Lp Demam Tifoid

19
DEMAM TIFOID I. Pengertian Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus . Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan enteritis akut . Sinonim demam tifoid dan demam paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, thyphus dan paratyphus abdominalis. 2.Etiologi Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C. 4. Patogenesis dan Patofisiologi Kuman S. typhi masuk ketubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami

Transcript of Lp Demam Tifoid

Page 1: Lp Demam Tifoid

DEMAM TIFOID

I. Pengertian

Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit

infeksi akut usus halus . Demam paratifoid biasanya

lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang

sama atau menyebabkan enteritis akut . Sinonim demam

tifoid dan demam paratifoid adalah typhoid dan

paratyphoid fever, enteric fever, thyphus dan

paratyphus abdominalis.

2.Etiologi

Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid

adalah S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S.

paratyphi C.

4. Patogenesis dan Patofisiologi

Kuman S. typhi masuk ketubuh manusia melalui

mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian

kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi

masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid

plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami

hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan

perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman S. typhi

kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran

limfe dan mencapai kelenjar limfe messenterial yang

Page 2: Lp Demam Tifoid

juga mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-

kelenjar limfe ini S. typhi masuk kealiran darah

melalui duktus thoracicus. Kuman-kuman S. typhi lain

mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S.

typhi bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan

bagian-bagian lain system retikuloendotial.

Semula disangka demam dan gejala-gejala

toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian-

eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan

merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala

toksemia pada demam tifoid. Endotoksin S. typhi

berperan pada patogenesis demam tifoid, karena

membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada

jaringan setempat S. typhi berkembang biak. Demam pada

tifoid disebabkan karena S. typhi dan endotoksinnya

merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan yang meradang.

5. Manifestasi Klinik

Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 – 14

hari. Gejala-gejala yang timbul sangat bervariasi.

Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia,

tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu.

Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari penyakit

ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran

penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Hal

Page 3: Lp Demam Tifoid

ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat

berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk

membuat diagnosis klinis demam tifoid.

Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan

gejala serupa dengan penyakit akut pada umumnya. Yaitu

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,

mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak

enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan

fisik hanya dijumpai suhu badan meningkat. Dalam

minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa

demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor

ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor),

hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan

mental berupa samnolen, stupor, koma, delirium atau

psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang

Indonesia.

8. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan leukosit

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

3. Biakan darah

4. Uji widal

Page 4: Lp Demam Tifoid

Hati-hati adanya postif dan negatif palsu pada hasil

pemeriksaan.

9. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga

bagian yaitu : Perawatan, Diet dan Obat-obatan.

1. Perawatan

Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah

sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan.

Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7

hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari.

Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap,

sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi

tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu

untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik

dan dekubitus.

Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan

karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi

air kemih.

Page 5: Lp Demam Tifoid

2. D i e t

Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi

bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi

sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena ada

pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.

Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian

makanan padat dini dapat diberikan dengan aman pada

pasien demam tifoid.

3. O b a t

Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah

:

a. Kloramfenikol

b. Thiamfenikol

c. Ko-trimoksazol

d. Ampisillin dan Amoksisilin

e. Sefalosporin generasi ketiga

f. Fluorokinolon.

Obat-obat simptomatik :

a. Antipiretika (tidak perlu diberikan secara

rutin).

b. Kortikosteroid (tapering off Selama 5 hari).

Page 6: Lp Demam Tifoid

Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk

menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta berperan

dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.

10. Diagnosa Keperawatan

1. Diare b/d inflamasi, iritasi dan malabsorpsi

usus, adanya toksin dan penyempitan segemental

usus ditandai dengan :

- Peningkatan bunyi usus/peristaltik.

- Defakasi sering dan berair (fase akut)

- Perubahan warna feses.

- Nyeri abdomen tiba-tiba, kram.

Tujuan :

- Klien akan melaporkan penurunan frekuensi

defakasi, konsistensi kembali normal.

- Klien akan mampu mengidentifikasi/menghindari

faktor pemberat.

Intervensi :

1. Observasi dan catat ferkuensi defakasi,

karekteristik, jumlah dan faktor pencetus.

Page 7: Lp Demam Tifoid

R/ : Membantu membedakan penyakit individu dan

mengkaji beratnya episode.

2. Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat

disamping tempat tidur.

R/ : Istirahat menurunkan motalitas usus

juga menurunkan laju metabolisme bila

infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.

Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa

tanda dan dapat tidak terkontrol,

peningkatan resiko inkontinensia/jatuh bila

alat-alat tidak dalam jangkauan tangan.

3. Buang feses dengan cepat dan berikan pengharum

ruangan.

R/ : Menurunkan bau tak sedap untuk

menghindari rasa malu klien.

4. Identifikasi makanan/cairan yang mencetuskan

diare.

R/ : Menghindari iritan dan meningkatkan

istirahat usus.

Page 8: Lp Demam Tifoid

5. Observasi demam, takhikardi, lethargi,

leukositosis/leukopeni, penurunan protein

serum, ansietas dan kelesuan.

R/ : Tanda toksik megakolon atau perforasi

dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi

memerlukan intervensi medik segera.

6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :

- Antikolinergik.

R/ : Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan

menurunkan sekresi digestif untuk

menghilangkan kram dan diare.

- Steroid

R/ : Diberikan untuk menurunkan proses

inflamasi.

- Antasida

R/ : Menurunkan iritasi gaster, mencegah

inflamasi dan menurunkan resiko infeksi

pada kolitis.

- Antibiotik

R/ : Mengobati infeksi supuratif lokal.

7. Bantu/siapkan intervensi bedah.

Page 9: Lp Demam Tifoid

R/ : Mungkin perlu bila perforasi atau

obstruksi usus terjadi atau penyakit tidak

berespon terhadap pengobatan medik.

2. Risiko kurang volume cairan b/d Kehilangan

banyak melalui rute normal (diare berat, muntah),

status hipermetabolik dan pemasukan terbatas.

Tujuan :

Klien akan menampakkan volume cairan

adekuat/mempertahankan cairan adekuat dibuktikan

oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan

pengisian kapiler baik, TTV stabil, keseimbangan

masukan dan haluaran dengan urine normal dalam

konsentrasi/jumlah.

Intervensi :

1. Awasi masukan dan haluaran urine, karakter

dan jumlah feces, perkirakan IWL dan hitung

SWL.

R/ : Memberikan informasi tentang

keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan

kontrol penyakit usus juga merupakan

pedoman untuk penggantian cairan.

Page 10: Lp Demam Tifoid

2. Observasi TTV.

R/ : Hipotensi (termasuk postural),

takikardi, demam dapat menunjukkan respon

terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.

3. Observasi adanya kulit kering berlebihan dan

membran mukosa, penurunan turgor kulit,

prngisisan kapiler lambat.

R/ : Menunjukkan kehilangan cairan

berlebihan/dehidrasi.

4. Ukur BB tiap hari.

R/ : Indikator cairan dan status nutrisi.

5. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring

dan hindari kerja.

R/ : Kolon diistirahatkan untuk

penyembuhan dan untuk menurunkan

kehilangan cairan usus.

6. Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung

R/ : Kehilangan cairan berlebihan dapat

menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit.

Gangguan minor pada kadar serum dapat

mengakibatkan adanya dan/atau gejala

ancaman hidup.

Page 11: Lp Demam Tifoid

7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :

- Cairan parenteral, transfusi darah sesuai

indikasi.

R/ : Mempertahankan istirahat usus akan

memerlukan penggatntian cairan untuk

memperbaiki kehilangan/anemia.

- Anti diare.

R/ : Menurunkan kehilangan cairan dari

usus.

- Antiemetik

R/ : Digunakan untuk mengontrol

mual/muntah pada eksaserbasi akut.

- Antipiretik

R/ : Mengontrol demam. Menurunkan IWL.

- Elektrolit tambahan

R/ : Mengganti kehilangan cairan melalui

oral dan diare.

Page 12: Lp Demam Tifoid

3. Konstipasi b/d masukan cairan buruk, diet rendah

serat dan kurang latihan, inflamasi, iritasi,

ditandai dengan :tidak ada feses.

Tujuan :

Klien akan menampakkan/melaporkan kembali pola

fungsi usus yang normal.

Intervensi :

1. Observasi bisisng usus.

R/ :Kembalinya fungsi GI mungkin terlambat

oleh inflamasi intraperitoneal, obat-

obatan. Adanya bunyi abnormal menunjukkan

adanya komplikasi.

2. Amati adanya keluhan nyeri abdomen.

R/ : Mungkin berhubungan adanya distensi gas

atau terjadinya komplikasi.

3. Observasi gerakan usus. Amati feses,

konsistensi, warna dan jumlah.

R/ : Indikator kembalinya fungsi GI,

mengidentifikasi ketepatan intervensi.

4. Anjurkan makanan/cairan yang tidak mengiritasi

bila masukan oral diberikan.

R/ : Menurunkan risiko iritasi mukosa.

Page 13: Lp Demam Tifoid

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

pelunak feses, supositoria

gliserin sesuai indikasi.

R/ : Mungkin perlu untuk merangsang

peristaltik dengan perlahan/evakuai

feses.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan

absorbsi nutrien, status hipermetabolik, secara

medik masukan dibatasi ditandai dengan :

- Penurunan BB, penurunan lemak subkutan/massa

otot, tonus otot buruk.

- Bunyi usus hiperaktif.

- Konjungtiva dan membran mukosa pucat.

- Menolak untuk makan.

Tujuan :

Klien akan menunjukkan/menampakkan BB stabil atau

peningkatan BB sesuai sasaran dan tidak ada

tanda-tanda malnutrisi.

Intervensi :

1. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi.

R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan

diet/keefektifan terapi.

Page 14: Lp Demam Tifoid

2. Dorong tirah baring dan/atau pembatasan

aktifitas selama fase sakit akut.

R/ : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk

mencegah penurunan kalori

dan simpanan energi.

3. Anjurkan istirahat sebelum makan.

R/ : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan

energi untuk makan.

4. Berikan kebersihan mulut terutama sebelum

makan.

R/ : Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa

makanan.

5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

R/ : Lingkungan yang nyaman menurunkan stress

dan lebih kondusif untuk

makan.

6. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram

abdomen, flatus.

R/ : Mencegah serangan akut/eksaserbasi

gejala.

Page 15: Lp Demam Tifoid

7. Dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah

mulai makanan/diet.

R/ : Keragu-raguan untuk makan mungkin

diakibatkan oleh takut makan

akan menyebabkan eksaserbasi gejala.

8. Kolaborasi dengan tim gizi/ahli diet sesuai

indikasi, mis : cairan jernih berubah menjadi

makanan yang dihancurkan, rendah sisa, protein

tinggi, tinggi kalori dan rendah serat.

R/ : Memungkinkan saluran usus untuk mematikan

kembali proses pencernaan. Protein perlu

untuk penyembuhan integritas jaringan.

Rendah serat menurunkan respon peristaltik

terhadap makanan.

9. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian :

- Preparat Besi.

R/ : Mencegah/mengobati anemi.

- Vitamin B12

R/ : Penggantian mengatasi depresi sumsum

tulang karena proses inflamasi lama,

Meningkatkan produksi SDM/memperbaiki

anemia.

Page 16: Lp Demam Tifoid

- Asam folat.

R/ : Kehilangan folat umum terjadi akibat

penurunan masukan/absopsi.

- Nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai

indikasi.

R/ : Program ini mengistirahatkan GI sementara

memberikan nutrisi

penting.