Luka Bakar

28
LUKA BAKAR 1. Anatomi dan Fisiologi Kulit - Epidermis : merupakan lapisan terluar dari kulit. Terdiri dari stratum corneum, stratum spinosum dan stratum basale yang menjadi barier dari lingkungan luar. Pada kulit tebal terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum corneum, lucidum, granulosum, spinosum dan basale. Lapisan epidermis bermigrasi dari yang paling basal ke superficial untuk membentuk keratin dan dilepaskan jika sudah mati. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 20 hari. - Dermis : bagian yang lebih tebal. Terletak di bawah epidermis. Terdiri dari jaringan penyambung kolagen dan elastin, serta pembuluh darah dan serabut saraf. Dermis merupakan barier yang mempertahankan cairan dan panas tubuh dengan cara mengatur

description

LUKA BAKAR TEORI

Transcript of Luka Bakar

Page 1: Luka Bakar

LUKA BAKAR

1. Anatomi dan Fisiologi Kulit

-

Epidermis : merupakan lapisan terluar dari kulit. Terdiri dari stratum

corneum, stratum spinosum dan stratum basale yang menjadi barier dari

lingkungan luar. Pada kulit tebal terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum corneum,

lucidum, granulosum, spinosum dan basale. Lapisan epidermis bermigrasi dari

yang paling basal ke superficial untuk membentuk keratin dan dilepaskan jika

sudah mati. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 20 hari.

- Dermis : bagian yang lebih tebal. Terletak di bawah epidermis. Terdiri

dari jaringan penyambung kolagen dan elastin, serta pembuluh darah dan serabut

saraf. Dermis merupakan barier yang mempertahankan cairan dan panas tubuh

dengan cara mengatur mikrosirkulasi dan kelenjar keringat. Fungsi dermis juga

menjaga tubuh dari infeksi mikroorganisme sebelum menuju ke lapisan

subdermis. Proteksi terhadap tubuh juga dilakukan dengan rangsangan dari

serabut saraf yang ada pada dermis, yang akan bereaksi terhadap rabaan, tekanan,

nyeri, panas, dan dingin.

- Subkutis : bagian yang lebih profunda, di bawah dermis. Terdiri dari

plexus pembuluh darah kapiler dan lemak subkutis.

Page 2: Luka Bakar

2. Epidemiologi

Kematian karena luka bakar secara umum muncul langsung setelah kejadian luka bakar

atau beberapa minggu setelahnya akibat kegagalan organ multisystem. Pada semua kejadian

luka bakar, 66% terjadi dirumah dan kejadian fatal pada umur yang ekstrim, sangat muda dan

dewasa muda. Penyebab yang paling utama adalah luka bakar karena api dan luka melepuh.

Luka lepuh paling umum terjadi sampai dengan umur 5 tahun.

3. Definisi Luka Bakar

Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu/

termal. Luka bakar dikarakteristikan dengan kerusakan kulit yang kemudian dapat

menyebabkan kematian sel, tergantung pada penyebab dan derajat cedera.

4. Etiologi

Penyebab pada luka bakar antara lain :

- Luka bakar thermal : Api , cairan panas non kimia, kontak (Benda panas)

- Luka bakar listrik : konduksi arus listrik yang melewati jaringan

- Luka bakar kimia : kontak dengan senyawa kimia dalam bentuk cairan, padat,

gas/uap.

- Luka bakar radiasi : paparan matahari, x-ray, lampu

5. Faktor Resiko

- Pria > Wanita

- Anak berusia 1-9 tahun

- Negara berkembang > negara maju

- Pekerjaan yang terpapar dengan api

- Kurangnya alat pengaman

- Pekerjaan rumah (memasak)

Page 3: Luka Bakar

6. Klasifikasi dan Patogenesis

Luka bakar diklasifikasikan menjadi lima kategori berdasarkan penyebab dan

kedalaman luka. Berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi luka karena api, cairan panas

(melepuh), kontak dengan objek panas atau dingin, paparan kimia, dan konduksi lisrik. Luka

bakar karena api, cairan panas dan kontak menyebabkan kerusakan seluler oleh transfer

energi yang menginduksi nekrosis koagulasi. Luka bakar kimia dan listrik menyebabkan

kerusakan langsung pada membrane seluler karena transfer panas dan menyebabkan nekrosis

koagulasi.

6.1 Kedalaman Luka

Kedalaman luka bervariasi, berdasarkan derajat dari kerusakan jaringan.

Kedalaman luka diklasifikasikan menjadi derajat kerusakan dari epidermis, dermis,

lemak subkutan dan struktur yang berada dibawahnya.

a. Derajat I

• Epidermis

Tampak eritema, pucat jika ditekan, kulit masih intak, nyeri ringan

pada area tersebut yang akan menghilang dalam 48 – 72 jam. Nyeri

dirasakan akibat aktivasi local dari vasodilator prostaglandin. Epitel

yang rusak akan tergantikan dalam 5 – 10 hari tanpa meninggalkan

bekas luka. Luka bakar derajat satu tidak mengancam jiwa dan secara

umum tidak membutuhkan penggantian cairan intravena karena

epidermis masih intak.

Contohnya adalah sunburn dan luka lepuh minor dari kecelakaan

dapur.

Page 4: Luka Bakar

b. Derajat II

• Superfisial dermal burn

Kondisi di mana luka bakar menyerang seluruh epidermis hingga 1/3

atas dermis. Eritema, nyeri hebat, pucat saat ditekan, dasar luka

kemerahan. Peningkatan permeabilitas mikrovaskular terjadi pada luka

bakar jenis ini sehingga menginduksi interstitial oedema.

Cairan interstitial juga menembus epidermis sehingga membentuk

bullae. Contohnya dalah luka melepuh dari air yang sangat panas.

Luka ini segera spontan mengalami reepitelisasi dari struktur epidermis

dari rete ridges, folikel rambut, dan kelenjar keringat dalam 1-2

minggu. Setelah penyembuhan, bekas luka ini akan mengalami

perubahan warna kulit dalam waktu yang cukup lama.

• Deep dermal burn

Kondisi di mana luka bakar menyerang seluruh epidermis dan seluruh

dermis. Re-epitelisasi akan berjalan lambat (bulan-an), terutama pada

kelenjar dan folikel rambut pada lapisan lemak subkutis. Biasanya

sudah tidak terbentuk bullae karena dermis dan epidermis telah rusak.

Nyeri tidak seberat superficial dermal burn, karena kerusakan serabut

saraf tepi. Dapat sembuh spontan dalam waktu bulanan dengan

meninggalkan jaringan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan

secara estetik sangat jelek.

Page 5: Luka Bakar

c. Derajat III

• Full Thickness or subdermal burn

Kondisi di mana telah terjadi destruksi dari seluruh elemen kulit,

bahkan terkadang telah melibatkan otot, tendon, atau tulang di

bawahnya. Organ kulit mengalami kerusakna, tidak ada lagi sisa

elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, tampak kering, berwarna putih

mengkilat atau berwarna cokelat-kehitaman. Akibat dari nervus yang

rusak, sensasi nyeri sudah

tidak dirasakan.

Penyembuhan lama

karena tidak terjadi

epitelisasi spontan.

Penentuan kedalaman luka bakar penting

untuk menetukan terapi yang tepat, apakah

perlu dilakukan tindakan operatif atau

hanya terapi local.

Kedalaman Etiologi umum Gambaran Klinis Bullae Sensasi Penyembuhan

Superficial Sunburn Eritema, bengkak Tidak ada Painful Sembuh rata-rata

dalam 7 hari.

Tanpa skar.

Superficial

dermal

scalds of limited

duration

Eritema, dengan

capillary return

Ada Painful Sembuh spontan

rata-rata dalam 14

hari.

Deep dermal Scalds of long

duration

Eritema tanpa

capillary return

Tidak ada

(permukaan

basah dan

licin)

Painless Sembuh spontan

rat-rata bulan-an

Page 6: Luka Bakar

Full

thickness

-Kontak dengan

material panas

-Kimia

-Electrical

Hangus berwarna

cokelat – hitam

atau putih, kering,

Tidak ada Painless Granulasi

7. Luas luka bakar

Ukuran luka bakar ditentukan dengan menggunakan Rule of Nine yaitu pembagian

tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan 9. Pada orang dewasa, setiap ekstrimitas atas,

kepala, dan leher merupakan 9% dari total body surface area (TBSA), ekstrimitas bawah dan

badan anterior dan posterior 18%, dan perineum dan genitalia 1% dari TBSA. Dalam

perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1%

dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak-anak, dipakai modifikasi Rule of Nine menurut

Lind and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

Page 7: Luka Bakar

KRITERIA BERAT RINGANNYA

(American Burn Association)

1. Luka Bakar Ringan.

- Luka bakar derajat II <15 %Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak

- Luka bakar derajat III < 2 %

2. Luka bakar sedang

- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa

- Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak

Page 8: Luka Bakar

- Luka bakar derajat III < 10 %

3. Luka bakar berat

- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa

- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.

- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih

- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.

- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

8. Patofisiologi Luka bakar

Secara local, trauma termal menyebabkan nekrosis koagulatif dari epidermis dan

jaringan dibawahnya, dengan kedalaman luka berdasarkan pada suhu dimana kulit terekspos,

suhu spesifik dari agen penyebab dan durasi terpapar.

Kulit yang merupakan organ terbesar pada tubuh manusia merupakan barrier untuk

transfer energi ke jaringan yang lebih dalam, dimana bila terjadi kerusakan akan terjadi pada

organ ini. Saat itu, respons dari jaringan local akan menyebabkan kerusakan ke jaringan yang

lebih dalam.

Area dari kerusakan superficial dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona koagulasi, zona stasis

dan zona hyperemia.

Zona koagulasi - Area nekrotik dari luka bakar dimana sel menjadi terganggu.

Jaringan rusak secara ireversibel pada saat terjadi kerusakan.

Zona stasis – area disekitar zona nekrotik yang mempunyai derajat luka sedang,

dengan penurunan perfusi jaringan. Area ini dapat bertahan atau malah akan menjadi

nekrosis koagulatif. Zona ini berhubungan dengan kerusakan vascular dan kebocoran

plasma. Tromboksan A2 yang merupakan vasokonstriktor poten ada dengan

konsentrasi yang tinggi pada luka bakar, dengan aplikasi local inhibitor akan

memperbaiki aliran darah dan menurunkan zona stasis.

Zona hiperemia – zona ini ditandai oleh vasodilatasi dari inflamasi disekeliling luka

bakar. Regio ini terdiri dari jaringan dimana proses penyembuhan dimulai dan tidak

mempunyai resiko untuk terjadi nekrosisminimal dan dapat sembuh spontan.

Page 9: Luka Bakar

Respon sistemik

Luas luka bakar mencapai 40% dapat terjadi perubahan sistemik. SIRS ( Systemic

inflamatorry Response Syndrome) merupakan suatu bentuk respons klinis yang bersifat

sistemik dan eksageratif terhadap berbagai stimulus klinis berat seperti infeksi maupun

noninfeksi (trauma, luka bakar, dll). Respons inflamasi mengikuto suatu cerdera adalah suatu

hal yang bersifat fisiologis, namun bilamana respon ini meletup, bersifat sistemik, dan

eksageratif, maka respons inflamasi seperti ini tidak lagi dapat dikatakan sesuatu yang

fisiologis.Respons klinis yang timbul disebabkan pelepasan mediator pro-inflamaso

menyebabkan kerusakan pada organ-organ sitemik, disfungsi dan berakhir dengan kegagalan

mejalankan fungsi organ-organ. SIRS dan MODS merupakan penyebab tiggginya angka

mortalitas pada pasien luka bakar dan traumaberat lainnya.

Ada lima hal yang bias menjadi activator timbulnya SIRS yaitu infection, injury, inadequate

blood flow, ischemia. Kelmanya dapat dijumpai pada luka bakar.

Pada TBSA 30%; Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi pada letak injury

memiliki efek sitemik.

Perubahan kardiovaskular: peningkatan permebealitas kapiler meyebabkan hilangnya

intravaskular protein dan cairan ke kompartemen intersisial. Terjadi vasokontriksi perifer dan

splangnikus. Terjadi penurunan kontraktilitas miokard yang disebabkan oleh pelepasan

Page 10: Luka Bakar

TNFa. Perubahan ini bersama jilangnya cairan pada luka bakar, menyebabkan hipotensi

sitemik dan end organ hipoperfusi.

Perubahan respirasi: Mediator infalamasi menytebabkan bronkokonstriski, dan pada luka

bakar berat dewasa dapat terjadi ARDS.

Perbubahan metabolic: Peningkatan 3x basal metabolic rate. Bersama hipoperfusi

splangnikus, perlunya pemberianearlu dan agresif enteral feeding untuk menurunkan

katabolisme dan maintain intergritas usus.

Perubahan imunologi : non spesifik down regulation respon imun, menyebabkan jalur cell

mediated dan humoral.

9. Komplikasi

luka bakar

Infeksi: luka bakar

membuat kulit rentan infeksi

bakteri dan meningkatkan

resiko sepsis. Sepsis dapat

menyebabkan shock dan

kegagalan organ.

Hipovolemia merupakan

komplikasi karena rusaknya

pembuluh darah. Karena adanya

kerusakan pembuluh darah, kehilangan cairan yang berlebih akan timbul. Kehilangan ini

akan mengakibatkan penurunan volume darah pasien.

Pasien yang menderita luka bakar parah lebih rentan terhadap terjadinya pembekuan

darah pada tungkai. Hal ini terjadi karena istirahat dalam waktu lama yang dibutuhkan untuk

pemulihan luka bakar. Istirahat dapat mengganggu sirkulasi darah normal, sehingga terbentuk

bekuan darah. Semakin lama pasien terbaring di tempat tidur, semakin tinggi risiko terjadinya

pembekuan darah.

Pada luka bakar derajat ketiga dan keempat, dapat timbul jaringan parut yang parah

dan seumur hidup. Pada luka bakar yang terjadi di persendia, pasien dapat mengalami

masalah mobilitas sendi. Hal ini terjadi karena kulit yang sembuh berkontraksi dan tertarik

sehingga menimbulkan kontraktur.

Page 11: Luka Bakar

Masalah psikologis seperti gangguan stress pasca trauma (PTSD) dapat terjadi pada

luka bakar yang parah.

10. Manajemen Luka Bakar

Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma-

tama lainnya harus dtangani secara teliti.

1. Evaluasi pertama

Airway

Trauma thermal jalan nafas à edema à perlu pembebasan jalan nafas

segera

cari tanda trauma inhalasi : luka bakar pada wajah, alis mata/bulu

hidung hangus, sputum yang mengandung karbon, suara serak, riwayat

gangguan mengunyah dan terkurung dalam api, luka bakar kepala dan

badan akibat ledakan, luka bakar akibat uap panas yang mengenai area

kepala / wajah, dan kadar karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah

terbakar

jika curiga ada trauma inhalasi à laryngeal oedema , maka :

a. parsial obstruksi à intubasi

b. total obstruksi à tracheostomy

cari tanda obstruksi jalan nafas : stridor, gurgling, snoring

lakukan suction dan intubasi untuk mengatasi obstruksi

Breathing

Tanda keracunan CO àdiagnosis ditegakkan bila luka bakar di dalam

ruangan tertutup.

Manifestasi Klinis:

belum menunjukkan gejala (<20%)

mual dan sakit kepala (20-30%)

kebingungan (30-40%)

coma (40-60%)

kematian (>60%)

kulit yang berwarna cherry red jarang ditemukan.

berikan oksigen 100% menggunakan Non Rebreathing Mask

Page 12: Luka Bakar

Bila cedera spinal dapat disingkirkan, menaikkan kepala 20 sampai 30

derajat dapat mengurangi edema leher dan dada.

Luka bakar derajat III dinding dada anterior dan lateral dapat

menyebabkan terbatasanya pergerakan dinding dada, karena itu bila ini

terjadi, perlu dilakukan eskarotomi

Dada harus dibiarkan terbuka untuk menilai breathing, patensi jalan

nafas saja tidak menjamin ventilasi yang adekuat. Pengembangan

dinding dada dan suara nafas yang simetris dengan CO2 return dari

entotracheal tube memastikan pertukaran udara yang adekuat.

Circulation

Pantau tekanan darah, nadi, urin. Untuk mengantisipasi syok

hipovolemik. Pasang catheter urin untuk memantau urin.

Setiap pasien luka bakar lebih dari 20% luas permukaan tubuh

memerlukan resusitasi cairan.

Pasang IV line pada kulit yang tidak terbakar. Pakai kathether vena

ukuran besar, minimal 16. Cairan yang diberikan Ringer Laktat.

Perhitungan presentase TBSA (Total Body Surface Area)

Parkland à

4mL x BB pasien x TBSA = Volume yang diberikan selama 24 jam

50% 8 jam pertama, 50% 16 jam berikut, selanjutnya maintenance

Luka bakar derajat III dan adanya komplikasi pada paru—pary

memerlukan resisutasi cepat dalam jumlah banyak, sehingga resusitasi

dimulai dengan 4ml/kg sambal menilai respon penderita sesering

mungkin. Anak dengan BB 30kg atau kurang, perlu ditanbahkan glukosa

untuk mempertahankan produksi urin 1ml/kg/jam.

Karena adanya, capillary leak, kebanyakan unit luka bakar menyarankan untuk tidak

menggunakan koloid dan produk darah lain dalam 24 jam pertama. Jika digunakan dalam

fase awal (sampai 12 jam), ini dapat menyebabkan edema jaringan yang memanjang dan

komplikasi paru. Koloid juga tidak meningkatkan angka survival dan lebih mahal dari

kristaloid.

Page 13: Luka Bakar

Pantau UO; pada anak dengan berat badan sama atau kurang dari 30 kg dipertahankan

1cc/kg/jam, dan 0,5-1cc/kg/jam pada dewasa.

Maintenance dose setelah 24 jam pertama dapat menggunakan rumus Holiday-

segar. Gangguan irama jantung mungkin merupakan tanda awal terjadinya

hipoksia, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa, karenanya monitor

EKG perlu dipasang.

Disability

Deteksi apakah adan manifestasi klinis lain seperti fraktur dan deformitas,

abdominal injury atau deficit neurologic.

Exposure

Pasien harus dilepaskan semua pakaiannya dan diexpose untuk melihat semua

bagian tubuhnya.

Hentikan Burning Proccess

Jauhi sumber trauma, tanggalkan pakaian untuk menghentikan proses trauma thermal,

bersihkan tubuh pasien, lalu beri selimut bersih dan kering untuk mencegah hipotermia.

Segera berikan air mengalir (minimal 10 menit) pada area trauma. Berikan air bersih/sterile,

dalam keadaan darurat susu / minuman kaleng dingin dapat dipakai. Fungsi pemberian air

mengalir :

a. Menghentikan panas yang mengalir semakin ke profunda sehingga

mencegah kerusakan lebih dalam

Page 14: Luka Bakar

b. Mengurangi nyeri pada area trauma karena efek relaksasi

c. Meminimalkan onset dari edema

Kurangi Nyeri

Pemberian analgesic dapat dipertimbangkan untuk menghindarkan efek somatisasi pada

pasien dengan luka bakar.

1. Tutup Luka

Penutupan luka sementara dapat dilakukan / tidak. Tujuan dari penutupan luka

adalah untuk meminimalkan nyeri, absorpsi eksudat / debris dari area yang

terbakar, melindungi kulit dari infeksi sekunder dan melindungi selama

perjalanan menuju rumah sakit.

2. Segera lanjutkan ke wound care.

a.) Secondary survey

Pada secondary survey meliputi pemeriksaan fisik, dokumentasi, pemeriksaan

darah dan xray, menjaga sirkulasi perifer pada luka bakar melingkar, NGT,

narkotika, sedative, analgesic, perawatan luka, tetanus, dan antibiotik.

Pemeriksaan fisik

Menentukan luas dan dalam luka bakar, periksa apakah ada cedera

penyerta, dan timbang berat badan pasien.

Catatan pasien dokumentasi

Catatan dibuat saat pasien masuk ke UGD dan disertakan apabila pasien

dirujuk ke pusat luka bakar

Pemeriksaan penunjang

Meliputi darah lengkap, golongan darah, crossmatch, kadar

karbooksihemoglobin, gula darah, elektrolit, dan tes kehamilan pada

wanita usia subur, analisa gas darah, foto thoraks

Sirkulasi perifer pada luka bakar melingkar

lepaskan perhiasan; nilai keadaan sirkulasi distal apakah terdapat sianosis,

berkurangnya pengisian kapiler atau gangguan neurologis yang progresif

seperti parestesi. Pemeriksaan denyut nadi perifer pada pasien luka bakar

lebih baik dilakukan dengan Doppler ultrasonic flowmeter; Bila ada

Page 15: Luka Bakar

gangguan sirkulasi pada luka bakar ekstrimitas yang melingkar segera

dilakukan eskarotomi. Tetapi tindakan ini biasanya belum diperlukan pada

6 jam pertama luka bakar. Fasiotomi kadang perlu dilakukan untuk

memperbaiki sirkulasi pasien luka bakar dengan fraktur, crush injury,

trauma listrik tegangan tinggi, atau luka bakar dibawah jaringan fasia.

Pemasangan pipa lambung dan dihubungkan dengan alat penghisap

apabila pasien mengalami mual, muntah, perut kembung, atau luas luka

bakar melebihi 20% permukaan tubuh.

Narkotika, analgesic, dan sedative

Pasien luka bakar sering merasa gelisah yang disebabakan oleh

hipoksemia dan hypovolemia. Pemberian oksigen dan resusitasi cairan

akan memberikan respon yang lebih baik dari narkotika dan sedative yang

malah akan mengaburkan tanda-tanda hipoksemia dan hipovolemi.

Pemberian narkotika secara intramuskular atau subcutan tidak seharusnya

digunakan karena absorbsi obat akan menurun akibat vasokonstriksi

perifer. Hal ini akan menyebabkan masalah nanti, ketika pasi diresusitasi,

dan vasodilatasi akan menyebabkan peningkatan absorbsi narkotik yang

menyebabakan apnea. Dosis kecil morfin IV dapat diberikan setelah

pemeriksaan lengkap dan ditentukan aman untuk diberikan oleh ahli.

Perawatan luka

Pada luka derajat II yang merasa nyeri dengan aliran udara diatas luka

akibat tereksposnya nervus, perlu penutupan luka dengan kain yang

bersih.dan kering. Bulla tidak boleh dipecahkan dan diberikan antiseptik.

Kompres dingin pada luka bakar dapat menyebabakan terjadinya

hipotermia terutaam pada pasien luka bakar luas.

Antibiotika

Pemberian antibiotika profilaksis tidak dianjurkan pada luka bakar yang

baru terjadi. Antibiotika ditujukan apabila terjadi infeksi.

Tetanus

Status imunisasi tetanus perlu ditanyakan pada pasien untuk menentuka

perlu tidaknya pemberian antitetanus

11. Wound care

Page 16: Luka Bakar

Setelah airway dinilai dan resusitasi dilakukan, selanjutanya dilakukan penanganan

terhadap luka bakar. Tatalaksana dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan ukuran

luka. Semua terapi bertujuan untuk proses penyembuhan yang cepat dan tidak nyeri.

Setalah luas dan kedalaman luka dinilai dan luka dibersihkan dan didebridemen, Luka

ditutup dengan balutan untuk melindungi epitel yang rusak, meminimalkan kolonisasi

bakterial dan fungal, dan mempertahankan posisi yang sesuai dengan fungsinya.

Penutupan luka harus rapat untuk mencegah adanya pelepasan panas secara evaporasi.

Luka bakar derajat pertama tidak dibalut dan diberikan salep topikal untuk

mengurangi nyeri dan menjaga kulit tetap lembab. NSAID oral dapat diberikan untuk

control nyeri. Luka bakar derajat dua dilakukan pembalutan yang diganti setiap hari

dengan antibiotik topikal, kassa, dan elastic wraps. Luka bakar derajat dua deep dan

derajat tiga membutuhkan eksisi dan graft.

Antibiotik perlu diberikan pada pasien luka bakar untuk mengurangi infeksi luka

yang invasive. Luka bakar yang tidak ditangani akan dikolonisasi oleh bakteri dan fungal

karena hilangnya mekanisme perlindungan kulit normal. Saat organisme melebihi 105

oragnisme/g jaringan, maka akan terjadi penetrasi ke jaringan yang terbuka. Organisme

akan menginvasi pembuluh darah, menyebabkan invasi sistemik yang menyebabkan

kematian.

Page 17: Luka Bakar

Burn wound dressing

12. Surgical management

Management surgical meliputi eksisi tangensial awal (nekrotomi) dari jaringan

yang terbakar dan penutupan luka secara dini dengan skin graft dapat menurunkan angka

mortalitas dan menurunkan biaya yang dikeluarkan pasien. Pada beberapa keadaan

eskarotomi dan fasciotomi dapat dilakukan. Indikasi management surgical yaitu:

Deep second degree burns

Luka bakar yang terkontaminasi

Third degree circumferential burn dengan suspek sindrom kompartemen

Circumferential burns disekitar pergelangan tangan

Komplikasi debridemen adalah nyeri, perdarahan, infeksi, dan resiko kehilangan

jaringan yang sehat. Kontraindikasinya adalah suhu tubuh di bawah 340C dan instabilitas

kardiovaskular dan respiratori.

Eksisi tangensial

Eksisi epifacial untuk luka yang memanjang paling tidak sampai subcuticular

Page 18: Luka Bakar

Eksisi subfacial untuk luka yang mencapai fascia dan otot.

Eskarotomi untuk luka bakar sirkumferential derajat tiga dan dua yang dalam.

Hal ini dilakukan untuk mencegah sindrom kompartemen jaringan lunak, karena

pembengkakan setelah luka bakar dalam. Eskarotomi dilakukan dengan membuat

insisi pada eskar untuk mengekspos jaringan lemak dibawahnya.

Fasciotomi merupakan prosedur limb saving untuk tatalaksana sindrom

kompartemen akut. Inisisi dibuat di kulit yang memanjang kedalam fascia untuk

membebaskan tekanan.

Setelah prosedur diatas, hasil dari luka harus ditutup.

a. Luka bakar kimia

Luka bakar juga dapat disebabkan oleh kontak langsung dengan zat kimia asam, basa

atau hasil pengolahan minyak. Luka bakar zat basa umumnya lebih serius daripada asam

karena dapat menembus jaringan yang lebih dalam. Segera bersihkan zat kimia dan rawat

luka, karena berat ringannya luka bakar kimia ditentukan oleh lamanya kontak, konsentrasi

dan jumlahnya. Guyur zat kimia dengan air sebanyak-banyaknya selama 20 sampai 30

menit. Luka bakar basa membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebelumnya, bila ada zat

kimia sikat terlebih dahulu.

b. Luka bakar listrik

Luka bakar listrik dsebabakan oleh kontak langsung aliran listrik dengan badan, dan

lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan. Tubuh manusia menghantarkan

listrik dan mengakibatkan kerusakan jaringan akibat panas yang diimbulkan. Perbedaan

Page 19: Luka Bakar

kecepatan hilangnya panas antara kulit dan jaringan yang lebih dalam mengakibatkan

terlihatnya permukaan kulit tampak seakan normal, padahal jaringan otot didalamnya

mengalami nekrosis. Rhabdomiolisis menyebabkan dilepaskannya myoglobin yang pada

akhirnya menyebabkan gagal ginjal akut. Penanganan segera pada pasien luka bakar listrik

harus meliputi perhatian terhadap jalan nafas dan pernafasan, pemberian cairan intravena

pada ekstrimitas yang tidak terkena, ekg dan pemasangan kateter. Urin yang berwarna gelap

menandakan adanya hemokromogens didalamnya, dan segera dilakukan terapi untuk

mioglobinouria tanpa menunggu hasil laboratorium. Pemberian cairan harus ditingkatkan

agar mencapai produksi urin 100 mL/jam pada orang dewasa. Bila belum jernih, berikan

manitol 25 g segera dan pada tiap liter cairan berikutnya tambahkan manitol 125 g.

Penanganan asidosis metabolic selain dengan mempertahankan perfusi, tambahkan natrium

bikarbonat untuk membuat urin alkalis dan meningkatkan kelarutan myoglobin dalam urin.

c. Kriteria rujukan

Menurut American Burn Association luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka bakar

adalah:

Luka bakar derajat II lebih dari 10% luas permukaan tubuh

Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki,

genitalia, atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama

Luka bakar derajat III

Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jaringan bawah kulit hebat

dan menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain)

Luka bakar kimia

Trauma inhalasi

Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang dideritanya dapat mempesulit

penanganan, memperpanjang pemulihan atau dapat mengakibatkan kematian.

Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan

mortalitas, ditangani dulu di UGD kemudian dirujuk

Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan

peralatan yang memadai

Pasien yang membutuhkan penanganan khusus seperti masalah sosial, emosional atau

yang rehabilitasinya lama, termasuk tindakan kekerasan pada anak atau anak yang

ditelantarkan.

Page 20: Luka Bakar

DAFTAR PUSTAKA

Norton, JA, et al: Surgery. Basic Science and Clinical Evidence. 2000. Springer.

F. Charles B., et al: Schwartz Principles of Surgery Ninth Edition, 2010, McGrawHill

Page 21: Luka Bakar

Noer Syaifuddin. Penanganan Luka Bakar.2006. Airlangga University Press.

Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. 2007 Saunders, An Imprint of Elsevier.