LP HHD NURI 1
Click here to load reader
-
Upload
etra-fianus-hendri-ii -
Category
Documents
-
view
318 -
download
38
Transcript of LP HHD NURI 1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HYPERTENSION HEART DISEASE
(RUANG NURI I, 8-13 April 2013)
SETIA RININIM.0911114067
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
2013
HYPERTENSION HEART DISEASE/PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI
A. Definisi
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit yang disebabkan oleh hipertensi
yang tidak terkontrol dan tidak diobati sehingga merusak otot jantung. Penyakit
jantung hipertensi cenderung menyerang laki-laki.
Penyakit jantung hipertensi secara umum didefinisikan sebagai suatu
penyakit jantung, seperti LVH (hipertrofi ventrikel kiri), penyakit arteri koroner,
aritmia, dan CHF, yang secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (Riaz, 2003).
Peningkatan tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat
menyebabkan bermacam-macam perubahan pada struktur miokardial, vaskuler
koroner, dan sistem konduksi jantung. Hal ini menyebabkan LVH, penyakit arteri
koroner, infark miokard dan CHF (Rilantoro, 2002).
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
(Gunawan, 2001):
1. Hipertensi esensial (hipertensi
primer): hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder: hipertensi
yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi dapat terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
1. Genetik: respon neurologi terhadap stres atau kelainan transport Na
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat
3. Stress karena lingkungan, merokok, alkohol.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arteriosklerosis pada lansia serta
pelebaran pembuluh darah
C. Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi
dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection dan
Treatment of High Blood Pressure” (JNC-VI, 1997), sebagai berikut:
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1. Optimal < 120 < 80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 110 – 119
Grade 4 (sangat berat) > 210 > 120
D. Manifestasi klinis
HHD dalam batas-batas kompensasi biasanya tidak menimbulkan gejala-
gejala dan hanya terdiri atas pembesaran jantung tanpa tanda dan gejala
insufisiensi sirkulasi.
Penderita menunjukan gejala-gejala hipertensi seperti palpitas, sakit kepala
dan sedikit lemas. Kelainan pembuluh retina dapat ditemukan dan menyebabkan
kelainan yang disebut “hypertensive retinophaty”. Kelainan pembuluh darah mata
itu biasanya disertai hipertensi yang sangat tinggi. Tanda-tanda payah jantung
terutama menunjukan payah jantung ventrikal kiri. Gejala klinik terutama
disebabkan oleh kongesti dan edema paru-paru akibat stasis darah vena pada
paru-paru; terdiri atas dyspnoe paroxysmal malam hari, dyspone, orthopnoe,
batuk dan hemoptysis.
Arteriosclerosis koroner yang menyertai, dapat mempersulit gambaran
klinik dengan menimbulkan berbagai tanda dan gejala yang disebabkan oleh
insufisien koroner.
E. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit HHD adalah hipertrofi ventrikel kiri (LVH)
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan LVH adalah
derajat dan lamanya peningkatan diastole. Fungsi pompa ventrikel kiri selama
hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya
aterosklerosis primer.selanjutnya terjadi penurunan secara menyeluruh fungsi
pompa, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi
otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri
berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Hipertensi yang tidak terkontrol
Kerusakan otot jantung
Penebalan otot jantung & pembesaran jantung
Kerusakan pembuluh darah koroner
Penyakit jantung hipertensi
F. Komplikasi
Penyakit HHD termasuk penyakit kronik yang dapat menyebabkan berbagai
komplikasi antara lain:
1. Stroke (gangguan saraf)
2. Gangguan otak
3. Gagal jantung
4. Gagal ginjal
5. Gangguan pada mata
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
5. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6. EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
8. foto dada: Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
H. Asuhan keperawatan
Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat: Kaji gejala kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya
hidup yang monoton. Dapat ditandai dengan frekuensi jantung meningkat,
perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi: Kaji adanya riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup, penyakit serebrovaskular, adanya palpitasi dan perspitasi.
Dapat ditandai dengan:
a. Kenaikan TD
(diperlukan untuk menegakkan diagnosa)
b. Hipotensi
postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat)
c. Nadi: denyutan
jelas dari karotis, jugularis, radialis; adanya perbedaan denyut seperti
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau
brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau
lemah.
d. Bunyi jantung:
terdengar S2 pada dasar; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel
kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
e. Murmur stenosis
valvular.
f. Desiran vaskular
terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri).
g. DVJ (distensi
vena jugularis)/ kongesti vena
h. Ekstremitas:
perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian
kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi).
i. Kulit pucat,
sianosis, dan diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan
(feokromositoma).
3. Integritas Ego: Adanya riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euforia, atau marah kronik (indikasi kerusakan serebral).
4. Eliminasi: Adanya gejala gangguan batu ginjal saat ini atau yang lalu.
5. Makanan/Cairan: Kaji makanan yang mungkin biasa dikonsumsi dalam
keadaan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol atau kandungan makanan
yang tinggi kalori. Adanya reaksi mual/muntah, perubahan berat badan
naik/turun, riwayat pengguna diuretik. Ditandai dengan adanya edema,
kongesti vena, DVJ; glikosuria(10% hipertensi penderita diabetik).
6. Neorosensori: Gejala yang mungkin timbul pusing, sakit kepala suboksipital,
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh gangguan penglihatan, mengalami
epistaksis.
7. Nyeri/Ketidaknyamanan: Ajarkan klien tehnik relaksasi napas dalam untuk
mengurari nyeri yang mungkin hilang timbul pada tungkai/klaudikasi, pernah
terjadi nyeri berat, Adanya nyeri abdomen. Jelaskan kepada klien penyebab
nyeri yang dirasakan. Kolaborasi pemberian analgesik setiap 3-4 jam.
8. Keamanan: Adanya gangguan koordinasi cara berjalan, adanya gejala
hipotensi postural, riwayat parestesia unilateral transien.
Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi
2. Ketidaknyamanan: nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskular serebral.
3. Intoleren aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan b.d masukan berlebihan sehubung
dengan kebutuhan metabolik.
5. Koping individu tidak efektif b.d sistem pendukung tidak adekuat.
Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi RasionalResiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam klien berpartisivasi dalam beraktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung
Kriteria hasil :- TTV normal- Tidak ada hipotensi
orthostatic- AGD dalam batas
normal.- Edema ekstrimitas
(-)- asites (-)- Suara nafas
tambahan tidak ada.- Distensi vena
jugularis (-)
Intervensi mandiri:1. Pantau TTV: Frekuensi jantung, TD.
2. Catat keberadaan kualitas denyutan nadi dan warna kulit.
3. Auskultasi bunyi jantung, dan bunyi napas.
4. Amati warna kulit, kelembapan, suhu, dan massa pengisian kapiler.
5. Pertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama periode akut.
6. Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam melakukan aktifitas perawatan diri.
7. Berikan lingkungan tenang, nyaman, tekankan pentingnya menghindari regangan/angkat berat khususnya selama defekasi.
Intervensi kolaborasi:8. Berikan oksigen tambahan sesuai
1. Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan TD tergantung pada respons jantung.
2. Denyut karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek vasokontriksi dan kongesti vena.
3. S3, S4 atau krekels terjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat.
4. Penurunan sirkulasi perifer dengan adanya pucat, dingin, kulit lembab dan massa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi/mencerminkan penurunan curah jantung.
5. Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan menurunkan frekuensi kerja jantung.
6. Penghematan energi menurunkan kerja jantung.
7. Manuver valsava meningkatkan rangsangan vagal, menurunkan kerja jantung yang mengganggu curah jantung.
8. Meningkatkan seandainya oksigen untuk
kebutuhan.
9. Berikan obat-obat sesuai indikasi: Penyekat Saluran Kalsium: Ditiazem, nifedipin, verapamil.
- Penyekat beta: atenolol, nadolol, propanolol, esmolal.
10. Diskusikan tujuan dan sikap untuk menekankan tes dan kateterisasi jantung bila di indikasikan.
11. Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi.
kebutuhan miokard untuk memperbaiki kontraktilitas, menurunkan iskemia, dan kadar asam laktat.
9. Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan veriver.
10. Tes stress memberikan informasi tentang ventrikel sehat/kuat yang berguna pada penentuan tingkat aktivitas yang tepat.
11. Dapat menangani retensi cairan dengan respons hipertensif untuk menurunkan beban kerja jantung.
Gangguan rasa nyaman:nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskular serebral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam klien melaporkan nyeri/ketidak nyamanan hilang/terkontrol
Kriteria hasil:- Klien menyatakan
menunjukkan nyeri hilang.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dam tanda-tanda intoleransi fisiologis.
Intervensi mandiri:1. Pertahankan tirah baring pada pasien
selama fase akut.2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala, misal; kompres dingin, pijat, relaksasi.
Kolaborasi 3. Berikan analgek sesuai indikasi
1. Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2. Menurunkan tekanan vaskular serebral dan memperlambat respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3. menurunkan/ mengontrol nyeri
Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan b.d masukan berlebihan sehubung dengan kebutuhan metabolik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam klien mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.
Kriteria hasil:- menunjukkkan
perubahan pola makan- melakukan/
mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual
1. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, gula sesuai indikasi.
2. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
3. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan & dimana makan dilakukan & lingkungan sekitar pasien.
4. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan kolesterol.
1. Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya sklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi & komplikasinya.
2. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian atau penyuluhan.
3. Memberikan data dasar keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien dapat mengontrol perubahan.
4. Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
WOC HHD
Genetik
Respon neurologi terhadap stress & eksresi/kelainan transport Na
kebiasaan hidup
Stres lingkungan Obesitas Merokok, alkohol, konsumsi garam berlebihan
Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Hipertensi primer
Hipertrofi ventrikel kiri
Terbatasnya aliran darah koroner
Iskemia miokard
Resti penurunan curah jantung
Nyeri
Kurang terpajan informasi
Kurang pengetahuan
Kurang suplai O2 ke jaringan
Kelemahan umum Intoleransi aktivitas
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menbal, & kaku, kemampuan memompa darah menurun, hilnangnya elastisitas PD, meningkatnya resistensi PD
Lansia
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2001). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: Penerbit buku: EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien. Jakarta: Penerbit buku: EGC.
Yasmin, A. N. G. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit buku: EGC.
Gray. H. Huon & Dawkins. D. Keith (2002). Kardiografi. Jakarta: Erlangga.
Riaz, Kamran. (2003). Hypertensive hearth disease. Diperoleh dari wwww.emidicine,com pada tanggal 8 April 2013.
Rilantoro, L, dkk. (2002). Buku ajar kardiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.