LP PK
-
Upload
rahajeng-intan-handayani -
Category
Documents
-
view
32 -
download
5
description
Transcript of LP PK
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG
BISMA RUMAH SAKIT JIWA BANGLI PROVINSI BALI
OLEH:
NI KETUT RAHAJENG INTAN HANDAYANI
1002105016
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2011
I. Kasus ( Masalah Utama)
Perilaku Kekerasan
II. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu kaeadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan ( Stuard dan Sundeen, 1995 )
Perilaku kekerasan atau agresif meruoakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
( Berkowitz, dalam Harnawati, 1993 )
Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian ( Stuard dan
Sudden, 1998 )
Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain ( Thosend, 1998 )
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan
klien, lingkungan termasuk orang lain, dan barang – barang ( Maramis, 1998 )
Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal
dan fisik ( Ketner et al, 1995 )
2. Tanda dan gejala
Fisik : mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku
Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, dan ketus
Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang lain, merusak
lingkungan, amuk / agresif
Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut
Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak
jarang mengeluarkan kata – kata bernada sarkasme
Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu – raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat
Social : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran
Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyompangan seksual
3. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
Keterangan :
1. Asersif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan ketenangan
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol
Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control
Pasif Asertif Agresif
Isi
pembicaraan
Negative dan
merendahkan
dirinya, contohnya
perkataan :
“ dapatkah saya ?”
“dapatkah kamu
Positif dan
menawarkan diri,
contohnya
perkataan :
“saya dapat…”
“saya akan…”
Menyombongkan
diri, merendahkan
orang lain,
contohnya
perkataan :
“kamu selalu…”
“kamu tidak
pernah…”
Tekanan suara Cepat lambat,
mengeluh
Sedang Keras dan ngotot
Posisi badan Menundukkan
kepala
Tegap dan santai Kaku, condong
kedepan
Jarak Menjaga jarak
dengan sikap
sikap acuh /
mengabaikan
Mempertahankan
jarak yang nyaman
Siap dengan jarak
akan menyerang
orang lain
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit / sama
sekali tdak
Mempertahankan
kontak mata sesuai
dengan hubungan
Mata melotot dan
dipertahankan
4. Factor Predisposisi
Menurut Townsend ( 1996 ) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
entang factor predisposisi perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut :
Teori biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut :
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen system neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan renpons agresif.
b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, noreepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin ) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormone androgen dan
noreeprinefrin serta penurunan serotonin dan GABA ( 6 dan 7 ) pada
cairan serebrospinalis merupakan factor predisposisi penting yang
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh genetik, menurut panelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetic termasuk genetic tipe keriotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak criminal
( narapidana ).
d. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
Teori psikologik :
a. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologic terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal
dibandingkan anak – anak tanpa faktor predisposisi biologik.
Teori sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat marupakan
factor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
5. Factor Presipitasi
Factor presipitasi dapat dibedakan menjadi factor internal dan eksternal
a. Faktor internal adalah factor yang dapat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilang control, dan lain – lain
b. aktor eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai,
krisis, dan lain – lain
Menurut Shives ( 1998 ) hal – hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan
atau penganiayaan antara lain sebagai berikut :
1. Kesulitan kondisi social ekonomi
2. Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu
3. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merarwat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa
4. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisocial seperti penyalahgunaan obat
dan alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga
6. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasikan mekanisme koping klien, sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif dalam mengekspresikan kemarannya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,
proyeksi, represi, denial, dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat
berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat
menyebabkan seseorang rendah diri ( harga diri rendah ), sehingga sulit untuk
bergaul dengan oaring lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini
tidak diatasi akan memunculkan halusinasi berupa suara – suara atau bayangan
yang meminta klien untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut dapat
berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain ( risiko tinggi mencederai
diri, orang lain dan lingkungan ).
Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan yang
kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan
klen ( koping keluarga tidak efektif ), hal ini tentunya menyebabkan klien sering
keluar masuk RS atau menimbulakan kekambuhan karena dukunagn keluarga
tidak maksimal ( regimen terapeutik inefektif ).
III.Pohon Masalah
Risiko tinggi mencederai diri atau orang lain
PERILAKU KEKERASAN
Gangguan proses pikir:waham
Koping Keluarga Tidak Efektif
Regimen terapeutik inefektif
Harga diri rendah kronis
Isolasi social : menarik diri
GSP Halusinasi
IV. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan :
- Perilaku kekerasan
- Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
- Perubahan persepsi sensori : halusinasi
- Harga diri rendah kronis
- Isolasi social
- Gangguan proses pikir : waham
- Koping keluarga tidak efektif
b. Data yang perlu dikaji :
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Perilaku kekerasan Subyektif :
- Klien mengancam
- Klien mengumpat dengan kata –
kata kotor
- Klien mengatakan dendam dan
jengkel
- Klien mengatakan ingin berkelahi
- Klien menyalahkan dan menuntut
- Klien meremehkan
Obyektif :
- Mata melotot / pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup
- Wajah memerah dan tegang
- Postur tubuh kaku
- Suara keras
Faktor – faktor yang berhubungandengan masalah perilaku kekerasan, antara
lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkoba / alcohol
V. Diagnosa Keperawatan
- Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
- Gangguan proses pikir : waham
VI. Rencana Tindakan Keperawatan
Terlampir