LP HD
-
Upload
martinigarfield -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
Transcript of LP HD
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PROSEDUR TINDAKAN HEMODIALISIS
A. SEJARAH HEMODIALISIS
Pengertian mengenai dialysis sudah diketahui sejak lama sewaktu terdapat
wabah kolera pada tahun 1890 yang dilakukan dengan memasukan cairan
bikarbonat kedalam rongga peritoneum. Kemudian tahun 1913 dimulai dengan
penggunaan istilah artificial kidney (ginjal buatan) oleh Abel dkk dari Amerika.
Mereka membuat tabung dari bahan kolodion, mendialisis binatang percobaan
yang kemudian mati karena hipersensitivitas terhadap hirudin yang dibuat dari
kepala pacet yang digerus. Di tahun 1935 heparin dapat dimurnikan dan
bersamaan dengan itu juga dapat dikembangkan selulosa regenerasi. Sewaktu
perang dunia ke-2 di Belanda, Willem Kolf tahun 1942-1943 membuat mesin
dialysis yang berupa drum yang berputar (rotating drum) dalam air dializat untuk
pengobatan gagal ginjal akut/GGA. Setelah masa sekarang ini maka hemodialisis
lebih berkembang lagi. Pada saat perang Korea banyak korban perang dapat
tertolong dari komplikasi GGA. Kolf kemudian mengembangkan dializer koil
sekali pakai pada tahun 1956 yang dijual ke Travanol (sampai tahun 1985 masih
dipakai di Indonesia). Tahun 1960-an Kill mengembangkan flat plate flow
dialyser (dipakai sampai tahun 1960-an, dapat dilihat di RSCM). Shunt eksternal
Quinton-Schriber mulai dipakai untuk dialysis gagal ginjal kronik pada tahun
1959. Baru pada tahun 1965 dikembangkan fistula arteriovenous internal oleh
Brescevia dan Cimino.
Ginjal Hollow fiber baru dibuat dan diuji coba pada tahun 1967 dan tahun
1974 sudah ditemukan dialyser dengan luas permukaan yang besar.
Perkembangan dialyser amat pesat dengan pemakaian selulosa yang dimodifikasi,
membrane sintetik yang mempunyai klirens dan filtrasi yang besar.
B. DEFINISI HEMODIALISIS
Hemodialisa berasal dari bahas Yunani hemo berarti darah dan dialisis
berarti pemisahan atau filtrasi. Secara klinis hemodialisis adalah suatu proses
pemisahan zat-zat tertentu (toksik) dari darah melalui membran semipermeabel
buatan (artificial) di dalam ginjal buatan yang disebut dialiser, dan selanjutnya
dibuang melalui cairan dialisis yang disebut dialisat.
C. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI HEMODIALISIS
a. Indikasi :
Klien dengan syndrome uremik/azotemia (gagal ginjal akut dan kronik),
ureum > 200 mg/dl dan kreatinin > 1,5 mg/dl
Hiperkalemia, kadar kalium > 5,0 mEq/L
Asidosis, pH darah < 7,1
Kelebihan cairan
Dehidrasi berat
Keracunan barbiturate
Leptospirosis
b. Kontraindikasi :
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk terapi dialisis, akan tetapi manfaat
terapi dialisis perlu dipertimbangkan lagi pada pasien dengan sindrom hepato-
renal, sirosishepatis yang lanjut dengan ensefalopati dan pada keganasan
lanjut.
D. KOMPONEN YANG DIPERLUKAN DALAM HEMODIALISIS
1. Akses Vascular
Akses vascular sangat diperlukan oleh karena untuk hemodialisis yang efektif
diperlukan aliran darah yang cukup sampai lebih dari 300 ml/menit dan dapat
dipakai berulang kali dalam jangka waktu yang panjang.
Ada 2 macam akses vascular yaitu :
a. Akses vascular sementara atau kontemporer
Akses vascular ini biasanya digunakan pada saat pertama kali hemodialisis
sebelum dibuat akses vascular yang permanent. Akses vascular sementara
umumnya dilakukan dengan menggunakan kateter perkutan kedalam vena
jugularis, femoral atau yang saat ini dihindari adalah pada vena subclavia.
Keuntungan akses vascular sementara adalah :
Pada vena jugularis interna : dapat digunakan untuk jangka panjang
dengan resiko yang kecil
Pada vena femoralis : pemasangan mudah dengan resiko yang kecil
Pada vena subclavia : klien merasa lebih nyaman dan penggunaanya
lebih lama
Kerugian akses vascular sementara adalah :
Pada vena jugularis : pemasangan lebih sulit
Vena femoral : immobilisasi pasien, resiko infeksi lebih tinggi
Vena subclavia : komplikasi stenosis vena dan resiko komplikasi
pemasangan.
b. Akses vascular menetap/permanent
Akses vascular menetap dilakukan dengan membuat fistula atau hubungan
(shunt) antara arteri dengan vena yang biasa disebut AV shunt. Dapat
dilakukan dengan vena dan arteri pasien sendiri, memakai vena dari tempat
lain (native graft) atau dengan bahan buatan (artificial graft)
AV shunt dilakukan dengan cara menyambung arteri subcutan dengan vena
didekatnya. Vena yang berdinding tipis dialiri oleh darah arteri yang
bertekanan tinggi sehingga aliran darah lebih cepat. Cara ini sangat sering
digunakan dan paling aman, bertahan lama, dan dengan komplikasi yang
minimal (stenosis, infeksi, steal syndrome). Namun ada beberapa kerugian
dari AV shunt yaitu ; memerlukan waktu cukup lama untuk siap dipakai,
cukup sering kegagalan atau kurang dapat memberikan aliran darah yang
cukup pada saat hemodialisis serta pada klien dengan penyakit vascular
yang berat tidak dapat dilakukan.
Lokasi yang sering digunakan :
-Pergelangan tangan (fistula radio chepalic/Brescia cimino)
-Daerah siku/elbow (fistula brachio chepalic)
Fistula umumnya dilakukan pada tangan yang non dominant dengan
maksud tidak mengeurangi aktivitas klien.
Proses maturasi AV shunt antara 1- 6 bulan dan pada tangan tersebut tidak
dapat dilakukan penekenan berlebihan atau untuk mengambil sampel darah.
Periksa suara bising atau thrill setiap hari dan posisikan tangan lebih tinggi
dari badan pada saat pasca operasi.
2. Membran Semi Permiabel
Membran semi permiabel dibutuhkan untuk mengadakan kontak antara darah
dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi. Sebuah membrane semi permiabel
adalah lapisan material yang tipis yang memiliki pori-pori mikroskopik yang
menghilangkan/mengeluarkan partikel yang lebih kecil dari pada pori-pori
untuk lewat saat molekul yang lebih besar tertahan. Ukuran pori dalam
membrane dialiser bervariasi namun berkisar anatara 50 nefron.
3. Dialiser atau ginjal buatan
Komponen ini terdiri dari membran dialiser semipermiabel dengan lokasi yang
tersebar merata yang memisahkan kompartemen darah dan dialisat. Darah
banyak mengandung zat-zat toksik secara berlebihan sedangkan dialiser tidak
mengandung apapun kecuali elektrolit tertentu.
Ada 3 macam dialiser yaitu :
a. Selulosa yang dibuat dari serat kapas yang diproses
b. Serat selulosa yang dimodifikasi dengan menambah gugus asetat seperti
selulosa diasetat atau triaset
c. Membran sintetis seperti membrane polisulfon, polyacryionitril (PAN),
policarbonat. Dimana membrane ini mempunyai klirens dan filtrasi yang
besar.
Berbagai sifat dari dialiser dipengaruhi oleh :
a. Luas permikaan dialiser
b. Ukuran pori-pori atau kemampuan permeabilitas ketipisannya
c. Koefisian ultrafiltrasi
d. Kemampuan untuk mencegah terjadinya clotting sehingga pemakaian
antikoagulasi yang minimal
e. Harga
4. Dialisat
Larutan dialisat biasanya disiapkan dalam bentuk konsentrasi yang
mengandung buffer bikarbonat atau asetat.
Asetat masih banyak digunakan untuk dialisat karena dapat diproduksi dengan
mudah dalam kemasan yang mengandung berbagai macam elemen. Kemudian
seiring berkembangnya waktu, larutan bicarbonate lebih banyak digunakan
karena lebih fisiologis, dapat mengontrol asidosis dengan lebih baik, lebih
sedikit menimbulkan efek dan komplikasi.
Komposisi dialisat
- Natrium = 135 – 145 meg /1
- Kalium = 0 – 4,0 meg /1
- Calsium = 2,5 – 3,5 meg /1
- Magnesium = 0,5 – 2,0 meg /1
- Khlorida = 98 – 112 meg /1
- Asetat atau bikarbonat = 33 – 25 meg /1
- Dextrose = 2500 mg /1
5. Antikoagulan
Akibat adanya sirkit ekstrakorporeal pada hemodialisis memungkinkan
terjadinya Kontak antara darah dengan permukaan saluran sintetik pada
hemodialisis mengakibatkan terjadinya pembekuan darah sehingga perlu
digunakan Antikoagulasi dengan heparin agar memungkinkan hemodialisis
berjalan dengan lancar.
Heparin merupakan mukopolisakarida sulat anionic dengan berbagai berat
molekul yang diekstraksi dari paru sapi atau usus babi. Heparin teerikat pada
antitrombin- III, yang kemudian membentuk kompleks dengan protease serine
mengaktifasi faktor-faktor koagulasi. Waktu paru pada pasien normal dan
pasien hemodialisis adalah 30-120 menit dan dapat lebih panjang lagi dengan
disosiasi heparin komplek AT-III.
Menilai koagulasi pada pasien hemodialiss dengan mengamati secara visual
dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Warna darah gelap sekali
b. Adanya garis-garis hitam atau gelap pada dialiser
c. Busa dan butir bekuan pada venous trap
d. Adanya bekuan darah
Pemeriksaan yang juga sering dipakai adalah memeriksa clotting time.
E. PRINSIP KERJA/MEKANISME HEMODIALISIS
Mekanisme pemisahan zat – zat terlarut pada hemodialisis terjadi secara difusi
dan ultrafiltrasi.
1. Secara difusi
Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi
karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi kearah konsentrasi
yang rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama dikedua kompartemen (dari
yang konsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah)
2. Secara ultrafiltrasi
Pemisahan cairan dialisis dan darah dilakukan dengan prinsip perbedaan
tekanan
Tiga tipe dari tekanan yng dapat terjadi pada membrane adalah :
a. Tekanan positif
Tekanan positif merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan
dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser
dan resistensi vena terhadap darah yang mengalir balik kefistula. Tekanan
positif “mendorong“ cairan menyeberangi membrane.
b. Tekanan negative
Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane
oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane. Tekanan negative “menarik“
cairan keluar dari darah.
c. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang
berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan
dengan kadar zat terlarut tinggi akan menarik cairan dari larutan lain yang
konsentrasinya lebih rendah sehingga menyebabkan membrane permeabel
terhadap air (dari konsentrasi rendah kekonsentrasi tinggi)
F. PEDOMAN PELAKSANAAN HEMODIALISIS
1. Persiapan
a) Persiapan Alat
o Dialiser (ginjal buatan)
o AVBL
o Set Infus
o NaCl (cairan fisiologis) (2-3 fflashf)
o Spuit 1 cc,5 cc, 20 cc, 30 cc
o Heparin injeksi (+ 2000 Unit)
o Jarum punksi :
- Jarum metal (AV. Fistula G.16,15,14) 1 – 1 ¼ inch.
- Jarum dengan katheter (IV Catheter G.16,15,14) 1 – 1 ¼ inchi.
o Penapung cairan (Wadah)
o Anestesi local (lidocain, procain)
o Kapas Alkohol
o Kassa
o Desinfektan (alcohol bethadin)
o Klem arteri (mosquito) 2 buah.
o Klem desinfektan
o Bak kecil + mangkuk kecil
o Duk (biasa, split, bolong)
o Sarung tangan
o Plester
o Pengalas karet atau plastic
b) Persiapan lingkungan
o Lingkungan disiapkan agar nyaman dan tenang
o Jaga privacy klien
o Atur tempat tidur sesuai dengan kenyamanan pasien
c) Persiapan Klien
o Jelaskan prosedur tindakan hemodialisis
o Timbang berat badan klien
o Anjurkan pasien mencuci tangan
o Atur posisi klien agar memudahkan tindakan dan nyaman untuk klien
o Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum
d) Persiapan perawat
o Perawat membaca order atau catatan medik klien
o Perawat mencuci tangan
o Perawat memakai sarung tangan dan masker.
2. Prosedur Tindakan
Penatalaksanaan hemodialisis dibagi dalam tiga tahap yaitu :
1) Perawatan sebelum hemodialisis
a. Menyiapkan mesin hemodialisis
o Sambungkan slang air dari mesin hemodialisis
o Kran air dibuka
o Pastikan slang pembuang air dari mesin hemodialisis sudah masuk
kelubang/saluran pembuangan.
o Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak (sebelumnya
periksa voltage listrik).
o Hidupkan mesin dengan menekan tombol on yang ada dibelakang
mesin.
o Jelaskan mesin pada posisi rinse selama + 20 menit (sesuai program
penggunaan mesin).
o Matikan mesin hemodialisis
o Masukkan slang dialisat kedalam jerigen dialisat pekat.
o Sambungkan slang dialisat dengan konector yang ada pada mesin
hemodialisis
o Hidupkan mesin dengan posisi normal (siapkan)
b. Menyiapkan sirkulasi darah :
o Bukalah alat-alat dialysis dari setnya.
o Tempatkan dializer pada holder (tempatnya) dengan posisi “inlet”
(tanda merah) diatas dan posisi “outlet” (tanda biru) dibawah.
o Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung “inlet” dari dializer.
o Hubungkan ujung biru dari VBL dengan ujung “outlet: dari dializer
dan tempatkan bubble trap diholder dengan posisi tegak.
o Set infuse ke botol aCL 0,.9% - 500 cc
o Hubungkan set infuse keselang arteri.
o Bukalah klem NaCl 0.9%, isi selang arteri sampai keujung selang lalu
klem.
o Tempatkan ujung biru VBL pada maatkan dan hindakan kontaminasi.
o Memutar letak dializer dengan posisi “inlet” dibawah dan “outlet”
diatas, tujuannya gar dializer bebas dari udara.
o Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
o Buka klem dari infuse set, ABL, VBL
o Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/menit,
kemudian naikkan secara bertahap sampai dengan 200 ml/menit.
o Isi bubble trap dengan NaCl 0.9% sampai ¾ bagian
o Memberikan tekanan secara intermiten pada VBL untuk
mengeluarkan udara dari dalam dializer, dilakukan sampai dializer
bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).
o Melakukan pembilasan dan pengisian dengan menggunakan NaCL
0.9% sebanyak 500 CC yang terdapat pada botol (Kolf), sisanya
tampung dalam gelas ukur.
o Ganti kolf NaCL 0.9% yang kosong dengan kolf NaCL 0.9% baru.
o Sambung ujung biru VBL dan ujung merah ABL dengan
menggunakan konektor.
o Menghidupkan pompa darah selama 10 menit untuk dializer baru, 15-
20 menit untuk dializer reuse dengan aliran 200-250 ml/menit,
berikan UFR 0.8 – 1.0
o Mengembalikan posisi dializer ke posisi semula, dimana “inlet”
dialisat selama 5-10 menit siap untuk dihubungkan dengan pasien
(soaking0.
c. Punksi Cimino/Graft
1) Persiapan alat-alat
1. 1 buah set steril dialysis terdiri dari :
- Kain alas dan set steril kain 1 buah
- Kassa 5 buah, tuffer 1 buah
- 1 buah mangkok kecil berisi NaCL 0.9%
- 1 pasang sarung tangan
- 1 buah 5 cc berisi NaCL 0.9%
- 1 buah spuit insulin isi lidocain 0.5 cc
- 1 buah arteri klem
- 2 buah AV fistula
2. 2 buah mangkok steril berisi btadin dan alcohol
3. Masker dan apron
4. Plester / micropore
5. 1 buah gelas ukur
6. Plastic untuk alat kotor
7. Trolly
2) Memulai desinfektan caranya :
a) Jepitlah tuffer betrdine dengan arteri klem, oleskan daerah cimino
dan vena lain dengan cara memutar dari dalam ke luar.
b) Masukkan tuffer kedalam kantong plastic.
c) Jepitlah kassa alcohol dengan arteri kelm, bersihkan daerah cimino
dan vena lain caranya sama seperti diatas.
d) Lakukan sampai bersih
e) Letakkan kassa kotor pada plastic, sedangkan klem arteri letakkan
pada gelas ukur.
f) Letakkan kain alas steril dibawah tangan
g) Letakkan kain belah steril diatas tangan.
3) Memulai fungsi cimino/graft
a) Memberikan anestesi lokal pada cimino (tempat keluarnya
darah dari tubuh ke mesin), dengan spuit insulin 1 cc.
b) Tusuklah tempat cimino dengan jarak 8-10 cm dari
anastomose.
c) Tusuklah secara intrakutan dengan diameter 0.5 cm.
d) Memberikan anestesi lokal pada tusukan vena lain (tempat
masuknya darah dari mesin ke tubuh, dengan cara yang sama
seperti pada no. a).
e) Bekas tusukan dipijat sebentar dengan kassa steril.
4) Memasukkan jarum AV Fistula :
a) Masukkan jarum AV Fistula pada tusukan yang
telah dibuat pada saat pemberian anestesi lokal (cimino)
b) Setelah darah keluar isaplah dengan spuit 5 ml dan
bilas kembali dengan NaCL 0.9% secukupnya.
c) AV Fistula diklem, spuit 5 ml dilepaskan, ujung AV
Fistula ditutup, tempat tusukan difikasi dengan micropore/plester.
d) Masukkan jarum AV Fistula pada vena lain, sesuai
pada tempat pemberian anestesi lokal caranya sama seperti diatas
pada no. a
e) Tinggalkan kain alas steril dibawah tangan pasien,
sebagai alas dan penutup selama proses dialysis berlangsung.
f) Alat kotor masukkan ke dalam plastic, sedangkan
alat-alat yang dapat dipakai kembali dibawa ke ruang disposal.
g) Bedakan dengan alat-alat yang terkontaminasi.
h) Bersihkan dari darah, masukkan ke kantong plastik.
2) Memulai Pelaksanaan Hemodialisis
a. Lakukan tindakan aseptik dan anti-septik dengan membersihkan tempat
yang akan dilakukan penusukkan dengan betadine 10%, kemudian
dibersihkan dengan alcohol 70%.
b. Depper dan kassa yang telah dipakai, dibuang ketempat sampah yang
telah disediakan.
c. Cari daerah yang lebih mudah dilakukan penusukkan.
d. Jarak penusukkan pertama kali pada daerah vena (outlet) disertai
pemberian loading heparin 1000 IU/sesuai dosis.
e. Lakukan penusukan pertama kali pada daerah vena (outlet0 disertai
pemberian loading heparin 1000 IU/sesuai dosis.
f. Kemudian dilakukan penusukkan pada daerah “inlet” dengan ABL
(arteri blood line) dan dijalankan blood pump dengan kecepatan mulai
dari 100 ml/menit sampai seluruh blood line (baik ABL maupun VBL)
terisi penuh, baru disambungkan dengan bagian jarum fistula “outlet”.
g. Jalankan lagi blood pump perlahan-lahan sampai 200 ml/menit, setelah
itu mulailah pemasangan sensor dan batasan minimal dan maksimal
baik pada blood monitoring maupun dialisat monitoring.
h. Kemudian set mesin hemodialisis sesuai program HD masing-masing
pasien.
i. Matikan (tutup) klem infuse NaCL.
j. Sambungkan jarum AV Fistula dengan selang arteri, bersihkan kedua
sambungan dengan kassa betadine.
k. Bukalah masing-masing klem pada AV Fistula dengan aterial
Mulai dialysis berjalan :
1. Hidupkan pump, mulailah putar dari 100 ml/menit, dinaikkan secara
bertahap sampai batas maksimal.
2. Mengalirkan darah untuk mengisi selang arterial dan dialiser.
3. Perhatikan aliran darah pada cimino/graft apakah lancar.
4. Jika aliran darah tersendat-sendat,cobalah memutar posisi jarum AV
Fistula secara perlahan-lahan sampai aliran darah lancar.
5. Darah pada bubble trap tidak boleh penuh/kosong, sebaiknya ¾ bagian.
6. Tekan tombol start heparin
7. Mengatur kecepatan pemberian, heparin selama dialysis berlangsung
8. Bukalah klem pada selang urea, sebagai venous pressure.
9. Tekan tombol start sambil melihat jam, tanda proses dializer dimulai.
10.Putar tombol UF, tertekan UF yang dihitung.
11.Fiksasi pada sambungan antara AV Fistula dengan selang darah.
Pengawasan selama hemodialisis berlangsung
1.Observasi tanda-tanda vital tiap jam, tensi dan nadi, kemungkinan
komplikasi selama HD : mual, kram otot dan keluhan lain. kecuali
keadaan pasien jelek, obersvasi sesuai dengan kebutuhan :
a. Jika pasien sesak, hitung pernafasan.
b. Jika pasien demam, ukur suhu badan
2.Menjaga ketepatan pencatatan dalam lembaran dialysis
3.Pengawasan Mesin :
Pengawasan sirkulasi darah diluar ekstrakorporeal blood monitoring :
Pengawasan kecepatan aliran darah
Pengawasan terhadap tekanan :
Arteri : Bila alarm berbunyi pada aterial druk berarti tekanan darah
rendah, lihat aliran darah pada “inlet”.
Venous pressure : dilihat dari indikator (hati-hati bila tinggi), bila
tinggi periksa “outlet”, bila rendah periksa sensor vena.
4.Pengawasan heparin pump.
5.Pengawasan terhadap sirkulasi dialisat monitoring
o Kebocoran dializer (blood leak)
o Low temperature atau high temperature
o Low conductivity atau high
conductivity
o Transmembrane pressure
o Positive pressure
6.Perhatikan kelancaran aliran darah pada cimino/graft.
7.Perhatikan sambungan yang terdapat pada :
a. AV Fistula dengan selang arteri
b. Selang arteri dengan dializer dan sebaliknya, kalau perlu
dikembangkan.
8.Berikan pasien posisi tidur yang nyaman.
9.Perhatikan edema pada : muka, punggung tangan, asites, mata kaki dan
daerah dorsum pedis :
a. Jika edema (+) tidak disertai sesak nafas maka lakukan dialysis
sesuai dengan program tarik air (UFG = ultrafiltrasi goal). Cara
perhitungan tarik air : selisih berat badan, dating berat badan standar
+ jumlah intake yang masuk (minum, infuse, transfuse dan sonde).
b. Jika edema ++ atau lebih, dengan disertai sesak nafas maka lakukan
tarik air (sequential ultrafiltrasi) pada awal dialysis.
10. Perhatikan pemakaian oksigen :
a. Apakah oksigen masih ada (lihat pada jarum petunjuk)
b. Perhatikan bila pada angka petunjuk oksigen, apakah sudah sesuai
dengan kebutuhan pasien.
11. Perhatikan gambaran EKG monitor, jika ada kelainan direkam dan
beritahu pada dokter yang merawat pasien/dokter jaga.
12. Perhatikan rembusan luka fungsi cimino/graft, bersihkan rembesand
arah dengan kassa alcohol.
13. Jika rembesan masih ada, beri bubuk anti-biotik hebacitin tepat pada
tusukan fungsi, fiksasi yang kencang pada daerah tusukan.
14. Bantu segala kebutuhan pasien termasuk : makanan, minuman, buang
air dan urinaria.
15. Kaji keluhan pasien, kalau perlu terapi beritahu dokter.
16. Evaluasi hasi tindakan dialysis.
17. Tindakan atau obat-obatan yang telah diberikan, catalah dalam catatan
keperawatan.
3. Mengakhiri Dialisis
Prosedur dengan 1 perawat ;
a. Mengakhiri dialysis :
o Hentikan pump heparin dan lepaskan spuit heparin dari tempatnya.
o Kecilkan pompa darah (BP) sampai 100 cc dan matikan.
o Klem pada AV Fistula dan selang arterial
o Lepaskan sambungan AV Fistula dan selang arterial dengan kassa steril.
b. Membilas AV Fistula :
Gunakan spuit 5 cc berisi NaCL, bilas AV Fistula sampai bersih, lalu klem
kembali dan tutup ujung AV Fistula.
c. Membilas selang darah dan dialiser :
1. Bilas selang darah dan dialiser dengan NaCL sampai
darah tidak ada lagi.
2. Jika ada obat-obatan injeksi yang akan diberikan,
berikan melalui selang vena.
3. Selama pembilasan, gunakan pump dengan kecepatan
100 ml/menit.
4. Menyelesaikan dialysis
5. Selang pada vena diklem, lepaskan dari mesin.
6. Lepaskan semua selang darah dan dialiser dari mesin,
masukkan ke dalam plastik.
d. Melepaskan jarum AV Fistula
1. Cabut AV Fistula pada cimino dan AV Fistula pada vena lainnya,
masukkan AV Fistula ke dalam plastik.
2. Tekan bekas tusukan dengan kassa betadine sampai darah tidak keluar
lagi.
3. Berikan masing-masing bekas tusukan dengan band aid dan balutlah
sesuai dengan kebutuhan, lalu difiksasi dengan micropore.
e. Mengembalikan alat-alat :
1 Alat instrument yang telah digunakan dipisahkan dibawa ke
disposal room dan dipisahkan dengan alat yang terkontaminasi.
2 Perawat melepas sarung tangan, masker dan apron.
3 Perawat mencuci tangan.
Prosedur dengan 2 perawat :
1. Perawat yang satu membantu menekan bekas
tusukan cimino dan vena lainnya dengan kassa betadine.
2. Memberikan band aid dan membalut
3. Sedangkan perawat yang lain membilas selang
darah dan dialiser sampai bersih sama-sama memakai sarung tangan untuk
mencegah terkontaminasi dengan darah pasien.
4. Observasi sesudah dialysis meliputi :
a. Observasi kesadaran dan KU pasien dan observsi tanda-tanda
vital
b. Kaji keluhan pasien
c. Berikan tindakan perawatan sesuai kebutuhan dan beritahu dokter
sehubungan dengan pemberian terapi.
d. Semua tindakan yang telah diberikan ke pasien, catat dalam
catatan dialysis.
e. Anjurkan pasien timbang berat badan jika memungkinkan
f. Untuk pasienrutin dialysis, jiika akan pulang ingatkan jadwal
kembali dialysis berikutnya.
g. Jika ada perubahan jadwal, agar segera memberitahukan suster
ruang dialysis.
h. Untuk pasien rawat (in patient), agar segera memberitahukan
jadwal dialysis berikutnya kepada suster ruangan atau pasiennya.
i. Pesanan dicatat dalam catatan dialysis.
G. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Indikasi HD
Syndrome uremik, asidosis,kelebihan volume cairan
,dehidrasi berat,keracunan barbiturate,leptospirosis
Pre HD Durante HD Post HD
Klien tampak bingung, Klien lemas,berkeringat,pandangan kabur Terdapat bekas luka punksi
pada
cemas, mengatakan berkunang-kunang,akral dingin,nadi tidak teraba., akses vascular/prosedur
invnsif
kurang informasi TD turun s.d 60/PP, ultrafiltrasi tinggi pemasangan set dyalisis
tentang HD dan biaya
Kurang peng
Klien mengeluh sesak, Klien mengeluh nyeri pada tempat punksi
pernapasan cuping hidung expresi wajah meringis,gelisah
,sianosis,pemakaian
otot Bantu pernapasan,
RR > 30X/menit ,
udem kaki,asites Klien terpasang set dyalisis shg
,udem palpebra aktivitas terbatas untuk memenuhi kebuthnya
cemasResiko tinggi syock hipovolemik
Resiko infeksi
Nyeri Akut
Pola napas tidak efektif
Resiko cidera
Syndrome kurang perawatan diri makan dan toileting
efek pemakaian heparin,darah merembes
dari daerah punksi,klien mengeluh pusing dan tampak pucat
H. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan diparu (overload)
Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan sesak
DO : - Pernapasan cuping hidung
- Sianosis
- RR > 30 X menit
- Udem pada kaki dan palpebra
- Ascites
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang HD
Ditandai dengan :
DS : - Klien mengatakan kurang informasi tentang HD dan biaya
DO : - Klien tampak cemas dan bingung
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik oleh karena punksi selama HD
Ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh nyeri pada daerah punksi
DO : - Ekspresi wajah meringis dan gelisah.
4. Risiko syock hipovolemik berhubungan dengan efek ultrafiltrasi selama HD
Ditandai dengan :
DS: - Klien mengatakan mata kabur dan berkunang-kunang
- Klien mengatakan badan lemas
DO : - Klien berkeringat dingin, akral dingin,
- Nadi tidak teraba,TD turun sampai 60/ PP
5. PK : Hemoragic
Ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh pusing
DO : - Darah merembes dari daerah punksi
PK : Hemoragic
- Klien tampak pucat, akral dingin
- Nadi tidak teraba
- TD sampai dengan 60/PP
6. Risiko cidera berhubungan dengan gelisah akibat prosedur HD
Ditandai dengan :
DO : Klien tampak gelisah selama proseddur HD
7. Syndrome kurang perawatan diri makan dan toileting berhubungan dengan
pemasangan alat dyalisis
Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan pergerakannya terbatas karena terpasang set dyalisis
DO : Klien terpasang set dyalisis
8. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Ditandai dengan :
DO : Terdapat luka bekas punksi pada akses vascular klien
I. KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI SELAMA DIALISIS
1. Hipotensi
Penyebab :
a. Terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin
b. Ultrafiltrasi berlebihan
c. Obat-obatan anti-hipertensi
Gejala :
a. Lemas, berkeringat, pandangan kabur berkunang-kunang
b. Kadang-kadang mual, muntah, sesak
c. Sakit dada.
Penanganan :
a. Posisi tidur, kepala lebih rendah dari kaki
b. Kecepatan aliran darah dan UFR diturunkan
c. Berikan NaCL 0.9% - 100 ml atau sesuaikan dengan tensi pasien
d. Berikan O2 1-2 liter.
e. Kalau perlu dialysis sementara diistirahatkan dengan cara :
- Darah pasien dikembalikan ketubuh sambil menunggu K.U pasien
membaik, selang darah diisi dengan NaCL 0.9% dan disirkulasikan.
- Heparin tetap dijalankan agar tidak ada sisa bekuan darah dalam
selang
- Jika tensi sudah naik (kembali normal), dialysis dapat dimulai
kembali.
- Catat semua tindakan yang telah dilakukan dalam catatan dialysis.
Pencegahan :
- Anjurkan pasien membatasi kenaikan berat badan intradialisis kurang
dari 1 kg/hari.
- Anjurkan pasien untuk minum obat anti-hipertensi sesuai aturan dokter.
- Bila perlu gunakan dialysis bicarbonate.
- Observasi tanda-tanda vital selama dialysis berlangsung.
2. Mual dan Muntah
Penyebab :
a. Gangguan G.I Trac Gastritis
b. Ketakutan
c. Reaksi obat
d. Hipotensi
Penanganan :
a. Kecilkan lairan darah sampai 100 RPM
b. Kecilkan UFR sampai 0.0
c. Berikan kantong plastic muntah
d. Bantu kebutuhan apsien (kalu perlu berikan minyak gosok pada daerah
epigastrik).
e. Observasi ketat tanda-tanda vital selama proses dialysis berlangsung.
f. Jika tensi turun, guyur NaCl 0.9% - 100 ml sesuai KU pasien.
g. Jika keadaan sudah membaik, program dialysis diatur secara bertahap
sesuai kebutuhan pasien.
h. Beritahu dokter jika pasien tidak ada perbaikan.
i. Mencari timbulnya muntah : hipotensi, penarikan cairan terlalu cepat,
atau kenaikan BB > 1 kg/hari.
Pencegahan :
a. Hindari hipotensi dengan menurunkan kecepatan aliran darah selama jam
pertama dialysis, selanjutnya dinaikkan secara bertahap sesuai kebutuhan
pasien.
b. Ganti cairan dialysis dengan cairan bikarbonat, atas persetujuan dokter
nefrologi.
c. Anjurkan pasien untuk membatasi jumlah cairan yang masuk dengan
cairan yang keluar.
d. Observasi ketat tanda-tanda vital selama dialysis berlangsung.
3. Sakit Kepala
Penyebab :
a. Tekanan darah naik
b. Ketakutan
Penanganan :
a. Kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100 RMP
b. Observasi tanda-tanda vital (terutama tensi dan nadi)
c. Jika tensi tinggi, beritahu dokter.
d. Kompres es diatas kepala
e. Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program dialysis kembali seperti
semula secara bertahap.
f. Mencai penyebab sakit kepala : cairan dialisat asetat, minum kopi atau
ada masalah.
Pencegahan :
a. Mengganti cairan dialisat sesuai dengan persetujuan dokter
b. Anjurkan pasien untuk mengurangi kopi.
c. Memberikan kedekatan pada pasien untuk meningkatkan masalah yang
sedang dihadapi.
4. Demam disertai menggigil
Penyebab :
a. Reaksi pirogen
b. Reaksi transfuse
c. Kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah.
Penanganan :
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Berikan selimut
c. Beritahu dokter untuk pemberian terapi (panadol bila suhu meningkat)
d. Mencari penyebab demam karena : bahan pirogen dari set dialysis atau
infeksi pada pasien.
5. Nyeri Dada
Penyebab :
a. Minum obat jantung tidak teratur
b. Program HD yang terlalu cepat.
Penanganan :
a. Kecilkan kecepatan aliran darah
b. Pasang EKG monitor
c. Beritahu dokter untuk pemberian terapi
Pencegahan :
a. Minum obat jantung secara teratur
b. Anjurkan pasien untuk control ke dokter secara teratur.
6. Gatal-gatal
Penyebab :
a. Jadwal dialysis yang tidak teratur (Toksin Uremia kurang tedialisis).
b. Sedang transfuse/sesudah transfuse
c. Kulit kering
Penanganan :
a. Gosoklah dengan talk/balsam/krim khusus untuk gatal
b. Jika karena transfuse beritahu dokter untuk pemberian avil 1 ml/TV.
Pencegahan :
a. Anjurkan pasien makan sesuai dengan diet.
b. Anjurkan pasien taat dalam menjalani hemodialisis sesuai dengan
program.
c. Anjurkan pasien selalu menjaga kebersihan badan.
d. Usahakan pada saat sirkulasi waktunya agak lama.
7. Perdarahan cimino setelah dialysis :
Penyebab :
a. Tempat tusukan membesar
b. Masa pembekuan darah lama
c. Dosis heparin yang berlebihan.
d. Tekanan darah tinggi
e. Penekanan tusukan tidak tepat
Penanganan :
1. Tekan darah tusukan dengan tepat.
2. Mencari penyebab perdarahan
3. Observasi tanda-tanda vital dengan ketat
4. Lapor dokter jaga jika perdarahan lama berhenti.
Pencegahan :
a. Sebelum dialysis, kalau perlu periksa laboratorium terhadap MPP, APTT.
b. Bekas tusukan cimino tidak boleh digaruk-garuk atau dipijat.
c. Hindari penusukan pada bekas tusukan dialysis sebelumnya.
8. Kram Otot
Penyebab :
a. Penarikan Cairan dibawah berat badan standar
b. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR tinggi)
c. Cairan dialisat dengan kasar Na rendah
d. Berat badan naik > 1 kg/hari.
e. Posisi tidur berubah terlalu cepat.
Penanganan :
a. Kecilkan QB dan UFR
b. Massage (stretching exercise) pada daerah yang kram
c. Kalu perlu berikan obat gosok.
d. Guyur dengan NaCl 0.9% sebanyak 100-200 ml dan sesuaikan dengan
keadaan umum pasien.
e. Kompres air hangat
f. Observasi tanda-tanda vital
g. Laporkan pada dokter untuk pemberian terapi.
Pencegahan :
a. Jangan menarik cairan terlalu cepat/UFR tinggi pada awal dialysis.
b. Anjurkan pasien untuk membatasi intake cairn
c. Anjurkan pasien untuk mentaati diet agar kenaikan berat badan
interdialisis tidak lebih dari 1 kg/hari.
d. Gunakan cairan dialisat dengan kadar Na tinggi (karbohidrat).
9. Gangguan keseimbangan cairan.
(1) Hypervolemia (Fluid over load)
Tanda dan Gejala :
Berat badan naik secara berlebihan
Sesak napas atau napas pendek, kadang – kadang batuk berdarah.
Oedema.
Hipertensi
Vena leher membesar/melebar (melembung)
Ronchi paru – paru.
Penatalaksanaan :
Ultrafiltrasi Sequential (SU)
Berat badan diturunkan dengan menggunakan UF tinggi (TMP tinggi,
pilih dialiser dengan kuff tinggi)
Sesak berikan oksigen.
Membatasi cairan yang masuk (Intake) melalui IV maupun oral (cairan
priming jangan dimasukan wash out jangan dimasukan, dorong pakai
udara)
Observasi penurunan berat badan supaya mencapai DW (Kalau perlu
timbang berat badan di tengah HD)
(2) Hypovolemia (Fluid Depresention)
Tanda dan Gejala :
Berat badan menurun secara berlebihan.
Oedema, kadang – kadang mata cekung.
Hipotensi
Turgor (Elastisitas) menurun
Lemas kadang kadang gemetar.
Vena leher rata
Mulut dan lidah kering , kadang – kadang suara serak atau parau.
Penatalaksanaan
HD tanpa penurunan berat badan / tanpa UF
TMP = 0., pilih dialiser dengan Kuff rendah.
Membatasi cairan yang keluar (Cairan priming tidak perlu dikeluarkan)
Menambah cairan yang masuk melalui IV dan peroral.
Observasi berat badan (timbang BB ditengah HD)
10. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
(1) Hiperkalemia
Tanda dan gejala :
Kadar Kalium darah tinggi
Perubahan Gambaran EKG
Gelisah
Lemas
Kadang – kadang sesak
Denyut jantung cepat
Penatalaksanaan :
HD tanpa kalium
Monitor EKG (gelombang T tinggi)
Membatasi intake kalium.
Periksa kalium darah pre, on dan post Hemodialisa
Penyuluhan kesehatan tentang diit.
Tindakkan darurat atau emergency.
Pemberian infus atau drip 10 Unit Ringer Insulin. ( 1 ampul Bicnat,
205 Dextrose)
(2) Hipokalemia
Tanda dan gejala :
Tekanan darah turun mendadak
Lemas, berkeringat, pandangan berkunang – kunang (Gelap).
Kadang – kadang mual atau muntah, sesak.
Penatalaksanaan :
Posisi tidur horizontal atau rata tanpa bantal.
QB dan TMP diturunkan
Berikan oksigen bila sesak.
Hati – hati dalam pemberian cairan secara intravena.
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISIS
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional1. Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan cairan diparu ( overload)
Ditandai dengan :
DS : klien mengatakan sesak
DO : - pernapasan cuping hidung
- sianosis
- RR > 30 X menit
- Udem pada kaki dan palpebra
- Ascites
Pola nafas kembali normal.
Kriteria :Setelah dilakukan HD & interventsi keperawatan diharapkan :
RR : 16-20 x/menitTanda-tanda sesak nafas hilang seperti : Tidak ada Retraksi
interkostalis Tidak ada
Pernafasan Cuping hidung
Bibir tidak sianosis
Klien tidak mengeluh sesak.
Udem dan ascites berkurang/ hilang
.
1. Observasi tanda-tanda vital (TD, N, P) serta kaji tingkat sesak nafas.
2. Timbang BB pre dan post HD
3. Atur posisi tidur selama HD semiflowler.
4. Kolaborasi dalam pemberian O2 sesuai indikasi.
5. Lakukan Program HD sesuai dengan kebutuhan.
1. Dengan data yang akurat memudahkan intervensi keperawatan.
2. Timbang BB pre HD membantu menentukan program HD dan post untuk mengevaluasi pengeluaran cairan
3. membantu ekspansi dada/paru
4. membantu pemenuhan O2 klien
5. HD mampu membantu untuk mengurangi kelebihan cairan.
No Diagnosis keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional2
3.
Cemas berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang HD
Ditandai dengan :
DS :- klien mengatakan kurang
informasi tentang HD dan biaya
DO:- Klien tampak cemas dan bingung
Nyeri akut berhubungan dg
agen cidera fisik oleh krn punksi
selama HD
Ditandai dengan :
DS :- Klien mengeluh nyeri
pada daerah punksi
DO : - ekspresi wajah meringis dan gelisah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan memberi penjelasan mengenai HD dan biaya, klien mampu mengikuti jadwal HD yang ditentukan secara kooperatif dengan criteria :-secara verbal klien menjelaskan kembali yang sudah dujelaskan perawat-Klien tampak lebih tenang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akut klien berkurang dengan criteria :- klien menyatakan nyeri
berkurang- ekspresi wajah klien
tenang dan tenang
1. berikan penjelasan pada klien mengenai HD
2. beri kesempatan klien untuk bertanya tentang apa yang belum diketahui atau dimengerti
minta klien untuk kembali menjelaskan tentang apa yang sudah dijelaskan perawat.
1. Kaji tingkat dan skala nyeri
2. kompres dengan kapas alcohol diatas daerah punksi
3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
4. sebelum melakukan punksi sebaiknya lakukan pembiusan
1. dengan memberi penjelasan dengan lengkap tentang HD, membantu klien mengurangi kecemasan dan meningkatkan pemahaman tentang HD
2. memastikan bahwa klien sudah benar-benar memahami dan mengetahui tentang HD.
1. mengetahui tingkat nyeri untuk menentukan tindakan
2. membantu memblock saraf sehingga nyeri berkurang
3. memberi rasa nyaman dan rileks serta dapat mengalihkan perhatian klien dari nyeri
4. membantu mengurangi nyeri
dan punksi dengan hati-hati serta tepat
dengan memblock saraf dengan obat.
No Diagnosis keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional4 Risiko syock
hipovolemik berhubungan
dengan efek ultrafiltrasi
selama HD
Ditandai dengan :
DS: - Klien mengatakan
mata kabur dan
berkunang-kunang
- Klien
mengatakan
- Badan lemas
DO :- KLien berkeringat dingin
, akral dingin,
Nadi
tidak teraba,
TD turun
sampai 60/ PP
Setelah dilakukan tindakan keperawatan syock tidak terjadi dengan criteria :- Klien
mengatakan mata tidak kabur dan berkunang
- Klien mengatakan badan tidak lemas
- Akral hangat,tanda vital dalam batas normal TD 120/80 mmHg Nadi 60-100 X/
menit
1. Monitor/ kaji tanda-tanda vital dan tanda syock
2. Beri klien minum the manis
3. Ultrafiltrasi rate dan aliran darah diturunkan
4. Beri klien O2 sesuai kebutuhan dan drip NaCl
5. Bila sudah tenang naikan perlahan UFR dan aliran darah
1. memantau perkembangan klien sehingga tidak terjadi masalah yang aktual
2.asupan glukosa dapat mencegah terjadinya syock
3.penurunan UFR akan mencegah penurunan/pengeluaran cairan berlebihan sehingga tidah terjadi syock
4.Syock akan menyebabkan aliran darah seluruh tubuh menurun sehingga O2 kurang terpenuhi dan NaCl untuk mengganti cairan yang keluar
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional5. PK : Hemoragic
Ditandai dengan :
DS : - klien mengeluh pusing
DO : - Darah merembes
- dari daerah punksi
- klien
tampak pucat
- akral
dingin
- nadi
tidak teraba,
- TD
sampai dengan
60/PP
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, PK perdarahan tidak terjadi dengan criteria:
- Tidak ada tanda-tanda perdarahan seperti:
Akral hangat Wajah klien
kemerahan TD 120/80 mmHg Klien tidak pusing
1.perdarahan
2.hati-hati dan benar
3.berlanjut,kurangi dosis heparin ( sesuai BB, sirkulasi 500 unit,bolus : 2500 unit.
4.terjadi,kembalikan darah ketubuh klien
5.kasa betadine steril.
1. mencegah secara dini perdarahan massif/terus menerus
2. punksi yang benar dan hati-hati menurunkan resiko perdarahan
3. heparin merupakann antikoagulan sehingga harus dikurangi.
4. perdarahan yang terus menerus akan mengakibatkan syock
5. membantu mempercepat terjadinta clotting darah.
No Diagnosis keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional6
7.
Risiko cidera berhubungan
dengan gelisah
akibat prosedur HD
Ditandai dengan :
DO : klien tampak gelisah
selama proseddur HD
Syndrome kurang
prawatan diri makan
dan toileting
berhubungan dengan
pemasangan alat dyalisis
Ditandai dengan :
DS:klienmengatakan
pergerakannya terbatas
karena terpasang set
dyalisis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,klien tidak mengalami cidera dengan criteria-klien tenang dan kooperatif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah syndrome kurang perawatan diri makan dan toileting klien terpenuhi dengan criteria :- klien
secara verbal mengatakan bahwa kebutuhan makan dan toiletingnya terpenuhi selama HD
1. Kaji tingkat gelisah dan cemas klien
2. Temani klien selama HD berlangsung
3. Pasang pengaman tempat tidur
4. Anjurkan klien untuk berdoa selama HD
1. Kaji tingkat kemampuan klien
2. dekatkan barang-barang yang dibutuhkan
dengan klien
3. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan toileting dan makan sesuai dengan tingkat kemampuan
4. libatkan keluarga untuk
1. menentukan intervensi keperawattan
2. Memberi rasa nyaman pada klien sehingga gelisah berkurang
4. mengurangi resiko klien trejatuh dari tempat tidur
5. pikiran klien menjadi tenang
1.kebutuhan klien dengan bantuan.
2.memenuhi kebutuhan yang bisa dia lakukan sendiri
3.dan selama HD klien akan merasa nyaman
4.kebutuhan klien yang tidak dapat dipenuhi sendiri
DO : klien terpasang
set dyalisis
membantu kebutuhan klien
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional8 Risiko infeksi berhubungan
dengan prosedur invasive
Ditandai dengan :
DO : Terdapat luka
bekas punksi pada akses
vascular klien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi dengan criteria :
- tidak terjadi tanda-tanda infeksi: demam,bengkak,kemerahan, timbul pus pada luka punksi
- Tanda vital dalam batas normal ( suhu 36-37` C, nadi 60-100X/ menit )
1.
2.
3.teksnik steril
4.prosedur HD lakukan dengan teksik aseptic.
1. mencegah infeksi secara dini
2. perubahan tanda vital terutama peningkatan suhu dan nadi merupakan tanda awal terjadi infeksi
3. menghindari kontaknya luka punksi dengan mikroorganisme pathogen
4. Teknik aseptic mencegah masuknya kuman saat dilakukan pinksi, selama HD dan post HD