PK NU.docx

35
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK NEFRO - URINARIUS PEMERIKSAAN URIN RUTIN PEMERIKSAAN URIN KHUSUS Penyusun : TIM PK

Transcript of PK NU.docx

Page 1: PK NU.docx

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK BLOK NEFRO - URINARIUS

PEMERIKSAAN URIN RUTIN

PEMERIKSAAN URIN KHUSUS

Penyusun : TIM PK

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIKJURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO2015

Page 2: PK NU.docx

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan2. Mahasiswa wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.3. Mahasiswa wajib memakai jas praktikum.4. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum setiap kali mengikuti kegiatan

praktikum5. Sebelum praktikum dimulai dilakukan pretest, nilai pretest masuk dalam komponen

penilaian praktikum.6. Praktikum dilaksanakan dengan tertib dan sungguh-sungguh.7. Mahasiwa wajib mengikuti praktikum dengan tertib, dilarang merokok bersendau gurau,

tidak berbicara diluar konteks mata acara praktikum yang sedang berlangsung dan atau melakukan kegiatan/perilaku yang dapat mengganggu kegiatan praktikum

8. Di dalam ruang praktikum, mahasiswa wajib bekerja dengan hati-hati untuk menghindari kecelakaan di dalam ruang praktikum (laboratorium)

9. Mahasiswa wajib mengganti alat-alat praktikum. apabila merusakkan.10. Tiap kelompok wajib membuat laporan sementara hasil praktikum dan disahkan oleh

dosen pembimbing praktikum.11. Sebelum meninggalkan ruangan, pastikan alat-alat dan reagen praktikum dalam keadaan

bersih dan rapi.12. Laporan kelompok dikumpulkan 3 hari setelah praktikum.13. Mahasiswa yang berhalangan hadir dalam praktikum wajib memberitahukan secara

tertulis kepada seksi akademik atau ketua blok.14. Ketidakhadiran dalam praktikum harus disertai dengan alasan yang dapat diterima.

Alasan yang dapat diterima untuk tidak hadir dalam praktikum adalah:

i) Ada anggota keluarga (Bapak, Ibu dan Adik/Kakak) yang meninggal

ii) Sakit, yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Ketua dan seksi akademik blok NEFRO-URINARIA berwenang memutuskan apakah surat keterangan sakit tersebut valid atau tidak

iii) Melaksanakan tugas dari Jurusan Kedokteran FKIK Unsoed, yang dibuktikan dengan surat tugas dari Dekan FKIK.

Page 3: PK NU.docx

PEMERIKSAAN URIN RUTIN

PENDAHULUAN

Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta – fakta tentang ginjal dan saluran urin, tapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti : hati, saluran empedu, pancreas, kortek adrenal, dll.

Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi kalau kita mengadakan pemeriksaan dengan sampel – sampel urin dari orang itu pada saat – saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam, akan kita lihat bahwa susunan sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain. Itu sebabnya maka penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

SAMPLING

CARA PENGAMBILAN SAMPEL

1. Urin Spontan : ditampung saat dikemihkan.2. Urin Kateter : diambil langsung dari kandung kemih/keluar dari kateter.3. Urin Supra Pubik : diambil dengan pungsi lewat supra pubik kedalam kandung kemih

MACAM SAMPEL URIN

1. Urin Sewaktu : untuk screening, terlalu encer sehingga kurang memberikan informasi.

2. Urin Pagi : untuk pemeriksaan rutin, sedimen, berat jenis, protein, test kehamilan ( HCG )

3. Urin postprandial : untuk pemeriksaan terhadap glukosuria, merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1 ½ - 3 jam sehabis makan. Urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap adanya glukosuria.

4. Urin 24 jam : untuk pemeriksaan kuantitatif.5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada orang lelaki : untuk pemeriksaan urologik serta untuk

mendapatkan gambaran letaknya radang atau lesi lain yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urin seorang lelaki.

PENGAWET

Urin harus diperiksa selagi masih segar !Jika urin terpaksa harus disimpan beberapa lama sebelum melakukan pemeriksaan , maka digunakan bahan pengawet untuk menghambat perubahan susunannya.Contoh : - Toluen : untuk pemeriksaan rutin.

- Thymol. - Chloroform : untuk menghambat pertumbuhan bakteri tetapi mempeng-

Page 4: PK NU.docx

aruhi bentuk – bentuk sel dalam urin. - Formaldehida : untuk mengawetkan sedimen. - Asam sulfat pekat : untuk penetapan kuantitatif calcium, nitrogen, dan keba

nyakan zat inorganik lain. - Natriumkarbonat : untuk mengawetkan urobilinogen.

Selain dengan pengawet dapat disimpan dalam lemari es dengan suhu 40 C.

PENAMPUNG

Penampung harus bersih dan kering, mulut lebar dan dapat ditutup rapat. Bila perlu pemeriksaan bakteriologi perlu penampung steril.JENIS PEMERIKSAAN URIN RUTIN

Pemeriksaan urin rutin dibagi dalam : I. Pemeriksaan makroskopis. II. Pemeriksaan mikroskopis.III. Pemeriksaan kimiawi.

I. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

Pemeriksaan makroskopis terdiri dari pemeriksaan :A. Warna.B. Kekeruhan.C. Bau.D. Buih.E. Berat jenis.

A. WARNA.

Normal : kuning muda sampai tua tergantung besarnya diuresis dan beberapa zat pelarut dalam urin terutama urobilin dan urochrom

Kelainan warna :Tak patologis : berasal dari makanan atau obat ( pewarna )Patologis : Seperti teh : bilirubin.

Hijau : biliverdin, Ps. aeruginosa. Merah : darah, B. prodigiosus. Putih keruh : pus. Putih susu : chylus. Coklat : hematin, billirubin.

B. KEKERUHAN.Kekeruhan urin dinyatakan dengan : jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruhKekeruhan dapat timbul:

Page 5: PK NU.docx

1. Sejak dikemihkan :a. Urin mengandung kristal dalam jumlah besar. Kekeruhaan ini dapat dihilangkan dengan menambah asam encer.b. Urin mengandung bakteri dalam jumlah banyak biasanya disertai unsur – unsur lain dalam sedimen. Kekeruhan ini akan menetap.c. Unsur dalam sedimen bertambah :

* Eritrosit : urin keruh seperti cucian daging.* Leukosit : warna putih keruh dengan percobaan

Donne akan membentuk massa yang sang- at kental.

* Sel – sel epitel : ditemukan berbagai macam sel. d. Chylus dan lemak : keruh menyerupai susu encer.

Adanya chylus dibuktikan dengan menambahkan ether pada sampel sampai menjadi jernih. Lemak yang ada dapat juga dilihat dengan cara meneteskan campuran urin – ether pada kertas saring maka akan tampak bercak berminyak pada kertas saring tersebut.

e. Benda – benda koloid : sukar diketahui jenis koloid dan sebabnya ada didalam urin. Tak tampak pada peme - riksaan mikroskopik dan tidak dapat larut dalam ether.

2. Kekeruhan yang timbul sesudah dibiarkan :a. Nabecula.b. Kristal urat : terbentuk pada urin asam / dingin, kekeruhan / endapan berwarna putih atau merah jambu. Ciri : kekeruhan hilang bila dipanaskan.c. Amorf fosfat dan karbonat pada urin basa. Ciri : kedua zat larut bila diasamkan sedangkan karbonat akan melarut dengan pembentukan gas karbon dioksida.d. Bakteri – bakteri mungkin bukan dari dalam tubuh tetapi merupakan perkembangan bakteri dari penampungan yang kotor. Ciri : bakteri tampak banyak disertai penambahan unsur – unsur sedimen.

C. BAU. Bau perlu diperhatikan kemungkinan bau abnormal.Bau urin normal oleh asam – asam organik yang mudah menguap.Bau abnormal :

1. Oleh makanan yang mengandung zat – zat atsiri, seperti jengkol, petai, durian, asperse. Mudah dapat dikenal dan bau itu ada dari semula.

2. Oleh obat – obatan seperti terpentin, menthol, dsb. Telah ada dalam urin segar.

3. Bau Amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum. Biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa bahan pengawet.

Page 6: PK NU.docx

4. Bau Ketonuria menyerupai bau buah – buahan atau bunga setengah layu.5. Bau busuk bila sejak dikemihkan mungkin berasal dari perombakan zat – zat

protein misal pada keganasan saluran kemih, bisa juga terjadi akibat pembusukan urin yang mengandung banyak protein diluar tubuh.

D. BUIH.Pemeriksaan buih dapat membantu kecurigaan adanya abnormalitas urin.Cara kerja :

Masukan 5 cc urin dalam tabung reaksi kemudian kocok beberapa saat sampai ke-luar buih.Amati warna dan waktu hilangnya buih tersebut.

Penilaian :Normal : putih jernih dan cepat hilang.Abnormal : putih, jernih lama baru hilang/tak mau hilang kemungkin-

an urin mengandung protein. Dibuktikan dengan pemerik- saan protein urin. Warna kekuningan kemungkinan urin mengandung bilirubin

II. PEMERIKSAAN KIMIAWI

Terdiri dari pemeriksaan :

A. Derajat keasaman ( pH ) urin.B. Reduksi ( gula dalam urin )C. Protein.

A. Derajat keasaman ( pH )

Tujuan pemeriksaan :Untuk mengetahui apakah urin dalam suasana asam atau basa hingga dapat

membantu memberi petunjuk kearah etiologi infeksi saluran kemih. Metode pemeriksaan :

1. Kertas lakmusUrin asam : kertas lakmus biru menjadi warna merah.Urin basa : kertas lakmus merah menjadi warna biru.

2. Indikator Universal :Berupa kertas hisap yang mengandung macam indikator.Biasanya Methyl Red dan Bromthymol Blue.Cara kerja : - letakkan sepotong kertas indikator pada kaca obyek kemudian

tetesi urin. - Bandingkan dengan standar warna yang tersedia.

Penilaian : - Normal pH urin 4,6 – 8,5. - Urin 24 jam pH rata – rata 6,2.

Page 7: PK NU.docx

3. Carik Celup :Pemeriksaan sangat mudah, cepat, sensitif dan spesifik, cara memakainya harus mengikuti petunjuk yang ada supaya hasilnya tidak menyimpang.

B. Pemeriksaan Reduksi.

Merupakan pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gula dalam urin dan sifatnya semi kuantitatif.Pada keadaan normal karbohidrat diekskresi lewat urin dalam jumlah yang kecil ( kurang dari 50 mg/ml )Bahan pemeriksaan :

Bebas protein, lakukan deproteinisasi dengan metode rebus, saring dan periksa filtratnya.

Metode :1. Benedict.2. Fehling.

1. Metode Benedict.Prinsip dengan pemanasan urin dalam suasana alkalis, glukosa akan mereduksi cupri sulfat dan terbentuk endapan cupri hidroksida yang berwarna merah.Alat : - tabung reaksi.

- lampu spiritus. - penjepit tabung. - pipet tetes.

Reagen : Benedict berisi : Cupri Sulfat, Trisodium Sitrat, Sodium Karbonat.

Cara kerja : 1. Masukanlah 5 ml reagen Benedict kedalam tabung

Reaksi. 2. Teteskan sebanyak 5 – 8 tetes ( jangan lebih ) urin kedalam tabung itu. 3. Panaskan diatas api selama 5 menit. 4. Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.

Penilaian :

Negatif ( - ) : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh.

Positif 1 ( + ) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh.( Sesuai dengan 0,5 – 1 % glukosa )

Positif 2 ( ++ ) : Kuning keruh ( 1 – 1,5 % glukosa )Positif 3 ( +++ ) : Jingga atau warna lumpur keruh ( 2 – 3,5 %

Glukosa )Positif 4 ( ++++ ) : Merah keruh ( lebih dari 3,5 % glukosa )

Page 8: PK NU.docx

Positif palsu : - Obat misalnya vitamin C.- Polisakarida lain yang dapat mereduksi reagen Benedict seperti : Fruktose, galaktase, pentose.- Pemanasan terlalu lama.

Negatif palsu: - Urin asam atau kreatinin yang tinggi dalam urin.- Pemanasan inadekuat.

Kebaikan metode Benedict : - Macam reagen. - Lebih sensitif dibanding Fehling. - Semi kuantitatif. - Bahan pemeriksaan sedikit.

C. Pemeriksaan Protein

Kegunaan untuk mengetahui adanya protein dalam urin.

Syarat pemeriksaan :Urin jernih dan sedikit asam.Apabila urin keruh, saringlah atau tambahkanlah zat lain ( lihat test kekeruhan ) hingga urin menjadi jernih.

Metode : 1. Metode Rebus. 2. Metode Sulfosalisilat.

1. Metode Rebus.Prinsip dengan pemanasan akan menyebabkan denaturasi protein dan terjadi Presipitasi.

Bahan : Urin jernih.Alat : Tabung reaksi dan lampu spiritus.Reagen : Asam Asetat 6 %.Cara kerja : 1. Masukan urin kedalam tabung reaksi 2/3 penuh.

2. Miringkan dan panaskan bagian permukaan urin di atas api spirtus sampai mendidih selama 30 detik. 3. Amati hasilnya dan bandingkan dengan bagian bawah yang tidak dipanasi sebagai kontrol negatif. 4. Apabila terjadi kekeruhan teteskan 3 – 5 tetes asam asetat 6 %. Jika kekeruhan hilang urin menghandung protein, bila kekeruhan menetap kemungkinan protein positif. 5. Panasi lagi sampai mendidih, berilah penilaian pada kekeruhan yang menetap tadi.

Penilaian :

Negatif ( - ) : Jernih.Positif 1 ( + ) : Kekeruhan minimal, protein 10 – 50 mg %.Positif 2 ( ++ ) : Kekeruhan nyata, butiran halus protein

Page 9: PK NU.docx

50 – 200 mg %.Positif 3 ( +++ ) : Gumpalan nyata protein > 200 – 500 mg %.Positif 4 ( ++++ ) : Gumpalan besar, mengendap,Protein > 500 mg%.Positif palsu : Kekeruhan yang timbul oleh obat yang dikeluar –

kan lewat urin.Negatif palsu : Urin terlalu encer.

2. Metode Sulfosalisilat.Prinsip dengan penambahan sulfoalisilat pada urin ( tanpa pemanasan ) akan menimbulkan kekeruhan yang sifatnya menetap.

Bahan : Urin jernih.Alat : Tabung reaksi.Reagen : Sulfosalisilat 20 %.Cara kerja : 1. Sediakan 2 tabung reaksi masing-masing diisi

dengan 2 ml urin jernih. 2. Tambahkan pada tabung pertama 8 tetes lar - utan asam Sulfosalisilat 20 % kocok. 3. Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yang

kedua; kalau tetap sama jernihnya hasil test berarti negatif.

4. Jika tabung pertama lebih keruh daripada tabung kedua, panasilah tabung pertama diatas api sampai mendidih dan kemudian dinginkan.

a. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu proses pemanasan dan tetap ada setelah didinginkan kembali, berarti test positif. b. Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan, tetapi muncul setalah dingin, mungkin sebabnya protein Bence Jones.

Penilaian : Sama seperti metode rebus.Positf palsu : Bila kekeruhan yang timbul hilang dengan pema –

san,urin mungkin mengandung urat atau karbonat.Negatif palsu : Urin terlalu encer.

Protein Bence Jones.

III. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS.

Terdiri dari : 1. Metode Natif. 2. Metode pengecatan dengan Sternheimer – Malbin. Bahan : Urin pagi dan segar diperiksa dalam waktu

3 – 6 jam. BJ minimal 1,015.

Page 10: PK NU.docx

1. Metode Natif.

Cara kerja : 1. Pusingkan 10 – 15 ml urin yang dicampur dengan baik dengan kecepatan 1500 – 2000 rpm selama 5 – 10 menit. 2. Buang filtratnya, sisakan 0,5 ml selanjutnya kocok dengan hati – hati supaya sedimen larut dan tercampur rata. 3.Teteskan pada kaca obyek lalu tutup dengan ka- ca penutup secara hati – hati dan jangan ada ge - lembung udaranya. 4. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 x untuk melihat unsur sedimen dan pem – besaran 400 x untuk identifikasi unsur – unsur yang ada.

Unsur – unsur dalam sedimen :A. Unsur organis ( asal jaringan ):

- Epitel.- Leukosit.- Eritrosit.- Torax ( silinder )

B. Unsur Anorganik ( macam – macam kristal )Kurang mempunyai arti klinis : kristal urat, fosfat, karbonat.

A. Unsur organis :1. Epitel :

a. Squamus : bentuk polymorf, sitoplasma lebar, inti satu.

Asal : kandung kemih, urethra,kontaminasi Vagina.

b. Polygonal / bulat : inti besar bulat, sitoplasma bergranula. Asal : Ren ( tubulus )c. Epitel berekor : inti besar bulat, sitoplasma seperti berekor. Asal : Ureter, pelvis renis, prostat, dan vesika

urinaria. d. Kontaminasi : Vagina, sel – sel tumor.

2. Eritrosit :Dalam urin hipotonik : Eritrosit membengkak, bila Hb

keluar tampak bayangan sel dan disebut “ Ghost Cell “

Page 11: PK NU.docx

Hipertonik / Alkalis : bentuk krenasi. Normal : 1 – 3 sel / LPB atau sampai 2500

eritrosit / ml urin.Sumber kesalahan :

- Yeast / jamur : ukuran tak sama kadang bentuk spora.

- Tetes lemak : butiran tak sama larut dalam ether.- Tak tampak karena sel hemolisis.- Tertutup unsur lain yang lebih banyak.

3. Leukosit:Bentuk bulat dan berinti satu atau lebih, sitoplasma bergranula

atau tanpa granula.Normal : Wanita : kurang dari 15 sel / LPB.

Laki – laki : kurang dari 5 sel / LPB. ( sampai 3000/ ml )

4. Torak / silinder :Dibentuk dalam lumen tubulus ginjal, ada tiga bentuk : kecil, sedang, besar.Macam – macam silinder :a. Silinder Hialin : transparan bentuk bulat tepi tegas.

Normal : 0 – 1 / LPK.b. Silinder Granula : - granula kasar : granula besar – besar

irreguler. - granula halus : granula kasar yang

mengalami degenerasi, pendek lebar, oval.

c. Silinder Epitel : bahan dasar silinder hialin, didalamnya berisi sel epitel yang terperangkap pada saat pembentukan silinder.

d. Silinder Leukosit : hialin berisi leukosit.e. Silinder Eritrosit : dengan pembesaran lemah tampak padat

kekuningan tegas, bila eritrosit penuh matriks silinder tidak kelihatan.

f. Silinder sel dan campuran silinder : silinder dengan isi bermacam – macam sel darah atau sel lain.

g. Silinder lilin ( waxy cast ) : sangat refraktil kekuningan, berasal dari silinder yang mengalami degenerasi, bentuk besar.

h. Silinder lemak ( oval fat bodies ) : asal dari sel tubulus, yang mengalami degenerasi lemak.Dapat dibuktikan dengan SUDAN III.

Page 12: PK NU.docx

Kesalahan penilaian :1. Benang mucus : bentuk panjang seperti pita ujung mengecil.2. Silinder : benang mucus yang ekornya berkelok – kelok.3. Rambut.4. Hife / jamur : bercabang – cabang, saling berhubungan dan

berspora.B. Unsur Anorganik:

a. Tak patologis :Kristal dalam urin asam seperti : - Kristal urat.

- Kristal oksalat. - Kristal sulfat.

Kristal dalam urin basa seperti : - Fosfat amorf. - Triple fosfat. - Ca.Carbonat.

b. Patologis :Cystine : bentuk heksagonal refraktil tidak berwarna.Tyrosine : seperti jarum warna kuning.Leucine : kecoklatan seperti berminyak bentuk radial

dan konsentris. Sulfa : kecoklatan asimetris seperti kipas atau

bulat bergaris radial.

C. Unsur lain :- Spermatozoa.- Bakteri : bila berasal dari kontaminasi dan berkembang biak maka

tampak bakteri banyak, leukosit sedikit / normal. - Kapang : karena kontaminasi luar : bentuk kecil, ovoid ukuran tak

sama, warna hijau kekuningan dan berinti. - Parasit : Trichomonas, larva cacing.

KESIMPULAN :

Dengan sampel yang benar serta pemeriksaan yang teliti serta pengetahuan yang baik hasil pemeriksaan urin rutin dapat mengarahkan diagnosa atau menegakan

diagnosa penyakit.

Page 13: PK NU.docx

Unsur-Unsur Anorganik Dalam Sedimen Urin

Ca Oxalat

Uric Acid

Amorphous urates

Cystine

Page 15: PK NU.docx

Hemosiderin

Calcium Carbonates

Calcium Phosphates

Calcium Sulfates

Page 17: PK NU.docx

Hyalin cast

Waxy cast

Fatty cast

Oval fat bodies

Page 19: PK NU.docx

PEMERIKSAAN URIN KHUSUS

Pada keadaan penyakit tertentu kadar suatu zat yang semula ada didalam urin dalam jumlah kecil atau semula tidak ada, dapat ditemukan dalam jumlah besar.Zat-zat yang sering diperiksa antara lain :

- Bilirubin, urobilinogen dan urobilin- Hemoglobin / darah samar.- Benda-benda keton.- Kalsium.- Natrium dan Khlorida.

PEMERIKSAAN BILIRUBIN

Pada keadaan patologik bilirubin dapat dijumpai dalam urin. Bila urin tidak segera diperiksa sebagian bilirubin akan teroksider dan berubah menjadi biliverdin. Perubahan akan dipercepat oleh sinar matahari.Metode pemeriksaan :

1. Tes Busa.2. Tes Fouchet / Horison.3. Tes Rosin.4. Tes carik celup

Catatan :Urin yang mengandung bilirubin dalam jumlah banyak berwarna kuning sampai coklat seperti teh tergantung tingginya kadar bilirubin dalam urin.

1. TES BUSA

A. Alat dan reagen :Alat : tabung.Reagen : -

B. Cara pemeriksaan :1. Kocoklah kuat-kuat kira-kira 5 ml urin segar dalam tabung reaksi.2. Amati busa yang timbul.Penilaian hasil :( + ) : bila timbul buih warna kuning.( - ) : buih tak berwarna / putih.

Catatan : ( + ) palsu : - bila konsentrasi urobilin tinggi. - Obat-obatan misalnya : acriflavin, pyridium.

Percobaan ini perlu diikuti pemeriksaan bilirubin dalam serum untuk memperkuat dugaan adanya bilirubin uria.

Page 20: PK NU.docx

2. TES FOUCHET / HORISON

Prinsip pemeriksaan :Bilirubin dalam urin dipekatkan / diendapkan di atas kertas saring dengan bariumchlorida. Dengan reagen Fouchet bilirubin akan teroksidasi dan berubah menjadi biliverdin yang berwarna hijau.A. Alat dan reagen :

Alat :1. tabung reaksi. 2. kertas saring.

3. corong.Reagen : Fouchet, yang terdiri dari :

Larutan 25 gr trichloracetat dalam 100 ml aquadest dicampur dengan 10 ml larutan ferrichlorida 10%.

B. Cara pemeriksaan :1. Campurkan 5 ml urin segar dengan 5 ml larutan bariumchlorida 10% kemudian

disaring.2. Angkat kertas saring dari corong dan biarkan agak kering.3. Teteskan 2 – 3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat pada kertas saring dan amati

hasilnya.

Penilaian hasil :* negatif ( - ) : bila tak terjadi perubahan warna.

* positif ( + ) : bila timbul warna hijau yang makin lama makin jelas dan menjadi biru hijau

Sensitifitas: hasil ( + ) pada kadar 0,15 – 0,20 mg% Bi dalam urin.

PEMERIKSAAN UROBILINOGEN

Pada keadaan normal urobilinogen mencapai puncaknya pada awal tengah hari. Sampling sebaiknya dilakukan antara jam 14.00 – 16.00 WIB untuk mendapatkan hasil pemeriksaan seperti yang diharapkan.

Metode pemeriksaan :1. Tes Ehrlich ( Wallace – Diamond )2. Tes carik celup.

1. TES EHRLICH ( WALLACE – DIAMOND )

A. Alat dan reagen :Alat :Tabung reaksi.Reagen : Ehrlich, yang terdiri dari :

* Paradimethylamino-benzaldehida 2 gr* Asam hidrochlorida pekat 20 ml* Aquades 80 ml

Catatan : larutan disimpan dalam botol warna coklat.

Page 21: PK NU.docx

Syarat pemeriksaan :- Urin segar ( yang baru dikemihkan ) sebab bila urin dibiarkan urobilinogen akan

teroksidasi menjadi urobilin.- Bila urin mengandung bilirubin, endapkan dengan BaCl2 10%

B. Cara pemeriksaan :1. Campurkan 10 – 20 tetes reagen Ehrlich dengan 5 ml urin.2. Biarkan tegak pada rak tabung 3 – 5 menit, amati hasilnya.Perhatikan :

- Bila timbul warna merah samara-samar, tes dianggap selesai.- Bila warna merah tampak jelas, lakukan pengenceran urin dan kerjakan pemeriksaan

seperti semula.

Penilaian hasil :- Negatif ( - ) : tidak terjadi perubahan warna.- Negatif palsu: pada kadar protein tinggi, sulfonamide.- Positif : timbul warna merah.- Positif palsu : adanya indol, skatol, makanan berkhlorofil.Arti klinis :Normal : urin memberi reaksi positif sampai pengenceran 20x dengan cara 0,5 cc urin +

air sampai volume 10 ml.Ekskresi normal : 4 mg / 24 jam.Patologis : Bila pengenceran lebih dari 40 x.

Catatan : - Sulfonamid, nitrit, prokain menimbulkan warna hijau.

- Formalin menghambat reaksi.

Tes Ehrlich dapat mendeteksi adanya urobilinogen, sterkobilinogen dan porfobilinogen.Urobilinogen uria : gangguan parenkim hati.Sterkobilinogen uria : anemia hemolitik, colitis dan konstipasi.

Urobilinogen dan Sterkobilinogen ( - ) pada obstruksi total saluran empedu.

PEMERIKSAAN UROBILIN

Metode pemeriksaan :

1. TES SCHLESINGERDasar pemeriksaan : Urobilinogen bereaksi dengan schlesinger membentuk fluorosensi

hijau, lugol yang ada dalam reagen berfungsi mempercepat proses oksidasi.

A. Alat dan reagen :Alat :Tabung reaksi.

Page 22: PK NU.docx

Reagen : 1. Schlesinger yang terdiri dari : - Larutan zinkacetat jenuh dalam alkohol 95% atau- Larutan zinklorida jenuh dalam alkohol 95% atau

2. Larutan lugol terdiri dari :- Iodium : 1 gr- Kalium Iodida : 2 gr- Aquades : ad 300 ml.

B. Cara pemeriksaan :1. Masukkan 5 ml urin ( filtrate pemeriksaan bilirubin ) dalam tabung reaksi, tambahkan 4 –

5 tetes lugol 2% campur, diamkan selama 5 menit.2. Tambahkan 5 ml reagen Schlesinger kocok baik-baik kemudian saring, perhatikan

filtratnya dengan latar belakang gelap.

Penilaian hasil :- Negatif ( - ) : tak tampak fluorosensi hijau.- Positif : Fluorosensi hijau.

Arti klinis : Urobilin ( + ) menunjukkan ekskresi urobilinogen yang sudah teroksider meningkat.

PEMERIKSAAN DARAH SAMAR / Hb URI

Pemeriksaan darah samar dikerjakan bila dicurigai adanya perdarahan pada saluran kemih. Perdarahan bisa bersifat makroskopis ( gross hematuria ) atau mikroskopis hematuria. Pada urin yang encer, perdarahan tidak dapat dideteksi secara mikroskopis karena eritrosit lysis dan Hb akan tertuang dalam urin. Untuk mendeteks adanya perdarahan yang tidak tampak / Hb dalam urin, dilakukan pemeriksaan darah samar.

Metode pemeriksaan : Tes Benzidin

PEMERIKSAAN BENDA KETON

Benda keton merupakan hasil metabolisme tak sempurna dari lemak. Benda-benda keton terdiri dari : aceton, asam aceto acetat, asam beta hydroksybutirat.Aceton merupakan zat terpenting dari benda-benda keton yang mempunyai sifat mudah menguap.Pada keton uria akan dijumpai asam acetoacetat dan aceton dengan perbandingan 10 : 1. Pada penyimpanan sampel urin, akan terjadi perubahan dari asam acetoacetat menjadi asam acetata yang mudah menguap.

Metode pemeriksaan :1. Tes Gerhard : mendeteksi asam acetoacetat2. Tes Legal : mendeteksi asam acetoacetat dan acetone3. Tes Rothera : mendeteksi asam acetoacetat dan acetone4. Tes carik celup

Page 23: PK NU.docx

TES GERHARDPrinsip : Asam acetoacetat + FeCL3 warna merah anggurA. Alat dan reagen :

Alat :Tabung reaksi.Reagen : 1. Larutan Ferri Chlorida 10%

Bahan pemeriksaan : urin segar yang baru dikemihkan, bila pemeriksaan ditunda urin harus ditutup rapat dan disimpen dalam almari es.Cara pemerikasaan :

1. Campur dengan cara dikocok 5 ml urin + 10 ml asam FeCl3 10% amati.2. Bila ada endapan putih ( feri fosfat ) saring.3. Filtrat + FeCl3 amati warna yang timbul

Penilaian hasil :Negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna Positif (+) : Timbul warna merah anggurPositif palsu : adanya phenol, salisilat, natrium bikarbonatSensitivitas : 25 – 50 mg/dl urin.Catatan : Tes Gerhard lebih sensitive terhadap asam acetoacetat daripada acetone.

Tes yang positif harus disertai tes Rothera yang positif pula, sebab tes Rothera lebih sensitive dari tes Gerhard.

Arti klinis :Hasil positif (+) : menunjukkan keadaan ketonuria dan ditemukan pada :

1. Dekompensasi metabolic pada penderita DM.2. Penderita kelaparan dengan diet rendah karbohidrat tinggi lemak3. Demam tinggi.4. Hyperemesis gravidarum.5. Over dosis insulin.

PEMERIKSAAN KALSIUMPemeriksaan kalsium darah dalam urin digunakan untuk mendeteksi ekskresi kalsium selama 24 jam.Syarat pemeriksaan :

1. Persiapan penderita : diet rendah kalsium dalam waktu 72 jam2. Sampel : urin tampung 24 jam/ 12 jam, jernih, bersifat asam, bila perlu urin

disaring dan di asamkan dengan asam acetat glacial.Metode Pemeriksaan : Sulkowicth.Tes Sulkowicth :Prinsip pemeriksaan :

Urin dicampur reagen Sulkowicth ( bufer oksalat ) akan timbul kekeruhan atau endapan kalsium oksalat. Kekeruhan yang timbul berbanding lurus dengan kadar kalsium urin.

A. Alat dan reagen :Alat :Tabung reaksi.

Kertas saring + corong

Page 24: PK NU.docx

Reagen :Sulkowicth dengan susunan :- Asam oksalat 2,5 gr- Amonium oksalat 2,5 gr- Asam acetate glacial 5,0 ml- Aquadest ad 150 ml

Cara pemeriksaan :Pemeriksaan ini bersifat semikuantitatif :

1. Masukkan dalam 2 tabung reaksi masing-masing 3 ml urin untuk tes dan control.2. Masukkan dalam tabung tes 3 ml reagen Sulkowitch, campur dan biarkan selama 2 – 3

menit.3. Amati hasilnya.

Penilaian hasil :- Normal : tampak kekeruhan ringan sampai timbul presipitat halus hal ini sesuai dengan

ekskresi kalsium kira-kira 25 – 35 mg Ca / 100 ml urinEkskresi normal : 50 – 400 mg/24 jam urin ( 2,5 – 20 meq/24 jam ).

- Negatif : terjadi penurunan ekskresi kalsium pada beberapa bentuk hipokalsemi seperti pada :

- Hipoparatiroidisme- Gangguan absorbsi Ca dan Fosfat.

- Positif kuat : ekskresi bertambah pada keadaan :- Hiperparatiroidisme primer- Overdosis diet vit D- Gangguan tulang- Hipertiroidisme- Hiperkalemia idiopatik ( LIGHTWOOD )-Penyakit ginjal dengan hiperparatiroidisme sekunder kadang disertai nefrolitiasis.- Diet tinggi alkali dan tinggi susu.

PEMERIKSAAN CHLORIDAPemeriksaan chloride dalam urin dapat digunakan untuk mengetahui ekskresinya selama 24 jam.Metode pemeriksaan : FantusPersiapan sample : urin tampung 24 jamMetode fantus :Prinsip pemeriksaan :Dengan melakukan titrasi terhadap urin dengan reagen Fantus serta menggunakan ion chromat sebagai indikator akan terjadi perubahan warna. Jumlah tetesan reagen yang digunakan menunjukan jumlah gram NaCl / liter urin.

A. Alat dan reagen :Alat :Tabung reaksi.

Pipet tetesReagen :- Fantus yang berisi : larutan perak nitrat 2,9%

- Kaliumchromat 20%

Page 25: PK NU.docx

- Aquades

Cara pemeriksaan :1. Masukkan 10 tetes urin dalam tabung reaksi dengan pipet tetes, cucilah pipet tersebut

dengan aquades beberapa kali .2. Tambahkan 1 tetes kaliumchromat 20% dalam urin (1) dengan pipet yang sama,

kemudian pipet dicuci lagi.3. Tetesi larutan (2) dengan perak nitrat 2,9% tetes demi tetes sambil dikocok sampai timbul

warna merah yang menetap.4. Hitunglah jumlah tetesan yang dibutuhkan.

Penilaian hasil :Jumlah tetesan perak nitrat yang dipakai tersebut sama dengan jumlah NaCl per liter urin. Satuna NaCl dinyatakan dalam gram / liter atau dalam miliequivalent dengan membagi bilangan yang didapatkan dibagi 58,5 hasilnya dikalikan 1.000 Normal : dibutuhkan 6 – 12 tetes perak nitrat.Catatan : Pemeriksaan ini cukup teliti untuk pemantauan ekskresi utin dari hari ke hari.