Madu Sebagai Anti Biotik

2
Madu sudah sejak lama dikenal memiliki khasiat antibakteri dan dimanfaatkan untuk mencegah infeksi. Bahkan, madu disebut- sebut sebagai alternatif antibiotik untuk menangkal infeksi bagi pasien gagal ginjal. Pasien gagal ginjal yang menjalani terapi dialisis terkadang mengalami infeksi dari kateter yang dimasukkan ke dalam tubuh mereka. Infeksi ini kemudian seringkali disembuhkan dengan antibiotik. Sementara itu, madu dengan kualitas "medical- grade" dinilai mampu menjadi salah satu alternatifnya. Kendati demikian, sebuah studi baru yang dipublikasi dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases menemukan, pengaplikasikan madu pada luka bekas kateter tidak lebih efektif daripada konsumsi antibiotik. Terutama jika digunakan pada pasien yang melakukan dialisis setiap hari melalui tabung di perut. Ditambah lagi, menurut studi tersebut, banyak relawan yang berhenti di tengah-tengah studi lantaran merasa tidak nyaman dengan metode pengaplikasian madu. Infeksi kateter bisa sangat berbahaya dan mengancam jiwa, sehingga penanganan atau pencegahan infeksi perlu dilakukan. Namun upaya menggunakan antibiotik juga bukannya tanpa risiko. Penggunaan dalam waktu lama bisa berakibat pada resistensi mikroba pada antibiotik. Sementara itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa madu

Transcript of Madu Sebagai Anti Biotik

Page 1: Madu Sebagai Anti Biotik

Madu sudah sejak lama dikenal memiliki khasiat antibakteri dan dimanfaatkan untuk

mencegah infeksi. Bahkan,  madu  disebut-sebut sebagai alternatif antibiotik untuk menangkal

infeksi bagi pasien gagal ginjal.

Pasien gagal ginjal yang menjalani terapi dialisis terkadang mengalami infeksi dari kateter

yang dimasukkan ke dalam tubuh mereka. Infeksi ini kemudian seringkali disembuhkan

dengan antibiotik. Sementara itu, madu dengan kualitas "medical-grade" dinilai mampu

menjadi salah satu alternatifnya.

Kendati demikian, sebuah studi baru yang dipublikasi dalam jurnal The Lancet Infectious

Diseases menemukan, pengaplikasikan madu pada luka bekas kateter tidak lebih efektif

daripada konsumsi antibiotik. Terutama jika digunakan pada pasien yang melakukan dialisis

setiap hari melalui tabung di perut.

Ditambah lagi, menurut studi tersebut, banyak relawan yang berhenti di tengah-tengah studi

lantaran merasa tidak nyaman dengan metode pengaplikasian madu.

Infeksi kateter bisa sangat berbahaya dan mengancam jiwa, sehingga penanganan atau

pencegahan infeksi perlu dilakukan. Namun upaya menggunakan antibiotik juga bukannya

tanpa risiko. Penggunaan dalam waktu lama bisa berakibat pada resistensi mikroba pada

antibiotik.

Sementara itu, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa madu kualitas medical-grade,

yang sudah melewati serangkaian proses sterilisasi, efektif melawan mikroba spektrum luas

tanpa memiliki risiko resistensi di kemudian hari.

Dalam studi baru, para peneliti menemukan tidak ada perbedaan signifikan antara mereka

yang setiap hari diberi madu kualitas pengobatan pada luka bekas kateter dengan mereka

yang konsumsi antibiotik. Studi tersebut melibatkan 371 pasien dialisis yang dirawat di 26

rumah sakit di Australia dan Selandia Baru.

Waktu rata-rata infeksi pertama pada kelompok madu adalah 16 bulan, dan pada kelompok

antibiotik 18 bulan. Pada pasien yang juga memiliki diabetes, waktu itu semakin singkat yaitu

11,6 bulan daripada kelompok antiobiotik.

Page 2: Madu Sebagai Anti Biotik

"Saat madu disebut-sebut sebagai alternatif antibiotik masa depan, namun hingga saat ini

kami masih menyarankan untuk tidak menggunakannya secara rutin sebagai pencegah

infeksi," kata ketua tudi David Johnson, peneliti dari Australian Kidney Trials Network dan

Princess Alexandra Hospital di Brisbane, Australia. [health.kompas.com "Madu Tangkal

Infeksi Sama Baiknya dengan Antibiotik?", akses 2 Okt 2014]