Macam-macam Pembagian Hati || AlImam Ibnul Qoyyim AlJauziyyah

6
Pembagian Hati AlImam Ibnul Qoyyim AlJauziyyah Disebabkan hati bersifat hidup dan mati maka ia terbagi menjadi tiga keadaan : o Pertama : Hati Yang Sehat Yaitu hati yang selamat yang tidak selamat pada hari kiamat kecuali orang yang bertemu Allah dengan membawa hati ini sebagaimana yang Ia katakan : “ Pada har i tidak bermanfaat harta dan anak-anak kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat”. (AsySyu‟ara : 88) AsSaliim sama dengan AsSaalim, dan datang sesuai dengan contoh di atas karena untuk mensifati seperti Thawiil (panjang), Qashiir (pendek) dan Dhariif (elok, cerdik) Maka hati yang selamat adalah hati yang bersifat selamat yang kokoh padanya seperti ‘aliim (mengetahui) dan qadiir (mampu) dan ia juga lawan dari maridl (sakit). Dan para ilmuwan berselisih pendapat tentang arti As Saliim : Dan yang dapat kami simpulkan bahwa hati yang salim adalah hati yang selamat dari tiap keinginan yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan tiap kerancuan yang menentang beritaNya. Maka ia selamat dari tiap ubudiyah (peribadatan) selain Allah dan selamat dari berhukum kepada selain RasulNya. Ia selamat dalam mencintai Allah bersamaan berhukum dengan RasulNya dalam takut, harapan, tawakal, tobat, penghinaan kepadaNya, mendahulukan keridhaanNya pada tiap keadaan dan menjauh dari kemurkaanNya dengan seluruh jalan syari‟at. Inilah hakikat ubudiyah yang harus diperuntukkan kepada Allah semata. Maka hati yang selamat adalah hati yang selamat dari menyekutukan Allah bahkan ibadahnya hanya untuk Allah dengan : mengharap, mencintai, tawakkal, tobat, kembali, takut dan kemurnian amalannya untuk Allah. Jika ia mencintai maka mencintai dalam agama Allah, jika membenci maka ia membenci dalam agama Allah, jika memberi maka ia memberi karena Allah, dan jika menolak maka menolak karena Allah. Dan itu tidak cukup, sampai selamat dari mengikatkan diri dan berhukum kepada selain RasulNya shallallahu „alaihi wa sallam. Maka hatinya mengikatkan diri dengan kuat dalam meneladani dan mengikuti beliau semata dalam ucapan dan perbuatan, apakah ucapan hati keyakinan-keyakinan - dan ucapan lisan yaitu ungkapan hati dan amal-amal hati yaitu kehendak, kecintaan, membenci dan yang mengikutinya dan amal-amal anggota badan.

description

Macam-macam Pembagian Hati || AlImam Ibnul Qoyyim AlJauziyyahPembagian HatiAlImam Ibnul Qoyyim AlJauziyyahDisebabkan hati bersifat hidup dan mati maka ia terbagi menjadi tiga keadaan :o Pertama : Hati Yang SehatYaitu hati yang selamat yang tidak selamat pada hari kiamat kecuali orang yang bertemu Allah dengan membawa hati ini sebagaimana yang Ia katakan :“ Pada hari tidak bermanfaat harta dan anak-anak kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat”. (AsySyu‟ara : 88)AsSaliim sama dengan AsSaalim, dan datang sesuai dengan contoh di atas karena untuk mensifati seperti Thawiil (panjang), Qashiir (pendek) dan Dhariif (elok, cerdik)Maka hati yang selamat adalah hati yang bersifat selamat yang kokoh padanya seperti ‘aliim (mengetahui) dan qadiir (mampu) dan ia juga lawan dari maridl (sakit).Dan para ilmuwan berselisih pendapat tentang arti As Saliim :Dan yang dapat kami simpulkan bahwa hati yang salim adalah hati yang selamat dari tiap keinginan yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan tiap kerancuan yang menentang beritaNya. Maka ia selamat dari tiap ubudiyah (peribadatan) selain Allah dan selamat dari berhukum kepada selain RasulNya. Ia selamat dalam mencintai Allah bersamaan berhukum dengan RasulNya dalam takut, harapan, tawakal, tobat, penghinaan kepadaNya, mendahulukan keridhaanNya pada tiap keadaan dan menjauh dari kemurkaanNya dengan seluruh jalan syari‟at. Inilah hakikat ubudiyah yang harus diperuntukkan kepada Allah semata.Maka hati yang selamat adalah hati yang selamat dari menyekutukan Allah bahkan ibadahnya hanya untuk Allah dengan : mengharap, mencintai, tawakkal, tobat, kembali, takut dan kemurnian amalannya untuk Allah. Jika ia mencintai maka mencintai dalam agama Allah, jika membenci maka ia membenci dalam agama Allah, jika memberi maka ia memberi karena Allah, dan jika menolak maka menolak karena Allah.Dan itu tidak cukup, sampai selamat dari mengikatkan diri dan berhukum kepada selain RasulNya shallallahu „alaihi wa sallam. Maka hatinya mengikatkan diri dengan kuat dalam meneladani dan mengikuti beliau semata dalam ucapan dan perbuatan, apakah ucapan hati – keyakinan-keyakinan - dan ucapan lisan yaitu ungkapan hati – dan amal-amal hati yaitu kehendak, kecintaan, membenci dan yang mengikutinya dan amal-amal anggota badan.Maka hakimnya, dalam perkara kecil dan besar semuanya adalah syariat Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, sehingga keyakinan maupun amalannya senantiasa mengikut beliau, tidak pernah mendahuluinya sedikitpun, sebagaimana yang difirmankan Allah :“Hai orang-orang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasulNya”. (AlHujurat : 1) (AlHujurat:1) yaitu janganlah kamu mengatakan tentang agama sampai beliau berkata dan jangan kamu beramal sebelum beliau beramal.Sebagian salaf berkata : tidak ada dari satu perbuatan – meskipun kecil – kecuali baginya dituliskan padanya daftar yang berisi pertanya : Mengapa dan bagaimana.Artinya mengapa kamu kerjakan ? dan bagaimana cara kamu mengerjakan ?Yang pertama pertanyaan tentang alasan, pembangkit dan pendorong amalan/ perbuatan? Apakah berasal dari bagian yang cepat dari bagian orang yang beramal dan salah satu tujuan dari tujuan-tujuan dunia seperti suka dipuji, takut celaan, meraih kecintaan yang cepat dari manusia, atau untuk menolak bahaya yang segera menimpa ? Atau pembangkitnya adalah menegakkan hak ibadah, mencari kasih sayang dan kedekatan serta sarana menuju kepada Allah ?Dan posisi pertanyaanya adalah : apakah anda mengerjakan amalan untuk pencipta anda kerjakan untuk mendapatkan bagian dunia atau keingingan nafsu anda?Yang kedua adalah pertanyaan tentang keteladanan terhadap Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam peribadatan tersebut, yaitu apakah amalannya termasuk dari perkara yang disyari‟atkan Allah melalui lisan para rasulNya atau amalannya tidak disyariatkan dan diridhaiNya ?Maka kesimpulannya yang pertama pertanyaan tentang keihlasan dan kedua tentang keteladanan te

Transcript of Macam-macam Pembagian Hati || AlImam Ibnul Qoyyim AlJauziyyah

  • Pembagian Hati

    AlImam Ibnul Qoyyim AlJauziyyah

    Disebabkan hati bersifat hidup dan mati maka ia terbagi menjadi tiga keadaan :

    o Pertama : Hati Yang Sehat

    Yaitu hati yang selamat yang tidak selamat pada hari kiamat kecuali orang yang bertemu

    Allah dengan membawa hati ini sebagaimana yang Ia katakan :

    Pada hari tidak bermanfaat harta dan anak-anak kecuali orang yang datang kepada Allah

    dengan hati yang selamat. (AsySyuara : 88)

    AsSaliim sama dengan AsSaalim, dan datang sesuai dengan contoh di atas karena untuk

    mensifati seperti Thawiil (panjang), Qashiir (pendek) dan Dhariif (elok, cerdik)

    Maka hati yang selamat adalah hati yang bersifat selamat yang kokoh padanya seperti aliim

    (mengetahui) dan qadiir (mampu) dan ia juga lawan dari maridl (sakit).

    Dan para ilmuwan berselisih pendapat tentang arti As Saliim :

    Dan yang dapat kami simpulkan bahwa hati yang salim adalah hati yang selamat dari tiap keinginan

    yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan tiap kerancuan yang menentang beritaNya. Maka ia

    selamat dari tiap ubudiyah (peribadatan) selain Allah dan selamat dari berhukum kepada selain RasulNya.

    Ia selamat dalam mencintai Allah bersamaan berhukum dengan RasulNya dalam takut, harapan, tawakal,

    tobat, penghinaan kepadaNya, mendahulukan keridhaanNya pada tiap keadaan dan menjauh dari

    kemurkaanNya dengan seluruh jalan syariat. Inilah hakikat ubudiyah yang harus diperuntukkan kepada

    Allah semata.

    Maka hati yang selamat adalah hati yang selamat dari menyekutukan Allah bahkan ibadahnya hanya

    untuk Allah dengan : mengharap, mencintai, tawakkal, tobat, kembali, takut dan kemurnian amalannya

    untuk Allah. Jika ia mencintai maka mencintai dalam agama Allah, jika membenci maka ia membenci

    dalam agama Allah, jika memberi maka ia memberi karena Allah, dan jika menolak maka menolak

    karena Allah.

    Dan itu tidak cukup, sampai selamat dari mengikatkan diri dan berhukum kepada selain RasulNya

    shallallahu alaihi wa sallam. Maka hatinya mengikatkan diri dengan kuat dalam meneladani dan

    mengikuti beliau semata dalam ucapan dan perbuatan, apakah ucapan hati keyakinan-keyakinan - dan

    ucapan lisan yaitu ungkapan hati dan amal-amal hati yaitu kehendak, kecintaan, membenci dan yang

    mengikutinya dan amal-amal anggota badan.

  • Maka hakimnya, dalam perkara kecil dan besar semuanya adalah syariat Rasulullah shallallahu

    alaihi wa sallam, sehingga keyakinan maupun amalannya senantiasa mengikut beliau, tidak pernah

    mendahuluinya sedikitpun, sebagaimana yang difirmankan Allah :

    Hai orang-orang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasulNya. (AlHujurat : 1)

    (AlHujurat:1) yaitu janganlah kamu mengatakan tentang agama sampai beliau berkata dan jangan kamu

    beramal sebelum beliau beramal.

    Sebagian salaf berkata : tidak ada dari satu perbuatan meskipun kecil kecuali baginya dituliskan

    padanya daftar yang berisi pertanya : Mengapa dan bagaimana.

    Artinya mengapa kamu kerjakan ? dan bagaimana cara kamu mengerjakan ?

    Yang pertama pertanyaan tentang alasan, pembangkit dan pendorong amalan/ perbuatan? Apakah

    berasal dari bagian yang cepat dari bagian orang yang beramal dan salah satu tujuan dari tujuan-tujuan

    dunia seperti suka dipuji, takut celaan, meraih kecintaan yang cepat dari manusia, atau untuk menolak

    bahaya yang segera menimpa ? Atau pembangkitnya adalah menegakkan hak ibadah, mencari kasih

    sayang dan kedekatan serta sarana menuju kepada Allah ?

    Dan posisi pertanyaanya adalah : apakah anda mengerjakan amalan untuk pencipta anda kerjakan

    untuk mendapatkan bagian dunia atau keingingan nafsu anda?

    Yang kedua adalah pertanyaan tentang keteladanan terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

    dalam peribadatan tersebut, yaitu apakah amalannya termasuk dari perkara yang disyariatkan Allah

    melalui lisan para rasulNya atau amalannya tidak disyariatkan dan diridhaiNya ?

    Maka kesimpulannya yang pertama pertanyaan tentang keihlasan dan kedua tentang keteladanan

    terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sesungguhnya tidaklah menerima amalan kecuali

    dengan kedua faktor itu.

    Kemudian jalan terbebas dari pertanyaan pertama dengan cara memurnikan keihlasan dan jalan

    terbebas dari pertanyaan kedua dengan memurnikan keteladanan terhadap shallallahu alaihi wa sallam

    dan selamatnya hati dari kehendak yang menghalangi keihlasan dan hawa nafsu yang menghalangi dari

    meneladani petunjuk shallallahu alaihi wa sallam.

    Itulah hakikat keselamatan hati yang menjamin kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan ahirat.

    o Kedua : Hati Yang Mati

    Yaitu hati yang tidak ada unsur kehidupan padanya. Hati yang tidak mengenal penciptanya, tidak

    menyembah dengan perintahNya, apa yang diridhai dan dicintaiNya. Bahkan ia selaras dengan nafsu dan

    kelezatannya meskipun padanya terdapat kemarahan dan kemurkaan penciptanya. Ia tidak

    memperdulikan manakala telah sukses dengan nafsu dan bagian dunianya, apakah rabnya ridha atau

    murka kepadanya. Ia menyembah selain Allah dengan cinta, takut, mengharap, ridha, marah,

    pengagungagn dan kehinaan, jika ia mencintai maka mencintai karena nafsunya, jika marah maka marah

    karena nafsunya, jika memberi maka memberi karena nafsunya dan jika menolak maka menolak karena

  • nafsunya. Maka di sisinya hawa nafsunya lebih ia utamakan dan cintai daripada keridhaan maulanya.

    Maka hawa nafsu adalah imamnya, syahwat penuntunnya, kebodohan sopirnya dan kelalaian

    tunggangannya.

    Ia tenggelam dalam angan-angan meraih tujuan-tujuan pribadi, mabuk dan cinta dunia. Diseru

    kepada Allah dan negeri ahirat dari tempat yang amat jauh, sehingga tidak menerima nasihat dan

    mengikuti setan yang jahat. Dunia yang menjadikannya marah dan ridha dan hawa nafsu menulikan dan

    membutakannya dari kebenaran. Maka dia di dunia ini seperti orang yang mabuk cinta kepada perempuan

    cantik bernama Laila :

    Ia adalah musuh bagi orang yang memusuhi Laila dan tunduk kepada keluarganya

    Dan orang yang dekat dengan Laila maka ia dekat

    Bergaul dengan orang semacam ini menyakitkan hati, berkeluarga dengannya meracuni dan duduk-

    duduk bersamanya membinasakan.

    o Ketiga : Hati Yang Sakit

    Hati yang mempunyai unsur kehidupan dan penyakit. Ia mempunyai dua materi yang terkadang

    menariknya ke kepadanya dan terkadang yang lainnya menariknya kepadanya.

    Padanya terdapat kecintaan, kembali, keihlasan, keimanan dan ketawakalan kepada Allah yang

    merupakan materi kehidupan hatinya.

    Dan padanya terdapat materi kecintaan terhadap syahwat, mendahulukannya dan tamak dalam

    meraihnya, dengki, bangga diri, sombong, suka kedudukan yang tinggi dan kerusakan di bumi dengan

    kepemimpinan yang merupakan materi kebinasaan dan kerusakan hatinya.

    Hati yang selalu diuji dua ajakan : penyeru yang mengajak kepada Allah dan rasulNya dan negeri

    ahirat dan penyeru yang mengajak kepada kesenangan dunia.

    Ia memenuhi ajakan yang paling dekat pintu dan tinggalnya.

    Maka hati yang pertama hati yang hidup, tobat, lembut dan berakal. Dan hati yang kedua hati yang

    kering dan mati. Ketiga, hati yang sakit, bisa jadi lebih dekat kepada keselamatan atau kebinasaan.

    Allah telah menjelaskan ketiga hati tersebut di atas dalam firmanNya:

    Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun maupun seorang nabi, melainkan apabila ia membaca ayat-ayat, syaitan memasukkan makarnya terhadap

    bacaannya maka Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan

    menguatkan dan menjaga ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

    Bijaksana. Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai fitnah1

    bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang mati hatinya. Dan

    1Yaitu syirik, nifak, keraguan dan kekafiran seperti orang-orang musrik yang bangga dengan kekafiran yang mereka

    yakini dari sisi Alloh Taala padahal dari setan. (Ibnu Katsir)

  • sesungguhnya orang-orang yang zalim itu (orang-orang munafik dan orang-orang kafir),

    benar-benar dalam kesesatan yang sangat. 54. Dan agar orang-orang yang telah diberi

    ilmu yang bermanfaat, mengetahui bahwasanya Al Qur'an itulah yang benar dari Rabmu

    lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah

    Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus di dunia dan

    ahirat. (AlHajj :52-54)

    Maka dalam ayat yang mulia ini Allah menjadikan hati menjadi tiga bagian : dua hati yang senantiasa

    diuji dan satu hati yang selamat : dua hati yang diuji yaitu hati yang berpenyakit dan hati yang mati. Dan

    hati yang selamat yaitu hati orang beriman yang kembali kepada rabbnya dalam keadaan tenang, tunduk

    dan berserah diri kepadaNya.

    Yang demikian itu karena hati dan anggota badan yang lainnya diharapkan sehat dan selamat tidak

    ada penyakitnya sama sekali, siap melaksanakan tugas yang dipikulkan kepadanya dan diciptakan

    untuknya (ibadah).

    Dan keluarnya hati dari keistiqomahan disebabkan oleh : kekeringan, keras dan tidak melaksanakan

    apa yang ditugaskan kepadanya seperti lidah yang bisu dan mata yang tidak melihat apa-apa, dan bisa jadi

    karena penyakit dan kerusakan padanya yang menghalanginya dari kesempurnaan perbuatan-perbuatan

    tersebut dan jatunya pada sumbatan.

    Oleh karena itu hati terbagi menjadi tiga bagian :

    Maka hati yang sehat dan selamat : senantiasa menerima, mencintai dan mendahulukan kebenaran. Ia

    selalu tepat dalam mencapai kebenaran, tunduk dengan sempurna dan menerimanya.

    Hati yang mati dan keras: tidak menerima dan tunduk kepada kebenaran.

    Dan hati yang sakit : jika dikuasai oleh penyakitnya maka ia bergabung bersama dengan hati yang

    mati dan keras dan jika sedang sehat maka ia bergabung bersama denga hati yang selamat.

    Maka kalimat dan pendengaran yang dilemparkan setan, kesamaran agama dan keraguan dalam hati

    merupakan fitnah (ujian ) yang berat bagi dua hati yang terahir dan menguatkan hati yang hidup dan

    selamat karena ia menolak, tidak menyukai dan membencinya dan mengetahui bahwa kebenaran dalam

    menyelisihinya, lalu ia menerima, tenang dan tunduk kepadanya dan mengetahui kebatilan yang

    dilemparkan setan kepadanya, sehingga bertambah keimanannya kepada kebenaran dan mencintainya,

    mengingkari dan membenci kebatilan. Kemudian di sisi lain hati yang terfitnah (teruji) dalam keraguan

    di hadapan gangguan setan tersebut.

    Adapun hati yang sehat, gangguan setan itu tidak sama sekali tidak membahayakannya sedikit pun.

    Hudzaifah bin AlYaman berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ftinah-fitnah

    (cobaan-cobaan) dinampakkan pada hati seperti dianyamnya tikar seutas demi seutas, hati mana saja yang

    menerimanya, terkotori oleh satu titik hitam di atasnya, hati mana saja yang mengingkarinya, terbentuk

    satu titik putih di atasnya sampai hati menjadi dua keadaan : hati yang hitam kelam seperti cangkir yang

    terbalik, tidak mengetahui kebaikan dan mengingkari kemungkaran kecuali apa yang diterima oleh

    nafsunya. Dan hati yang putih, tidak ada yang membahayakannya ftinah apa pun selama masih ada langit-

    langi dan bumi.

    Maka kerancuan (agama ) adalah fitnah-fitnah yang meresap ke dalam hati sedikit demi sedikit

    seperti anyaman tikar sedikit demi sedikit.2

    Dan beliau shallallahu alaihi wa sallam membagi hati ketika datangnya fitnah menjadi dua :

    2 Akan tetapi banyak manusia yang tidak sadar.

  • Hati yang menerima fitnah ketika datang kepadanya, seperti bunga karang menyerap air lalu

    berbintik hitam di atasnya, ia selalu menyerap fitnah yang datang kepadanya sampai menghitam

    warnanya dan terbalik. Jika ia telah hitam dan terbalik maka datang kepadanya dua kerusakan penyakit

    yang berbahaya yang melemparkannya ke dalam kebinasaan :

    Pertama : kesamaran baginya antara yang baik dengan yang jelek (munkar), sehingga tidak

    mengetahui yang baik dan mengingkari yang munkar dan terkadang penyakit ini sangat parah sampai ia

    meyakini yang baik sebagai kemunkaran dan kemunkaran sebagai kebaikan, sunnah sebagai bidah,

    bidah sebagai sunnah dan kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai kebenaran.

    Kedua : berhukum dengan nafsu, tunduk dan mengikutinya daripada syriat yang dibawa Rasulullah

    shallallahu alaihi wa sallam.

    Dan hati yang putih bercahaya dengan keimanan dan lentera-lenteranya meneranginya, jika datang

    ftinah kepadanya, mengingkari dan menolaknya, lalu bertambahlah kekuatan cahaya dan terangnya.

    Dan fitnah yang mendatangi hati manusia adalah penyebab sakitnya yaitu fitnah nafsu dan

    kesamaran, termasuk di dalamnya : kesesatan, maksiat, bidah, kedhaliman dan kebodohan.

    Fitnah pertama menyebabkan kerusakan tujuan dan kehendak.

    Fitnah kedua menyebabkan kerusakan ilmu dan keyakinan.

    Dan para sahabat membagi hati menjadi empat sebagaimana yang diriwayatkan dari Hudzaifah bin

    AlYaman katanya : Hati ada empat : hati yang bersih padanya lampu yang menerangi seperti hati orang

    beriman, hati yang tertutup seperti hatinya orang kafir, hati yang terbalik seperti hati orang munafik yang

    mengetahui kebenaran kemudian mengingkarinya, melihat kemudian membuta dan hati yang ditarik oleh

    dua materi : materi iman dan materi kenifakan maka ia bersifat sesuai dengan materi yang

    mendominasinya. Wallohu alam. (Ighotsatul Lahfan, Imam Ibnul Qoyyim)