Luka Bakar Review

download Luka Bakar Review

of 9

description

lb

Transcript of Luka Bakar Review

Luka TembakRobby Zayendra*, Maulidawati*, Taufik Suryadi***Dokter Muda SMF Forensik Medikolegal Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUDZA Banda Aceh**Spesialis Forensik/Kepala SMF Forensik Medikolegal Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUDZA Banda Aceh

PendahuluanDewasa ini korban akibat kekerasan luka temabak makin sering didapati karena makin banyak anggota masyarakat non militer memiliki senjata api baik untuk pertahanan maupun untuk tujuan lain. Apalagi korban di daerah konfik atau daerah darurat militer.(Amir A. 2009. Luka Tembak pada Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran USU. p 91-103)Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab kematian adalah akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat bunuh diri. Di Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa korban luka tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa. Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani bagian kegawatdaruratan korban luka tembak maupun para ahli patologi dan forensik.Dalam mempelajari kematian, dikenal istilah Tanatologi. Tanatologi berasal dari kata thanatos yang berarti berhubungan dengan kematian dan logos yang berarti ilmu. Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Perubahan pada tubuh tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atatu beberapa menit kemudian.1

Ciri TanatologiKematian dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu, pertama kematian somatik atau sistemik dan yang kedua kematian molekuler. Kematian somatik atau sistemik adalah kematian yang dinilai dari terhentinya sistem respirasi, sirkulasi dan inervasi. Ketiga sistem ini disebut sebagai 3 pilar atau tonggak kehidupan. Bila salah satu sistem tersebut berhenti maka yang lain ikut berhenti. Pada kematian somatik sel-sel tubuh masih hidup. Otot-otot masih dapat dirangsang dan masih memberikan reaksi terhadap rangsangan listrik, peristaltik usus kadang kadang masih terdengar, pupil mata masih bereaksi terhadap penetesan midriatikum atau myotikum seperti atropin dan fisostigmin. Sel-sel sperma masih dapat hidup dalam testikel. Pada masa ini bila diperlukan organ atau sel tubuh korban, seperti kornea, ginjal, sperma, jantung dan lain-lain masih bisa dipindahkan atau ditransplantasikan kepada orang-orang yang memerlukannya.1,3Tanda-tanda kematian somatik yaitu berhenti sirkulasi, berhenti respirasi dan inervasi. Untuk menyatakan bahwa sirkulasi darah absolut berhenti, harus diperiksa dengan inspeksi, palpasi dan auskultasi yang teliti terus menerus selama 5 menit. Pada masa kini bila terjadi di rumah sakit bisa dilakuakn pemeriksaan EKG. Berhenti respirasi, Pada pemeriksaan dengan stetoskop selama 5 menit dapat memastikan respirasi telah berhenti, tidak terlihat gerakan pernapasan. Berhenti inervasi, fungsi motorik dan sensorik berhenti. Dapat dilihat dari hilangnya semua refleks, tidak adanya rasa sakit, tidak ada tonus otot dan tidak ada refleks cahaya pada pupil mata dan pupil mata melebar, kecuali pada keracunan morfin menjadi sangat kecil (pint point).Kematian Molekuler, Terjadi sesudah kematian somatik. Jarak antara mati somatik dan mati molekuler tidak serentak pada semua sel dan jaringan tubuh. Sel-sel otak paling cepat mati oleh karena kekurangan O2. Dalam waktu 4-5 menit jaringan otak tidak mendapat O2, ia akan mati dan tidak dapat diperbaiki lagi (irreversibel), otot masih dapat dirangsang dengan listrik dibawah 3 jam, sementara kornea masih dapat ditransplantasikan dibawah 6 jam kematian. Sperma dapat bertahan sampai 24 jam.1Tanda kematian molekuler, yaitu:a. Penurunan suhuSegera setelah kematian, suhu tubuh mulai turun mengikuti temperatur sekitarnya sesuai dengan hukum fisika. Jasing P. Modi menyatakan hubungan penurunan suhu tubuh dengan lama kematian adalah sebagai berikut:1,4 Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh dan suhu sekitarnya. Dua jam berikutnya, penurunan suhu setengah dari nilai pertama Dua jam selanjutnya, suhu tubuh mayat turun setengah dari nilai terakhir.Penetuan lama kematian dapat ditentukan melalui rumus sederhana:1,4Lama kematian (jam) = suhu tubuh (370C)- suhu rektal (saat diperiksai)+3Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan suhu tubuh terhadap lama kematian antara lain: Suhu sekitar Suhu tubuh mayat akan cepat turun bila perbedaan suhu tubuh dan suhu sekitarnya besar. UmurAnak-anak dan orang tua lebih cepat turun dibandingkan dengan orang dewasa dan remaja. KelaminPenurunan suhu lebih lama pada perempuan karena umumnya mengandung lemak lebih banyak. Gizi Orang kurus lebih cepat turun dibandingkan dengan orang gemuk, hal ini berhubungan dengan luas penampang permukaan tubuh. Penutup tubuhTubuh yang terbungkus lebih lambat menurun suhunya. RuanganMayat dalam ruangan tertutup akan lebih lambat turun suhunya dibandingkan mayat terletak diruang terbuka. Suhu tubuh sebelum kematianBeberapa keadaan seperti infeksi, perdarahan otak, kerusakan jaringan otak serta kematian karena penjeratan akan didahului dengan peningkatan suhu tubuh. Keadaan tersebut harus diperhitungkan dalam memperkirakan saat kematian.1,4b. Lebam mayat (Livor Mortis)Sesudah sirkulasi berhenti, maka cairan tubuh terutama cairan darah akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Darah bergerak ke bagian tubuh yang terendah. Perubahan warna akibat darah ke bagian terendah dari tubuh disebut lebam mayat (livor mortis). Lebam mayat tampak sebagai daerah pada kulit yang berwarna merah-ungu (livide), tetapi pada beberapa keadaan tertentu lebam mayat akan berbeda dan akan memberikan informasi bahwa pada korban telah terjadi sesuatu yang berkaitan dengan sebab kematian ataupun keadaan lingkungan, tempat tubuh korban ditemukan. Pada keracunan gas karbon-monoksida, lebam mayat akan berwarna merah bata (cherry red). Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang. Pada keracunan kalium khlorat, kinine, anilin, asetanilid dan nitrobensen lebam akan berwarna coklat kebiruan (slaty). Pada kasus tenggelam, saat tubuh korban beradapada suhu lingkungan yang rendah, maka lebam mayat khususnya yang berdekatan atau terpapar dengan suhu yang rendah, memberikan warna merah terang karena suhu rendah mempengaruhi kurva dissosiasi dari oksi-hemoglobin. Lebam mayat mulai terlihat sekitar 30 menit setelah kematian somatis dan intensitas maksimal akan dicapai dalam waktu 8-12 jam post mortal. Penjelasan tersebut, memberikan keterangan bahwasannya lebam mayat dapat memberikan informasi tentang: 1,4

Tanda kepastian kematian Lama kematian Posisi mayat waktu mati Posisi mayat telah dirubah sesudah mati Sebab kematianc. Kaku mayat (Rigor Mortis, Cadaveric Rigidity)Kaku mayat adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang terkadang disertai dengan sedikit pemendekkan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan atau relaksasi primer yang terjadi karena perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot. Secara bertahap otot-otot tubuh baik otot valunter maupun otot involunter akan menjadi kaku, keadaan ini bertahan untuk beberapa jam. Setelah periode ini kekakuan menghilang kembali memasuki periode relaksasi sekunder. Kaku mayat mulai terjadi sekitar 2 jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam, kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu mulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perutn dan tungkai. Bersamaan dengan periode relaksasi sekunder tubuh akan mengalami proses pembusukan.1,3Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat: SuhuDi daerah panas rigor mortis mulai dengan cepat dan hilang kembali dalam waktu cepat, sebaliknya pada daerah dingin rigor mortis mulai dengan lambat dan hilang kembali dalam waktu yang lambat. Keadaan ototRigor mortis berlangsung cepat pada keadaan otot-otot yang sudah lemah seperti kematian akibat penyakit kolera, keracunan opium dan berlnagsung lambat pada keadaan asfiksia, apoleksia serebri. Umur Rigor mortis terjadi cepat pada anak-anak dan orang tua dan hilangnya pun cepat.Keadaan keadaan yang mirip rigor mortis: Kaku karena panas (Heat Stiffening) Kaku karena dingin (Cold Stiffening) Kejang mayat (Cadaveric Spasme)Cadaveric spasm aatau instantaneous rigor, adalah suatu keadaan terjadinya kekakuan pada skelompok otot atau terkadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer.Cadaveric spasm dapat terjadi pada korban yang mengalami ketegangan jiwa, kepanikan, atau menderita nyeri yang hebat menjelang kematiannya. Otot-otot tersebut telah mengalami kerja fisik atau kontraksi sebelum korban meninggal.1,2d. Pembusukan (Decomposition)Pembusukan adalah perubahan terakhir yang terjadi pada tubuh setelah kematian, dimana terjadi pemecahan protein komplek menjadi protein yang lebih sederhana disertai timbulnya gas-gas pembusukan yang bau dan terjadi perubahan warna.4Pembusukan yang dimulai dari usus manifestasinya terlihat di daerah perut terutama daerah caecum (karena relatif lebih banyak kuman dan dekat permukaan kulit) terlihat berwarna kehijauan. Kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan penyebaran ke jaringan sekitarnya (continuitatum). Oleh karena itu dalam 2 hari terlihat garis-garis pembusukan diseluruh aliran darah. Dalam 2-3 hari pembusukan yang menghasilkan gas pembusukan menyebabkan perut gembung demikian juga kantong pelir laki-laki, prolaps uterus dan anus akhirnya seluruh tubuh, kulit, otot dan organ dalam. Dalam 3-5 hari perut mengecil kembali karena pembusukan akan keluar melalui jaringan yang rusak karena proses pembusukan. Proses pembusukan berlangsung terus sehingga jaringan lunak menjadi hancur.1Faktor yang mempengaruhi pembusukan: Temperatur Temperatur optimum dimana bakteri-bakteri mudah berkembang adalah 260-380C. Di daerah tropis maka abdomen akan gembung dalam 24-48 jam, bentuk muka akan berubah dalam 3 hari dan sesudah 15 hari jaringan lunak akan menjadi hancur Udara lembab akan mempercepat proses pembusukan. Ruangan dan pakaian Mayat yang terletak di alam terbuka membusuk lebih cepat. Baju yang ketat, perut dibawah korset, ikat pinggang, kaus atau sepatu yang dipakai, memeperlambat proses pembusukan. Umur Orang tua dan anak-anak lebih lambat membusuk karena lebih sedikit H2O Penyakit Penyakit infeksi seperti septicaemia, peritonitis akan mempercepat proses jalannya pembusukan sedangkan anemia dan penyakit kronis akan memperlambat proses pembusukan. Keadaan tubuh Tubuh yang luka akan cepat mengalani pembusukan karena masuk bakteri melalui luka.1,4e. AdiposereAdiposere terbentuk bila tubuh terdapat dalam keadaan lembab di air ataupun di tanah yang basah. perubahan ini terjadi oleh karena Hydrogenasi dari lemak bebas seperti asam oleat yang dirubah menjadi asam lemak jenuh. Pada akhirnya seluruh lemah dirubah menjadi asam palmitat, stearat, asam hydroksi stearart dan campuran dari semua bahan-bahan ini menjadi suatu substansi asam lemak yang lunak, putih kecoklatan, berminyak dan bau yang spesifik.2,3Jangka waktu untuk pembentukan adiposere di daerah tropis dimulai sesudah 1-3 minggu. Untuk perubahan seluruhnya pada orang dewasa diperlukan 3-6 bulan bahkan sampai 12 bulan, tergantung tempat, kelembaban dan suku sekitar.f. MummifikasiMayat bila diletakkan pada suhu panas dan udara kering atau terpapar cahay amatahari dalam waktu lama akan mengalami pengeringan akibat kehilangan cairan tubuh. Mummifikasi biasanya terjadi di daerah gurun pasir, bisa juga terjadi di daerah kita seperti pada mayat yang dikubur pada tempat yang panas dengan udara kering seperti dekat perapian di dapur yang selalu dipakai.1,4Jangka waktu yang diperlukan sehingga terjadi mummifikasi biasanya lama, bisa dalam waktu 3 bulan atau lebih, mayat relatif masih utuh, maka identifikasi lebih mudah dilakukan.1

Penentuan lama kematianDari ciri-ciri tanatologi dapat ditentukan lama kematian, yang sering digunakan dalam penentuan lama kematian adalah dengan melihat atau menganalisis perubahan-perubahan pada mayat seperti perubahan suhu, lebam mayat, kaku mayat dan pembusukan.a. Penentuan lama kematian dari perubahan suhuBila memakai suhu rektal dapat dipakai: Ambil dua kali suhu mayat dengan jarak setengah atau 1 jam untuk melihat penurunan rata-rata Penurunan rata-rata 0,50C setiap jam Lama kematian = 37-(suhu rektal)+3 Menggunakan nomogram yang dibuat oleh Hessege. Penentuan saat kematian dari nomogram ini dapat diaplikasikan dengan hanya sekali penentuan suhu rektal korban.1Bila saat kematian korban tidak diketahui, maka beberapa petunjuk dibawah ini: Jam pertama kematian, tubuh masih hangat (dengan termometer didapat suhu 370C), otot-otot masih elmas seluruhnya, (periode relaksasi primer), kornea mata kering, belum tampak atau belum jelas adanya lebam mayat 4-6 jam, telah mulai dingin (suhu rektal 34-350C), kaku mayat di rahang telah ada, begitu juga di beberapa persendian 10-12 jam, mayat mulai dingin (suhu sekitar 29-300C), kaku mayat lengkap di seluruh tubuh seperti papan, bilqa di angkat kaki, panggul dan punggung juga terangkat, lebam mayat sangat jelas dan tidak hilang pada penekanan 16-18 jam, Mayat dingin (sama dengan suhu ruang 29-300C), kaku mayat di beberapa persendian telah hilang, mulai tampak tanda-tanda pembusukan terutama di perut bagian kanan bawah tqmpqk biru kehijauan, lebam mayat luas di bagian terendah dari tubuh. 20-24 jam, mayat dingin, kaku mayat sudah menghilang (relaksasi sekunder), tanda pembusukan makin jelas, perut mulai tegang, bau pembusukan, darah pembusukan keluar dari hidung dan mulut. 30-36 jam, mayat menggembung, muka membengkak, mata tertutup, bibir menebal, keluar gas dan air pembusukan dari hidung dan mulut, tampak garis pembuluh darah di permukaan tubuh (marble appearance). 40-48 jam, gelembung pembusukan di seluruh tubuh, skrotum bengkak, lidah bengkak dan menonjol keluar, sebagian gelembung pecah, kulit mudah terkelupas. 3 hari, pembusukan lanjut, uterus bisa prolaps, demikian juga anus, mata menonjol keluar, muka sangat bengkak kehitaman, rambut dan kuku mudah dicabut. 4-5 hari, perut mengempis kembali karena gas keluar dari celah jaringan yang rusak/hancur, sutura kepala merenggang, otak mengalami perlunakan menjadi seperti bubur. 5-10 hari, jaringan lunak tubuh melembek, dan lama-lama menjadi hancur, rongga dada dan perut bisa terlihata karena sebagiana otot sudah hancur dan seterusnya hingga akhirnya tinggal tulang belulang.1,3

BAB III. KesimpulanKematian merupakan suatu proses dimana fungsi dan metabolisme sel organ-organ internal tubuh terhenti. Dikenal beberapa istilah kematian, yaitu mati somatis (mati klinis)a dan mati seluler. Mati somatis terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Mati seluler adalah kematian prgan atau jaringan tubuh yang timbul akibat terhentinya penggunaan oksigen serta metabolisme normal sel dan jaringan.Faktor-faktor dalam Penentuan lama kematian pelu diperhatikan seperti suhu sekitar, umur, jenis kelamin, gizi, penutup tubuh, ruangan dan penyakit.

Daftar Pustaka1. Amir, A. 2005. Ilmu kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Medan.2. Dahlan S. 1998. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.3. Howard C, Adelman M. 2007. Establishing The Time of Death in: Forensic Medicine. Newyork: Infobase Publishing: 2007. P. 20-26.4. Idries, AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Binapura Aksara.