Lpran Mineral Optik Pngamatan Mikroskop
-
Upload
jeoneun-isha -
Category
Documents
-
view
406 -
download
5
Transcript of Lpran Mineral Optik Pngamatan Mikroskop
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud Memahami mineral optik
Membedakan nikol sejajar dengan nikol bersilang
Memberi nama berdasarkan sifat optik yang ada
1.2 Tujuan
Dapat memahami mineral optik
Dapat membedakan nikol sejajar dengan nikol bersilang
Dapat memberi nama berdasarkan sifat optik yang ada
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum 1
Hari dan tanggal : Senin, 14 Mei 2012
Waktu : 18.30
Tempat : Laboratorium Mineralogi-Petrografi
Praktikum 2
Hari dan tanggal : Senin, 21 Mei 2012
Waktu : 14.00
Tempat : Laboratorium Mineralogi-Petrografi
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Mikroskop Polarisasi
Macam mikroskop ini berbeda dengan mikroskop binocular, yaitu
yang dipakai pada bidang biologi, kedokteran, atau bidang yang lain, yang
sifatnya hanya memperbesar benda-benda yang diamati. Mikroskop polarisasi
biasa memakai cahaya yang terbias dan bukan yang terpantul. Dasar yang
membedakan mikroskop polarisasi dengan mikroskop biasa yakni adanya
beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara
lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici Bertrand.
2.2 Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol
Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek
diartikan bahwa analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan
dari jalan cahaya di dalam tubus mikroskop,atau arah analisator diputar
sampai sejajar dengan arah polarisator), sedang polarisator tetap dipasang
pada tempatnya dengan arah getarannya sejajar dengan salah satu benang
silang. Sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan ortoskop tanpa nikol
dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut:
a. Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbu-sumbu
kristalografi yaitu yang sejajar atau yang menyudut tertentu, misalnya:
bentuk, belahan, dan pecahan.
b. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu sinar
atau sumbu optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan
pleokroisme. Sifat lain yang dapat diamati pada pengamatan dengan
mikroskop polarisasi tanpa nikol adalah ketembusan cahaya, kungkungan
atau inklusi dan ukuran mineral.
• Ketembusan Cahaya
Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu mineral yang tembus cahaya ( transparent ) dan
2
mineral tidak tembus cahaya sering disebut mineral opak atau mineral
kedap cahaya.
• Inklusi
Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing
yang terkumpul pada permukaan pertumbuhannya (growing surface)
akan terperangkap dalam kristal, dan seterusnya merupakan bagian dari
kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil
dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran – kotoran (
impurities) pada magma, dapat juga sebagian dari magma yang masih
berupa cair atau dalam keadaan gas. Kungkungan – kungkungan
tersebut dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat
perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya,
misalnya pada sifat ketembusan cahayanya, relief dan warnanya.
Bidang batas antara inklusi dengan mineral yang mengungkungnya
dapat bersifat seperti bidang batas kristal biasa.
• Ukuran mineral
Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan
sebagainya. Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat
dilakukan dengan bantuan lensa okuler yang berskala.
• Bentuk mineral
Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati
bidang batas atau garis batas mineral tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan adalah apakah kristal tumbuh secara bebas di dalam media
cair atau gas, ataukah pertumbuhan tersebut terhalang oleh butir-butir
mineral yang tumbuh di sekitarnya, hal ini akan memberikan
kenampakan bidang batas yang relatif berbeda.
3
Gambar 2.1 Opacity pada mineral
- Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara
keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral
(gambar a).
- Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya
sendiri maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral (gambar b).
- Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri
secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral
(gambar c).
• Belahan
Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis
yang teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya
bisa sangat baik, baik, buruk atau tidak ada. Belahan merupakan sifat
fisik yang tetap pada satu jenis mineral yang menunjukkan sifat khas
dari struktur atom di dalamnya.
• Pecahan
Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk
pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom
seperti halnya belahan. Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain
pecahan seperti gelas (subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan
memotong pada olivin, ortopiroksen dan nefelin.
• Indeks Bias dan Relief
4
Gambar 2.2 Bentuk mineral (berurutan : euhedral, subhedral dan anhedral).
Gambar 2.3 Belahan 1 arah pada mika
Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media
kemudian masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga
indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami
pembiasan pada batas kontak kedua media tersebut. Semakin besar
perbedaan harga indeks bias antara kedua media, maka semakin jelas
bidang batas antara keduanya. Sebaliknya semakin kecil perbedaan
harga indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan
semakin kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah
ortoskop, maka sayatan mineral atau batuan dilekatkan pada kaca
dengan menggunakan media balsam kanada yang mempunyai relief nol
(sebagai standar) dengan n = 1.537.
Dalam pengamatan dan penilaian relief mineral secara relatif,
maka harga relief mineral harus dibandingkan dengan relief standar
balsam kanada (n = 1.537) atau relief kuarsa (n = 1.544). Setiap mineral
yang mempunyai indeks bias kurang dari relief standar disebut
memiliki relief negatif, sedangkan mineral yang memiliki indeks bias
lebih besar dari standar disebut memiliki relief positif. Cara untuk
membedakan jenis relief adalah dengan menggunakan metode garis
Becke. Selain penilaian relief positif atau negatif, harga relief suatu
mineral juga dinilai berdasar tingkatan perbedaan harga indeks bias
dengan n standar. Setiap mineral yang mempunyai n relatif dekat
dengan n standar yaitu antara 1.545 – 1.599 maka disebut memiliki
relief positif rendah.
• Warna dan pleokroisme
Warna yang tampak pada mikroskop polarisasi adalah warna yang
dihasilkan oleh oleh sifat cahaya yang bergetar searah dengan arah
polarisator. Pada mineral yang bersifat isotropik hanya terdapat satu
warna saja yang tidak berubah sama sekali walaupun meja objek
diputar, sedangkan pada mineral yang bersifat anisotropik, dapat terjadi
dua atau tiga warna yang berbeda tergantung pada arah sayatan mana
yang diamati. Seluruh mineral yang menampakkan lebih dari satu
5
warna disebut pleokroik, yang dicirikan oleh dua warna disebut dikroik,
dan tiga warna disebut trikroik. Dengan demikian mineral yang
isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme, mineral anisotropik
sumbu satu akan memiliki pleokroisme dikroik (apabila disayat tidak
tegak lurus sumbu optik) dan tanpa pleokroisme (apabila disayat tegak
lurus sumbu optik), dan mineral anisotropik sumbu dua akan bersifat
trikroik, dikroik, maupun tanpa pleokroisme, tergantung sudut
sayatannya.
2.3 Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang
Dengan ortoskop nikol bersilang dapat dipelajari sifat – sifat optik
hasil dari semua kejadian pada cahaya selama perjalanannya, pertama – tama
melalui polarisator kemudia melalui peraga dan akhirnya melalui analisator. ).
Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang berhubungan dengan
kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati antara lain
warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.
• Warna Interferensi
Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun
penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep
dasarnya secara bertahap. Warna interferensi dapat ditentukan dengan
memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral hingga diperoleh
terang maksimal. Warna terang tersebut dicocokkan dengan tabel
interferensi Michel – Levy Chart.
6
Gambar 2.4 Perbedaan warna dasar (kiri) dengan warna interferensi (kanan)
• Tanda rentang optik
Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara
sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu
sinar cepat (x) dan lambat (z). Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar
mana (x atau z) yang kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip)
dengan sumbu panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh
mineral yang memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral
(sumbu c). Jenis tanda rentang optik yaitu :
- Length slow (+) = sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah
getar sinar lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan addisi yaitu
penambahan orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan.
- Length fast (-) = sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah
getar sinar cepat (sumbu x). Keadaan ini dinamakan substraksi yaitu
pengurangan orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan.
Kembaran
Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan
temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara
simetri. Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran.
Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi
pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan,
sehingga kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya
berlainan. Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses
yang berbeda yaitu kembaran tumbuh, transformasi, dan deformasi
1. Kembaran tumbuh atau Growth Twins
Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau
pertumbuhan kristal, di mana dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari
satu kisi yang sama dengan orientasi berlawanan. Jenis kembaran ini
terbagi atas kembaran kontak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis
kembaran ini adalah kembaran carlsbad pada ortoklas dan kembaran
albit pada plagioklas.
2. Kembaran transformasi
7
Kembaran ini dapat terjadi karena kristal mengalami transformasi
karena perubahan P dan T terutama karena perubahan T. Hal ini hanya
dapat terjadi pada kristal yang mempunyai struktur dan simetri yang
berbeda pada kondisi P dan T yang berbeda. Pada saat P dan T berubah,
bagian tertentu dari kristal ada yang stabil ada yang mengalami
perubahan orientasi kisi, sehingga terjadi perbedaan orientasi pada
bagian berbeda dari kristal. Contoh kembaran dauphin dan kembaran
brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T. Contoh lain adalah
kembaran periklin yang terjadi pada saat sanidin (monoklin, high T)
berubah menjadi mikroklin (triklin, low T).
3. Kembaran Deformasi atau Deformation Twins
Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat.
Karena deformasi (perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari
posisi semula. Apabila perubahan posisi ini terjadi pada susunan yang
simetri, akan menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis ini
adalah polisintetik pada kalsit.
• Gelapan dan kedudukan gelapan
Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan (keadaan di mana mineral gelap
maksimal) dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh
8
Gambar 2.5 Kembaran deformasi (kanan: kembaran polisintetik plagioklas)
Gambar 2.4 Kembaran transformasi
analisator hingga mata pengamat. Pada zat anisotropik syarat terjadinya
gelapan adalah kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah getar
polarisator atau analisator. Sumbu sinar = sinar cepat (x) dan sinar lambat
(z). Sehingga dalam putaran 360o akan ada empat kedudukan gelapan.
Sebaliknya kedudukan terang maksimal (warna interferensi maksimal)
terjadi pada saat sumbu sinar membuat sudut 45o terhadap arah getar PP
dan AA.
- Gelapan sejajar atau paralel
Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar
dengan arah getar PP atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik
berimpit dengan sumbu kristalografi.
- Gelapan miring
Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c)
menyudut terhadap arah getar PP atau AA. Sehingga dapat dikatakan
sumbu optik menyudut terhadap sumbu kristalografi
- Gelapan bergelombang
Terjadi pada mineral yang mengalami tegangan atau distorsi sehingga
orientasi sebagian kisi kristal mengalami perubahan berangsur, dan
kedudukan gelapan masing-masing bagian agak berbeda.
- Gelapan bintik atau mottled extinction
Umumnya terjadi pada mineral silikat berlapis (mika), hal ini terjadi
karena perubahan orientasi kisi kristal secara lokal, sehingga tidak
seluruh bagian kristal sumbu sinarnya berorientasi sama.
9
BAB III
HASIL DESKRIPSI
3.1 Preparat No. G. 31
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colorless
Ukuran (size) : 3 mm
Bentuk (form) : Subhedral – prismatik (memanjang)
Belahan (cleavage) : 1 arah
Pecahan (fracture) : ada
Inklusi (inclution) : ada
Relief : tinggi
Pleokroisme (pleicroism) : monokroid
Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) : ada, simetris
Sudut Gelapan : 45°
Kembaran (twinning) : -
Sudut Kembaran : -
TRO (Tanda Rentang Optik) : (-) substraksi (length fast)
WI (Warna Interferensi) : hijau (orde 2) – coklat (orde 1)
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang
Nama Mineral : Hornblande
3.2 Preparat No. B. 11
10
Hornblende
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colorless
Ukuran (size) : 3 mm (Perbesaran mikroskop
= 10 x 0,25P)
Bentuk (form) : Subhedral
Belahan (cleavage) : 2 arah
Pecahan (fracture) : ada
Inklusi (inclution) : -
Relief : sedang
Pleokroisme (pleicroism) : monokroid
Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) : ada, bergelombang
Sudut Gelapan : -
Kembaran (twinning) : -
Sudut Kembaran : -
TRO (Tanda Rentang Optik) : (+) adisi (length slow)
WI (Warna Interferensi) : hitam (orde 1) – pink (orde 2)
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang
Nama Mineral : Kuarsa
3.3 Preparat No. G. 29
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
11
Kuarsa
Warna (color) : kecoklatan
Ukuran (size) : 3 mm (Perbesaran mikroskop
= 10 x 0,25P)
Bentuk (form) : Subhedral, prismatik
Belahan (cleavage) : 1 arah
Pecahan (fracture) : ada
Inklusi (inclution) : ada
Relief : rendah
Pleokroisme (pleicroism) : monokroid
Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) : ada, miring
Sudut Gelapan : 45°
Kembaran (twinning) : -
Sudut Kembaran : -
TRO (Tanda Rentang Optik) : (+) adisi (length slow)
WI (Warna Interferensi) : hitam (orde 1) – pink (orde 2)
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang
Nama Mineral : Augit
3.4 Preparat No. R. 03
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colourless
12
Augit
Ukuran (size) : 2 mm (Perbesaran mikroskop
= 10 x 0,25P)
Bentuk (form) : Anhedral
Belahan (cleavage) : 1 arah
Pecahan (fracture) : ada
Inklusi (inclution) : -
Relief : rendah
Pleokroisme (pleicroism) : monokroid
Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) : -
Sudut Gelapan : -
Kembaran (twinning) : Carlisbad
Sudut Kembaran : (35+30) / 2 = 32,5
TRO (Tanda Rentang Optik) : (+) adisi (length slow)
WI (Warna Interferensi) : putih (orde 1) – hijau muda (orde 4)
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang
Nama Mineral : Orthoklas
3.5 Preparat No. G. 33
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colourless
13
Orthoklas
Ukuran (size) : 2 mm (Perbesaran mikroskop
= 10 x 0,25P)
Bentuk (form) : Subhedral
Belahan (cleavage) : 2 arah
Pecahan (fracture) : ada
Inklusi (inclution) : ada
Relief : rendah
Pleokroisme (pleicroism) : monokroid
Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) : -
Sudut Gelapan : -
Kembaran (twinning) : albit
Sudut Kembaran : 14,5° (miring)
TRO (Tanda Rentang Optik) : (+) adisi (length slow)
WI (Warna Interferensi) : putih (orde 1) – hijau muda (orde 4)
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang
Nama Mineral : Plagioklas Albite-Andesit
3.6 Preparat No. B. 12
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colourless
Ukuran (size) : 4 mm (Perbesaran mikroskop
14
Plagioklas Albite-Andesit
= 10 x 0,25P)
Bentuk (form) : Anhedral
Belahan (cleavage) : 3 arah
Pecahan (fracture) : ada, even
Inklusi (inclution) : ada
Relief : rendah
Pleokroisme (pleicroism) : monokroid
Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) : ada, miring
Sudut Gelapan : 81
Kembaran (twinning) : -
Sudut Kembaran : -
TRO (Tanda Rentang Optik) : (-) Subtraksi (length fast)
WI (Warna Interferensi) : coklat (orde 1) – pink (orde 2)
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang
Nama Mineral : Kalsit
3.7 Preparat No. B. 07
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colourless
Ukuran (size) : 2 mm (Perbesaran mikroskop
= 10 x 0,25P)
15
Kalsit
Bentuk (form) : Anhedral, fibrous (berserabut)
Belahan (cleavage) : 1 arah
Pecahan (fracture) : ada
Inklusi (inclution) : ada
Relief : rendah
Pleokroisme (pleicroism) : monokroid
Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) : ada, miring
Sudut Gelapan : 131-183 = 48
Kembaran (twinning) : -
Sudut Kembaran : -
TRO (Tanda Rentang Optik) : (+) Adisi (length slow)
WI (Warna Interferensi) : hijau (orde 2) – pink (orde 3)
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang
Nama Mineral : Serpentine3.8 Preparat No. B. 01
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colorless - kehijauan
Ukuran (size) : 3 mm (Perbesaran mikroskop
= 10 x 0,25P)
Bentuk (form) : Subhedral
16
Serpentine
Belahan (cleavage) : -
Pecahan (fracture) : ada, tidak beraturan
Inklusi (inclution) : ada
Relief : tinggi
Pleokroisme (pleicroism) : monokroid
Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)
Gelapan (extinction) : ada, miring
Sudut Gelapan : 131-183 = 34°
Kembaran (twinning) : -
Sudut Kembaran : -
TRO (Tanda Rentang Optik) : (-) Subtraksi (length fast)
WI (Warna Interferensi) : merah (orde 2) – hitam (orde 1)
Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang
Nama Mineral : Olivine
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan nama mineral dengan
berdasarkan deskripsi sifat optiknya. Metode pengamatan yang digunakan terbagi
menjadi dua berdasarkan sifat optik yang dapat diamati, yaitu pengamatan dengan
nikol sejajar (plane polarized light (PPL)) untuk mengamati warna, ukuran,
17
Olivine
belahan, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, dan pleokroisme, dan
pengamatan dengan nikol bersilang (cross polarized light (XPL)) untuk
mengamati gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kembaran, dan warna
interferensi.
4.1 Preparat No. G. 31
Pada pengamatan mineral optik dengan menggunakan metode nikol
sejajar pada preparat sayatan G. 31 mempunyai ciri – ciri berwarna
colourless (tidak berwarna). Warna yang dihasilkan oleh mineral ini berasal
dari magma pembentuknya sehnigga mineral tersebut tidak berwarna. Ukuran
pada mineral ini adalah 3 mm dari keseluruhan yang diamati dengan
perbesaran 4 kali menurut tekstur ukuran butirnya termasuk fanerik sedang
karena ukuran butirnya masuk kedalam diameter 1 mm – 5 mm. Bentuk dari
mineral ini adalah subhedral karena bentuk kristalnya kurang sempurna dan
dibatasi oleh bidang datar yang tidak begitu jelas. Berdasarkan bentuknya
dapat dilihat proses pembentukannya jauh dibawah permukaan bumi
(plutonik) dan proses pendinginannya sangat lambat. Mineral yang terbentuk
pada urutan dari bari kedua akhir pembentukan batuan dalam Bowen Reaction
Series dan terbentuk pada saat magma masih dalam suhu yang rendah. Pada
mineral ini terlihat adanya belahan 1 arah. Pada belahan ini terbentuk karena
di kontrol oleh struktur atom sehingga menimbulkan belahan. Sedangkan
belahan 1 arah ini karena bidang belahan yang nampak dari mineral ini garis
yang lurus sejajar satu dengan yang lain pada sayatan yang dipotong miring
maupun sejajar terhadap sumbu kristal atau memotong arah bidang belahan.
Pada mineral ini juga terdapat pecahan, pecahan dapat terjadi atau
terbentuk pada suatu mineral karena mineral itu tidak dikontrol kuat oleh
ikatan struktur atomnya jadi mineral ini memiliki kecenderungan untuk
terpisah, dan jumlah pecahan dari mineral tersebut berjumlah banyak, yang
diakibatkan gaya yang bekerja pada mineral tersebut besar dan
mengakibatkan susunan atom pecah menjadi banyak bagian, jadi susunan
atom tersebut tidak kuat untuk menahan gaya yang bekerja pada mineral
18
tersebut. Relief yang tampak pada mineral ini termasuk relief tinggi karena
bidang batas antara mineral dengan mineral lain atau dengan medianya
terlihat sangat jelas, hal tersebut menunjukan bahwa mineral ini memilki
indeks bias yang besar sehingga garis bidang tersebut dapat terlihat sangat
jelas. Untuk pleokroisme pada mineral ini termasuk ke dalam monokroik, hal
tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan kenampakan warna
mineral pada saat meja objek pada mikroskop diputar. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa mineral ini bersifat monokroik, yaitu sifat hanya
memilki satu warna saja dan tidak dapat berubah sama sekali. Lalu pada
mineral ini terdapat inklusi, yaitu zat pengotor yang terdapat pada suatu
mineral, zat tersebut dapat berupa kristal yang berukuran lebih kecil dari
mineral, fluida, atau pun pengotor yang berasal dari magma. Dapat
diindentifikasikan karena selama proses kristalisasi terdapat material-material
pada permukaan mineral sehingga terdapat material yang terperangkap
kedalam mineral, dan terdapatlah suatu inklusi pada mineral tersebut, dan
warna dari mineral pengisi tersebut adalah opaq.
Sedangkan pengamatan mikroskop dengan metode nikol bersilang
didapatkan gelapan karena kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah
getar polarisator atau analisator. Sehingga terdapat perbedaan cahaya yang
masuk melalui polarisator pada mineral dan tidak terlihat adanya gelapan.
Gelapan yang tampak pada mineral ini termasuk gelapan simetris karena
kedudukan gelapan dimana sumbu panjang kristar (sumbu c) menyudut
terhadap arah getar PP atau AA, sehingga dapat dikatakan sumbu optik
menyudut terhadap sumbu kristalografi. Sudut gelapan yang terdapat pada
mineral ini adalah 45o, sudut gelapan disini dapat diketahui dengan cara
mencari selisih antara besar sudut terang maksimun dengan besar sudut gelap
maksimum, dan berdasarkan sudutnya yang sebesar 45o.
Warna Interferensi pada mineral ini sebelum dimasukkan baji
kuarsa berwarna hijau gelap ( orde II) dan setelah dimasukkan baji kuarsa
berubah warna menjadi coklat (orde I). Perubahan warna tersebut terjadi
karena sinar yang dihalangi oleh baji kuarsa sehingga cahaya yang masuk
19
tidak ada, dapat juga dikarenakan kompensator dimasukkan sehingga sinar
yang dihalangi kompensator tidak dapat masuk. Dari perubahan warna
Interferensi tersebut menyebabkan optic signnya termasuk subtracsi, karena
perubahan warna terjadi dari sebelah kanan ke kiri atau terjadi penurunan
orde warna pada Michel-Levy Chart, oleh karena itu tanda rentang optik
(TRO) pada mineral ini negatif.
jadi dilihat dari kenampakan ciri – ciri mineral tersebut maka dapat
diketahui bahwa nama mineral ini adalah Hornblende. Mineral ini banyak
ditemukan sebagai mineral penyusun batuan beku basa.
4.2 Preparat No. B. 11
Pada pengamatan dengan mikroskop dengan metode nikol sejajar
pada preparat sayatan no B11 ini terdapat suatu mineral yang secara
mikroskopis mempunyai ciri – ciri warna colorless (tidak berwarna). Warna
yang dihasilkan pada mineral ini berasal dari magma pembentuknya. Ukuran
pada mineral ini adalah 3 mm dari keseluruhan yang diamati dengan
perbesaran 4 kali menurut tekstur ukuran butirnya termasuk fanerik sedang
karena ukuran butirnya masuk kedalam diameter 1 mm – 5 mm. Bentuk
mineral ini juga cenderung subhedral karena kristal ini selain dibatasi oleh
bidang kristalnya sendiri, namun juga membatasi bidang kristal mineral
lainnya. Berdasarkan bentuknya dapat dilihat proses pembentukannya jauh
dibawah permukaan bumi (plutonik) dan proses pendinginannya sangat
lambat. Berdasarkan bentuknya, batuan dengan bentuk subhedral biasanya
merupakan mineral yang terbentuk pada urutan akhir pembentukan batuan
dalam Bowen Reaction Series dan terbentuk pada saat magma masih dalam
suhu yang rendah. Pada mineral ini terlihat adanya belahan, yakni belahan 2
arah.
Pada mineral ini terdapat pecahan tetapi hanya sedikit, pecahan
dapat terjadi atau terbentuk pada suatu mineral karena mineral itu tidak
dikontrol kuat oleh ikatan struktur atomnya jadi mineral ini memiliki
kecenderungan untuk terpisah, jumlah pecahan yang terjadi pada mineral ini
20
berjumlah sedikit, yang diakibatkan gaya yang bekerja pada mineral tersebut
besar dan mengakibatkan susunan atom pecah, jadi susunan atom tersebut
tidak kuat menahan gaya yang bekerja pada mineral tersebut. Relief yang
tampak pada mineral ini termasuk relief rendah karena bidang batas antara
mineral dengan mineral lain atau dengan medianya terlihat tidak jelas, hal
tersebut menunjukan bahwa mineral ini memilki indeks bias yang kecil
sehingga garis bidang tersebut terlihat tidak jelas. Dan pada mineral kuarsa ini
tidak terdapat pleokroisme, hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya
perubahan kenampakan warna mineral pada saat meja objek pada mikroskop
diputar. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa mineral ini bersifat isotropik,
yaitu sifat hanya memilki satu warna saja dan tidak dapat berubah sama sekali.
Pada mineral ini terdapat terdapat inklusi atau sering juga disebut
sebagai kungkungan, yaitu zat pengotor yang terdapat pada suatu mineral, zat
tersebut dapat berupa kristal yang berukuran lebih kecil dari mineral, fluida,
atau pun pengotor yang berasal dari magma. Kemungkinan terjadinya inklusi
ini dikarenakan selama proses kristalisasi terdapat material-material pada
permukaan mineral sehingga terdapat material yang terperangkap kedalam
mineral, dan pada mineral tesebut terjadi inklusi. Sedangkan pengamatan
mikroskop dengan metode nikol bersilang didapatkan ciri – ciri lain seperti
mineral ini memiliki gelapan karena kedudukan sumbu sinar berimpit dengan
arah getar polarisator atau analisator. Sehingga terdapat perbedaan cahaya
yang masuk melalui polarisator pada mineral dan tidak terlihat adanya
gelapan. Gelapan yang tampak pada mineral ini termasuk gelapan
bergelombang, keadaan gelapan seperti ini dapat terjadi pada mineral yang
mengalami tegangan atau distorsi sehingga orientasi sebagian kisi kristal
mengalami perubahan berangsur, dan kedudukan gelapan masing – masing
bagian agak berbeda. Karena bentuk gelapan yang bergelombang maka sudut
gelapan pada mineral ini tidak dapat dihitung dan sulit untuk diketahui.
Warna Interferensi pada mineral ini sebelum dimasukkan baji
kuarsa berwarna putih ( orde 1) dan setelah dimasukkan baji kuarsa berubah
warna menjadi orange (orde 2). Perubahan warna tersebut terjadi karena sinar
21
yang dihalangi oleh baji kuarsa sehingga cahaya yang masuk tidak ada, dapat
juga dikarenakan kompensator dimasukkan sehingga sinar yang dihalangi
kompensator tidak dapat masuk. Dari perubahan warna Interferensi tersebut
menyebabkan optic signnya termasuk adisi, karena perubahan warna terjadi
dari sebelah kiri ke kanan atau terjadi kenaikan orde warna pada Michel-Levy
Chart, oleh karena itu tanda rentang optik (TRO) pada mineral ini positif.
Jadi dilihat dari kenampakan ciri – ciri mineral tersebut maka dapat
diketahui bahwa mineral ini adalah mineral kuarsa. Kuarsa merupakan salah
satu mineral utama pembentuk batuan, terutama batuan beku intermediet.
Karena kuarsa berasal dari magma yang bersifat intermediet. Kuarsa banyak
ditemukan pada batuan andesit, yang merupakan batuan beku intermediet. Dan
kelimpahan kuarsa di Indonesia tergolong sangat melimpah.
4.3 Preparat No. G. 29
Pada pengamatan dengan mikroskop dengan metode nikol sejajar
pada preparat sayatan no G 29 ini terdapat suatu mineral yang secara
mikroskopis mempunyai ciri – ciri warna kecoklatan. Ukuran pada mineral ini
adalah 3 mm dari keseluruhan yang diamati dengan perbesaran 4 kali menurut
tekstur ukuran butirnya termasuk fanerik sedang karena ukuran butirnya
masuk kedalam diameter 1 mm – 5 mm. Bentuk mineral ini juga cenderung
subhedral, prismatik karena kristal ini selain dibatasi oleh bidang kristalnya
sendiri, namun juga membatasi bidang Kristal mineral lainnya. Berdasarkan
bentuknya, batuan dengan bentuk subhedral biasanya merupakan mineral yang
terbentuk pada urutan akhir pembentukan batuan dalam Bowen Reaction
Series dan terbentuk pada saat magma masih dalam suhu yang rendah. Pada
mineral ini terlihat adanya belahan 1 arah.
Pada mineral ini terdapat pecahan, pecahan dapat terjadi atau
terbentuk pada suatu mineral karena mineral itu tidak dikontrol kuat oleh
ikatan struktur atomnya jadi mineral ini memiliki kecenderungan untuk
terpisah, jumlah pecahan yang terjadi pada mineral ini berjumlah sedikit, yang
diakibatkan gaya yang bekerja pada mineral tersebut besar dan mengakibatkan
22
susunan atom pecah, jadi susunan atom tersebut tidak kuat menahan gaya
yang bekerja pada mineral tersebut. Relief yang tampak pada mineral ini
termasuk relief rendah karena bidang batas antara mineral dengan mineral lain
atau dengan medianya terlihat tidak jelas, hal tersebut menunjukan bahwa
mineral ini memilki indeks bias yang kecil sehingga garis bidang tersebut
terlihat tidak jelas. Dan pada mineral memiliki pleokroisme monokroid, hal
tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan kenampakan warna
mineral pada saat meja objek pada mikroskop diputar. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa minera ini bersifat isotropik, yaitu sifat hanya memilki
satu warna saja dan tidak dapat berubah sama sekali.
Pada mineral ini terdapat inklusi atau sering juga disebut sebagai
kungkungan, yaitu zat pengotor yang terdapat pada suatu mineral, zat tersebut
dapat berupa kristal yang berukuran lebih kecil dari mineral, fluida, atau pun
pengotor yang berasal dari magma. Kemungkinan terjadinya inklusi ini
dikarenakan selama proses kristalisasi terdapat material-material pada
permukaan mineral sehingga terdapat material yang terperangkap kedalam
mineral, dan pada mineral tesebut terjadi inklusi.
Pada pengamatan mikroskop dengan metode nikol bersilang
didapatkan ciri – ciri memiliki gelapan karena kedudukan sumbu sinar
berimpit dengan arah getar polarisator atau analisator. Sehingga terdapat
perbedaan cahaya yang masuk melalui polarisator pada mineral dan tidak
terlihat adanya gelapan. Gelapan yang tampak pada mineral ini termasuk
gelapan miring karena kedudukan gelapan dimana sumbu panjang kristar
(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA, sehingga dapat
dikatakan sumbu optik menyudut terhadap sumbu kristalografi. Sudut gelapan
yang di dapatkannya adalah 45°.
Warna Interferensi pada mineral ini sebelum dimasukkan baji
kuarsa berwarna hitam ( orde 1) dan setelah dimasukkan baji kuarsa berubah
warna menjadi pink (orde 2). Perubahan warna tersebut terjadi karena sinar
yang dihalangi oleh baji kuarsa sehingga cahaya yang masuk tidak ada, dapat
juga dikarenakan kompensator dimasukkan sehingga sinar yang dihalangi
23
kompensator tidak dapat masuk. Dari perubahan warna Interferensi tersebut
menyebabkan optic signnya termasuk adisi, karena perubahan warna terjadi
dari sebelah kiri ke kanan atau terjadi kenaikan orde warna pada Michel-Levy
Chart, oleh karena itu tanda rentang optik (TRO) pada mineral ini positif.
Jadi dilihat dari kenampakan hasil pengamatan mineral tersebut
maka dapat diketahui bahwa nama mineral ini adalah mineral Augit.
4.4 Preparat No. R. 03
Pada pengamatan dengan mikroskop dengan metode nikol sejajar
pada preparat sayatan no R 03 ini terdapat suatu mineral yang secara
mikroskopis mempunyai ciri – ciri warna colorless (tidak berwarna) tetapi
agak keruh. Warna yang dihasilkan pada mineral ini berasal dari magma
pembentuknya. Ukuran pada mineral ini adalah 2 mm dari keseluruhan yang
diamati dengan perbesaran 4 kali menurut tekstur ukuran butirnya termasuk
fanerik sedang karena ukuran butirnya masuk kedalam diameter 1 mm – 5
mm. Bentuk mineral ini juga cenderung anhedral karena bidang batas
kristalnya tidak jelas. Berdasarkan bentuknya, batuan dengan bentuk anhedral
biasanya merupakan mineral yang terbentuk pada urutan awal pembentukan
batuan dalam Bowen Reaction Series dan terbentuk pada saat magma masih
dalam suhu yang sudah mulai turun. Pada mineral ini terlihat adanya belahan,
karena dijumpai pada tubuh mineral terdapat 1 arah belahan, belahan pada
mineral ini umumnya dikontrol oleh struktur atom penyusun suatu mineral.
Pada mineral ini juga terdapat pecahan, pecahan dapat terjadi atau
terbentuk pada suatu mineral karena mineral itu tidak dikontrol kuat oleh
ikatan struktur atomnya jadi mineral ini memiliki kecenderungan untuk
terpisah. Pada mineral ini mempunyai pecahan dengan jumlah yang sedikit
dan tidak teratur, yang diakibatkan gaya yang bekerja pada mineral tersebut
tidak terlalu besar dan mengakibatkan susunan atom pecah, jadi susunan
atom tersebut tidak kuat menahan gaya yang bekerja pada mineral tersebut.
Relief yang tampak pada mineral ini termasuk relief rendah karena bidang
batas antara mineral dengan mineral lain atau dengan medianya terlihat
24
kurang jelas, hal tersebut menunjukan bahwa mineral ini memilki indeks
bias yang rendah sehingga garis bidang tersebut terlihat kurang jelas. Untuk
pleokroisme pada mineral ini termasuk ke dalam monokroik, hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya perubahan kenampakan warna mineral pada saat
meja objek pada mikroskop diputar. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa
mineral ini bersifat monokroik, yaitu sifat hanya memilki satu warna saja dan
tidak dapat berubah sama sekali. Lalu pada mineral ini tidak terdapat inklusi,
yaitu zat pengotor yang terdapat pada suatu mineral, zat tersebut dapat berupa
kristal yang berukuran lebih kecil dari mineral, fluida, atau pun pengotor
yang berasal dari magma. Mungkin karena selama proses kristalisasi terdapat
material-material pada permukaan mineral sehingga terdapat material yang
terperangkap kedalam mineral, dan terbentuk suatu inklusi.
Sedangkan pengamatan mikroskop dengan metode nikol bersilang
didapatkan ciri – ciri lain seperti kembaran, gelapan, besar sudut gelapan
warna interferensi dan optic sign. Kenampakan mineral pada preparat sayatan
no R03 ini memilki kenampakan kembaran, karena pada pengamatan dengan
menggunakan mikroskop dengan metode nikol bersilang kedudukan kisi pada
dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga
kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan, sehingga
terlihat adanya kembaran. Kembaran dapat terjadi akibat selama
pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua
atau lebih kristal dapat terbentuk secara simetri. Tipe kembaran pada mineral
ini adalah carlsbad, yaitu kenampakan rupa kembaran yang berwarna hitam
dan putih saja tidak berulang – ulang. Sudut kembarannya yangg didapat
(35+30) / 2 = 32,5°.
Warna Interferensi pada mineral ini sebelum dimasukkan baji
kuarsa berwarna putih (orde 1) dan setelah dimasukkan baji kuarsa berubah
warna menjadi hijau muda (orde 2). Perubahan warna tersebut terjadi karena
sinar yang dihalangi oleh baji kuarsa sehingga cahaya yang masuk tidak ada,
dapat juga dikarenakan kompensator dimasukkan sehingga sinar yang
dihalangi kompensator tidak dapat masuk. Dari perubahan warna Interferensi
25
tersebut menyebabkan optic signnya termasuk adisi, karena perubahan warna
terjadi dari sebelah kiri ke kanan atau terjadi kenaikan orde warna pada
Michel-Levy Chart, oleh karena itu tanda rentang optik (TRO) pada mineral
ini positif.
Jadi dilihat dari kenampakan ciri – ciri mineral tersebut maka dapat
diketahui bahwa mineral ini adalah mineral orthoklas. Mineral ini banayk
ditemukan sebagai penyusun batuan beku asam.
4.5 Preparat No. G. 33
Pada pengamatan dengan mikroskop dengan metode nikol sejajar
pada preparat sayatan no G 33 ini terdapat suatu mineral yang secara
mikroskopis mempunyai ciri – ciri warna colorless (tidak berwarna) tetapi
agak keruh. Warna yang dihasilkan pada mineral ini berasal dari magma
pembentuknya. Ukuran pada mineral ini adalah 2 mm dari keseluruhan yang
diamati dengan perbesaran 4 kali menurut tekstur ukuran butirnya termasuk
fanerik sedang karena ukuran butirnya masuk kedalam diameter 1 mm – 5
mm. Bentuk mineral ini juga cenderung subhedral. Berdasarkan bentuknya
dapat dilihat proses pembentukannya jauh dibawah permukaan bumi
(plutonik) dan proses pendinginannya sangat lambat. Berdasarkan bentuknya,
batuan dengan bentuk subhedral biasanya merupakan mineral yang terbentuk
pada urutan akhir pembentukan batuan dalam Bowen Reaction Series dan
terbentuk pada saat magma masih dalam suhu yang rendah. Pada mineral ini
terlihat adanya belahan, karena dijumpai pada tubuh mineral terdapat 2 arah
belahan, belahan pada mineral ini umumnya dikontrol oleh struktur atom
penyusun suatu mineral.
Pada mineral ini juga terdapat pecahan, pecahan dapat terjadi atau
terbentuk pada suatu mineral karena mineral itu tidak dikontrol kuat oleh
ikatan struktur atomnya jadi mineral ini memiliki kecenderungan untuk
terpisah. Relief yang tampak pada mineral ini termasuk relief rendah karena
bidang batas antara mineral dengan mineral lain atau dengan medianya
terlihat kurang jelas, hal tersebut menunjukan bahwa mineral ini memilki
26
indeks bias yang rendah sehingga garis bidang tersebut terlihat kurang jelas.
Untuk pleokroisme pada mineral ini termasuk ke dalam monokroik, hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan kenampakan warna mineral
pada saat meja objek pada mikroskop diputar. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa mineral ini bersifat monokroik, yaitu sifat hanya
memilki satu warna saja dan tidak dapat berubah sama sekali. Lalu pada
mineral ini terdapat inklusi.
Pada pengamatan mikroskop dengan metode nikol bersilang
didapatkan ciri – ciri lain seperti kembaran, gelapan, besar sudut gelapan
warna interferensi dan optic sign. Kenampakan mineral pada preparat sayatan
no G 33 ini memilki kenampakan kembaran, karena pada pengamatan dengan
menggunakan mikroskop dengan metode nikol bersilang kedudukan kisi pada
dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga
kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan, sehingga
terlihat adanya kembaran. Kembaran dapat terjadi akibat selama
pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua
atau lebih kristal dapat terbentuk secara simetri. Tipe kembaran pada mineral
ini adalah albit, yaitu kenampakan rupa kembaran yang berwarna hitam dan
putih saja tidak berulang – ulang. Kembaran albit ini terbentuk pada saat
kristalisasi atau pertumbuhan kristal, dimana dua unit berbagi dan tumbuh
dari satu kisi yang sama dengan orientasi berlawanan. Jenis kembaran ini
terbagi atas kembaran kontak dan kembaran penetrasi. Mineral ini memiliki
kembaran albit dengan sudut kembaran 14,5 (miring).
Warna Interferensi pada mineral ini sebelum dimasukkan baji
kuarsa berwarna putih (orde 1) dan setelah dimasukkan baji kuarsa berubah
warna menjadi hijau muda (orde 4). Perubahan warna tersebut terjadi karena
sinar yang dihalangi oleh baji kuarsa sehingga cahaya yang masuk tidak ada,
dapat juga dikarenakan kompensator dimasukkan sehingga sinar yang
dihalangi kompensator tidak dapat masuk. Dari perubahan warna Interferensi
tersebut menyebabkan optic signnya termasuk adisi, karena perubahan warna
terjadi dari sebelah kiri ke kanan atau terjadi kenaikan orde warna pada
27
Michel-Levy Chart, oleh karena itu tanda rentang optik (TRO) pada mineral
ini positif.
Jadi dilihat dari kenampakan ciri – ciri mineral tersebut maka dapat
diketahui bahwa mineral ini adalah mineral Plagioklas albite-andesit an 14,5°.
Mineral ini banyak ditemukan sebagai penyusun batuan beku asam.
4.6 Preparat No. B. 12
Pada pengamatan dengan mikroskop dengan metode nikol sejajar
pada preparat sayatan no B 12 ini terdapat suatu mineral yang secara
mikroskopis mempunyai ciri – ciri warna colorless (tidak berwarna) tetapi
agak keruh. Warna yang dihasilkan pada mineral ini berasal dari magma
pembentuknya. Ukuran pada mineral ini adalah 4 mm dari keseluruhan yang
diamati dengan perbesaran 4 kali menurut tekstur ukuran butirnya termasuk
fanerik sedang karena ukuran butirnya masuk kedalam diameter 1 mm – 5
mm. Bentuk mineral ini juga cenderung anhedral karena bentuk kristal
dibatasi oleh bidang kristal tidak sempurna atau tidak jelas. Pembentukannya
berada didekat permukaan bumi (ekstrusif) sehingga proses pendinginannya
berlangsung sangat cepat. Berdasarkan bentuknya, batuan dengan bentuk
anhedral biasanya merupakan mineral yang terbentuk pada urutan awal
pembentukan batuan dalam Bowen Reaction Series dan terbentuk pada saat
magma masih dalam suhu yang sudah mulai turun. Pada mineral ini terlihat
adanya belahan, karena dijumpai pada tubuh mineral terdapat 3 arah belahan,
belahan pada mineral ini umumnya dikontrol oleh struktur atom penyusun
suatu mineral.
Pada mineral ini juga terdapat pecahan even, pecahan dapat terjadi
atau terbentuk pada suatu mineral karena mineral itu tidak dikontrol kuat oleh
ikatan struktur atomnya jadi mineral ini memiliki kecenderungan untuk
terpisah. Relief yang tampak pada mineral ini termasuk relief rendah karena
bidang batas antara mineral dengan mineral lain atau dengan medianya
terlihat kurang jelas, hal tersebut menunjukan bahwa mineral ini memilki
indeks bias yang rendah sehingga garis bidang tersebut terlihat kurang jelas.
28
Untuk pleokroisme pada mineral ini termasuk ke dalam monokroik, hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan kenampakan warna mineral
pada saat meja objek pada mikroskop diputar. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa mineral ini bersifat monokroik, yaitu sifat hanya
memilki satu warna saja dan tidak dapat berubah sama sekali. Lalu pada
mineral ini terdapat inklusi.
Pada pengamatan mikroskop dengan metode nikol bersilang
didapatkan ciri – ciri lain seperti kembaran, gelapan, besar sudut gelapan
warna interferensi dan optic sign. Kenampakan mineral pada preparat sayatan
no B 12 ini memilki kenampakan gelapan karena kedudukan sumbu sinar
berimpit dengan arah getar polarisator atau analisator. Sehingga terdapat
perbedaan cahaya yang masuk melalui polarisator pada mineral dan tidak
terlihat adanya gelapan. Gelapan yang tampak pada mineral ini termasuk
gelapan miring karena kedudukan gelapan dimana sumbu panjang kristar
(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA, sehingga dapat
dikatakan sumbu optik menyudut terhadap sumbu kristalografi. Sudut gelapan
yang di dapatkannya 81°.
Warna Interferensi pada mineral ini sebelum dimasukkan baji
kuarsa berwarna coklat (orde 1) dan setelah dimasukkan baji kuarsa berubah
warna menjadi pink (orde 2). Perubahan warna tersebut terjadi karena sinar
yang dihalangi oleh baji kuarsa sehingga cahaya yang masuk tidak ada, dapat
juga dikarenakan kompensator dimasukkan sehingga sinar yang dihalangi
kompensator tidak dapat masuk. Dari perubahan warna Interferensi tersebut
menyebabkan optic signnya termasuk adisi, karena perubahan warna terjadi
dari sebelah kiri ke kanan atau terjadi kenaikan orde warna pada Michel-Levy
Chart, oleh karena itu tanda rentang optik (TRO) pada mineral ini positif.
Jadi dilihat dari kenampakan ciri – ciri mineral tersebut maka dapat
diketahui bahwa mineral ini adalah mineral kalsit.
4.7 Preparat No. B. 07
29
Pada pengamatan dengan mikroskop dengan metode nikol sejajar
pada preparat sayatan no B 07 ini terdapat suatu mineral yang secara
mikroskopis mempunyai ciri – ciri warna colorless (tidak berwarna). Warna
yang dihasilkan pada mineral ini berasal dari magma pembentuknya. Ukuran
pada mineral ini adalah 2 mm dari keseluruhan yang diamati dengan
perbesaran 4 kali menurut tekstur ukuran butirnya termasuk fanerik sedang
karena ukuran butirnya masuk kedalam diameter 1 mm – 5 mm. Bentuk
mineral ini juga cenderung anhedral karena bentuk kristal dibatasi oleh
bidang kristal tidak sempurna atau tidak jelas. Pembentukannya berada
didekat permukaan bumi (ekstrusif) sehingga proses pendinginannya
berlangsung sangat cepat. Berdasarkan bentuknya, batuan dengan bentuk
anhedral biasanya merupakan mineral yang terbentuk pada urutan awal
pembentukan batuan dalam Bowen Reaction Series dan terbentuk pada saat
magma masih dalam suhu yang sudah mulai turun. Pada mineral ini terlihat
adanya belahan, karena dijumpai pada tubuh mineral terdapat 1 arah belahan,
belahan pada mineral ini umumnya dikontrol oleh struktur atom penyusun
suatu mineral.
Pada mineral ini juga terdapat pecahan, pecahan dapat terjadi atau
terbentuk pada suatu mineral karena mineral itu tidak dikontrol kuat oleh
ikatan struktur atomnya jadi mineral ini memiliki kecenderungan untuk
terpisah. Relief yang tampak pada mineral ini termasuk relief rendah karena
bidang batas antara mineral dengan mineral lain atau dengan medianya
terlihat kurang jelas, hal tersebut menunjukan bahwa mineral ini memilki
indeks bias yang rendah sehingga garis bidang tersebut terlihat kurang jelas.
Untuk pleokroisme pada mineral ini termasuk ke dalam monokroik, hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan kenampakan warna mineral
pada saat meja objek pada mikroskop diputar. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa mineral ini bersifat monokroik, yaitu sifat hanya
memilki satu warna saja dan tidak dapat berubah sama sekali. Lalu pada
mineral ini terdapat inklusi.
30
Pada pengamatan mikroskop dengan metode nikol bersilang
didapatkan ciri – ciri lain seperti kembaran, gelapan, besar sudut gelapan
warna interferensi dan optic sign. Kenampakan mineral pada preparat sayatan
no B 07 ini memilki kenampakan gelapan gelapan karena kedudukan sumbu
sinar berimpit dengan arah getar polarisator atau analisator. Sehingga
terdapat perbedaan cahaya yang masuk melalui polarisator pada mineral dan
tidak terlihat adanya gelapan. Gelapan yang tampak pada mineral ini
termasuk gelapan miring karena kedudukan gelapan dimana sumbu panjang
kristar (sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA, sehingga dapat
dikatakan sumbu optik menyudut terhadap sumbu kristalografi. Sudut
gelapan yang di dapatkannya adalah 48°.
Warna Interferensi pada mineral ini sebelum dimasukkan baji kuarsa
berwarna hijau (orde 2) dan setelah dimasukkan baji kuarsa berubah warna
menjadi pink (orde 3). Perubahan warna tersebut terjadi karena sinar yang
dihalangi oleh baji kuarsa sehingga cahaya yang masuk tidak ada, dapat juga
dikarenakan kompensator dimasukkan sehingga sinar yang dihalangi
kompensator tidak dapat masuk. Dari perubahan warna Interferensi tersebut
menyebabkan optic signnya termasuk adisi, karena perubahan warna terjadi
dari sebelah kiri ke kanan atau terjadi kenaikan orde warna pada Michel-Levy
Chart, oleh karena itu tanda rentang optik (TRO) pada mineral ini positif.
Jadi dilihat dari kenampakan ciri – ciri mineral tersebut maka dapat
diketahui bahwa mineral ini adalah mineral Serpentine. Serpentine sendiri
hasil perubahan bentuk dari mineral olivin menjadi mineral Serpentine
dikarenakan pembentukannya yang mengalami tekanan.
4.8 Preparat No. B. 01
Pada pengamatan dengan mikroskop dengan metode nikol sejajar pada
preparat sayatan no B 1 ini terdapat suatu mineral yang secara mikroskopis
mempunyai ciri – ciri warna colourless (tidak berwarna). Warna yang
dihasilkan pada mineral ini berasal dari magma pembentuknya. Ukuran pada
mineral ini adalah 4 mm dari keseluruhan yang diamati dengan perbesaran 4
31
kali menurut tekstur ukuran butirnya termasuk fanerik sedang karena ukuran
butirnya masuk kedalam diameter 1 mm – 5 mm. Bentuk dari mineral ini
adalah euhedral, yaitu jelas antara bidang batas mineralnya. Berdasarkan
bentuknya dapat dilihat proses pembentukannya jauh dibawah permukaan
bumi (plutonik) dan proses pendinginannya sangat lambat. Mineral dengan
bentuk euhedral biasanya merupakan mineral yang terbentuk pada urutan awal
pembentukan batuan dalam Bowen Reaction Series dan terbentuk pada saat
magma masih dalam suhu yang tinggi. Pada mineral ini terlihat tidak ada
belahan karena mineral tersebut tidak dikontorl oleh struktur atomnya.
Pada mineral ini juga terdapat pecahan yang tidak teratur, pecahan
dapat terjadi atau terbentuk pada suatu mineral karena mineral itu tidak
dikontrol kuat oleh ikatan struktur atomnya jadi mineral ini memiliki
kecenderungan untuk terpisah, dan jumlah pecahan dari mineral tersebut
berjumlah banyak, yang diakibatkan gaya yang bekerja pada mineral tersebut
besar dan mengakibatkan susunan atom pecah menjadi banyak bagian, jadi
susunan atom tersebut tidak kuat menahan gaya yang bekerja pada mineral
tersebut. Relief yang tampak pada mineral ini termasuk relief tinggi karena
bidang batas antara mineral dengan mineral lain atau dengan medianya terlihat
sangat jelas, hal tersebut menunjukan bahwa mineral ini memilki indeks bias
yang besar sehingga garis bidang tersebut dapat terlihat sangat jelas. Untuk
pleokroisme pada mineral ini termasuk ke dalam monokroik, hal tersebut
ditunjukkan dengan tidaka adanya perubahan kenampakan warna mineral pada
saat meja objek pada mikroskop diputar. Hal tersebut dapat menunjukkan
bahwa mineral ini bersifat monokroik, yaitu sifat hanya memilki satu warna
saja dan tidak dapat berubah sama sekali. Pada mineral ini terdapat inklusi,
yaitu zat pengotor yang terdapat pada suatu mineral, zat tersebut dapat berupa
kristal yang berukuran lebih kecil dari mineral, fluida, atau pun pengotor yang
berasal dari magma. Mungkin karena selama proses kristalisasi terdapat
material-material pada permukaan mineral sehingga terdapat material yang
terperangkap kedalam mineral, dan terdapatlah suatu inklusi pada mineral
tersebut, dan warna dari mineral pengisi tersebut adalah opaq.
32
Pada pengamatan mikroskop dengan metode nikol bersilang
didapatkan ciri – ciri memiliki gelapan karena kedudukan sumbu sinar
berimpit dengan arah getar polarisator atau analisator. Sehingga terdapat
perbedaan cahaya yang masuk melalui polarisator pada mineral dan tidak
terlihat adanya gelapan. Gelapan yang tampak pada mineral ini termasuk
gelapan miring karena kedudukan gelapan dimana sumbu panjang kristar
(sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP atau AA, sehingga dapat
dikatakan sumbu optik menyudut terhadap sumbu kristalografi. Sudut
gelapan yang di dapatkannya adalah 34°.
Jadi dilihat dari kenampakan ciri – ciri mineral tersebut maka dapat
diketahui bahwa mineral ini adalah mineral olivin. Mineral ini banyak
ditemukan sebagai mineral penyusun batuan beku basa.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada metode nikol sejajar pada preparat sayatan G. 31 warna colorles,
ukuran 3 mm perbesaran 4 kali, bentuk subhedral, prismatik (memanjang),
33
belahan 1 arah, pecahan ada (teratur), insklusi ada, relief tinggi,
pleokriosme monokroid. Pengamatan nikol bersilang gelapan ada, simetris,
sudut gelapan 45°, optic sign subtracsi (-), sign of elongation lenght fast,
warna interferensi hijau gelap (orde 2) – coklat (orde 1). Jadi mineral
tersebut hornblende.
Pada metode nikol sejajar pada preparat sayatan B. 11 warna colorles,
ukuran 3 mm perbesaran 4 kali, bentuk subhedral, belahan 2 arah, pecahan
ada (banyak), relief sedang, pleokriosme monokroid. Pengamatan nikol
bersilang gelapan ada (bergelombang), optic sign adisi (+), sign of
elongation lenght slow, warna interferensi hitam (orde 1)–pink (orde 2).
Jadi mineral tersebut kuarsa.
Pada metode nikol sejajar pada preparat sayatan G. 29 warna kecoklatan,
ukuran 3 mm perbesaran 4 kali, bentuk subhedral, prismatik, belahan 1
arah, pecahan ada, insklusi ada, relief rendah, pleokriosme monokroid.
Pengamatan nikol bersilang gelapan ada (miring), sudut gelapan 45°, optic
sign adisi (+), sign of elongation lenght slow, warna interferensi hitam
(orde 1) – pink (orde 2). Jadi mineral tersebut augit.
Pada metode nikol sejajar pada preparat sayatan R. 03 warna colorles,
ukuran 2 mm perbesaran 4 kali, bentuk anhedral, belahan 1 arah, pecahan
ada (sedikit), insklusi ada, relief rendah, pleokriosme monokroid.
Pengamatan nikol bersilang kembaran ada, (carlisbad), sudut gelapan
32,5°, optic sign adisi (+), sign of elongation lenght slow, warna
interferensi putih (orde 1) – hijau muda (orde 4). Jadi mineral tersebut
orthoklas.
Pada metode nikol sejajar pada preparat sayatan G. 33 warna colorles,
ukuran 2 mm perbesaran 4 kali, bentuk subhedral, belahan 1 arah, pecahan
ada, insklusi ada, relief rendah, pleokriosme monokroid. Pengamatan nikol
bersilang kembaran ada (albit), sudut gelapan 14,5°, optic sign adisi (+),
sign of elongation lenght slow, warna interferensi putih (orde 1) – hijau
muda (orde 4). Jadi mineral tersebut plagioklas albite-andesit an 14,5°.
34
Pada metode nikol sejajar pada preparat sayatan B. 12 warna colorles,
ukuran 4 mm perbesaran 4 kali, bentuk anhedral, belahan 3 arah, pecahan
ada (even), insklusi ada, relief rendah, pleokriosme monokroid.
Pengamatan nikol bersilang gelapan ada (miring), sudut gelapan 81°, optic
sign adisi (+), sign of elongation lenght slow, warna interferensi coklat
(orde 1) – pink (orde 2). Jadi mineral tersebut kalsit.
Pada metode nikol sejajar pada preparat sayatan B. 07 warna colorles
(putih), ukuran 2 mm perbesaran 4 kali, bentuk anhedral, fibrous
(berserabut), belahan 1 arah, pecahan ada, insklusi ada, relief rendah,
pleokriosme monokroid. Pengamatan nikol bersilang gelapan ada (miring),
sudut gelapan 48°, optic sign adisi (+), sign of elongation lenght slow,
warna interferensi hijau (orde 2) – pink (orde 3). Jadi mineral tersebut
serpentine.
Pada metode nikol sejajar pada preparat sayatan B. 01 warna colorles-
kehijauan, ukuran 3 mm perbesaran 4 kali, bentuk subhedral, pecahan ada
(tidak beraturan), insklusi ada, relief tinggi, pleokriosme monokroid.
Pengamatan nikol bersilang gelapan ada (miring), sudut gelapan 34°, optic
sign subtracsi (-), sign of elongation lenght fast, warna interferensi merah
(orde 2) – hitam (orde 1). Jadi mineral tersebut olivin.
5.2 Saran
Mineral peraganya lebih variasi lagi
Mineral kembarannya lebih banyak lagi
Penjelasan dalam materi lebih jelas lagi
DAFTAR PUSTAKA
Aribowo, Yoga, ST dkk. 2006. Diktat Praktikum Petrologi. Laboratorium
Petrologi dan Petrografi Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik
UNDIP: Semarang
35
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Penerbit LPP dan Percetakan
UNS : Surakarta
Setia, Graha, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova: Bandung
36