M. Andi Firdaus.FSH.pdf

101
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: M. Andi Firdaus NIM. 109048000064 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Transcript of M. Andi Firdaus.FSH.pdf

Page 1: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL

PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI INDONESIA

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

M. Andi FirdausNIM. 109048000064

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

ii

Page 3: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini berjudul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAPPENANAMAN MODAL PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DIINDONESIA telah diujikan dalam Sidang Munaqosah Fakultas Syariah danHukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta padatanggal 5 Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 5 Mei 2014

Mengesahkan

Dekan

Dr. JM. Muslimin, M.A.NIP. 196808121999031014

PANITIA UJIAN:

Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H.

NIP. 195510151979031002

Sekretaris : Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum.

NIP. 196509081995031001

Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H.

NIP. 195510151979031002

Penguji 1 : H. Syafrudin Makmur, S.H., M.H.

Penguji 2 : Nahrowi, S.H., M.H.

NIP.

Page 4: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil plagiat karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 April 2014

M. Andi Firdaus

Page 5: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

v

ABSTRAK

M. ANDI FIRDAUS, NIM: 109048000064, Perlindungan Hukum terhadapPenanaman Modal Pada Bidang Usaha Perkebunan di Indonesia, Strata satu(S1), Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariahdan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1435H / 2014 M. x + 91 Halaman.

Penelitian ini dilakukan karena banyaknya permasalahan yang menghambatterciptanya penanaman modal di Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini adalahsebagai berikut, (1) Untuk mengetahui substansi hukum penanam modal asingmaupun dalam negeri. (2) Untuk mengetahui perlindungan hukum penanamanmodal asing maupun dalam negeri. (3) Untuk mengetahui faktor-faktor yangmenghambat terhadap penanaman modal asing dan dalam negeri di bidangusaha perkebunan di Indonesia.

Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kepustakaan bersifatyuridis normatif. Yuridis normatif artinya penelitian yang dilakukan mengacupada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dannorma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang menyangkutkebiasaan yang berlaku di masyarakat.

Kesimpulan dari analisis yang dilakukan adalah bahwa kurangnya kepastianhukum bagi penanaman modal adalah sumber dari kekhawatiran penanamanmodal selama ini. Adapun selain itu, korupsi pada lingkungan pengadilan danpemerintahan, aparatur penagak hukum yang tidak berkualitas, demonstrasiyang anarkis, dan belum terciptanya clean business system yang bebas dariperilaku KKN juga merupakan sumber lain dari kekhawatiran penanamanmodal di Indonesia.

Kata Kunci: perlindungan hukum penanaman modal.

Pembimbing Dr. Djawahir Hejazziey S.H., M.A., M.H.

Sumber rujukan dari tahun 1969 Sampai 2014.

Page 6: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, serta hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL

PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI INDONESIA. Sholawat dan

salam tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

kita kepada jalan yang lurus dan diridhai oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa terdapat masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Namun demikian penulis tetap berusaha

menyelesaikannya dengan kesungguhan dan kerja keras. Selanjutnya, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. H. JM. Muslimin M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H., selaku ketua prodi Ilmu

Hukum dan telah bersedia menjadi pembimbing penulisan skripsi ini

dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian memberikan masukan

positif penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai dan sesuai

dengan arahan penelitian.

4. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., selaku sekretaris prodi Ilmu Hukum

yang senantiasa memberikan perhatian kepada skripsi saya ini.

Page 7: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

vii

5. Abdurrauf L.c., M.A., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan masukannya selama beberapa tahun kepada

penulis. Semoga apa yang telah bapak arahkan kepada penulis dapat

bermanfaat dan dibalas oleh Allah SWT.

6. Segenap Dosen beserta Staf Karyawan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

baik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, serta

memberikan perhatian dan kasih sayang kepada penulis sehingga

meninggalkan kesan bahagia selama masa studi di lingkungan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Terima kasih sebesar-besarnya kepada ayahanda Almaruhum

Muhammad Mundzir dan Ibunda Hartati Soeparno yang telah

memberikan doa untuk penulis menyelesaikan skripsi ini, nafkah dan

kasih sayang selama ini, serta pengorbanan kepentingannya untuk

mendahulukan studi penulis.

8. Terima kasih sebesar-besarnya kepada saudara-saudara kandung

penulis, Sany Asy’ari S.Kom, dan Lukman Arifin S.E., beserta pakde,

bude, om, tante, dan saudara-saudara sepupu dari keluarga besar

Muhammad Said dan keluarga besar Soeparno yang telah memberikan

dorongan berbentuk motifasi, inspirasi, maupun finansial untuk penulis

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kawan-kawan Ilmu Hukum angkatan 2009 yang telah saling bantu-

membantu selama proses perkuliahan sehingga tugas-tugas dan

penulisan skripsi ini dapat selesai sebagaimana mustinya.

10. Civitas akademika universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta yang terlibat aktif di Fathullah Gulen Chair, Organisasi

Indonesia-Turki Pasiad, dan Dershane yang telah saling menasehati,

Page 8: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

viii

mendidik, dan mengawasi. Semoga Allah terus menjaga keimanan kita

serta terus melakukan hizmet dimanapun lingkungan kita.

11. Teman-teman Fakultas Syariah dan Hukum yang mengenal dan

berteman baik dengan penulis, semoga teman-teman semua sukses dan

sejahtera di masa yang akan datang.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah

memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas semua kebaikan.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan segenap civitas akademika dan masyarakat pada umumnya.

Jakarta, 1 April 2014

M. Andi Frdaus

Page 9: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI………………………..……………ii

LEMBAR PERNYATAAN……………………….……………………….iii

ABSTRAK…………………………………………………………………iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………...v

DAFTAR ISI……………………………………………………………..viii

BAB I PENDAHULUAN…..………………………………………….1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………..6

D. Tinjauan (Review) Terdahulu dan Buku yang Diterbitkan…7

E. Kerangka Konseptual………………………………….……8

F. Metode Penelitian…………………………………………13

G. Sistematika Penelitian…………………………………..…16

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………19

A. Pengertian Perlindungan Hukum………………………….19

B. Bentuk Perlindungan Hukum……………………………...27

C. Hak dan Kewajiban Penanam Modal……………………...30

BAB III PENANAMAN MODAL DI INDONESIA……………..……39

A. Definisi Penanaman Modal………………………………..39

Page 10: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

x

B. Sejarah Perkembangan Penanaman Modal………………..44

C. Manfaat penanaman Modal………………………………..51

D. Definisi Hukum Penanaman Modal…………………….…55

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN

MODAL PADA BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI

INDONESIA…………………………………………...…….58

A. Substansi Hukum Penanaman Modal di Indonesia………58

B. Perlindungan Hukum bagi Penanaman Modal di

Indonesia………………………………………………….65

C. Faktor yang Menghambat Penanaman Modal pada Bidang

Usaha Perkebunan di Indonesia……………………….…70

D. Analisis Penulis………………………………………..…79

BAB V PENUTUP……………………………………………………..84

A. Kesimpulan……………………………………………….84

B. Saran…………………………………………………...…86

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………88

Page 11: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara ekonomi berkembang. Untuk membangun

perekonomian, diperlukan adanya modal atau investasi yang besar. Kegiatan

investasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1967, yaitu sejak

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman

Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman

Modal Dalam Negeri. Keberadaan kedua dasar hukum atau bisa disebut

instrumen hukum ini diharapkan agar investor, baik investor asing maupun

investor dalam negeri, dapat menanamkan modalnya dengan mudah di

Indonesia.

Perekonomian suatu negara tergantung pada banyaknya para penanam

modal pada negara tersebut. Semakin banyak para penanam modal atau

pengusaha pada suatu negara, maka semakin kuat pertumbuhan perekonomian

negara tersebut. Yang kita semua telah ketahui bahwa perekonomian Indonesia

mengalami pasang surut arus modal. Menurut hasil penelitian atau riset yang

dilakukan oleh berita harian sindo menyatakan bahwa, suatu negara akan

makmur jika warga negaranya minimal memiliki 2% pengusaha atau investor,

sedangkan Indonesia hanya memiliki 0,24% pengusaha atau investor dari total

warga negaranya. Indonesia kalah sangat jauh jika dibandingkan dengan

Page 12: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

2

Amerika yang memiliki 11% dari warganegaranya yang menjadi pengusaha

atau investor.1

Kendala yang terjadi dalam penanaman modal di Indonesia sejak

reformasi adalah jumlah investasi baik domestik maupun asing mengalami

penurunan yang sangat drastis. Hal ini dapat terlihat pada data BKPM, bahwa

pada periode Januari hingga Oktober 2004, jumlah investasi asing sebanyak

8,85 miliar dollar AS, dengan jumlah proyek sebanyak 969 proyek, sedangkan

sebelum reformasi yaitu pada tahun 1995, jumlah investasi asing yang

ditanamkan di Indonesia sebanyak 39.891 miliar dollar AS, dengan jumlah

proyek sebanyak 783 proyek.

Pada masa Orde Baru, jumlah investasi di Indonesia berjalan

meningkat. Hal ini disebabkan pulihnya stabilitas politik, ekonomi, keamanan

dan pertahanan, sosial dan kemasyarakatan dalam keadaan membaik dan

terkendali sehingga para investor domestik mendapat perlindungan dan jaminan

keamanan dalam berusaha di Indonesia. Namun tidak untuk jumlah investor

asing yang di menginvestasikan modalnya di Indonesia, sebaliknya malah

mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan sering terjadi konflik di dalam

masyarakat, sehingga mengakibatkan investor asing menghindar berinvestasi di

Indonesia.

1 News, Sindo, “Wirausaha RI masih jauh tertinggal”, artikel diakses pada 14November 2012 dari http://www.sindonews.com/read/2012/04/13/450/610831/wirausaha-ri-masih-jauh-tertinggal.

Page 13: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

3

Ada dua hambatan atau kendala yang dihadapi dalam menggerakan

investasi di Indonesia, yaitu kendala internal dan eksternal. Kendala internal

meliputi kesulitan perusahaan mendapatkan lahan atau lokasi proyek yang

sesuai, kesulitan mendapatkan bahan baku, kesulitan dana, kesulitan

pemasaran, dan adanya sengketa atau perselisihan di antara pemegang saham di

perusahaan tertentu. Sedangkan kendala eksternal meliputi faktor lingkungan

bisnis yang tidak mendukung serta kurang menariknya insentif yang diberikan

pemerintah, ketidak pastiaan hukum, ketidak amanan dan instabilitas politik.

Sumber dari kekhawatiran investor terletak pada kurangnya kepastian

hukum bagi investor, terutama investor asing. Kurangnya perlindungan hukum

sudah tidak lagi pada tahapan nasionalisasi oleh pemerintah, melainkan pada

paling tidak ada enam hal. Pertama, banyak kontrak jangka panjang sebagai

perlindungan investasi antara pihak asing dengan pihak Indonesia dibatalkan

oleh pengadilan. Kedua, aparatur penegak hukum dianggap kurang mampu

meredam demonstrasi para buruh yang mengarah pada anarkisme. Ketiga,

investor asing menjadi bulan-bulanan oleh para pejabat pemerintah baik di

pusat maupun di daerah untuk hal-hal yang terkait dengan uang sehingga tidak

ada ketenangan investor asing berinvestasi di Indonesia.

Keempat, perlindungan hukum tidak memadai karena kerap terjadi

konflik horizontal antar-departemen di pusat dan konflik vertikal antara pusat

dengan daerah terkait dengan kebijakan dan peraturan investasi. Kelima,

Page 14: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

4

berbagai peraturan perundang-undangan di bidang hak kekayaaan intelektual

tidak berfungsi sebagaimana diharapkan oleh para investor asing. Akibatnya,

keuntungan yang diharapkan tidak kunjung terwujud dengan maraknya

pembajakan. Keenam, peraturan perundang-undangan penanaman modal tidak

dapat melindungi investor karena implementasinya tidak seindah seperti yang

tertulis. Akibatnya, para pengamat ekonomi berpendapat tidak nyaman

berinvestasi di Indonesia oleh investor asing.

Penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata

maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain. Penanaman modal

asing dikonstruksikan sebagai pemindahan modal asing dari negara yang satu

ke negara yang lain, tujuannya ialah mendapatkan keuntungan. Unsur

penanaman modal asing yaitu: dilakukan secara langsung, menurut undang-

undang, dan digunakan untuk menjalankan usaha di Indonesia.

Perusahaan swasta nasional merupakan perusahaan yang seluruh

modalnya dimiliki oleh pihak swasta. Perusahaan asing merupakan perusahaan

yang seluruh modalnya berasal dari asing atau merupakan kerjasama antara

modal asing dengan modal domestik. Pemilikan modal domestik minimal 5%,

sedangkan orang asing maksimal 95%.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai perlindungan hukum bagi penanam modal

Page 15: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

5

dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN

HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL PADA BIDANG USAHA

PERKEBUNAN DI INDONESIA”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian ini hanya pada

perlindungan dan kepastian hukum penanaman modal asing maupun dalam

negeri terutama pada bidang usaha perkebunan di Indonesia. Pembahasan

skripsi ini akan menitik beratkan pada bagaimana penjelasan hukum

penanaman modal yang menjadi pacuan perlindungan penanaman modal, baik

penanam modal asing maupun penanam modal dalam negeri yang

menanamkan modal pada bidang usaha perkebunan di Indonesia. Hukum

investasi yang dibahas pada umumnya adalah hukum investasi yang berkaitan

dengan investasi asing maupun investasi dalam negeri.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang diuraikan di atas, maka beberapa masalah pokok

yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana substansi hukum tentang penanaman modal?

b. Bagaimana perlindungan hukum penanaman modal baik asing maupun

dalam negeri?

Page 16: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

6

c. Faktor apa saja yang menghambat terhadap penanaman modal asing dan

dalam negeri di bidang usaha perkebunan di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka tujuan penulisan

penelitian adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui substansi hukum penanam modal asing maupun

dalam negeri.

b. Untuk mengetahui perlindungan hukum penanaman modal asing

maupun dalam negeri.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat terhadap penanaman

modal asing dan dalam negeri di bidang usaha perkebunan di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka manfaat dari

penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Manfaat Teoritis

1) Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah

dan merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut ke dalam bentuk

tulisan.

Page 17: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

7

2) Menerakan teori-teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan

dan menghubungkannya dengan praktik di lapangan.

3) Untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan di bidang hukum

pada umumnya maupun di bidang hukum bisnis pada khususnya

yaitu dengan mempelajari litelatur yang ada di kombinasikan

dengan perkembangan yang terjadi di lapangan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan sebuah

masukan bagi perkembangan hukum tentang perlindungan hukum

penanaman modal di Indonesia dan untuk mengetahui penerapan asas-asas

yang dilakukan dalam menangani kasus divestasi di Indonesia.

D. Tinjauan (Review) Terdahulu dan Buku yang Diterbitkan

Dalam pembuatan skripsi ini penulis menjumpai berbagai penelitian

yang juga membahas bidang penanaman modal terutama menyangkut

penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing, di antaranya

sebagai berikut.

1. Jurnal yang ditulis oleh Ratna Juliawati yang berjudul Pengaruh

Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Realisasi

Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Kesempatan Kerja

Kabupaten/Kota di Kalimantan. Jurnal tersebut mempunyai kesamaan

Page 18: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

8

dengan penulis yaitu pada pembahasan penanaman modal asing dan

penanaman modal dalam negeri, namun yang membedakan dengan

penulis adalah bahwa penulis lebih menekankan perlindungan hukum

pada penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri.

2. Skripsi yang ditulis oleh Dikki Ryandi S mahasiswa program studi Ilmu

Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta tahun

2010, yang berjudul Ketidakpastian Hukum Penanaman Modal di

Bidang Usaha Pertambangan. Dari judul yang disebutkan dapat dilihat

bahwa skripsi tersebut judulnya lebih spesifik kepada bidang usaha

pertambangan danketidakpastian hukum, sedangkan penulis lebih

spesifik kepada perlindungan hukum terhadap penanaman modal asing

dan dalam negeri di bidang usaha perkebunan di Indonesia.

3. Buku yang ditulis oleh H. Salim HS., S.H., M.S. yang berjudul Hukum

Divestasi di Indonesia. Buku tersebut memiliki isi mengenai istilah,

pengertian, teori mengenai divestasi, kajian normatif terhadap divestasi

pemerintah, dll yang digunakan sebagai bahan untuk mengisi bab dan

subbab yang ada pada skripsi ini.

E. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa istilah yang akan sering

digunakan, antara lain:

Page 19: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

9

1. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik

oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam

negeri.

3. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam

negeri.

4. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing,

perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum

asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh

modalnya dimiliki oleh pihak asing.

5. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik

Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang

berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

6. Tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain.

Page 20: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

10

7. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan

maksud bekerja di wilayah Indonesia.

8. Arbitrase adalah cara menyelesaikan suatu sengketa perdata di luar

pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat

secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

9. Pengadilan Negeri adalah pengadilan negeri yang daerah hukumnya

meliputi tempat tinggal termohon.

10. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang

bersengketa atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri atau lembaga

arbitrase, untuk memberi keputusan mengenai sengketa tertentu yang

diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.

11. Putusan Arbitrase Internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh

suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum

Republik Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter

perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik Indonesia

dianggap suatu putusan arbitrase Internasional.

12. Perlindungan hukum adalah suatu pemberian jaminan atau kepastian

bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan

kewajibannya, sehingga yang bersangkutan merasa aman.

Pembangunan nasioal khususnya di bidang ekonomi masih sangat

membutuhkan peran dari orang asing atau bantuan dari luar negeri maupun

Page 21: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

11

peran dari penanam modal dalam negeri, yang kemudian mereka menanamkan

modalnya ataupun menginvestasikan uangnya bersama-sama dengan tunduk

kepada hukum yang berlaku di Indonesia.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal, penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya

maupun yang berpatungan dengan modal dalam negeri.

Dengan demikian, menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25

tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, pemerintah menetapkan kebijakan

dasar penanaman modal untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional

yang kondusif bagi penanaman modal untuk menguatkan daya saing

perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan penanaman modal.

Menurut Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal, penanaman modal yang dilakukan tersebut juga bertujuan

untuk:

1. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional

2. Menciptakan lapangan kerja

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional

Page 22: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

12

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

6. Mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Untuk penanaman modal asing tersebut diperlukan pengaturan

pemerintah dalam memberikan arah terhadap penanaman modal asing yang

dilaksanakan di Indonesia agar dapat berperan dalam pembangunan nasional.

Kebijaksanaan penanaman modal asing di Indonesia, ditetapkan berdasarkan

pemikiran bahwa penanaman modal asing harus dapat memberikan kontribusi

untuk memperkuat dan memperkukuh struktur perekonomian nasional. Dengan

adanya berbagai pengaturan terhadap penanaman modal asing tidak lain

dimaksudkan untuk lebih memberikan peluang kepada penanam modal asing

yang lebih luas dalam melaksanakan kegiatan penanaman modalnya di

Indonesia melalui dukungan iklim penanaman modal asing yang kondusif.2

Hukum penanaman modal di Indonesia itu sendiri sudah diatur pada

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal yang di dalamnya telah ditentukan 10 asas dalam penanaman modal.

Kesepuluh asas itu antara lain:

2Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007),h. 37-38.

Page 23: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

13

1. kepastian hukum

2. keterbukaan

3. akuntabilitas

4. perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan asal negara

5. kebersamaan

6. efisiensi berkeadilan

7. berkelanjutan

8. berwawasan lingkungan

9. kemandirian

10. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional

Bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia

harus mengukuti prosedur-prosedur dan syarat-syarat yang sudah ditentukan,

dalam hal ini yang berurusan dengan penanaman modal secara terpadu adalah

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Untuk melaksanakan bidang

usahanya, investor juga memerlukan tenaga kerja dari masyarakat yang ada di

negara tempat tujuan investor menanamkan modalnya maupun tenaga kerja

asing yang keseluruhannya terkait dengan ketenagakerjaan di Indonesia.

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif. Yuridis normatif artinya

Page 24: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

14

penelitian yang dilakukan mengacu pada norma hukum yang terdapat pada

peraturan perundang-undangan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat

atau juga yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat.3

2. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis

normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-

undangan (statute approach), pendekatan analisis (analytical approach), dan

pendekatan historis (historical approach). Pendekatan perundang-undangan

dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang penormaan justru kondusif bagi

terselenggaranya perlindungan penanam modal di Indonesia. Pendekatan analisis

berguna mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan

dalam aturan perundang-undangan. Pendekatan historis dilakukan untuk

mengetahui sejarah perjalanan perlindungan penanaman modal di Indonesia.

3. Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder

terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier.

3 Soerdjono, Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan didalam Penelitian Hukum, (Jakarta : Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia, 1979), h. 18.

Page 25: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

15

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat kepada

masyarakat berupa peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan perlindungan penanam modal asing maupun penanam modal

dalam negeri di Indonesia. Bahan hukum primer meliputi peraturan

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan peraturan perundang-undangan, dan putusan-putusan

hakim.4

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan

kejelasan mengenai bahan hukum primer berupa buku-buku yang

berkaitan dengan penanaman modal, surat kabar, majalah, serta artikel.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum

sekunder, berupa kamus bahasa Indonesia, kamus ekonomi, ensiklopedi,

bibliografi, website resmi dalam internet, dan wawancara.

4. Pengumpulan Data

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum

tersier yang telah didapatkan itu kemudian dikumpulkan berdasarkan rumusan

masalah dan diklasifikasikan menurut sumber hierarkinya.

4 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. cet. VI, (Jakarta : Kencana, 2010), h.141.

Page 26: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

16

5. Analisis Data

Karena pendekatan data utama penelitian ini adalah normatif, maka

akan dilakukan dengan analisis isi (content analisis). Teknik analisis ini diawali

dengan mengkompilasi berbagai dokumen termasuk peraturan perundang-

undangan ataupun referensi-referensi hukum yang berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap penanaman modal pada bidang usaha

perkebunan di Indonesia. Kemudian hasil dari riset tersebut, selanjutnya dikaji

isi (content), baik terkait kata-kata (word), makna (meaning), simbol, ide, tema-

tema, dan berbagai pesan lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis tersebut

adalah: Pertama, semua bahan hukum yang diperoleh melalui normatif

disistematiskan dan diklasifikasikan menurut masing-masing objek

bahasannya; Kedua, setelah disistematiskan dan diklasifikasikan kemudian

dilakukan eksplikasi, yakni diuraikan dan dijelaskan sesuai objek yang diteliti

berdasarkan teori; Ketiga, bahan yang telah dilakukan evaluasi, dinilai dengan

menggunakan ukuran ketentuan hukum yang berlaku.

6. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis

dalam skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah

Page 27: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

17

pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.”

G. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”

dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri

atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun

perinciannya sebagai berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan, memuat: Latar Belakang Masalah,

dilanjutkan dengan Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu,

Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : Merupakan bab mengenai landasan teori. Bab ini membahas

mengenai pengertian perlindungan hukum, bentuk perlindungan

hukum, dan hak dan kewajiban penanaman modal.

BAB III : Merupakan bab yang berisi tentang penanaman modal di

Indonesia, diantaranya yaitu definisi penanaman modal, sejarah

perkembangan penanaman modal, manfaat penanaman modal,

dan definisi hukum penanaman modal.

Page 28: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

18

BAB IV : Merupakan bab analisis Perlindungan Hukum bagi Penanam

Modal. Dalam bab ini hasil dari penelitian yang kemudian

digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan dianalisis

menurut hukum oleh penulis. Adapun bab ini menjawab

permasalahan tentang substansi hukum penanaman modal di

Indonesia, perlindungan hukum bagi penanaman modal di Indonesia,

faktor yang menghambat penanaman modal di bidang usaha

perkebunan di Indonesia, dan analisis penulis.

BAB V : Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan

bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu penulis menarik

beberapa kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu penulis

menengahkan beberapa saran yang dianggap perlu.

Page 29: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perlindungan Hukum

Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan

antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa mengintegrasikannya

sehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin.

Istilah “hukum” dalam bahasa Inggris dapat disebut sebagai law atau

legal. Dalam subbab ini akan dibahas pengertian hukum ditinjau dari sisi

terminologi kebahasaan yang merujuk pada pengertian dalam beberapa kamus

serta pengertian hukum yang merujuk pada beberapa pendapat ataupun teori

yang disampaikan oleh pakar. Pembahasan mengenai hukum disini tidak

bermaksud untuk membuat suatu batasan yang pasti mengenai arti hukum

karena menurut Immanuel Kant pengertian atau arti hukum adalah hal yang

masih sulit dicari karena luasnya ruang lingkup dan berbagai macam bidang

yang dijadikan sumber ditemukannya hukum.

Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut KBBI

adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang

dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-undang, peraturan, dan

sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah

Page 30: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

20

tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan

oleh hakim dalam pengadilan, atau vonis.

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang

dinyatakan oleh R. Soeroso, S.H. bahwa hukum adalah himpunan peraturan

yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan

bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta

mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang

melanggarnya.

Menurut Mochtar Kusumaatmadja pengertian hukum yang memadai

harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaedah dan

asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus

pula mencakup lembaga atau institusi dalam proses yang diperlukan untuk

mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.

Menurut J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto S.H.

hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan

tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-

badan resmi yang berwajib.

Page 31: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

21

Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa pengertian hukum dapat dilihat

dari delapan arti1, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para

petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah,

hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti

ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti hukum dari

berbagai macam sudut pandang yang dikemukakan oleh Soedjono

Dirdjosisworo menggambarkan bahwa hukum tidak semata-mata peraturan

perundang-undangan tertulis dan aparat penegak hukum seperti yang selama ini

dipahami oleh masyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum. Tetapi hukum

juga meliputi hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan

masyarakat.

Dalam hal memahami hukum ada konsep konstruksi hukum. terdapat

tiga jenis atau tiga macam konstruksi hukum yaitu, pertama, konstruksi hukum

dengan cara memperlawankan. Maksudnya adalah menafsirkan hukum antara

aturan-aturan dalam peraturan perundang-undangan dengan kasus atau masalah

yang dihadapi. Kedua, konstruksi hukum yang mempersempit adalah

membatasi proses penafsiran hukum yang ada di peraturan perundang-

undangan dengan keadaan yang sebenarnya. Ketiga, konstruksi hukum yang

memperluas yaitu konstruksi yang menafsirkan hukum dengan cara

1 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. RajagrafindoPersada, 2008), h. 25-43.

Page 32: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

22

memperluas makna yang dihadapi sehingga suatu masalah dapat dijerat dalam

suatu peraturan perundang-undangan.

Menurut Hans Kelsen, hukum adalah ilmu pengetahuan normatif dan

bukan ilmu alam2. Lebih lanjut Hans Kelsen menjelaskan bahwa hukum

merupakan teknik sosial untuk mengatur perilaku masyarakat.3

Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahas Inggris disebut

dengan protection. Istilah perlindungan menurut KBBI dapat disamakan dengan

istilah proteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan memperlindungi,

sedangkan menurut Black’s Law Dictionary, protection adalah the act of

protecting.4

Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal

yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau

barang. Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang

diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Dengan demikian,

perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala upaya pemerintah untuk

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warga

negaranya agar hak-haknya sebagai seorang warganegara tidak dilanggar, dan

2 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta:Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006), h. 12.

3 Hans Kelsen, Dasar-Dasar Hukum Normatif, (Jakarta: Nusamedia, 2009), h. 343.4 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, ninth edition, (St. paul: West, 2009), h.

1343.

Page 33: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

23

bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang

berlaku.5

Pengertian perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan

sebagainya) memperlindungi. Dalam KBBI yang dimaksud dengan

perlindungan adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi. Sedangkan hukum

adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau yang data berlaku bagi

semua orang dalam masyarakat (negara).

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang

diberikan terhadap subyek hukun dalam bentuk perangkat hukum baik yang

bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun

tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran

dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu

keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.6

Adapun pendapat yang dikutip dari bebearpa ahli mengenai

perlindungan hukum sebagai berikut:

1. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

5 “Pemegang Paten Perlu Perlindungan Hukum”, Republika, 24 Mei 2004.6 Rahayu, 2009, Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. Peraturan Pemerintah RI,

Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Tatacara Perlindungan Korban dan Saksi Dalam PelanggaranHak Asasi Manusia Yang Berat Undang-Undang RI, Nomor 23 Tahun 2004 TentangPenghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Page 34: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

24

kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya

tersebut.7

2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban

dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati

martabatnya sebagai manusia.8

3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau

kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam

menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama

manusia.9

4. Menurut Hetty Hasanah perlindungan hukum yaitu merupakan segala

upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat

memberikan perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang

bersangkutan atau yang melakukan tindakan hukum.10

7 Satjipro Rahardjo, Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2003),h. 121.

8 Setiono, “Rule of Law”, (Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, UniversitasSebelas Maret, 2004), h.3.

9 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,(Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2003), h. 14.

10 Hetty Hasanah, “Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumenatas Kendaraan Bermotor dengan Fidusia”, artikel diakses pada 3 Februari 2014 darihttp://jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html.

Page 35: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

25

Menurut Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers,

perlindungan hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau

masyarakat kepada warganegara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban,

dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, perlindungan hukum adalah segala upaya

yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan

oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan,

pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan

pengadilan. Sedangkan perlindungan hukum yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah No.2 Tahun 2002 tentang Tatacara Perlindungan Terhadap Korban

dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat, perlindungan

hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat

penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik

maupun mental, kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan

kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan,

penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum

apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya.

2. Jaminan kepastian hukum.

Page 36: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

26

3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.

4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Esensi perlindungan hukum terhadap penanam modal adalah suatu

perlindungan yang memberikan jaminan bagi seorang penanam modal , bahwa

ia akan dapat menanamkan modalnya dengan situasi yang fair terhadap para

pihak yang terkait dengan hukum, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya,

terutama dalam hal mendapatkan akses informasi mengenai situasi pasar,

situasi politik dan masyarakat, asset yang dikelola oleh penanam modal,

peraturan perundang-undangan, dan lain sebagainya.

Dalam Islam hak memperoleh perlindungan terdapat dalam Al-Quran

(Q.S. Al-Balad/90: 12-17)11

( 12-17:90 / )

Artinya:

“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu

melepaskan budak dari perbudakan. Atau memberi makan pada hari

kelaparan. Kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat. Atau kepada orang

11 Dari Deklarasi Kairo atau Tim Penyusun PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani (Jakarta: IAIN JakartaPress, 2000), h. 217

Page 37: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

27

miskin yang sangat fakir. Dan dia tidak pula termasuk orang-orang yang

beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk

berkasih sayang” (Q.S. Al-Balad/90: 12-17).

Menurut Q.S. Al-Balad/90: 12-17 bahwa jalan yang berat ditempuh bagi

seorang muslim yang berkaitan dengan perlindungan hukum terdapat dalam

akhir ayat 17 yaitu saling berpesan untuk bersabar dan berkasih sayang. Kasih

sayang yang dimaksud ialah saling memberikan perlindungan hukum antara

pemerintah dengan penanam modal asing maupun domestik.

Kemudian, dalam ayat lain yaitu Al-Quran (Q.S. At-Taubah/9: 6)12

Allah berfirman bahwa:

6:9(

Artinya:

“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta

perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar

firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya.

Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui” (Q.S. At-

Taubah/9: 6).

12 Ibid.

Page 38: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

28

Menurut Q.S. At-Taubah/9: 6 bahwa kewajiban seorang muslim untuk

memberikan perlindungan kepada setiap manusia. Seorang muslim harus

memberikan perlindungan hukum terhadap sesama muslim, sebangsa, dengan

orang non-muslim dan warga negara asing.

Adapun hadits yang menyebutkan mengenai perlindungan hukum dan

pemberian hak keamanan yaitu:

وذمة المسلمین واحدة یسعى بھا أدناھم

Artinya:

Perlindungan kaum muslimin terhadap orang kafir adalah sama

walaupun jaminan itu diberikan oleh kaum muslimin yang paling rendah (HR.

Muslim Nomor 2344).

Dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa hak perlindungan kepada non

Muslim boleh diberikan oleh seorang Muslim. Apabila syarat-syarat pemberian

perlindungan telah terpenuhi, maka perlindungan yang diberikan oleh seorang

Muslim memiliki kekuatan yang sama dengan perlindungan yang diberikan

penguasa muslim. Atas dasar ini, maka pemberian perlindungan seorang

Muslim secara pribadi atau penguasa Muslim kepada orang non muslim adalah

sah. Sehingga seluruh kaum Muslimin dari penduduk suatu negara tertuntut

untuk menaatinya.

Page 39: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

29

B. Bentuk Perlindungan Hukum

Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economics, bentuk

perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu

bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).13 Bentuk

perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi

penegak hukum seperti pengadilan, kejaksaan, kepolisian, dan lembaga-

lembaga penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Hal ini

sejalan dengan pengertian hukum menurut Soedjono Dirdjosisworo yang

menyatakan bahwa hukum memiliki pengertian beragam dalam masyarakat dan

salah satunya yang paling nyata dari pengertian tentang hukum adalah adanya

institusi-institusi penegak hukum.

Perlindungan hukum sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan.

Menurut Soedirman Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan hukum adalah

mencapai keadilan. Maka dari itu, adanya perlindungan hukum merupakan

salah satu medium untuk menegakkan keadilan salah satunya penegakan

keadilan di bidang ekonomi khususnya penanaman modal.

Penegakan hukum dalam bentuk perlindungan hukum dalam kegiatan

ekonomi khususnya penanaman modal tidak bisa dilepaskan dari aspek hukum

13 Rafael La Porta, “Investor Protection and Cororate Governance; Journal of FinancialEconomics”, no. 58, (Oktober 1999): h. 9.

Page 40: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

30

perusahaan14 khususnya mengenai perseroan terbatas karena perlindungan

hukum dalam penanaman modal melibatkan beberapa pihak pelaku usaha

turutama pihak penanam modal, direktur, komisaris, pemberi izin dan

pemegang kekuasaan, serta pihak-pihak penunjang terjadinya kegiatan

penanaman modal seperti notaris yang mana para pihak tersebut didominasi

oleh subjek hukum berupa badan hukum berbentuk perseroan terbatas.

Subjek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum, yaitu

subjek hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan hukum. subjek

hukum orang pribadi atau natuurlijkepersoon adalah orang atau manusia yang

telah dianggap cakap menurut hukum. orang sebagai subjek hukum merupakan

pendukung atau pembawa hak sejak dia dilahirkan hidup hingga dia mati.15

Walaupun ada pengecualian bahwa bayi yang masih ada di dalam kandungan

ibunya dianggap telah menjadi sebagai subjek hukum sepanjang

kepentingannya mendukung untuk itu.

Selanjutnya, subjek hukum dalam hukum perdata adalah badan hukum

atau rechtspersoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia pribadi atau

14 Hukum perusahaan merupakan lapangan hukum yang berada dalam sistem hukumperdata. Dalam hukum perdata terdapat enam bidang hukum yaitu hukum perorangan, hukumkeluarga, hukum waris, hukum harta kekayaan yang didalamnya meliputi hukum kebendaandan hukum perikatan. Hukum perusahaan adalah hukum perikatan yang muncul dari lapanganperusahaan. Kedudukan hukum perusahaan terletak pada lapangan Hukum Dagang(pengkhususan hukum perdata), Hukum Administrasi Negara, dan Hukum Ekonomi. Lihar RTSutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Perusahaan yang berlaku di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996), h. 5-8.

15 H.R. Sardjono dan Frieda Husni Hasbullah, Bunga Rampai Perbandingan Hukumperdata, h. 143.

Page 41: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

31

dapat pula merupakan kumpulan dari badan hukum. Menurut Satjipto Rahardjo,

hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan

kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya secara

terukur. Kepentingan merupakan sasaran dari hak karena hak mengandung

unsur perlindungan dan pengakuan.16

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum atau legal

protection merupakan kegiatan untuk menjaga atau memelihara masyarakat

demi mencapai keadilan.17 Kemudian perlindungan hukum dikonstruksikan

sebagai bentuk pelayanan, dan subjek yang dilindungi.18

C. Hak dan Kewajiban Perlindungan Hukum

Hak adalah sesuatu yang harus kita dapatkan sedangkan kewajiban

adalah sesuatu yang harus kita kerjakan. Lahirnya suatu kontrak menimbulkan

suatu hubungan hukum perikatan yang mengakibatkan timbulnya hak dan

kewajiban. Pemenuhan hak dan kewajiban itulah yang menjadi akibat hukum

dari suatu kontrak. Dengan kata lain, akibat hukum kontrak sebenarnya adalah

pelaksanaan dari isi kontrak itu sendiri. Pasal 1339 KUHPer menyatakan bahwa

suatu kontrak tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas

16 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cet. VI (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), h.54.

17 Hilda Hilmiah Diniyati, “Perlindungan Hukum bagi Investor dalam Pasar Modal(Studi pada Gangguan Sistem Transaksi di Bursa Efek Indonesia)”, (Skripsi S1 FakultasSyariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 19.

18 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, “Penerapan Teori Hukum pada PenelitianTesis dan Disertasi”, cet. 1, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), h. 261.

Page 42: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

32

dinyatakan dalam kontrak tersebut, tetapi juga segala sesuatu yang menurut

sifat kontrak diharuskan atau diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-

undang. Tentang hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak tertuang dalam

isi perjanjian yang disepakati kedua belah pihak.19

Hak dan kewajiban penanam modal asing telah ditentukan dalam pasal

10, pasal 12, pasal 14, pasal 19, pasal 26, pasal 27 Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Kewajiban perusahaan penanam

modal asing antara lain:

1. Memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara

Indonesia, kecuali dalam hal yang diatur dalam pasal 11.

2. Melakukan kerja sama antara penanam modal asing dengan penanam

modal Indonesia.

3. Mengurus dan mengendalikan perusahaannya sesuai dengan asas-asas

ekonomi perusahaan dengan tidak merugikan kepentingan negara.

4. Memberikan kesempatan partisipasi bagi modal nasional secara efektif

setelah jangka waktu tertentu dan menurut pertimbangan yang

ditetapkan pemerintah.

5. Wajib menyelenggarakan dan atau menyediakan fasilitas latihan dan

pendidikan di dalam dan atau di luar negeri secara teratur dan terarah

19 “Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum dan Kontrak “Franchise”, artikeldiakses pada 3 Maret 2013 darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35732/6/Chapter%20III-V.pdf

Page 43: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

33

bagi warga negara Indonesia. Tujuannya adalah agar berangsur-angsur

tenaga kerja warga negara asing dapat digantikan oleh tenaga kerja

warga negara Indonesia.

Sedangkan hak penanam modal asing adalah:

1. pemakaian atas tanah seperti hak guna bangunan, hak guna usaha, dan

hak pakai.

2. Hak untuk mendatangkan atau menggunakan tenaga pimpinan dan

tenaga kerja ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum

dapat diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia.

3. Hak transfer dalam valuasi asli dari modal atas dasar nilai tukar yang

berlaku untuk:

a. Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak dan

kewajiban pembayaran lain di Indonesia.

b. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja asing yang

dipekerjakan di Indonesia.

c. Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut.

d. Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap.

e. Kompensasi dalam hal nasionalisasi.

Selain itu, hak dan kewajiban penanam modal khususnya penanaman

modal asing telah ditentukan dalam pasal 8, pasal 10, pasal 14, pasal 15, dan

Page 44: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

34

pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Hak penanam modal asing meliputi:

1. Mengalihkan asset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan.

2. Melakukan transfer dan repatriasi (pengiriman) dalam valuta asing.

3. Menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan

keahlian tertentu.

4. Mendapat kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

5. Mendapat informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang

dijalankannya.

6. Hak pelayanan.

7. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan.

Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal telah ditentukan

dalam pasal 14, 15, dan 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab itu meliputi:

1. Setiap penanaman modal berhak mendapatkan:

a. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang

dijalankannya.

c. Hak pelayanan.

Page 45: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

35

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Setiap penanam modal berkewajiban:

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan

menyampaikannya kepada Badan Koordinasi penanaman Modal.

d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan

usaha penanaman modal.

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Setiap penanam modal bertanggung jawab:

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang

tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian

jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau

menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah

praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara.

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Page 46: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

36

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

kesejahteraan pekerja.

f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan artinya

bahwa penanam modal tidak hanya mematuhi peraturan perundang-undangan di

bidang penanaman modal, tetapi juga di bidang lainnya seperti bidang

lingkungan hidup, kehutanan, perpajakan, pertanahan, dan lain-lain. Apabila

penanam modal melanggar peraturan perundang-undangan maka dapat

dikenakan sanksi berupa sanksi pidana, administratif, denda, dan perdata.

Peran kepolisian sebagai penegak hukum dituntut untuk mampu

melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap setiap bentuk tindak pidana,

termasuk upaya pembuktian secara ilmiah dengan memanfaatkan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi guna melindungi hak-hak penanaman modal.

Aktualisasi dari peran sebagai penegak hukum ini adalah:

1. Menguasai dan mahir dalam hukum acara pidana maupun perdata

sehingga mampu menghadapi setiap permasalahan hukum dengan tepat

dan dapat mengatasi kasus-kasus pelanggaran hak pada tingkat pra

peradilan.

2. Menguasai teknik dan taktik penyelidikan serta penyidikan sehingga

mampu membuat terang dan terungkapnya setiap tindak pidana yang

terjadi.

Page 47: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

37

3. Mempunyai semangat dan tekad yang kuat untuk menjadi “Crime

Hunter”dengan motto “Walaupun langit esok akan runtuh namun

hukum harus tetap ditegakkan.”

4. Mampu memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

membantu mengungkapkan pembuktian secara ilmiah dalam kasus-

kasus yang terjadi.

5. Mampu melakukan koordinasi dengan segenap instansi terkait dalam

usahanya menegakan hukum menurut sistem peradilan pidana

khususnya dan serta mengkoordinasikan dan mengawasi penyidik

pegawai negeri sipil dalam rangka perlindungan hak-hak penanaman

modal.

Budaya Paternalistik masih hidup dan melekat pada sebagian besar

masyarakat khususnya di kalangan masyarakat pedesaaan. hal-hal yang

diucapkan oleh pimpinan formal maupun informal walaupun terkadang

pernyataan itu tidak sesuai dengan hak penanam modal namun karena

diucapkan oleh pimpinan kharismatik lalu dianggap sebagai suatu kebenaran

atau walaupun dalam hati kecilnya menolak namun tidak berani

mengungkapkan kesalahan dari ucapannya tersebut. sehingga mengurangi hak

Page 48: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

38

dari penanam modal yang dapat juga dinamakan kesadaran Hukum Yang

Rendah.20

Dalam bekerjanya sistem peradilan pidana garis koordinasi dan

interkoneksi antar lembaga penegak hukurn untuk melaksanakan tahapan acara

pidana menunjukkan diferensiasi fungsional dari masing-masing lembaga. Pada

titik ini terdapat kerentanan terjadinya ego sektoral dari masing-masing

lembaga. Terdapat kecenderungan dalam praktik selama ini Pemasyarakatan

kurang memiliki kekuatan tawar yang kuat terhadap tiga institusi penegak

hukum yaitu, kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.21

20 Syamsiar Julia, “Pelanggaran HAM dan Peran POLRI dalam Penegakan Hukum diIndonesia”, Jurnal Akademik Universitas Sumatera Utara.

21 Hamdi Hasibuan, “Peranan Lembaga Kemasyarakatan dalam Penegakan Hukum danPerlindungan Hak Asasi Tahanan dan Narapidana (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan KelasII A Anak Medan)”, Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 49: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

39

BAB III

PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Definisi Penanaman Modal

Istilah penanaman modal berasal dari bahasa latin, yaitu investire yang

artinya memakai, sedangkan dalam bahasa inggris disebut dengan investment.

Dalam definisi penanaman modal dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan

untuk penaikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang modal,

dan barang modal itu akan dihasilkan produk baru.

Wikipedia Indonesia mengartikan investor atau penanam modal adalah

orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang

melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis

investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Terkadang istilah penanam modal ini juga digunakan untuk menyebutkan

seseorang yang melakukan pembelian properti, mata uang asing, komoditi,

derivatif, saham perusahaan, atau asset-aset lainnya dengan suatu tujuan untuk

memperoleh keuntungan dan bukan merupakan profesinya serta hanya untuk

jangka waktu tertentu.

Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai konsep teoritis

tentang penanaman modal. Fitzgeral mengartikan penanaman modal adalah

aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang

Page 50: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

40

dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan

barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.

Kamaruddin Ahmad mengartikan penanaman modal adalah penempatan uang

atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan

tertentu atas uang atau dana tersebut.

Penanaman modal menurut Sunariyah adalah penanaman modal untuk

satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan

harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian, dan produksi,

dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang

akan datang. Contohnya adalah membangun infrastruktur atau pabrik.

Menurut Ferdie Darmawan, penanaman modal merupakan salah satu

pilihan untuk mencapai kebebasan finansial dan tidak dibatasi oleh kesibukan,

waktu, maupun usia. Sedangkan menurut Losina Purnastuti, penanaman modal

merupakan komponen pengeluaran terbesar kedua setelah konsumsi.

Pembelanjaan investasi dipengaruhi oleh motif profit. Sapto Raharjo

mendefinisikan penanaman modal merupakan penggunaan dana atau modal

untuk pembelian instrumen pasar modal, seperti saham, obligasi, reksadana,

instrumen pasar uang, properti, dan lain-lain.

Page 51: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

41

Pakar lain yang berasal dari luar negeri, pada tahun 1993, yaitu Sharpe,

mendefinisikan penanaman modal merupakan mengorbankan aset yang dimiliki

sekarang guna mendapatkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan

jumlah yang lebih besar. Lalu Jones, pada tahun 2004 mendefinisikan

penanaman modal adalah komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau

lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang. Menurut Reilly and

Brown penanaman modal adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk

beberapa periode waktu ke masa depan guna mendapatkan penghasilan yang

mampu mengkompensasi pengorbanan investor yang serupa: keterikatan aset

pada waktu tertentu, tingkat inflasi, dan ketidaktentuan penghasilan pada masa

mendatang.

Muhammad Syakir Sula mendefinisikan penanaman modal adalah

menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada

sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan

meningkatkan nilainya di masa mendatang. Lalu, menurut Joko Salim,

penanaman modal adalah mengelola kelebihan dana untuk mendapatkan

keuntungan dan yang lebih besar lagi, syarat utama untuk melakukan investasi

adalah terlebih dahulu memiliki kelebihan dana.1

1 Muhammad Syakir, “Definisi Investasi”, artikel diakses pada 14 November 2012 darihttp://carapedia.com/pengertian_definisi_investasi_info2073.html.

Page 52: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

42

Dalam Ensiklopedia Indonesia, penanaman modal diartikan sebagai

penanaman uang atau modal untuk proses produksi dengan membeli gedung-

gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelengaraan uang kas, serta

perkembangannya. Dengan demikian, cadangan modal barang diperbesar

sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti.

Para ekonom mengemukakan pengertian yang berbeda-beda tentang

investasi. Yogianto mengemukakan bahwa investasi adalah penundaan

konsumsi saat ini untuk digunakan produksi yang efisien selama periode

tertentu. Tandelilin mendefinisikan investasi sebagai komitmen atas sejumlah

dana atau sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan

memperoleh keuntungan di masa mendatang.

Dalam sistem ekonomi konvensional, seseorang melakukan investasi

dengan motif yang berbeda-beda, di antaranya untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas, menabung agar mendapatkan pengembalian yang lebih besar,

merencanakan pensiun, berspekulasi, dan lain-lain. Sumantoro menyebutkan

tiga hal utama yang mendorong seseorang melakukan investasi, yaitu

mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang, menghindari

kemerosotan harta akibat inflasi, dan untuk memanfaatkan kemudahan ekonomi

yang diberikan pemerintah.

Page 53: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

43

Ada hal lain yang turut berperan dalam berinvestasi syariah. Investasi

syariah tidak selalu membicarkan persoalan duniawi sebagaimana yang

dikemukakan oleh para ekonom sekuler. Ada unsur lain yang sangat

menentukan berhasil atau tidaknya suatu investasi di masa depan, yaitu

ketentuan dan kehendak Allah. Sebagaimana terdapat pada Al-Qur’an (Q.S.

Lukman/31: 34):

34:31(

Artinya:

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang

Hari Kiamat. dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang

ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)

apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat

mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Islam memadukan antara dimensi dunia dan dimensi akhirat. Setelah

kehidupan dunia yang fana, ada kehidupan akhirat yang abadi. Setiap muslim

harus berupaya meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kehidupan dunia

hanyalah sarana dan masa yang harus dilewati untuk mencapai kehidupan yang

kekal di akhirat.

Page 54: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

44

Islam memandang semua perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-

hari, termasuk aktivitas ekonominya sebagai investasi yang akan mendapatkan

hasil (return). Investasi yang melanggar syariah akan mendapatkan balasan

yang setimpal, begitu pula investasi yang sesuai dengan syariah. Return

investasi dalam Islam sesuai dengan besarnya sumber daya yang dikorbankan.

Hasil yang akan didapatkan manusia dari investasinya di dunia bisa berlipat-

lipat ganda.

B. Sejarah Perkembangan Penanaman Modal

Pembicaraan tentang sejarah perkembangan penanaman modal tidak

lepas dari pembicaraan tentang gelombang atau periodisasi penanaman modal,

yaitu periode kolonialisme kuno, dan pasca-kemerdekaan.

Periode kolonialisme kuno dimulai pada abad ke-17 dan abad ke-18.

Melalui kebijaksanaan pemerintah Hindia-Belanda yang memperkenankan

masuknya modal asing dari Eropa untuk menanamkan modalnya dalam bidang

perkebunan.2 Kemudian adanya pengambilalihan kewajiban badan usaha VOC

oleh pemerintah Belanda pada tahun 1799 sehingga memungkinkan pemerintah

Belanda mulai terjun langsung dalam pencarian dan perdagangan rempah-

rempah seperti: kopi, pala, cengkeh, dan tebu serta memungkinkan pula

2 Jochen Roppke, Kebebasan yang Terhambat; Perkembangan Ekonomi dan PerilakuKegiatan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1986), H. 157.

Page 55: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

45

dilakukannya penanaman modal lainnya di daerah-daerah jajahan seperti

Hindia-Belanda.

Di samping itu, pemerintah Belanda juga mulai membuka tanah-tanah

pertanian di Indonesia dengan mengeluarkan aturan pertanahan yang dikenal

dengan “Agrarische Wet” pada tahun 1870. Dengan adanya peraturana ini,

maka penanaman modal asing yang khususnya datang dari swasta Eropa dan

mempunyai hubungan dekat dengan pemerintah Belanda diizikna untuk

melakukan usahanya di Indonesia, namun masih terbatas pada daerah-daerah

pertanian tertentu yang tidak diusahakan oleh pemerintah Belanda untuk usaha

perkebunan dengan pengawasan yang sangat ketat oleh pemerintah daerah

jajahan. Sedangkan bidang usaha lain seperti pertambangan, perdagangan, dan

sebagainya tetap dikuasai dan dijalankan oleh pemerintah Belanda.

Berbagai perkembangan terjadi dengan variasi yang berbeda lewat

masuknya penanaman modal asing swasta Eropa ke Hindia-Belanda

diantaranya terjadi kenaikan produksi hasil bumi, adanya kewenangan

bertindak bagi buruh untuk mendapatkan penghasilan meskipun kecil karena

bekarja sebagai buruh upahan di perkebunan swasta asing. Hal itu berbanding

terbalik dengan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda

Page 56: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

46

dimana kondisi kerja buruh sangat memprihatinkan. Para buruh dipandang

sebagai hewan kerja yang malas, lamban, dan pembohong.3

Pesatnya penanaman modal asing yang dilakukan oleh swasta Eropa di

Hindia-Belanda menunjukan bahwa perekonomian Hindia-Belanda sudah mulai

diperkenalkan dengan modal asing, oleh Boeke dalam buku Economics and

Economic policy of Dual Societies disebut sebagai ekonomi yang bersifat

dualistis.

Pada periode pasca kemerdekaan secara yuridis Indonesia telah memulai

babak baru dalam mengelola secara mandiri perekonomian negara guna

melaksanakan pembangunan nasional, meskipun penanaman modal tetap

mengalami kemandekan karena penjajahan Belanda dan lebih parah lagi pada

masa penjajahan Jepang. Bahkan selama 17 tahun berikutnya Indonesia hanya

menjadi negara pengimpor barang modal dan teknologi, tidak satupun dalam

bentuk penanaman modal asing secara langsung. Sampai dengan tahun 1949

setelah Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda, keadaan

penanaman modal terutama asing yang masuk ke Indonesia masih tetap

mengalami kemandekan dan hanya penanaman modal asing warisan pemerintah

Belanda saja yang sudah mulai kembali beroperasi.

Pada tahun 1953 pemerintah menyusun suatu rencana Undang-Undang

Penanaman Modal Asing (PMA) yang dirancang untuk berbagai persyaratan

3 Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan Politik, (Jakarta: LP3ES, 1990), h. 56.

Page 57: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

47

minimum sambil mendorong penanaman modal asing pada beberapa bidang

usaha tertentu. Oleh Pauw4 dikemukakan bahwa undang-undang tersebut tidak

banyak memberikan kemudahan, membatasi para penanam modal asing untuk

bergerak pada beberapa bidang usaha tertentu diantaranya jasa pelayanan

umum dan pertambangan, namun menguntungkan penanam modal dalam

negeri pada beberapa bidang usaha yang biasanya dijalankan oleh orang

Indonesia.

Belum cukup dua tahun setelah berlakunya undang-undang tersebut,

prospek masuknya penanaman modal asing dengan dibentuknya undang-

undang tersebut menjadi sirna setelah pemerintah melakukan nasionalisasi

perusahaan-perusahaan Belanda pada Desember tahun 1957. Sudah dapat

diduga setelah tahun 1957 industri mengami stagnan seperti halnya seluruh

sektor perekonomian nasional.

Tanggal 5 Juli 1959 Presiden mengeluarkan dekrit untuk kembali

kepada UUD 1945 setelah terjadinya krisis politik dunia, mengakhiri sistem

demokrasi parlemen, mencabut UUDS 1950, menciptakan demokrasi

terpimpin, dan ekonomi terpimpin. Banyak proyek-proyek baru yang dilahirkan

seperti pembangunan pabrik baja di Cilegon Jawa Barat, pabrik superfosfat di

Cilacap Jawa Tengah, dan pekerjaan awal PLTA dan pabrik peleburan

alumunium di Asahan Sumatera Utara.

4 Ibid.

Page 58: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

48

Menjelang akhir tahun 1965 proyek-proyek ini tidak satupun dapat

diselesaikan sehingga kemerosotan ekonomi semakin parah, laju inflasi

mencapai 20-30 % perbulan. Pernyataan Hamengku Buwono IX selaku menteri

perekonomian pada saat itu mengatakan bahwa pada tahun 1965 harga-harga

pada umumnya naik lebih dari 500 %, bahkan haga beras melonjak dengan

lebih dari 900 %.5

Pada tahun 1966 tepatnya tanggal 11 Maret 1966 peralihan kekuasaan

terjadi dari rezim Orde Lama kepada Orde Baru di bawah kepemimpinan

Soeharto selaku pengemban Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang

mewarisi keadaan politik dan ekonomi yang sudah hampir ambruk dari

pemerintahan sebelumnya. Upaya yang paling awal dilaksanakan pada masa

orde baru adalah dengan menggunakan cara pendekatan pragmatis sebagai

konsep utama dalam melakukan perbaikan ekonomi yakni dengan mengatur

kembali jadwal pelunasan utang luar negeri yang jumlahnya sudah melebihi

$2.400 juta. Kemudian menciptakan mekanisme untuk menanggulangi inflasi,

merehabilitasi infrastruktur, mendorong pertumbuhan perbaikan sarana dan

prasarana ekonomi, dan memperbaiki hubungan dengan luar negeri. Oleh

Muhammad Sadli6 disebut sebagai pendekatan yang sepenuhnya onpelitik atau

sebagai suatu versi teknoratis.

5Ibid, h. 51.6 Ibid.

Page 59: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

49

Model pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dianut oleh pemerintah

Orde Baru dengan dukungan elit angkatan darat menekankan pada

pembentukan modal yang harus melebihi pertumbuhan penduduk dengan jalan

mengadakan pinjaman atau utang luar negeri ataupun mendorong penanaman

modal asing. Yahya A. Muhaimin7 menguraikan bahwa dengan menggunakan

satu versi yang dinamis dari model tersebut, maka pertumbuhan ekonomi akan

dipercepat jika pertumbuhan modal dipercepat melalui berbagai jenis program

tabungan dan investasi atau penanaman modal asing langsung dalam lingkup

negara ataupun swasta melebihi hasil produksi dan pertumbuhan penduduk.

Model itu juga menekankan pentingnya pengendalian pertumbuhan penduduk

dengan jalan menekan angka kelahiran.

Muhammad Sadli8 salah seorang penasihat ekonomi pemerintahan Orde

Baru menegaskan bahwa keberadaan perusahaan-perusahaan asing yang

menanamkan modalnya di Indonesia akan mempunyai efek katalisator atas

pertumbuhan selanjutnya dari perekonomian nasional. Tuduhan yang sering

sekali terdengar dalam perekonomian bekas kolonial bahwa perusahaan-

perusahaan penanaman modal asing menghambat pertumbuhan perusahaan-

perusahaan pribumi akan dapat dihindarkan. Beliau juga mengemukakan bahwa

7 Ibid., hal. 19.8 Muhammad Sadli, “Indonesian Economic Development”, Board Record ed. vol., 6

November 1969 (Jakarta: Board Record, 1969), hal. 40.

Page 60: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

50

proses pembangunan ekonomi pada akhirnya akan menuju kepada

industrialisasi, dimana industrialisasi merupakan hasil pembangunan.9

Pada masa orde baru juga ditandai dengan diundangkannya Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Pada

masa ini menghasilkan arus investasi meningkat, terbukti bahwa pada tahun

1996 FDI mengalami pertumbuhan positif dan mencapai puncaknya sebesar

US$ 6,2 miliar.

Pada masa Orde Reformasi tahun 1998-2004 arus penanaman modal di

Indonesia mengalami penurunan. Tahun 1997 menjadi awal bagi pertumbuhan

negatif investasi terutama asing. Kemudian pada tahun 1999 menorehkan

catatan buruk bagi investasi dengan terjadinya defisit investasi yang terus

berlanjut hingga tahun 2003. Defisit FDI tahun 2002 tercatat sebesar –US$ 1,5

miliar.

Berdasarkan data BKPM, laporan persetujuan investasi menunjukan

data yang besar. Akan tetapi, hanya sedikit dari persetujuan itu yang terealisasi.

Data BKPM menunjukan pada tahun 2001 persetujuan investasi asing mencapai

1334 proyek, namun yang direalisasikan hanya 376 proyek dengan nilai

investasi sebesar US$ 2,79 miliar. Sedangkan realisasi investasi dalam negeri

9 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004),h. 30-31.

Page 61: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

51

hanya sebanyak 145 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 7,54 triliun. Pada

tahun 2002, persetujuan investasi asing menurun menjadi 1151 proyek,

sedangkan proyek yang terealisasi naik menjadi 425 proyek dengan nilai

investasi sebesar US$ 9,25 miliar. Persetujuan investasi dalam negeri sebesar

188 proyek dan realisasi sebesar 105 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp

11,04 triliun. Pada tahun 2003, persetujuan investasi asing hanya mencapai 773

proyek, sedangkan realisasinya hanya mencapai 338 proyek dengan nilai

investasi sebesar US$ 2,03 miliar. Persetujuan investasi dalam negeri sebesar

143 proyek dan realisasi 76 proyek senilai Rp 5,64 triliun.

Faktor penyebab utama rendahnya investasi yang masuk ke Indonesia

adalah adanya anggapan dari para penanam modal bahwa Indonesia merupakan

negara yang belum aman dalam menanamkan investasinya karena belum

stabilnya seluruh ruang lingkup kehidupan bangsa Indonesia.

C. Manfaat Penanaman Modal

Keberadaan penanaman modal ternyata memberikan dampak positif di

dalam pembangunan. Adi Harsono mengemukakan dampak dari adanya

penanaman modal asing atau perusahaan asing dan penanaman modal dalam

negeri atau perusahaan dalam negeri di berbagai negara berdasarkan bukti-bukti

dari keberadaan investasi asing sebagai berikut:

1. Masalah Gaji

Page 62: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

52

Perusahaan asing membayar gaji pegawainya lebih tinggi dibandingkan gaji

rata-rata nasional. Di Amerika misalnya, perusahaan asing membayar gaji 4%

lebih tinggi pada tahun 1989 dan 6% lebih tinggi pada tahun 1996

dibandingkan perusahaan-perusahaan domestik.

2. Lapangan Pekerjaan

Perusahaan menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan

dengan perusahaan domestik sejenis. Di Amerika misalnya, jumlah lapangan

pekerjaan yang diciptakan perusahaan asing mencapai 1,4% pertahun dari 1989

sampai 1996, sedangkan perusahaan domestik Amerika hanya menciptakan

0,8%. Di Inggris dan Prancis, lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh

perusahaan asing naik 1,7% pertahun, sebaliknya lapangan pekerjaan yang

diciptakan perusahaan domestik menyusut 2,7%. Hanya di Jerman dan di

Belanda yang perusahaan asing tidak banyak berbeda menciptakan lapangan

pekerjaan dengan perusahaan domestik karena majunya perusahaan domestik di

negara tersebut.

3. Corporate Social Responsibility (CSR)

Perusahaan asing tidak segan-segan mengeluarkan biaya terutama di bidang

pendidikan. Jumlah pelatihan dan penelitian yang dikeluarkan oleh perusahaan

asing di Amerika mencapai 12% dari total pengeluaran CSR, di prancis 19%

dan di Inggris 40% dari total pengeluaran CSR mereka.

Page 63: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

53

4. Ekspor

Perusahaan asing cenderung mengekspor lebih banyak dibandingkan

perusahaan domestik. Tahun 1996 di Irlandia, perusahaan asing mengekspor

89% dari produksinya dibandingkan dengan 34% yang dilakukan perusahaan

domestik. Di Belanda perusahaan asing mengekspor 64% lebih banyak di

bandingkan dengan perusahaan domestik yang mengekspor 37% dari hasil

usahanya. Di prancis yaitu 35,2% yang diekspor oleh perusahaan asing dan

33,6% yang diekspor oleh perusahaan domestik. Dan di Jepang yaitu 13,1%

oleh perusahaan asing, sedangkan 10,6% oleh perusahaan domestik.

Negara-negara miskin OECD menerima berkah lebih besar dari adanya

investasi asing. Contohnya negara Turki, gaji pekerja perusahaan asing adalah

124% di atas rata-rata domestik nasional. Jumlah pekerja juga meningkat

11,5% pertahun dibandingkan dengan perusahaan domestik yang menciptakan

0,6% pertahun.

Selain itu, Adi Harsono juga mengungkapkan tentang dampak positif

investasi asing terutama di bidang industri migas yang menggunakan sistem

Production Sharing Contract (PSC) adalah sebagai berikut:

1. Produksi minyak dan gas bumi dari lapangan yang dikelola langsung

oleh perusahaan asing atau perusahaan yang berbentuk joint venture

Page 64: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

54

terus meningkat, sedangkan produksi minyak perusahaan nasional

Pertamina justru menurun.

2. Jumlah pegawai perusahaan asing dan perusahaan jasa penunjang

perusahaan asing terus meningkat.

3. Gaji dan fasilitas yang diberikan perusahaan asing juga lebih baik

dibandingkan gaji dan fasilitas yang diberikan perusahaan domestik.

4. Perusahaan asing mulai meningkatkan investasi di bidang pendidikan,

pelatihan, dan penelitian.

5. Secara tidak langsung, perusahaan asing juga membawa pengetahuan,

managemen, dan etika bisnis yang lebih profesional.

John W. Head juga mengemukakan bahwa keuntungan penanaman

modal asing adalah menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk

negara tujuan investasi hingga mereka dapat saling berbagi dan mendapatkan

peluang membuat perusahaan dan industri kecil yang menunjang kegiatan

perusahaan dan industri besar atau lainnya.

Dampak positif penanaman modal asing juga dikemukakan oleh

William A. Fennel dan Josseph W. Tyler serta Eric M. Burt, yaitu perusahaan

asing membantu upaya-upaya pembangunan perekonomian negara-negara

penerima modal, dan penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru.

Selain itu juga, penanaman modal asing mendatangkan keahlian, manajerial,

ilmu pengetahuan, teknologi, modal, dan koneksi pasar yang baru.

Page 65: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

55

D. Definisi Hukum Penanaman Modal

Istilah hukum penanaman modal berasal dari bahasa inggris, yaitu

investment of law. Dalam peraturan perundang-undangan tidak ditemukan

pengertian hukum penaman modal. Untuk mengetahui pengertian hukum

penanaman modal, kita harus mencari dari berbagai pandangan para ahli dan

kamus hukum.

Ida Bagus Wyasa Putra, dkk., mengemukakan pengertian hukum

penanaman modal adalah norma-norma hukum mengenai kemungkinan-

kemungkinan dapat dilakukannnya penanaman modal, syarat-syarat penanaman

modal, perlindungan dan yang terpenting mengarahkan agar penanaman modal

dapat mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat.

T. Mulya Lubis mengemukakan bahwa hukum penanaman modal tidak

hanya terdapat dalam undang-undang, tetapi dalam hukum dan aturan lain yang

diberlakukan berikutnya yang terkait dengan masalah-masalah penanaman

modal asing.

Menurut Salim H.S, dan Budi Sutrisno hukum penanaman modal adalah

keseluruhan kaidah hukum yang mengatur antara penanam modal dengan

penerima modal, bidang-bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal,

serta mengatur tentang proses dan syarat-syarat dalam melakukan penanaman

Page 66: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

56

modal di suatu negara.10 Kaidah hukum penanaman modal digolongkan

menjadi dua macam, yaitu kaidah hukum penanaman modal tertulis dan tidak

tertulis. Kaidah hukum penanaman modal tertulis merupakan kaidah hukum

yang mengatur tentang penanaman modal, dimana kaidah hukum tersebut

terdapat di dalam undang-undang, traktat, yurisprudensi, dan doktrin.

Sementara itu, hukum penanaman modal tidak tertulis merupakan kaidah-

kaidah hukum yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Pada

umumnya masyarakat yang melakukan penanaman modal didasarkan pada

kaidah-kaidah hukum yang tidak tertulis.

Unsur-unsur hukum penanaman modal yaitu adanya kaidah hukum

penanaman modal yang tertulis ataupun tidak tertulis, adanya subjek hukum

dimana subjek dalam hukum penanaman modal adalah penanam modal dan

negara sebagai penerima modal, adanya bidang usaha penanaman modal,

adanya prosedur dan syarat-syarat untuk melakukan penanaman modal, dan

adanya negara tujuan penanaman modal.

Hal yang diatur dalam hukum penanaman modal adalah hubungan

antara penanam modal dengan penerima modal. Status penanam modal dapat

digolongkan menjadi dua macam, yaitu penanam modal asing dan penanam

modal dalam negeri. Bidang usaha merupakan bidang kegiatan yang

10 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), h. 10.

Page 67: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

57

diperkenankan atau dibolehkan untuk berinvestasi. Prosedur dan syarat-syarat

merupakan tata cara yang harus dipenuhi oleh penanam modal dalam

menanamkan investasinya. Negara merupakan negara yang menjadi tempat

penanaman modal itu dilakukan.

Page 68: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

58

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL

DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN DI INDONESIA

A. Substansi Hukum Penanaman Modal di Indonesia

Perkembangan hukum penanaman modal di Indonesia dimulai sejak

bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tahun 1952,

Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal pertama kali diajukan di masa

kabinet Alisastroamidjojo. Tetapi tidak sempat diajukan ke hadapan parlemen

karena kabinet ini jatuh terlebih dahulu. Untuk pertama kalinya undang-undang

yang mengatur mengenai penanaman modal terutama asing adalah Undang-

Undang Nomor 78 Tahun 1958 yang kemudian mengalami perubahan ke

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1960. Adapun penyebabnya karena dalam

pelaksanaannya undang-undang ini banyak mendapat hambatan.

Pada tahun 1965 undang-undang yang mengatur mengenai penanaman

modal asing dicabut karena adanya anggapan bahwa penanaman modal asing

hanya menjadikan rakyat menderita dan hanya menguntungkan pihak asing.

Penderitaan rakyat terjadi karena adanya anggapan bahwa sumber kekayaan

alam Indonesia hanya untuk memperkaya penanam modal asing tanpa memberi

kesejahteraan bagi rakyat secara berarti. Perubahan undang-undang terus

berlanjut hingga akhirnya pada tanggal 26 April 2007 Presiden Republik

Page 69: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

59

Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal. Dengan disahkannya undang-undang ini maka akan

memberi kepastian hukum dan harapan bagi penanaman modal asing maupun

domestik di Indonesia.

Hans Kelsen mengemukakan teori mengenai jenjang norma atau

stufentheorie dimana ia berpendapat bahwa norma-norma hukum itu

berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hirarki, dimana suatu norma

yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih

tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat

ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif, yaitu Norma Dasar atau

Grundnorm.1 Pembentukan norma hukum yang berada lebih rendah mengacu

kepada norma hukum yang lebih tinggi, begitu sebaliknya, norma hukum yang

lebih tinggi dipakai sebagai dasar pembentukan norma-norma yang lainnya.

Pembentukan norma hukum seperti ini akan ditemukan hubungan yang sinkron

antara norma hukum yang lebih tinggi terhadap norma hukum yang lebih

rendah.

Hans Nawiasky mengelompokkan norma-norma hukum dalam suatu

negara itu menjadi empat kelompok besar yang terdiri atas:

1. Kelompok I : Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara)

1 Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan Dasar-dasarPembentukannya, cet.XI, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 25.

Page 70: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

60

2. Kelompok II : Staatsgrundgesetz (Aturan Dasar/Pokok Negara)

3. Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-Undang Formil)

4. Kelompok IV : Verordnung dan Autonome Satzung (Aturan Pelaksana

dan Aturan Autonom).2

Dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyebutkan bahwa jenis dan

hirarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun

1945;

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang;

3. Peraturan Pemerintah;

4. Peraturan Presiden;

5. Peraturan Daerah.

Materi yang dapat diatur di dalam masing-masing hirarki norma hukum

diatas berbeda antara yang satu dengan lainnya. Materi atau muatannya secara

tegas tidak pernah disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Para ahli berpendapat materi muatan undang-undang

dalam arti formele wet atau formell gesetz tidak dapat ditentukan lingkup

materinya, mengingat undang-undang merupakan wujud kedaulatan raja atau

2 Ibid. h. 27.

Page 71: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

61

kedaulatan rakyat, sedangkan kedaulatan bersifat mutlak, keluar tidak

tergantung pada siapapun, dan kedalam tertinggi diatas segalanya. Dengan

demikian, menurut para ahli semua materi dapat menjadi materi muatan

undang-undang kecuali bila undang-undang tidak berkehendak mengaturnya

atau menetapkannya.3

Adapun ketentuan mengenai materi muatan undang-undang diatur

dalam pasal 5 huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyatakan bahwa

materi muatan yang harus diatur dengan undang-undang berisi hal-hal yang:

1. Mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi:

a. Hak-hak asasi manusia.

b. Hak dan kewajiban aparatur negara.

c. Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian

kekuasaan negara.

d. Wilayah negara dan pembagian daerah.

e. Kewarganegaraan dan kependudukan.

f. Keuangan negara.

2. diperintahkan oleh undang-undang untuk diatur dengan undang-undang.

3 Ibid. h. 124.

Page 72: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

62

Dalam Peraturan Daerah ditentukan materi muatan yang dapat diatur

dinyatakan dalam pasal 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa materi muatan Peraturan

Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi

daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah dan

penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan perundang-undangan di bidang investasi selama kurun waktu

terakhir ini, belum mampu mencerminkan aspek kepastian hukum. Hal ini

disebabkan munculnya peraturan yang cenderung memberatkan penanam

modal. Ketidakpastian hukum dan politik dalam negeri merupakan bagian dari

masalah-masalah yang menyebabkan iklim investasi tidak kondusif. Iklim

investasi yang kondusif tentunya akan sangat mempengaruhi iklim investasi di

Indonesia.

Sinkronisasi peraturan perundang-undangan menurut jenis dan hirarki

peraturan perundang-undangan sangat dibutuhkan. Dengan adanya hubungan

yang sejalan antara norma hukum yang satu dengan norma hukum yang lain

dalam hal mengatur aturan hukum yang sama dan tetap dalam hirarki peraturan

perundang-undangan, maka akan didapat bangunan hukum yang kokoh dan

kepastian hukum.

Page 73: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

63

Ekonom dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS)

Djisman Simanjuntak mengatakan peraturan-peraturan daerah yang bermasalah

dapat mempengaruhi daya saing ekonomi Indonesia. Djisman menyebutkan

dalam situasi ekonomi yang semakin terbuka saat ini memerlukan kepastian

hukum di bidang penanaman modal, termasuk regulasi di tingkat daerah.4 Saat

ini peringkat daya saing Indonesia masih berada diurutan bawah dibandingkan

dengan negara lain di kawasan Asia. Dengan adanya peraturan-peraturan daerah

yang tidak mendukung penanaman modal atau peraturan-peraturan daerah yang

bertentang dangan peraturan perundang-undangan di atasnya menjadikan tidak

adanya kepastian hukum untuk berusaha di Indonesia. Djasman menyebutkan

lambatnya proses pembatalan peraturan daerah oleh pemerintah juga dapat

menimbulkan ketidakpastian hukum.5

Bambang Sujagad menyatakan bahwa investasi asing akan sulit masuk

ke Indonesia tanpa adanya pengaturan yang jelas antara pusat dan daerah. Hal

ini sejalan dengan ungkapan Hari Sabarno, menurutnya dalam setahun

inplementasi otonomi daerah banyak terjadi konflik antara provinsi dengan

kabupaten/kota dan antar kabupaten/kota karena adanya perbedaan penafsiran

dalam pasal 11 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah yang memberikan kewenangan secara wajib kepada

kabupaten/kota untuk menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang

4 “Perda Perburuk Iklim Investasi”, Kompas, 14 Juli 2010, h.1.5 Ibid.

Page 74: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

64

penanaman modal. Oleh karena itu, Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi

Daerah (KPPOD) mengusulkan agar prosedur penanaman modal dalam

pelayanan satu atap.

Menurut Mantan Deputi Menteri Negara Investasi Bidang

Pengembangan Usaha Nasional, Andung Nitimihardja mengatakan bahwa

untuk menarik investor asing menanamkan modalnya ke Indonesia relatif masih

sulit, karena mereka masih mengkhawatirkan pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Mereka mengkhawatirkan

pelaksanaan undang-undang ini akan mempengaruhi kelangsungan usaha

mereka, apabila pada saat ini terlanjur menanamkan modalnya di daerah.

Mereka juga khawatir melihat otonomi daerah telah menyebabkan terjadinya

KKN dalam bentuk lain di daerah-daerah. Hal ini ditandai dengan adanya

beberapa pemilihan pemerintah daerah yang dilaksanakan sering kali tidak bisa

berjalan dengan semestinya, sehingga menimbulkan instabilitas.6

Penanaman modal yang mendapatkan surat persetujuan penanaman

modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPN) masih harus

mengurus izin prinsip di daerah, akibatnya terjadi pengulangan pengurusan

perizinan. Peraturan-peraturan daerah yang bermasalah kebanyakan berisikan

izin gangguan. Sebenarnya, aturan ini sudah ada sejak zaman Belanda. Pada

6 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2010),h. 57-59.

Page 75: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

65

zaman itu izin gangguan diberlakukan untuk melindungi bisnis perusahaan

Belanda. Sedangkan pada saat ini, izin gangguan digunakan untuk menjaga

masyarakat dari gangguan akibat pelaksanaan penanaman modal.7

B. Perlindungan Hukum Bagi Penanaman Modal di Indonesia

Presiden Direktur Grant Thornton Indonesia (GTI) James S. Kallman

menyatakan bahwa insentif yang paling efektif untuk menarik kegiatan

investasi asing adalah pemerintah harus mampu menegakkan hukum dan

memberikan jaminan keamanan. Diperlukan ketegasan pemerintah dalam

menerapkan peraturan dan kebijakan, terutama konsistensi penegakan hukum

dan keamanan. Banyak investor asing tertarik untuk menanamkan modalnya di

Indonesia, karena Indonesia masih memiliki keunggulan komparatif

dibandingkan dengan negara-negara tujuan investasi yang lain. Menurutnya,

investor asing tidak akan melihat insentif pajak seperti tax holiday sebagai daya

tarik utama, melainkan apakah ada jaminan keamanan maupun penegakan

hukum pada negara tujuan investasi.

Faktor accountability dengan melakukan reformasi secara konstitusional

seta memperbaiki sistem peradilan dan hukum merupakan salah satu syarat

yang sangat penting dalam menarik investasi. Dorodjatum Kuntjoro Jakti

mengungkapkan masih kecilnya investasi yang masuk ke Indonesia akibat

7 “Direkomendasikan 1.000 perda Dibatalkan”, Kompas, 17 Juli 2010,h.1.

Page 76: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

66

masih adanya kendala yang menyangkut dalam sistem perpajakan, kepabeanan,

prosedural birokrasi, administrasi daerah, dan soal perburuhan.

Daniel S. Lev menyatakan bahwa negara hukum merupakan sine qua

non, karena tanpa adanya proses hukum yang efektif, tidak mungkin diharapkan

perbaikan ekonomi, politik, kehidupan, sosial, dan keadilan. Sejak pertengahan

tahun 1998, tidak ada pembaruan kelembagaan hukum karena elite politik tidak

mampu menjalankannya. Ketidakmampuannya berakar pada kepentingan, kalau

proses hukum makin kuat, pimpinan politik menikmati keleluasaan bertindak

menurut kemauannya sendiri tanpa dikurangi tindakannya oleh pengadilan,

kejaksaan, polisi, pers, atau organisasi dan masyarakat. Akibatnya para jaksa,

hakim, dan polisi, kehilangan orientasinya pada hukum dan tidak mengelak

untuk melakukan korupsi.8

Dua undang-undang terdahulu yang mempunyai pengaruh besar

terhadap lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal adalah undang-undang yang meratifikasi WTO dan Undang-Undang

tentang pemerintah Daerah terakhir yang diubah ke Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004. Pengaruh kedua undang-undang tersebut sangat dirasakan dalam

Materi Pengaturan Penanaman Modal dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal ini.

8 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, h. 55-57.

Page 77: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

67

Bahwa telah terjadi perubahan prinsip dasar serta istilah dalam

pelaksanaan pembangunan ekonomi negara kita, setelah pemerintah

menerbitkan undang-undang yang meratifikasi WTO itu. Demikian juga dengan

lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Di dalam undang-undang yang meratifikasi WTO kita dapat merasakan

pengaruhnya, yaitu bahwa Warga Negara Asing dapat menanamkan modalnya

di Indonesia tanpa dibedakan dengan Warga Negara Indonesia sendiri dalam

hal hak dan kewajibannya. Hanya dalam jenis usaha akan ada pembatasan-

pembatasan.9

Dalam pasal 30 angka 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal menyatakan dalam urusan pemerintahan di bidang

penanaman modal, yang menjadi kewenangan pemerintah pusat adalah:

1. Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak

terbarukan dengan tingkat kerusakan lingkungan yang tinggi.

2. Penanaman modal pada bidang industri yang merupakan prioritas tinggi

pada skala nasional.

3. Penanaman modal yang terkait pada fungsi pemersatu dan penghubung

antar wilayah atau ruang lingkup antar provinsi.

4. Penanaman modal yang terkait pada pelaksanaan strategi pertahanan

dan keamanan nasional.

9 Ibid, h. 96-97.

Page 78: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

68

5. Penanaman modal asing dan penanaman modal yang menggunakan

modal asing, yang berasal dari pemerintahan negara lain, yang

didasarkan pada perjanjian yang dibuat oleh pemerintah dan pemerintah

negara lain; dan

6. Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan pemerintah

menurut undang-undang.

Adapun urusan pemerintah daerah terkait dengan penanaman modal

diatur dalam pasal 30 angka 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal yang menyatakan bahwa pemerintah daerah

menyelenggarakan urusan penanaman modal yang menjadi kewenangannya

kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan

pemerintahan.

Pengadilan diartikan tidak hanya badan untuk mengadili, melainkan

suatu pengertian yang abstrak yaitu memberi keadilan. Keberadaan pengadilan

sebagai salah satu fungsi menyelenggarakan proses peradilan dalam menerima,

memeriksa, dan mengadili sengketa masyarakat ternodai dengan adanya

praktek jual-beli putusan. Hakikatnya keadilan adalah penilaian terhadap suatu

perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya dengan suatu norma yang

menurut pandangan subjektif melebihi norma-norma lain.10 Unsur subjektif

10 Sudikno Mertokusumo, “Mengenal Hukum Suatu pengantar”, cet.III,(Yogyakarta: Liberty, 2002), h. 71-72.

Page 79: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

69

memegang peran yang dominan terhadap pandangan berbagai pihak pada

keadilan itu sendiri.

Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan, yaitu Justitia

Distributiva dan Justitia Commutativa. Justitia Distributiva menuntut bahwa

setiap orang mendapat apa yang menjadi hak atau jatahnya. Justitia

Commutativa memberi kepada setiap orang hak yang sama banyaknya. Yang

adil adalah apabila setiap orang diperlakukan sama tanpa memandang

kedudukan dan sebagainya.11

Perilaku korupsi di lingkungan pengadilan telah menjadi momok yang

menakutkan bagi para pihak. Hampir di setiap lini di lingkungan pengadilan,

tidak hanya praktek jual beli, tetapi juga terjadi praktek pemerasan. Pada

perkara perdata, praktek pemerasan mulai terjadi saat permohonan gugatan

disampaikan kepada panitera pengadilan. Pemerasan terus berlangsung hingga

putusan hakim dibacakan.

Pada sisi lain dalam laporan tersebut, para pengusaha asing menyatakan

buruknya kondisi pengadilan di Indonesia. Sebagai contoh, perusahaan

Singapura mengeluh karena menurut mereka pengadilan terlalu dini mengambil

keputusan, sebelum keterangan dari para tergugat didengar. Nasib yang sama

juga dihadapi perusahaan-perusahaan asuransi asal Kanada, Manulife, Philip

11 Ibid. h. 73.

Page 80: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

70

Hampden Smith. Kasus yang sama juga menimpa International Finance

Corporation (IFC) sebuah anak perusahaan Bank Dunia. Meski perkaranya

sudah sampai ke Mahkamah Agung, upaya IFC menyelesaikan sengketa lewat

pengadilan kandas.12

C. Faktor yang Menghambat Penanaman Modal di Bidang Usaha

Perkebunan di Indonesia

Aparatur penegak hukum mempunyai peran yang sangat besar dalam

menarik investor atau menciptakan iklim yang kondusif untuk berinvestasi.

Aparatur hukum meliputi badan judikatif, legislatif, dan eksekutif.

Kualitas aparatur penegak hukum yang sering kali menyebabkan

kerugian negara dan menyebabkan apriori dari para investor, dapat dilihat dari

budaya atau pola-pola illegal dalam mengimpor suatu produk. Banyak barang-

barang seperti mobil mewah, senjata, tekstil, elektronik dalam jumlah besar bisa

lolos ke pabeanan, padahal tidak dilindungi dengan dokumen yang sah.

Penyelundupan mobil mewah bahkan menggunakan modus baru dengan teknik

mutilasi atau memotong mobil menjadi beberapa bagian.

Pada saat ini, budaya hukum atau legal culture di Indonesia belum

mampu terbangun dengan baik. Rendahnya kualitas budaya hukum tersebut

sangat dipengaruhi tingkat pemahaman masyarakat terhadap hukum yang

12 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika,2010), h. 61-62.

Page 81: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

71

sangat beragam. Salah satu fator yang mempengaruhi budaya hukum adalah

perilaku para pengusaha atau penanam modal. Berdasarkan hasil survei

Transparency International, lembaga anti korupsi, menemukan fakta bahwa

pengusaha mancanegara terbiasa menyuap para pejabat negara berkembang.

Demontrasi anarkis yang dilakukan masyarakat untuk menyatakan

tuntutan akan hak-haknya di muka umum adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi penanaman modal di Indonesia. Akibat yang ditimbulkan dari

demontrasi anarkis antara lain: rusaknya fasilitas umum dan milik swasta,

transportasi terganggu, dan infrastruktur rusak. Rusaknya fasilitas umum milik

perusahaan swasta mengakibatkan hilangnya asset perusahaan sebagian atau

seluruhnya sehingga mengakibatkan kurugian di pihak penanam modal.

Kemacatan terjadi karena jalan umum yang dipakai untuk melakukan

demonstrasi berakibat pada biaya pengiriman barang yang menjadi lebih mahal

sehingga merugikan penanam modal. Kerusakan infrastruktur milik pemerintah

sehingga menjadikan timbulnya biaya ekonomi yang tinggi.

Korupsi juga menjadi budaya hukum pada tingkat pemerintahan.

Korupsi dilakukan aparatur pemerintah secara sistematis, terencana, dan

bersama-sama. Korupsi sitematis dilakukan di dalam sistem yang telah disusun

secara organisasi seperti organisasi birokrasi bekerja tidak efisien, banyak

perizinan yang harus mendapatkan persetujuan dari berbagai instansi.

Page 82: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

72

Korupsi terencana dilakukan aparatur pemerintah di dalam rencana yang

telah disiapkan dengan pasti. Penanam modal telah dijanjikan sesuatu oleh

aparatur birokrasi dan untuk mendapatkan janji, penanam modal diharuskan

menyerahkan uang sebagai uang suap. Tanpa adanya uang suap dari penanam

modal, maka proses perizinan dalam rangka pelayanan penanaman modal akan

terbengkalai atau izin tidak akan segera diterbitkan.

Nilai investasi di sektor pertanian terus berkembang. Selama tahun 2007

hingga tahun, total investasi dalam bentuk penanaman modal dalam negeri

(PMDN) di sektor pertanian primer mencapai Rp 24,62 triliun. Adapun

penanaman modal asing (PMA) sebesar 2,39 miliar dollar AS. Hal itu

diungkapkan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Banun Harpini, Selasa (26/6/2012) di

Jakarta, saat memberikan sambutan dalam Forum Investasi Pertanian 2012.

Acara ini dihadiri 70 calon investor dan 8 provinsi. Menurut Banun,

realisasi investasi sektor pertanian masih bertumpu pada pertanian primer,

seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Dari total

investasi PMDN kumulatif 2007 – 2011 sebesar Rp 24,62 triliun, kontribusi

investasi sektor pertanian sebesar 11,97 persen dari investasi PMDN dan 4,2

persen untuk PMA.

Page 83: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

73

Kenaikan nilai investasi sangat signifikan. Tahun 2007 nilai investasi

PMDN hanya Rp 3,67 triliun, tahun 2011 mencapai Rp 8,23 triliun. Pada

triwulan I/2012 investasi PMDN tembus di angka Rp 2,31 triliun, adapun PMA

529,8 juta dollar AS. Kontribusi investasi sektor pertanian untuk PMDN dan

PMA masih dirasa kurang signifikan mencerminkan Indonesia sebagai negara

agraria dan maritim.

Pemerintah dinilai masih memiliki banyak pekerjaan rumah kendati

realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman

Modal Asing (PMDA) per Januari-Desember mencapai Rp313,2 triliun. “Masih

ada pekerjaan rumah kita yang sangat berkaitan dengan iklim investasi seperti

infrastruktur, pungli, dan birokrasi,” tutur Ketua Umum Himpunan Pengusaha

Muda Indonesia (Hipmi) Raja Okto melalui pesan singkatnya kepada Okezone,

Selasa (22/1/2013). Oleh karena itu, pemerintah disarankan untuk

meningkatkan insentif dan promosi investasi.

“Keuntungan buat Indonesia sangat jelas, secara otomatis para investor

asing itu telah membuka lapangan pekerjaan baru,” jelasnya. Menurutnya,

lembaga rating asing pun meningkatkan ratingnya terhadap Indonesia di tahun

lalu sehingga hal ini memicu asing untuk berinvestasi di Indonesia. “Ini karena

iklim investasi negara lain belum memberikan kenyaman bagi investor asing

seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS),” jelasnya.

Page 84: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

74

Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang

dilaporkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi penanaman

modal pada triwulan IV (Oktober-Desember) 2012 sebesar Rp83,3 triliun, atau

meningkat 18,7 persen dari pencapaian periode yang sama pada 2011 yang

hanya sebesar Rp70,2 triliun. Sementara realisasi investasi PMDN dan PMA

periode Januari sampai Desember 2012 mencapai Rp313,2 triliun atau

meningkat 110,5 persen dari target 2012 sebesar Rp283,5 triliun.

Pemerintah memberikan kesempatan bagi investor asing untuk investasi

di sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini sebagai pelaksanaan komitmen

Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (AEC) pada 2015.

Pemerintah pun menerbitkan aturan baru daftar negatif investasi (DNI). Dalam

peraturan itu tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 yang

ditanda tangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 April 2014.

Ada pembagian tiga kelompok bidang usaha yaitu bidang usaha terbuka

dengan persyaratan yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Kecil

Menengah dan Koperasi, bidang usaha dipersyaratkan dengan kemitraan, dan

bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kepemilikan modal, lokasi tertentu

dan perizinan khusus serta bidang usaha terbuka.

Berikut daftar usaha bidang pertanian yang terbuka dengan persyaratan,

yaitu batasan kepemilikan modal asing sebagaimana tertuang dalam lampiran 2

Perpres No. 39/2014:

Page 85: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

75

1. Bidang usaha padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan

tanaman pangan lainnya (ubi katu dan ubi jalar) dinyatakan sebagai

modal dalam negeri 100% dengan perizinan khusus.

2. Usaha budidaya tanaman pangan pokok dengan luas lebih dari 25 Ha

untuk jenis tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau

dan tanaman pangan lainnya (ubi kau dan ubi jalar) modal asing

diperkenankan maksimal 49%, dengan rekomendasi dari Menteri

Pertanan.

3. Usaha industri perbenihan perkenunan dengan luas 25Ha atau lebih

untuk jenis tanaman Jarak Pagar, pemanis lainnya, Tebu, Tembakau,

Bahan Baku Tekstil, Jamu Mete, Kelapa Sawit, tanaman untuk bahan

minuman (teh, kako, kopi), Lada, Cengkeh, Minyak Atsiri, Tanaman

Obat/Bahan Farmasi, Tanaman Rempah, dan Tanaman Karet atau

penghasil lainnya, penanaman modal asing diizinkan sampai maksimal

95% dengan rekomendasi Menteri Pertanian.

4. Bidang usaha perkebunan tanpa unit pengolahan dengan luas 25Ha atau

lebih, penanaman modal asing diizinkan sampai maksimal 95% dengan

rekomendasi Menteri Pertanian untuk perkebunan Jarak Pagar, Pemanis

lainnya, Tebu, Tembakau, Bahan Baku Tekstil dan Tanaman Kapas,

Perkebunan Jambu Mete, Kelapa, Kelapa Sawit, Perkebunan untuk

bahan makanan (Teh, Kopi, dan Kakao), Lada, Cengkeh, Minyak Atsiri,

Perkebunan Rempah, dan Perkebunan Karet/Penghasil Getah lainnya.

Page 86: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

76

5. Usaha perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih yang terintegrasi

dengan unit pengolahan, yaitu: perkebunan jambu mete dan industri biji

mete kering; perkebunan lada dan industri biji lada putih kering dan biji

lada hitam kering; perkebunan Jarak dan industri minyak Jarak Pagar;

perkebunan tebu, industri Gula Pasir, Pucuk Tebu, dan Bagas;

perkebunan Tembakau dan Industri Daun Tembakau Kering;

perkebunan Kapas dan Industri Serat Kapas; perkebunan Kelapa dan

Industri Minyak Kelapa; dsb, asing dapat menanamkan modal sampai

maksimal 95% atas rekomendasi Menteri Pertanian.

6. Modal asing juga bisa masuk sampai maksimal 95% atas rekomendasi

Menteri Pertanian untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan,

yaitu: Industri Minyak Mentah dari Nabati dan Hewani; Industri Kopra,

Serat, Arang Tempurung, Debu, Nata de Coco; Industri Minyak Kelapa;

Industri Minyak Kelapa Sawit; Industri Gula Pasir, Pucuk Tebu, dan

Bagas; Industri Teh Hitam/Teh Hijau; Industri Tembakau Kering;

Industri Jambu mete menjadi biji mete kering; dan Industri Bunga

Cengkeh Kereng.

7. Untuk perbenihan hortikulruta, yaitu: Perbenihan Tanaman Buah

Semusim, Perbenihan Anggur; Perbenihan Buah Tropis, Perbenihan

Jeruk; Perbenihan Apel dan Buah Batu; Perbenihan Tanaman Sayuran

Semusim; Perbenihan Tanaman Sayuran Tahunan; Perbenihan Jamur;

Page 87: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

77

dan Perbenihan Tanaman Florikultura, modal asing dibatasi maksimal

sampai 30%.

8. Batasan modal asing maksimal 30% juga berlaku untuk Budidaya

Hortikultura jenis Buah Semusim; Anggur; Jeruk; Buah Tropis; Apel

dan Buah Batu; Buah Beri; Sayuran Daun (kubis, sawi, bawang daun,

seledri); Sayuran Umbi (bawang merah, bawang putih, kentang, wortel);

Sayuran Buah (tomat, mentimun); Cabe, paprika; Jamur; Tanaman Hias;

dan Tanaman Hias Non Bunga.

9. Pemerintah juga memperboleh penanaman modal asing sampai

maksimal 30% untuk usaha paska panen buah dan sayuran;

pengusahaan wisata argo hortikultura; dan usaha jasa hortikultura

lainnya (usaha paskapanen, perangkaian bunga, dan konsultas

pengembangan hortikultura, termasuk landscaping dan jasa kursus

hortikultura).

Adapun untuk bidang usaha Penelitian dan Pengembangan Ilmu Teknologi

dan Rekayasa Sumber Daya Genetik Pertanian dan Produk GMO (Rekayasa

Genetika), pemerintah membuka kesempatan asing menanamkan modalnya

ingga 49% dengan rekomendasi Menteri Pertanian. Sedangkan untuk

pembibitan dan budidaya babi dan pembibian dan budidaya ayam buras serta

persilangannya, pemerintah hanya memberikan kesempatan penanaman modal

dalam negeri 100%, dengan syarat tidak bertentangan Peraturan Daerah

setempat.

Page 88: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

78

Persoalan lahan dinilai masih akan menjadi penghambat bagi masuknya

investasi di sektor pertanian nasional pada 2014. Deputi Kepala Bidang

Promosi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanam Modal (BKPM)

Himawan Hariyoga di Jakarta, Rabu (27/11) mengatakan, hambatan itu

membuat perkembangan investasi di sektor primer bakal melambat dibanding

tahun sebelumnya. "Untuk sektor primer ini, investasi di bidang pangan dan

perkebunan memang masih dominan, sedangkan di perikanan dan peternakan

masih kecil," katanya.

Senada dengan itu Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani,

juga mempersoalkan masalah lahan sebagai salah satu penghambat

perkembangan bidang pertanian. "Itu sebabnyanya sektor pertanian hanya

tumbuh 4 persen, sedangkan sektor-sektor lainnya bisa tumbuh di atas 5

persen," katanya.

Dia mengakui, terkait masalah lahan bagi pengembangan agribisnis,

sebenarnya pemerintah pusat sudah berupaya menyiapkannya, termasuk

peraturannya. "Namun hal itu belum didukung oleh peraturan daerah (perda)

yang mesti disiapkan oleh pemerintah daerah," ujar Aviliani. Menurut dia,

masalah lain yang juga menghambat perkembangan sektor pertanian adalah tak

adanya lagi rencana pembangunan jangka panjang semacam Repelita dan

GBHN pada zaman Presiden Soeharto dulu. "Sekarang ini, tiap 5 tahun,

Bappenas harus menunggu visi dan misi dari presiden baru untuk menyusun

Page 89: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

79

rencana pembangunan. Tentu hal ini menghambat perkembangan di sektor

pertanian," katanya.

D. Analisis penulis

Akibat hukum dari diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal mempunyai pengaruh lugas terhadap kinerja

penanaman Modal di Indonesia, terutama dengan dicabutnya Undang-Undang

Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam

Negeri.

Ketentuan peralihan dalam pasal 37 jo. Pasal 39 Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan reformasi tatanan

hukum yang berlaku selama hampir 40 tahun dalam bidang penanaman modal

di Indonesia. Reformasi ini harus diartikan positif karena memang dalam

mengubah pola pikir atau cara pandang terhadap bagaimana kita harus

melaksanakan misi pembangunan nasional sekarang ini berbeda landasannya

dengan masa lalu. Yaitu landasan yang sangat terpengaruh kuat oleh globalisasi

dan internal changes yang tidak dapat kita hindari.

Dalam hal adanya peraturan-peraturan daerah yang bermasalah, Menteri

Dalam Negeri mempunyai tugas dan kewenangan untuk merekomendasikan

kepada Presiden untuk mencabut peraturan-peraturan daerah yang bermasalah.

Peran Presiden sebagai kapala pemerintahan dapat menertibkan keberadaan

Page 90: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

80

peraturan-peraturan daerah yang bermasalah. Pemerintah dalam arti formal

mengandung kekuasaan mengatur atau Verordnungsgewalt dan kekuasaan

memutus atau Entscheidungsgewalt. Dan pemerintah dalam arti material berisi

unsur memerintah dan unsur menghubungkan sepenuhnya antar lembaga

pemerintahan atau das Element der Regierung und das der Vollziehung. 13

Selain itu juga terdapat peran Mahkamah Agung untuk melakukan uji materiil

terhadap Peraturan Daerah.

Amiruddin juga mengatakan belum terciptanya iklim investasi yang

kondusif di daerah terjadi akibat penyimpangan fungsi dari peraturan daerah.

Hingga kini pembuatan peraturan daerah semata-mata didasari pada

peningkatan pendapatan asli daerah, bukan pengendalian regulasi yang

mendukung iklim investasi di daerah yang bersangkutan. Kebijakan

meningkatkan pendapatan melalui peraturan daerah hanya memberikan

pemasukan jangka pendek. Belum banyak kepala daerah yang menyadari

bahwa dengan meminimalisir pungutan-pungutan akan mengundang penanam

modal. Kedatangan penanam modal berdampak luas terhadap peningkatan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.14

Dengan adanya pembagian kewenangan urusan pemerintahan terkait

dengan penyelenggaraan penanaman modal antara pemerintah dengan

13 Ibid.14 Ibid.

Page 91: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

81

pemerintah daerah maka penanaman modal dapat memahami dengan pasti

prosedur perizinan terkait izin penanaman modal.

Buruknya peradilan di Indonesia membuat citra peradilan tidak

mendapatkan kepercayaan dan berada pada titik terendah di mata masyarakat

Indonesia dan di mata penanaman modal. Salah satu godaan kuat orang berani

melakukannya adalah korupsi tidak sendirian. Korupsi yang dilakukan beramai-

ramai, tertib, dalam lingkungan yang saling mengenal, dan dengan pembagian

jatah masing-masing. Kawanan koruptor merasa negara tidak mungkin

memproses hukum bagi banyak personel suatu instansi secara bersamaan,

dengan resiko pelayanan publik terganggu.15

Sebagai pertahanan terakhir dalam mencari keadilan, aparatur

pengadilan harusnya menjaga diri untuk tidak melakukan tindakan korupsi dan

menjaga integritas moral. Maka upaya pengembalian kepercayaan masyarakat

terhadap pengadilan akan tumbuh. Kepercayaan masyarakatpun terhadap

aparatur pengadilan tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi dapat tumbuh bila

diupayakan dengan maksimal. Pengawasan yang melekat dari atasan terhadap

bawahan terus dilakukan dan selalu dievaluasi, maka akan tumbuh kesadaran

yang baik dari aparatur untuk tidak melakukan korupsi.

15 Yongki Karman, “Korupsi Manusia Indonesia”, Kompas, 10 April2010, h. 6.

Page 92: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

82

Dalam hal korupsi yang dilakukan secara bersama-sama, para aparatur

birokrasi melakukan korupsi dengan adanya perintah dari atasan atau pejabat

negara. Pejabat negara secara langsung memerintahkan untuk melakukan

korupsi. Hasil korupsi yang didapat kemudian dibagi-bagikan kepada pegawai

aparatur negara.

Aristoteles menyebutnya sebagai mob rule yang artinya ialah apa yang

dilakukan setiap orang dan semakin banyak, itulah yang menjadi standar atau

ukuran sekaligus aturan. Seburuk apapun perilaku itu, jika semua orang

melakukannya, berarti dapat diterima sebagai kebenaran dalam ukuran

komunitas.16 Pada dasarnya ukuran moral terhadap tindakan korupsi tidak

diterima oleh masing-masing pribadi. Namun karena korupsi dilakukan secara

terang-terangan dan dilakukan bersama, ukuran moral itu bergesar menjadi

adanya pembenaran mengenai tindakan korupsi dan menjadi budaya hukum

korupsi.

Para investor akan memperhatikan budaya hukum masyarakat dan

pelaku bisnis dalam menghadapi setiap permasalahan yang berkaitan dengan

hukum. Budaya hukum adalah persepsi atau pandangan masyarakat terhadap

sistem hukum. para investor sangat membutuhkan adanya kepastian hukum

yang diwujudkan melalui kepatuhan terhadap kontrak atau kerja sama yang

16 Tulus Sudarto, “Minoritas Antikorupsi”, Kompas, 17 April 2010, h.7.

Page 93: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

83

telah dan adanya kepastian tentang mekanisme penyelesaian jika terjadi

sengketa.

Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani, juga mempersoalkan

masalah lahan sebagai salah satu penghambat perkembangan bidang pertanian.

"Itu sebabnyanya sektor pertanian hanya tumbuh 4 persen, sedangkan sektor-

sektor lainnya bisa tumbuh di atas 5 persen," katanya. Dia mengakui, terkait

masalah lahan bagi pengembangan agribisnis, sebenarnya pemerintah pusat

sudah berupaya menyiapkannya, termasuk peraturannya. "Namun hal itu belum

didukung oleh peraturan daerah (perda) yang mesti disiapkan oleh pemerintah

daerah," ujar Aviliani.

Indonesia sebetulnya tidak perlu merasa khawatir akan dijauhi investor

asing. Investasi yang sudah ada tidak akan lari jika sistem usaha yang bersih

atau clean business system diterapkan. Menurut Mantan Ketua MPR RI Amien

Rais, mengatakan bahwa kalau Indonesia jauh dari KKN, maka investor akan

datang berduyun-duyun ke Indonesia.17

17 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika,2010), h. 60-61.

Page 94: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peraturan perundang-undangan di bidang investasi selama kurun waktu

terakhir ini, belum mampu mencerminkan aspek kepastian hukum. Hal ini

disebabkan munculnya peraturan yang cenderung memberatkan penanam

modal seperti kasus peraturan daerah yang tidak singkron dengan peraturan-

peraturan diatasnya. Selain itu, Keberadaan pengadilan sebagai salah satu

fungsi menyelenggarakan proses peradilan dalam menerima, memeriksa,

dan mengadili sengketa masyarakat ternodai dengan adanya praktek jual-

beli putusan. Perilaku korupsi di lingkungan pengadilan ini telah menjadi

momok yang menakutkan bagi para pihak salah satunya adalah penanam

modal. Hampir di setiap lini di lingkungan pengadilan, tidak hanya terdapat

praktek jual beli, tetapi juga terjadi praktek pemerasan. Korupsi juga

menjadi budaya hukum pada tingkat pemerintahan. Korupsi dilakukan

aparatur pemerintah secara sistematis, terencana, dan bersama-sama

sehingga korupsi merupakan suatu budaya yang harus dihentikan untuk

memberikan perlindungan dan kepastian penanaman modal di Indonesia.

Page 95: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

85

2. Telah terjadi perubahan prinsip dasar serta istilah dalam pelaksanaan

pembangunan ekonomi, setelah pemerintah menerbitkan undang-undang

yang meratifikasi WTO. Demikian juga dengan lahirnya Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sehingga mempunyai

pengaruh besar terhadap lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal. Pengadilan juga diartikan tidak hanya badan

untuk mengadili, melainkan suatu pengertian yang abstrak yaitu memberi

keadilan dan perlindungan bagi setiap pihak. Unsur subjektif memegang

peran yang dominan terhadap pandangan berbagai pihak pada keadilan itu

sendiri.

3. Faktor terpenting yang mempengaruhi terciptanya kepastian dan

perlindungan hukum bagi penanaman modal di Indonesia adalah terciptanya

aparatur penegakan hukum yang berkualitas. Selain itu, budaya demontrasi

anarkis yang dilakukan masyarakat untuk menyatakan tuntutan akan hak-

haknya di muka umum adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

penanaman modal. Pada saat ini juga, budaya hukum atau legal culture

yang diberikan oleh para pengusaha di Indonesia belum mampu terbangun

dengan baik. Budaya hukum suap-menyuap antara pengusaha kepada

pemerintah sudah biasa terjadi pada negara-negara berkembang. Pada

tingkat pemerintahan, korupsi dilakukan aparatur pemerintah secara

sistematis, terencana, dan bersama-sama. Dalam hal mempersiapkan lahan

tanah, pemerintah pusat sudah berupaya menyiapkan, termasuk

Page 96: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

86

peraturannya. "Namun hal itu belum didukung oleh peraturan daerah

(perda) yang mesti disiapkan oleh pemerintah daerah. Masalah lain yang

juga menghambat perkembangan sektor pertanian adalah tak adanya lagi

rencana pembangunan jangka panjang.

B. Saran

1. Pemerintah harus mampu menegakkan hukum dan memberikan jaminan

keamanan terutama ketegasan pemerintah dalam menerapkan peraturan dan

kebijakan. Investasi asing akan sulit masuk ke Indonesia tanpa adanya

pengaturan yang jelas antara pusat dan daerah. Dengan adanya pembagian

kewenangan urusan pemerintahan terkait dengan penyelenggaraan

penanaman modal antara pemerintah dengan pemerintah daerah maka

penanaman modal dapat memahami dengan pasti prosedur perizinan terkait

izin penanaman modal. Indonesia sebetulnya tidak perlu merasa khawatir

akan dijauhi investor jika sistem usaha yang bersih atau clean business

system telah diterapkan.

2. Dalam hal adanya peraturan-peraturan daerah yang bermasalah, menteri

Dalam Negeri mempunyai tugas dan kewenangan untuk merekomendasikan

kepada Presiden untuk mencabut peraturan-peraturan daerah yang

bermasalah. Selain itu juga terdapat peran Mahkamah Agung untuk

melakukan uji materiil terhadap Peraturan Daerah.

3. Aparatur pengadilan harusnya menjaga diri untuk tidak melakukan tindakan

korupsi dan menjaga integritas moral. Demonstrasi anarki seharusnya tidak

Page 97: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

87

perlu dilakukan, karena akan merugikan semua pihak baik penanam modal,

pemerintah, maupun masyarakat. Pengawasan yang melekat dari atasan

terhadap bawahan terus dilakukan dan selalu dievaluasi, maka akan tumbuh

kesadaran yang baik dari aparatur birokrasi untuk tidak melakukan korupsi.

Page 98: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

88

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing.Jakarta: Pustaka Jaya. 1994.

Anwar, H. Jusuf. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. PT.Alumni. 2005.

Asshiddiqie, Jimly dan Safa’at, M. Ali. Teori Hans Kelsen Tentang Hukum.Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006.

Aug, Robbert. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. PT Mediasoft Indonesia,1997.

Diniyati, Hilda Hilmiah. “Perlindungan Hukum bagi Investor dalam PasarModal (Studi pada Gangguan Sistem Transaksi di Bursa EfekIndonesia)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

“Direkomendasikan 1.000 perda Dibatalkan”. Kompas. 17 Juli 2010.

Dirdjosisworo, Soedjono. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT. RajagrafindoPersada, 2008.

Farida, Maria. Ilmu Perundang-undangan Dasar-dasar Pembentukannya,cet.XI. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Fuady, Munir. Hukum Bisnis: Dalam Teori dan Praktik. Bandung: Citra AdityaBakti. 2002.

Garner, Bryan A. Black’s Law Dictionary, ninth edition. St. paul: West, 2009.

Hadhikusuma, Lihar RT Sutantya R. dan Sumantoro. Pengertian Pokok HukumPerusahaan: Bentuk-bentuk Perusahaan yang berlaku di Indonesia.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1996.

Harjono, Dhaniswara K. Hukum Penanaman Modal, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. 2007.

Hartono, Sunaryati. Beberapa Masalah Transnasional Dalam PenanamanModal Asing di Indonesia. Bandung: Binacipta, 1972.

Page 99: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

89

Hasanah, Hetty. “Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian PembiayaanKonsumen atas Kendaraan Bermotor dengan Fidusia”. artikeldiakses pada 3 Februari 2014 darihttp://jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html.

Hasbullah, Frieda Husni dan Sardjono, H.R. Bunga Rampai PerbandinganHukum perdata.

Hasibuan, Hamdi. “Peranan Lembaga Kemasyarakatan dalam Penegakan Hukumdan Perlindungan Hak Asasi Tahanan dan Narapidana (Studi padaLembaga Pemasyarakatan Kelas II A Anak Medan).” Skripsi S1 FakultasHukum, Universitas Sumatera Utara, 2009.

Huala, Adolf. Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum PerdaganganInternasional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Kencana.2007.

Julia, Syamsiar. “Pelanggaran HAM dan Peran POLRI dalam Penegakan Hukum diIndonesia.” Jurnal Akademik Universitas Sumatera Utara.

Kansil, C.S.T dan Kansil S.T. Christine. Pokok-Pokok Pengetahuan HukumDagang Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika. 2008.

Karman, Yongki. “Korupsi Manusia Indonesia”. Kompas. 10 April 2010.

Kelsen, Hans. Dasar-Dasar Hukum Normatif. Jakarta: Nusamedia, 2009.

Manan, Abdul. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di PasarModal Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009.

Mertokusumo, Sudikno. “Mengenal Hukum Suatu pengantar”, cet.III.Yogyakarta: Liberty, 2002.

Muchsin. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia.Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret,2003.

Muhaimin, Yahya A. Bisnis dan Politik. Jakarta: LP3ES, 1990.

Page 100: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

90

Nafik HR, Muhammad. Bursa Efek & Investasi Syariah. Jakarta: Serambi,2009.

“Pemegang Paten Perlu Perlindungan Hukum”. Republika. 24 Mei 2004.

“Perda Hanya Untuk pendapatan”. Kompas. 16 Juli 2010.

“Perda Perburuk Iklim Investasi”. Kompas. 14 Juli 2010.

Porta, Rafael La. “Investor Protection and Cororate Governance; Journal ofFinancial Economics”, no. 58, Oktober 1999: h. 9.

Rahardjo, Satjipro. Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia. Jakarta: Kompas,2003.

Rahardjo,Satjipto. Ilmu Hukum. cet. VI. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2006.

Rahayu. 2009. Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. PeraturanPemerintah RI, Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Tatacara PerlindunganKorban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia YangBerat Undang-Undang RI, Nomor 23 Tahun 2004 TentangPenghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Roppke, Jochen. Kebebasan yang Terhambat; Perkembangan Ekonomi danPerilaku Kegiatan Usaha di Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1986.

Sadli, Muhammad. Indonesian Economic Development. Board Record ed. vol.6 November 1969. Jakarta: Board Record, 1969.

Salim dan Septiana Nurbaini, Erlies. “Penerapan Teori Hukum pada PenelitianTesis dan Disertasi”. cet. 1. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013

Salim. dan Sutrisno, Budi. Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: RajawaliPersada, 2007.

Sembiring, Sentosa. Hukum Investasi. Bandung: CV. Nuansa Aulia. 2007.

Setiono. “Rule of Law”. Surakarta: Disertasi S2 Fakultas Hukum, UniversitasSebelas Maret, 2004.

Soekanto,Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 2008.

Page 101: M. Andi Firdaus.FSH.pdf

91

Sudarto, Tulus. “Minoritas Antikorupsi”. Kompas. 17 April 2010.

Syahatah, Husein. Fayyadh, Athiyyah. Bursa Efek: Tuntutan Islam dalamTransaksi di Pasar Modal. Jakarta: Pustaka Progressif, 2004.

Syakir, Muhammad. “Definisi Investasi”. artikel diakses darihttp://carapedia.com/pengertian_definisi_investasi_info2073.html.

Tim Penyusun PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. PendidikanKewarganegaraan Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani. Jakarta:IAIN Jakarta Press, 2000.

“Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum dan Kontrak Franchise”, artikeldiakses pada 3 Maret 2013 darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35732/6/Chapter%20III-V.pdf.

Untung, Hendrik Budi. Hukum Investasi. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.