Lutung Jawa

download Lutung Jawa

of 28

description

lutung jawa

Transcript of Lutung Jawa

Lutung Jawa (Trachypithecusauratus)Posted on13 Juli 2010byalamendahLutung jawa, dalam bahasa latin disebutTrachypithecus auratusmerupakan salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana spesies lutung lainnya, lutung jawa yang bisa disebut juga lutung budeng mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm, dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm.Lutung jawa atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaituTrachypithecus auratus auratusdanTrachypithecus auratus mauritius.SubspesiesTrachypithecus auratus auratus(Spangled Langur Ebony) bisa didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Sedangkan subspesies yang kedua,Trachypithecus auratus mauritius(Jawa Barat Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten.Lutung jawa atau lutung budeng dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan Lutung, Ebony Leaf Monkey, Javan Langur. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) lutung ini dikenal sebagaiTrachypithecus auratusyang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Trachypithecus kohlbruggei (Sody, 1931), Trachypithecus maurus (Horsfield, 1823), Trachypithecus pyrrhus (Horsfield, 1823), Trachypithecus sondaicus (Robinson & Kloss, 1919), dan Trachypithecus stresemanni Pocock, 1934.Ciri Fisik dan Perilaku.Lutung jawamempunyai ukuran tubuh sekitar 55 cm dengan panjang ekor hampir dua kali lipat panjang tubuhnya mencapai 80 cm. Berat tubuhnya sekitar 6 kg.Bulu lutung jawa (Trachypithecus auratus) berwarna hitam dan lutung betina memiliki bulu berwana keperakan di sekitar kelaminnya. Lutung jawa (lutung budeng) muda memiliki bulu yang berwarna oranye. Untuk subspesiesTrachypithecus auratus auratus(Spangled Langur Ebony) meliki ras yang mempunyai bulu seperti lutung jawa muda dengan warna bulu yang oranye sedikit gelap dengan ujung kuning.

Lutung jawa dalam kelompoknyaLutung jawa hidup secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri sekitar 7 20 ekor lutung dengan seekor jantan sebagai pemimpin kelompok dan beberapa lutung betina dewasa. Lutung betina hanya melahirkan satu anak dalam setiap masa kehamilan. Beberapa induk betina dalam satu kelompok akan saling membantu dalam mengasuh anaknya, namun sering kali bersifat agresif terhadap induk dari kelompok lain.Lutung jawa (lutung betung) merupakan satwa diurnal yang lebih banyak aktif di siang hari terutama di atas pohon. Makanan kegemaran satwa ini antara lain dedaunan, beberapa jenis buah-buahan dan bunga. Terkadang binatang ini juga memakan serangga dan kulit kayu.Habitat dan Persebaran. Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya bisa dijumpai di pulau Jawa, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Keberadaan lutung jawa di pulau Lombik diduga karena proses introduksi.Habitat alami lutung jawa (lutung budeng) adalah kawasan hutan dengan berbagai variasi mulaihutan bakaudi pesisir pantai, hutan rawa air tawar, hutan dataran rendah, hutan meranggas, hingga hutan dataran tinggi hingga ketinggian mencapai 3.500 mdp. Daerah jelajah lutung jawa mencapai seluas 15 ha.Populasi, Konservasi, dan Ancaman. Populasi lutung jawa (Trachypithecus auratus) semakin mengalami penurunan. Karena itu bintang pada 2008 dikategorikan olehIUCN Redlistdalam status konservasi Terancam (Vulnerable).CITESjuga memasukkan spesies ini dalam Apendiks II.Populasi lutung jawa masih dapat ditemukan dibeberapa cagar alam di Jawa sepertiTaman Nasional Ujung Kulon, Cagara Alam Pangandaran, TN. Meru Betiri, TN. Bromo Tengger Semeru, Gunung Halimun, Gunung Dieng, Gunung Arjuno, Alas Purwo dll.Ancaman utama terhadap lutung jawa disebabkan oleh berkurangnya habitat sebagai dampakdeforestasi hutandan perburuan yang dilakukan manusia.Terakhir, tentunya tak seorangpun dari kita yang rela jika kita kehilangan spesies endemik lutung jawa ini.Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Primates; Famili: Cercopithecidae; Genus:Trachypithecus; Spesies:Trachypithecus auratus.Nama binomial (latin):Trachypithecus auratus. Nama Indonesia: Lutung jawa atau Lutung betung.

GEOGRAFIMAX !!!Blog ini berisi tulisan mengenai geografi/SABTU, 16 FEBRUARI 2013Kajian Terhadap Hewan Lutung Jawa (Trachypithecus auratus)

A. DESKRIPSI

Lutung Jawa adalah salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana spesies lutung lainnya, lutung Jawa yang bisa disebut juga lutung budeng mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm, dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm. Lutung Jawa atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaituTrachypithecus auratus auratusdanTrachypithecus auratus mauritius.SubspesiesTrachypithecus auratus auratus(Spangled Langur Ebony) bisa didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Sedangkan subspesies yang kedua,Trachypithecus auratus mauritius (Jawa Barat Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten. Lutung Jawa atau lutung budeng dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan Lutung, Ebony Leaf Monkey, Javan Langur. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) lutung ini dikenal sebagaiTrachypithecus auratusyang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Trachypithecus kohlbruggei (Sody, 1931), Trachypithecus maurus (Horsfield, 1823), Trachypithecus pyrrhus (Horsfield, 1823), Trachypithecus sondaicus (Robinson & Kloss, 1919), dan Trachypithecus stresemanni Pocock, 1934. Bulu lutung Jawa (Trachypithecus auratus) berwarna hitam dan lutung betina memiliki bulu berwana keperakan di sekitar kelaminnya. Lutung Jawa (lutung budeng) muda memiliki bulu yang berwarna oranye. Untuk subspesiesTrachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony) meliki ras yang mempunyai bulu seperti lutung Jawa muda dengan warna bulu yang oranye sedikit gelap dengan ujung kuning. Lutung Jawa hidup secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri sekitar 7 20 ekor lutung dengan seekor jantan sebagai pemimpin kelompok dan beberapa lutung betina dewasa. Lutung betina hanya melahirkan satu anak dalam setiap masa kehamilan. Beberapa induk betina dalam satu kelompok akan saling membantu dalam mengasuh anaknya, namun sering kali bersifat agresif terhadap induk dari kelompok lain. Lutung Jawa (lutung betung) merupakan satwa diurnal yang lebih banyak aktif di siang hari terutama di atas pohon. Makanan kegemaran satwa ini antara lain dedaunan, beberapa jenis buah-buahan dan bunga. Terkadang binatang ini juga memakan serangga dan kulit kayu.

Morfologi, Anatomi dan Fisiologi Secara umum, ciri-ciri morfologi pada Lutung dewasa ditandai dengan rambut penutup berwarna hitam sampai hitam keperakan. Bagian atas tubuh dari Lutung berwarna kelabu kecoklat-coklatan gelap sampai kehitam-hitaman, dengan masing-masing rambut putih di ujungnya, memberikan warna kilap perak pada mantel kulit. Rambut-rambut pada kaki bawah dan punggung paha adalah kelabu dan kaki dapat berwarna keperak-perakan daripada punggung. Perut dan bagian sebelah dalam dari paha kelabu pucat. Tangan dan kaki berwarna hitam. Daerah muka yang tidak berambut berwarna hitam. Pada beberapa individu dapat mempunyai moncong yang berwarna putih, tidak terdapat cincin yang mengelilingi mata. Cambang keputih-putihan dan cukup panjang, hampir menutupi telinga, jambul rapih dan tinggi, sangat jelas pada jantan dewasa. Lutung Jawa jantan dan betina memiliki perbedaan yang terletak pada bagian pelvik (selangkangan), yang mana pada betina berwarna putih pucat, sedangkan jantan berwarna hitam. Lutung Jawa mempunyai keistimewaan yaitu, perutnya besar dan menggantung kebawah. Ini karena jenis makanannya yang terdiri dari daun-daunan, pucuk daun serta tidak mempunyai kantung makanan pipi. Jantan dewasa pemimpin kelompok mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih besar daripada betina dewasa tapi kadang-kadang juga tidak. Gigi taring jantan dewasa lebih keras dan tajam, serta gigi geraham yang besar yang sudah terspesialisasi untuk pemakan daun. Lutung memiliki anatomi tubuh dengan susunan tulang pada tubuhnya yang panjang dan lebar. Lutung meiliki kelenjar air ludah yang besar dan saluran pencernaan yang kompleks. Trachypithecus auratus sondaicus sama seperti jenis-jenis lainnya yang termasuk Colobinae, yaitu memiliki ciri khas pada struktur lambung yang kompleks dan merupakan bentuk dasar pemisahan taksonomis.

Pergerakan Pergerakan primata secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 macam gerak dasar, yaitu:1. Vertical clinging and leaping, yaitu gerakan melompat dari pohon ke pohon dan melompat dari atas ke bawah. Pergerakan ini sering dilakukan oleh genus avahi, indri, tarsier, dan lepilemur.2. Quadropedalism, yaitu gerakan dengan berlari cepat dan perlahan, memanjat dan melompat. Pergerakan ini dilakukan oleh leur, cebus, macaca, mandriil, baboons, dan lain-lain.3. Ape locomotion, yaitu gerakan yang menggunakan kedua tangannya untuk menggelantung sehingga kedua kakinya menjadi bebas tergantung. Sering dilakukan oleh gibbon, siamang, orangutan, simpanse, gorilla.4. Bipedalism, yaitu gerakan yang menggunakan kedua kakinya dan sering dilakukan oleh manusia, seperti berdiri, melangkah dan berlari.

Tingkah Laku Makan dan Makanan

Lutung merupakan pemakan daun. Sebagai makanan pokok, daun pun mempunyai keuntungan dan kerugian sekaligus. Daun terdapat berlimpah-limpah, tetapi tidak mengandung gizi banyak. Untuk mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari daun, Lutung telah mengembangkan beberapa system pencernaan khusus, termasuk lambungnya yang mampu membesar. Untuk mempertahankan hidupnya, Lutung harus makan dedaunan dengan jumlah banyak. Sehingga setelah makan kenyang, berat makanan dan lambungnya yang besar itu mencapai seperempat dari berat badan keseluruhannya bahkan lebih. Makan dapat dimulai begitu bangun tidur hingga tidur kembali, biasanya diselingi dengan eksresi. Cara mengambil makanan biasanya dilakukan dengan dipetik oleh tangan atau langsung oleh mulut. Lutung Jawa cenderung mengarah pada hewan semi-Ruminansia yang memakan makanan dengan kadar selulosa tinggi, daun yang dimakan ada yang dimakan seluruhnya, ada yang sebagian saja. Dan sudah menjadi kebiasaan bahwa Lutung Jawa akan menjatuhkan setidaknya separuh dari makanannya ke lantai hutan. Pada kebanyakan primata dan Lutung Jawa terdapat 3 alasan mengapa primata dan juga Lutung Jawa senang berganti-ganti pilihan makanannya (Richard, 1985), yaitu:1. Kandungan nutrisi yang terkandung didalamnya.2. Kebutuhan akan jumlah dan jenis kandungan gizi yang berbeda-beda pada setiap Primata dan juga Lutung Jawa serta konsekuensinya bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.3. Kemampuan tiap jenis Primata dan juga Lutung Jawa yang berbeda-beda dalam mengolah makanannya.

Klasifikasi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) adalah satwa diurnal dan arboreal. Satwa ini dapat melompat dari satu cabang ke cabang yang lain pada pohon-pohon yang sangat tinggi jarak lompatan mencapai 3 meter (Rowe, 1996) Klasifikasi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) menurut (Napier and Napier, 1967) ialah sebagai berikut :Kingdom : AnimalPhylum : ChordataSubphylum : VertebrataClaas : MamaliaSub class : TheriaOrdo : PrimataSub ordo : AnthropoideaFamili : CercopithecideaSub famili : ColobineaGenus : TrachypithecusSpecies : Trachypithecus auratus Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) memeiliki makanan alami seperti daun-daunan dan buah-buah hutan yang merupakan makanan ideal bagi satwa yang hidup di hutan. Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) memiliki lambung yang kompleks serta mengandung bakteri untuk menguraikan daun dan menetralisir racun (Vermeulen, 2001).Habitat Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) adalah hewan diurnal dan arboreal. Satwa ini melompat dari satu cabang pohon menuju pohon lain yang sangat tinggi dan jarak lompatnya mencapai 3 meter (Rowe, 1996). Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) hidup dihutan dataran rendah hingga dataran tinggi, baik dihutan primer maupun sekunder. Mereka juga mendiami daerah perkebunan dan hutan bakau (Supriyatna dan Wahyono, 2000).Status Akibat pengurangan habitat untuk berbagai keperluan manusia, maka semenjak tanggal 22 September 1999, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) telah dilindungi undang-undang, berdasarkan SK. Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 773/Kpts-II/1999. Menurut CITES, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) termasuk dalam kategori Appendix II (Satwa yang tidak boleh di perdagangkan karena keberadaannya terancam punah) dan pada tahun 1996 oleh IUCN diketegorikan sebagai primate yang rentan (vulnerable) terhadap gangguan habitat karena terus terdesak oleh kepentingan manusia (Supriatna dan Edy, 2000).Perilaku Sosial Menurut Seoratmo (1979) dalam Tim penelitian (2003) mengatakan bahwa perilaku bintang secara umum dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu perilaku sosial binatang dalam spesies yang sama (intraspecific relationship). Kedua jenis perilaku sosial tersebut dapat terjadi pada kelompok binatang karena terdapat bentuk-bentuk komunikasi diantara anggota kelompok. Primata mempunyai perilaku yang lengkap yang berfungsi dalam berkomunikasi dan berintegtrasi dengan anggota kelompoknya. Perilaku tersebut berkembang terus disebabkan status hewan sosialnya. (Rowe, 1996). Satwa ini hidup bersama dalam kelompok sosial yang terorganisasi baik. Besarnya kalompok tergantung sepenuhnya pada persediaan makanan disuatu daerah tertentu. Jika persediaan tidak mampu menunjang semua anggotanya, beberapa kelompok kecil memisahkan diri dan pindah. Dan primata yang jantan biasanya sebagai pemimpin dalam kelompoknya baik dalam mencari makanan maupun sebagai pemimpin keamanan bagi kelompoknya. Perilaku sosial dari Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) meliputi perilaku kominikasi, perilaku sosial, peilaku bermain dan perilaku perawatan.Perilaku Komunikasi Dari hasil pengamatan bahwa banyak primata yang berkomunikasi satu sama lain melalui suara voca ldan ekspresi muka yang diubah-ubah. Ekspresi tersebut sering diiringi dengan mengecap-ecapkan bibirnya. Komunikasi tanda bahaya atau kesediaan maupun untuk mengumpulkan anggota kelompok yang terpencar biasanya dengan berteriak, menjerit, mencicit, berbisik, mendengkur, menggeram dan kalau marah mengeluarkan taring-taringnya. Sikap dan postur tubuh juga menunjukan emosi atau tindakan sebagai tanda kepada yang lain misalnya tanda untuk lari, bertahan atau menyerang. (Tim penulis, 2003). Suara aeperti Ghek-ghok-ghek-ghok(httmembers.tripod.comuakaritrachypithecus_ auratus.html).Perilaku Seksual Spesies primata pada umumnya mencapai masa remaja (pubertas) atau kematangan sosial pada waktu yang berbeda-beda. Pada simpanse, Gorila dan Orangutan masa pubertas terjadi pada umur 8 - 10 tahun. Kera gibbon pada usia 7 tahun, sedangkan Babon dan kera Eropa lainnya pada umur 4 - 6 tahun. Ada yang hanya 14 bulan, seperti Mamozet. Primata betina pada umumnya menunjukan perubahan perilaku yang berkaitan dengan perubahan fisiologis selama masa estrus. Betina sering menunjukan ketanggapan atau kesediaan seks terhadap hewan jantan. Menurut Beach (1976) dalam Ambarwati (1999) bahwa ketanggapan seks (Reeptivitas) adalah kesediaan betina untuk mengadakan kopulasi. Sedangkan Proseptivitas (kesediaan seks) adalah semua perilaku yang dilakukan betina untuk memulai interaksi seks. Kopilasi biasa terjadi dengan posisi ventro-dorsa, yaitu primata jantan menaiki betina dari bagian punggung. Tetapi ada yang dilakukan dengan keadaan si betina tetap berdiri, berbaring ataupun meringkuk. Posisi-posisi tergantung pada spesiesnya dan keduanya mempertahankan posisinya sampai terjadi Intromisi. (Chalmers, 1979).Perilaku Bermain

Pada umumnya, perilaku bermain banyak dilakukan oleh Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) anak-anak. Bermain biasa dilakukan sendiri ataupun dengan individu lain.Penggunaan Strata Sebagai satwa arboreal, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) selalu berada di atas pohon dalam setiap aktivitasnya. Hal ini dilakukan jika keadaan strata tengah dan bawah tidak memungkinkan, walaupun sering dijumpai Lutung Jawa (Trachypihtecus auratus) turun ke tanah. Sebagai pertimbangan dalah pohon yang petensialdi habitatnya tumbang karena proses pelapukan atau terjadi penebangan sehingga untuk mencapai pohon berikutnya harus melewati tanah (Kurniatin, 2004).

B. LOKASI

Taman Nasional Baluranadalah salah satuTaman NasionaldiIndonesiayang terletak di wilayahBanyuputih, Situbondo,Jawa Timur,Indonesia (sebelah utaraBanyuwangi). Nama dariTaman Nasionalini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitugunung Baluran. Gerbang untuk masuk ke Taman Nasional Baluran berada di 755'17.76"S dan 11423'15.27"E. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasisabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran ditetapkan memiliki luas sebesar 25.000 Ha. Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan SK. Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 yang terdiri dari:zona inti seluas 12.000 Ha.zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha).zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha.zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha.

C. PERSEBARAN

Para lutung Jawa ditemukan di pulau Jawa dan pulau-pulau kecil Bali dan Lombok, Indonesia (Weitzel dan Groves, 1985).Brandon-Jones (1995) menggambarkan sebuah subspesies baru mungkin dari Indocina.Di Cagar Alam Pangandaran, spesies ini hidup dalam kelompok kecil yang padat, di sisi timur taman, menghindari perkebunan jati (Watanabe et al., 1996).Namun, Kool (1986) menemukan bahwa dalam kelompok yang sama cadangan tinggal di hutan dataran rendah campuran pertumbuhan sekunder / Tectonia grandis, Swietenia macrophylla, dan perkebunan Acacia auriculiformis. Para lutung Jawa ditemukan agak umum di Gunung.Prahu, Indonesia (Nijman dan van Balen, 1998).Spesies ini telah ditemukan terjadi di hutan primer dan sekunder, baik di pedalaman dan di tepi (Nijman dan van Balen, 1998;. Gurmaya et al, 1994).Di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa, spesies ini ditemukan di semua tingkat strata hutan kecuali tanah (Gurmaya et al.,1994). Trachypithecus auratus auratus: The morph merah subspesies ini memiliki distribusi terbatas antara Blitar, Ijen, dan Pugeran, Jawa (Groves, 2001).Yang lebih umum adalah morph ditemukan di Jawa Timur, barat ke Gunung Ujungtebu (Brnadon-Jones, 1995). Trachypithecus auratus mauritius: subspesies ini memiliki distribusi terbatas di Jawa Barat ke pantai utara dari Jakarta, pedalaman ke Bogor, Cisalak, dan Jasinga, barat daya ke Ujung Kulon, maka di sepanjang pantai selatan ke Cikaso atau Ciwangi (Groves, 2001).

D. INTERAKSI Keberadaan lutung Jawa tentunya menimbulkan interaksi dengan beberapa material komponen geografi seperti: Biosfer, Lutung Jawa adalah hewan herbivora dengan makanan pokok berupa daun. Didalam daun tidak mengandung gizi yang banyak sehingga Lutung selalu mencari daun sangat banyak. Kadang-kadang sering berpindah dari satu pohon kepohon yang lain. Untuk mencari makanan Lutung memetik daun sebanyak-banyaknya. Separuh dari hasil petikannya akan dijatuhkan ke bawah sehingga akn menjadi kompos alami oleh lingkungan sekitar pohon. Sementara untuk Lutung Jawa sering melakukan ekskresi yang dapat membantu kesuburan tanah melalui pupuk kandangnya. Memang Interaksi antara vegetasi tidak selalu menguntungkan kadang-kadang lutung mematahkan cabang untuk arena bermainnya. Lutung sendiri mempunyai pemangsa tercatat elang merupakan pemangsa utamanya biasanya lutung akan mendeteksi keberadaan binatang lain untuk itu pohon dijadikan tempat pelindungnya walaupun terkadang gagal. Antroposfer, Lutung banyak dijadikan binatang perburuan karena tergolong primata yang eksotis apalagi anaknya banyak dipejual belikan di pasar burung pusat jalur pedagangan ini adalah Jalur Ngawi ke Timur. Lutung memang sering merusak tanaman petani karena perilaku lutung yang membutuhkan space besar untuk berpindah-pindah untuk itu sering dijadikan hama yang istimewa. Dilema petani yang banyak dirugikan tapi seringkali banyak yang ditembak ataupun diburu memakai anjing karena sangat merugikan. Habitat alami Lutung sekarang telah dijadikan lahan pertanian sehingga tidak salah kalu lutung serng menyerang tanaman pertanian. Jika dilihat pengaruhnya ke manusia, maka yang paling berbahaya adalah ketika mereka tidak bebas dari penyakit menular (Zoonosis). Beberapa penyakit menular yang berbahaya diantaranya Herpes, TBC, Hepatitis B, Scabies, Avian influenza, Rabies, Salmonellosis dan beberapa penyakit zoonosis lainnya. Keadaan tersebut membutuhkan monitoring dan pengendalian dengan cara pencegahan dan penanggulangan secara tepat dan cepat Karena status primata yang rentan terhadap kepunahan manusia berpikir untuk mengkonservasi agar tidak terjadi kepunahan. Hewan-hewan hasil dari perburuan liar akan direhabilitasi pada pusat penangkaran hewan. Disini peran manusia yang melatih agar dapat kembali ke habitat asli dengan melakukan karantina terlebih dahulu.

E. MANFAAT Manfaat yang dapat diperoleh dari kajian terhadap lutung Jawa ini adalah diharapkan dapat :Menambah informasi mengenai deskripsi, persebaran, interaksi, dan mengetahui manfaat-manfaat secara langsung yang dapat diperoleh.Ikut membantu mensosialisasikan dalam upaya perlindungan spesies Trachypithecus auratus yang yang telah masuk kedalam daftar merah status VU (vulnerable) hewan yang rentan terhadap kepunahan.Menginformasikan bahwa satwa monyet, kalau termasuk jenis yang liar, harus dikarantina lebih dulu setelah ditangkap. Pertimbangannya, penyakit yang ada pada kera ini sangat banyak. Kera yang habis ditangkap itu harus dikarantina dulu dan diberi vaksin, baru aman, Kita ketahui bahwa didalam perkembangan jenisnya satwa primata adlah paling dekat dengan manusia. Bila ada kera yang sakit untuk dipelihara ataupun dikonsumsi dagingnya semakin mudah untuk tertular penyakitnya. Seperti pada penyakit HIV yang menakutkan adalah penyakit yang berasal dari keluarga simpanse.Ikut menolak perdagangan primata di dunia karena primata tidak layak untuk diperjual belikan secara bebas, diburu, dibunuh apalagi untuk dimakan dagingnya. Didalam data disebutkan Sebagian masyarakat percaya bahwa daging lutung bisa menyembuhkan penyakit sesak napas. Selain itu daging lutung juga menjadi makanan pelengkap untuk pesta minuman keras. Lutung itu ditangkap dari kawasan Taman Nasional Merubuteri, Alas Purwa, dan Baluran. Daging lutung sebagian besar dikirim ke Bali.Untuk keperluan pariwisata, Lutung Jawa adalah jenis primata endemik Jawa yang tergolong primata yang eksotis. Untuk melihatnya dapat mengunjungi Kebun binatang, Suaka margasatwa, Taman nasional dan sebagainya. Juga di Jawa Barat ada kisah tentang Lutung Kasarung(artinyaLutung yang Tersesat) adalahcerita pantunyang mengisahkan legendamasyarakat Sundatentang perjalanan Sanghyang Guruminda dari Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah(Bumi) dalam wujud seekorlutung(sejenismonyet). Dalam perjalanannya di Bumi, sang lutung bertemu dengan putri Purbasari Ayuwangi yang diusir oleh saudaranya yang pendengki, Purbararang. Lutung Kasarung adalah seekor mahkluk yang buruk rupa. Pada akhirnya ia berubah menjadi pangeran dan mengawini Purbasari, dan mereka memerintah Kerajaan Pasir Batang dan Kerajaan Cupu Mandala Ayu bersama-sama.

F. PREDIKSI

Lutung Jawa telah dikategorikan kedalam primata yang rentan terhadap VU (vulnerable) karena perusakan habitat oleh akibat dari ulah manusia. Proses deforestasi dengan pembakaran hutan untuk kepentingan pertanian adalah ancaman yang paling utama. Ini tidak terjadi di satu tempat namun terjadi disemua habitat pada pulau Jawa yang mengancam spesies ini. . Sementara ini masih cukup banyak orang yang senang berburu Lutung untuk hobi maupun untuk dijual dan menemukan orang-orang yang menjual hewan. Biasanya ditemukan anak Lutung yang berwarna coklat, karena pemburu biasa menembak induknya dan mengambil sang anak. Tercatat didalam Indonesia Profauna bahwa banyak anak lutung Jawa diperjual belikan di pasar burung, antara lain Pasar Burung Pramuka Jakarta. Bratang Surabaya, Kupang Surabaya, Sukahaji Bandung dan Ngasem Yogyakarta. Lutung dijual seharga Rp 150.000 250.000 per ekor. Seringkali anak lutung itu juga dijual di depan mall, seperti di Bandung Indah Plaza. Lutung juga dijual dalam bentuk opsetan. Salah satu pemicu maraknya perdagangan satwa liar di Indonesia adalah lemahnya penegakan hukum yang melindungi satwa liar. Perdagangan satwa liar yang dilindungi undang-undang terjadi dengan terbuka di sejumlah tempat. Sangat mudah menemukan satwa langka dilindungi yang dijual di banyak pasar burung. Menurut Undang-Undang nomer 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, perdagangan dan kepemilikan satwa dilindungi adalah dilarang (pasal 21). Pelanggar dari ketentuan tersebut dapat dikenakan pidana penjara 5 tahun dan denda maksimum Rp 100 juta (pasal 40). Dengan demikian perdagangan satwa liar yang dilindungi adalah sebuah tindakan kriminal. Perdagangan ilegal satwa liar akan sulit diberantas, ketika aparat penegak hukum justru terlibat dalam bisnis bernilai milyaran rupiah ini. Keberanian dan keseriusan polisi dan Departemen Kehutanan dalam melawan mafia perdagangan satwa liar menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menghentikan perdagangan ilegal satwa liar yang dilindungi undang-undang. Apabila perusakan habitat lutung ini terus dilakukan maka lutung ini akan diambang kepunahan. Untuk itu perlu adanya upaya konservasi spesies endemik ini. Dengan melakukan; Perlindungan Area/lokasi misalnya seperti pada sistem Taman Nasional, Perlindungan sumber daya dan habitat, manajemen spesies konservasi secara intens, peninjauan sumber makanan pada habitat asli, razia perdagangan hewan ini di tempat-tempat seperti pasar burung dll, proses edukasi dan peringatan melalui berbagai media ataupun media kreatif seperti didalam tokoh lutung jawa bahwa lutung tidak boleh diburu, penegakan hukum dan undang-undang tentang satwa.

Sumber

Lutung Jawa. (http://wawankebomapalipma.blogspot.com/) diakes tanggal 13 Oktober 2011

Maraknya Perburuan Lutung Jawa. (agastapuspa.files.wordpress.com/2011/04...) diakses tanggal 12 Oktober 2011

Mencegah Satwa Liar Punah. (http://mencegahsatwaliarpunah.blogspot.com/) diakses tanggal 15 Oktober 2011

Profauna Keliling Kota Mengajak Masyarakat Untuk Peduli Pelestarian Primata. (http://www.profauna.org/content/id/primate_campaign/profauna_keliling_kota_mengajak_masyarakat_untuk_peduli_pelestarian_primata.html#top) diakses tanggal 11 Oktober 2011

Hari Kebebasan Lutung Jawa. (http://koranpdhi.com/buletin-edisi10/edisi10.htm) diakes tanggal 12 Oktober 2011

Lutung Kasarung. (http://id.wikipedia.org/wiki/Lutung_Kasarung) diakses tanggal 16 Oktober 2011

Javan Langur. (http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/classification/Trachypithecus_auratushtml#Trachypithecus auratus) diakses tanggal 13 Oktober 2011

Javan Langur. (http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/...) diakses tanggal 12 Oktober 2011

Lutung Jawa (Trachypithecusauratus).(http://alamendah.wordpress.com/2010/07/13/lutung-jawa-trachypithecus-auratus/) diakses tanggal 14 oktober 2011

Javan Langur (Trachypithecus auratus). (http://www.theprimata.com/trachypithecus_auratus.html) diakses tanggal 10 Oktober 2011

Foto Lutung Jawa. (http://ocgaviation.com/vista.php?q=lutung-jawa) diakses tanggal 14 Oktober 2011

Range Map. (http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/22034/0/rangemap) diakses tanggal 14 Oktober 2011

By: Wisnu Sinartejo

Beberapa penyakit menular yang berbahaya pada lutung Jawa di antaranya TBC, herpes, hepatitis B, rabies, avian influensa, salmonellosi, dan beberapa penyakit zoonosis.MenurutMace dan Balmford dalam the IUCN Red List of Threatened Speciestahun 2000 serta Supriatna dan Wahyono (2000), klasifikasi dari Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) adalah :

Kerajaan : AnimaliaFilum : ChordataKelas : MamaliaOrdo : PrimataFamily : CercopithecidaeGenus : TrachypithecusSpesies : Trachypithecus auratus

Menurut Supriatna dan Wahyono (2000), keluarga besar lutung pada awalnya dimasukan kedalam genusPresbytis, namun sekarang beberapa jenis dimasukn kedalam genusTrachypithecus. Indonesia memiliki keluarga lutung (family Cercopithecidae) yang terdiri dari sepuluh jenisPresbytisdan dua jenisTrachypithecus.Daftar Pustaka Napier JR, Napier PH. 1967. A Hand Book of Living Primates. The MIT Pr Supriatna J dan EH Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Susetyo Budi. 2004. Penaksiran Populasi Lutung Budeng (Trachypithecus auratus) di Resort Rowobendo Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. YogyakartaPosted byMuchlisin Riadi

Mengintip Primata-primata Sitaan di Pusat Rehabilitasi CiwideyJanuary 26, 2013Indra Nugraha (Kontributor Jawa Barat)20700

Neneng, Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), yang tak bisa dilepasliarkan karena mengidap penyakit SRV di Pusat Rehabilitasi Ciwidey. Foto: Ridzki R SigitLutung Jawa penghuni salah satu kandang di kawasan Karantina The Aspinall Foundation, Ciwidey Bandung itu tampak biasa. Tak nampak keanehan sedikit pun pada Neneng, lutung berusia tiga tahun itu. Ia terlihat lincah bergelayutan pada ranting pohon di kandang besi berukuran lima kali dua meter persegi itu. Namun, Neneng tak bisa dilepasliarkan kembali alam. Mengapa? Ternyata lutung yang diambil dari hasil sitaan itu mengidap virusSimian Retro Virus(SRV).Made Wedana, Direktur Eksekutif The Aspinall Foundation Indonesia mengatakan, SRV sejenis virus penyerang sistem kekebalan tubuh pada hewan. Sama seperti virus HIV yang menyerang manusia, katanya, pertengahan Januari 2013.Awalnya, Lutung Jawa, di sana ada empat ekor. Karena semua satwa itu pengidap SRV, hingga mati satu per satu, tersisa hanya Neneng. Kalau dilepasliarkan ke alam, nanti bisa menularkan ke lutung Jawa yang lain. Jadi Neneng tidak bisa dilepasliarkan. Seharusnya disuntik mati agar tidak menularkan ke satwa lain, tapi kami tidak tega.Made mengatakan, euthanasia belum bisa dilakukan karena tak ada tim yang membahas persoalan teknisnya. Padahal bahasan mengenai masalah ini sudah muncul sejak 2000. Kementerian Kehutanan berencana membentuk tim terdiri dari asosiasi dokter hewan, peneliti LIPI dan Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), hingga kini belum terealisasi.Primata di penghuni rehabilitasi ini ada 13 owa Jawa, satu surili dan empat lutung Jawa. Primata ini hasil sitaan dari penjual atau pemelihara oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan lembaga lain sejak 2011. Hampir semua primata sitaan punya penyakit. Di sini hampir semua hepatitis B. Yang terbebas penyakit hanya dua ekor jadi sulit dilepas kembali ke habitat asli, ucap Made.Sebenarnya, jika primata sitaan terbebas penyakit, proses rehabilitasi untuk dilepasliarkan ke alam tidak memerlukan waktu lama, sekitar 3-6 bulan latihan perilaku.Saat ini, pusat rehabilitasi ini melakukan penelitian guna mengetahui apakah di alam terdapat hepatitis B atau tidak lewat media kotoran. Ada teknik baru dikembangkan di Inggris untuk bisa mengecek hepatitis B primata dari kotoran.Penelitian mengenai keberadaan hepatitis B di alam sangat penting. Jika ternyata ditemukan ada hepatitis B di alam, primata di pusat rehabilitasi yang sudah terkena bisa dilepas. Penelitian ini terobosan baru karena selama ini jika ingin memeriksa darah satwa di alam, harus ditembak dan dibius. Tindakan menembak, dibius dan diambil darah pada saat primata aktif di alam sangat sulit dan mempunyai risiko sangat besar. Karena itu, penelitian ini sangat penting.Metode ini sudah dicoba tahun lalu dengan mengambil sampel kotoran owa Jawa. Menurut Made, ada kemungkinan bisa dilakukan di Indonesia, meski masih harus ada berbagai penelitian kembali memastikan keakuratan. Proses terus berlangsung. Sampel akan dites.Top of FormBottom of FormBlog punya Tia :) Home Posts RSS Comments RSSLutung pun Perlu BersosialisasiSabtu, 22 November 2008Tatapan kosong menghiasi mata Nunu. Tangannya memegang erat terali besi yang mengurungnya. Beberapa saat Nunu tidak melakukan gerakan apapun. Bahkan ia seolah tak menyadari kehadiran penulis yang mengamatinya dari luar sangkar.Sekilas Nunu tidak memiliki perbedaan dengan Lutung Jawa lainnya yang berada di Javan Langur Centre (JLC) di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Namun bila diamati lebih seksama, Lutung tersebut tidak memiliki ekor panjang menjulang seperti keluarganya yang lain.Menurut Project Manager JLC, Iwan Kurniawan, ekor Lutung yang olehnya diberi nama Nunu tersebut sengaja dipotong oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Pemotongan dilakukan untuk membuat Lutung tersebut tampak seperti Owa owa, yang memiliki harga jual lebih tinggi.Javan langur Center (JLC) adalah sebuah program terpadu tentang pelestarian Lutung Jawa. Program JLC ini merupakan kerja sama antara Yayasan PPS Petungsewu, ProFauna Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur.Iwan mengatakan, Lutung merupakan primata yang paling banyak diperdagangkan di Indonesia yaitu sekitar 5000 ekor setiap tahunnya. Angka itu merupakan yang terpantau, itu berarti jumlahnya di lapangan bisa lebih banyak dari itu, ujarnya.Lutung Jawa telah ditetapkan sebagai satwa dilindungi sejak tahun 1999 berdasarkan SK Meteri Kehutanan dan Perkebunan No. 733/Kpts-II/1999. Beberapa lembaga yang bergerak di bidang perlindungan satwa mulai melakukan kampanye untuk mengembalikan Lutung ke habitatnya. Ternyata masyarakat banyak yang tidak tahu bahwa hewan itu (Lutung) dilindungi tutur Iwan.Sejak adanya kampanye, menurut Iwan, banyak warga yang berinisiatif untuk menyerahkan hewan tersebut pada PPS agar bisa dikembalikan pada habitatnya. Namun permasalahannya tidak selesai sampai di situ. Seperti manusia, Lutung di habitatnya merupakan makhluk berkelompok yang memiliki interaksi sosial layaknya sebuah keluarga. Sementara primata yang memiliki nama latin Trachipithecus auratus tersebut sebelumnya datang terpisah-pisah baik dari hasil sitaan maupun penyerahan warga. Itu berarti, Lutung harus melewati masa karantina terlebih dahulu sampai terbentuk keterikatan sosial antar mereka dalam satu kelompok tersebut.Prosesnya pun tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Apalagi Lutung yang ditampung di JLC tidak sekaligus datang bersamaan. Bisa yang datang dalam satu waktu cuma satu atau dua ekor, bisa juga langsung 25 ekor sekaligus, ujar Iwan.Saat Lutung tiba di penangkaran, Iwan mengatakan, petugas langsung melakukan General Medical Check Up pada primata tersebut. Hal itu bertujuan untuk mengecek kesehatan Lucung dan mencegah terjadinya penularan penyakit seperti Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C , TBC dan Herves.Setelah menjalani pemeriksaan selama 7 sampai 10 hari di laboratorium, Lutung yang terkena penyakit diberikan perawatan khusus terlebih dahulu di kandang isolasi. Sementara yang dinyatakan sehat mulai menjalani masa sosialisasi dengan Lutung lainnya.Namun, Iwan mengatakan, Lutung yang baru masuk masa sosialisasi tidak bisa sekaligus disatukan dengan calon keluarga barunya di kandang utama. Hal itu disebabkan karena Lutung baru tersebut masih dianggap makhluk asing sehingga bisa dianggap musuh oleh kelompoknya. Oleh karena itu, Lutung yang baru digabungkan dengan kelompnya ditempatkan terlebih dahulu di kandang kecil yang berdempetan dengan kandang utama. Upaya tersebut bertujuan untuk melakukan proses pengenalan terlebih dahulu pada kelompok barunya.Untuk mendorong kelompok lama agar lebih cepat berkenalan dengan Lutung yang baru datang, Iwan mengatakan, petugas sengaja menyimpan pakan di dekat kandang kecil tersebut. Mau gak mau ketika sedang lapar, Lutung lainnya akan mendekati Lutung baru tersebut untuk mengambil makanan sehinggaterjadi interaksi, ujarnya.Iwan mengatakan, lamanya proses pengenalan tersebut bervariasi ada yang satu hari bahkan sampai dua tahun. Menurut dia hal itu tergantung dari karakter Lutung dalam kelompok tersebut, ada yang sensitif ada juga yang familiar. Setiap harinya, petugas penangkaran mengamati perilaku Lutung tersebut termasuk interaksi dengan kelompok barunya. Biasanya perilaku yang menunjukkan adanya keakraban diantara mereka bila satu sama lain sudah saling mencari kutu, tutur Iwan.Setelah timbul ciri-ciri keakraban antara kelompok lama dengan Lutung yang baru, Iwan menuturkan, petugas mulai memasukkannya ke dalam sangkar utama. Namun petugas pun tidak langsung melepas begitu saja, mereka masih tetap mengamati interaksi Lutung baru dengan kelompoknya tersebut. Bisa saja pada hari pertama dia aman, tapi ketika hari berikutnya ada yang menyebabkan salah satu anggota kelompok kesal maka yang baru inilah yang dijadikan sasaran kemarahannya, ujarnya.Iwan juga menghindari memasukkan sesama Lutung jantan dalam satu kelompok kecuali merupakan anaknya sendiri. Menurut Iwan, biasanya dalam satu kelompok hanya terdapat satu jantan dewasa karena jenis tersebut seringkali merasa bersaing apabila ada dalam tempat bersamaan.Tidak hanya anggota baru, petugas pun memisahkan Lutung yang akan melahirkan dari kelompoknya sampai bayinya bisa mandiri. Menurut Iwan, hal itu bertujuan agar induk Lutung bisa berkonsentrasi menyusui anaknya sampai bisa makan sendiri. Kalau langsung disatukan, biasanya si induk langsung diganggu oleh bapaknya sehingga anaknya tidak terawat, ujarnya.Selain interaksi sosial, petugas juga merancang penangkarantersebut agar sebisa mungkin serupa dengan habitatnya. Menurut Iwan, Lutung merupakan aboreal yaitu makhluk hidup yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Makanan Lutung terdiri dari 50% daun, 32% buah, 13% bunga dan sisanya serangga yang sebagian besar berada di atas pohon. Oleh karena itu, petugas penangkaran sengaja menyimpan makanan Lutung tersebut diatas sangkar dan diselipkan diantara dahan. Bagian bawah sangkar juga tidak dilapisi dengan semen namun rumput liar sehingga Lutung tidak betah berada di bawah. Kami ingin membiasakan bahwa mencari makanan itu tidak gampang, selain itu apabila di hutan mereka hidup di bawah maka akan mudah dimangsa predatornya.Menurut Iwan, kelompok Lutung yang dilepaskan ke habitatnya harus benar-benar solid sehingga bisa bertahan hidup di alam bebas. Masa sosialisasi ini biasanya lebih dari satu tahun bahkan ada yang sampai empat tahun tergantung pada sudah terbentuk atau tidaknya kesolidan dalam kelompokm tersebut. Hal itu ditentukan berdasarkan pengamatan perilaku kelompok Lutung yang dilakukan petugas penangkaran setiap harinya.Petugas juga seringkali menunggu bayi yang lahir dari keluarga Lutung tersebut terlebih dahulu sebelum benar-benar dilepas ke alam bebas. Menurut observasi, Iwan mengatakan, bayi dalam kelompk Lutung bisa menambah keberanian sang jantan untuk melindungi keluarganya dari alam maupun kompetitornya.Kelompok Lutung yang telah lulus masa sosialisasi kemudian mulai dibawa ke habitatnya di hutan hujan tropis baik pegunungan atau datarn rendah. Menurut Iwan, tempat pelepasan satwa tersebut juga harus berupa kawasan konservasi. Apabila hutan lindung dan hutan produksi memiliki akses yang terbuka sehingga cenderung tidak aman dari penangkapan manusia.Iwan mengatakan, penempatan satwa ke dalam hutan konservasi juga tidak dilepas begitu saja. Setelah dilepas, ada tim khusus lagi yang mengamati masa adaptasi kelompok tersebut di alam bebas mulai dari kekompakannya, gerakannya, cara memperoleh makanan sampai ketahanannya terhadap gangguan alam. Setelah hasil pengamatan memenuhi kriteria, Nunu dan keluarganya pun dinyatakan lulus untuk bisa menjalani kehidupan di alam bebas.Sementara itu Campaign Officer Profauna Indonesia, Asep R Purnama mengatakan bahwa Lutung sebenarnya membantu penghijauan hutan. Hal itu disebabkan karena Lutung memakan beberapa biji pohon dan menyebarkannya melalui kotoran yang dikeluarkannya. Jadi hutan sebenarnya memiliki cara alami untuk melakukan penghijauan selama ekosistemnya seimbang.Sejak tahun 2004, JLC telah melepaskan 54 Lutung Jawa ke habitatnya. Kami tidak gembar gembor akan melakukan program tertentu, kami memberikan langkah kecil namun nyata, ujarnya. (Tia Komalasari)NB : Tulisan ini versi non edit dari atikel yang diterbitkan di Harian Umum Pikiran Rakyat tanggal 13 November 2008. Tulisan di koran banyak banget yang dipotong soalnya ni tulisan kepanjangan katanya hehehehe. Ide pembuatan tulisan ini didapat waktu liputan olah raga di Malang trus diajak ma kang asep dari Profauna ke pusat penangkaran lutung. Daerahnya ada di deket kaki Gunung Kawi, Jawa Timur. Daerah yang masyarakatnya masih megang kental aliran kepercayaan.0 komentar:Poskan KomentarPosting Lebih BaruPosting LamaIni Blognya Tia :)Lihat profil lengkapkuTulisannya Tia :) 2010(2) 2008(5) November(5) Pendidikan Kita Mengidap Sindrom Kokod Monongeun... Mereka pun Tidak Berani Bermimpi Lutung pun Perlu Bersosialisasi Tidak Ada Lagi Lencana Jengkol Untuk Praja IPDN Menakar Kejujuran di Kantin SekolahAda kesalahan di dalam gadget iniCopyright 2009Blog punya Tia :)Web Design:Ray Creations. Sponsored byWeb Hosting IndiaandRay Hosting.

Owa Jawa (Hylobates moloch), hasil sitaan di pusat rehabilitasi di Ciwidey. Foto: Ridzki R Sigit

Satwa-satwa hasil sitaan yang masuk rehabilitasi ini mayoritas dalam keadaan sakit hingga sulit dilepasliarkan. Foto: Ridzki R Sigit

Ada 13 owa Jawa di pusat rehabilitasi Ciwidey, sebagian mengidap hepatitis B. Foto: Ridzki R Sigit

Saat ini pusat rehabilitasi Ciwidey, meneliti keberadaan penyakit hepatitis B di alam, guna menentukan langkah penanganan bagi satwa, seperti owa Jawa, yang menderita penyakit ini. Beberapa sampel kotoran owa Jawa sudah diambil dari beberapa tempat. Foto: Ridzki R Sigit