

berdasarkan kebiasaan musikal yang terjadi di dalam kebudayaan musik tersebut.

Interval atau selang nada adalah jarak-jarak yang digunakan dari satu nada

ke nada berikutnya dalam sebuah komposisi lagu. Interval ini biasanya diukur

berdasarkan sistem cent atau juga menurut interval-interval yang umum

digunakan dalam musikologi barat, seperti sekunde mayor, sekunde minor, ters

mayor, ters minor, kuart murni, kuint murni, dan seterusnya. Dalam sebuah

Page 56: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

38

melodi lagu umumnya dijumpai interval yang melangkah atau melompat, yang

diatur oleh penciptanya sedemikian rupa.

Unsur melodi lainnya adalah jumlah nada-nada yang digunakan. Ini dapat

dimaknai secara kuantitatif bagaimana masing-masing nada anggota dalam sebuah

tangga nada didistribusikan dalam sebuah lagu atau nyanyian. Biasanya dapat

dihitung berdasarkan kemunculannya berapa kali. Namun ada pula yang

menghitungnya berdasarkan seberapa besar nilai durasi masing-masing nada itu

membentuk bangunan nyanyian. Jumlah nada-nada ini secara kuantitatif dapat

didekati dengan metode statistik. Gunanya adalah untuk melihat sejauh apa

peranan musikal masing-masing nada dalam sebuah komposisi.

Unsur melodi lainnya adalah formula melodi. Sebagai sebuah komposisi,

maka setiap nyanyian atau lagu pastilah disusunoleh bentuk-bentuk melodi, yang

biasa saja diulang-ulang, adakalanya tidak diulang dan dikembangkan terus secara

berbeda. Formula-formula melodi ini, biasanya dikaji berdasarkan bentuknya

apakah binari, ternari, tunggal, dan seterusnya. Setelah itu, setiap bentuk melodi

pastilah disusun oleh frase-frase melodi. Kemudian setiap frase melodi umumnya

dibentuk oleh motif-motif, sebagai kesatuan terkecil dalam bangunan melodi lagu.

Pola-pola kadensa dapat diartikan sebagai beberapa nada akhir setiap frase

dalam nyanyian. Beberapa nada ini bisa saja dua, tiga, empat, atau lebih, namun

letaknya adalah di ujung frase-frase melodi. Biasanya diulang-ulang, dan memiliki

struktur yang saling terkait dengan kadensa lainnya. Dengan demikian, kadensa

ini dapat dimaknai sebagai kecenderungan melodis dalam ujung-ujung frase.

Page 57: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

39

Unsur melodi yang kedelapan adalah kontur yang dapat dikonsepkan

sebagai garis perjalanan melodi baik itu bentuk secara keseluruhan, frase-

frasenya, atau hanya motif-motifnya. Kontur ini dapat pula dideskripsikan dengan

menggunakan kata-kata seperti garis lurus, berayun ke atas, berayun ke bawah,

berjenjang, melengkung, kurva, melesat ke atas, jatuh ke bawah, dan seterusnya.

Kontur juga selalu digunakan dalam mendeskripsikan kata-kata atau kalimat

dalam bahasa. Demikian kira-kira delapan parameter melodi yang ditawarkan oleh

Malm, menurut tafsiran dan uraian penulis.

1.4.2.9 Teori koreografi tari

Untuk mengkaji struktur tari maena, penulis menggunakan tari koreografi

tari. Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari, maupun

dari kelompok penari bersama, ditambah dengan penyesuaiannya dengan ruang,

sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu pengorganisasian

seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23). Dalam hal ini, yang

dimaksud koreografi adalah gerakan-gerakan yang dilakukan para penari (peserta)

pada upacara perkawinan masyarakat Nias. Memiliki ciri-ciri khas tertentu dari

bentuk tarian etnik lain yang dapat dilihat dan dinikmati oleh pelakunya dan

penontonnya. Gerakan-gerakannya terpola didalam aturan-aturan adat dan nilai

keindahan setempat yang dilakukan secara simbolis serta memiliki makna-makna

tersendiri.

Musik dan tarian merupakan fenomena yang berbeda, tetapi dapat

bergabung apabila terdapat aspek yang sama mengkoordinasikannya. Menurut

Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah

Page 58: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

40

rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (dalam Wimbrayardi, 1988:13-14). Musik

merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terlihat, dan tari merupakan

fenomena audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di

dalam ruang dan waktu (Sachs 1993:1-4 dan Blacking 1985:64-74) serta dapat

dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar yang menghubungkan

keduanya adalah waktu, yaitu gerak ritmis (musik dan tari) dan tempo.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

yaitu dengan menggambarkan atau mengamati fakta-fakta yang sedang

berlangsung dan pengujiannya tidak menggunakan statistik serta peneliti ikut

terjun dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dan penelitian ini adalah

observasi dan wawancara. Teknik pengolahan dan analisa data menggunakan

metode deskripsi kualitatif yaitu menguraikan bagaimana makna lagu Maena pada

upacara falõwa di Õri Laraga Kota Gunung Sitoli. Sesuai dengan masalah yang

diajukan, maka penulis memakai metode deskriptif, untuk mengumpulkan

informasi mengenai lagu Maena yang sebenarnya. Ini sesuai dengan yang

dikatakan Arikunto, (2003:309-310) yaitu penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status,

atau gejala yang ada yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan. Adapun pengertian deskriptif menurut Sukardi (2003:15) adalah

metode yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai

Page 59: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

41

dengan apa adanya. Tujuannya adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan

karakteristik objek yang diteliti secara tepat.

Menurut Merriam dalam etnomusikologi, dikenal istilah teknik lapangan

dan metode lapangan. Tekhnik mengandung arti pengumpulan data-data secara

rinci di lapangan. Metode lapangan sebaliknya mempunyai cakupan yang lebih

luas, yang meliputi dasar dasar teoritis yang menjadi acuan bagi teknik penelitian

lapangan. Teknik menunjukkan pemecahan masalah pegumpulan data hari demi

hari, sedangkan metode mencakupi teknik-teknik dan juga berbagai pemecahan

masalah sebagai bingkisan kerja dalam penelitian lapangan (Merriam, 1964:39-

40)

Selain itu dalam penelitian seni dikenal metode penelitian kualitatif dan

kuantitaif. Penelitian kualitatif pada hakekatnya bertujuan untuk mencari makna

makna yang terkandung daripada kegiatan atau artefak tertentu. Selanjutnya

penelitian kuantitatif biasanya bertujuan untuk mengukur fenomena yang ada

berdasarkan rentangan-rentangan kuantiti tertentu. Sejauh pengamatan penulis,

kajian seni lebih banyak menggunakan metode kualitatif. Namun tidak menjadi

alasan metode kuantitatif tidak diperlukan dalam pengkajian seni. Kedua metode

tersebut digunakan sesuai dengan permasalahan yang dianalisis. Misalnya untuk

mengkaji seberapa banyak degrasi jumlah ronggeng Melayu di Sumatera Utara,

tentu metode yang sesuai adalah metode kuantitaif. Sebaliknya untuk mengetahui

sejauh mana makna semiotik yang ingin dikomunikasikan seniman dalam

pertunjukkan guro-guro aron, tentulah lebih sesuai didekati dengan metode

kualitatif. Dalam konteks peneliti tertentu, bahkan kedua-dua metode diperlukan.

Page 60: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

42

Denzin dan Lincoln menyatakan secara eksplisit tentang penelitian

kualitatif sebagai berikut:

Qualitative [sic] research has a long and distinguished history in human disiplines. In sociiology the work of the “Chicago Scholl” inthe 1920s and 1930s established the importance of qualitiative research for teh study of human group life. In Anthropology, during the same period, charted the outlines of the field work method, where in tthe observer went to a foreign setting to study customs and habits of another society and culture... Qualitatif research is a field of inquiry in its own right . Its crosscuts disiplines, fieldsm], and subject matter. A complex, Interconnected, family of terms, concepts, and assumtions suurond the term qualitative research (Denzim and Lincoln, 1995 :1)

Lebih jauh Nelson mentafsirkan mengenai penelitian kualitatif itu

mengikuti keberadaannya dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai berikut:

Qualitative research is an interdisiplinary, transdisiplinary, and somteimes counterdisiplinary field. It crosscuts the humanities and the social and physical sciences. Qualitative research is many things at the same time. It is multiparadigmatic in focu. Its practinioners are sensitve to the value of the multimethod approch. They are commited ti thenaturalistic perspective, and to the interpretive understanding of human experience. At the same time, the field is inherently political and shaped by multiple ethical and political positions (Nelson and Grossberg, 1992:4).

Dari kedua kutipan di atas secara garis besar dapat dinyatakan bahwa

penelitian kualitatif umumnya ditunjukkan untuk mempelajari kehidupan

kelompok manusia. Biasanya manusia di luar kumpulan peneliti. Peneliti ini

melibatkan berbagai jenis disiplin, baik dari ilmu kemanusiaan, sosial ataupun

ilmu alam. Para peneliti percaya kepada perpektif naturalistik, serta

penginterprestasikan untuk mengetahui pengalaman manusia, yang oleh karena itu

biasanya inheren dan dibentuk oleh berbagai nilai etika posisi politik.

Namun demikian, penelitian seni dengan metode kualitatif juga sellau

melibatkan data-data yang bersifat kuantitaif dengan melihat kepada pernyataan S.

Nasution bahwa setiap peneliti (kualitatif dan kuantitaif) harus direncanakan.

Desain penelitian merupakan rencana tentang cara pengumpulan data menganalisa

Page 61: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

43

data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan

penelitian itu. Dalam desain pelitian antara lain harus dipikirkan: (a). Populasi

sasaran, (b) Metode Sampling, (c) Besar Sampling, (d) Prosedur pengumpulan

data, (e) Cara-cara menganalisis data setelah terkumpul, (f) Perlu tidaknya

menggunakan statistik, (g) Cara mengambil kesimpulan, dan sebagainya

(Nasution, 1982:31).

Edi Sedyawati juga mengungkapkan perlunya tahapan-tahapan dalam

meneliti seni tari. Peneliti seni tari juga dapat kita bagi ke dalam tiga macam atau

tahap, yakni (1) Pengumpulan, (2) Penggolongan, dan (3) Penganalisasian dan

Penulisan dan terakhir yakni pengolahan atau persembahan (Sedyawati,

1984:116).

1.5.2 Penelitian lapangan

Penelitian lapangan (field work) adalah menjadi fokus utama kegiatan

penulis melakukan penelitian mengenai analisis syair lagu maena pada acara adat

pernikahan masyarakat Laraga. Hal ini dilakukan mengacu kepada disiplin

etnomusikologi dan antropologi yang sangat mementingkan penelitian lapangan.

Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Barden dalam konteks kegiatan

ilmuwan entomusikologi di dunia ini. Menurut I Made Bande, entomusikologi

merupakan sebuah bidang keilmuwan yang topiknya menantang dan

menyenangkan untuk diwacanakan. Sebagai disiplin ilmu musik yang unik,

entnomusikologi mempelajari musik dari sudut pandangan sosial dan budaya.

Sebagai disiplin yang amat populer saat ini, etnomusikologi merupakan ilmu

pengetahuan yang relatif muda umurnya.

Page 62: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

44

Setting atau lingkungan riset pada penelitian ini adalah lingkungan

noncontrived setting atau lingkungan riil (field setting). Kerja lapangan yang

dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

Observasi adalah pengamatan dengan cara mengamati dan menjadi pengamat

yang terlibat dalam kegiatan seni secara langsung guna untuk mendapatkan

informasi lebih teraktual, serta wawancara dilakukan kepada informan informan

khususnya key people (narasumber) guna mengetahui makna makna syair dan

tarian maena yang ditampilkan di pesta adat pernikahan Ori Laraga.

1.5.3 Fokus penelitian

Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, pada

Tari Maena, fokus terhadap syair dan lagu tari, runtutan mulai dari:

1. Penyambutan tamu (maena dari tuan rumah/sipangkalan) so omo,

2. Penyerahan sekapur sirih (maena dari tamu) tome,

3. Mendaulat pengantin laki-laki untuk menyerahkan rokok dan minuman

bagi penari maena/ono maena (maena dari tuan rumah),

4. Penyerahan pengantin perempuan ke keluarga pengantin laki-laki.

1.5.4 Teknik pengumpulan data

Strategi pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

observasi dan wawancara. Sumber data yang digunakan pada merupakan data

primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

hasil observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder merupakan data yang

Page 63: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

45

diperoleh dari pustaka atau teori-teori yang sudah dikemukakan (data tidak

langsung).

1.5.4.1 Observasi

Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data

primer dengan cara mengamati langsung objek datanya. Observasi yang

dilakukan merupakan observasi sederhana yang tidak mempunyai pertanyaan-

pertanyaan riset. Observasi sederhana digunakan pada penelitian exploratory

(kualitatif) yang belum diketahui dengan jelas variabel-variabel yang akan

digunakan. Pentingnya melakukan observasi ini adalah untuk melihat langsung

pertunjukkan dan kemudian melakukan wawancara. Selepas itu, penulis akan

menganalisisnya dan melakukan penafsiran-penafsiran kultural beradasarkan ilmu

dan pengalaman yang penulis peroleh selama ini.

1.5.4.2 Wawancara

Wawancara merupakan komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari

responden. Wawancara (interview) pada penelitian ini menggunakan wawancara

personal yaitu wawancara yang dilakukan dengan cara tatap muka langsung

dengan responden (ketua adat suku Nias), baik yang berada di Gunung Sitoli Nias,

maupun pengetua adat y Nias yang ada di Medan. Wawancara dilakukan dengan

para Dinas Pariwisata, Pendidikan serta tetua adat yang mengetahui maena secara

keseluruhan serta beberapa masyarakat Nias yang mengetahui mengenai maena.

Wawancara dilakukan sesuai dengan format yang telah penulis siapkan dengan

tujuan data-data yang diinginkan akan diuraikan, sehingga mendukung hasil

Page 64: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

46

penelitian. Hal-hal yang diwawancarai berkaitan dengan makna tarian maena,

susunan acara adat pernikahan adat masyarakat Nias, serta struktur analisis maena

lebih mendalam.

1.5.5 Teknik analisis data

Teknik analisis data merupakan aktivitas mempersiapkan semua data yang

sudah dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut. Teknik analisis data digunakan

untuk mengetahui apakah yang data telah dikumpulkan telah menjawab

pertanyaan penelitian. Analisis data pada tradisi pernikahan masyarakat Nias

dengan tahapan:

1. Mengumpulkan data fisik yang berhubungan dengan infomasi

tentang Nias.

2. Mengumpulkan data terkait tradisi pernikahan masyarakat suku

Nias.

3. Melakukan analisis terhadap setiap gerakan kaki, tangan, syair dan

lagu pada tarian maena.

1.6 Studi Kepustakaan

Untuk lebih mendukung penelitian ini, maka peneliti merangkum beberapa

sumber kepustakaan, baik berupa buku, artikel (ilmiah dan semi ilmiah), laporan

penelitian, tulisan di koran, tulisan dalam laman-laman web, dan lain-lainnya.

Tulisan-tulisan ini menjadi sumber keilmuan dalam konteks penelitian yang

penulis lakukan. Sumber-sumber kepustakaan itu mencakup: a. tulisan-tulisan

terdahulu, b. kebudayaan Nias, upacara perkawinan, seni pertunjukan, dalam

Page 65: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

47

kebudayaan Nias, c. dasar-dasar teori, d. metode dan teknik penelitian, e. tulisan-

tulisan terkait.

Tulisan-tulisan terdahulu tentang maena dalam upacara perkawinan adat

Nias (falowa) telah dilakukan oleh para peneliti baik di peringkat strata satu atau

lanjutan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Seorang etnomusikolog asal Nias, Elisian Waruwu, yang melakukan studi

etnomusikologinya di Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas

Sumatera Utara, menulis skripsi sarjana yang berjudul, Sinunõ falõwa

Nyanyian Perkawinan pada Masyarakat Nias Utara di Desa Sifaoroasi:

Deskripsi Musikologis dan tekstual, tahun 1994. Di dalam skripsi ini Elisian

Waruwu mendeskripsikan dengan lugas upacara perkawinan Nias di Desa

Sifaoroasi dan mengkaji teks serta melodi nyanyiannya. Skripsi ini memiliki

kesamaan dengan tesisi yang penulis kerjakan ini. Namun ada juga perbedaan

mendasar, yaitu wilayah penelitian ini di Kota Gunungsitoli, yang tentunya

agak berbeda dengan kebudayaan Nias di pedesaan. Selain itu, skripsi Elisian

ditulis tahun 1994, yang telah berusia 20 tahun sampai kini, tentu saja telah

terjadi perkembangan-perkembangan baik itu upacara perkawinan itu sendiri

maupun maena yang di sajikan. Bagaimana pun skripsi ini menarik untuk

penulis jadikan acuan dalam penelitian.

2. Seorang etnomusikolog asal Nias lainnya yaitu Augusman Tafönaö, menulis

skripsi sarjana yang berjudul Analisis Musik Vokal pada Pertunjukan Maena

dalam Pesta Adat Falöwa (Perkawinan) Masyarakat Nias di Kota Medan,

tahun 2012. Dalam skripsi ini Augusman Tafönaö mengkaji musik vokal

Page 66: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

48

Maena baik dari segi musikal (melodis) maupun tekstualnya (lirik). Penelitian

yang dilakukan Augusman Tafönaö adalah yang terjadi di Kota Medan, yang

telah mengalami berbagai adaptasi dan perubahan. Sementara di Gunung

Sitoli sendiri memiliki struktur yang “berbeda” dengan yang ada di Kota

Medan.

Selanjutnya buku-buku atau tulisan lainnya yang menjadi masukan keilmuan

bagi penulis, terutama dalam konteks penelitian ini adalah seperti diuraiakan

berikut ini.

3. Buku yang berjudul Pusaka Nias Dalam Media Warisan (Kumpulan Artikel

dan Opini) yang ditulis oleh Nuryanto, Eko Sri Haryanto, Jan Weetjens

Natsha Haywar, dan Sentot Surya Satria, tahun 2010. Buku ini secara ringkas

membahas semua fenomena kebudayaan yang terjadi di Nias. Di antaranya

adalah asal-usul masyarakat Nias, sejarah kebudayaan Nias, kehidupan

sehari-hari orang Nias, dan upacara-upacara orang Nias. Dari buku ini,

peneliti mendapatkan inspirasi mengenai Nias secara lebih luas.

4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara pada tahun

1984 mengeluarkan Buku yang berjudul Adat dan Upacara Perkawinan

Daerah Nias, yang diterbitkan oleh Depdikbud Sumut di Medan. Buku ini

ditulis oleh Rosthina R. Sirait, Jasudin Siregar, H.S.A. Idaman Zebua,

F.A.Yana Zebua. Secara umum buku ini memuat deskripsi mengenai

langkah-langkah dan persiapan yang dilakukan sebelum melangsungkan acara

pernikahan dalam kebudayaan Nias. Di dalamnya juga dideskripsikan

berbagai upacara di dalam rangkaian upacara perkawinan adat Nias. Buku ini

Page 67: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

49

memberikan dasar-dasar pemahaman penulis terhadap tata cara dan tahapan

upacara perkawinan dalam kebudayaan Nias.

5. Selanjutnya Pemerintah Daerah Kabupaten Nias, pada tahun 1984, di Gunung

Sitoli, menerbitkan sebuah buku yang bertajuk Menelusuri Sejarah

Kebudayaan Ono Niha. Secara umum, buku ini mendeskripsikan tentang asal

usul Ono Niha (orang Nias). Pendekatan yang dilakukan adalah melalui

disiplin ilmu sejarah, mitologi, cerita rakyat (folklor), antropologis, dan

sosiologis. Buku ini menjadi sumber rujukan dalam mengkaji aspek

etnografis orang Nias dalam tesis penulis ini.

6. Sumber pustaka lainnya adalah buku yang bertajuk Indikator Ekonomi

Daerah Kabupaten Nias. Buku ini diterbitkan atas kerjasama Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kabupaten Nias

dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias, pada tahun 2010. Secara

umum buku ini berisikan data-data statistik penduduk Nias, seperti jenis

kelamin, agama, rumah-rumah ibadah, jumlah desa, kuantitatif ekonomi, jalan

raya, dan lain-lainnya. Buku ini menjadi dasar penulis dalam melihat

masyarakat dan daerah Nias dalam konteks data-data kuantitatif.

7. Buku lainnya adalah bertajuk Statistik Daerah Kota Gunung Sitoli, yang

diterbitkan oleh Badan Statistik Kabupaten Nias, tahun 2011 di Kota Gunung

Sitoli. Buku ini juga berisikan data-data statistik mengenai aspek humaniora,

sosial, lingkungan, dan fisik Kota Gunung Sitoli. Bagaimanapun, buku ini

menjadi rujukan penulis dalam melihat aspek kuantitatif Kota Gunung Sitoli

dan kaitannya dengan penelitian maena ini.

Page 68: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

50

8. Penulis lainnya yang tulisannya menjadi rujukan dalam tesis ini adalah

Yafaowolo’o Gea. Beliau menulis di laman web koran Kompas yang bertajuk

“Fondrakö: Peraturan dan Hukum Adat Nias yang Menghukum.” Tulisan ini

diunggah pada tanggal 19 Februari 2013. Kemudian penulis mengunduh dan

mengaksesnya pada tanggal 4 Desember 2013 yang lalu. Adapun alamat

lengkap web ini adalah pada http://sosbud.kompasiana.com/2013/02/19/

fondrak-peraturan-dan-hukum-adat-nias-yang-mengutuk-536424.html. Secara

umum tulisan Yafaowolo’o Gea ini berisikan tentang hukum-hukum adat

yang terjadi di Nias, termasuk di antaranya adalah hukum adat pertanahan,

hukum adat mendirikan desa (banua), hukum adat perkawinan dengan segala

detilnya, hukum adat sirkumsisi, hukum adat kematian, dan lain-lain. Tulisan

ini menjadi sumber bagi penulis dalam melihat hukum adat Nias pada

umumnya, dan hukum adat perkawinan Nias secara khusus.

9. Tulisan di dunia maya lainnya adalah oleh Agus Gea. 2013. Tulisan ini

bertajuk “Asesoris Adat Perkawinan Nias” (dimuat di: http://www.

NiasIsland.com, 29 Januari 2009, dimuat kembali di website TOZ dengan

penyempurnaan oleh Tim Sekretariat tanpa merubah isi). Tulisan ini secara

umum berisi tentang deskripsi upacara perkawinan adat Nias.

10. Tulisan yang memberikan suasana teoritis, adalah tulisan Muhammad Takari,

yang bertajuk “Mengenal Teori Fungsionalisme,” pada Jurnal Studia Kultura,

2009. Tulisan ini berisikan mengenai teori-teori fungsi serta menguraikan

berbagai contoh teori fungsi dalam ilmu linguistik, komunikasi, antropologi,

sosiologi, dan etnomusikologi yang memiliki berbagai kesamaan, namun

Page 69: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

51

cukup baik diwarisi oleh para pakar teori di bidang-bidang kajian ilmiah

tersebut. Teori ini menjadi salah satu sarana analisis terhadap fungsi maena

dalam konteks upacara perkawinan dalam kebudayaan Nias.

11. Tulisan lainnya yang memberikan dasar-dasar teoritis dalam konteks

penelitian ini adalah apa yang ditulis oleh dua pengarang yaitu Cristomy dan

Untung Yuwono. Mereka menulis buku yang berjudul Semiotik Budaya.

Buku ini diterbitkan oleh Penerbit di Jakarta pada tahun 2004. Secara umum

buku ini membahas langkah-langkah bagaimana seorang ilmuwan mengkaji

makna-makna semiotik dalam konteks budaya di dunia ini.

12. Buku lainnya yang juga memberikan arahan teoritis dalam konteks penelitian

maena ini adalah pada yang ditulis oleh etnomusikolog Amerika Serikat,

Alan P. Merriam. Ia menulis buku yang berjudul The Anthropology of Music.

Buku ini diterbitkan oleh North Western University Press di Kota Chicago,

Amerika Serikat. Secara umum, buku ini berisikan materi keilmuan mengenai

ilmu antropologi musik atau yang kemudian dikenal sebagai etnomusikologi.

Di dalam buku ini juga dibahas secara mendalam bagaimana guna dan fungsi

musik di dalam kebudayaan manusia di dunia ini.

13. Tulisan yang bersuasana pembedahan dan aplikasi teoritis adalah oleh

Malinowski. Beliau menulis sebuah artikel singkat yang bertajuk “Teori

Fungsional dan Struktural”. Tulisan ini berisikan tentang teori-teori

fungsionalisme dan struktural dalam disiplin antropologi. Tulisan ini dimuat

dalam buku teori Antropologi I, dengan editor Koentjaratninggrat 1991.

Page 70: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

52

14. Sumber kepustakaan lainnya, yang menjadi orientasi keilmuan mengenai

cerita rakyat, adalah tulisan oleh James Dananjaya, yang dikenal sebagai ahli

folklor Indonesia. Ia menulis buku yang bertajuk Folklor Indonesia: Ilmu

Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Grafiti

Pers, tahun 1986. Di dalam buku ini dijelaskan tentang apa itu folklor,

kemudian ada pula nyanyian rakyat, termasuk di dalamnya nyanyian anak,

nyanyian untuk upacara perkawinan, dan lain-lain.

15. Untuk mengarahkan penelitian lapangan terhadap keberadaan maena di

Gunung Sitoli, penulis membaca dan menerapkan tulisan pada buku yang

dikarang oleh Burhan Bungin, berjudul Penelitian Kualitatif. Cetakan I, yang

diterbitkan oleh Prenada Media Group, Jakarta tahun 2007. Buku ini

berisikan kajian mendalam tentang apa itu penelitian kualitatif, bagaimana

metode dan teknik dalam penelitian kualitatif, sampai bagaimana melaporkan

hasil-hasil penelitiannya. Buku ini sangat relevan dalam penelitian maena

yang penulis lakukan. Maena dalam upacara perkawinan adat Nias, memiliki

makna-makna kultural yang dapat diteliti dengan pendekatan kualitatif, baik

data yang berasal dari informan kunci atau informan pangkal.

16. Tulisan mengenai adat Nias dan hubungannya dengan agama Kristen

(Protestan), adalah ditulis oleh W. Gulö, tahun 1997. Tulisan ini berjudul

Nias: Injili–Budaya–SDM. Tulisan ini diterbitkan oleh Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga. Tulisan ini memberikan gambaran yang lugas tentang

bagaimana Kristen diterima dan diinternasilsasikan di dalam kebudayaan

Page 71: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

53

Nias. Nilai-nilai Kristen dan kebudayaan setempat dapat menyatu dalam

kerangka membentuk dan memberdayakan kebudayaan Nias.

17. Sumber kepustakaan lainnya adalah berupa kamus dalam bahasa Melayu,

yaitu Kamus Dewan, yang diterbitkan pada tahun 2002, di Kuala Lumpur

oleh Dewan Bahasa dan Pustaka. Melalui kamus ini penulis ingin melihat

apa makna tari di dalam perspektif bahasa Melayu. Bagaimanapun bahasa

Melayu adalah menjadi linguafranca di Asia Tenggara. Makna tari ini

kemudian penulis bandingkan dengan makna maena sebagai sebuah tarian

juga, di samping maknanya juga sebagai lagu, puisi, pertunjukan, upacara,

dan lain-lain.

18. Masih dalam bentuk kamus, penulis membaca dan menggunakan beberapa

pengertian seperti tari, upacara, perkawinan, dan sejenisnya melalui kamus

yang disunting oleh Perwadarminta (ed.), tahun 1985. Kamus ini berjudul

Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang diterbitkan di Jakarta, oleh Balai

Pustaka. Bagaimanapun, kamus ini membantu memahami arti dari beberapa

konsep yang berkaitan dengan penelitian penulis.

19. Buku yang bersifat dasar-dasar antropologis, yang menjadi sumber rujukan

dalam mengkaji budaya Nias adalah yang ditulis oleh Koentjaraningrat,

diterbitkan tahun 1986, yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi,

diterbitkan di Jakarta oleh Gramedia. Secara umum, buku ini mengenalkan

kepada para pembacanya apa itu antropologi, bidang-bidang antropologi, arti

dan definisi kebudayaan, aneka ras dan kebudayaan, peta kebudayaan, dan

lain-lainnya.

Page 72: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

54

20. Untuk memperkaya wawasan penulis tentang studi tari, maka penulis

membaca tulisan Soedarsono, yang bertajuk Tari-tari di Indonesia,

diterbitkan di Jakarta, oleh Proyek Pengembangan Media dan Kebudayaan,

tahun 1977. Dalam buku ini dideskripsikan mengenai tari-tari yang terdapat

di indonesia, termasuk yang terdapat di Nias.

21. Bamböwö Laia, pada tahun 1983, menulis buku yang berjudul Solidaritas

Kekeluargaan Dalam Salah Satu Masyarakat Desa di Nias. Buku ini

diterbitkan di Yogyakarta oleh Gadjah Mada University Press. Secara umum,

buku ini membahas khusus mengenai aspek solidaritas yaitu penerapan nilai-

nilai kebersamaan dan kegotongroyongan etnik Nias dalam keluarga, baik itu

keluarga inti maupun keluarga luas.

22. Tulisan yang bersifat etnomusikologis adalah oleh William P. Malm tahun

1977, yang berjudul Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia,

diterbitkan di New Jersey, Englewood Cliffs, oleh penerbit Prentice Hall. Di

dalam buku ini, khusus di bagian awalnya berisikan metode dan teori dalam

etnomusikologi untuk mengkaji kebudayaan musik dunia. Buku ini menjadi

dasar penulis dalam mengkaji musikal maena dalam upacara perkawinan adat

Nias.

23. Buku yang juga bersifat etnomusikologis adalah yang ditulis oleh Bruno

Nettl, tahun 1964, yang bertajuk Theory and Method in Ethnomusicology,

diterbitkan di New York, oleh Prentice Hall. Buku ini secara umum berisi

tentang berbagai teori yang lazim digunakan di dalam etnomusikologi dan

Page 73: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

55

juga berbagai metode yang digunakan dalam penelitian lapangan

etnomusikologi.

24. Sedyawati, Edy, 1981. Tari: Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka

Jaya.

25. Buku yang menjadi salah satu sumber dari metode terhadap penelitian maena

dalam kebudayaan Nias di Gunung Sitoli adalah tulisan Soehartono, tahun

1995, yang bertajuk Metode Penelitian. Buku ini diterbitkan di Jakarta oleh

Gramedia. Secara umum buku ini mebahas tentang apa itu metode penelitian,

teknik rekaman data, teknik mengumpulkan data, menganalisis data, data

primer dan sekunder, dokumenter, dan lain-lainnya.

26. Buku lainnya yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah yang ditulis

oleh para dosen di Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Sastra,

Universitas Sumatera Utara, yaitu: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin,

Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi, yang diterbitkan

pada tahun 2008. Buku tersebut bertajuk Masyarakat Kesenian di Indonesia,

yang diterbitkan di Medan oleh Studi Kultura, Fakultas Sastra, Universitas

Sumatera Utara. Secara umum, buku ini mengkaji keberadaan kesenian yang

ada di Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara, Jawa, Sunda, kalimantan,

Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Kesenian Nias dikaji dalam kesenian

Sumatera Utara.

27. Buku lainnya yang menjadi rujukan penulis tentang upacara perkawinan adat

Nias adalah yang ditulis oleh H.S. Zebua, tahun 1985. Buku ini bertajuk

Kumpulan Catatan Upacara Perkawinan Daerah Nias, diterbitkan di

Page 74: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

56

Gunungsitloli oleh Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan kabupaten Nias Sumatera Utara. Secara umum buku ini

mendeskripsikan upacara perkawinan dalam kebudayaan etnik Nias, baik itu

tahapan-tahapan, pelaku, benda upacara, waktu, tempat upacara, dan hal-hal

sejenis.

28. Tulisan lainnya yang menjadi rujukan penulis untuk melihat maena sebagai

nyanyian, adalah yang ditulis oleh Thomas Markus Manhart, tahun 2005,

yang berjudul, A Song for Lowalangi: The Interculturation of Catholic

Mission and Nias Traditional Arts with Spesial Respect to Music, diterbitkan

di Singapura oleh National University of Singapore. Tulisan ini mengkaji

interkulturasi antara agama Katholik dengan kesenian Nias pada umumnya

yang tergambar dalam nyanyian Lowalangi.

1.7 Sistematika Penulisan

Tesis ini ditulis dalam bentuk bab demi bab yang keseluruhannya terdiri

dari tujuh bab. Setiap bab secara saintifik dianggap memiliki isi yang dekat,

dengan perincian sebagai berikut:

BAB I, PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang

peneliti mengambil penelitian ini, pokok masalah yang peneliti akan teliti, tujuan,

manfaat dan fokus peneliti, kerangka teori yang peneliti gunakan, metode

penelitian, teknik analisis data, studi kepustakaan yang peneliti gunakan serta

sistem penulisan yang peneliti gunakan.

Page 75: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

57

BAB II, ETNOGRAFI ETNIK NIAS, yang menjelaskan mengenai suku

Nias, Õri Laraga, wilayah dan warga Laraga pada mulanya, perkawinan nias,

Sistem Kekerabatan dan tarian maena.

BAB III, DESKRIPSI UPACARA PERKAWINAN ADAT NIAS

Menjelaskan mengenai proses berjalannya upacara perkawinan di Nias

seperti Fanunu manu, Fangowai dan Fame’e Afo, Famõzi aramba, Fame’e,

kemudian adanya acara pemberkatan pernikahan, Folau Bawi, falõwa, pemberian

Bola nafo, pemufakatan antara raja-raja adat kedua belah pihak, adanya Tarian

maena, Fangaetu golola serta yangbterakhir ialah Fame,e Tou Ono Nihalo.

BAB IV, ANALISIS SYAIR MAENA, yang membahas mengenai

analisis syair maena di dalam pesta pernikahan adat yang dilakukan oleh

masyarakat Nias, baik makna denotatif maupun konotatif.

BAB V, ANALISIS STRUKTUR MELODI MAENA, yang membahas

tentang tangga nada, wilayah nada, nada dasar, formula melodi, pola-pola

kadensa, distribusi nada-nada, interval, dan kontur.

BAB VI, ANALISIS STRUKTUR TARI MAENA, yang mengkaji tari

mena baik itu pola lantai, teknik gerak, hitungan gerak, busana, dan lainya.

BAB VII, KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisikan mengenai

kesimpulan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, bab ini

juga diisi oleh beberapa saran penulis sebagai peneliti terhadap eksisten maena di

Gunung Sitoli ini.

Page 76: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

58

BAB II ETNOGRAFI ETNIK MASYARAKAT NIAS

2.1 Nias

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam

bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono artinya

anak/keturunan; Nihaa rtinya manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha"

(Tanö artinya tanah).

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan

kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö

yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.

Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik. Hal ini dibuktikan dengan

adanya peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih

ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini bahkan sampai sekarang.

Suku Nias mengenal sistem kasta (12 tingkatan kasta). Dimana tingkatan

kasta yang tertinggi adalah Balugu. Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus

mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan

menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal-usul suku Nias berasal dari

sebuah pohon kehidupan yang disebut Sigaru Tora`a yang terletak di sebuah

tempat yang bernama Tetehöli Ana'a. Menurut mitos tersebut di atas mengatakan

kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang

memiliki 9 orang putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena

Page 77: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

59

memperebutkan Takhta Sirao. Ke-9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-

orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.

Penelitian arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999.

Penelitian ini menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000

tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa Paleolitik,

bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau (wawancara dengan Harry

Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta).

Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya

yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal-usul suku Nias berasal dari

daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut

Vietnam.Penelitian genetika terbaru menemukan, masyarakat Nias, Sumatera

Utara, berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Nenek moyang orang Nias

diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina sekitar 4.000 sampai 5.000

tahun lalu.

Budaya Ono Niha (Nias) terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup bersama

yang tersirat dalam salam Ya’ahowu (dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia

semoga diberkati). Dari arti Ya’ahowu tersebut terkandung makna:

memperhatikan kebahagiaan orang lain dan diharapkan diberkati oleh Yang Lebih

Kuasa. Dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan sikap-sikap: perhatian,

tanggungjawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Jika seseorang bersikap demikian,

berarti orang tersebut memperhatikan perkembangan dan kebahagiaan orang lain,

tidak hanya menonton, tanggap, dan bertanggungjawab akan kebutuhan orang lain

(yang diucapkan: Selamat, Ya’ahowu), termasuk yang tidak terungkap, serta

Page 78: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

60

menghormatinya sebagai sesama manusia sebagaimana adanya. Jadi makna yang

terkandung dalam Ya’ahowu tidak lain adalah persaudaraan (dalam damai) yang

sungguh dibutuhkan sebagai wahana kebersamaan dalam pembangunan untuk

pengembangan hidup bersama. Salam ini juga dapat diucapkan oleh orang lain

selain orang Nias sendiri dan lintas budaya, serta agama

Eliyaman Zebua, mendeskripsikan, penggunaan bahasa di Kepulauan Nias

juga terdapat perbedaan di beberapa Õri. Bahasa Nias masih dapat dibedakan

dengan Aksen/penekanan setiap kata yang diucapkan.

a. Di õri Laraga aksen dan frasa setiap kata yang diucapkan dapat dikatakan

netral

b. Di õri Lafau, aksen atau penekanan kata demi kata lebih cenderung berirama

dan terkesan lebih lembut

c. Di õri Moro’õ dan Lahõmi, melafalkan kata demi kata lebih mendayu-dayu

d. Di õri Mazingõ, setiap kata demi kata yang diucapkan cenderung lebih keras

dan sangat kaku.

Penulisan kata-kata dalam bahasa Nias, lebih banyak dipengaruhi oleh ejaan

dari Jerman, seperti penulisan “Õ”, dimana penulisan bahasa ditandai dengan

masuknya missionaris di Nias. Kalau kita perhatikan lebih seksama lagi, setiap

kata yang ditulis/diucapkan dalam bahasa Nias, pasti diakhiri oleh huruf vokal

(a,e,i,u,o dan õ).

Page 79: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

61

2.2 Keadaan Geografis Nias

Kota Gunungsitoli adalah salah satu kota di propinsi Sumatera Utara yang

berada di Kepulauan Nias. Luas wilayah Kota Gunungsitoli adalah 469,36 km2

atau sebesar 64 persen dari total 0,64 persen dari total luas Sumatera Utara.

Luas Wilayahnya adalah 5.625 Km2 yang berbatasan dengan kawasan-

kawasan sebagai berikut:

(i) Sebelah utara berbatas dengan Pulau-pulau Banyak (Aceh),

(ii) Sebelah barat berbatas dengan Lautan Indonesia (Samudera Hindia),

(iii) Sebelah timur berbatas dengan Pulau Mursala Sibolga,

(iv) Sebelah selatan berbatas dengan Kepulauan Mentawai.

Tinggi daerahnya dari permukaan laut bervariasi antara 0 sampai 800 m.

Dataran rendahnya terdapat di sepanjang pantai sebelah timur. Seterusnya, arah

ke tengah atau pedalaman tanahnya berdaratan rendah dan daratan tinggi.

Daratan rendah yang luas terdapat di sebelah timur daerah kecamatan Gido,

Kecamatan Idano Gawo menuju arah selatan dan di kecamatan Alasa, Mandrehe,

Sirombu. Daratan tinggi pertama terdapat di daerah kecamatan Gunungsitoli,

Lõlõwa’u, Gomo dan kecamatan Teluk Dalam, dan Tuhemberua.

Keadaan temperatur pertahun rata-rata antara 25 -̊26˚ dan terpanas pada

bulan juni 33̊-34˚ dan terendah bulan November sampai Desember ±19° C. Curah

hujan rata rata ±87mm. Dan kelembaban udara rata-rata 99 (3,45). Gunung yang

tertinggi ialah gunung Lolomatua yaitu 860 m. Sungai yang besar dan panjang

ialah Sungai Oyo, Sungai Muzõi, dan Sungai Susua.

Page 80: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

62

Dahulunya pulau Nias ditumbuhi oleh hutan belantara. Menurut pendataan

pada tahun 1983, 97% dari luas daerah Pulau Nias itu telah menjadi kota, sawah,

ladang, tegalan dan kebun kebun milik rakyat.

Daerah Pulau Nias terbagi menjadi 13 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Gunungsitoli ibukotanya Gunungsitoli,

2. Kecamatan Tuhemberua ibukotanya Tuhemberua,

3. Kecamatan Lahewa ibukotanya Lahewa,

4. Kecamatan Alasa ibukotanya Ombolata Alasa,

5. Kecamatan Gido ibukotanya Hiliweto Gido,

6. Kecamatan Idano Gawo ibukotanya Tetehosi,

7. Kecamatan Lahusa ibukotanya Helexalulu,

8. Kecamatan Gomo ibukotanya Sifaoro Asi,

9. Kecamatan Teluk Dalam ibukotanya Teluk Dalam,

10. Kecamatan Lolowa’u ibukotanya Lolowa’u,

11. Kecamatan Mandrehe ibukotanya Mandrehe,

12. Kecamatan Sirombu ibukotanya Tetesua,

13. Kecamatan Pulau-pulau Batu ibukotanya Tello

Suhu udara rata-rata di Kota Gunung Sitoli berkisar antara 18,1 ˚C sampai

dengan 31,3˚c. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai

mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Curah hujan tertinggi tercatat 662,5

mm dari hujan sebanyak 240 hari. 34 persen desanya beraa di pesisir. Luas

wilayah Kota Gunungsitoli sebesar 0,64 persen dari total luas daratan Provinsi

Page 81: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

63

Sumatera Utara dan juga memiliki daerah pesisir sebanyak 34 persen dari 101

desa.

Kondisi alam atau topografi wilayah Kabupaten Nias Utara, yaitu berbukit-

bukit sempit dan terjal serta pegunungan. Dari kondisi alam yang demikian,

terdapat 20 sungai kecil, sedang, atau besar di hampir seluruh

kecamatan.Kecamatan Gunungsitoli merupakan daerah ibukota, sementara

Gunungsitoli Alo’oa kecamatan terjauh dengan jarak sekitar 19 km dari Kantor

Camat ke ibukota Gunung Sitoli (Kantor Walikota).

Page 82: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

64

Gambar 2.1 Peta Nias Sumber: BPS Kabupaten Nias

Page 83: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

65

Luas 459,36 Km2

Kecepatan Angin 69 Kelembaban 91 Hari Hujan 240 Rata-rata curah hujan 221,9 Jumlah Desa 98 Jumlah Kelurahan 3 Desa di pesisir 34 Desa Bukan Pesisir 67 Desa di Lembah - Desa di Lereng punggung bukit

54

Daratan 13

Tabel 2.1 Statistik Geografi dan Iklim Gunung Sitoli Sumber: Gunung Sitoli Dalam Angka, 2010

Dari total luas wilayah Kota Gunung Sitoli, 57 persen merupakan lahan

pertanian baik sawah maupun bukan sawah. Kecamatan Gunung Sitoli terdiri dari

99 buah desa. Gunung Sitoli merupakan ibu kota dari daerah Pulau Nias, sebagai

kota pelabuhan dan pusat perdagangan dan pemerintahan.

Luas wilayah daerah kecamatan Gunung Sitoli ±45.245 km2 (4,04 % dari

luas daerah kabupaten Nias). Keadaan tanahnya tidak memungkinkan untuk

pertanian bersawah karena lebih banyak dataran tinggi/ bukit daripada dataran

rendahnya. Dataran rendahnya hanya terdapat dekat pantai yang ditumbuhi oleh

pohon kelapa. Kelapa merupakan hasil pulai nias yang terutama disamping karet

dan babi. Ke arah pedalaman di daerah perbukitan terdapat tanaman karet yang

diusahakan secara tradisional. Peremajaan karet dan kelapa kurang diperhatikan

oleh penduduk, sehingga hasilnya semakin menurun.

Page 84: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

66

2.3 Penduduk

2.3.1 Suku bangsa

Penduduk pulau Nias sebahagian besar adalah disebut “Ono Niha” (etnis

Nias). Penduduk pendatang adalah seperti etnis Aceh, Minangkabau, Batak,

Bugis, dan Cina sebagian besar mereka yang pendatang tinggal di Kota. Di ibu

kota kecamatan yang ada pelabuhan seperti di Lahewa, Sirombu, Teluk Dalam,

lahusa di Pulau-pulau Batu dan Tello.

Etnis Aceh yang paling banyak sesudah itu etnis Minangkabau, sehingga

mereka telah mempunyai kampung sendiri. Oleh penduduk aslinya Nias menyebut

mereka itu Dawa Sowanua (orang pendatang yang telah mempunyai tanah atau

kampung sendiri) mereka semuanya beragama Islam, nama desa mereka ialah

disebut “mudik,” ± 1 km dari kota Gunungsitoli. Disamping desa mudik, masih

ada desa lainnya yang didiami mereka yaitu; desa Saombo, Ilir, dan desa Miga.

Sebagian besar mata pencahariannya adalah berdagang dan nelayan. Sebagian

besar mereka telah berasimilasi dengan penduduk asli baik dalam bahasa maupun

dalam adat perkawinan, sehingga mereka seakan-akan penduduk asli Nias.

Keadaan ini telah berlangsung dalam jangka waktu beratus-ratus tahun

lamanya. Akibat perkawinan mereka dengan penduduk asli, maka terdapat

hubungan kekerabatan. Sehingga dalam upacara perkawinan tergabung unsur-

unsur agama, hukum adat, dari daerah asal mereka dan dipengaruhi oleh hukum

adat penduduk adat yang asli, terutama yang berkaitan dengan “jujuran atau

mahar.” Di dalam perkawinan penduduk asli, pembayaran jujuran/mahar itu tidak

terlepas dari hubungan sistem kekerabatan. Dalam sistem kekerabatan, mereka

Page 85: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

67

telah mengikuti kekerabatan penduduk asli, terutama dalam hal garis keturunan.

Kalau suku Aceh sebenarnya adalah penganut parental, tetapi karena telah terjadi

pencampuran darah dengan penduduk asli, maka mereka mengikuti garis

keturunan yang disebutpatrilinial . Sebaliknya di pihak penduduk asli pengaruh

unsur-unsur budaya pendatang itu dapat dilihat, misalnya dalam perhiasan

pengantin perempuan yaitu: “gelang tangan dan kaki, hiasan sanggul dan kalung.“

Disamping etnis Aceh, suku bangsa lain yang telah lama tinggal di Pulau

Nias adalah etnis Minangkabau. Etnis ini telah banyak berasimilasi dengan

penduduk asli melalui bahasa dan perkawinan.

Sangat sulit untuk membedakan penduduk asli dan pendatang, pengaruh

etnis Minangkabau terdapat dalam bahasa, perhiasan dan pakaian pengantin yaitu

tata konde, kain sarung, kebaya pengantin perempuan. Sehingga mempengaruhi

tata hias dan warna dari pakaian penganten penduduk asli .

Disamping kedua etnis di atas, etnis Batak yang datang ke Nias

belakangan ini tidak mempengaruhi hukum dan adat penduduk aslinya. Mereka

datang sebagai petugas pemerintah dan berdagang . Penduduk lainnya adalah etnis

Cina. Mereka telah beratus tahun berada dan tinggal menetap di pulau Nias,

sehingga mereka mempunyai lokasi di gunung Sitoli yang disebut “kampung

Cina”. Pengaruh kebudayaan Cina terhadap penduduk asli di dalam peralatan

rumah tangga seperti: piring, mangkok dan lainnya. Dalam upacara perkawinan

yaitu pemakaian figa lame (pinggan atau piring) tempat suguhan adat yaitu daging

dan rahang babi yang disuguhkan kepada tamu .

Page 86: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

68

Di desa tempat penelitian, penduduknya adalah Ono Niha terdiri dari

Mado (marga di suku Batak atau juga disebut fam, di suku Minahasa). Mado yang

mendominasi di Kota Gunung Sitoli adalah Zebua, Harefa dan Telaumbanua

atau disebut juga sitölu tua sedangkan. Yang terbanyak penduduknya adalah di

kota pelabuhan sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan seperti kota gunung

Sitoli. Sifat dan falsafah suku bangsa Nias adalah mementingkan anak laki-laki

daripada anak perempuan karena anak laki-laki adalah pewaris dan pelangsung

garis keturunan .

Perceraian setelah perkawinan di suku bangsa Nias yang penduduk aslinya

“ jarang terjadi”, karena telah ditetapkan dalam perkawinan atau sumpah di dalam

hukum fondrakõ perceraian baru terjadi apabila si istri telah berbuat zinah. Itupun

istilah cerai tidak dipakai, tetapi apabila si istri terdapat berzinah maka langsung “

dipancung”. Oleh karena itu suku Nias tidak mengenal istilah cerai, terlebih lagi

bila dirinya penganut agama kristen. Dapat dikatakan bahwa perceraian dalam

suku Nias “tidak terjadi“.

Menurut mitos bahwa asal usul etnis Nias adalah dari langit. Nenek

moyangnya diturunkan dari langit di suatu tempat di atas bumi yaitu lapisan kedua

di atas bumi. Menurut kepercayaan mereka, di atas bumi ini ada 8 lapisan lagi.

Pada lapisan kedua , di situlah nenek moyang mereka berada. Di atas itu pada

mulanya dewa sihai yaitu dewa yang tidak diketahui asal usulnya, tetapi maha

sakti membentuk manusia pertama yang dibantu oleh Sitahu (Manusia yang

dibentuknya juga , yang bertugas untuk membantunya juga dalam pekerjaannya).

Manusia pertama itu seorang laki-laki yang bernama Tuha Sangeha-Ngehao.

Page 87: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

69

Setelah itu dia membentuk seorang istri bernama Buruti Sangaönga-Zökhi.

Kemudian manusia itu dikawinkannya, lalu mereka beranak cucu, makin lama

makin banyak . Kepada kedua manusia itu diserahkannya seluruh isi alam semesta

menjadi wali semuanya itu. Karena mereka menjadi wali atas alam semesta

beserta isinya itu, maka kepada mereka sihai memberi amanat yang akan menjadi

pedoman mereka dengan keturunannya sepanjang masa. Amanat itu diberikannya

melalui sitahu. Sitahu menyampaikan amanat itu dengan cara mematerinya ke

dalam hati tuha sangeha-ngehao. Amanat yang diberikannya itu disebut fondrakö.

Isi dari fondrakõ yang diamanatkan oleh dewa sihai itu adalah

berhubungan dengan hal-hal berikut ini:

a. Pemujaan dan pengabdian kepada dewa dan dewi.

b. Cara memberi nafkah dan harta, yaitu: bertani, beternak, dan hutang-

piutang.

c. Budi pekerti.

d. Mendirikan negeri dan kampung.

e. Kemanusiaan.

2.3.2 Jumlah penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 (SP2010) diperoleh data

jumlah penduduk Gunungsitoli yaitu 125.566 orang. Jumlah ini dapat dirinci lagi

menjadi, terdiri dari 61.658 laki laki dan 63.915 perempuan.

Hasil sensus tersebut memperlihatkan bahwa penyebaran penduduk Gunung

Sitoli terbesar ada di Kecamatan Gunung Sitoli yakni sebesar 48 persen,

Page 88: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

70

kemudian diikuti oleh kecamatan Gunung Sitoli Idanoi sebesar 17 persen,

sedangkan kecamatan lainnya dibawah 15 persen. Kecamatan Gunung Sitoli dan

Kecamatan Idanoi adalah dua kecamatan dengan urutsn teratas yang memiliki

jumlah penduduk terbanyak yaitu masing-masing berjumlah 60.169 jiwa dan

21.374 jiwa.

Bagan 2.1 Persentase Distribusi Penduduk Gunung Sitoli 2010

Sumber: BPS Kabupaten Nias

Dengan luas 469,36 km2 yang didiami oleh 125.566 orang. Kepadatan

penduduk Kota Gunung Sitoli adalah sebesar 268 orang per km2, sedangkan yang

paling rendah adalah Kecamatan Gunung Sitoli Alo’oa, yakni 111 orang per km2.

17%; 11%

11%; 7%6%; 4%

1,2; 75%

5%; 3%

Gunungsitoli Idano'i

Gunungsitoli Selatan

Gunungsitoli Barat

Gunungsitoli 48%

Gunungsitoli Alo'oa

Page 89: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

71

Bagan 2.2

Kepadatan Penduduk Gunung Sitoli (Jiwa/Km2) Sumber: BPS Kabupaten Nias

2.4 Pola Perkampungan

Pola perkampungan di daerah Nias ada 2 (dua) jenis, yaitu yang berbentuk

gang, dan yang berbentuk huruf U. Pola perkampungan yang berbentuk gang

adalah pola perkampungan penduduk di Nias bagian utara. Pola yang berbentuk

huruf U adalah pola perkampungan yang terdapat di Nias bagian selatan.

Bagan 2.3 Pola Perkampungan Berbentuk Gang

0

100

200

300

400

500

600

Gunungsitoli Idano'i

Gunungsitoli Selatan

Gunungsitoli Barat

Gunungsitoli Gunungsitoli Alo'oa

Gunungsitoli Utara

Page 90: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

72

Bagan 2.4 Pola Perkampungan Berbentuk huruf U

Kampung di daerah Nias tidak sama pengertiannya dengan kampung atau

desa yang kita kenal sekarang ini. Banua ( kampung) mempunyai pengertian yaitu

sebagai berikut.

a. Banua artinya Langit, ini dihubungkan dengan daerah asal datangnya nenek

moyang atau leluhur, yang berarti religius.

b. Susunan masyarakat yang terdiri seorang pimpinan yang disebut “ Salawa”

(yang tinggi) dan ono mbanua artinya warga. Salawa didampingi oleh

pembantu-pembantunya yaitu tambalina (orang kedua), fahandrona (orang

ketiga), Sidaõfa (orang yang ke empat) dan seterusnya sampai paling tidak ke

delapan atau sampai ke dua belas orang (menurut kebutuhan Salawa). Pesta

tersebut dinamakan pesta adat (owasa). Pembantu-pembantunya itu

merupakan satu kelompok yang disebut ono zalawa artinya anak salawa. Jadi

dalam satu banua saja terdapat beberapa orang Salawa. Pembantu Salawa

bisa saja menjadi Salawa juga, apabila dua membuka satu banua atau telah

mengadakan pesta-pesta adat dan telah mendapat gelar. Gelar Salawa-salawa

itu ia Balugu. Hubungan pengertian banua pertama dan yang kedua ialah:

Page 91: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

73

banua yang merupakan refleksi dari kerjaan Tetehõli Ana’a dan pengertian

banua yang kedua adalah refleksi dari keadaan nenek moyangnya di

TeteholiAna’a sebelum diturunkan ke Bumi. Jadi ada Salawa dan ada

Onombanua. Salawa-salawa adalah orang-orang yang dihormati dalam banua

karena mereka adalah penguasa dalam banua. Dalam segala pranata sosial,

para salawa-salawa mendapat bagian-bagian yang tertentu dan diutamakan.

Pembantu-pembantunya adalah orang kedua yang dihormati dalam banua.

c. Desa atau kampung seperti yang kita kenal sekarang, dalam hal ini banua

dikepalai oleh salawa juga, tetapi salawa dalam pengertian kepala kampung.

Jadi salawa sebagai kepala kampung adalah orang yang bertanggung jawab

demi kelancaran roda pemerintahan, yang dipilih oleh warga desa. Dengan

demikian bisa saya saja seseorang merangkap sebagai salawa yang menjadi

pemimpin banua dan sebagai kepala Desa. Untuk membedakan salawa

sebagai pemimpin banua dan salawa sebagai Kepala Desa maka yang

pertama disebut Salawa Hada dan yang kedua disebut SalawaWamareta.

2.5 Asal Usul Masyarakat Nias

Pada dasarnya orang Nias yang tinggal di Kota Medan ini tidak terlepas dari

asalnya darimana dan tidak terlepas dari para leluhurnya yaitu asal usul ono Niha

(orang Nias). Ono Niha termasuk ke dalam rumpun melayu yang berasal dari ras

Mongoloid dari daratan Asia di wilayah Hassir, Provinsi Yunan (Hunan), yang

diperkirakan meninggalkan negerinya sekitar 3000 tahun yang lalu. Bermukim

disuatu tempat yang disebut dengan nalawö sia’a mbanua yang kemudian

Page 92: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

74

membangun pemukiman baru di sekitar Gomo, hingga disebut oleh orang Nias

sebagai tempat pertama manusia diturunkan yaitu mbanua niha (Bas

Telaumbanua dalam Joni K. Manalu, 2000:17). Menurut S. Zebua (1984) suku

Nias berasal dari wilayah Timur Tengah yang kemudian berpindah ke arah timur

melalui Semenanjung India dan Birma terus ke pulau Nias.

Menurut Bas Telaumbanua (2000:18) kedatangan orang Nias terjadi dua

tahap, yaitu pada abad ketiga Masehi dan awal abad keempat Masehi. Dimulai

dengan perjalanan Rahib Fa Hien dengan rombongannya yang berawal dari

Mongolia menuju India untuk menuntut ilmu agama. Setelah itu meneruskan

pelayaran menuju Jawa Dwipa (diperkirakan bisa saja Sumatera, Jawa, atau

pulau-pulau lain di Asia Tenggara).

Saat mereka kembali ke negeri asalnya, perahu yang mereka tumpangi

diterpa ombak kemudian hancur dan karama. Akan tetapi sebagian penumpangnya

selamat mencapai daratan, menelusuri sungai yang diduga adalah sungai nalawö

yang bermuara di pantai Nias sebelah timur.

Menurut masyarakat Nias, yang dipercayai melalui foklor yang diwariskan

secara turun-temurun melalui tradisi hoho, leluhur orang Nias berasal dari langit.

Awalnya diturunkan tiga orang masing-masing bernama Daeli, Hulu, dan Gösö.

Ketiga orang tersebut turun dalam disebuah tempat yang bernama Gomo dan dari

ketiga orang inilah terlahir orang Nias (ono Niha).

Menurut cerita tradisional, leluhur orang Nias berasal dari langit dan

merupakan keturunan Dewa yang disebut dengan Lowalangi yang berarti diatas

langit. Menurut mite tersebut asal-usul orang Nias adalah dari tempat yang disebut

Page 93: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

75

Sirao, di lapis langit ke tujuh. Ditempat tersebut tingggallah seorang pria yang

memiliki sembilan orang anak dan seorang kemenakan yang bernama

Luomewöna. Ketika itu timbul niat dalam diri raja untuk mewariskan kerajaan

kepada salah seorang anak ataupun keponakannya. Raja meminta untuk

menunjukkan kebolehan masing-masing menari di atas tombak. Ternyata ilmu

kesaktian yang dimiliki keponakannya lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu

kesaktian yang dimiliki oleh Sembilan orang anaknya. Takhta diserahkan kepada

Luomewöna dan Sembilan anaknya diturunkan ke bumi.

Nias yang dikenal sekarang ini sebenarnya bukanlah merupakan bahasa asli

ono Niha (orang Nias). Dalam bahasa Nias, orang Nias menyebutnya ono Niha

(anak manusia) dan tempat mereka berada sebagai Tanö Niha (tanah manusia).

Istilah Nias kemungkinan merupakan istilah yang ditimbulkan semasa penguasa

bangsa Barat, yang karena faktor bahasa menyebutkan istilah niha dengan nihas

(Nias). Perubahan nama ini juga terjadi dalam menyebutkan nama-nama berbagai

tempat di Nias, seperti Kota Gunung Sitoli yang dalam bahasa dahulu kala disebut

Luaha. Nama Gunung Sitoli kemungkinan berasal dari kata Onozitoli yang

merupakan nama suatu daerah di dekat Gunung Sitoli sekarang ini. Suku Nias

menganut sistem patrilineal dalam garis keturunannya. Dalam perkembangannya

mereka membentuk marga (fam) yang sampai sekarang masih tetap dipakai yang

diwarisi oleh oleh laki-laki.

Page 94: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

76

2.6 Sistem Religi dan Agama

Zaman dahulu sebelum agama Kristen dan Islam masuk di tanah Nias,

masyarakat Nias menganut kepercayaan yang disebut sanömba adu. Yang secara

harafiah dapat diterjemahkan sanömba berarti menyembah, adu berarti patung

ukiran yang terbuat dari kayu atau batu. Jadi, sanömba adu berarti kepercayaan

kepada patung-patung buatan manusia baik berupa kayu maupun batu-batu besar

(owe). Adu ditempatkan di osali börönadu yaitu bangunan sebagai tempat ibadah

religi sanömba adu.

Dewa Si’ai ialah dewa yang paling tinggi yang diyakini oleh para leluhur

orang Nias dan semua alam semesta ini di kuasai oleh dewa itu. Pada waktu

tertentu orang Nias memberikan sesajian sebagai tanda penghormatan kepada

dewa yang orang Nias yakini itu. Untuk menghormati dewa itu mereka

berkumpul dan mengadakan sambua alahoita atau berkumpul di bawah kayu

besar (pohon fosi atau eho). Di bawah pohon itu mereka melakukan upacara

dengan cara mengelilingi pohon besar itu kemudian menyampaikan apa yang

mereka inginkan. Selain dewa Si’ai orang Nias juga mempercayai adanya dewa-

dewa lain diantaranya, Luo Walangi sebagai dewa pencipta alam semesta, Lature

Sobawi Sihönö sebagai dewa pemilik dan penguasa babi, Uwu Gere sebagai dewa

pelindung, dan penguasa para ere (pemimpin religi sanömba adu), Uwu Wakhe

sebagai dewa penguasa tanam-tanaman, Gözö Tuha Zangaröfa sebagai dewa

penguasa air.

Masyarakat Nias sejak menghuni pulau Nias (Tanö Niha) memiliki

kepercayaan bahwa arwah-arwah para leluhur orang Nias memiliki kekuatan yang

Page 95: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

77

dapat melindung serta menolong mereka, sehingga mereka menyediakan tempat

atau medium untuk para leluhur itu dengan membuat patung-patung dari batu.

Masyarakat Nias juga percaya akan tempat-tempat tertentu adalah tempat yang

keramat, dimana terdapat roh-roh yang bisa berbuat sesuatu terhadap kehidupan

mereka. Sebagai ungkapan rasa hormat mereka terhadap hal tersebut, mereka

melakukan sembahyang pada waktu-waktu tertentu dengan memberikan

persembahan-persembahan atau sesajian. Demikianlah kepercayaan masyarakat

Nias sebelum agama Kristen masuk di tanah Nias mulai abad ke-19.

Masuknya agama Kristen di Nias yang dibawakan oleh Denninger pada

tahun 1865, tepatnya di Kota Gunung Sitoli dimana sebelumnya ia telah belajar

banyak tentang Nias juga termasuk bahasa Nias dengan masyarakat Nias perantau

di Padang sehingga ketika dia sampai di Nias, ia tidak asing lagi dan semua telah

mengetahui tentang Nias termasuk bahasanya. Dari merekalah Denninger

mempelajari kebiasaan-kebiasan, adat-istiadat, dan kebudayaan Nias hingga

Denninger tertarik untuk datang ke Nias, mengajarkan agama Kristen ternyata

berhasil dan kemudian dilanjutkan oleh Thomas yang datang tahun 1873. Masa

penting dalam pengembangan agama Kristen adalah antara tahun 1815-1930,

antara tahun ini disebut sebagai masa pertobatan total (fangesa dödö sebua). Pada

masa inilah mulai terjadi perubahan sikap, patung-patung mulai dibakar dan

dihancurkan, poligami, sangsi-sangsi hukum adat dengan hukuman badan,

penyembahan patung, penyembahan penyakit melalui fo’ere (dukun) dan

sejenisnya sudah makin berkurang. Hingga kini sebagian besar orang Nias

memeluk agama Kristen, (S. Zebua, 1984:62). Setelah penyebaran injili oleh

Page 96: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

78

misionaris ke Tanö Niha, umat Kristen tumbuh dan berkembang. Khususnya di

Kota Medan, masyarakat Nias diperkirakan berjumlah 25.000 jiwa dihimpun

berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai gereja-gereja yang ada di Kota

Medan.

Selain agama Kristen, orang Nias juga memeluk agama Islam, mereka

mengikuti ajaran-ajaran Islam dan mereka tidak meneruskan tradisi sanömba adu,

fo’ere, mengadakan sesajian untuk roh-roh leluhur. Masyarakat muslim Nias,

umumnya berintegrasi dengan pemukiman-pemukiman enkapulsari umat Islam,

namun demikian mereka tetap memelihara hubungan budaya dengan masyarakat

Nias pada umumnya. Masyarakat muslim Nias ini juga giat melakukan kegiatan

ibadah Islam seperti Shalat, zakat, puasa, wirid yasin, memeperingati isra mi’raj

Nabi Muhammad.

2.7 Sistem Kekerabatan

2.7.1 Garis keturunan

Di dalam mengurai sistem kekerabatan pada etnis Nias, terlebih dahulu

diuraikan data-data menurut ancertor oriented atau lineal. Etnis ini mengikuti

garis keturunan patrinial yaitu mengikuti hitungan hubungan kekerabatan melalui

laki-laki. Anak laki-laki maupun perempuan mengikut garis keturunan ayah.

Apabila anak laki-laki ini kawin, mereka harus atau biasanya tinggal di rumah

orang tuanya dalam waktu satu, dua, tiga tahun sampai lahir anak pertama, malah

ada yang sampai tua, sama dengan orang tuanya. Tetapi anak anak perempuan

yang sudah kawin harus keluar dari rumah itu untuk mengikuti suaminya. Yang

Page 97: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

79

belum kawin tetap tinggal disamping orang tua atau saudaranya laki-laki. Orang-

orang yang berasal dari satu garis keturunan itu disebut “ Sisambua Mado” ( Satu

Mado). Mereka diikat oleh hubungan darah yang dihitung melalui laki-laki.

Pergaulan yang lebih sering dan erat adalah disekitar kaum kerabat ayah,

sehingga kaum kerabat dari ibu sudah dianggap diluar batas pergaulannya.

Keharusan anak laki-laki yang sudah kawin, tinggal di rumah orang tuanya

disebabkan:

a. Orang tua belum berani melepaskan anaknya itu untuk berdiri sendiri

karena dianggap belum sanggup,

b. Supaya si anak belajar bagaimana berperan didalam masyarakat dengan

jalan tetap ikut bersama orang tuanya dalam segala pranata-pranata

sosial, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan banua, dan

c. Supaya bersama-sama membayar utang jujuran yang belum lunas

semuanya.

Apabila ketiga faktor di atas sudah dapat diatasi maka si anak tadi sudah

boleh memisahkan diri. Tetapi pada umumnya tidak jauh dari lingkungan tempat

tinggal orang tuanya. Tentu mereka ini makin lama makin berkembang di lokasi

itu sehingga menjadi satu kelompok atau menjadi satu banua. Dengan demikian

mereka itu apat kita sebutkan klen kecil patkrilineal.

Kalau tempat itu dirasak an sudah padat mereka mencari lokasi lain yang

belum berpenghuni dan menetap disitu menjadi satu banua. Setiap nenek moyang

dan keluarga keturunannya memiliki satu atia nadu (susunan adu satua). Sampai

generasinya yang kesembilan perkawinan di antara keturunannya dilarang.

Page 98: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

80

Apabila sesudah generasi tersebut terjadi pekawinan di antara keturunannya, tidak

menjadi masalah lagi. Hanya saja persyaratan harus dipenuhi yaitu memisahkan

atia nadu keturunan tersebut dari kumpulan atia nadu nenek moyang dan

membayar pemisahan itu dengan memotong babi sebesar 4 alisi. Babi itu

diberikan oleh pihak laki-laki. Jadi dengan terjadinya perkawinan ini berarti kawin

dalam lingkungan mado yang sama. Itulah sebabnya di daerah Nias kita jumpa

suami/istri yang mado nya sama.

2.7.2 Kelompok kekerabatan

Akibat terjadi pekawinan tersebut kelompok kekerabatan yang disebut

ngambatõ” (suami dan istri). Dari hasil perkawinan ini akan lahir anak-anak,

maka menjadi lengkaplah ngambatõ ini menjadi suatu kelompok kekerabatan

yang terkecil yang biasa disebut keluarga batih.

Dengan terbentuknya ngambatõ ini, keluarga-keluarga dari pihak suami dan

istri menjadi berfungsi, terutama dalam upacara-upacara adat dalam lingkungan

lingkaran hidup mereka, yang biasa disebut dalam ilmu antropologi, upacara

peralihan (crisisrite).

Fungsi kelompok keluarga dari kedua belah pihak ini, paling menonjol

dalam upacara peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga.

Jadi apabila anak ngambatõ tadi terutama anak perempuan kawin maka yang

banyak memegang peranan ialah keluarga dari pihak suami. Mulai dari awal

upacara sampai berakhir.

Page 99: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

81

Merekalah yang menjadi penghubung anatara pihak laki-laki dan orang tua

perempuan serta yang menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan

upacara tersebut. Mereka ini merupakan kelompok kekerabatan yang disebut

menurut dekatnya dengan ngambatö tadi. Kelompok keluarga yang paling dekat

yaitu yang sekandung dan sepupu dihitung dari garis keturunan pihak laki-laki,

disebut iwa.

Saudara sepupu tingkat kedua disebut huwa dan saudara-saudara tingkat

seterusnya disebut banua. Dari kelompok-kekerabatan banua yang menerima hak

dalam upacara-upacara adat itu ialah Salawa dan pembantu-pembantunya. Selain

dari kelompok kekerabatan di atas, masih ada satu kelompok kekerabatan dari

pihak suami yaitu kelompok-kelompok saudara-saudaranya perempuan, pihak

suami yaitu kelompok-kelompok saudara-saudaranya perempuan, yang sudah

kawin beserta keluarga mereka masing-masing, yang disebut fadono atau ono

alawe, termasuk keluarga yang mengawini anaknya yang perempuan.

Fungsi dari fadono berbeda dengan iwa, huwa dan banua. Kelompok

kekerabatan ini merupakan pekerja dalam upacara yang dilaksanakan oleh

ngambatõ. Itulah sebabnya dalam pembagian urakha (Jambar/makanan yang

diberikan dalam hal ini daging babi) yang menjadi bagian mereka adalah

tangan/kedua kaki disebelah muka, sebagai lambang kecekatan.

Keluarga dari pihak isteri merupakan suatu kelompok kekerabatan yang

disebut “uwu” (sumber). Jadi dari merekalah sumber hidup anak anak ngambato

itu. Itu yang menyebabkan uwu merupakan kelompok kekerabatan yang paling

Page 100: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

82

tinggi kedudukannya dari semua kelompok kekerabatan tadi dan selalu mendapat

penghormatan yang tertinggi dari ngambatõ tersebut.

Selain dari pada itu, keluarga yang memberi isteri bagi anak laki-laki

ngambato tadi merupakan satu kelompok kekerabatan pula yang disebut sitenga

bõ’õ. Kelompok ini diundang hanya apabila ngambatõ tersebut mengawinkan

anak, membuat pesta kematian atau pesta adat besar lainnya

2.7.3 Sistem istilah kekerabatan

Istilah kekerabatan yang diuraikan di bawah ini ialah istilah menyebut

(terms of addres) dan istilah menyapa (terms of reference). Untuk mengetahui

kedua istilah tersebut mari kita lihat skema di bawah ini. Tetapi sebelumnya untuk

memudahkan penguraiannya, disini diturunkan tanda-tanda yang dipergunakan:

= Untuk Anak Laki-laki

= Untuk Anak perempuan

= Untuk Keturunan

= Untuk Saudara Kandung

= Untuk kawin

Gambar 2.2. Lambang istilah kekerabatan

A = Terms of address

R = Terms of Reference

Page 101: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

83

Bagan 2.5

Sistem Istilah Kekerabatan Nias

Keterangan :

01

A A B = Fo’omo ( donga)

02

B A A = Fo’omo, donga

03

A A E F = La’o atau uwu ndraono ( Paman anak- anak)

04

A A C D = Talifuso

05

A A M = Fo’omo dalifuso atau fo’omo ga’a ma fo’omo nakhi

06

B A C = Lakha

07

B A D Ono alawe

08

B A M Kala’edo

0 A A G Ina matua

Page 102: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

84

9 1

0 A A H Ama matua

11

I J A B Umono

12

G A A A Umono

13

B A J Ina matua, ina sowoli

14

B A I Ama matua, ama sowoli

15

A B A E F Sibaya

16

A B A C D Talifuso ama

17

A B A M Fo’omo dalifuso namagu

18

A B A J Awegu kho namagu, ina namagu

19

A B A I Tuagu kho namagu, ama namagu

20

E F A A1 B1 Ono mbene’o

21

C A A1 B1 Tana nono

22

I J G H A A1 B1

Ma’uwu

23

A1 B1 A L Talifuso nina

24

L A A1 B1 Tana nono

25

G H A I J Mbambato ( sebaliknya)

26

A B A A1 B2

Ono ( anak)

27

A1 B1 A A B

Satua

28

A A K Fo’omo la’o

29

A A L Akhi wo’omogu

30

A A N Gabalõ

Terms of Reference : 1 A R B = gelar waktu kawin atau ina . . . (nama

Page 103: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

85

anaknya) 2 B R A = ga’a atau ama . . . ( nama anaknya) 3 B R C M = ga’a atau akhi atau ama, ina . .(mama

anak akalau mereka adik 4 B R D =ga’a atau akhi atau namanya di panggil,

kalau dia adik dan belum kawin. 5 A R E = ga’a atau akhi atau namanya (kalau dia

adik). 6 A R F = ga’a atau akhi atau ama . . (nama anak

kalau dia adik) 7 A R L = ga’a atau akhi atau dipanggil namanya

kalau dia adik dan belum kawin. 8 A R G H = Ina dan ama 9 B R J I = Ina dan ama 1

0 A1 B1 R A = ama

11

A1 B1 R B = Ina

12

A1 B1 R E F = sibaya

13

A1 B1 R L = lawe

14

A1 B1 R C = Za’a (kalau lebih tua dari bapak), dalu, zakhi (kalau lebih muda dari bapak)

15

A1 B1 R M = Za’a, dalu atau zakhi

16

A1 B1 R D = Za’a

17

A1 B1 R I1 H = dua (tua)

18

I J R A1 B1 = Ma’uwu atau namanya kalau mereka belum kawin.

19

G H R A1 B1 = Ma’uwugu atau namanya kalau ia belum kawin

1 AI B1 R O P = Ga’a atau akhi

2.7.4 Sopan santun kekerabatan

Semua aggota keluarga dan kerabat boleh saling menyapa, hanya saja cara

menyapa dibedakan kepada yang lebih tua harus lebih hormat daripada yang lebih

muda. Kepada yang lebih tua harus lebih hormat daripada yang lebih muda

umurnya dari yang menyapa. Antara mertua dengan menantunya perempuan dan

Page 104: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

86

antara mertua dengan menantunya laki-laki mempunyai hubungan yang eratnya

sama dengan menantunya. Laki-laki mempunyai hubungan yang eratnya sama

dengan hubungan anak dengan orang tua. Sehingga di antara menantu dan mertua

tidak ada kesungkanan. Demikian juga di antara yang beripar yaitu suami dengan

isteri saudara laki-laki isterinya atau isteri dengan suami saudara perempuan

suaminya dianggap seperti saudara kandung. Tak ada garis pemisah antara

mereka, boleh bebas berbicara, hanya saja yang muda harus menghormati yang

lebih tua. Kelakar di antara kedua diatas, boleh tetapi harus dalam batas-batas

kesopanan. Yang tidak bebas berkelakar ialah antara suami dengan saudara

perempuan-perempuannya isterinya.

Kelompok keluarga pihak isteri lebih-lebih orang tua atau saudara laki-laki

isteri mendapat penghormatan yang lebih tinggi dari kelompok keluarga lainnya.

Kalau mereka ini baru pertama kali datang/berkunjung ke rumah saudara

perempuannya, mereka harus dijamui dengan memotong seekor anak babi

minimal 1 (satu) alisi. Tak ada alasan tidak ada persediaan, harus dicari biarpun

berutang. Dan disamping yang dimakan ini, harus ada yang diberikan satu ekor

yang babi hidup sebagai oleh-oleh/bawaannya. Kalau tidak ada oleh-

oleh/bawaanya ini, dia akan merasa malu terhadap tetangga dan orang

sekampungnya, apalagi kalau mereka telah mengetahui kepergian itu. Itu

sebabnya pihak keluarga isteri jarang datang ke rumah anaknya perempuan, kalau

dilihatnya anak itu masih diperkirakan belum baik jalan hidup mereka/masih

sengsara hidup.

Page 105: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

87

Perlu juga diketahui bahwa babi yang disuguhkan sebagai lauk kawan nasi

waktu makannya memotongnya tidak sembarangan, karena yang disuguhkan dari

babi itu ialah rahangnya, beserta daging yang senyawa dengan rahang itu, jeroan

(alakhao) dan beberapa potong daging pahanya, rusuknya. Inilah makanan

penghormatan yang paling tertinggi, karena simbi (rahang) itu adalah lambang

sangkutan (tempat bergantung). Cara memasak daging babi itu menurut adat

hanya direbus saja bersama garam sedikit.

Sebaliknya kalau fadono atau ono alawe yang datang dan baru pertama kali

atau lama tak datang atau dia datang karena daianya sudah panen, dengan

membawa olõwõta/molõwõ (membawa bingkisan makanan) anak babi yang sudah

direbus dan nasi serta membawa afo (sirih) selengkapnya. Dia juga dijamu dengan

memotong seekor anak babi, tetapi yang ditonjolkan untuk disuguhkan adalah

terutama kaki babi depan (tangan babi) bersama simbinya. Tangan melambangkan

kecekatan, jadi yang disuruh-suruh. Kalau mereka juga pulang harus diserahkan

manu (ayam), dan satu ekor anak babi hidup bersama dengan oleh-oleh atau

bingkisan makanan juga.

Dalam setiap perjumpaan di antara anggota kerabat dan orang-orang lain

atau tamu, penghormatan pertama ialah memberi salam, disusul dengan

penyungguhan afo, disusul lagi dengan yang lainnya. Apakah itu minuman atau

makanan.

Page 106: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

88

2.8 Gender

2.8.1 Pengertian gender

Berbicara mengenai gender maka kita akan membahas tentang laki-laki dan

perempuan. Apa itu gender? Mengapa gender dibicarakan? Dan apa maksudnya

ketidakadilan gender? Bila mendengar kata gender di daerah Nias, khususnya di

desa-desa yang agak jauh dari kota, mungkin agak asing didengar. Tetapi bagi

kalangan masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan luas, hal ini sudah biasa.

Yang dimaksud dengan gender ialah perbedaan antara laki-laki dan perempuan

dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata

nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat

berubah menurut waktu serta kondisi setempat. Maka kesetaraan dan keadilan

adalah proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan.

Rupanya, tanpa disadari di daerah dan di lingkungan kita saat ini, telah

terjadi ketidaksetaraan dan ketidak-adilan gender. Mengapa? Bila kita bertolak

dari pengertian gender di atas maka dari segi tata nilai sosial budaya dan adat

istiadat di Nias, sudah jelas bahwa semua peran, fungsi, hak dan tanggung jawab

telah didominasi oleh laki-laki.

Bila kita menoleh sejenak ke belakang di bawah tahun delapan puluhan,

perempuan di Nias pada umumnya hanya diberi peran sebagai pengurus rumah

tangga, pengasuh anak, memasak untuk keluarga, bertindak atas keputusan suami

dan berpendidikan sangat rendah. Pada zaman ini perempuan hanya mau

mengikuti saja apa yang telah diputuskan oleh ayah/suami. Kesempatan untuk

mengungkapkan pendapat tidak diberikan sama sekali. Namun demikian, oleh

Page 107: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

89

karena kemajuan pendididikan dan pengalaman, ada juga keluarga yang tidak

hanya didominasi oleh laki-laki atau suami/ayah, tapi jumlahnya masih sedikit.

2.8.2 Pembicaraan gender

Laki-laki dan perempuan adalah sama-sama ciptaan Allah, perempuan

adalah mitra laki-laki. Tetapi kenyataan di lapangan, laki-laki yang lebih banyak

berperan dan mendapat kesempatan pada setiap aspek kegiatan baik politik,

hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan lain-lain. Terlebih-lebih di daeah

nias yang masih terkait adat dan budaya serta menjunjung tinggi ideologi

Patriarkat yang memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada kaum lelaki.

Bukanlah hal semacan ini merupakan diskriminasi terhadap perempuan? Tidak

ada kesetaraan dan keadilan dalam peran dan hak-haknya.

Beberapa contoh kasus yang dihadapi oleh perempuan di Nias terutama di

desa-desa antara lain:

1. Berpendidikan rendah. Anak perempuan jarang bersekolah tinggi misalnya

melanjutkan sekolah di SMP/SMU apalagi ke perguruan Tinggi. Mereka

hanya tamat Sekolah Dasar, setelah itu tinggal di rumah membantu orang tua

membanting tulang mencari nafkah dan biaya pendidikan untuk saudara laki-

laki. Salah satu penunjang biaya pendidikan anak laki-laki biasanya dalam

keluarga menurut kebiasaan mereka adalah memelihara babi. Dalam hal ini

yang ditugaskan untk itu adalah anak perempuan. Mereka harus mengurus

dan memelihara sampai besar dan setelah besar, lalu dijual. Hasilnya akan

diserahkan untuk biaya sekolah anak laki-laki. Hal ini paling menyakitkan,

karena perempuan tidak menikmati hasil jerih payahnya. Akibat dari

Page 108: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

90

pendidikan yang rendah ini, perempuan semakin terpinggirkan dan tingal

dalam kebodohan atau jodohnya sendiri.

2. Tidak boleh menentukan pasangan hidup atau jodoh sendiri. Peranan

orangtua dalam menentukan jodoh anaknya sangatlah besar, terutama kepada

anak perempuan. Ada juga orangtua yang tidak mau kalau anaknya

perempuan belum kawin sebelum berumur 20 tahun. Mengapa? Mereka

memandang bahwa perempuan yang sudah melewati umur tersebut sudah

menyandang sebutan perawan tua. Umur yang menurut mereka baik untuk

berkeluarga adalah mulai dari 14 ke sampai tahun. Banyak perempuan yang

sudah kawin sejak umur 14 tahun, bahkan ada juga yang berumur

dibawahnya. Dalam hal ini kesehatan, ini sangat mempengaruhi angka

kematian ibu, sebab umur tersebut masih terlalu muda untuk

memproduksi/melahirkan. Akibat dari perkawinan ini, maka lahirlah keluarga

baru yang tidak didasari cinta atau suka sama suka. Dan tidak sediktinya

banyak suami yang pergi merantau meninggalkan istri bahkan ada juga yang

tidak mau pulang. Hal ini terjadi akibat kurang matangnya pemikiran dan rasa

bertanggung jawab dalam berumah tangga.

3. Kawin paksa juga sudah menjadi tradisi. Banyak alasan mengapa terjadi

kawin paksa. Umpamanya, orangtua perempuan memaksa anaknya untuk

kawin supaya ia mendapat penghormatan dari orang lain, segera mendapat

cucu, merasa berutang budi kepada pihak laki-laki, meringankan beban

keluarga, calon menantu kebetulan orang kaya sehingga derajatnya di tengah

masyarakat akan meningkat, dan masih banyak alasan lainnya.

Page 109: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

91

4. Tidak berhak mengemukakan pendapat. Sesuai dengan kebiasaan di Nias,

perempuan tidak boleh angkat bicara, sekalipun keputusan itu merugikan

dirinya sendiri. Dalam hal suami-istri, seandainya suami tidak ada di rumah

sementara ada satu hal penting yang harus diputuskan saai itu juga, maka istri

tidak boleh mengambil keputusan sendiri, melainkan harus menunggu suami

pulang atau bila ada ayah mertuanya, maka itulah yang bisa membantu

memberi keputusan. Dalam musyawarah adat, perempuan tidak dilibatkan.

Mereka hanya menunggu apa yang tidak membawa rejeki.

5. Anak perempuan tidak membawa rejeki. Bila seorang ibu melahirkan anak

pertama yaitu perempuan, maka keluarga tersebut akan sangat kecewa, sebab

yang paling diharapkan lahir adalah anak laki-laki yang dianggap sebagai

pembawa rejeki dan generasi penerus. Perempuan dianggap kurang penting,

inferior, dan tidak berkompeten memegang satu jabatan.

6. Peminggiran terhadap janda dan perawan tua. Bagi perempuan yang sudah

menyandang status janda dan perawan tua sudah barang tentu mereka kurang

diperhitungkan dan difungsikan dengan alasan kurang mampu apalagi bila

kondisi sosial ekonomi yang tidak memadai. Begitu juga dengan perawan tua,

dalam setiap pesta aat misalnya pesta perkawinan, maka pada saat pembagian

jatah makanan “urakha”, nama mereka tidak pernah disebutkan.

7. Pemuas kaum lelaki. Suami menjadi pencari nafka utama, karena itu, suami

merasa berkuasa terhadap isti. Istri diberi tugas melayani suami, mengasuh

anak, memasak, berusaha supaya selalu terjadi keharmonisan dalam keluarga,

tetapi suami tidak pernah memperdulikan kalau istri memberi nasehat supaya

Page 110: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

92

jangan sering pulang malam dalam kondisi mabuk, jangan sering nongkrong

di warung tuak, dll. Bila istri bertahan, maka suami sering kali melakukan

tindakan kekerasan terhadap istri.

8. Tidak diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan ekstra di luar rumah.

9. Mengalami kekerasan. Perempuan sering menjadi korban pelecehan seksual.

Bila seorang perempuan hamil di luar nikah, maka orangtuanya akan

mengkawinkannya dengan lelaki yang lain, bukan kepada lekaki yang sudah

menodainya. Pada persoalan ini kepada laki-laki yang telah berbuat jahat

terhadap si perempuan, seakan-akan diberi dispensasi untuk tidak

mempertanggung jawabkan perbuatannya. Masih banyak contoh lain.

Berdasarkan kenyaatan di atas, maka telah terjadi ketidak-adilan gender.

Telah terjadi ketidak-setaraan laki-laki dan perempuan. Secara garis besar,

ada 5 (lima) bentuk ketidakadilan gender:

1. Marginalisasi,yaitu : Pemiskinan atau peminggiran peran perempuan dalam

bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Hal ini bisa disebabkan oleh :

a. Miskin karena di miskinkan

b. Timbul karena ideologi patriarkat, yang selalu memberi kedudukan yang

telah tinggi kepada laki-laki.

c. Menyudutkan perempuan ke posisi yang menyudutkan

d. Mempersempit peluang atau kesempatan kepada perempuan

2. Subordinasi, yaitu adanya anggapan bahwa perempuan itu tidak penting,

tidak perlu memegang jabatan yang terlalu tinggi.

Page 111: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

93

3. Stereotipe (citra baku), artinya ciri perempuan yang sudah

dikonstruksi/dibentuk oleh manusia, dan timbul pandangan untuk

membakukannya. Contohnya, merawat anak, memasak, dan menjaga

keutuhan keluarga.

4. Beban ganda, maksudnya: perempuan mempunyai beban pekerjaan di luar

rumah dan sekaligus beban tanggung jawab diri sendiri, keluarga dan

masyarakat.

5. Kekerasan, maksudnya: perempuan adalah korban tindak kekerasan yang

berupa fisik misalnya : pemerkosaan, pelecehan seksual, penyiksaan terhadap

istri.

Kelima bentuk ketidakadilan di atas hampir sudah merasuki kehidupan kita

akan perempuan. Maka patutlah kita sebagai perempuan mulai dari sekarang

menyadari bahwa,

a. Kaum laki-laki hendaknya menghormati dan menghargai peran perempuan

yang pada zaman ini sama pentingnya dengan laki-laki.

b. Kaum perempuan harus terus berjuang memikirkan dan berusaha

menggunakan peluang dan kesempatan untuk terpanggil dalam dunia publik

c. Kaum perempuan harus mendukung semua gerakan dan program yang

memberi kesempatan kepada perempuan untuk mendapat tempat/kedudukan

yang wajar.

d. Kaum perempuan perlu mengorganisasikan diri. Untuk organisasi perempuan

yang sudah ada diharapkan untuk meningkatkan mutunya supaya dapat

Page 112: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

94

menjadi tempat untuk melatih diri kaum perempuan secara profesional, yang

tidak memandang golongan, jenis kelamin, suku dan agama.

Ketidakadilan gender ini seharunsya secara perlahan –lahan dihapuskan.

Bagaimana caranya? Hal ini tidak mungkin instan, butuh waktu, perjuangan dan

proses.

2.8.3 Perwujudan kesetaraan dan keadilan gender

Hendaklah hal ini dimulai dari skop kecil yaitu dalam keluarga kita seniri.

Mulai dari hal kecil bagaimana menempatkan hak anak baik laki-laki maupun

perempuan, memberi pemahaman yang sama kepada seluruh anggota keluarga

akan peran dan tugas secara adil dari setiap aspek kehidupan keluarga.

Menanamkan perasaan kesamaan hak dan kewajiban, kesempatan dan kedudukan

dalam diri anak. Menciptakan suasana kelurga yang saling menghargai sikap dan

perilaku serta saling mengerti akan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Seluruh anggota keluarga harus ikut berperan dalam setiap proses pengambilan

keputusan.

2.9 Organisasi Sosial

Organisasi sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-sehari, kekerabatan

dan kerja sama sangat menonjol meskipun terpolarisasi dalam paham keagamaan

yang saling berbeda. Orang Nias memakai satu bahasa tunggal, akan tetapi

dialeknya agak berbeda di setiap wilayah namun yang cukup khas dari bahasa

Nias adalah huruf vokal yang mayoritas dalam setiap kata atau kalimat, dan selalu

Page 113: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

95

ditandai dengan akhiran huruf vokal. Ini juga secara tak langsung mempengaruhi

adaptasi sosial antara sesama orang Nias dengan daerah budaya yang berbeda.

Meskipun orang Nias telah berpindah di berbagai tempat akan tetapi secara

individual atau kelompok berusaha untuk tetap mempertahankan warisan budaya

para leluhurnya namun kebudayaan tersebut tidak seutuhnya dipertahankan, akan

tetapi terjadi perubahan, perkembangan sesuai dengan situaai lingkungan dimana

kebudayaan itu dilaksanakan atau tempat dimana ia tinggal.

Kebudayaan Nias dapat dilihat melalui organisasi-organisasi atau

perkumpulan-perkumpulan masyarakat Nias yang ada di Kota Medan. Ada yang

membentuk perkumpulan berdasarkan wilayah dimana asal mereka di pulau Nias

seperti Persatuan Masyarakat Gomo (Permasgom), Lahewa, Sirombu, Gidö, Pulau

Batu, Teluk Dalam. Ada juga berdasarkan marga (mado) seperti Persatuan Marga

Harefa, Persatuan Marga Mendröfa, Persatuan Marga Lase, Persatuan Marga

Telaumbanua, Persatuan Marga Zalukhu, Persatuan Marga Larosa, Persatuan

Marga Nazara. Selain itu juga masyarakat Nias juga membentuk perkumpulan

berdasarkan dimana mereka tinggal di Kota Medan berupa Serikat Tolong

Menolong (STM), seperti STM Fa’omasi ( Mado Zebua, Fala’osa, Ono Alawe

dan Ono mbene’õ nia) dan STM Sehati, STM Faomakhöda, STM Kasih Karunia,

STM Saradödö. Ada juga organisasi lain yang bersifat kepemudaan, gerejawi,

pendidikan dan pembanguan juga berdiri di Kota Medan, seperti Gerakan

Mahasiswa Nias (GMN), Forum Mahasiswa Nias Peduli Nias (Formanispe),

KMN, FORMAN, Komisi pemuda BNKP Hilisawatö.

Page 114: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

96

2.10 Bosi atau Kasta

Masyarakat Adat laraga terdiri dari 4 Bosi/Kasta, yang dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Bosi Zalawa atau Kasta Raja: ada yang derajat 12,10 dan 9,

b. Bosi Zatua Mbanua atau Kasta Pendamping Raja: derajat 8,

c. Bosi Nono Mbanua atau Kasta Warga Biasa: derajat 7,

d. Bosi Duha Gundru atau Kasta Budak: derajat 6.

Bosi seseorang ditentukan oleh famagõlõ atau musyawarah mbanua,

berdasarkan:

a. Keturunan dan asal-usulnya (nga’õtõ),

b. Jasanya dalam banua atauÕri (bua halõwaõnia),

c. Kedudukan atau jabatannya dalam banua atau Õri (fetaro/ halõwõ),

d. Owasa dan jenjang-jenjang Acara adat menaikan dan mengokohkan bosi.

Hanyalah golongan sotanõ yang punya tanah yang boleh menjadi salawa.

Golongan lain, seperti nifatanõ yang diberitanah, pantang jadi salawa. Betapapun

besar jasa dan hartanya, golongan itu ; paling tinggi bosi-nya sebagai Satua

mbanua/ pendamping Raja, derajat 8. Sawuyu atau budak yang terdiri dari:

Tawanan perang, hõlitõ, yang ditembus dari hukuman mati, dan fondrara,

pembayar hutang, mereka selamanya di bawah kuasa tuannya, selamanya adalah

derajat 6.

Sotanõ bosi nono mbanua dapat meningkatkan bosi-nya berdasarkan

keturunan, jasa, kedudukan yang dikokohkan dengan jenjang-jenjang Acara adat

atau owasa yang telah ia lakukan. Fa’atoru hakhi wino, lõmõi Famanõi Laga-

Page 115: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

97

laga. Pengertiannya, kira-kira begini. Pengorbanan meningkatkan derajat atau

martabat seseorang. Berdasarkan bosi atau kasta seseorang atau orang tua

pengantin, nilai dan besarnya material bõwõ wangai niha ditetapkan. So tu’a-sua

sinado artinya sesuatu itu, ada dasar pertimbangan dan ketentuannya /atau

ukurannya.

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan

kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö

yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian.

Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan

sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah

pedalaman pulau ini sampai sekarang. Suku Nias mengenal sistem kasta (12

tingkatan kasta), dan tingkatan kasta yang tertinggi adalah Balugu. Untuk

mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan

mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama

berhari-hari.

Pada masa awal religi sanömbaadu, masyarakat Nias mempercayai sistem

penggolongan derajat manusia yang disebut bosi. Sistem penggolongan derajat

manusia berdasarkan tingkat-tingkat kehidupan, dimulai dari janin sampai

kehidupan akhirat.pengertian bosi ini mencakup dua belas tingkat kehidupan.

Dalam konteks ini bosi ini nanti mengarahkan manusia untuk berusaha mencapai

tingkat tertinggi, agar setelah ia mati, akan memperoleh kebahagiaan di dalam

tetehöli ana’a (surga).

Page 116: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

98

Adapun keduabelas tingkat derajat manusia atau bosi itu yaitu, (1)

fangaruwusi(memperlihatkan kandungan), (2) tumbu (lahir), (3) famatörö döi

(memberi nama), (4) famoto (sirkumsisi), (5) falöwa (menikah), (6) famedadao

omo (mendirikan rumah), (7) fa’aniha mbanua (memasuki persekutuan desa), (8)

famaõli (menjadi anggota adat), (9) fangaitöi (mengambil gelar ), (10) fa’amokhö

(kekayaan), (11) meme’e gö mbanua (menjamu orang sedesa) dan (12) mame’e gö

nöri (menjamu orang satu öri), beberapa desa (Dasa Manaö, 1998:195-196).

2.11 Kesenian

Dalam masyarakat Nias memilki beberapa kesenian daerah yang merupakan

ciri khas dari daerah Nias yaitu seni musik. Adapun alat-alat musik Nias sebagai

berikut.

a) Göndra alat musik membranofon yang dipukul dengan alat pemukul dari

rotan. Alat pemukul ini disebut famo göndra. Alat musik ini selalu digunakan

dalam pesta pernikahan dan juga dipakai sebagai alat musik mengiringi tarian

atau lagu.

b) Aramba (gong), alat musik jenis gong berpencu, teridiri dari dua gong yaitu

aramba dan faritia. Aramba lebih besar dari faritia, fungsi sosialnya adalah

untuk memberi berita yang terjadi di Medan perang, misalnya ada yang

meninggal.

c) Tamburu, gendang yang ukurannya lebih kecil dari göndra dan bagian

luarnya tidak diikat oleh rotan tetapi luarnya dipakukan saja. Tamburu

dipukul untuk menyambut atau mengiringi prosesi pengantin, lagu dan tarian.

Page 117: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

99

d) Doli-doli adalah xilophon kayu laore berupa bilahan-bilahan yang diletakkan

di atas kaki pemainnya dan dipukul dengan pemukul terbuat dari kayu. Alat

musik ini kadang juga dikatakan gambang.

e) Suling adalah alat musik tiup terbuat dari bambu (lewuö mbanua).

f) Ndruri dana adalah alat musik jew’s harp, memiliki satu lidah yang disebut

lela.

Selain dari seni musik, masyarakat Nias juga memiliki tari-tarian yaitu,

a) Tari maena yaitu tari yang biasa dipertunjukkan dalam acara pesta

pernikahan, pesta owasa, dan juga dilakukan untuk menyambut tetamu

terhormat. Tari maena biasanya dilaksanakan dilapangan terbuka, sejumlah

orang bisa saja ikut karena gerakannya tidak sulit untuk diikuti. Variasi

gerakan yang umum dilakukan yaitu kaki membentuk segi tiga (tölu sagi)

dan gerakan kaki membentuk segi empat (öfa sagi).

b) Tari moyo adalah tarian yang menirukan gerakan burung elang yang sedang

terbang. Biasanya ditarikan oleh wanita. Tari ini difungsikan untuk acara

terpenting misalnya penobatan seseorang menjadi bangsawan.

c) Tari faluaya dan maluaya. Maluaya merupakan tari persatuan sebagai tanda

solidaritas sosial dalam rangka menaklukan musuh. Aksinya menggambarkan

sekelompok tentara yang sedang berperang. Properti tariannya adalah pedang

(balatu/ekhe), tombak (toho), dan tameng (baluse).

d) Tari Hombo batu atau lompat batu merupakan tari yang berunsur olah raga

latihan perang melompati batu sebagai simbol budaya megalitikum. Sapaan

Ya'ahowu.

Page 118: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

100

Dalam budaya Ono Niha (Nias) terdapat cita-cita atau tujuan rohani hidup

bersama yang termakna dalam salam,“Ya’ahowu” (dalam terjemahan bebas

bahasa Indonesia “semoga diberkati”). Dari arti Ya’ahowu tersebut terkandung

makna: memperhatikan kebahagiaan orang lain dan diharapkan diberkati oleh

Yang Lebih Kuasa. Dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan sikap-sikap:

perhatian, tanggungjawab, rasa hormat, dan pengetahuan. Jika seseorang bersikap

demikian, berarti orang tersebut memperhatikan perkembangan dan kebahagiaan

orang lain: tidak hanya menonton, tanggap, dan bertanggung jawab akan

kebutuhan orang lain (yang diucapkan: Selamat – Ya’ahowu), termasuk yang

tidak terungkap, serta menghormatinya sebagai sesama manusia sebagaimana

adanya. Jadi makna yang terkandung dalam “Ya’ahowu” tidak lain adalah

persaudaraan (dalam damai) yang sungguh dibutuhkan sebagai wahana

kebersamaan dalam pembangunan untuk pengembangan hidup bersama.

Page 119: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

101

BAB III DESKRIPSI FALÕWA DAN PENGGUNAAN MAENA

3.1 Falõwa / Pesta Perkawinan

Falõwa merupakan pesta perkawinan adat masyarakat Suku Nias di Gunung

Sitoli, propinsi Sumatera Utara. Dalam hal ini, peneliti akan menjelaskan urutan

falõwa/pesta perkawinan adat masyarakat Nias Gunung Sitoli. Hal ini dimaksudkan

untuk menjelaskan rangkaian urutan acara falõwa. Adapun rangkaian falõwa/pesta

perkawinan adat masyarakat Nias sebagai berikut :

3.1.1 Fanunu manu

Arti fanunu manu secara harafiahnya memiliki arti ialah, fanunu berarti

membakar; manu artinya ayam. Upacara ini berfungsi sebagai pemberitahuan kepada

semua sanak keluarga antar keluarga kedua belah pihak. Sehingga upacara tersebut

sering dinamakan juga sebagai famarongogõ ba zifalazi omo yang artinya

memberitahukan kepada tetangga atau famili terdekat bahwa pesta perkawinan sebentar

lagi akan dilaksanakan.

Pelaksanaan upacara fanunu manu ini adalah salah satu upacara adat resmi yang

sangat menentukan pelaksanaan peralatan upacara pesta perkawinan kelak, karena pada

saat ini dapat ditentukan berapa besar jujuran yang harus disediakan oeh pihak sese

(laki-laki). Upacara fanunu manu ini dilaksanakan oleh si’o dari pihak laki-laki dan oleh

samatörö dari pihak barasi. Upacara ini dilaksanakan di rumah barasi yang dihadiri

oleh masyarakat kedua belah pihak, tokoh adat, uwu (paman), ibu-ibu isteri tokoh-tokoh

adat.

Tujuan upacara fanunu manu adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperkenalkan si sese (lelaki) kepada seluruh keluarga barasi (gadis)

Page 120: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

102 2. Untuk memperkenalkan si sese (laki-laki) kepada seluruh penduduk desa si barasi

baik anak-anak, orang tua dan pemuda-pemudinya serta dengan tokoh-tokoh adat,

3. Untuk memperkenalkan si sese kepada paman barasi,

4. Mengesahkan bahwa si sese dan si barasi telah bertunangan dan orang tua sese dan

barasi telah berbesan sah,

5. Membicarakan besarnya jujuran yang harus dibayar oleh pihak sese kelak menurut

tingkat bosi orang tua barasi dalam masyarakat,

6. Menentukan waktu pelaksanaan pesta perkawinan kelak, disebut “bongi zalawa”.

Keperluan-keperluan yang diperlukan pada upacara fanunu manu adalah:

1. Yang disediakan oleh pihak sese (laki-laki),

2. Afo yang dibawa oleh pihak sese beberapa kembut sirih (bola nafo) yang disebut

bola nafo mböwö artinya bola nafo yang diberi berkatan bola nafo ni diserahkan

sese melalui ibu barasi yang selanjutnya diserahkan kepada:

a. bola nafo untuk nina (soboto, ibu) diterima oleh Ibu barasi,

b. Bola nafo untuk uwu (paman) barasi diterima oleh barasi,

c. Bola nafo untuk iwa (diterima oleh saudara ayah barasi),

d. Bola nafo untuk awe (diterima oleh nenek barasi),

e. Bola nafo untuk huwa (diterima oleh saudara kakak barasi),

f. Bola nafo untuk si’o / sameli (diterima oleh pengantar dan telangkai baik

dari pihak sese maupun barasi),

g. Bola nafo untuk banua (diterima oleh isteri tokoh adapt di desa si barasi)

h. Satu bungkusan besar himpunan jenis afo yang diserahkan ditengah-tengah

ibu-ibu untuk dimasak sebagai afo biasa,

3. Satu ekor babi hidup 4 alisi (±40 kg) untuk keperluan adat fanunu manu

(diserahkan satu hari sebelum hari fanunu manu),

Page 121: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

103 4. Emas disediakan sara balaki atau sara siwalu ini ditentukan dengan tingkat

derajat (bosi) kedudukan orang tua barasi pada masyarakat, emas jujuran ini

disebut lambae daroma, emas penghormatan pendahuluan dari pada jujuran.

Emas ini diterima oleh soboto, orang tua barasi,

5. Olöwöta (bungkusan daging anak babi) yang sudah dimasak. Bungkusannya

mowawino (seludang pelepah pinang) yang diisi dengan simbi dan daging

rusuk, daging paha anak alakhaö selengkapnya. Daging babi olöwöta ini

disebut föfö wangandrö dome (pihak sese) waktu berangkat dari rumahnya

kadangkala juga daging ini diletakkan dalam so’u-so’u (keranjang yang dibuat

dari susulur/tutura).

Fanunu Manu ini merupakan tahapan awal dari rangkaian acara pernikahan adat

yang akan dilaksanakan di masyarakat Nias. Dalam upacara ini sanak keluarga, banua

dari kedua belah pihak diundang. Jadi bukan lagi hanya dari kedua belah pihak yang

mengetahui bahwa kedua keluarga itu telah mengikat suatu hubungan kekeluargaan

(fambambatõ, berbesan), namun lingkungan tempat tinggal tersebut mengetahuinya

juga.

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan upacara fanunu manu tersebut sebagai

berikut :

Pertama Fanumbo adu, dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki sebelum

mereka berangkat menuju kampung orang tua perempuan.

Kedua Acara fangowai, (upacara penyambutan selamat datang) dari

pihak keluarga perempuan yang disebut sowatõ kepada tamu

yang datang dari pihak laki-laki yang lazim disebutkan tome

Ketiga Fame’e afo, (penyuguhan/ memberikan sirih penghormatan)

dengan cara berbasa-basi dan berbalasan hendri-hendri berbalas

Page 122: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

104

pantun prosa liris.

Keempat Fanou’õ olõwõta (penyerahan bungkusan/bingkisan daging babi

yang sudah masak yang lengkap berisi simbi dan lain-lain)

kepada pihak sowatõ yang dibawa oleh pihak Tome.

Kelima Fame’e tahõ ( Tahõ, suguhan daging penghormatan ) kepada

tamu yang diserahkan oleh pihak sowatõ.

Keenam Fanaba olola zumange ( sepatah kata penyerahan suguhan

penghormatan atau jamuan) kepada tome.

Ketujuh Fame’e bola nafo numõnõ (penyerahan kembut sirih oleh

menantu atau penyerahan tempat sirih menantu) oleh calon

menantu kepada mertua.

Kedepalan Olola huhuo ( pembicaraan mengenai adat oleh para salawa dari

kedua belah pihak).

Kesembilan Femanga (acara makan minum).

Kesepuluh Fanumba adu (penyembahan pada patung) oleh pihak sowatõ

untuk memohon kepada arwah leluhur dan arwah orang tua

yang sudah meninggal merestui pertunangan keduanya, anak

manusia itu.

Kesebelas Tome pulang dengan membawa bola nafo ( kembut sirih/tempat

sirih) ni odõra yaitu oleh-oleh berupa daging dan ta’io mbawi =

tangan babi sebelah kiri.

Perlu dijelaskan dalam konteks ini bahwa:

(a) Dalam upacara perkawinan ini pihak laki-laki disebut tome (tamu); dan pihak

perempuan disebut sowatõ (sipangkalan).

Page 123: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

105 (b) Merupakan suatu adat kebiasaan dalam upacara perkawinan pada etnis Nias, kalau

dijamu dengan memotong seekor babi, maka terlebih dahulu diberitahukan kepada

tamu yang dijamu dengan tata cara berbasa-basi. Kalau tidak diberitahukan terlebih

dahulu, tamu bisa marah atau tidak mau makan, karena suguhan babi tersebut

adalah babi yang sudah bangkai.

(c) Menurut kebiasaan pada etnis Nias, kalau seseorang tamu yang dijamu dengan

memotong seekor babi sebagai suguhan penghormatan yang tertinggi, maka daging

yang tidak habis dimakan tamu atau sisa suguhan dibungkuskan dan diberikan

kepada tamu tersebut sewaktu ia berangkat pulang. Inilah yang disebut ‘ni’odõra’ =

bingkisan/oleh-oleh. Bisa juga dengan makanan yang lainnya seperti itu.

3.1.2 Fangowai dan fame’e afo

Fangowai dan fame’e afo merupakan acara penyambutan selamat datang dari

pihak perempuan yang kerap kali disebut “sowatõ”. Tamu laki laki biasanya disebut

sebagai “Tome”. Fangowai dan fame’e afo ini merupakan acara memberikan salam baik

dari pihak perempuan maupun pihak laki laki. Acara ini juga menyuguhkan sekapur

sirih kepada para tamu sebagai bentuk penghormatan kepada pihak tamu oleh pihak

tuan rumah.

Mangowai dan mame’e afo dipimpin oleh Salawa Sowatõ di pihak pria dan

juga dipimpin oleh nyonya/ibu Salawa di pihak wanita. Arti pemimpin dalam

Fangowai ini adalah untuk memberitahukan kepada semua orang , siapa-siapa sajakah

tamu yang telah hadir di dalam pernikahan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk

menghargai tamu-tamu siapa saja yang telah datang. Hal ini dilakukan baik dari pihak

laki-laki maupun pihak perempuan. Fangowai dan Fame’e afo ini dimeriahkan dengan

hendri-hendri di pihak pria dan wanita. Yang lebih meriah kalau para ibu-ibu bergairah

Page 124: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

106 untuk melakukan maola-maola /tutur bersastra: sungguh mengasyikan saling bersahut-

sahutan antara pihak si pangkalan dengan pihak tamu.

Setelah acara Fangowai, maka fame’e afo dilakukan, acara tersebut berupa

penyuguhan/pemberian sirih penghormatan oleh pengantin pria kepada pihak

perempuan dengan cara berbasa-basi dan berbalas-balasan “hendri-hendri”: berbalas

pantun prosa liris. Hal ini dilakukan sebagai bentuk wujud penghormatan kepada pihak

perempuan

3.1.3 Famözi aramba

Merupakan acara pemukulan alat musik tradisional yaitu aramba göndra dan

faritia sebagai tanda awal pelaksanaan rangkaian acara pesta adat pernikahan dimulai.

Tujuan Famözi aramba dilakukan juga agar lingkungan tempat tinggal pengantin wanita

mengetahui bahwa akan ada acara perkawinan yang akan dilakukan di rumah tersebut

sehingga dimaksudkan agar sekiranya menghadiri acara pernikahan tersebut dan sama-

sama ikut merayakan acara pernikahan tersebut.

Setelah pulang sese, dan ibunya dari rumah barasi mendengarkan fame’e oleh

orang tua dan keluarga serta warga desa, sese berkumpul untuk melaksanakan

pertemuan dan permufakatan yang biasa disebut famözi göndra atau fangandrö ba

wawöwökha atau siraha wamailo. Tujuan fangandrö yaitu:

1. Bahwa waktu hari pesta perkawinan tidak berubah,

2. Mengadakan musyawarah di antara saudara kandung ayah sese dan warga

yang disebut famagölö,

3. Memberitahu saudara ibu sese (uwu) bahwa pesta kawin kemanakannya

berlangsung,

4. Memusyawarahkan apa nama gelar penganten wanita yang akan datang itu

tersebut famatörö döi mbene’ö,

Page 125: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

107

5. Melaksanakan famözi aramba dengan alat musik seperti

göndra,aramba,faritia. Famözi aramba ini dilaksanakan setiap hari

sampai selesai pesta perkawinan berlangsung.

3.1.4 Fame’e

Fame’e ini merupakan saat dimana keluarga perempuan memberikan nasehat

atau wejangan kepada calon pengantin perempuan dalam membentuk mahligai rumah

tangga. Hal ini dimaksudkan agar calon pengantin perempuan mengetahui hal apa yang

seharusnya perlu dipersiapkan sebelum menjadi istri. Nasehat-nasehat ini juga bertujuan

agara calon pengantin perempuan lebih mengetahui peran yang seharusnya

dilakukanserta apa tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh istri kepada suami

ketika sudah berumah-tangga.

Untuk meresapkan nasehat-nasehat tersebut maka hal itu disampaikan dalam

bentuk senandung dan bentuk tangisan. Keluarga akan menangisi kepergian wanita. Hal

ini dimaksudkan untuk mengenang merupakan bentuk penghormatan perempuan kepada

keluarga yang selama ini sudah mendidik dan membantu pihak calon perempuan

sampai pada kesudahan pengantin perempuan menikah. Ini merupakan bentuk ucapan

terimakasih kepada keluarga bahwa pengantin perempuan sudah mampu mandiri

bersama dengan calon suaminya.

Fame’e ialah pemberian nasehat kepada barasi calon pengantin dengan cara

bernalan sambil menangis. Pelaksanaan ini kira-kira satu minggu sebelum hari pesta

berlangsung. Yang hadir pada saat fame’e ialah dari pihak sese (laki-laki) calon

pengantin yaitu, (1) si sese (laki – laki) calon pengantin, (2) ibu sese tersebut, (3) isteri

abang kandung si sese tersebut, (4) isteri dari saudara kandung ayah si sese. Mereka

inilah datang mendengarkan nasehat yang dituturkan pada barasi calon pengantin. Yang

dibawa pihak sese ialah (1) afo selengkapnya, (2) seekor anak babi sebesar 3 s/d 4 alisi

Page 126: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

108 untuk jamuan para ibu-ibu agar memberi nasehat, (3) segala utang/jujuran yang telah

dijanji oleh sese sebelumnya. Yang hadir pada pihak barasi ialah (1) ibu dari barasi itu

sendiri, (2) ibu-ibu isteri dari saudara ayah barasi, (3) istri-istri salawa dan tokoh adat,

(4) ibu-ibu/isteri penduduk desa barasi.

3.1.4.1 Cara pelaksanaan fame’e

Barasi (gadis) calon pengantin yang diberi nasehat oeh ibu-ibu didudukkan

ditengah-tengah pertemuan, lalu satu persatu ibu-ibu memberi nasehat kepadanya.

Selama berlangsungnya acara fame’e ini, gong, gendang dan canang dibunyikan.

Upacara fame’e ini juga disebut juga fangandrö ba dekhemböwö artinya

memberitahukan dan memohon kepada arwah leluhur doa restu melalui dewa jujuran

tekhemböwö dan kepada adu zatua (patung leluhur). Namun sekarang ini jarang

dilakukan karena pengaruh agama. Setelah nasehat disampaikan kepada barasi maka

barasi calon pengantin diajak menembangkan syair lagu dengan cucuran air mata dan

kata-kata yang memilukan hati.

Contoh:

Hu... ina!

(Oh... mama)

Hana wa mifawu’a ndra’o ba ngaimi!

(Sampai hati memindahkan aku)

Hadia gamuatagu silõfaudu he, inagu!

(Apakah ada tingkah lakuku yang tidak senonoh oh, mama)

Hu … ina!

(Oh … mama )

Lönisawögu möli-mölimi

(Aku tidak pernah mengalihkan pertuahku)

Page 127: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

109

Lö nilalöigu si no mifakhoi he, inagu

(Aku tidak pernah mengabaikan nasehatmu oh, mama.)

Hu... ina!

(Oh... mama )

Ebua sa dödöu bagana’a moroi khögu

(Ibu mementingkan emas daripada anakmu)

Teno ösöndra wangaligu solului halöwöu sa he, inagu!

(Ibu telah mendapatkan pembantu yang lebih dari anakmu ya, mama...)

3.1.4.2 Acara pemberkatan pernikahan

Acara pernikahan akan dianggap sah apabila memenuhi terdiri 3 (tiga) syarat

yakni dipemerintahan dengan adanya akta catatan sipil pernikahan, kemudian acara

agama dengan adanya pemberkatan pernikahan dan yang terakhir mengadakan pesta

adat dengan adanya acara pernikahan adat. Apabila dari ketiga unsur ini sudah

dilaksanakan, maka pernikahan tersebut dianggap sah oleh masyarakat.

Acara pemberkatan pernikahan biasanya dilakukan di gereja dan diberkati

digereja. Ini dilakukan untuk menyatakan janji iman kepada Tuhan untuk berkomitmen

dalam membangun bahtera rumah tangga yang baik. Hal ini ditandai dengan pertukaran

cincin antara kedua belah pihak.

3.1.5 Folau bawi

Folau bawi merupakan acara menghantarkan dua ekor babi berukuran besar oleh

pihak pengantin laki-laki kepada pihak pengantin perempuan yang merupakan bagian

dari mahar/jujuran adat.

Arti harafiahnya ialah, folau adalah membuat; bawi artinya babi. Jadi artinya

ialah bermaksud untuk membawa babi perkawinan yang biasa disebut “bawi walõwa.

Babi yang dibawa ini dihias dengan baik sedemikian rupa. Babi ini adalah babi yang

Page 128: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

110 telah dilihat pada waktu mereka datang melihat pada waktu yang lalu. Itulah sebabnya

babi itu harus besar, agar tidak malu mereka dari pihak laki-laki yang membawa karena

menjadi tontonan orang banyak, maka Kedua ekor babi ini dihias (diberi baju) yang

terbuat dari pilitan kulit kayu tertentu ( eholu). Berbeda dengan babi-babi yang lainnya

kalau dibawa.

Dalam proses perarakan menghantarkan babi ini, para tome melantunkan

nyanyian pantun-pantun yang memiliki arti bahwa para tome menghantarkan babi yang

terakhir dalam upacara perkawinan adat. Setelah tiba di halaman rumah pihak pengantin

perempuan, maka diserahkanlah babi ini kepada pengantin pihak perempuan melalui

pantun-pantun yang dilakukan secara berbalas-balasan antara pihak rumah dengan pihak

tome.

Upacara membawa babi adat (bawi walöwa) ini dilaksanakan dengan tata cara

sebagai berikut yaitu: (1) fesu (tali pengikat) kaki dan alogo ditali dulu yang terdiri dari

bahan ono goholu (kulit kayu), (2) seluruh warga desa sese berkumpul di rumah sese.

Baik salawa, tokoh adat dan ono matua dipilih untuk membawa babi adat tersebut, (3)

sebelum berangkat maka oleh tokoh adat, salawa mendoakan pada arwah leluhur agar

memberkati babi tersebut dan menjauhkan segala mara bahaya di jalan dan selamat

sampai di desa Barasi.

Dalam acara folau bawi tetap juga dilaksanakan acara fangowai dan fame’e Afo.

Hal ini dimaksudkan oleh tuan rumah menghormati para tamu yang telah hadir dalam

bentuk nyanyian. Dalam fangowai tersebut, tuan rumah akan menyebutkan nama-nama

tamu terutama raja-raja adat atau tetua-tetua adat dan juga menyuguhkan sirih sebagai

bentuk penghormatan simbol adat tertinggi di suku Nias.

Page 129: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

111 3.1.6 Falõwa

Acara falõwa ini merupakan acara pesta pernikahan dengan rangkaian acara

yang diawali dengan prosesi dari pihak pengantin laki-laki/tamu dengan melaksanakan

bÕlihae, dan disambut oleh pihak pengantin perempuan/tuan rumah dengan memukul

alat musik tradisional.

Pihak tamu atau pihak pengantin laki laki mengadakan perarakan/prosesi menuju

tempat pesta sambil melakukan bÕlihae (pantun yang dilagukan secara beramai ramai)

dan pihak tuan rumah atau penganti perempuan juga menyambut pihak tamu dengan

memukul alat-alat musik tradisional adat Nias.

Dalam acara falõwa, juga dilaksanakan acara fangowai dan fame’e afo. Hal ini

selalu dilakukan dalam setiap pembukaan acara. Hal ini dimaksudkan untuk

menghormati para tamu khususnya raja raja adat atau tetua tetua adat yang menghadiri

upacara pernikahan adat ini. Acara ini juga disertai dengan pemberian kapur sirih.

3.1.7 Pemberian bola nafo

Acara pemberian bola nafo merupakan acara pemberian sekapur sirih oleh pihak

laki-laki terhadap pada pihak ibu mertua dan keluarga dengan diiringi tarian

persembahan. Fame’e bola nafo numõnõ ini berupa penyerahan kembut sirih oleh

menantu atau penyerahan tempat sirih menantu oleh calon menantu kepada mertua. Hal

ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada pihak pengantin perempuan.

Pemberian bola nafo ini pun diiringi oleh tarian-tarian persembahan yang memegang

kapur sirih. Sebelum pemberian sekapur sirih, maka calon menantu juga memberikan

fangandrõ roko kepada pihak pengantin perempuan, kemudian calon menantu

memberikan tempat kapur sirih kepada pihak perempuan tersebut. Pemberian kapur

sirih merupakan bentuk penghargaan tertinggi, sehingga hal tersebut harus dilakukan

oleh calon menantu di dalam menghargai pihak perempuan. Disamping pemberian

Page 130: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

112 tempat sirih kepada pihak perempuan, calon menantu juga memberikan kapur sirih

kepada para kepala-kepala adat yang menghadiri upacara adat tersebut, disamping

maknanya ialah untuk menghargai para kepala adat tersebut, juga memiliki arti ucapan

terimakasih telah menghadiri dan mengikuti acara perkawinan yang diselenggarakan.

3.1.8 Pemufakatan

Acara ini merupakan acara pemufakatan antara raja-raja adat kedua belah pihak

membahas mengenai pemutusan dan penyelesaian acara adat pernikahan yang

diselenggarakan. Sehingga susunan atau tatanan adat pernikahan sudah selesai.

3.1.9 Acara tarian maena

Tarian maena merupakan acara tarian hiburan yang selalu ada di setiap acara

pesta pernikahan masyarakat Nias. Tujuan dari tarian maena ini ialah untuk

menciptakan kekompakkan dan keakraban di dalam keluarga besar kedua belah pihak

dan semua tamu yang telah hadir pada acara tersebut.

3.1.10 Fangaetu Golola

Fangaetu golola merupakan puncak pembicaraan dan kesepakatan pengetua-

pengetua adat yang menyatakan bahwa pesta pernikahan yang dilaksanakan secara adat

sudah sah. Pada acara ini kedua belah pihak sudah menyepakati bahwa calon pengantin

perempuan sudah sah menjadi istri dari suami pengantin laki-laki.

3.1.11 Fame tou ono nihalõ

Fame Tou Ono Nihalõ merupakan acara penyerahan pengantin perempuan

kepada pihak keluarga pengantin laki-laki. Atas persetujuan kedua belah pihak (tamu si

pangkalan) , tamu memberi gelar kepada pengantin. Ada banyak tingkat gelar untuk ono

nihalõ hal itu bergantung pada bosi dan kedudukan si mempelai dalam masyarakat adat.

Page 131: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

113

Setelah pemberian gelar, maka tamu akan berpamitan kepada si pangkalan

dengan mengucapkan: mõiga sowatõ he (si pangkalan, kami permisi pulang, ya) para si

pangkalan menyahut: “Lau..” (silahkan).

Dengan diiringi suara aramba, gõndra dan faritia mulai berangkat: pengantin

diusung di atas kursi dengan diiringi bunyi faritia dari belakang, sementara itu

mempelai pamitan dan menyalam ibu mertua sambil menyerahkan penghormatan yang

disebut fondra’u danga nina (pamitan kepada ibu).

Pengantin perempuan diterima oleh pihak keluarga penganten laki-laki dengan

diangkat atau ditandu sebagai simbol penghargaan terhadap derajat kaum wanita di

Nias. Yang menandu pengantin perempuan ialah pihak laki laki sebagai bentuk bahwa

pihak perempuan sudah menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada pihak laki-

laki.

Setelah tiba di rumah, akan ada penyambutan dari pihak pengantin laki laki. Hal

ini bertujuan untuk menyambut selamat datang kepada pengantin perempuan dan

menunjukkan bahwa kini pengantin perempuan sudah menjadi bagian dari keluarga

pihak pengantin laki-laki.

3.2 Orang Yang Terlibat Pada Upacara

Dalam hal ini akan ada orang-orang yang terlibat pada upacara pesta pernikahan

adat masyarakat Nias Gunung Sitoli. Adapaun orang orang tersebut ialah :

3.2.1 Upacara tahõdõdõ

Pada upacara ini, orang –orang yang terlibat ialah sebagai berikut:

1. Orang tua pengantin laki-laki dan sekeluarga mereka sebagai pelaksanan

kegiatan upacara tersebut.

Page 132: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

114

2. Selain itu terlibat juga: iwa, fadono, uwu, sitenga bõ’õ, si’o dan seluruh

warga desa (banua) mereka

3. Dari pihak penganten perempuan yang harus hadir ialah: soboto (mertua) :

uwu, iwa, dan sanema li dan undangan lainnya sebagai awõ fao.

3.2.2 Upacara fame’e gõ

Yang langsung terlibat yaitu pihak-pihak kerabat sebagai berikut.

1. Terutama ibu dari pada penganten perempuan,

2. Kala’edo dari ibu panganten perempuan satu sampai 2 orang,

3. Umõnõ atau isteri dari anak. Ibu penganten perempuan laki-laki (yang sudah

kawin),

4. Saudara kandung pengantin perempuan yang kecil baik laki-laki atau

perempuan, atau kakaknya yang belum kawin juga,

5. Sanema li dan beberapa orang anak-anak laki-laki/perempuan/ gadis-gadis dari

tetangga pihak orang tua penganten perempuan tersebut,

6. Beberapa orang utusan dari warga banua,

7. Yang terlibat pada pihak orang tua laki-laki ialah: seluruh keluarga mereka,

iwa dan tetangga dekat serta ibu-ibu dari keluarga dekatnya, seperti iwa, dan

lain-lainnya.

3.2.3 Upacara famuli nukha

Pada tahapan upacara ini pihak-pihak kerabat yang yang terlibat ialah sebagai

berikut.

1. Pengantin keduanya,

2. Ibu pengantin laki-laki,

3. Beberapa orang saudara perempuan dari pengantin laki-laki,

4. Si’o kala’edo ibu pengantin laki-laki.

Page 133: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

115

5. Di pihak pengantin perempuan terlibat ialah orang tuanya dan seluruh

keluarga,iwa, sanema li, samatõrõ dan utusan dari pada warga banua.

3.3 Pelaku Upacara pada Upacara Pernikahan

Dalam hal ini, peneliti memaparkan orang orang yang terlibat dalam perayaan

upacara perkawinan masyarakat Nias di Gunung Sitoli.

3.3.1 Fame’e li

Orang-orang yang langsung terlibat di dalam pelaksanaan ini adalah orang tua

pihak laki-laki, Samatõfa I dan samatõfa II yang berfungsi sebagai telangkai dan orang

tua si perempuan.

3.3.2 Fame’e laeduru

Orang yang terlibat ialah Samatõfa I, Samatõfa II, Samatõrõ, keluarga pihak si

gadis, Iwa, dari pihak si gadis. Laki-laki calon menantu, orang tua si laki-laki (khusus

ibu laki-laki) dan beberapa orang temannya ibu dan anak anak gadisnya. Saudara-

saudara dari pihak si gadis, baik yang laki-laki maupun yan perempuan.

3.3.3 Fanunu manu

Karena upacara ini adalah untuk mengesahkan pertunangan antara laki-laki/

pemuda dan si gadis yang dilaksanakan menurut adat, maka yang terlibat adalah sebagai

berikut:

1. Si’o yang bertindak sebagai pimpinan rombongan, bersama dengan sanema Li

(penyambung lidah) dari kedua belah pihak.

2. Salawa mbanua yaitu tokoh adat dari kedua belah pihak.

3. Warga desa, yaitu kampung dari kedua belah pihak.

4. Uwu (paman si gadis dan si laki-laki)

5. Iwa dari kedua belah pihak.

Page 134: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

116

6. Huwa dari kedua belah pihak.

7. Ono alawe (fadono) atau ono mbene’õ dari kedua belah pihak.

8. Pemuda, yaitu laki-laki yang dipertunangankan.

9. Ere sebagai pembaca acara fangandrõ, dan lain-lain.

3.3.4 Famalua Li

Dalam upacara ini orang-orang yang terlibat ialah Si’o yang berfungsi untuk

menyampaikan hasil musyawarah dari pihak keluarga laki-laki kepada keluarga pihak

perempuan. Sanema li, sebagai juru bicara dari pihak keluarga perempuan. Salawa, dari

kedua belah pihak. Laki-laki atau pemuda calon menantu, samatõrõ, dan iwa.

Setelah ketentuan bongi zalawa atau bongi nama berangsung beberapa minggu

atau bulan maka oleh orang tua pihak sese memperkirakan kemampuan pembiayaan

sudah ada dan cukup maka si’o dari pihaknya disuruh mengadakan kontak bicara

dengan sanemali dipihak gadis meminta persetujuan dan menanyakan perkiraan

besarnya jujuran yang harus dibawa dan bagaimana rencana selanjutnya mengenai

waktu dan persiapan mereka. Ini disebut famangelama (mengingatkan). Pada waktu si’o

sese pergi menanyakan ini ia ditemani oleh menantu laki-laki dengan membawa bola

nafo dan olöwöta yang disebut bungkusan daging anak babi mengingatkan. Pada

pembicaraan pertemuan ini dihadiri oleh keluarga dari ayah gadis yang berhak

menerima bagian dari jujuran. Pada wakktu inilah si’o dari pihak laki-laki dengan gigih

berbicara meminta belas kasihan penurunan dari jumlah jujuran yang sewajarnya

kepada yang berhak menerima yang akhirnya diminta berapa besar jujuran keperluan

saekhu bazimaökhö (jujuran yang harus dibayar sampai pada peralatan pesta

perkawinan ) yaitu böwö soguna maökhö (dalam hal ini besar jujuran menurut bosi

tidak terlepas yang tetap sebagai jujuran, yaituböwö nisaetagö yawa) yang kemudian

dibayar. Setelah sepakat dengan keperluan saekhu bazimaökhö / böwö soguna maökhö

Page 135: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

117 maka beberapa hari kemudian oleh salawa hada ( pengetua adat ) dan si’o dari pihak

sese datang sebanyak ± 5 orang tanpa wanita atau ibu-ibu mengadakan upacara famua

li di pihak gadis dihadiri oleh keluarga gadis, dan salawa hada dan ibu-ibu keluarga.

Untuk mengesahkan besarnya jujuran yang diminta untuk pesta sehari. Keperluan –

keperluan yang disediakan oleh pihak laki-laki, (1) afo selengkapnya, (2) babi untuk

famangelama yaitu daging babi mentah ( yang sudah di asini ) sebanyak dua hie s/d öfa

hie,guna suguhan pada para salawa sebagai ganti famangelama terdahulu, (3) seekor

babi hidup sebesar öfa alisi, (4) Emas jujuran ( sebagai angsuran ) besarnya diserahkan

pada kesanggupan pihak laki-laki yang nantinya dikurangi dari jumlah keseluruhan

jujuran.

Pihak gadis menyediakan: (a) Seekor anak babi sebesar sara alisi untuk dibawa

tome atau pihak laki-laki, (b) Beras secukupnya untuk dipergunakan hari itu. Dalam

pelaksanaan ini dapat juga berlaku acara fangowai dan untuk mempersingkat waktubisa

saja dimulai dengan acara biasa yang mulai oleh si’o dan seterusnya dengan penyerahan

daging babi famangelama tersebut di atas sambil menyatakan apa maksud dan tujuan

mereka. Setelah berselang pembicaraan kedua belah pihak maka oleh salawa kedua

belah pihak pertama-tama salawa dari pihak gadis mengambil daun kelapa muda

mengeja besarnya jujuran yang harus dibayar menurut bosi ayah si gadis, perhitungan

ini disebut era-era mbulu nohi safusi.

3.3.5 Fame’e fakhe toho

Orang-orang yang terlibat dalam upacara fame’e fakhe Toho adalah beberapa

orang pemuda dari warga banua pihak laki-laki yang membawa fakhe toho tersebut

untuk kebutuhan upacara pesta perkawinan yang akan berlangsung. Si’o sebagai

pimpinan rombongan.

Page 136: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

118 3.3.6 Fangandrõ li nina

Dalam upacara ini terlibat yang disebut si’o. Beberapa orang dari keluarga pihak

laki-laki untuk mendampingi si’o. Keluarga dari pihak perempuan, salawa mbanua

pihak perempuan Sanema Li, dan para isteri-isteri Salawa dan kedua orang tua si

perempuan.

3.3.7 Fangandrõ ba dekhembõwõ

Upacara ini disebut jugafame’e, dalam upacara ini orang yang terlibat dipihak

laki-laki adalah pemuda atau laki-lakicalon penganten, ibunya yang didampingioleh

seorang isteri saudara laki-laki (umõnõ) yang disebut kala’edo. Dari pihak perempuan

yang hadir adalah sanema li, salawa, dan isterinya, kala’edo, kala’edo si perempuan

dan beberapa orang ibu-ibu warga banua yang akan memberikan nasihat kepada calon

penganten perempuan dan ibunya sendiri, dan ere.

3.3.8 Fangandrõ ba wawõwõkha

Orang-orang yang terlibat adalah keluarga dari pihak laki-laki semuanya (orang

tuanya), Ere, Salawa bersama isterinya. Upacara ini berlangsung di rumah pihak laki-

laki. Tidak terlihat orang-orang dari pihak perempuan.

3.3.9 Famaola ba Nuwu

Yang melaksanakan upacara famaola ba Nuwu dan fanaba li ba nuwu adalah

keluarga pihak si perempuan dan bersama keluarga laki-laki (boleh juga tidak ada), dan

seluruh keluarga pihak Uwu tersebut. Orang-orang yang terlibat, dari pihak keluarga si

perempuan/gadis adalah : Ibu si gadis dan anak-anak gadis yang membawa bingkisan

persembahan kepada Uwu.

Dari pihak laki-laki atau pemuda adalah: ibunya si laki-laki, laki-laki calon

penganten, seorang kala’edo ibu laki-laki, Si’o, satu orang Iwa, seseorang anak-anak

gadis pembawa perlengkapan. Di pihak uwu yang terlibat adalah uwu si gadis bersama

Page 137: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

119 keluarga seluruh Uwu dan sebagian orang-orang warga banua dan beberapa orang

tetangga yang dekat untuk membantu mempersiapkan segala jamuan-jamuan upacara

tersebut.

3.3.10 Famaigi Bawi

Orang-orang yang terlihat dalam upacara ini adalah sanema li, beberapa orang

warga banua dipihak si gadis. Dari pihak keluarga pemuda yang terlihat ialah : orang

tua si pemuda, si’o, iwa, salawa, pengetua adat dan anak gadis dan pemuda-pemuda

yang ikut menyelenggarakan upacara dan fadono.

3.3.11 Folau Bawi

Dalam upacara folau bawi ini yang terlibat ada tiga kelompok, yaitu:

1. Pihak keluarga pemuda / laki-laki calon penganten

2. Pihak keluarga paman / laki-laki calon penganten

3. Pihak keluarga si gadis calon penganten.

a. Dari pihak keluarga si pemuda atau calon penganten adalah ere yang

bertindak memimpin persembahan kepada arwah leluhur. Si’o seorang atau

dua orang yang ahli dalam olola mbawi (ahli dalam pantun penyerahan babi),

Salawa, dan beberapa orang warga banua, iwa dan beberapa orang pemuda-

pemuda yang mengantarkan babi tersebut yang bertubuh kekar dan kuat-kuat.

b. Dari pihak Uwu, yang terlibat adalah : uwu dan keluarganya, laki-laki dan

perempuan, keluarga dekat mereka atau tetangga dan beberapa orang warga

desanya.

c. Dari keluarga si gadis yang terlibat adalah : orang tua si gadis, iwa, samatõrõ,

dan ere yang memimpin upacara penyembahan kepada arwah leluhur,

kala’edo ibu si gadis, ibu-ibu warga banua, isteri tokoh adat. Yang dianggap

Page 138: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

120

terlibat dan mempunyai fungsi dalam upacara tersebut, serta penyelenggara

jamuan makan pada sipangkalan (sowatõ) dan warga banua si gadis.

3.4 Waktu Upacara

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa untuk melaksanakan sesuatu

pekerjaan atau upacara, etnis Nias selalu berpedoman pada keadaan “bulan langit”.

Dimana kalau bulan dalam keadaan gelap atau baru terbit dan sampai bulan yang

ketujug, dianggap kurang baik untuk melaksanakan upacara atau mengerjakan sesuatu/

Demikian juga untuk melaksanakan upacara-upacara perkawinan selalu berpedoman

pada ketentukan di atas. Selain dari pada itu yang dperlu diperhatikan ialah bahwa

segala upacara yang mereka laksanakan tidak dilakukan bersamaan dengan hari

kematian keluarganya. Oleh sebab itu untuk menjelaskan waktu pelaksanaan tiap

upacara selalu diadakan pada keadaan siang dan malam.

a. Fame’e Li Untuk melaksanakan upacara ini biasanya pada waktu siang hari

b. Fame’e laeduru Untuk ini dilaksanakan pada siang hari. Tidak lama setelah fame’e li

c. Fanunu Manu Jarak antara fame’e laeduru dengan fanunu manu kadang-kadang berselang lama. Kadang bertahun, bergantung kepada persediaan keperluan dari pihak laki-laki. Waktu pelaksanaannya siang hari.

d. Famalua Li Dilaksanakan waktu siang hari e. Fame’e Folohe Fakhe Toho Waktu sore hari f. Fangandrõ Li Nina Dilaksanakan waktu malam hari g. Fangandrõ ba Dekhemmbõwõ Dilaksanakan waktu malam hari. Biasanya

disebut juga Fame’e atau famotu ono nihalõ h. Fangandrõ ba wawõwõkha Dilaksanakan malam hari i. Famaola ba Nuwu Dilaksanakan mulai siang hari sampai malam

hari j. Famaigi Bawi Dilaksanakan waktu siang sampai pada sore

hari atau malam hari k. Folau Bawi Dilaksanakan sore hari sampai selesai

Page 139: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

121 3.5 Benda-benda Upacara

Di dalam menjalankan pesta adat pernikahan masyarakat Nias, ada beberapa alat

alat perlengkapan upacara yang perlu dipersiapkan. Adapun alat-alat perlengkapan

upacara yang dipergunakan sebagai berikut.

3.5.1 Fame’e li

Perlengkapan dalam upacara fame’e li ini hanyalah “afo”, baik dari pihak yang

tamupun lebih-lebih bagi yang sipangkalan. Dimana sudah harus tersedia disetiap

rumah tangga. Pemberian “afo” pada upacara ini tidak dengan basa-basi upacara atau

langsung disuguhkan saja.

3.5.2 Fame’e laeduru

Alat-alat perlengkapan yang harus disediakan dalam upacara ini, dari pihak

keluarga si pemuda ialah “bola nafo” yang diisi lengkap. Sebentuk cincin dari emas

yang beratnya “sara siwalu” = 10 gram emas kerkadar 18 karat atau dari perak dan kola

(kuningan). Sebagai lampirannya cincin tersebut atau “sekhe-sekhe laeduru” sebesar

tambali siwalu (5 gram), untuk samatõrõ,tambali si walu untuk sanema Li, bola nafo

yang berisi lengkap untuk diserahkan kepada ibu si gadis dan olõwõta

Dari pihak keluarga si gadis (sowatõ), alat perlengkapan ialah : 2 (dua) ekor

anak babi gunanya = satu ekor untuk lauk/ suguhan waktu makan dan satu lagi untuk

manu laeduru.

Afo untuk disuguhkan kepada tamu-tamu, 1 (satu) ekor ayam jantan sebagai

manu laeduru, daun pisang untuk membungkus nasi, pinggan dan piring-piring, nyiru-

nyiru untuk tempat daging babi yang masak yang disuguhkan kepada tome (tamu) dan

lainnnya.

Page 140: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

122 3.5.3 Fanunu manu

Dalam upacara fanunu manu, pihak keluarga pemuda menyediakan beberapa

buah bola nafo yang berisi lengkap yang akan diserahkan kepada:

1. Soboto (ibu si gadis)

2. Uwu (paman si gadis)

3. Iwa (saudara-saudara bapak si gadis)

4. Awe (nenek si gadis)

5. Huwa (keluarga terdekat dengan bapak si gadis atau saudara sepupunya)

6. Sanema li

7. Samantõrõ

8. Si’o

9. Banua

10. Satu buah untuk tamu keseluruhannya.

Setelah selesai penyerahan bola nafo maka mereka yang telah menerima bola

nafo tersebut menunjukkan kegembiraannya dengan memperdengarkan beberapa

bait“hendri-hendri” atau maola untuk memuji-muji kembut sirih beserta dengan isinya

yang telah diterima itu. Contoh hendri-hendri tersebut sebagai berikut:

Ae Bano ta te ma nafo

(Kita sudah terima sirih)

Moroi ba danga numõnõ

(Sirih pemberian menantu)

Tawuo Sini, tawuo Lanõ

(Sirih pendingi, sirih penenang)

Nifailo Faedronga Tanõ

(Yang diturunkan bersama bumi)

Page 141: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

123

Kemudian salawa, si’o, sanema li dan beberapa orang keluarga dari kedua belah

pihak mengadakan olola huhuo, yaitu disediakan 1 (satu) ekor babi sebesar 4 (empat)

alisi = 48 kg, gunanya untuk bawi wanunu manu yaitu babi untuk upacara. Satu ekor

lagi babi sebesar 5 ( lima) alisi ± 60 kg, untuk dijadikan lauk. Satu ekor anak babi untuk

olõwõta. Emas 1 (sara) balaki = 10 gr emas yang berkadar 18 karat, untuk lambae

daroma, panjar jujuran. Fa’ilasa ba nuwu sebesar sara siwalu (emas 10 gr berkadar 16

karat). Dan emas lagi tambali siwalu , untuk fangaro huhuo (memperkokoh janji atau

disebut ana’a zazi, yang diberikan kepada para salawa-salawa kedua belah pihak.

Dari pihak keluarga si gadis, alat perlengkapannya ada tufo= tikar, guna tempat

duduk tamu. Selengkapnya afo, untuk disuguhkan kepada tamu. Emas seberat yambali

siwalu, gunanya fangaro huhuo untuk para salawa-salawa kedua belah pihak. Satu ekor

ayam, guna untuk dibakar oleh Ere dan salawa.

3.5.4 Famalua Li

Alat perlengkapan pada upacara famalua li dari pihak pemuda adalah: 1 buah

bola nafo yang berisi lengkap. Olõwõta Fangelama 1 bungkusan (bingkisan peringatan)

yang berisi daging anak babi yang sudah masak. Bola nafo dan olõwõtõ itu diberikan

kepada orang tua si gadis sebagai syarat bagi mereka, bahwa keluarga si pemuda akan

datang menanyakan jumlah jujuran yang dibayar. Disamping itu pihak keluarga pemuda

menyediakan 1 (satu) ekor babi sepihak keluarga pemuda menyediakan 1 (satu) ekor

babi sebesar ±4 alisi sebagai bawi wamalua li (babi untuk upacara famalua li); emas

seberapa yang ada sebagai tanda bentuk sinulo ondronita mbõwõ yaitu angsuran jujuran,

emas tambali siwalu untukfawu’usa li (tanda perjanjian yang diberikan kepada para

salawa kedua belah pihak) 1 ( satu) ekor babi sebesar 6 (enam) alisi (±70 kg) sebagai

diwo untuk lauk para tamu.

Page 142: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

124

Dari keluarga si gadis disediakan alat perlengkapannya ialah: beras,afo

selengkapnya, tufo sebagai tempat duduk , bulu gae = daun pisang sebagai pembungkus

nasi, figa yaitu pinggan tempat nasi, niru (nyiru) sebagai tempat daging babi,

penghormatan dan aramba(gong), gõndra (gendrang), dan sarainaatau faritia (canang).

3.5.5 Fame’e fakhe toho

Untuk upacara fame’e fakhe toho oleh pihak pemuda menyediakan ulitõ (padi),

Emas untuk su’a wakhe(menakar padi),folosi mbawa lauru (meratakan mulut kulak

padi),famanaere lauru(memiringkan kulak), masing-masing diberikan untuk: fanu’a

wakhe atau tambali siwalu, folosi mbawa laurusama dengan dua saga tambali siwalu

(2,5 gram) dan untuk famanaere lauru sama dengan tambali siwalu.

Dari pihak keluarga si gadis adalah lauru ( kulak) ; bawi ni o’wuru = daging

babi yang sudah diasin sebagai lauk tamu yang membawa padi tersebut.

3.5.6 Fangandrõ li nina

Untuk upacara ini pihak keluarga pemuda menyediakan 2 ekor babi yang

besarnya masing masing 2 alisi dan 3 alisi emas sara balaki untuk persembahan kepada

ibu sigadis. Dari pihak si gadis menyediakan 1 (satu) ekor anak babi muda sebesar 4

atau 5 tu’e sebagai lauk suguhan kepada tamu beras dan pinggan, dan lain-lainnya.

3.5.7 Fangandrõ ba dekhembõwõ

Dalam upacara ini alat perlengkapan yang disediakan oleh pihak sigadis adalah : 1

( satu) ekor anak babi muda guna sebagai sajian pada dewa jujuran. 1 (Satu) ekor babi

sebesar ± 4 alisi sebagai lauk untuk jamuan adat bagi pihak laki-laki yang disebut “bawi

wamagõlõ yaitu babi untuk permufakatan, emas sara siwalu untuk fangandrõ ba

Dekhembõwõ dan seekor babi sebesar 2 alisi untuk upacara fame’e yang diberikan

khusus kepada kaum ibu-ibu.

Page 143: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

125 3.5.8 Fangandrõ ba wawõwõkha

Alat perlengkapan untuk upacara fangandrõ ba wawõwõkha, disediakan oleh

keluarga si pemuda yaitu: 1 ekor anak babi untuk sajikan pada sang dewa siraha

wamailo, 1 ekor babi sebesar 4 alisi untuk famagõlõ (pemufakatan) yang diberikan

kepada kelompok laki laki, 1 ekor lagi babi sebesar 4 alisi untuk famatõrõdõimbene’õ =

memberi gelar penganten perempuan, yang diberikan kepada kelompok ibu-ibu dan

emas tambali siwalu untuk para salawa.

3.5.9 Famaola ba nuwu

Alat perlengkapan dalam upacara famaola ba Nuwu dan Fanaba Li baNuwu,

yaitu : dari pihak keluarga si gadis. Yang disediakan adalah:

1. Olõwõta, satu ekor babi sebesar 4 alisi yang disebut bawi famaola

2. Emas sebesar sara siwalu yang disebut ana’a famaola

3. Emas sebesar sara baliki yang disebut õmõ ndraono”yaitu utang anak

4. Emas sebesar sara siwalu yang disebut tefe-tefe nidanõ

5. Afo selengkapnya

Yang disediakan oleh pihak laki-laki ialah:

1. Olõwõta, sebesar 1 alisi

2. Emas sebesar sara baliki yang disebut aya Nuwu = jujuran untuk

penghormatan pada paman si gadis

3. Afo selengkapnya.

Yang disediakan oleh pihak Uwu yang ditemui ialah:

1. Beras secukupnya untuk keperluan upacara

2. Seekor anak babi sebesar 4 alisi untuk lauk tamunya.

3. Seekor anak babi yang “betina” yang diserahkan kepada ibu si gadis

yang disebut “manu Ndraono”

Page 144: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

126

4. Afo secukupnya dan selengkapnya

5. Tufo sebagai tempat duduk.

3.5.9 Famaigi Bawi

Untuk upacara famaigi bawi, peralatan yang dibutuhkan oleh keluarga si gadis

ialah: Su’asu’a mbawi yang disebut “fanu’a mbawi terdiri dari daun kelapa muda yang

spesial, berwarna putih (daun kelapa muda yang putih) dan Afore = sejenis alat

pengukur besarnya babi.

Dari pihak keluarga si pemuda, alat perlengkapan yang harus disediakan adalah:

1. 2 (dua) ekor babi walõwa yang besar-besar,

2. 1 (satu) ekor babi sebesar 4 (empat) alisi guna fonõnõ mbawi zo’onoyaitu

tambahan besarnya babi untuk orang tua si gadis,

3. 1 (satu) ekor babi sebesar 2 (dua) alisi guna fonõnõ mbawi mbanuayaitu

tambahan besarnya babi untuk banua.

4. Emas sebesar tambali siwalu untuk guna famaigi mbawi zo’ono (tambahan

melihat babi untuk orang tua si gadis).

5. Emas sebesar tambali siwalu untuk melihat besarnya babi untuk banua

6. Emas sebesar tambali siwalu, guna untuk “famatõfa ba gafore yaitu

mengukur dengan afore,

7. Emas sebesar sara siwalu, guna untuk famatõfa ba mbulu nohi safusi

mengukur dengan daun kelapa putih yang muda.

3.5.10 Folau bawi

Alat perlengkapan untuk upacara folau bawi dari pihak pemuda, adalah:

1. 1 (satu) ekor anak babi guna untuk sajian kepada arwah leluhur sebesar 4

(empat) tu’e = 12 kilogram,

Page 145: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

127

2. 1 (satu) ekor babi sebesar 4 (empat) alisi, guna untuk lauk suguhan untuk

zolau bawi (yang membawa babi),

3. 3 (Tiga) ekor anak babi muda sebesar masing-masing 4 tu’e, guna untuk :

suru duo sasoso (sejenis bingkisan untuk kawannya tuak yang diminum),

dan juga bersama dengan suru duo sataha,6

4. Olõwõta daging babi yang baru dimasak untuk disuguhkan kepada

pengetua-pengetua adat dalam banua tersebut,

5. 1 (satu) ekor babi sebesar 1 (sara) alisi, guna untuk i’o mbawi, tambahan

untuk ekor babi walõwa,

6. Emas sebesar tambali siwalu, guna sebagai tabo mbawi, imbalan karena

telah menerima tahõ.

7. Afo selengkapnya dan faritia atau saraina, yaitu canang yang dipukul

sepanjang perjalanan waktu membawa babi walõwa itu.

3.6 Tempat Upacara

Di bawah ini menjelaskan mengenai tempat-tempat acara rangkaian rangkaian

acara falõwa dilakukan. Adapun tempat-tempat tersebut sebagai berikut:

a. Fame’e Li : Dilaksanakan di rumah samatõfa II

b. Fame’e Laeduru : Dilaksanakan di rumah si perempuan

c. Fanunu Manu : Dilaksanakan di rumah si perempuan

d. Famalua Li : Dilaksanakan di rumah si perempuan

e. Fame’e fakhe toho : Dilaksanakan di rumah si perempuan

f. Fangandrõ Li Nina : Dilaksanakan di rumah si perempuan

g. Fangandrõ ba Dekhembõwõ : Dilaksanakan di ruman orang-tua si

6Yang disebut suru duo adalah suguhan daging bersama tuak mentah kepada sowatõ, agar tamu

mendapat balasan juga seperti itu. Suru tuo ada dua macamnya ialah: suru tuo sasoso dan suru duosataha. Dari pihak si gadis, Afo fao tahõ sebagai suguhan

Page 146: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

128

perempuan, yaitu di dalam rumah

h. Fangandrõ ba wawõwõkha : Dilaksanakan di rumah laki-laki oleh

sekeluarga mereka.

i. Famaola ba nuwu : Upacara ini dilaksanakan di rumah

paman si perempuan. Dua kegiatan yang

dilaksanakan pada saat ini yaitu, yang

pihak perempuan an juga pihak laki-laki

kepada pamannya. Maksud mereka untuk

mengundang paman mereka kedua belah

pihak untuk menghadiri upacara

perkawinan mereka itu.

j. Famaigi bawi : Dilaksanakan di rumah pihak laki-laki

k. Folau bawi : Dilaksanakan di halaman rumah pihak si

perempuan dengan suatu acara yang

khusus untuk penyerahan babi

perkawinan tersebut yang pada esoknya

berlangsung upacara/pesta perkawinan.

3.8. Maena

3.8.1 Tari Maena

Suku Nias merupakan kelompok masyarakat yang tinggal di Pulau Nias,

Propinsi Sumatera Utara. Mereka memiliki sebuah tarian tradisional yang sejak dulu

hingga kini tetap ditarikan yakni tari Maena. Maena atau sering disebut dengan tarian

maena merupakan suatu bentuk tarian yang dinyanyikan oleh sekelompok orang yang

dimana setiap syair dan kata-kata yang diucapkan memiliki makna. Suku Nias

menjadikan tari maena sebagai tarian kolosal yang penuh sukacita

Page 147: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

129

Tarian maena merupakan suatu bentuk sarana hiburan dalam suatu upacara

upacara yang dilakukan di Gunung Sitoli. Dikarenakan maena merupakan sarana

hiburan, hal itulah yang membuat semua orang dapat menyatu dan menjadi akrab antara

satu satu keluarga dengan keluarga lain tanpa membedakan latar belakang dan status

sosial orang-orang yang mengikutinya.

Dikarenakan maena merupakan suatu bentuk tradisi tarian yang sudah dijunjung

tinggi oleh masyarakat Nias, sehingga tarian maena tersebut sudah menjadi hal yang

akan ditampilkan di dalam setiap acara pesta tersebut. Tradisi yang sudah menjadi turun

temurun dan sudah menjadi pelengkap dalam setiap upacara upacara adat masyarakat

Nias khususnya dalam upacara pesta perkawinan, maka sepertinya ada yang kurang

lengkap dan kurang sempurna acara tersebut tanpa adanya tarian maena.

Tarian maena sebenarnya tidak menjadi suatu keharusan bahwa dengan tidak

adanya maena maka upacara tidak dapat berlangsung, hanya saja tanpa adanya tarian

maena sepertinya ada sesuatu hal yang hilang dari makna upacara adat tersebut.

Dalam memimpin dan membawakan tarian maena ada 2 bagian yang harus

diketahui sebelum maena dimulai, yakni penutup syair atau sering dikenal dengan

Sanutunõ Maena dimana syair tersebut terdiri dari 1 (satu) atau 2 (dua) orang dan yang

lainnya atau peserta tarian disebut sanehe maena.

Tarian maena di Nias merupakan suatu bentuk tarian yang menjadi warisan

budaya dan sudah menjadi turun temurun dijunjung tinggi masyaralat Nias. Bahkan di

dalam setiap acara yang ada di Nias, Tarian maena inipun alangkah baiknya dilakukan.

Sehingga bagi masyarakat Nias sendiri mempelajarinya tarian maena tersebut

merupakan hal yang lumrah dan berlangsung secara alamiah dari generasi ke generasi

selanjutnya.

Page 148: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

130

Tarian ini dilakukan oleh orang banyak dengan 5 macam gerakan dasar. Lagu

pengiring pada tarian ini biasanya berisi nasehat, dengan diiringi musik tradisional Nias.

(alat musik tabuh, seperti Aramba, Gõndra dan Faritia). Tari maena seringkali menjadi

pertunjukan hiburan ketika suku Nias menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Tari

maena melambangkan kebersamaan/kekeluargaan pada masyarakat Nias dan Tamu

yang disambut dalam upacara pernikahan adat, pertunjukan tari maena diselenggarakan

ketika mempelai lelaki tiba di rumah mempelai wanita. Tarian ini ditarikan oleh

keluarga dari pihak mempelai lelaki untuk memuji kecantikan mempelai wanita dan

kebaikan keluarga pihak wanita. Setelah mempelai lelaki, keluarga dari mempelai

wanita pun menyambut kedatangan keluarga pihak lelaki dengan menyelenggarakan tari

Maena yang bertutur memuji keluarga mempelai pria dan ketampanan mempelai pria

serta keluarganya yang datang dari keluarga terhormat.

Tarian ini menjadi simbol untuk memuji mempelai lelaki beserta keluarganya.

Sesekali tari maena menjadi tari penyambutan tamu kehormatan yang berkunjung ke

Pulau Nias. Dalam sebuah pertunjukan, tari Maena ditarikan oleh beberapa pasang

penari lelaki dan wanita. Dari awal hingga pertunjukan usai, gerakan tari Maena

didominasi dengan perpaduan gerak tangan dan kaki. Gerakannya terlihat sederhana

namun tetap penuh semangat dan dinamis. Kesederhanaan gerak itulah yang membuat

siapa saja termasuk anda dapat menjadi penari tari Maena. Tidak ada batasan berapa

jumlah penari Maena. Semakin banyak peserta tari Maena, gerakan tari Maena semakin

terlihat semangat. Daya tarik utama dari tari Maena yakni lantunan beberapa rangkaian

pantun Maena. Pantun maena disampaikan oleh satu atau dua orang penyair yang

dalam bahasa Nias disebut sanutunõ maena. Tidak semua orang dapat menjadi

Sanutuno Maena. Seorang sanutunõ maena harus fasih berbahasa Nias. Biasanya, yang

menjadi Sanutunõ Maena yakni tetua adat atau sesepuh suku Nias. Isi pantun

Page 149: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

131 disesuaikan dengan waktu pertunjukan tari Maena dipertunjukkan. Ketika tari Maena

diselenggarakan pada pesta pernikahan, pantun biasanya berisi kegembiraan dan doa

untuk kedua mempelai. Namun ketika tari Maena dijadikan tari penyambutan tamu

kehormatan, pantun Maena menggambarkan rasa hormat warga Nias kepada tamu.

Pantun maena biasanya disampaikan pada awal pertunjukan. Setelah sanutunõ maena

menyampaikan beberapa bait pantun, pertunjukan tari Maena dilanjutkan dengan

nyanyian berbahasa Nias. Dengan lantang, para penari Maena menyanyikan beberapa

syair lagu yang isinya disesuaikan dengan tema acara. Mulai dari awal penyampaian,

lirik lagu dalam pertunjukan tari Maena tetaplah sama dan disampaikan secara berulang.

Syair lagu itulah yang mengiringi gerakan para penari Maena hingga pertunjukan tari

maena usai (Sugiono, 2013).

Pada awalnya Tarian Maena ini, hanya mengandalkan vokal saja, kemudian

pada beberapa saat kemudian diiringi oleh seperangkat musik tradisional seperti:

Gõndra, Aramba dan Faritia. Dengan adanya teknologi terbaru, maka keberadaan

Seperangkat alat musik tradisional tadi, sering digantikan oleh Intrumen dari keyboard.

3.8.2 Vokal maena

Maena merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional Nias, yang di

dalamnya mengandung seni tari dan nyanyian (musik vokal). Musik vokal adalah musik

yang dihasilkan oleh suara manusi, musik tersebut diiringi alat musik atau tidak dan

penyajiannya dapat dinyanyikan oleh satu orang (solo), maupun dengan banyak orang

(kelompok).

Apabila kita melihat bahwa setiap suku bangsa biasanya memiliki istilah tertentu

dalam menyebut musik vokal itu sendiri, sama halnya juga dengan masyarakat Nias

bahwa musik vokal atau nyanyian disebut juga sinunö. Dalam kesenian tradisional, baik

yang tumbuh dari rakyat itu sendiri atau pengaruh dari budaya lain, sehingga

Page 150: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

132 masyarakat itu telah mewarisinya secara turun-temurun dari nenek moyang mereka

yang sering disebut kesenian tradisional. Predikat tradisional bisa diartikan segala

sesuatu yang sesuai tradisi, sesuai dengan kerangka, pola-pola bentuk maupun

penerapan yang selalu berulang-ulang (Sedyawati, 1981:48).

Pesta perkawinan pada masyarakat Nias memiliki beberapa musik vocal (sinunö)

seperti bõlihae, fangowai, dan hendri-hendri. Ketiga jenis sinunö ini murni tidak

menggunakan alat musik pengiring--hanya disuarakan oleh suara manusia. Namun

dalam skripsi ini penulis menitik-beratkan musik vokal pada maena, dimana maena

dahulunya juga tidak menggunakan alat musik pengiring tetapi karena perubahan zaman

atau karena dalam pertunjukannya bermakna suatu kegembiraan dan sukacita sehingga

digunakan ensambel pengiring yang terdiri dari gong, gõndra, faritia, dan ukulele.

Tetapi karena dilihat bahwa dengan menggunakan alat-alat tersebut sangat sulit dalam

penyediaannya, maka berubah dan kebanyakan dengan menggunakan keyboard.

3.9. Perkawinan Adat Menurut Böwö Laraga

Dahulunya wilayah adat suku Nias hanya terdiri dari dua bagian, yakni Nias

selatan dan Nias Utara. Namun sekarang dengan terbaginya beberapa kabupaten di

pulau Nias maka semakin nampaklah bagian-bagian budaya pada masing-masing

kabupaten. Tetapi secara umum yang menjadi patokan dalam pelaksanaan upacara

perkawinan baik masyarakat Nias yang ada di Kota Medan maupun masyarakat di Nias

itu sendiri.

Böwö laraga ini merupakan acuan yang mempunyai pengaruh yang paling luas

dalam pelaksanaan upacara adat masyarakat Nias. Sedangkan bagi masyarakat yang

tinggal di Kota Medan, dengan berbaurnya masyarakat dari daerah teritorial dan budaya

yang berlainan sistem atau tata cara menurut böwö laraga ini menjadi acuan yang

Page 151: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

133 kemudian disesuaikan lagi dengan situasi dan kondisi oleh pihak yang melangsungkan

upacara perkawinan. Sama halnya dalam mencari pasangan hidup, dahulunya

perkawinan masyarakat Nias adalah kemauan dari kedua belah pihak atau di jodohkan

dan sebagai anak harus tunduk dan taat kepada orang tuanya. Dalam penentuan mahar

perkawinan seluruhnya diatur oleh orang tua..

Page 152: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

134

BAB IV

MAKNA TEKS LAGU MAENA

4.1 Struktur Teks

Secara umum, struktur teks atau lirik dari nyanyian Maena adalah

merupakan teks baku. Jika kita melihat arti dari teks, teks adalah suatu naskah

yang berisi kata-kata asli dari pengarang (KBBI 2011:1159). Di dalam teks lagu

pada tarian Maena ini berisi sambutan atau ajakan dari mempelai perempuan

kepada mempelai pria yang telah hadir pada acara pernikahan adat Nias. Secara

umum struktur teks lagu yang dibawakan pada saat tarian Maena tersusun atas

teks yang berstruktur yang terdiri dari bagian pembuka, bagian isi dan bagian

penutup. Berikut ini penulis akan memberikan contoh dari bagian-bagian struktur

teks lagu yang dibawakan pada saat tarian maena.

4.1.1 Teks pembuka

Pada umumnya teks lagu yang dibawakan pada saat tarian Maena diawali

dengan kata pembukaan. Sebelum memasuki bagian pembukaan ini, tamu akan

mengucapkan kata hõli hõli wanguhugõ sihasara tõdõ lalu dijawab oleh ono

maena Huuuu. Setelah itu dimulai teks pembukaaan tersebut, yang biasanya berisi

sapaan. Berikut ini adalah contoh dari bagan teks pembuka pada nyayian di dalam

tarian Ma’o waisa’ami (Kami sambut kedatangan para tamu).

Dari sampel lagu di atas dapat terlihat bahwa bagian awal atau pembuka teks lagu

Maena berisi sapaan atau sambutan kepada tamu sebagai bukti penghormatan

kepada tamu yang telah datang. Kalimat atau teks pembuka ini merupakan bagian

yang penting di dalam Maena karena dimulai dari teks pembukaan inilah

rangkaian atau teks maena selanjutnya dapat dilanjutkan pelaksanaannya.

Page 153: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

135 4.1.2 Isi teks

Teks isi berisi maksud dan tujuan dari lagu atau tarian Maena ini. Pada

bagian teks ini berisi pula sanjungan, sambutan dan penghormatan tuan rumah

kepada tamu. Hal ini dapat kita lihat pada teks lagu yang dibawakan pada saat

tarian maena. Berikut ini adalah contoh dari bagan teks isi pada nyayian di dalam

tarian maena.

Badõi maena Badõi laria

(Di dalam syair maena dan laria)

Fefu dome salua baolayama

(Semua pihak tamu yang telah datang di pesta ini)

Bada’udunõ dunõ dõi maena

(Biarlah kami menuturkan syair maena ini).

Dari sampel teks lagu di atas dapat dilihat bahwa bagian isi berisi sebenarnya

hampir sama dengan bagian pembuka. Hanya saja bagian isi merupakan

penegasan terhadap penghormatan dan penghargaan terhadap tamu yang telah

hadir, juga berisi sambutan.

4.1.3 Teks penutup

Bagian teks penutup merupakan sapaan terakhir dari nyanyian yang

dibawakan pada saat tarian Maena dilakukan. Selain itu, pada bagian penutup ini

berisi mengenai penutupan untuk mengakhiri tarian Maena yang sedang

dilangsungkan. Hal ini dapat kita lihat pada contoh lagu di bawah ini.

Bada’u waõ zambua helõ oya

(Sepatah dua kata yang bisa kami ungkapkan)

Page 154: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

136 Dari sampel lagu di atas dapat terlihat jelas bahwa pada bagian penutup berisi teks

untuk mengakhiri tarian Maena yang ditandai dengan maksud pemberian sepatah

dua kata dari tuan rumah yang telah hadir pada acara adat tersebut.

4.2.Makna Teks

4.2.1 Makna konotatif

Makna konotatif atau yang biasa disebut dengan makna kiasan merupakan

makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria

tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata-kata yang

bermakna konotasi biasanya digunakan dalam karangan non ilmiah seperti:

berbalas pantun, puisi, peribahasa dan lain sebagainya.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman, ia tidak tetap. Contoh dari

kata yang memiliki makna konotatif misalnya besar kepala. Besar kepala yang

dimaksud disini bukanlah seseorang yang memiliki kepala yang besar. Namun,

besar kepala yang dimaksudkan ialah orang yang bangga kepada diri sendiri. Oleh

karena itu, dalam memaknai kata, kita harus benar-benar memperhatikan

penggunaan kata konotatif tersebut dalam sebuah kalimat utuh.

Makna konotatif merupakan makna yang bersifat pribadi dan khusus.

Makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan,

dan lain-lain yang menimbulkan rasa tertentu.

4.2.2 Makna denotatif

Makna denotatif merupakan kebalikan dari makna konotatif. Makna

denotatif secara singkat dapat didefinisikan sebagai makna yang sebenarnya atau

makna yang sesuai dengan apa adanya. Berbeda halnya dengan makna konotatif

Page 155: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

137 yang biasanya digunakan pada karangan non ilmiah, makna denotatif biasanya

digunakan pada pada karangan-karangan ilmiah seperti: skripsi, karya tulis,

laporan atau paper dan lain sebagainya.

Sebagai contoh yang sebelumnya telah dijelaskan pada makna konotatif,

kata ‘besar kepala’ pada makna denotatif dapat diartikan kepada seseorang yang

benar-benar memiliki kepala yang besar dalam arti yang sebenarnya. Jika makna

konotatif bersifat pribadi dan khusus, maka sebaliknya, makna denotatif bersifat

umum dan menyatakan arti kata yang sebenarnya tanpa perlu pendalaman dan

pemahaman makna yang lebih jauh dan khusus lagi.

Dari kedua definisi di atas makna konotatif dan denotatif, maka kita dapat

menganalisa makna konotatif dan denotatif dari lagu maena.

a. Ma’o wai sa’ami,

makna denotasinya ialah ‘kami sambut kedatangan para tamu’. Sedangkan untuk

makna konotasi dari kalimat di atas ialah bermakna menyapa dan menyuruh tamu

yang telah datang dan telah berkumpul di tempat pelaksanaan acara tersebut

sebagai suatu penghormatan yang tinggi kepada seluruh hadirin yang telah datang

pada acara tersebut.

b. Ba dõi maena ba dõi laria

makna denotasinya ialah ‘di dalam syair maena’, sedangkan untuk makna

konotasinya ialah tamu disambut dengan istimewa seta riang dan gembira yang

tercermin di dalam syair dan gerakan maena yang indah.

c. Fefu dome salua ba olayama,

makna denotasinya ialah ‘semua pihak tamu yang telah datang di pesta ini’.

Sedangkan makna konotasinya ialah menandakan penegasan kembali

Page 156: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

138 penghormatan terhadap tamu yang telah hadir yang telah meringankan langkahnya

untuk menghadiri pesta yang dilaksanakan.

d. Bada’udunõ dunõ dõi Maena,

Makna denotasinya ialah ‘biarlah kami menuturkan syair maena ini’. Sedangkan

untuk makna konotasinya ialah hampir sama dengan syair badõi Maena. Hanya

saja pada bagian ini merupakan penegasan kembali bahwa tamu undangan

disambut dengan riang gembira dan penuh suka cita seperti halnya lirik maena

yang indah.

e. Bada’u waõ zambua helõ oya,

Makna denotasinya ialah ‘sepatah, dua kata yang bisa kami ungkapkan’. Bagian

ini memiliki makna konotasi bahwa tuan rumah ingin memberikan penghargaan

kepada tamu undangan yang datang melalui ungkapan-ungkapan yang memiliki

makna dan maksud tertentu dalam upacara adat yang akan dilangsungkan.

4.3 Diksi dan Gaya Bahasa

Di dalam tradisi perkawinan masyarakat suku nias, maena akan selalu

dinyanyikan. Cara pembawaannya juga memiliki makna serta berbeda pula.

Terutama dalam membawakan maena, gaya bahasa juga berbeda beda. Gaya

bahasa yang digunakan di dalam syair maena tersebut menggunakan majas

hiperbola, bahwa kedua belah pihak saling merendahkan diri dan salah satu pihak

disanjung sanjung begitu tinggi. Misalnya si tome (tamu) mendatangi pihak si

gadis. Maka pihak lelaki selalu merendahkan diri mereka yang mengatakan

sebagai berikut,

‘Hei pihak gadis, kami orang miskin yang bertempat tinggal dibelakang gunung yang sangat jauh. Kami orang miskin ini datang untuk menikahkan anak kami kepada wanita yang sangat cantik, pintar dan sangat kaya ini. Sebenarnya anak kami tidak pantas buat anak kalian’.

Page 157: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

139 Biasanya pihak si gadis juga menjawab kepada pihak laki laki sebagai berikut.

‘Hei para tamu, maafkan kami menyambut kalian dengan biasa-

biasa saja. Maafkan kami juga atas waktu kalian yang berkunjung di

gubuk kami. Buat apa kalian yang keluarga kerajaan mau datang ke

gubuk kami ini. Maafkan kami yang membuat keturunan kerajaan

datang hanya untuk menikahkan anak kami yang biasa-biasa saja.

Anak kalian sangat tampan, masa depannya bagus dan keturunan

kerajaan, tapi mau menikahi anak kami yang biasa-biasa saja. Kami

begitu bersyukur anak kalian mau menikah dengan anak kami’.

Gaya bahasa seperti ini yang ada di syair maena, yaitu kedua belah pihak

saling merendahkan diri dan menyanjung setinggi-tingginya salah satu pihak. Hal

itu sudah menjadi kebiasaan dan tradisi di dalam maena.

Maena adalah jenis lagu rakyat yang disertai tarian. Pada mulanya maena

ditarikan oleh kaum wanita, sedangkan untuk kaum pria adalah jenis musik lain,

ialah folaya. Kini maena telah berkembang dalam arti bahwa yang menarikan

tidak hanya kaum wanita saja tetapi juga kaum pria. Maena atau sering disebut

dengan tarian maena merupakan suatu bentuk tarian yang dinyanyikan oleh

sekelompok orang yang setiap syair dan kata-kata yang diucapkan memiliki

makna. Maena merupakan sebuah tarian yang sangat mudah dan sederhana, tetapi

mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah

menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara.

Tarian maena merupakan suatu bentuk sarana hiburan dalam suatu upacara

upacara yang dilakukan tidak hanya di Gunung Sitoli. Oleh karena maena

merupakan sarana hiburan, hal itulah yang membuat semua orang dapat menyatu

dan menjadi akrab antara satu keluarga dengan keluarga lain tanpa membedakan

latar belakang dan status sosial orang-orang yang mengikutinya.

Page 158: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

140

Maena merupakan suatu bentuk tradisi tarian yang sudah dijunjung tinggi

oleh masyarakat Nias, sehingga tarian maena tersebut sudah menjadi hal yang

akan ditampilkan di dalam setiap acara pesta tersebut. Tradisi yang sudah menjadi

turun-temurun dan sudah menjadi pelengkap dalam setiap upacara upacara adat

masyarakat Nias khususnya dalam upacara pesta perkawinan, maka sepertinya ada

yang kurang lengkap dan kurang sempurna acara tersebut jika tanpa tarian maena.

Mereka memiliki sebuah tarian tradisional yang sejak dulu hingga kini tetap

ditarikan yakni tari Maena. Suku Nias menjadikan tari Maena sebagai tarian

kolosal yang penuh sukacita. Tari Maena seringkali menjadi pertunjukan hiburan

ketika suku Nias menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Dalam upacara

pernikahan adat, pertunjukan tari Maena diselenggarakan ketika mempelai lelaki

tiba di rumah mempelai wanita. Tarian ini ditarikan oleh keluarga dari pihak

mempelai lelaki untuk memuji kecantikan mempelai wanita dan kebaikan

keluarga pihak wanita. Setelah mempelai lelaki, keluarga dari mempelai wanita

pun menyambut kedatangan keluarga pihak lelaki dengan menyelenggarakan tari

Maena.

Tarian ini menjadi simbol untuk memuji mempelai lelaki beserta

keluarganya. Sesekali, tari Maena menjadi tari penyambutan tamu kehormatan

yang berkunjung ke Pulau Nias. Dalam sebuah pertunjukan, tari Maena ditarikan

oleh beberapa pasang penari lelaki dan wanita. Dari awal hingga akhir

pertunjukan, gerakan tari Maena didominasi dengan perpaduan gerak tangan dan

kaki. Gerakannya terlihat sederhana namun tetap penuh semangat dan dinamis.

Kesederhanaan gerakan itulah yang membuat siapa saja termasuk anda dapat

menjadi penari tari Maena. Tidak ada batasan berapa jumlah penari Maena.

Semakin banyak peserta tari Maena, maka gerakan tari Maena semakin terlihat

Page 159: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

141 semangat. Daya tarik utama dari tari Maena yakni lantunan beberapa rangkaian

pantun maena. Pantun Maena disampaikan oleh satu atau dua orang pemain yang

dalam bahasa Nias disebut Sanutunõ Maena. Tidak semua orang dapat menjadi

Sanutunõ Maena. Seorang Sanutunõ Maena harus fasih berbahasa Nias.

Biasanya, yang menjadi Sanutunõ Maena adalah tetua adat atau sesepuh

suku Nias. Isi pantun disesuaikan dengan waktu pertunjukan tari Maena

dipertunjukkan. Ketika tari Maena diselenggarakan pada pesta pernikahan, pantun

biasanya berisi kegembiraan dan doa untuk kedua mempelai. Namun ketika tari

Maena dijadikan tari penyambutan tamu kehormatan, pantun Maena

menggambarkan rasa hormat warga Nias kepada tamu. Pantun Maena biasanya

disampaikan pada awal pertunjukan.

Setelah Sanutunõ Maena menyampaikan beberapa bait pantun, pertunjukan

tari Maena dilanjutkan dengan nyanyian berbahasa Nias. Dengan lantang, para

penari Maena menyanyikan beberapa syair lagu yang isinya disesuaikan dengan

tema acara. Mulai dari awal penyampaian, lirik lagu dalam pertunjukan tari

Maena tetaplah sama dan disampaikan secara berulang. Syair lagu itulah yang

mengiringi gerakan para penari Maena hingga pertunjukan tari Maena usai.

Tarian maena sebenarnya tidak menjadi suatu keharusan, bahwa dengan

tidak adanya maena maka upacara tidak dapat berlangsung, hanya saja tanpa

adanya tarian maena sepertinya ada sesuatu hal yang hilang dari makna upacara

adat tersebut.

Dalam memimpin dan membawakan tarian maena ada 2 bagian yang harus

diketahui sebelum maena di mulai yakni penutup syair atau sering dikenal dengan

Sanutunõ Maena, syair tersebut terdiri dari 1 (satu) atau 2 (dua) orang dan yang

lainnya atau peserta tarian disebut Sanehe Maena.

Page 160: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

142

Tarian maena di Nias merupakan suatu bentuk tarian yang menjadi warisan

budaya dan sudah menjadi turun temurun dan dijunjung tinggi oleh masyarakat

Nias. Bahkan di dalam setiap acara yang ada di Nias, Tarian maena inipun

alangkah sangat baik jika diadakan. Sehingga bagi masyarakat Nias sendiri

mempelajari tarian maena tersebut merupakan hal yang lumrah dan berlangsung

secara alamiah dari generasi ke generasi selanjutnya.

Di masyarakat Nias sendiri, lagu-lagu maena terdapat beberapa maena atau

jenis-jenis lagu yang mempunyai tema lagu yang berbeda-beda juga. Contohnya

ada lagu maena yang digunakan untuk menyambut tamu, lagu maena yang

dipakai pada saat menyuguhkan sekapur sirih dan lagu maena yang berisikan

pantun-pantun yang bersifat menyindir tentang kehidupan sosial di tengah-tengah

masyarakat dan lain-lain.

Adapun syair-syair maena yang digunakan di dalam proses pernikahan adat

Nias sebagai berikut :

Syair-syair maena

Dalam acara pernikahan adat masyarakat nias, terdapat beberapa lagu lagu

yang dinyanyikan ketika maena akan dipertunjukkan. Beberapa contoh lagu yang

akan dinyanyikan di hari pernikahan masyarakat Nias adalah sebagai berikut :

1. Maena Fanema’ö Tome (Penerimaan tamu)

2. Maena Fangandrõ Roko (Meminta rokok dari pengantin pria)

3. Maena Famalega Afo (Maena pengantar penganten pria menyerahkan sirih)

Page 161: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

143

1. He tome khõma ba hadi ba hada /Hai tamu kami yang telah hadir disini

He tome khõma zalua baolayama /Hai tamu yang telah datang di halaman rumah

2. Hawaso ami ae sihulõ mbala /Kenapa kalian datang seperti kilat

Hawaso ami wa tola alua /Kenapa kalian datang, apa gerangan

3. Hana wamigamõ-gamõ moroisa /Apa tujuan kalian datang ke sini

Hana wa fulõi dodo rõga-rõga /Kenapa kalian datang tergesa-gesa

4. Ba mi sõsõ hili sihai zumbila /Kalian datang menempuh gunung yang tinggi

Ba misui hili sihai gatawaena /Kalian datang menempuh lembah yang terjal

5. Wa mi’õtõ mbalõ molõ sotu’a /Kalian menyeberangi banjir yang keruh

Ba mituhi dalu namõ sabakha /Kalian datang mengarungi danau yang dalam

6. Oi abõlõ khõmi zakela-kela /Yang pincang pun serta merta menjadi kuat

Oi alio khõmi zani’o tugala /Yang bertongkat pun menjadi cepat

7. Wamisawõ sa’ae duhe si dõfa/Kalian lalui penghalang yang tinggi

Wa misui sa’ae duhe silalu’a /Kalian lalui penghalang yang terjal

8. Wamihulõ wa’atumbu zibaya /Kalian berangkat sebelum matahari terbit

Wami sui wia solo moroi raya/Kalian berangkat membawa obor

9. Wa’oi fao khõmi ngawawa Zalawa/Bersama kalian para tetua adat

Page 162: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

144

Wa’oi fao khõmi sa ngawawa Duh /Bersama kalian semua orang penting

10. Wa’oi fao khõmi zi lito talinga /Bersama kalian, yang bertelinga panjang

Wa’oi fakhõmi za gabõlõ tõla /Bersama kalian, orang berbadan tegap

11. He tome khõma salua baolayama /Hai tamu yang telah datang

He tome khõma salua sitolata /Hai tamu yang datang di halaman

12. Wa’õ ae naso dodo na alua /Katakan lah maksud kedatangannya

Wa’õ ae naso dodo era-era /Katakanlah apa kata hati anda

13. Be’e wehedeU khõma sisambua /Katakanlah sepatah kata

Be’e liU khõma fao wangona-ngona / Berikanlah sebuah pesan

14. Da’ubato ua khõda maena da’a /Saya akhiri dulu maena ini

Akha ifatohu tana ga’ada /Biarlah diteruskan oleh yang lain

15. Datafalali tabe zi sambua /Mari kita ganti dengan maena lain

Maena sisambua fondrara dõdõda / Maena yang menghibur hati

Fanema’õ Tome merupakan upacara penyambutan selamat datang kepada

dari pihak keluarga perempuan kepada pihak tamu laki-laki. Ucapan penyambutan

ini bermaksud untuk menghargai pihak laki-laki yang telah hadir. Didalam

penyambutan ini, pemimpin maena akan melantunkan kata-kata penyambutan

yang bersifat menyambut dan berbalas pantun. Hal ini dilakukan oleh kedua-belah

pihak agar terjalin hubungan yang akrab antara satu dengan yang lain.

Page 163: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

145

Terjemahan bebasnya:

Massa : Berikan jalan untuk ipar kita (mempelai Pria) untuk memberikan

rokok ke kita, rokok yang harganya seribu perbatang, kami tidak

menghisap kalau piace (merokok murah) hanya Surya, tapi rokok

Gudang Garam itu rokok yang kami suka

Penyair : Lihatlah ipar kita datang, dia datang menyerahkan rokok ke kita dan

seterusnya hingga beberapa bait berikutnya

Hal ini dilakukan di dalam setiap upacara pernikahan adat. Hal ini berupa

kebiasaan adat yang sudah menjadi turun temurun. Tujuan fangandrõ roko ini

ialah untuk menghormati para tamu yang telah hadir. Fangandrõ roko ini

biasanya seiring dengan pemberian sekapur sirih kepada para tamu. Sebelum

melakukan fangandrõ roko, biasanya pemimpin di antara kedua pihak antara

pengantin laki-laki dan pengantin perempuan berbalas pantun. Setelah itu

fangandrõ roko dilaksanakan sambil diiringi dengan lagu-lagu maena seperti di

atas.

Page 164: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

146

1. Ba yae mbola numõnõ simõi molemba /ini nampan sirih menantu

Habola fa’anumana-habola fa’anumana / hanya nampan seadanya

Ha bulu mbagoa /hanya sekapur sirih

2. Ya’ami ira Ama, ya’ami ira Ina /Bapak Ibu

Page 165: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

147 Lõhadõi sumangemi-lõhadõi sumangemi /tidak ada penghormatan

Sumangemi moroi khõma / penghormatan dari kami

3. Mibologõ dõdõmi nalõ hadõi sumangemi /maafkan, kalau tidak ada penghormatan

4.Meno arõrõ ndra’aga-meno arõrõ ndra’aga /karena kami sibuk

Ba wangalui soguna / mencari keperluan pesta

5. Ba awai nõsi mbola õsi mbola numõnõmi/tidak ada isi kantong sirih menantu ini

6. Ha si’ai afosili-hasia’ai afosili /hanya sekapur sirih

Afo silima endronga / dibuat bersamaan (daun sirih, pinang, tembakau, gambir,

dan kapur sirih)

Hatambai dawuo, ha tambai wino / hanya separuh daun sirih, hanya separuh

pinang

Hasagõrõ mbulu gambe sataha /hanya sehelai gambir mentah

Ba sara femanga bago betua /hanya seikat tembakau

Awai nõsi mbola menumana /hanya itu isi kantong sirih, karena kami miskin

Ba mibologõ dõdõmi me lõ oi dozi farugi maafkan kami karena tidak kebagian

semua

Nõsi mbola numõnõmi me no niha sibasaki/isi kantong sirih, karena kami

orang susah

1. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbolaU ba khõ Ninau Matuamõ

Hai menantu, berikan sekapur sirih ke Ibu Mertuamu

2. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbola ba khõ Nina Fahuwusa

Hai Menantu, berikan sekapur sirih untuk Istri Pamanmu

3. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbola ba khõ Nina Fa’iwasa

Hai Menantu, berikan sekapur sirih ke Istri Bapak Tuamu

4. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbola ba khõ Ga’au Fadonosa

Page 166: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

148

Hai Menantu, berikan sekapur sirih ke Istri Abang Sulungmu

5. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbola ba khõ Gaweu Fahuwusa

Hai Menantu, berikan sekapur sirih ke Nenek (ibu dari ibu mertua)

6. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbola khõ zibayau sisagõtõ

Hai Menantu, berikan sekapur sirih ke Pamanmu

7. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbola ba khõ Ninau Samatõfa

Hai Menantu, berikan sekapur sirih ke Istri perantara pernikahanmu

8. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbola khõ zohalõwõ ba Agama

Hai Menantu, berikan sekapur sirih ke pekerja Agama

9. Ae he ya’ugõ umõnõ ae be mbola khõ Namada Salawa Hada

Hai Menantu, berikan sekapur sirih ke Pengetua Adat

Page 167: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

149

BAB V

STRUKTUR MUSIKAL

5.1 Transkripsi Teks dan Melodi Lagu

Notasi musik tradisional yang terdapat pada masyarakat Õri Laraga,

hingga saat ini notasinya belum pernah ditetapkan ada yang membuatnya dalam

dokumen. Mungkin untuk masa-masa yang akan datang dapat diciptakan oleh

para musisi-musisi, seniman atau para komponis. Selama ini para seniman lokal

masih menggunakan notasi musik internasional yaitu not balok dan atau not angka

sesuai dengan yang dilakukan oleh seniman-seniman lainnya.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis untuk mentranskripsi teks

lagu Fanema’o Tome yaitu dilakukan dengan cara menggunakan videografi. Pada

saat pelaksanaan upacara penyambutan tamu adat terhormat di Gunung Sitoli Bias

Utara. Selanjutnya memindahkannya ke dalam bentuk sistem notasi balok

(preskriptif), yaitu pencatatan bunyi musikal ke dalam lambang notasi. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah melakukanan validasi musik. Pada umumnya

notasi seperti ini digunakan sebagai petunjuk untuk membantu para pemusik atau

penyaji supaya ia dapat mengingat pada garis paranada atau dari not angka

(deskriptif), yaitu bunyi musikal ke dalam lambang notasi (konvensional barat)

secara detail menurut apa yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran.

Musik vokal pada maena berupa susunan pantun yang dinyanyikan atau

disuarakan oleh sanutunö maena (pemimpin maena) yang dipimpin oleh satu atau

dua orang. Sanutunö maena juga dapat dipimpin oleh satu orang saja namun yang

menjadi pimpinannya ialah seorang perempuan. Apabila sanutunö maena dua

Page 168: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

150 orang, maka yang satu perempuan dan satu lagi laki-laki dan terkadang juga dua-

duanya dipimpin oleh perempuan

Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh penulis dalam tulisan ini yakni

antara sanutunö maena (pemimpin) dengan sanehe atau ono maena (peserta

maena), sanutunö maena berpisah tempatnya ataupun terkadang juga bisa gabung

dengan sanehe atau ono maena tetapi pada umumnya selalu berpisah. Sanehe (ono

maena) merupakan orang yang menyanyikan syair maena yang bersifat tetap dan

terus diulang-ulang oleh peserta maena setelah sanutunö maena menyanyikan

syair yang berupa susunan pantun-pantun sampai berakhirnya maena tersebut

(strophic). Fanutunö maena (syair maena) yaitu suatu lirik yang dibacakan oleh

sanutunö maena (orang yang membacakan syair maena). Syair maena berisi

tentang kegiatan dalam hal ini pesta perkawinan dan syair maena disuarakan oleh

orang banyak yang ikut dalam maena yang disebut dengan ono maena atau

fanehe maena (peserta maena). Pada maena, tidak dibatasi siapa-siapa saja yang

ikut dalam pertunjukannya, laki-laki dan perempuan dapat melakukan tari maena

ini. Sanutunö maena dengan sanehe maena saling bersahut-sahutan (call and

response), ada yang memimpin dan ada koor yang dinyanyikan secara bersamaan

oleh penyaji maena.

Hasil transkripsi musikal dari lagu maena ini selengkapnya dapat dilihat

pada notasi berikut ini.

Page 169: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

151

Fanema’o Tome

Cipt : NN Transkriptor: Erizon dan Eliyaman Zebua

Moderato =100

Berdasarkan transkripsi lagu di atas maka penulis membagi setiap bagian

melodi menjadi beberapa frase dalam rangka mengkaji formula-formula

melodinya. Frase tersebut di gambarkan sebagai berikut:

Frase A1

Frase A2

Frase B1

Frase B2

Page 170: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

152

5.2. Analisis Melodi Maena 5.2.1 Tangga nada

Berdasarkan notasi di atas dapat diketahui bahwa tanga nada maena adalah tangga

nada yang dekat kepada diatonik, atau dalam satu tangga nada terdiri dari tujuh

nada (heptatonik). Nada-nada anggotanya adalah: g, a, b, C, D, E, F, dan G.

Dalam musik barat, tangga nada yang seperti ini lazim disebut dengan tangga

nada C mayor. Pola jarak nadanya dari C sampai ke C adalah 1-1-1/2-1-1-1-1/2

laras atau kalau dalam sistem cent adalah 200-200-100-200-200-200-200-100

cent. Dekatnya struktur tangga nada maena ini dengan C mayor barat,

kemungkinan besar, berakulturasi dengan budaya barat, dan masuknya Kristen ke

Nias yang dibawa oleh Denninger 1850.

5.2.2 Nada dasar

Dengan menggunakan kriteria tangga nada yang lazim digunakan dalam

etnomusikologi, maka nada dasar nyanyian maena ini, dapat ditentukan sebagai

berikut.

1. Nada yang sering dipakai dan nada yang jarang dipakai dalam satu

komposisi. Berdasarkan analisa penulis bahwa nada yang sering dipakai

adalah nada E, D dan C serta nada yang jarang dipakai adalah nada b

2. Terkadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada dasar,

biarpun jarang dipakai. Nada yang harga ritmisnya besar adalah nada C.

Page 171: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

153

3. Nada yang dipakai pada awal komposisi, atau pada akhir bagian-bagian

komposisi, dianggap memiliki fungsi penting dalam tonalitas tersebut.

Dari hasil transkripsi terlihat nada E muncul pada awal komposisi, nada F

muncul pada akhir komposisi.

4. Nada yang menduduki posisi yang paling rendah dalam tangga nada

ataupun posisi pas di tengah-tengah dapat dianggap penting. Nada tersebut

adalah nada g, nada tersebut berada pada posisi yang paling rendah dan

bila dilihat dari keseluruhan nada bahwa nada C juga berada pada posisi di

tengah dari keseluruhan urutan nada.

5. Interval-interval yang terdapat antara nada, kadang-kadang dipakai sebagai

patokan. Misalnya, bila ada satu nada dalam tangga nada seluruh

komposisi yang digunakan bersama oktafnya, sedangkan nada lain tidak

memakai oktaf. Berdasarkan analisa bahwa nada nada seperti G sering

muncul bersama dengan oktafnya.

Berikut ini adalah deskripsi nada pada lagu Fanema’o Tome.

1. Nada awal adalah E,

2. Nada akhir adalah F,

3. Nada terendah dalam komposisi adalah g,

4. Nada tertinggi dalam komposisi adalah G

5. Nada terbesar adalah C dengan nilai 3 ketuk,

6. Nada terkecil adalah D, E, F dan G yaitu ½ ketuk.

5.2.3 Wilayah nada

Wilayah nada adalah daerah (ambitus) dari nada yang frekuensinya

paling rendah sampai pada frekuensi nada yang paling tinggi. Dari hasil

transkripsi di atas, maka diperoleh ambitus suara dariFanema’o Tome, sebagai

Page 172: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

154 berikut:

Jarak wilayah nada nya adalah satu oktaf atau 1200 cent atau 6 laras (langkah).

5.2.4 Jumlah nada

Untuk menentukan jumlah nada pada teks lagu Fanema’o Tome, penulis

menghitung jumlah terbanyak kemunculan setiap nada dan menghitung jumlah

durasi komulatif. Jumlah nada yang terdapat pada teks lagu Fanema’o Tome,

sebagaimana terlihat di bawah ini.

Nada Jumlah

C 10

D 14

E 15

F 5

G 11

B 1

G 1

Tabel 5.1 Jumlah Nada

Dari tabel di atas terlihat bahwa nada yang paling sering muncul adalah E,

kemudian disusul oleh nada D, G, C, F, dan yang paling jarang adalah b dan g

yang hanya satu kali saja muncul dalam lagu ini.

Page 173: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

155 5.2.5 Interval

Interval yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah jarak antara nada

yang satu dengan nada yang lainnya dalam satu komposisi musik. Sistem

pengukuran pada interval disebut “laras” dengan alat ukur cent.

Ada dua jenis interval pada teks lagu Fanema’o Tome, yaitu melangkah

(conjunct) dan melompat (disjunct). Analisis interval penulis lakukan dengan

menghitung setiap interval dari bawah ke atas atau yang naik maupun yang turun.

Seperti di bawah ini.

Interval Jumlah

Prime 13

Sekunda Mayor 20

Sekunda Minor 6

Ters Mayor 5

Ters Minor 5

Kuart Prime 2

Kuint Prime 3

Sekt Mayor 1

Tabel 5.2 Interval

Interval yang paling sering muncul adalah sekunda mayor, disusul oleh prime,

sekunda minor, ters mayor, ters minor, kuint prime dan kuart prime, dan yang

hanya muncul sekali saja adalah sekt mayor.

5.2.6 Kontur

Menurut William P.Malm yang diterjemahkan oleh Muhammad Takari,

(1993:8-10), bahwa kontur adalah garis suatu lintasan melodi dalam sebuah lagu

yang dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut:

Page 174: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

156 1. Ascending (menaik),yaitu garis melodi yang bergerak naik dari nada yang

rendah ke nada yang tinggi.

2. Descending (menurun), yaitu garis melodi yang bergerak turun dari nada

yang tinggi ke nada yang rendah.

3. Pendulous, yaitu garis melodi yang bergerak dengan membentuk

lengkungan.

4. Terraced, yaitu garis melodi yang membentuk gerakan berjenjang seperti

anak tangga.

5. Statis, melodi yang gerakan-gerakan intervalnya terbatas atau garis melodi

yang bergerak datar atau statis.

Dari kelima jenis kontur di atas, maka kontur pada sampel lagu maena adalah

kontur ascending, Descending, Pendulous, dan Terraced.

Pada transkripsi teks lagu Fanema’o Tome, terlukis kontur, descending,

pendulous, statis. Seperti di bawah ini:

X G F E D C Y

Tabel 5.3 Kontur Lagu Fanema’o Tome

Keterangan: - Garis x menujukkan nama nada - Garis y menunjukkan nilai nada

Page 175: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

157

- Tiap kotak mewakili nilai not ½ ketuk - Perbedaan warna kotak menunjukkan perbedaan nada

5.2.7 Formula

Bentuk (form) adalah bentuk komposisi musik yang hanya dikaitkan

dengan jalur utama melodi atau bunyi. Menurut Malm (1977), bentuk (form)

dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

1. Repetitive, yaitu bentuk nyanyian atau lagu yang diulang-ulang

2. Literative, yaitu bentuk nyanyian atau lagu yang memakai formula melodi

yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan dalam

keseluruhan nyanyian.

3. Reverting, yaitu bentuk nyanyian atau lagu yang terjadi pengulangan pada

frase pertama setelah terjadi penyimpangan melodis

4. Progressive, yaitu bentuk nyanyian atau lagu yang terus berubah-ubah

dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru

5. Strophic, yaitu bentuk nyanyian atau lagu yang diulang dengan formalitas

yang sama tetapi teks nyanyian yang selalu baru.

Jika dilihat dari perjalanan melodi yang terdapat pada lagu diatas, maka jenis

formula melodi yang terdapat adalah jenis melodi Repetitive karena setelah

didengar dan dianalisis lagu yang dimainkan, terjadi pengulangan melodi yang

sama tetapi ada yang berubah di dalam pengualngan tersebut yaitu pengulangan

melodi tersebut disertai dengan nada harmoni tiap melodi. Bentuk dari formula

melodi dapat dilihat sebagai berikut.

Frase A1 – A1 – B1 – B2

kemudian diulang lagi dengan bentuk yang sama

Frase A1 – A1 – B1 – B2

Page 176: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

158 5.2.8 Kadensa

Menurut Malm (1977:8), kadensa adalah penggarapan nada-nada akhir

setiap bentuk melodi. Penulis menggunakan 3 atau 4 nada terakhir dari tiap frase

untuk menunjukkan pola-pola kadensa. Adapun pola kadensa yang terdapat dalam

lagu Fanema’o Tome adalah sebagai berikut

Frase A1

Frase 1B

Frase 2A

Frase 2B

Page 177: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

159

BAB VI STRUKTUR TARI MAENA

6.1 Maena

Seandainya kita melihat ke belakang mengenai sejarah tarian maena ini, entah

sejak kapan maena ini dikenal oleh masyarakat Nias. Banyak para arkeolog juga

menyatakan bahwa mereka belum pernah baca literatur atau laporan hasil

penelitian mengenai asal muasal budaya yang masyarakat Nias banggakan ini.

Namun yang pasti, bahwa hanya suku Nias yang memiliki produk budaya tarian

yang dikenal orang dengan sebutan maena dan tarian ini tidak ditemukan pada

etnis manapun di dunia ini. Oleh sebab itu selayaknya kita bangga untuk

mempertunjukkan maena kapanpun dan dimanapun.

Satu hal yang patut kita kagumi adalah kearifan para leluhur kita ketika

melahirkan sebuah karya budaya bernilai tinggi yaitu maena. Para leluhur

mencipta tanpa meniru atau mereduksi produk budaya suku lain, karena memang

pada masa lampau Nias sangat terisolir, tidak ada alat telekomunikasi dan

informasi seperti sekarang ini. Interaksi dengan dunia luar Nias sangat terbatas,

hanya bisa menggunakan sampan sebagai alat transpotasi untuk mengharungi

lautan luas ketika ingin merantau. Kalaupun ada yang berhasil merantau, maka

maena-pun tidak ditemukan di daerah lain. Jadi, kita sangat yakin bahwa maena

adalah hasil daya cipta leluhur Nias yang diwariskan kepada kita secara turun-

temurun.

Apabila maena dilaksanakan sesuai dengan aslinya, maka maena menjadi seni

dan sastra bernilai tinggi serta memuat pendidikan karakter manusia Nias. Metode

pendidikan karakter yang diperadapkan leluhur melalui maena adalah khas,

karena maena mengandung berbagai makna, antara lain:

Page 178: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

160

1. Maena membangun kebersamaan, bukan maena namanya jika hanya

dinyanyikan atau ditarikan oleh satu orang saja. Maena hanya terlihat dan

terdengar indah jika dilakukan secara bersama-sama. Semakin banyak orang

yang menari bersama dengan gerak yang sama pula, serta menyanyikan

syair secara serentak maka maena itu semakin indah. Dalam tarian maena

dapat membaur laki-laki dan perempuan, tua, muda atau anak-anak bahkan

tamu dapat diajak sebagai sarana adaptasi dan keakraban. Jadi, maena

adalah sarana mendidik jiwa orang Nias untuk hidup dalam kebersamaan,

persaudaraan, kegotongroyongan. Out come dari tradisi maena pada

akhirnya adalah terciptanya rasa damai dan ketenteraman di tengah-tengah

masyarakat. Manfaat itu mungkin tak pernah kita sadari, bahkan juga oleh

pemerintah kita sampai sekarang.

2. Maena adalah sebuah tarian. Tarian Gangnam Style yang mendunia

sebenarnya adalah tarian biasa dan sederhana. Gangnam Style digemari tua

dan muda karena dikemas dengan gerakan sederhana tapi kocak, diiringi

music yang ceria serta ditarikan oleh artis-artis cantik dan sexy, disajikan

pula dengan seni klip yang menggugah. Tarian seperti ini bisa berumur

pendek di hati para penggemarnya, cepat pudar diingatan kemudian lenyap

karena membosankan. Tidak demikian halnya dengan maena, gerak aslinya

yang lunglai menggambarkan kelemahlembutan manusia Nias, manusia

Nias tidak hidup dalam kekerasan tetapi hidup dengan sikap yang tegas

tetapi santun. Beragam gerak maena dapat dilakukan secara otomatis

berkesinambungan, misalnya gerak kaki segi-4 ke gerak segi-3, kemudian

membentuk lingkaran dan selang seling atar barisan yang satu dengan

barisan yang lain. Gerak maena yang dapat dilakukan dengan berbagai

Page 179: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

161

variasi dan konfigurasi itu menggambarkan betapa manusia Nias hidup

dinamis dan kreatif, tidak pasif tetapi aktif meraih sebuah kesuksesan,

menggapai sebuah cita-cita. Sungguh luar biasa daya cipta leluhur kita

untuk mendidik kaum keturunannya dengan cara yang tak pernah kita

sadari.

3. Maena adalah nyanyian. Menyanyi adalah mengungkapkan isi hati disertai

dengan expresi yang menggambarkan kandungan arti dari nyanyian itu.

Lagu Maena (Fanehe Maena) yang dinyanyikan bersama-sama itu adalah

ungkapan jiwa secara bersama-sama untuk disampaikan kepada pihak lain

(pendengar) dan pihak lain meresponsnya sesuai dengan makna syair yang

dinyanyikan. Menyanyi bersama ini juga menggambarkan

kebersamaan/kekompakan, keagungan dan hidup seia-sekata manusia Nias,

dalam arti kebaikan. Misalnya, syair maena “Ma’owai sa ami ba dōi maena

ba dōi laria fefu dome salua ba olayama” (maena fangowai). Syair ini

menggambarkan betapa orang Nias sangat menghargai orang lain atau

tamunya. Manusia Nias itu ramah dan suka menyapa serta menghormati

tamunya layaknya seorang raja. Sang tamupun merasa terhormat, memiliki

harga diri dan kebanggaan. Masih adakah jiwa saling menghormati di antara

manusia Nias saat ini?

Lain lagi dengan syair berikut “Lumana-lumana mbanuama ba da’a mobōhō

mbalō mbanua mo õtõ ae golayama” (maena mbanua zowatō na tohare dome

banua bō’ō). Lagu ini merendahkan diri di hadapan tamu mereka, walaupun

sesungguhnya tidak demikian kenyataannya.Ini juga mendidik manusia Nias

untuk menjauhi keangkuhan, baik pribadi maupun kelompok. Manusia Nias harus

Page 180: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

162 menghindari pamer kekayaan dan kepintaran karena hal itu akan mencerai

beraikan kesatuan dan persaudaraan kita.

Jika hal-hal negatif seperti tidak saling menghormati, ada keangkuhan,

pamer harta dan lain-lain telah muncul di tengah-tengah masyarakat kita sekarang,

maka para tokoh masyarakat Nias, tokoh adat, tokoh agama dan pemerintah

daerah segeralah didik masyarakat kita dengan metode nenek moyang kita.

Gelorakan Maena sebagai budaya yang benar-benar hidup di rumah kelahirannya

sendiri, bangkitkan kebanggaaan anak-anak Nias atas budayanya sendiri dan

paling penting adalah sarana pendidikan karakter anak bangsa yang diwariskan

kepada kita harus kita lestarikan.

4. Bertutur maena adalah bersastra. Seorang penutur Maena menyanyikan

syair-syair maena yang dikarangnya sendiri ataupun yang dikarang oleh orang

lain, selalu menggunakan peribahasa, perumpamaan, kata-kata bersajak

sebagaimana sebuah karya seni sastra. Seorang ahli mengarang syair maena

sekaligus mampu menjadi penutur maena biasa disebut Guru Maena, sedangkan

penutur pada waktu maena sedang berlangsung kita sebut Sanunō Maena.

Menjadi seorang guru maena yang mampu menciptakan dan menuturkan

syair, hanya dimungkinkan oleh orang-orang yang berjiwa seni, berpikiran jernih

dan sederhana. Ia mampu jadi teladan dalam hidup keseharian dan menjadi idola

bagi orang lain karena kelebihan yang dimilikinya. Karena guru maena adalah

idola dan teladan, maka tidak semua orang dapat menjadi guru maena, mereka

terseleksi secara alami.

Syair-syair maena yang dituturkan boleh berarti macam-macam sesuai

dengan konteks atau momentum yang sedang berlangsung. Boleh memuji-muji

pihak lain seraya merendahkan diri, mungkin juga menyampaikan permohonan,

Page 181: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

163 nasehat, pesan-pesan atau pernyataan keceriaan bersama. Semua dapat

disesuaikan secara arif oleh para guru maena, sesuai dengan kebutuhan. Simak

syair berikut:

He ōbe’e mbawi ba kefe Ba lō ube’e khōu

nono wune Awai zowōlō-ōlō ba hele Awai

zalio-lio na so dome

Syair di atas adalah pernyataan sayang melepaskan seorang anak gadis

untuk dinikahi oleh seorang laki-laki, kendatipun diberikan jujuran berupa babi

dan uang. Cara menyampaikannya halus, santun dan bersastra. Sang gadis

digambarkan sebagai burung nuri yang cantik, pintar dan rajin. Tentu saja

karena disayangi dan berat untuk dilepas dari lingkungan keluarga. Syair ini

juga menasehatkan gadis Nias agar rajin membantu orangtua, jadikanlah

dirimu sebagai anak yang berharga laksana burung nuri dan disayangi oleh

siapapun karena kebaikan budimu.

Masih adakah guru maena di kampung-kampung sekarang di Nias?

Jika sudah langka, maka betapa malangnya kita sebagai orang Nias jika suatu saat

nanti benar-benar kita kehilangan total. Sebelum terlambat hendaknya berbagai

elemen masyarakat mencari terobosan-terobosan baru untuk menghidupkan

budaya maena yang mulai redup di hati pemiliknya sendiri, yakni manusia Nias.

Kepada kaum cendekiawan muda sangat dianjurkan untuk melakukan

penelitian tentang maena, baik asal mulanya, atau manfaat maena dalam

kehidupan bermasyarakat di Nias, maupun upaya terbaik yang harus dilakukan

untuk menghidupkannya di hati kita sebagaimana hidup di hati leluhur kita.

Page 182: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

164 6.2 Tari maena

Tariannya dipolakan dengan gerakan yang membentuk segi empat dan

dalam pertunjukannya bermakna kegembiraan dan kemeriahan suatu acara yang

dilangsungkan. Maena tidak terlepas dari tari yang saling mempengaruhi antara

nyanyian dengan tari. Di dalam tari ada gerakan, yang gerakannya membentuk

segi empat (öfasagi) dan kaki membentuk segi tiga (tölu sagi), kedua lengan

diayunkan ke depan dan ke belakang sehingga selama pertunjukan maena gerakan

inilah yang terus diulang-ulang dari awal hingga berakhirnya pertunjukan.

Gerakan pada maena tidak terlalu banyak dan sangat mudah untuk dipelajari,

tetapi pada pertunjukannya harus memiliki kekompakan gerakkan tersebut

walaupun dikatakan mudah namun dari sekian banyaknya jumlah penyaji maena

ini yang diperlukan ialah kekompakan, selain itu gerakan maena berputar ke arah

kiri.

6.3. Gerakan Tarian Maena

Tari merupakan suatu gerak sekelompok manusia secara bersama-sama

dalam irama yang sama, hampir di seluruh daerah memiliki bermacam-macam

tari. Seperti halnya Kepulauan Nias mempunyai ciri khas budaya yang sangat unik

yakni Tari yang disebut dengan Maena.

Page 183: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

165

Gambar 6.1 Tarian Maena dalam Pola Lantai Garis Lurus Sumber dari: Google

Maena atau tari maena adalah merupakan jenis tari kolosal yang di

praktekan secara bersama-sama oleh sekelompok Ono Niha (Orang Nias) yang di

pertunjukkan di acara seperti Pesta Pernikahan dimana hal ini bertujuan sebagai

pertanda kebersamaan dan sarana juga untuk memuji pihak mempelai perempuan

ataupun pihak laki-laki yang sedang melakukan pesta.

Dalam memperagakan tari yang melambangkan kebersamaan dan

kegembiraan ini, tidak ada batasan jumlah orang yang berperan sebagai peserta

tari, bahkan tidak jarang tamu di ajak untuk ikut bersama melakukan tarian ini

secara bersama-sama.

Sementara itu, seiring dengan kemajuan zaman, tari maena bukan hanya

di pertunjukkan pada acara pesta pernikahan saja, tapi dijadikan sebagai sarana

hiburan menari bersama, dimana selain gerakan gerak kaki yang sangat mudah

juga syair-syair yang akan dilantunkan sangat singkat dan mudah sehingga setiap

orang dalam beberapa menit dapat memperagakannya.

Bagi para pembaca yang belum pernah melihat tarian khas Nias tari

maena, tari ini dapat di jumpai pada acara pesta pernikahan di Suku Nias (khusus

Page 184: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

166 yang beragama Nasrani) karena suku Nias yang beragama muslim acara pesta

pernikahannya lebih mendekati budaya melayu. (Marlius).

Gambar 6.2 Gerakan Tarian Maena dalam Pola Lantai Lingkaran Sumber : Google

Tari Maena merupakan tarian yang sangat simpel dan sederhana, tetapi

mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah

menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Tari maena tidak

memerlukan keahlian khusus. Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir

semua orang bisa melakukannya. Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah

terletak pada rangkaian pantun-pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa

sesuai dengan event bahwa maena itu dilakukan. Pantun maena biasanya

dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutunõ maena,

sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut

dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono maena.

Syair maena bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh

peserta maena setelah selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai

berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih

bertuntun bahasa Nias (amaedola/duma-duma), namun seiring oleh

perkembangan peradaban yang canggih dan modern, pantun-pantun maena yang

Page 185: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

167 khas li nono niha sudah banyak menghilang, bahkan banyak tercampur oleh

bahasa Indonesia dalam penuturannya, ini bisa kita dengarkan kalau ada acara-

acara maena di kota-kota besar. Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial

dan kolosal dari Suku Nias, karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut

dalam tarian ini. Semakin banyak peserta tari maena, semakin semangat pula

tarian dan goyangan (fataelusa) maenanya. Maena biasanya dilakukan dalam

acara perkawinan (falõwa/fangowalu) dan pesta (owasa/folau õri).

Maena adalah tarian sukacita yang dikenal oleh seluruh masyarakat Nias.

Maena dapat dilakukan dengan formasi lingkaran atau formasi persegi dengan

jumlah peserta yang tidak terbatas. Dalam formasi lingkaran para peserta maena

saling berpegangan tangan, sementara dalam formasi persegi, tidak (Manhart,

2005).

Penutur dan pemimpin Maena disebut Sanutunö maena. Mereka biasanya

terdiri dari satu atau dua orang. Sementara mereka yang menyanyikan chorus

(ulangan lagu) disebut Sanehe Maena atau Ono Maena. Jumlah Sanehe Maena

tidak dibatasi, bahkan dibolehkan bergabung saat tarian Maena sedang dilakukan.

Semakin banyak jumlah Ono Maena maka akan semakin meriah pula gerakan dan

goyang (Fataelusa) tarian ini.

Sanutunö Maena biasanya memiliki kemampuan olah vokal yang baik

disertai dengan kemampuan menuturkan pantun-pantun Nias (Amaedola atau

Duma-duma). Bagian chorus dinyanyikan oleh Ono Maena sebagai balasan dari

syair pantun yang dilagukan oleh Sanutunö Maena. Hal ini dilakukan berulang-

ulang sampai Sanutunö Maena mengakhirinya.

Page 186: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

168

Maena dulunya dilakukan tanpa alat musik, seiring dengan perkembangan

zaman, saat ini maena sering kali diiringi dengan keyboard dikombinasikan

dengan alat musik tradisional Nias lainnya seperti faritia, aramba dan göndra.

Page 187: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

169

BAB VII

P E N U T U P 7.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah penulis lakukan dari BAB I-IV dalam

menganalisis tekstual musikal, dan tari Maena pada upacara falõwa di Õri Laraga kota

Gunung Sitoli, maka dalam BAB VII ini, penulis akan menarik kesimpulan, terutama

mengenai hal hal yang berkaitan (a) Rangkaian upacara pernikahan adat (falõwa)

masyarakat Õri Laraga kota Gunung Sitoli, (b) Makna lagu Maena, (c) Syair-syair

maena tersebut. Kesimpulan ini juga menjadi dasar hasil penelitian yang penulis

lakukan dalam mengkaji maena dalam kebudayaan masyarakat Õri Laraga kota Gunung

Sitoli.

a. Falõwa merupakan pesta perkawinan adat masyarakat Suku Nias di Gunung

Sitoli, Provinsi Sumatera Utara.

b. Mengenai makna lagu maena bagi masyarakat Õri Laraga kota Gunung Sitoli.

Lagu maena merupakan suatu bentuk sarana hiburan dalam suatu upacara-

upacara yang dilakukan di Gunung Sitoli. Oleh karena maena merupakan

sarana hiburan, hal itulah yang membuat semua orang dapat menyatu dan

menjadi akrab antara satu satu keluarga dengan keluarga lain tanpa

membedakan latar belakang dan status sosial orang-orang yang mengikutinya.

c. Syair maena ini menggambarkan betapa orang Nias sangat menghargai orang

lain atau tamunya layaknya seorang raja dan merasa terhormat dan memiliki

harga diri dan kebanggaan. Contohnya maena fangowai .

Page 188: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

170 5.2 Saran

Dari sepanjang penelitian yang penulis lakukan di masyarakat Õri Laraga kota

Gunung Sitoli, penulis melihat bahwa ada beberapa harapan yang ingin penulis

sampaikan mengenai tarian maena di masyarakat Nias. Penulis mencoba

memberikan beberapa saran kepada berbagai pihak misalnya kepada:

a) Instansi Pemerintahan. Penulis berharap kedepannya pemerintah lebih

memberikan perhatian khusus kepada para masyarakat dengan membuat buku

kebudayaan mengenai tarian Maena secara khusus dikarenakan kurangnya

referensi yang membicarakan tarian maena secara spesifik. Penulis berharap

terhadap pemerintah agar dapat bersinergis dengan Dinas pariwisata di dalam

memfasilitasi dinas pariwisata dalam memperkenalkan tarian maena ke

berbagai daerah maupun negara. Misalnya dengan mengadakan penampilan

maena di luar Nias. Penulis berharap agar pemerintah lebih mendukung akses

dalam mendukung kemajuan tarian maena di mata nasional.

b. Instansi Pendidikan. Penulis berharap kepada instansi pendidikan agar dapat

bekerjasama dengan dinas pariwisata di dalam memperkenalkan tarian maena

ke ranah pendidikan. Penulis berharap kepada sekolah sekolah, maupun

universitas yang ada di Nias agar lebih membudidayakan tarian maena di

lembaga pendidikan. Penulis berharap terhadap pihak Universitas agar dapat

mengambil bagian dalam membudidayakan tarian maena. Misalnya

mengadakan seminar mengenai tarian maena, mengikuti berbagai festival

tarian untuk mempromosikan tarian maena, serta membudidayakan kepada

masyarakat mengenai tarian maena tersebut

c. Masyarakat. Penulis berharap kepada masyarakat agar lebih membudidayakan

tarian maena kepada generasi selanjutnya. Masyarakat lebih mempertahankan

Page 189: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

171

kebudayaan dan adat yang sudah menjadi tradisi di dalam tarian maena. Penulis

berharap kepada masyarakat agar menjadikan tarian maena sebagai suatu aset

masyarakat Nias yang menjadi suatu aset yang tidak luntur oleh perkembangan

jaman saat ini.

Page 190: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

172

DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Cetakan I. Jakarta: Prenada Media

Group. Cristomy dan Untung Yuwono. Semiotik budaya. Penerbit : 2004 Collins English Dictionary–Complete and Unabridged © HarperCollins

Publishers, 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. Dananjaya, James. 1986. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.

Jakarta: Grafiti Pers, 1986. Furnivall, J.S. 1939. Netherlands Indie: A Study of Plural Economy. Cambridge:

Cambridge Univ. Press. Gea, Yafaowoloo. Fondrakö, Peraturan dan Hukum Adat Nias yang Menghukum.

19 Februari 2013. Diakses 4 Desember 2013. <http://sosbud.kompasiana.com/2013/02/19/fondrak-peraturan-dan-hukum-adat-nias-yang-mengutuk-536424.html>

Gea, Agus. 2013. Asesoris Adat Perkawinan Nias. (Pernah dimuat di Nias

Island.com 29 Januari 2009, dimuat kembali di website TOZ dengan penyempurnaan oleh Tim Sekretariat tanpa merubah isi).

Gulö, W. 1997. Nias : Injili–Budaya– SDM. Salatiga: Universitas Kristen

Salatiga. “Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Nias, bekerjasama dengan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Moodal Kabupaten Nias dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias tahun 2010, yang berisikan data-data statistik penduduk Nias.”

Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Gramedia, Laia, Bamböwö.1983. Solidaritas Kekeluargaan Dalam Salah Satu Masyarakat

Desa di Nias:Jakarta. Gadjah Mada University Press. Malinowski. Teori Fungsional dan Struktural. Editor Koentjaratninggrat (1991). Malm, William P. 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia.

New Jersey, Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Page 191: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

173

Manhart, Thomas Markus. 2005. "A Song for Lowalangi - The Interculturation of Catholic Mission and Nias Traditional Arts with spesial respect to Music". National University of

“Menelusuri Sejarah Kebudayaan Ono Niha.” Diterbitkan internal oleh Pemda

Nias padan tahun 1984, yang berisi tentang Asal usul Ono niha, baik mitos, maupun penelitian ilmiah.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthropologi of Music. Chicago: Northwestern

University Press. Nettl, Bruno. 1964. Theory and method in ethnomusicology. New York. Nuryanto, et al. 2010. “Pusaka Nias Dalam Media Warisan” (Kumpulan Artikel

dan Opini). Perwadarminta (ed.), 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. Risthina, R. Sirait, et al. “Adat dan Upacara PEerkawinan Daerah Nias.”

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara.1984. Soedarsono. R.M., 1977. “Tari-tari di Indonesia.” Jakarta, Proyek pengembangan

Media dan Kebudayaan. Sedyawati, Edy, 1981. Tari: Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya. Soehartono, 1995. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia. Statistik Daerah Kota Gunungsitoli yang diterbitkan oleh Badan Statistik

Kabupaten Nias, tahun 2011, yang berisikan statistik Kota Gunung Sitoli. Takari, Muhammad. Dkk. 2008. Masyarakat Kesenian di Indonesia. Medan: Studi

Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Zebua, HS.1985. Kumpulan Catatan Upacara Perkawinan Daerah Nias. Gunung

Sitoli: Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Nias Sumatera Utara.

Page 192: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

174

GLOSARIUM

Afo : Sirih. Aro Gosali : Sebuah proses musyawarah yang dihadiri ketua

adat. Aramba : Alat musik yang menyerupai gong. Barasi : Gelar kebangsawanan untuk penganten putri Bola Nafo : Pemberian sekapur sirih. Bongi Zalawa : Menentukan waktu pelaksanaan pesta perkawinan

kelak. Bosi : Sistem penggolongan derajat manusia dalam adat

Nias. Bowo : Mahar. Dawa Sowanua : Orang pendatang yang telah mempunyai tanah

sendiri. Famatoro Töi : Memberi nama. Fame’e : Saat dimana keluarga perempuan memberi nasihat

kepada pengantin perempuan. Fame’e Alfo : Memberikan sirih penghormatan. Fame tou ono nihalo : Penyerahan pengantin perempuan kepada pihak

keluarga pengantin laki-laki. Falowa : Sebutan upacara adat pernikahan dalam adat Nias. Fanaba olola zumange : Sepatah kata penyerahan suguhan penghormatan . Fangowalu : Upacara perkawinan dalam adat Nias. Fanema’o tome : Penerimaan tamu. Fangaetu golola : Puncak pembicaraan pengetua-pengetua adat yang

menyatakan pernikahan telah sah. Fangandro rook : Meminta rokok dari pengantin pria. Fangaruwusi : Memperlihatkan kandungan. Fame’e laeduru : Memberikan cincin pernikahan. Fanunu manu : Membakar ayam. Famalua li : Menyampaikan hasrat. Fame’e fakhe toho : Membawa padi jujuran. Fangandro li nina : Memohon waktu dari ibu si gadis (mempelai

wanita). Fame’e : Menasihati calon pengantin. Famaola ba nuwu : Memberitahukan ke paman calon pengantin

perempuan. Famaigi mbawi walowa: Melihat babi adat jujuran. Folau mbawi : Membawa babi jujuran. Fame’e go : Memberi makan pengantin. Famuli nukha : Pengambilan pakaian . Fangowalu : Upacara perkawinan dalam adat Nias. Fantuno Maena : Syair maena.

Page 193: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

175

Fenehe maena wangowai dome : Syair berisi sapaan. Fanou’ö olöwöta : Penyerahan bingkisan daging babi. Femanga : Acara makan dan minum. Folau bawi : Menghantarkan dua ekor babi. Fondrako : Hukum adat Nias. Fo’ere : Dukun. Gondra : Alat musik yang dimainkan dengan cara

dipukul dengan alat pemukul yang terbuat dari rotan.

Hia walangi sinada ina : Sebutan raja di salah satu daerah Nias. Interval : Jarak antara nada yang satu dengan nada lainnya. Kadensa : Penggarapan nada-nada akhir setiap bentuk melodi. Kontur : Garis suatu lintasan melodi dalam sebuah lagu. Lowalangi : Di atas langit. Maena : Tarian yang dipertunjukkan dalam upacara

Perkawinan dalam adat Nias. Maknan denotasi : Makna yang sebenarnya. Makna konotasi : Makna kiasan. Ngambato : Suami dan istri. Nidada : Tuhan. Olola huhuo : Pembicaraan adat pernikahan oleh kedua belah

pihak. Ono niha : Orang Nias. Ono maena : Peserta maena. Ofa sagi : Gerakan yang membentuk segi empat. Poliandri : Seorang perempuan yang kawin dengan lebih dari

satu orang lelaki. Salawa : Orang yang dihormati. Sanomba adu : Kepercayaan kepada patung-patung buatan

manusia baik berupa kayu maupun batu besar. Sambua alahoita : Berkumpul di bawah kayu besar. Sanatunu maena : Pemimpin gerakan maena. Sese : Lelaki. Sitenga bo’o : Kerabat. Tamburu : Alat musik yang ukurannya lebih kecil dari

gondra. Teori fungsionalisme : Teori yang menekankan pada saling

ketergantungan pada institusi-institusi pada masyarakat tertentu.

Tingkeban : Upacara tujuh bulanan dalam budaya Jawa. Tolu sagi : Gerakan yang membentuk segitiga. Tumbu : Lahir. Wilayah nada : Daerah dari nada yang frekuensinya paling rendah

Page 194: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

176

sampai frekuensi yang paling tinggi. Ya’ahowu : Semoga diberkati.

Page 195: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

177

LAMPIRAN 1 : DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Benyamin Harefa Pekerjaan : Ketua Lembaga Budaya Nias Kota Gunung Sitoli Umur : 66 Tahun Alamat : Kota Gunung Sitoli, Nias

2. Nama : Arozato Harefa Pekerjaan : Budayawan

Umur : 53 Tahun Alamat : Kota Gunungsitoli, Nias 3. Nama : Arosokhi Waruwu

Pekerjaan : Kepala Bagian Bidang kebudayaan Nias Umur : 48 Tahun Alamat : Kota Gunung Sitoli, Nias

4. Nama : Eliyaman Zebua, S.Si Pekerjaan : Pengurus Ikatan Keluarga Fa’omasi (IKF Mado Zebua) Medan Umur : 45 Tahun Alamat : Medan

5. Nama : Pintar Zebua, S.Pd Pekerjaan : Kepala Dinas Pariwisata Gunung Sitoli Umur : 58 Tahun Alamat : Kota Gunung Sitoli, Nias

Page 196: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

178

LAMPIRAN FOTO-FOTO:

Nomor Inventaris : 03-0373 Nama / Name Nias : Göndra Indonesia : Gendang English : Drum Asal / Origin : Orahili-Ulunoyo, Nias Tengah Keaslian / Originality : Original Deskripsi / Description : This is bitten in a big party such as wedding party, etc. Terbuat dari batang pohon besar yang bulat yang telah dikeruk bagian dalamnya, hingga tembus sampai ke ujung sebelah. Kemudian, kedua sisinya ditutup dengan kulit kambing, diikat dengan rotan di sekeliling pinggirnya. Dipergunakan pada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb.

Page 197: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

179

Nomor Inventaris : 03-0436 Nama / Name Nias : Aramba Indonesia : Gong English : Gong Asal / Origin : Hilimbuasi, Nias Tengah Keaslian / Originality : Original Deskripsi / Description : This is bitten in a big party such as wedding party, etc. Terbuat dari bahan kuningan. Dipergunakan pada saat ada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb. Tinggi 13,5 cm, tebal 0,5 cm dengan diameter 44 cm.

Page 198: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

180

Nomor Inventaris : 03-0557 Nama / Name Nias : Faritia Indonesia : Canang English : Gong Asal / Origin : Telukdalam Keaslian / Originality : Original Deskripsi / Description : This is bitten in a big party such as wedding party, etc. Terbuat dari bahan kuningan. Dipergunakan pada saat ada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb. Tinggi 8,5, cm, tebal 0,4 cm dengan diameter 26 cm.

Page 199: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

181

Foto 1. Famõzi Aramba (Dokumen Pribadi)

Page 200: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

182

Foto 2. Foto Pengantin Nias di Õri Laraga (Dokumen Keluarga)

Page 201: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

183

Foto 3. Baju adat Penganten :

Nias Selatan ( Õri Mazingõ) dan Nias ( Õri Laraga ) (Dokumen Keluarga)

Page 202: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

184

Foto 4. Acara Fame’e/Famotu Ono Nihalõ (Menasehati Pengantin Putri ) (Dokumen Keluarga)

Page 203: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

185

Foto 5. Babi Adat sedang diberi makan oleh Ibu kandung Penganten Laki-laki sebelum di antar kerumah penganten perempuan dengan ‘baju’ yang sudah

dipasangkan yang terbuat dari pilinan kulit kayu eholu (Dokumen Keluarga)

Page 204: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

186

Foto 6. Keluarga Pengantin Pria, mengantarkan 2 ekor babi adat ke kediaman pengantin Putri dengan acara adat

(Dokumen Keluarga)

Page 205: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

187

Foto 7. Bola Nafo ( Nampan Sirih ) ni’ohulayo

(Dokumen Keluarga)

Page 206: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

188

Foto 8. Prosesi Mengusung/Menandu Pengantin Perempuan hinggga ke rumah Pengantin Pria, dengan payung pemberian paman dan disusul kasur dan sebuah

koper pakaian pengantin perempuan dengan latar belakang penulis (Dokumen Keluarga)

Page 207: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

189

.

Foto 9. Prosesi mengusung/menandu pengantin perempuan ke rumah pengantin pria

(Dokumen Keluarga)

Page 208: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

190

Foto 10. Gerakan kaki pada tarian Maena (Dokumen Keluarga)

Page 209: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

191

Foto 11. Gerakan tangan pada tarian Maena (Dokumen Keluarga)

Page 210: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

192

Foto 12. Foto Penulis dengan Pengantin setelah acara Pemberkatan Pernikahan di Gereja

(Dokumen Keluarga)

Page 211: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

193

Foto 13. Penulis berfoto bersama Kepala Dinas Pariwisata Kota Gunung Sitoli, Bapak Pintar Zebua, S.Pd dan Wakil

(Dokumen Pribadi)

Page 212: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

194

Foto 14. Penulis sedang mewawancarai Kepala Dinas Pariwisata Kota Gunung Sitoli, Bapak Pintar Zebua, S.Pd

(Dokumen Pribadi)

Page 213: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

195

Foto 15. Wawancara dengan KADIS Pariwisata Kota Gunung Sitoli di Kantor Dinas Pariwisata Kota Gunung Sitoli

(Dokumen Pribadi)

Page 214: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

196

Foto 16. Penulis mewawancarai Bpk. Eliyaman Zebua, S.Si (Ama Dela) (Pengurus IKF/Mado Zebua Medan)

(Dokumen Pribadi)

Page 215: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

197

Foto 17. Penulis mewawancarai Bpk. Benyamin Harefa, Ketua LBN (Lembaga Budaya Nias) Kota Gunung Sitoli yang membantu penulis dalam menghubungkan

beberapa informan yang mengetahui kebudayaan Nias. (Dokumen Pribadi)

Page 216: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

198

Foto 18. Penulis bersama Pegawai Museum Kota Gunung Sitoli yang membantu penulis dalam informasi mengenai Maena

(Dokumen Pribadi)

Page 217: MAENA PADA UPACARA FALÕWA DI ÕRI LARAGA KOTA … · pepatah/amaedola Nias “Manana Zalawa, manana Gere, fakaole sa’atõ namuhede” (biarpun tokoh masyarakat, walaupun seorang

199

Foto 19. Penulis berfoto di depan Museum Pusaka Nias di Jl. Magiao Gunung Sitoli

(Dokumen Pribadi)