LP CVA

32
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN LAPORAN INDIVIDU Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medikal di Ruang Unit Stroke RST. dr Soepraoen Oleh : Nadhira Wahyu Lestari 115070205111003 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

description

stroke

Transcript of LP CVA

Page 1: LP CVA

RENCANA KEGIATAN MINGGUANLAPORAN INDIVIDU

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medikal di Ruang Unit Stroke RST. dr Soepraoen

Oleh :Nadhira Wahyu Lestari

115070205111003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2016

Rencana Kegiatan Mingguan

Page 2: LP CVA

(RKM)

Departemen : Medikal Persepti : Nadhira Wahyu LestariPeriode : 14-20 Maret 2016 Preseptor : Ruang : Unit Stroke

A. Target yang ingin dicapaiDapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien cerebral vascular accident, selama 1 minggu (22-28 Februari 2016):1. Dapat melakukan pengkajian pada pasien 2. Mampu menganalisis data yang didapat3. Mampu membuat prioritas masalah pada pasien 4. Mampu menentukan tujuan dan kriteria hasil dari prioritas masalah5. Mampu membuat rencana intervensi6. Mampu mengimplementasikan renpra, yaitu:

Membantu mempersiapkan pemeriksaan laboratorium Melakukan pemeriksaan EKG Memasang alat monitor jantung Memasang atau melepas kateter urin Memasang atau melepas NGT Melakukan kumbah lambung Mengidentifikasi hematuria Melakukan injeksi obat sesuai indikasi

7. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatanB. Rencana kegiatanTIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria hasil1 Melakukan pengkajian pada klien

sesuai dengan kasus, meliputi:- Komunikasi terapeutik Pengkajian Fisik Data Penunjang Menganalisis data dari hasil

pengkajian

Menetapkan diagnosa dan prioritas masalah keperawatan

Hari ke 1 BHSP dan data yang diperoleh dapat mewakili kondisi klien.

Data dianalisis menjadi diagnosa keperawatan

Diagnosa sesuai dengan kondisi aktual pasien

4 Menetapkan tujuan sesuai kriteria hasil Memantau kebutuhan cairan

pasien Melakukan perawatan sesuai

diagnosa pasien Memberikan obat via IM/IV/SC

Hari ke 1-5 Tujuan dan kriteria hasil yang sesuai dengan kondisi klien

5 Mencari literature untuk membuat intervensi keperawatan

Hari ke 1-6 Literatur memberikan informasi intervensi keperawatan yang tepat sesuai kondisi klien

6 Melakukan implementasi Hari ke 1-6 Dapat melakukan prosedur tindakan sesuai

Page 3: LP CVA

dengan SOP7 Mengevaluasi setiap tindakan yang

dilakukan dan evaluasi proses keperawatan secara keseluruhan

Hari ke 1-6 Evaluasi berdasarakan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan

8 Melakukan skill/keterampilan sebagai berikut:A. Mengambil darah vena dan

arteriB. Melakukan tes kulit (tes alergi)C. Melakukan injeksi IV, IM, SC, ICD. Menghitung balance cairanE. Melakukan monitoring nutrisiF. Membantu eliminasi (urin, alvi)G. Melakukan monitoring nutrisiH. Memasang atau melepas kateter

UrineI. Memasang atau melepas NGTJ. Melakukan personal hygieneK. Mengukur GCSL. Menghitung MAP,CTR dan GFR

Hari ke 1-6 Melakukan tindakan sesuai dengan SOP

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

D. Evaluasi Diri Praktikan

E. Rencana Tindak Lanjut

Mengetahui, Preceptor Klinik R. Unit Stroke RST Supraoen

(.........................................)

Malang, 15 Maret 2016 Mahasiswa

(............................................)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Cerebral Vascular Accident (CVA)

Page 4: LP CVA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Emergency di IGD RS dr. ISKAK Tulungagung

OLEH :NADHIRA WAHYU LESTARI

115070205111003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

BRAWIJAYAMALANG

2016

LEMBAR PENGESAHANLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Cerebral Vascular Accident (CVA)

Page 5: LP CVA

Oleh :Nadhira Wahyu LestariNIM. 115070205111003

Telah diperiksa dan disetujui pada :Hari :Tanggal :

Pembimbing Akademik

( ……………………… )

Pembimbing Klinik

( ……………………… )

PEMBAHASAN

I. DEFINISICerebrovascular accident (CVA) atau stroke merupakan kelainan fungsi otak yang

timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak. Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang

Page 6: LP CVA

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).

Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkaniskemia. Stroke trombotik terjadi dari cedera pada dinding pembuluh darah dan pembentukan bekuan darah. Lumen pembuluh darah menjadi menyempit dan, jika itu menjadi tersumbat, infark terjadi. Trombosis mudah berkembang di mana plak aterosklerotik telah menyempitkan pembuluh darah. Stroke trombotik, yang merupakan hasil dari trombosis atau penyempitan pembuluh darah, adalah penyebab paling umum dari stroke, terhitung sekitar 60% dari stroke. Dua pertiga dari stroke trombotik berhubungan dengan hipertensi atau diabetes mellitus, yang keduanya mempercepat aterosklerosis. Dalam 30% - 50% dari individu, stroke trombotik didahului oleh TIA.

Luasnya stroke tergantung pada kecepatan onset, ukuran daerah yang rusak, dan adanya sirkulasi kolateral. Kebanyakan pasien stroke iskemik tidak memiliki tingkat penurunan Kesadaran dalam 24 jam pertama, kecuali itu adalah karena stroke batang otak atau kondisi lain seperti kejang, peningkatan ICP, atau perdarahan. Gejala stroke iskemik dapat berlanjut dalam 72 jam pertama sebagai infark dan peningkatan edema serebral (Lewis dkk., 2013).

II. KLASIFIKASISecara patologi, stroke dibedakan menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

Stroke Iskemik (Stroke yang terjadi ketika pembuluh darah ke otak mengalami penyumbatan).Penyebab terjadinya penyumbatan dapat terjadi karena thrombus (bekuan darah di arteri serebril. Misal: atherosklerosis) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh).Berdasarkan waktunya, stroke iskemik dibedakan menjadi :a) Transient Ischaemic Attack (TIA) Gangguan fungsi otak singkat yang reversibel akibat

hipoksia serebral.Defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari 30 menit.

b) Reversible Ischaemic Neurogical Deficit (RIND)Defisit neurologis membaik kurang dari 1 minggu.

Sedangkan, berdasarkan penyebabnya, stroke iskemik dibedakan menjadi :a) Stroke Trombotik

Terjadi akibat oklusi aliran darah, biasanya karena atherosclerosis berat. Seringkali, individu mengalami satu/lebih serangan iskemik sementara (TIA) sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA mungkin terjadi ketika pembuluh darah atherosklerotik mengalami spasme, atau saat kebutuhan O2 otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi. Stroke trombotik biasanya berkembang dalam periode 24 jam. Selama periode perkembangan stroke, individu dikatakan mengalami stroke in evolution. Pada akhir periode tersebut, individu dikatakan mengalami stroke lengkap (completed stroke). Ada dua jenis stroke trombotik : 1) Trombosis pembuluh darah besar (large vessel thrombosis), bentuk paling umum

dari stroke trombotik, terjadi di arteri besar otak (termasuk sistem arteri karotis).

Page 7: LP CVA

Dampak dan kerusakan cenderung diperbesar karena semua pembuluh darah kecil yang disuplai arteri telah dicabut dari darah. Dalam kebanyakan kasus, trombosis pembuluh besar disebabkan oleh kombinasi dari penumpukan plak jangka panjang (aterosklerosis) diikuti oleh pembentukan gumpalan darah yang cepat. Kolesterol tinggi merupakan faktor risiko umum untuk jenis stroke.

2) Trombosis pembuluh darah kecil (infark lacunar) terjadi ketika aliran darah tersumbat untuk pembuluh darah arteri kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Ini telah dikaitkan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.

b) Stroke EmbolikBerkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke: jantung setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis komunis atau aorta.

Stroke Hemoragik (Stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang menuju ke otak).o Perdarahan Intraserebral (pada jaringan otak)

a) Primer (80-85%) karena hipertensi tak terkendali.b) Sekunder (15-20%) karena kelainan pembuluh darah (aneurisma atau

malformasi arteriovenosa), penggunaan anti koagulan, penyakit hati, dan penyakit sistem darah (Leukimia).

o Perdarahan Subarachnoid (di bawah jaringan pembungkus otak)(Corwin, 2009; Dewanto dkk., 2009; Muttaqin, 2008; Pinzon & Asanti, 2010)

Page 8: LP CVA
Page 9: LP CVA

III. ETIOLOGIThrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini

dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setetah thrombosis.Beberapa keadaan yang menyebabkan trombosis otak:

1. AtherosklerosisAtherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan

atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :a. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.c. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus

(embolus)d. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi

perdarahan.2. Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

3. Arteritis( radang pada arteri )

IV. FAKTOR RESIKOStroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor risikonya. Faktor risiko stroke ada

yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup atau secara medic. Menurut Sacco 1997, Goldstein 2001, faktor-faktor risiko pada stroke adalah :1. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko mayor yang dapat diobati. Insidensi stroke bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan darah dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg, baik pada stroke iskemik, perdarahan intrakranial maupun perdarahan subarachnoid.

2. Penyakit jantungMeliputi penyakit jantung koroner, kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, aritmia jantung dan atrium fibrilasi merupakan faktor risiko stroke.

3. Diabetes mellitusDiabetes mellitus adalah faktor risiko stroke iskemik. Resiko pada wanita lebih besar daripada pria. Bila disertai hipertensi, risiko menjadi lebih besar.

4. Viskositas darahMeningkatnya viskositas darah baik karena meningkatnya hematokrit maupun fibrinogen akan meningkatkan risiko stroke.

5. Pernah stroke sebelumnya atau TIA (Trancient Ischemic Attack)50% stroke terjadi pada penderita yang sebelumnya pernah stroke atau TIA. Beberapa laporan menyatakan bahwa 1/3 penderita TIA kemungkinan akan mengalami TIA ulang, 1/3 tanpa gejala lanjutan dan 1/3 akan mengalami stroke.

6. Peningkatan kadar lemak darah

Page 10: LP CVA

Ada hubungan positif antara meningkatnya kadar lipid plasma dan lipoprotein dengan aterosklerosis serebrovaskular; ada hubungan positif antara kadar kolesterol total dan trigliserida dengan risiko stroke; dan ada hubungan negatif antara menigkatnya HDL dengan risiko stroke.

7. Merokok; Risiko stroke meningkat sebanding dengan banyaknya jumlah rokok yang dihisap per hari.

8. ObesitasSering berhubungan dengan hipertensi dan gangguan toleransi glukosa. Obesitas tanpa hipertensi dan DM bukan merupakan faktor risiko stroke yang bermakna.

9. Kurangnya aktivitas fisik/olahragaAktivitas fisik yang kurang memudahkan terjadinya penimbunan lemak. Timbunan lemak yang berlebihan akan menyebabkan resistensi insulin sehingga akan menjadi diabetes dan disfungsi endote.

10. Usia tuaUsia berpengaruh pada elastisitas pembuluh darah. Makin tua usia, pembuluh darah makin tidak elastis. Apabila pembuluh darah kehilangan elastisitasnya, akan lebih mudah mengalami aterosklerosis.

11. Jenis kelamin (pria > wanita), Ras (kulit hitam > kulit putih)

V. PATOFISIOLOGI (terlampir)VI. MANIFESTASI KLINISBerikut adalah gejala penyakit stroke : Rasa lemas secara tiba-tiba pada wajah, lengan, atau kaki, seringkali terjadi pada salah satu

sisi tubuh. Mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh. Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan. Kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua mata. Kesulitan berjalan, pusing, hilang keseimbangan. Sakit kepala parah tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau pingsan.(Kemenkes RI, 2014)

Page 11: LP CVA

Berikut adalah tabel perbedaan stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik (Muttaqin, 2008) :

Page 12: LP CVA

VII. KOMPLIKASISebuah stroke kadang-kadang dapat menyebabkan cacat sementara atau permanen, tergantung pada berapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian mana yang terpengaruh. Komplikasi dapat mencakup :a. Kelumpuhan atau hilangnya gerakan otot

Penderita mungkin menjadi lumpuh di satu sisi tubuh, atau kehilangan kontrol otot tertentu, seperti yang di satu sisi wajah atau satu lengan. Terapi fisik dapat membantu penderita kembali ke aktivitas yang terhambat oleh kelumpuhan, seperti berjalan, makan dan berpakaian.

b. Kesulitan berbicara atau menelanStroke dapat menyebabkan penderita memiliki sedikit kontrol atas kerja otot mulut dan tenggorokan untuk bergerak, sehingga sulit untuk berbicara dengan jelas (dysarthria), menelan atau makan (disfagia). Penderita juga mungkin mengalami kesulitan dengan bahasa (aphasia), termasuk berbicara, membaca atau menulis. Terapi dengan bicara dan bahasa patolog dapat membantu.

c. Kehilangan memori atau kesulitan berpikirBanyak orang yang telah mengalami stroke mengalami beberapa kehilangan memori. Mungkin memiliki kesulitan dalam berpikir, membuat penilaian, penalaran dan konsep pemahaman.

d. Masalah emosionalOrang-orang yang telah mengalami stroke mungkin memiliki lebih banyak kesulitan mengendalikan emosi mereka, atau mungkin depresi meningkat.

e. Rasa sakitOrang yang mengalami stroke mungkin memiliki rasa sakit, mati rasa atau sensasi aneh lainnya di bagian tubuh mereka yang terkena stroke. Sebagai contoh, jika stroke menyebabkan kehilangan rasa di lengan kiri, penderita dapat merasa kesemutan di lengan itu.

f. Penderita mungkin juga sensitif terhadap perubahan suhu, terutama dingin yang ekstrim setelah stroke. Komplikasi ini dikenal sebagai nyeri stroke yang pusat atau sindrom nyeri sentral. Kondisi ini umumnya berkembang beberapa minggu setelah stroke, dan mungkin meningkat dari waktu ke waktu. Tetapi karena rasa sakit yang disebabkan oleh masalah di otak, daripada luka fisik, ada beberapa perawatan.

g. Perubahan perilaku dan kemampuan perawatan diri Orang-orang yang telah mengalami stroke mungkin menjadi lebih menarik diri dan kurang sosial atau lebih impulsif. Mereka mungkin memerlukan bantuan dengan perawatan dan tugas sehari-hari.

(Mayo Clinic, 2015)

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan radiologis

a. CT-ScanPada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan

otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-Scan dapat mendeteksi lebih dari 90% kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Page 13: LP CVA

Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-Scan. MRI juga dapat digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran.

2. Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi beberapa

parameter yaitu hematologi lengkap, kadar gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin, profil lipid, enzim jantung, analisis gas darah, protrombin time (PT) dan activated thromboplastin time (aPTT), kadar fibrinogen serta D-dimer. Polisitemia vera dan trombositemia esensial merupakan kelainan darah yang dapat

menyebabkan stroke. Polisitemia, nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan hiperviskositas dan mempengaruhi darah otak.

Trombositemia meningkatkan kemungkinan terjadinya agregasi dan terbentuknya trombus. Kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya hipoglikemia dan hiperglikemia dimana dapat dijumpai gejala neurologis.

Pemeriksaan elektrolit bertujuan mendeteksi gangguan natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat menyebabkan depresi susunan saraf pusat.

Analisis gas darah perlu dilakukan untuk mendeteksi penyebab metabolik, hipoksia dan hiperkapnia.

Profil lipid dan enzim jantung untuk menilai faktor resiko stroke. PT dan aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi serta monitoring terapi.

D-dimer diperiksa untuk mengetahui aktivitas fibrinolisis. Angiografi serebri : Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.

Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya

hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

CT scan : Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark/iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.

MRI (Magnetic Imaging Resonance) : Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

USG Doppler : Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis). EEG : Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga

menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak. Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat

mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.

Page 14: LP CVA

Pemeriksaan darah lengkap : Mencari kelainan pada darah.(Muttaqin, 2008)

Pemeriksaan Fisik NeurologisPersiapan Alat Pemeriksaan Fisik Neurologis1. Refleks hammer2. Garputala3. Kapas dan lidi4. Penlight atau senter kecil5. Opthalmoskop6. Jarum steril7. Spatel tongue8. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin9. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh10. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum11. Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka12. Baju periksa13. Sarung tangan

A. Pemeriksaan Saraf Kranial1. Fungsi saraf kranial I (N. Olfaktorius)

Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.

2. Fungsi saraf kranial II (N. Optikus)a. Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan.

Periksa ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart untuk jarak jauh.

b. Periksa lapang pandang: Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan mata yang berlawanan dengan mata klien. Gunakan benda yang berasal dari arah luar klien dank lien diminta , mengucapkan ya bila pertama melihat benda tersebut. Ulangi pemeriksaan yang sama dengan mata yang sebelahnya. Ukur berapa derajat kemampuan klien saat pertama kali melihat objek. Gunakan opthalmoskop untuk melihat fundus dan optic disk (warna dan bentuk)

3. Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear dan Abdusen)a. Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungtiva, dan

ptosis kelopak matab. Pada pupil diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya

perdarahan pupilc. Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi cardinal)

yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk pemeriksa dengan bolamatanya

4. Fungsi saraf kranial V (N. Trigeminus)

Page 15: LP CVA

a. Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah maxilla, mandibula dan frontal dengan mengguanakan kapas. Minta klien mengucapkan ya bila merasakan sentuhan, lakukan kanan dan kiri.

b. Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga area wajah tadi dan minta membedakan benda tajam dan tumpul.

c. Dengan mengguanakan suhu panas dan dingin juag dapat dilakukan diketiga area wajah tersebut. Minta klien menyebabkanutkan area mana yang merasakan sentuhan. Jangan lupa mata klien ditutup sebelum pemeriksaan.

d. Dengan rasa getar dapat pukla dilakukan dengan menggunakan garputala yang digetarkan dan disentuhkan ke ketiga daerah wajah tadi dan minta klien mengatakan getaran tersebut terasa atau tidak

e. Pemerikasaan corneal dapat dilakukan dengan meminta klien melihat lurus ke depan, dekatkan gulungan kapas kecil dari samping kea rah mata dan lihat refleks menutup mata.

f. Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan rahang dan merapatkan gigi periksa otot maseter dan temporalis kiri dan kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien melakukan gerakan mengunyah dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.

5. Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis)a. Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke

ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asamb. Fungsi motorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat kedua

alis berbarengan, menggembungkan pipi. Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian atas dan bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan coba untuk membukanya, minta pula klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua jari.

6. Fungsi saraf kranial VIII (N. Vestibulokoklear)a. cabang vestibulo dengan menggunakan test pendengaran mengguanakan

weber test dan rhinne testb. Cabang choclear dengan rombreng test dengan cara meminta klien berdiri

tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh, lalu observasi adanya ayunan tubuh, minta klien menutup mata tanpa mengubah posisi, lihat apakah klien dapat mempertahankan posisi

7. Fungsi saraf kranial IX dan X (N. Glosovaringeus dan Vagus)a. Minta klien mengucapkan aa lihat gerakan ovula dan palatum, normal bila uvula

terletak di tengan dan palatum sedikit terangkat.b. Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang faring

menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring.c. Periksa aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel;an air sedikit,

observasi gerakan meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat klien berbicara.

8. Fungsi saraf kranial XI(N. Asesoris)a. Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan kedua bahu

secara bersamaan dan observasi kesimetrisan gerakan.b. Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien menoleh ke

kanan dan ke kiri, minta klien mendekatkan telinga ke bahu kanan dan kiri bergantian tanpa mengangkat bahu lalu observasi rentang pergerakan sendi

Page 16: LP CVA

c. Periksa kekuatanotottrapezius dengan menahan kedua bahu klien dengan kedua telapak tangan danminta klien mendorong telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya ke atas, perhatikan kekuatan daya dorong.

d. Periksa kekuatan otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien untuk menoleh kesatu sisi melawan tahanan telapak tangan pemeriksa, perhatikan kekuatan daya dorong

9. Fungsi saraf kranial XII (N. Hipoglosus)a. Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan, observasi

kesimetrisan gerakan lidahb. Periksa kekuatan lidah dengan meminta klien mendorong salah satu pipi

dengan ujung lidah, dorong bagian luar pipi dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua jari, observasi kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain

B. Pemeriksaan Fungsi MotorikSistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks cerebri, impuls berjalan ke kapsula interna, bersilangan di batang traktus pyramidal medulla spinalis dan bersinaps dengan lower motor neuron.Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan kekuatan.

1. Massa otot : hypertropi, normal dan atropi2. Tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada berbagai

persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara berganti-ganti dan berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga yang agak menahan pergerakan pasif sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.a. Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. Keadaan otot

disebut kaku. Bila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama. Pada tiap gerakan pasif dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana kekuatan otot tidak tetap tapi bergelombang dalam melakukan fleksi dan ekstensi extremitas klien.

b. Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji tahanan terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan tangan.

c. Normal, terhadap tahanan pasif yang ringan / minimal dan halus.3. Kekuatan otot :

Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif menahan tenaga yang ditemukan oleh pemeriksa. Otot yang diuji biasanya dapat dilihat dan diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memiliki nilai 0 – 5)0 = tidak ada kontraksi sama sekali.1 = gerakan kontraksi.2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau

gravitasi.3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.5 = kekuatan kontraksi yang penuh.

Page 17: LP CVA

C. Pemeriksaan Fungsi SensorikPemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara

pemeriksaan sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain (tetapi ada yang menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena pasien belum lelah dan masih bisa konsentrasi dengan baik).

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi respon klien terhadap beberapa stimulus. Pemeriksaan harus selalu menanyakan kepada klien jenis stimulus.

Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai perasaan geli (tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa dingin (coldness) atau perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang keluhan motorik (kelemahan otot, twitching / kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya) disajikan oleh klien sebagai keluhan sensorik. Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:

1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada perlengkapan refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.

2. Kapas untuk rasa raba.3. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.4. Garpu tala, untuk rasa getar.5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti :

a. Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.b. Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya), untuk

pemeriksaan stereognosisc. Pen / pensil, untuk graphesthesia.

D. Pemeriksaan Fungsi RefleksPemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :0 = tidak ada respon1 = hypoactive / penurunan respon, kelemahan (+)2 = normal (++)3 = lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal (+++)4 = hyperaktif, dengan klonus (++++)Refleks-refleks yang diperiksa adalah :

1. Refleks patellaPasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih 300.

Tendon patella (di tengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.

2. Refleks bicepsLengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan lengan bawah ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul dengan refleks hammer.Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu.

3. Refleks triceps

Page 18: LP CVA

Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 , tendon triceps diketok dengan refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas olekranon).Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebabkanar keatas sampai otot-otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.

4. Refleks AchillesPosisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan/disilangkan di atas tungkai bawah kontralateral.Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki.

5. Refleks abdominalDilakukan dengan menggores abdomen di atas dan di bawah umbilikus. Kalau digores seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.

6. Refleks BabinskiMerupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit traktus kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon Babinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.

Pemeriksaan khusus sistem persarafan, untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada meningitis) dilakukan pemeriksaan :1. Kaku kuduk

Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada, kaku kuduk positif (+).

2. Tanda Brudzinski ILetakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada klien untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan kedada secara pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

3. Tanda Brudzinski IITanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.

4. Tanda KernigFleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas.Kernig (+) bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.

5. Test LasequeFleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m. ischiadicus.

Page 19: LP CVA

Mengkaji abnormal postur dengan mengobservasi :a. Decorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal.

Tampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua pergelangan tangan dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar kedalam dan kaki plantar fleksi.

b. Decerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau diencephalon.Leher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi dan menutup kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.

IX. PENATALAKSANAAN MEDIS1. Penatalaksanaan Medis

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:

Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan penghisapan lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernapasan.

Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha memperbaiki hipertensi dan hipotensi.

b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantungc. Merawat kandung kemih, serta sedapat mungkin jangan memakai kateterd. Menempatkan klien pada posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin. Posisi

klien harus diubah setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.2. Pengobatan Konservatif

a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan

b. Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverin intraarterialc. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat

penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi. d. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya

thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskular.3. Pengobatan Pembedahan

a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.

b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.

c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khusunya pada aneurisma.

X. ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

1. Keluhan utamaDidapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak

dapat berkomunikasi. 2. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang

Page 20: LP CVA

sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Sedangkan stroke infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat atau bangun pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang dan tidak muntah, kesadaran masih baik.

3. Riwayat penyakit dahuluAdanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat

trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

4. Riwayat penyakit keluargaBiasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

5. Pola-pola fungsi kesehatana. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.b. Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut, kehilangan sensasi pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai dengan kesulitan menelan, obesitas

c. Pola eliminasiGejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

d. Pola aktivitas dan latihanGejala menunjukkan danya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,

kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah. Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.

e. Pola tidur dan istirahatBiasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot

f. Pola hubungan dan peranAdanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

g. Pola persepsi dan konsep diriKlien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.

h. Pola sensori dan kognitifPada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.

6. Pemeriksaan fisik Keadaan umum

Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa

bicara Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

Pemeriksaan integumen Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan

maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu

Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

Page 21: LP CVA

Rambut : umumnya tidak ada kelainan Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala : bentuk normocephalik Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi Leher : kaku kuduk jarang terjadi

Pemeriksaan dada Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan, adanya hambatan jalan nafas. Merokok merupakan faktor resiko.

Pemeriksaan abdomen Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.

Pemeriksaan inguinal, genetalia, anusKadang terdapat incontinensia atau retensio urine

Pemeriksaan ekstremitasSering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

Pemeriksaan neurologi

Page 22: LP CVA

B. RENCANA INTERVENSINo. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi 1. Ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral

NOC :Circulation statusTissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :1. mendemonstrasikan status sirkulasi

yang ditandai dengan : Tekanan systole dandiastole

dalam rentang yang diharapkan Tidak ada ortostatikhipertensi Tidk ada tanda tanda

peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)

2. mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:

berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan

menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

memproses informasi membuat keputusan dengan

benar3. menunjukkan fungsi sensori motori

cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter

NIC :Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan intrakranial) Berikan informasi kepada keluarga Set alarm Monitor tekanan perfusi serebral Catat respon pasien terhadap stimuli Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap aktivitas Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal Monitor intake dan output cairan Restrain pasien jika perlu Monitor suhu dan angka WBC Kolaborasi pemberian antibiotik Posisikan pasien pada posisi semifowler Minimalkan stimuli dari lingkungan

Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap

panas/dingin/tajam/tumpul Monitor adanya paretese Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi Gunakan sarun tangan untuk proteksi Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung Monitor kemampuan BAB Kolaborasi pemberian analgetik Monitor adanya tromboplebitis Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

2. Nyeri NOC : Pain Level, pain control, comfort level

Kriteria Hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang

NIC :A. Pain Management

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

Page 23: LP CVA

dengan menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter

personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

3 Hambatan Mobilitas Fisik

NOC : Joint Movement : Active Mobility Level Self care : ADLs Transfer performance

Kriteria Hasil : Klien meningkat dalam aktivitas fisik Mengerti tujuan dari peningkatan

mobilitas Memverbalisasikan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC :Exercise therapy : ambulation Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan

kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai

kemampuan Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. Ajarkan pasien baimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

Page 24: LP CVA

DAFTAR PUS TAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Dewanto, dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.

Lewis, dkk. 2013. Medical-Surgical Nursing :Assesment and Management of Clinical Problems. Ed. 9.

Missouri : Mosby Elsevier.

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pengendalian Stroke. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak

Menular.

Mayo Clinic. 2015. Stroke. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/stroke/symptoms-

causes/dxc-20117265. Diakses tanggal 14 November 2015 pukul 20.16 WIB.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Salemba

Medika: Jakarta

Pinzon, Rizaldy & L. Asanti. 2010. AWAS STROKE! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan dan

Pencegahan. Yogyakarta: Andi.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta

Sacco, dkk. 1997. Stroke : Risk Factors. http://stroke.ahajournals.org/content/28/7/1507.full.

Diakses tanggal 15 November 2015 pukul 13.23 WIB.

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Page 25: LP CVA

PATOFISIOLOGI

Disfungsi N.XI (Assesoris)

Defisit perawatan diri

Kegagalan menggerakkan anggota tubuh

fungsi motorik, anggota gerak muskuloskeletal

Arteri cerebri mediaKerusakan neurocerebrospinal, N. VII (Fasialis), N. IX (Glossofaringeus), N.

XII (Hipoglosus)

Hambatan Mobilitas Fisik

Kelemahan pada 1/ ke-4 anggota gerak

fungsi motorik, anggota gerak muskuloskeletal

Disfungsi N.XI (Assesoris)

Arteri vertebro basilaris

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Disfagia anoreksia

refluks

Proses menelan tidak efektif

fungsi N. X (Vagua), N.IX (glossofaringeus)

Gangguan perubahan persepsi sensori

Ketidakmampuan menghidung, melihat, mengecap

Perubahan ketajaman sensori penghidung,penglihatan dan

pengecap

Kerusakan neurologis, defisit N. I (Olfaktorius), N.II

Optikus), N. IV ((Troklearis), N. XII (Hipoglosus)

Hambatan Komunikasi Verbal

Kerusakan berbicara, artikular, tidak dapat berbicara (disartria)

Kontrol otot fasial, oral menjadi lemah

Ketidakefektifan perfusi jaringan

serebralNyeriTIK

Penurunan suplai darah dan oksigen ke otak

Proses metabolisme dalam otak terganggu

Herniasi

Stroke hemoragik

Kompresi jaringan otak

Pembuluh darah menjadi kaku, lalu pecah

Thrombus cerebral

Stroke non hemoragik Emboli

Mengikuti aliran darah

aterosklerosis

Edema serebral

Cairan plasma hilang

Endotil rusak

Eritrosit bergumpal

turbulensi

Aliran darah lambat

Penyempitan pembuluh darah (oklusi vaskuler)

Menjadi kapur/mengandung koleerol dengan infiltrasi

limfosit (trombus)

Lemak yang sudah nekrotik dan

berdegenarasi

Penimbunan lemak/kolesterol yang

meningkat dalam darah

Riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, merokok, stres, gaya

hidup, obesitas,kolesterol