Luka Bakar

32
Anatomi Kulit Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Tortora, Derrickson, 2009) Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009). 1

Transcript of Luka Bakar

Page 1: Luka Bakar

Anatomi Kulit

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16%

berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin

kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi

pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh

(Tortora, Derrickson, 2009)

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu

lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis

tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya

jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009).

1

Page 2: Luka Bakar

Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan

kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak

berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum

lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel

gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut

eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki (Djuanda,

2003).

Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan

sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri

atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk

poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya

jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel

ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum

spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan

tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan

bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula

sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen (Djuanda,

2003).

Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun

vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan

ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami

mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel

yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,

dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin

atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik

dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2003).

2

Page 3: Luka Bakar

Lapisan Dermis

Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang

jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa

padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi

menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi

ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya

yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang

misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan

kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast,

membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda

bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.

Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk

amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).

Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,

dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini

membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang

fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan

makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah

bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di

abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat

sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda, 2003).

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di

bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus

profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil

dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis,

di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh

darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003).

3

Page 4: Luka Bakar

Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,

saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari

pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah

kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh

bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan

dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di

daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja

liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya

berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin

kehilangan kontur.

Fungsi Kulit

Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :

1. Pelindung atau proteksi

Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan

tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh pengaruh luar seperti

luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan

lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh,

menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta

menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.

2. Penerima rangsang

Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan

dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat

perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.

3. Pengatur panas atau thermoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler

serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat

memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi

perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian

4

Page 5: Luka Bakar

seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi

kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan

penguapan keringat.

4. Pengeluaran (ekskresi)

Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar

keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam,

yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja

disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai

pembentukan keringat yang tidak disadari.

5. Penyimpanan.

Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.

6. Penyerapan terbatas

Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak

dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk

melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.

Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran

kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah

kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.

7. Penunjang penampilan

Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,

putih dan bersih akan dapat menunjang penampilanFungsi lain dari kulit yaitu kulit

dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun

konstraksi otot penegak rambut.

5

Page 6: Luka Bakar

LUKA BAKAR

Definisi

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan

mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus.

Klasifikasi luka bakar

Luka bakar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu

a. berdasarkan penyebab

- Luka bakar karena api

- Luka bakar karena air panas

- Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam atau basa kuat

- Luka bakar karena listrik dan petir

- Luka bakar karena radiasi

- Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)

b. berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan

Luka bakar derajat I :

- kerusakan terbatas pada superfisial epidermis, bula (-)

- kulit kering, hiperemis, efloresensi berupa eritem

- nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi

6

Page 7: Luka Bakar

- penyembuhan terjadi spontan 5-10 hari

- contohnya luka bakar karena sengatan matahari.

Luka bakar derajat II :

- kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, bula (+)

- nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi

- dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi dari

permukaan kulit normal

- Luka bakar derajat II dibedakan lagi menjadi :

# Luka bakar derajat II superfisial

kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis, apendices

kulit berupa folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar

sebasea masih utuh, dan penyembuhan terjadi spontan 10-14

hari

# Luka bakar derajat II deep

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis, apendices

kulit sebagian masih utuh dan penyembuhan biasanya lebih

dari satu bulan.

7

Page 8: Luka Bakar

Luka bakar derajat III :

- kerusakan meliputi seluruh dermis dan lapisan yang lebih dalam

- apendices kulit mengalami kerusakan, bula (-)

- kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, kering dan letaknya

lebih rendah dibandngkan kulit sekitar

- Nyeri (-) karena ujung saraf sensoris mengalami kerusakan

- Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelialisasi spontan.

8

Page 9: Luka Bakar

Pembagian zona kerusakan jaringan

1. Zona koagulasi/nekrosis

daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) karena luka

bakar, disebut juga zona nekrosis karena jaringan mengalami nekrosis

beberapa saat setelah cedera thermal.

2. Zona statis

daerah yang langsung berada di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi

kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit dan leukosit sehingga terjadi

gangguan perfusi (no flow phenomena) diikuti perubahan permeabilitas

kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung 12-24 jam pasca

cedera.

3. Zona hiperemi

daearah diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi vasodilatasi tanpa

banyak melibatkan reaksi seluler. Dapat mengalami penyembuhan spontan

atau berubah menjadi zona sebelumnya bila terapi tidak adekuat.

Luas luka bakar

Luas luka bakar dinyatakan dalam % terhadap luas seluruh tubuh. Pada

dewasa digunakan rumus 9. yaitu, luas kepala dan leher, dada, punggung, perut,

pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha

kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9 %. Sisanya

1 persen ada daerah genital. Pada bayi digunakan rumus 10 , sedangkan pada anak

digunakan rumus 10-15-20.

Untuk anak: kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing

20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan

dan kiri masing-masing 15%.

Prognosis dan penanganan ditentukan oleh dalam dan luas permukaan yang

terkena, juga oleh letak luka yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita.

Daerah perineum, ketiak, leher dan tangan sulit perawatannya antara lain karena

9

Page 10: Luka Bakar

mudah mengalami kontraktur. Karena bayi dan orang lanjut usia daya kompensasinya

lebih rendah, maka prognosanya lebih buruk.

Gambar-Rule of Nine’s

10

Page 11: Luka Bakar

Berdasarkan berat ringannya luka bakar, diperoleh beberapa kategori luka bakar

menurut American Burn Association:

1. Luka bakar berat/ kritis (major burn)

a. Derajat II-III > 20% pada pasien berusia < 10 thn atau diatas 50 thn.

b. Derajat II- III > 25 % pada kelompok usia selain yang disebutkan pada

butir pertama

c. Luka bakar pada muka, telinga tangan, kaki dan perineum

d. Adanya cedera pada jalan napas tanpa memperhitungkan luas luka

bakar.

e. Luka bakar listrik tegangan tinggi

f. Disertai trauma lainnya

g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

2. Luka bakar sedang/moderate

a. Luka bakar dengan luas 15-25 % pada dewasa, dengan luka bakar

derajat III kurang dari 10 %.

b. Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia kurang 10 thn atau

dewasa lebih dari 40 thn, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10

%.

c. Luka bakar dengan derajat III kurang dari 10 % pada anak maupun

dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineujm.

3. Luka bakar ringan

a. Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % pada orang dewasa.

b. Luka bakar dengan luas kurang dari 10 % pada anak-anak

c. Luka bakar dengan luas kurang dari 2 % pada segala usia yang tidak

mengenai muka, tangan, kaki, perineum.

Kategori ini ditujukan untuk kepentingan prognosis yang berhubungan dengan angka

morbiditas dan mortalitas.

11

Page 12: Luka Bakar

PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR AKUT

Permasalahan pada fase akut terdiri dari gangguan saluran pernafasan, gangguan

mekanisme bernafas dan gangguan sirkulasi.

1. Gangguan saluran pernafasan

Adanya cedera inhalasi, dengan dampak cedera termis pada lapisan mukosa

saluran nafas berupa :

- obstruksi saluran nafas bagian atas

- reaksi inflamatorik mukosa saluran mulai dari nasofaring sampai

dengan alveoli dan parenkim paru yang mengarah pada Acute

RespiratoryDistrees Syndrome (ARDS)

2. Gangguan mekanisme bernafas

Adanya gangguan proses ekspansi rongga thoraks

3. Gangguan sirkulasi

- dampak cedera termis pada sirkulasi

- dampak cedera termis pada jaringan

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh

kapiler yang terpapar suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang

ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya

permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula dengan membawa serta

elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.

Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena

penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bula yang terbentuk pada luka bakar

derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.

Bila luas luka bakar kurang dari 20 % tubuh masih dapat mengkompensasi

tetapi bila diatas 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala khas gelisah,

12

Page 13: Luka Bakar

pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi

urine berkurang. Oedema terjadi perlahan-lahan maksimal terjadi setelah 8 jam.

Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau apabila luka terjadi di muka,

dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang

terhisap. Oedema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan

napas karena oedema laring. Gejala yang timbul sesak napas, takipnea, stridor, suara

serak dan dahak berarna gelap karena jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbonmonoksida

akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga Hb tidak mampu lagi mmengikat

oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah.

Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60 % hemoglobin yang

terikat dengan CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi

mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah. Tandanya

meningkatnya diuresis. Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit yang

mati yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman akan

mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena darerahnya tidak tercapai oleh

pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal pembuluh ini membawa

sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,

selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas

atas, dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini

biasanya sangat berbahaya karena kuman banyak yang sudah resisten terhadap

berbagai antibiotik.

Pada awalnya infeksi biasanya disebabkan oleh coccus gram + yang berasal

dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian terjadi invasi kuman gram -.

Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin

lain yang berbahaya terkenal sangat invasif terhadap luka bakar. Infeksi

Pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman

memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh

jaringan granulasi membentuk nanah. Infeksi ringan dan non-invasif ditandai dengan

13

Page 14: Luka Bakar

keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif

ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng

yang mula-mula sehat menjadi nekrotik. Akibatnya, luka bakar yang mula-mula

derajat II menjadi derajat III keadaan ini disebabkan oleh trombosis ; kuman

menimbulkan vaskulitis pada pembuluh darah kapiler di jaringan yang terbakar

sehingga jaringan tersebut mati.

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh

dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan dimulai dari sisa elemen

epitel yang vital. Akibat luka bakar derajat II yang dalam mungkin terjadi parut

hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku, dan secara estetik sangat jelek.

Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami

kontraktur. Bila terjadi di persendian maka fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

14

Page 15: Luka Bakar

MANAJEMEN LUKA BAKAR

Luka bakar dangkal

Luka bakar derajat satu (sunburn, sengatan matahari) tidak memerlukan tindakan

selain perawatan kulit dengan memepertahankan kelembaban. Untuk luka bakar

derajat dua yang dangkal karakteristiknya adalah bula. Tatalaksana kasus ini adalaah

meempertahankan kulit penutup bula. Kulit adalah penutup luka yang terbaik.

Karenanya, setelah mengeluarkan cairan pada bula (baik dengan aspirasi ataupun

insisi multipel), posisikan kembali kulit penutup bula sebaik mungkin (sebagai graft).

Cuci luka dengan air atau ringer laktat. Gunakan tule untuk mencegah pergeseran

dan perlekatan kulit dengan kassa. Tutup luka dengan kasa lembab atau krim

pelembab (moisturizing cream). Pertahankan kelembaban ini selama 24 jam sehari.

Lakukan pencucian luka tiap mengganti balutan.

Luka bakar dalam (Luka bakar derajat II Dalam dan derajat III)

1. Pada kasus ini kebutuhan perfusi merupakan hal yang mutlak. Di satu sisi

dikatakan bahwa 30 % penyebab kegagalan resusitasi cairan (perbaikan

sirkulasi sistemik) disebabkan karena tidak memperhatikan adanya gangguan

sirkulasi di area lokal cedera. Di sisi lain, degradasi luka (perubahan derajat II

menjadi derajat III) terjadi karena sirkulasi sistemik demikian terganggu

sehingga perfusi ke jaringan tidak tercapai termasuk area lokal cedera.

2. Dalam keadaan tidak menentu seperti ini (terjadi vascular compromise,

gangguan perfusi, iskemi), kematian jaringan menjadi sangat potensial.

Degradasi luka merupakan konsekuensi logis. Padahal prinsip pentalaksanaan

luka bakar adalah mencegah terjadinya degradasi luka ini. Pada awalnya

dilakukan pencucian luka yang kemudian dilanjutkan dengan upaya-upaya

mempertahankan suasana lingkungan yang kondusif untuk berlangsungnya

15

Page 16: Luka Bakar

proses penyembuhan (meredam proses inflamasi, bukan justru memperberat

rekasi inflamasi) yang dilakukan dengan mempertahankan kelembaban.

3. Nekrotomi dan debridement

Nekrotomi dan debridement dilakukan dengan melakukan eskarektomi sedini

dan sebanyak mungkin. Prosedur ini dikerjakan dalam waktu 3-4 hari pasca

cedera atau selambat-lambatnya kurang dari 1 minggu pasca cedera (untuk ini

dikenal eksisi dini). Dengan membuang jaringan eskar, produk sel yang yang

mengalami lisis yaitu Lipid Protein Complex (LPC) akan sangat berkurang.

Sebagaimana diketahui LPC ini akan memicu pelepasan mediator-mediator

pro-inflamasi dan memiliki toksisitas ribuan kali lebih kuat dibandingkan

endotoksin (sebelumnya LPC dikenal sebagai burn toxin). Sedapat mungkin

hindari melakukan eskarektomi bila eskar sudah mulai mengalami lisis; selain

sulit melakukan eksisi tangensial, LPC mulai diproduksi dan prosedur eksisi

merupakan pemicu masuknya LPC ke dalam sirkulasi.

4. Anti tetanus : diberikan pada LB derajat II dan III

- Serum ATS : 1500 iu dewasa – 750 iu anak-anak

- Toxoid : 1 cc dewasa – 0,5 cc anak-anak

Diberikan sebagai “Booster” atau imunisasi dasar

Sebagai imunisasi dasar, pemberian ATS dilakukan 3x masing-masing dengan

interval 1 bulan.

5.Penutupan luka

Lakukan penilaian kapasitas jaringan dalam hal epitelialisai spontan. Hal ini

menentukan langkah selanjutnya :

a. Epitelialisasi spontan

Proses ini berlangsung bila jaringan dasar luka memiliki komponen-

komponen kulit (skin appendiges) seperti folikel rambut, kelenjar sebacea,

dan kelenjar keringat. Bila suatu luka termasuk dalam kategori ini, maka

langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan perawatan luka secara

konservatif. Tindakan konservatif dalam hal ini dilakukan dengan

16

Page 17: Luka Bakar

mengupayakan suasana kondusif bagi proses penyembuhan luka (yaitu

epitelialisasi spontan); dengan mempertahankan kelembaban.

b. Skin grafting

Prosedur ini dilakukan pada luka yang tidak memiliki kemampuan

epitelialisasi spontan, atau pada luka yang diperkirakan dapat mengalami

epitelialisasi spontan lebih dari 10 hari (tendensi timbulnya parut dan atau

keloid pada luka yang mengalami epitelialisasi spontan kurang dari 10

hari adalah 4%, akan meningkat drastis mencapai 75-80% pada luka yang

mengalami epitelialisasi spontan melebihi 3 minggu). Skin grafting dapat

dikerjakan segera (immediate) atau ditunda (delayed). Penundaan dapat

dilakukan sampai dengan 4 hari pasca debridement. Sebagaimana halnya

pada luka bakar dangkal, kelembaban diperthankan setiap saat, selama 24

jam pada semua kondisi (masih dijumpai eskar/sebelum prosedur

eskarektomi, maupun sesudahnya, atau sesudar prosedur skin grafting),

termasuk pada penatalaksanaan luka secara konservatif.

PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA

Tentukan luas dan dalamnya luka bakar sebelum memberikan infus, kemudian hitung

jumlah cairan yang akan diberikan dengan menggunakan rumus Evans. Cara

menghitung rumus Evans :

1. Persen luas luka kali berat badan dalam kilogram menjadi ml NaCl/24 jam.

2. Luas luka dalam persen kali berat badan dalam kilogram menjadi ml

plasma/24jam.

Plasma diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah

dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan

menarik kembali cairan yang telah keluar.

3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguatan, diberikan 2000 cc

glukosa 5%/24jam.

17

Page 18: Luka Bakar

Dalam 8 jam pertama, diberikan separuhnya, sisanya diberikan dalam 16 jam

berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama,

hari ketiga setengah dari cairan hari kedua.

Penderita mula-mula dipuasakan karena peristaltik usus terhambat, pada keadaan

preshock, dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali.

Bila pada hari ketiga diuresis memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan,

infus dapat dikurangi bahkan dihentikan.

Selain rumus Evans, ada juga rumus Baxter yang lebih sederhana, yaitu :

% x BB x 4ml

Delapan jam pertama diberikan separuhnya, selanjutnya 16 jam berikutnya. Hari

pertama terutama diberikan larutan elektrolit, yaitu ringer laktat, karena terjadi defisit

natrium. Hari kedua diberikan cairan setengahnya cairan hari pertama.

 TERAPI SUPORTIF

Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat nitrogen balans negatif.

Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4 selama 7 – 10 hari dengan formula : 

a. Tinggi protein : 2-3 g/kgBB/hari

Tinggi kalori : 50-75 kal/kgBB/hari

b. Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal % LB

Anak-anak : 40 kal/kgBB + 40 kal % LB

Kalorinya terdiri dari : 20% protein

50 – 60% KH

20 – 30% lemak

vitamin C 1.500 mg; B1 50 mg, Riboflavin 50 mg; Niacide 500 mg (anak-anak dosis

disesuaikan) 

18

Page 19: Luka Bakar

KOMPLIKASI

1. Infeksi.

Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat

mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam

bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat

imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya

pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.

2. Curling’s ulcer (ulkus Curling).

Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi

ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.

Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga

berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di

duodenum.

3. Gangguan Jalan nafas. Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya,

muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan

infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan

oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.

4. Konvulsi. Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi.

Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-

obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak

diketahui.

Komplikasi luka bakar yang lain adalah timbulnya kontraktur dan gangguan

kosmetik akibat jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat.

Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan meyebabkan kekakuan sendi sehingga

memerlukan program fisioterapi yang intensif dan tindakan bedah.

19

Page 20: Luka Bakar

Prognosis

Morbiditas dan mortalitas penderita luka bakar berhubungan dengan luas luka

bakar, derajat luka bakar, umur, tingkat kesehatan, lokalisasi luka bakar, cepat

lambatnya pertolongan yang diberikan dan fasilitas tempat pertolongannya

20

Page 21: Luka Bakar

DAFTAR PUSTAKA

Gerard J. Tortora, Bryan H. Derrickson. 2009. Principles of Anatomy and Physiology, 12th Edition

Wasitaatmadja, S. M., 2003. Faal Kulit. Dalam: Djuanda,A. (eds). Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Ed.3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sjamsuhidayat. R & Jong, Wim De. 1997. Luka, trauma, syok dan bencana. Dalam

Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. Hal 81-97

Moenadjat, Yefta. 2005. Luka Bakar: Manajemen Luka. Dexa Media. No.2. Vol.18.

hal 59-63

Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi 2. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Cornel Prawirawinata. Dr. Dasar-dasar Dalam Luka Bakar, PUSDALIN IDI

21