LP1

18
 Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Vertigo Oleh : Komang Arya Oktaviantara 1002105079 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2011

Transcript of LP1

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 1/18

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Gangguan Vertigo 

Oleh :

Komang Arya Oktaviantara

1002105079

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2011

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 2/18

A.  Konsep Dasar Penyakit

1.  Definisi pengertian

Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.

Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan

sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat

gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu

gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala

somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan

pusing

2.  Etiologi

Vertigo berbeda dengan dizziness, suatu pengalaman yang mungkin pernah kita

rasakan, yaitu kepala terasa ringan saat akan berdiri. Sedangkan vertigo bisa lebih

berat dari itu, misalnya dapat membuat kita sulit untuk melangkah karena rasa

berputar yang mempengaruhi keseimbangan tubuh. Adanya penyakit vertigo

menandakan adanya gangguan system deteksi seseorang. (Anonim. 2006. Diagnosis

dan Tatalaksana Kedaruratan Vertigo)

Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem

keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik,

vaskular, atau autoimun. Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitusistem vestibular (pusat dan perifer) serta non vestibular (visual [retina, otot bola

mata], dan somatokinetik [kulit, sendi, otot).

Penyebab umum dari vertigo:

1)  .Keadaan lingkungan

- Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)

2)  Obat-obatan

- Alkohol

- Gentamisin

3)  Kelainan sirkulasi

- Transient ischemic attack  (gangguan fungsi otak sementara

karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral 

dan arteri basiler  

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 3/18

4)  Kelainan di telinga

- Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam

telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)

- Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri Herpes zoster  

- Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)

- Peradangan saraf vestibuler  

- Penyakit Meniere 

5)  Kelainan neurologis

- Sklerosis multipel 

- Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau

keduanya

- Tumor otak 

- Tumor yang menekan saraf vestibularis.

Berdasarkan gejalanya yang menonjol/klinis, vertigo dapat dibagi atas beberapa

kelompok penyakit :

  Vertigo yang paroksismal

  Vertigo yang kronis

  Vertigo yang serangannya mendadak/akut, berangsur-angsur mengurang

Masing-masing kelompok tersebut dibagi lagi menurut gejala penyertanya menjadi 3(tiga) kelompok :

  Vertigo yang Paroksismal 

Yaitu vertigo yang datang serangannya mendadak, berlangsung selama beberapa

menit atau hari, kemudian menghilang sempurna. Tetapi suatu ketika nanti serangan

tersebut muncul lagi. Di antara serangan-serangan itu penderita sama sekali bebas

dari keluhan vertigo.

Vertigo jenis ini dapat dibedakan lagi atas segala penyertanya, yaitu :

1. Yang disertai dengan keluhan telinga :

Kelompok penyakit ini memiliki kumpulan gejala/sindroma yang sama yang disebut

sindrom Meniere. Termasuk di dalam kelompok ini ialah :

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 4/18

Morbus Meniere, Araknoiditis ponto serebelaris, Sindrom Lermoyes, Serangan

iskemia sepintas orteria vertebralis, Sindroma Cogan, Tumor fosa kranii posterior,

Kelainan gigi/odontogen.

2. Yang tanpa disertai keluhan telinga. Termasuk di sini :

Serangan iskemia sepintas arteria vertebro basilaris, Epilepsi, Vertigo akibat lesi

lambung, Ekuivalen migren, Vertigo pada anak (vertigo de L’enfance), Labirin picu

(Trigger labyrinth).

3. Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi. Termasuk di sini :

- Vertigo posisional paroksismal yang laten

- Vertigo posisional paroksismal benign

  Vertigo Kromis 

Yaitu vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak membentuk 

serangan-serangan akut

Berdasarkan gejal penyertanya, dibedakan tiga kelompok:

1. Yang disertai dengan keluhan dari telinga :

Otitis media kronika, Meningitis TB, Labirintitis kronika, Lues serebri, Lesi labirin

akibat bahan ototoksik, Tumor serebelopontis.

2. Yang tanpa disertai keluhan dari telinga :

Kontusio serebri, Ensefalitis pontis, Sindrom pasca komosio, Pelagra, Siringobulbi,Hipoglikemi, Sklerosis multipleks, Kelainan okuler, Intoksikasi obat-obatan,

Kelainan Psikis, Kelainan kardiovaskuler, Kelainan endokrin.

3. Vertigo yang timbulnya dipengaruhi posisi :

- Hipotensi ortostatik 

- Vertigo servikalis

  Vertigo yang Serangannya Mendadak/Akut, Berangsur-angsur Mengurang,

tetapi penderita tidak pernah bebas sama sekali dari keluhan.

Berdasarkan gejala penyertanya yang menonjol dibedakan atas dua kelompok :

1. Disertai dengan keluhan telinga :

Trauma labirin, Herpes zoster otikus, Labirinitis akuta, Perdarahan labirin, Neuritis

nervus VIII, cedera pada arteria auditiva interna/arteia vestibulokoklearis.

2. Tanpa disertai keluhan telinga :

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 5/18

Neuronitis vestibularis, Neuritis vestibularis, Sindrom arteria vestibularis anterior,

Ensefalitis vestibularis, Vertigo epidemika, Sklerosis multipleks, Hematobulbi,

Sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

3.  Patofisiologi

Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan

ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan

vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya

ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-

prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III,

IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor

vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi

paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling

kecil kontribusinya adalah proprioseptik.

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat

keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan

dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan

diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata danpenggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi

kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan

tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada

rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan

terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu,

respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal

yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala

lainnya.

Menurut teori Sinap yang merupakan pengembangan teori sebelumnya yang

meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang

terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat.

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 6/18

Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF

(corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan

mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme

adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik.

Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,

berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang

menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi

aktivitas susunan saraf parasimpatis.

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 7/18

PATHWAY

peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada

proses adaptasi, belajar dan daya ingat.

Rangsang gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah

tersimpan

Stres

Sekresi CRF >>

Susunan Saraf Simpatis Aktif 

Aktivitas susunan saraf Parasimpatis >>

Vertigo

TIK >>

Vestibula cereblum menekan pusat muntah Menekan Pusat Nyeri

Aktivitas ke cereblum kortex >> Mual, Muntah

gangguan keseimbangan

(ataxia, headache, dizziness)

Intake nutrisi <<

Risiko Cedera

Ketidakseimbangan vol. cairan

Nyeri akut

Ansietas

Ketidakseimbangan Nutrisi:

< Kebutuhan tubuh

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 8/18

4.  Klasifikasi

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :

1. Vertigo paroksismal

Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit

atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut

dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.

Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :

o Yang disertai keluhan telinga :

Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis

pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii

posterior, kelainan gigi/ odontogen.

o Yang tanpa disertai keluhan telinga :

Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria

vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo

de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).

o Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :

Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo

posisional paroksismal benigna.

2. Vertigo kronisYaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia

Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:

o Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,

labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor

serebelopontin.

o Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca

komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan

okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan

endokrin.

o Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.

3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur

mengurang, dibedakan menjadi :

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 9/18

o Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis

akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva

interna/arteria vestibulokoklearis.

o Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria

vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis

multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

Ada pula yang membagi vertigo menjadi :

1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.

2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

5.  Gejala Klinis

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak 

dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah

pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,

penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah

merah dengan selaput tipis. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau

berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan

berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa

bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun. Pada BPPV tidak didapatkan gangguan pendengaran. . (GP, Korn, RS Doriqueto, MM Gananca, and

HH Cauvilla. 2007. Epley’s maneuver in the same session in benign paroxysmal

positional vertigo)

Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum.

Sebaliknya, sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf vestibular. Labirin

tersusun dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus dan utrikulus) yang berperan

sebagai reseptor sensori keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor sensori

pendengaran. Sementara itu, krista pada kanalis semisirkularis mengatur akselerasi

angular, seperti gerakan berputar, sedangkan makula pada otolit mengatur akselerasi

linear.

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 10/18

6.  Pemeriksaan Fisik 

  Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini.

Bila dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada

pemeriksaan ternyata tidak terdapat tuli saraf maka kita sudah dapat

mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada penyakit lain yang bisa

menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli saraf, kecuali pada penyakit Meniere.

Dalam hal yang meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes

gliserin. Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan

operatif pada pembuatan shunt . Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan

berhasil dengan baik.

  Pemeriksaan fisis dasar dan neurologis sangat penting untuk membantu

menegakkan diagnosis vertigo. Pemeriksaan fisis dasar yang terutama adalah

menilai perbedaan besar tekanan darah pada perubahan posisi. Secara garis

besar, pemeriksaan neurologis dilakukan untuk menilai fungsi vestibular, saraf 

kranial, dan motorik-sensorik.

  Sistem vestibular dapat dinilai dengan tes Romberg, tandem gait test, uji jalan di

tempat (fukuda test) atau berdiri dengan satu atau dua kaki. Uji-uji ini biasanya

berguna untuk menilai stabilitas postural jika mata ditutup atau dibuka.

Sensitivitas uji-uji ini dapat ditingkatkan dengan teknik-teknik tertentu sepertimelakukan tes Romberg dengan berdiri di alas foam yang liat.

  Pemeriksaan saraf kranial I dapat dibantu dengan funduskopi untuk melihat ada

tidaknya papiledema atau atrofi optik. Saraf kranial III, IV dan VI ditujukan

untuk menilai pergerakan bola mata. Saraf kranial V untuk refleks kornea dan

VII untuk pergerakan wajah. Fungsi serebelum tidak boleh luput dari

pemeriksaan. Untuk menguji fungsi serebelum dapat dilakukan past pointing dan

diadokokinesia.

  Pergerakan (range of motion) leher perlu diperhatikan untuk menilai rigiditas

atau spasme dari otot leher. Pemeriksaan telinga ditekankan pada pencarian

adanya proses infeksi atau inflamasi pada telinga luar atau tengah. Sementara itu,

uji pendengaran diperiksa dengan garputala dan tes berbisik.

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 11/18

  Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai pergerakan mata seperti adakah

nistagmus spontan atau gaze-evoked nystagmus dan atau pergerakan abnormal

bola mata. Penting untuk membedakan apakah nistagmus yang terjadi perifer

atau sentral. Nistagmus sentral biasanya hanya vertikal atau horizontal saja dan

dapat terlihat dengan fiksasi visual. Nistagmus perifer dapat berputar atau

rotasional dan dapat terlihat dengan memindahkan fiksasi visual. Timbulnya

nistagmus dan gejala lain setelah pergerakan kepala yang cepat, menandakan

adanya input vestibular yang asimetris, biasanya sekunder akibat neuronitis

vestibular yang tidak terkompensasi atau penyakit Meniere.

  Uji fungsi motorik juga harus dilakukan antara lain dengan cara pasien menekuk 

lengannya di depan dada lalu pemeriksa menariknya dan tahan hingga hitungan

ke sepuluh lalu pemeriksa melepasnya dengan tiba-tiba dan lihat apakah pasien

dapat menahan lengannya atau tidak. Pasien dengan gangguan perifer dan sentral

tidak dapat menghentikan lengannya dengan cepat. Tetapi uji ini kualitatif dan

tergantung pada subjektifitas pemeriksa, kondisi muskuloskeletal pasien dan

kerjasama pasien itu sendiri

7.  Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan khusus :

  ENG

  Audiometri dan BAEP

  Psikiatrik 

Pemeriksaan tambahan :

  Laboratorium

  Radiologik dan Imaging

  EEG, EMG, dan EKG. 

Pemeriksaan khusus neuro-otologi yang umum dilakukan adalah uji Dix-Hallpikedan electronystagmography (ENG). Uji ENG terdiri dari gerak sakadik, nistagmus

posisional, nistagmus akibat gerakan kepala, positioning nystagmus, dan uji kalori.

Pada dasarnya pemeriksaan penunjang tidak menjadi hal mutlak pada vertigo.

Namun pada beberapa kasus memang diperlukan. Pemeriksaan laboratorium seperti

darah lengkap dapat memberitahu ada tidaknya proses infeksi. Profil lipid dan

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 12/18

hemostasis dapat membantu kita untuk menduga iskemia. Foto rontgen, CT-scan,

atau MRI dapat digunakan untuk mendeteksi kehadiran neoplasma/tumor.

Arteriografi untuk menilai sirkulasi vertebrobasilar.

8.  Diagnosis

Diagnosis dipermudah dengan dibakukannya kriteria diagnosis, yaitu :

1. Vertigo hilang timbul

2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf 

3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N.VIII

9.  Penatalaksanaan

Tatalaksana vertigo terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu kausal, simtomatik 

dan rehabilitatif. Sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehingga

terapi lebih banyak bersifat simtomatik dan rehabilitatif.

Terapi simtomatik bertujuan meminimalkan 2 gejala utama yaitu rasa berputar

dan gejala otonom. Untuk mencapai tujuan itu digunakanlah vestibular suppresant

dan antiemetik. Beberapa obat yang tergolong vestibular suppresant adalah

antikolinergik, antihistamin, benzodiazepin, calcium channel blocker, fenotiazin, dan

histaminik Pengobatan khusus untuk pasien yang menderita vertigo yang disebabkan oleh

rangsangan dari perputaran leher (servikal), ialah dengan traksi leher dan fisioterapi,

di samping latihan-latihan lain dalam rangka rehabilitasi. Neuritis vestibuler di obati

dengan obat-obat simptomatik, neurotonik, anti virus dan rehabilitasi.

Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih sistem vestibuler ini

sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat di atasi dengan latihan yang

teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya, menderita vertigo servikal

dapat di atasi dengan latihan yang intensif sehingga gejala yang timbul tidak lagi

mengganggu pekerjaannya sehari-hari, misalnya pilot, pemain sirkus dan

olahragawan.

Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan

kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular.

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 13/18

Mekanisme kerja terapi ini adalah substitusi sentral oleh sistem visual dan

somatosensorik untuk fungsi vestibular yang terganggu, mengaktifkan kendali tonus

inti vestibular oleh serebelum, sistem visual dan somatosensorik, serta menimbulkan

habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi sensorik yang diberikan

berulang-ulang.

Pada kasus jarang dimana penyakit sudah kebal dengan terapi obat, diet dan

diuretik, pasien terpaksa harus memilih intervensi bedah, misalnya endolimfatik 

shunt atau kokleosakulotomi. Jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi gangguan

pendengaran yang berat, dilakukan labirintektomi, yaitu pengangkatan koklea 

(bagian dari telinga tengah yang mengatur pendengaran) dan kanalis semisirkularis.

10. Prognosis

Prognosis pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat

terjadi remisi sempurna. Sebaliknya pada tipe sentral, prognosis tergantung dari

penyakit yang mendasarinya. Infark arteri basilar atau vertebral, misalnya,

menandakan prognosis yang buruk. Semoga dengan kemajuan ilmu bedah saraf di

masa yang akan datang, vertigo tak lagi menjadi momok.

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 14/18

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat

o Letih, lemah, malaise

o Keterbatasan gerak 

o Ketegangan mata, kesulitan membaca

o Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.

o Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena

perubahan cuaca.

2. Sirkulasi

o Riwayat hypertensi

o Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.

o Pucat, wajah tampak kemerahan.

3. Integritas Ego

o Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu

o Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi

o Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala

o Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

4. Makanan dan cairan

o Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,

alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada

migrain).

o Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)

o Penurunan berat badan

5. Neurosensoris

o Pening, disorientasi (selama sakit kepala)

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 15/18

o Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.

o Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.

o Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.

o Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore

o Perubahan pada pola bicara/pola pikir

o Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.

o Penurunan refleks tendon dalam

o Papiledema.

6. Nyeri/ kenyamanan

o Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan

otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.

o Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.

o Fokus menyempit

o Fokus pada diri sendiri

o Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.

o Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

7. Keamanan

o Riwayat alergi atau reaksi alergi

o Demam (sakit kepala)

o Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis

o Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

8. Interaksi sosial

o Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan

dengan penyakit.

9. Penyuluhan / pembelajaran

o Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 16/18

o Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone,

menopause

B. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan

intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor

perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.

2. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan berupa ataxia dan

pusing.

3. cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan wajah px

tampak gelisah dan meminta informasi

4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan

penurunan Intake Nutrisi Oral ditandai dengan px tidak nafsu makan karena rasa mual

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah ditandai dengan

Kulit kering

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 17/18

 

Evaluasi

Diagnosa Evaluasi

Nyeri akut b.d peningkatan

TIK d.d Px mengatakan Nyeri

S : px mengatakan Nyerinya berkurang dengan skal

ringan

O : wajah px tampak tenang da rileks

A : intervensi tercapai sebagian

P : lanjutkan intervensi

Resiko Cedera b.d gangguan

keseimbangan berupa ataxia

dan pusing

S : px mengatakan mampu mengontrol pusingnya

dan jatuhnya

O : perawat meilhat pasien mampu memilih tmpat

untuk jatuh

A : Intervensi tercapai sebagian

P: lanjutkan intervensi

cemas berhubungan dengan

kurang pengetahuan ditandai

dengan wajah px tampak 

gelisah dan meminta informasi

S : pasien tidak merasa cemas lagi akan

penyakitnya dan mengetahui kondisi penyakitnya

O : raut wajah pasien tidak tegang lagi

A : intervensi tercapai sebagian

P : lanjutkan intervensiKekurangan volume cairan b.d

mual,muntah d.d kulit kering

S : -

O: Sudah terpasang Infus

A: tujuan tercapai

P : perhatikan kondisi infus

Ketidakseimbang Nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

b.d penurunan intake nutrisi

oral d.d px tidak nafsu makan

karena rasa mual

S : Pasien mengatakn sudah mau makan dengan

 jumlah yang ditentukan

O : Perawatn melihat px makan dengan lahap,

P : intervensi tecapai

P: pantau kondisi Px

5/12/2018 LP1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lp15571fe1349795991699a9078 18/18

DAFTAR PUSTAKA

Joanne & Gloria. 2004.  Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA :

Mosby Elsevier

Lynda Juall carpernito,  Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,

 Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.

Marilynn E. Doenges,  Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan

 pendokumentasian pasien, ed.3, EGC , Jakarta, 1999.

Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008.  Nursing Outcomes Classification Fourth

 Edition, USA : Mosby Elsevier

T. Heather Herdman. 2011.  NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Terapi Akupunktur untuk 

Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html . diakses tanggal 17 desember

2011

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Cermin Dunia Kedokteran-144. THT.

Diakses tanggal 17 desember 2011