Luka Bakar

25
LUKA BAKAR Hipotesis Dari hasil anamnesis awal didapatkan beberapa hipotesis, yaitu : - Luka bakar derajat 1 - Luka bakar derajat 2a - Luka bakar derajat 2b Namun untuk menentukan diagnosis, masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Anamnesis Dari data yang diperoleh dari anamnesis sebelumnya, didapatkan riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut. Keluhan utama : luka bakar pada hampir seluruh tubuh. Keluhan tambahan : mengalami sesak nafas, rasa terbakar pada tenggorokan, nyeri sekujur tubuh. Untuk memastikan hipotesa maka diperlukan anamnesis tambahan sebagai berikut: - Apakah penyebab dari luka bakar ? Suhu tinggi , shock listrik, bahan kimia , atau radiasi ? - Kapan terjadinya luka bakar ? - Kejadiannya seperti apa ? - Kejadiannya dimana ? 0

Transcript of Luka Bakar

LUKA BAKAR Hipotesis Dari hasil anamnesis awal didapatkan beberapa hipotesis, yaitu : Luka bakar derajat 1 Luka bakar derajat 2a Luka bakar derajat 2b

Namun untuk menentukan diagnosis, masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Anamnesis Dari data yang diperoleh dari anamnesis sebelumnya, didapatkan riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut. Keluhan utama Keluhan tambahan sekujur tubuh. Untuk memastikan hipotesa maka diperlukan anamnesis tambahan sebagai berikut: Apakah penyebab dari luka bakar ? Suhu tinggi , shock listrik, bahan kimia , atau radiasi ? Kapan terjadinya luka bakar ? Kejadiannya seperti apa ? Kejadiannya dimana ? Berapa lama kontaknya ? Saat terakhir memakai pakaian seperti apa ? Apakah langsung dibawa ke UGD? : luka bakar pada hampir seluruh tubuh. : mengalami sesak nafas, rasa terbakar pada tenggorokan, nyeri

Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, hal yang pertama kali dilakukan pada saat pasien masuk pertama kali ke UGD adalah cek keadaan umumnya, yaitu bagaimana kesadaran dan Airway Breathing Circulation(ABC). Setelah itu diidentifikasi warna kulit,mukosa bibir dan kemampuan dia bergerak (disability). Setelah memeriksa keadaan umum, 0

maka dilakukan pemeriksaan tanda vital secara menyeluruh. Setelah itu baru dilakukan pemeriksaan fisik Inspeksi,Palpasi,Perkusi,dan Auskultasi. Akan tetapi, karena pada pasien ini, mengalami luka bakar disekujur tubuhnya. Maka pemeriksaan fisik palpasi,perkusi,dan auskultasi tidak dilakukan. Karena akan memperparah luka pada tubuh tersebut. Pemeriksaan fisik yang didapatkan, I. Keadaan umum & tanda vital : Kesadaran : compos mentis , tampak kesakitan dan nyeri pada sekujur tubuh. Menunjukan bahwa pasien, belum mengalami asfiksia atau hipoksia otak. Pasien yang masih sadar juga menunjukan bahwa pasien tidak mengalami obtruksi jalan napas dan dapat melakukan pernapasan secara spontan. Airway : bebas Menunjukkan bahwa sesak napas yang dialami pasien bukanlah dikarenakan obstruksi jalan napas. Breathing: spontan 24x/mnt Pernafasan normal adalah 12-20x/mnt. Pasien ini sebelumnya

terperangkap di dalam ruangan tertutup selama 2 jam, sehingga pasien banyak menghirup CO yang berlebih. CO yang terhirup dapat diikat oleh darah 200X dibandingkan oksigen,sehingga Hb tidak dapat mengikat oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan sesak nafas dan hipoksia sehingga peningkatan jumlah pernafasan di sini merupakan kompensasi dari keadaan tersebut. Circulation : akral hangat Ini menunjukkan bahwa sirkulasi darah masih baik. Tekanan darah : 90/55 mmHg Normalnya adalah 120/80 mmHg Nadi : 110x/mnt Normalnya adalah 60-100. Penurunan tekanan darah yang bersamaan dengan kenaikan denyut nadi merupakan ciri-ciri syok hipovolemik, dimana pada pasien ini syok hipovolemik disebabkan oleh luka bakar disekujur tubuh yang

1

mengakibatkan pecahnya kapiler dan kebocoran cairan plasma ke ruang interstisium yang menyebabkan penurunan volume darah. Penurunan volume darah tersebut, membuat organ termasuk ginjal, mengalami penurunan aliran darah, sehingga mengaktifkan RAA system untuk menurunkan tekanan darah. Sedangkan pengaruh peningkatan denyut nadi, dikompensasi oleh jantung agar, distribusi darah ke seluruh tubuh dapat tercapai.

II.

Inspeksi : Regio kepala : luka bakar seluas 4% berwarna kemerahan, tampak bullae pada beberapa tempat. Alis, bulu mata, bulu hidung tampak terbakar. Regio trunkus anterior : kulit terbakar dengan dasar luka berwarna abuabu, tak tampak bullae. Regio extremitas superior dextra % sinistra : luka bakar yang sama dengan luka bakar pada trunkus anterior, mengenai seluruh permukaan extremitas dari ujung jari sampai ke bahu.Derajat Karakteristik

1

2a

2b

3

Kedalaman

Epidermis

1/3 permukaan

Sebagian besar

Seluruh lapisan dermis

atas dermis permukaan dermis Warna Merah, Merah Merah, merah

Merah, coklat,

pucat jika agak ditekan merah muda

muda, atau hitam, putih pucat jika epitel lepas

Oedem

-/+

Ringansedang

Sedang

Parah

Bullae

-

+

-

-

2

Nyeri

Sedang

Sangat nyeri

Sedang

-

Rambut Penyebab

+ Jilatan

+

+

-

Api; cairan Api; cairan Api; suhu panas; tinggi;

api; sinar panas; UV

suhu tinggi suhu tinggi kontak dengan sumber lebih lama

Berdasarkan tebel tersebut makapada region kepala mengalami luka bakar derajat 2A dan pada region trunkus serta region extremitas superior dextra & sinistra mengalami luka bakar derajat 3. Karena pada luka derajat 2B dan derajat 3 hampir mempunyai struktur yang hampir sama apabila dilihat dengan mata. Untuk membedakannya adalah dengan rasa nyerinya atau dengan test tusuk jarum.

Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien penderita luka bakar adalah: a. Infeksi Pada penderita luka bakar, cepat sekali terinfeksi oleh berbagai bakteri atau mikroba, karena pada penderita luka bakar,kehilangan fungsi sekresinya yang merupakan salah satu garis pertahanan pertama dalam sistem imun tubuh. Bakteri yang dapat terinfeksi oleh penderita luka bakar bukan hanya oleh bakteri yang disekitar lingkungannya, tetapi juga bakteri non-patogen yang berada pada kulit kita. Penderita luka bakar yang di rawat lama di rumah sakit juga rentan terhadap bakteri nosokomial.

3

b. Obstruksi jalan nafas Pada pasien yang mengalami luka bakar pada wajah, maka akan mengalami pengikisan mukosa sehingga terjadi inflamasi pada laring, dan terjadilah pembengkakan pada laring dan obstruksi jalan nafas. c. Hipovolemia dan hemokosentrasi Pada pasien yang terpajan luka bakar berat kemudian terpajan dalam suhu tinggi yang cukup lama, maka penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga terjadi peningkatan pembuluh darah kapiler, terjadilah ekstravasasi cairan dan tekanan onkotik menurun, hal ini menyebabkan cairan intravaskuler yang menurun. d. Penurunan fungsi ginjal (gagal ginjal) Penderita yang mengalami luka bakar berat hingga merusak jaringan otot dan sehingga terjadi pembuangan mioglobin pada urin. Penumpukan mioglobin yang menumpuk pada ginjal membuat terjadinya kerusakan pada ginjal atau gagal ginjal (ATN). e. Gagal Jantung Cairan intravaskuler yang menurun, membuat curah jantung yang menurun juga, sehingga jantung mengkompensasi dengan meningkatkan kerja jantung, akan tetapi tubuh yang kekurangan oksigen sedangkan jantung juga membutuhkan banyak oksigen untuk meningkatkan kerja jantungnya, sehingga terjadilah kerusakan otot jantung yang bisa mengakibatkan terjadi gagal jantung.

Pemeriksaan Laboratorium Lab darah Lab darah Hb Leukosit Pada kasus 13 mg/dL 10.000 Normal 10-16 gr/dl 5000-10.000 /ul Eritrosit Trombosit 4,5 jt 250.000 4,5 5,5jt 150.000Normal Normal Keterangan Normal Normal

4

400.000 SGOT SGPT Creatinin 17 15 1 0 - 30 0 - 30 0,3 - 0,7 Normal Normal Meningkat. Peningkatan menunjukkan creatinin dalam darah adanya penurunan

fungsi ginjal dan penyusutan otot. Kadar creatinin darah cenderung tetap/tidak banyak berubah dibanding kadar ureum. Ureum 27 5 - 18 Meningkat. Peningkatan (uremia) prerenal : Shock, penurunan volume darah ke ginjal, perdarahan, katabolisme dehidrasi, protein ureum dalam darah karena faktor

terjadi

peningkatan

pada hemolisis, luka bakar, demam tinggi dan trauma . Albumin Globulin Na K 3,5 138 4 3,5 - 5,0 gr/% 2,3 3,2 gr/% 135 - 145 3,5 5,8 Normal Normal Normal Normal

Lab Urin Makroskopis : jernih kemerahan Eritrosit (-) Leukosit (-) Myoglobin dan Hemoglobin (+) Glukosa (-)

5

Dari hasil pemeriksaan urin yang didapatkan , luka bakar akan menyebabkan kerusakan otot sehingga myoglobin dalam darah meningkat kemudian menumpuk di ginjal sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal akibatnya ginjal tidak menyaring myoglobin dan Hemoglobin (Hb) sehingga, myoglobin dan hemoglobin keluar melalui urin.

Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan bahkan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini, maka diagnosisnya adalah sebagai berikut, Luka bakar derajat berat, dengan regio: kepala derajat 2a, trunkus anterior derajat 3, extremitas superior dextra dan sinistra derajat 3

et causa thermal dengan komplikasi Acute Tubular Necrosis.

Tatalaksana 1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, yaitu: Periksa jalan napas Karena tidak ada gangguan jalan napas dan pasien napas dengan spontan maka tidak perlu dilakukan pembersihan jalan napas dengan trakeostomi atau intubasi Berikan oksigen Pasang iv line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik

6

Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressurel/CVP) untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar ektensif (> 40%)

2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistimatis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas > 25 %, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar, yaitu: Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama hitunglah: o Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1) o Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid (2) o 2.000 cc glukosa 5% (3) Separuh dari jumlah (1), (2), dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis. Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan Ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah darijumlah pemberian hari pertama. 3. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%. 4. Berikan antibiotik topikal pascapencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat.

7

Kompres nitras argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat lain yang banyak dipakai adalah silversulfadiazin dalam bentuk krim 1%. Krim ini sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. 6. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril. 7. Berikan serum anti-tetanus/toksoid yaitu ATS 1.500 unit

Indikasi Rawat Inap 1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada orang dewasa. 2. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat. 3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan, kaki, atau perineum.

Perawatan 1. Nutrisi diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500 3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. 2. Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup. 3. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk mengangkat sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya. Bila kondisi luka sangat kotor atau dijumpai banyak krusta dan atau eksudat, pemberian dapat diulang sampai dengan 2 3 kali sehari. 4. Rehabilitasi termasuk latihan pernapasan dan pergerakan otot dan sendi. 5. Usahakan tak ada gangguan dalam penyembuhan; penyembuhan bisa dicapai secepatnya dengan: Perawatan luka bakar yang baik Penilaian segera daerah-daerah luka bakar derajat 3 atau 2 dalam. Kalau memungkinkan buang kulit yang non vital dan menambalnya secepat mungkin. 6. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi. Latihan gerakan atau bidai dalam posisi baik.

8

7. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan mengganggu fungsi. Bilamana luka bakar sembuh per sekundam dalam 3 minggu atau lebih selalu ada kemungkinan timbul parut hipertrofi dan kemungkinan kontraktur pada waktu proses maturasi. Sebaiknya dipasang perban menekan, bidai yang sesuai dan anjuran untuk mengurangi edema dengan elevasi daerah yang bersangkutan. 8. Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Infeksi dapat memperburuk derajat luka bakar dan mempersulit penyembuhan. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. 9. Suplementasi vitamin yamg dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit per minggu, vitamin C 500 mg dan sulfas ferosus 500 mg.

Pencegahan Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar bagi anak-anak di rumah : 1. Dapur Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di sekitarnya untuk anak-anak Jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah membawa makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika ada anak-anak di sekitar anda Jangan masukkan botol susu anak ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan daerah yang panas Cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan Singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang sedang belajar merangkak Jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan luka bakar kimia. Simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala tanpa pengawasan. Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau menggantung.

9

2. Kamar mandi Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120F (48,8C) atau lebih rendah. Umumnya air panas untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100F (37,7C). Jangan biarkan anak bermain dengan keran atau shower. 3. Di setiap ruangan Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali

Prognosis Prognosis ad vitam Prognosis ad functionam Prognosis ad sanactionam Prognosis ad kosmetika : Ad bonam : Ad bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad malam

10

BAB III TINJAUAN PUSTAKA Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. HISTOLOGI

Kulit terdiri atas 2 lapisan yaitu, epidermis suatu epitel khusus yang berasal dari ektoderm, dan dibawahnya terdapat dermis berupa jaringan ikat yang (agak) padat, banyak mengandung pembuluh darah, dan berasal dari mesoderm. Kedua lapisan tersebut melekat erat satu sama lain dan membentuk membran yang beragam tebalnya mulai dari 0.5-4 mm atau lebih pada berbagai bagian pada tubuh. Dibawah kulit terdapat jaringan ikat longgar yang wujudnya beragam dari jaringan ikat longgar hingga jaringan lemak. Batasan dermis sangat sulit ditentukan karena menyatu dengan lapisan subcutis dibawahnya. (2)

11

PATOFISIOLOGI (3)

12

FASE LUKA BAKAR A. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.

B. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. 2. Proses inflamasi dan infeksi. Problem penuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme.

C.

Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. (4)

KLASIFIKASI LUKA BAKAR A. Berdasarkan dalamnya luka Berdasarkan derajat luka bakarnya, maka luka bakar derajat 1 hanya mengenai lapisan epidermis saja, sehingga luka tersebut hanya pengelupasan kulit yang tipis. Kemudian, 13

pada derajat 2A, kulit yang terbakar mencapai 1/3 permukaan atas epidermis, pada keadaan ini, maka terbentuklah bula yang dilapisi oleh cairan dermis. Sedangkan pada derajat 2B, lapisan kulit yang terbakar meliputi sebagian besar jaringan dermis, akan masih terdapat sisa-sisa jaringan epitel pada lapisan dermis. Pada Derajat 3, lapisan kulit yang terbakar mencapai lapisan subkutis, tidak seperti luka bakar derajat 1 dan 2 yang masih terdapat jaringan dermis yang mempunyai banyak saraf, pada luka bakar derajat 3 kulit tidak lagi mempunyai jaringan saraf. Sehingga pada luka bakar derajat 3 tidak lagi dapat dirasakan rasa nyeri lagi. B. Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) Kepala dan leher Lengan masing-masing 9% 18%

Badan depan 18%, badan belakang 36% Tungkai maisng-masing Genetalia/perineum Total 36% 1% 100%

C. Berat ringannya luka bakar Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. 2. Kedalaman luka bakar. 3. Anatomi lokasi luka bakar. 4. Umur klien. 5. Riwayat pengobatan yang lalu. 6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

- Luka bakar berat (major burn) a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun

14

b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar e. Luka bakar listrik tegangan tinggi f. Disertai trauma lainnya g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi - Luka bakar sedang (moderate burn) a. Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % b. Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum - Luka bakar ringan a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

PEMBAGIAN ZONA KERUSAKAN JARINGAN A. Zona koagulasi, zona nekrosis (Daerah yang lsg mgalami kerusakan) B. Zona statis Daerah yang berada disekitar zona koagulasi

15

Kerusakan endotel p. darah, trombosit, leukosit gangguan perfusi (no flow phenomena) --> perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal 12-24 jam pasca cedera C. Zona hiperemi Daerah diluar zona statis Vasodilatasi, reaksi sellular (-) (5)

16

17