lp DHF melati.docx

13
LAPORAN PENDAHULUAN DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER) DIRUANG MELATI DI RSUD RA KARTINI JEPARA Disusun oleh : MEITO ASMO S. NIM : SK.109.112 Meito Asmo S NIM SK.109.112 PSIK STIKes Kendal 2013 Page 1

Transcript of lp DHF melati.docx

Page 1: lp DHF melati.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)

DIRUANG MELATI

DI RSUD RA KARTINI JEPARA

Disusun oleh :

MEITO ASMO S.

NIM : SK.109.112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

2013

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 1

Page 2: lp DHF melati.docx

DHF (Dengue Hemoragic Fever)

A. Pengertian

Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit menular

yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegypti dan dapat enyerang semua orang terutama anak –

anak dan dapat menyebabkan kematian (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Lebih lanjut (Smeltzer, 2001) merumuskan Dengue Hemoragic Fever

(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh vektor virus yang dibawa

oleh nyamuk Aedes Aegypti. Sedangkan menurut (Nelson, 2000) Dengue

Hemoragic Fever (DHF) adalah Demam dengue yang disebabkan oleh

beberapa virus yang dibawa arthropoda, ditandai dengan demam. Selain

itu DHF dapat didefinidikan sebagai suatu penyakit demam akut

disebabkan oleh virus yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypti yang menyerang pada anak, remaja dan orang dewasa yang

ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi, manifestasi perdarahan dan

cenderung terjadi syok yang dapat menimbulkan kematian (Hendaranto,

1997).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang dapat ditularkan

melalui nyamuk Aedes Aegypti yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri

otot dan sendi, syok serta dapat menimbulkan kematian.

B. Etiologi

Pada umumnya maysarakat kita mengetahui penyebab dari DHF

adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus dengan serotive 1, 2,

3 dan 4 yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini

biasanya hidup di kawasan tropis dan berkembangbiak pada sumber air

yang tergenang (Smeltzer, 2001).

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 2

Page 3: lp DHF melati.docx

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang mincul bervariasi berdasarkan derajat DHF

dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami

demam akut sering disertai tubuh menggigil.

Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah

terjadinya perdarahan, perdarahan yang terjadi dapat berupa perdarahan

pada kulit, perdarahan lainseperti melena. Selain demam dan perdarahan

yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis lain yang tidak khas dan

biasa dijumpai pada penderita DHF adalah

1. Keluhan pada pernafasan seperti batuk, pilek dan sakit waktu

menelan.

2. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu

makan, diare dan konstipasi.

3. Keluhan sistem tubuh yang lain diantaranya sakit kepala, nyeri

pada otot dan sendi, nyeri ulu hati, pegal – pegal di seluruh tubuh.

D. Klasifikasi DHF

DHF dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit,

WHO (1986) membagi menjadi empat kategori (Soegeng Soegijanto,

2002)

1. Derajat I

Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan

hanya berupa torniket tes yang positif.

2. Derajat II

Gejala demam yang diikuti perdarahan spontan, biasanya berupa

perdarahan di bawah kulit.

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

darah rendah, gelisah, cianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari

(tanda – tanda awal renjatan).

4. Derajat IV

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 3

Page 4: lp DHF melati.docx

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah

tidak dapat diukur.

E. Pathofisiologi

Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh

penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal seluruh tubuh dan hal

lain yang dapat terjadi adalah pembesaran hati (hepatomegali).

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan

terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler akibatnya terjadi

pengurangan volume plasma, penurunan tekanan darah. Plasma merembes

sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat terjadi renjatan

(syok). Hemokonsentrasi (peningkatn hematokrit lebih dari 20%)

menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran sehingga nilai

hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit

menunjukkan kebocoran plasma teratasi sehingga pemberian cairan

intravena dikurangi kecepatandan jumlahnya untuk mencegah terjadinya

udem paru, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup

penderita akan mengalami renjatan (Pice. Sylvia A dan Lartainne M

Wilson. 1995).

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 4

Page 5: lp DHF melati.docx

Masuk Tubuh Manusia Melalui Gigitan Nyamuk

Aides Aigepti

Viremia

Peningkatan permeabilitas dinding

kapiler

Virus Dengue

F. Pathway

Sumber : (Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995. Carpenito, 1999.

Nelson, 2000)

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 5

Cairan keluar dari intravaskuler ke ekstravaskuler

Kelainan sistem retikulo endotel

Trobositopenia

Perdarahan

Volume plasma menurun

Hipotensi

Syok

Hipoksia jaringan

DSS

Kematian

Demam

Hipertermi

Anoreksia

Penurunan intake

Gangguan pemenuhan

nutrisi

Evaporasi

Dehidrasi

Redti Syok HipovolemikGangguan

Keseimbangan cairan & elektrolit

Page 6: lp DHF melati.docx

G. Komplikasi

Perdarahan luas.

Shock atau renjatan.

Effuse pleura.

Penurunan kesadaran.

H. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan lab

antara lain pemeriksaan darah dan urine. Pada pemeriksaan darah akan dijumpai :

Trombositopenia

Hemoglobin meningkat

Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)

Hasil kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia.

I. Penatalaksanaan

Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan dapat berakibat fatal

dan kematian bila terlambat diatasi, penatalaksanaannya sebagai berikut (Christantie

Effendy, 1995) :

Tirah baring

Diet makan lunak

Minum banyak 2 –2,5 liter/24 jam

Pemberian cairan intravena

Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam, jika dondisi pasien memburuk

Periksa Hb, Ht, Trombosit tiap hari

Pemberian obat anti piretik

Monitor tanda – tanda perdarahan lebih lanjut

Pemberian anti biotik, kolaborasi dengan dokter

J. Diagnosa Keperawatan

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 6

Page 7: lp DHF melati.docx

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit

2. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

berpindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

K. Masalah Keperawatan Yang Muncul

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

(Carpenito, 1999).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh pasien akan normal.

Intervensi :

a. Kaji suhu pasien

b. Observasi tanda – tanda vital

c. Anjurkan pasien banyak minum

d. Berikan kompres hangat

e. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan menyerap kringat

f. Pantau hasil laboratorium

2. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan

(Carpenito, 1999).

Tujuan : Resiko terjadinya syok hipovolemik berkurang

Intrevensi :

a. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital

b. Puasa makan dan minum pada perdarahan cerna

c. Anjurkan pasien banyak minum

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia (Carpenito,

1999).

Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Intervensi :

a. Kaji distensi abdomen

b. Timbang berat badan

c. Sajikan makanan semenarik mungkin

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 7

Page 8: lp DHF melati.docx

d. Kaji makanan kesukaan pasien

e. Berikan diet sedikit tapi sering

f. Beri suasana menyenangkan saat makan

4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan berpindahnya

cairan intravaskuler ke ekstravaskuler (Carpenito, 1999).

Tujuan : Mempertahankan volume sirkulasi adekuat

Intervensi :

a. Ukur dan catat input dan output

b. Pantau tekanan darah

c. Kaji mukosa kering, turgor kulit yang kering

d. Pantau hasil laboratorium

e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infus

DAFTAR PUSTAKA

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 8

Page 9: lp DHF melati.docx

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (2009). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid

3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2004). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses

Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai

Penerbit FKUI

Meito Asmo SNIM SK.109.112PSIK STIKes Kendal 2013 Page 9