Lp Bagus Gbs

download Lp Bagus Gbs

of 33

Transcript of Lp Bagus Gbs

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    1/33

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

    GUILLAIN BARRE SYNDROME

    disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners

    Stase Keperawatan Medikal Bedah

    oleh

    Bagus Setyo Prabowo S!Ke"!

    NIM #$%&'''#'#'#

    PROGRAM PENDIDIKAN PRO(ESI NERS

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNI)ERSITAS *EMBER

    %#'+

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    2/33

    LAPORAN PENDAHULUAN

    GUILLAIN BARRE SYNDROME

    O,e-. Bagus Setyo Prabowo S!Ke"!

    NIM! #$%&'''#'#'#

    '! Kasus (diagnosa medis)

    Guillain Barre Syndrome

    %! Proses ter/a012ya 3asa,a- (pengertian, penyebab, patofisiologi, tanda &

    gejala, penanganan)

    a! Pe2gert1a2Guillain Barre Syndromemerupakan sindrom klinis yang ditunjukkan

    oleh onset (awitan) akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf tepi dan

    kranial. roses penyakit men!angkup demielinisasi dan degenerasi selaput

    mielin dari saraf tepi dan kranial (Syl"ia #.ri!e dan $orraine %. ilson,

    ').

    Guillain Barre Syndromeadalah suatu kelainan sistem saraf akut dan

    difus yang biasanya timbul setelah suatu infeksi atau diakibatkan oleh

    autoimun, di mana proses imunologis tersebut langsung mengenai radiks

    spinalis dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis. Saraf yang

    diserang bukan hanya yang mempersarafi otot, tetapi bisa juga indera peraba

    sehingga penderita mengalami baal atau mati rasa.

    K,as1415as1

    '. *adang polineuropati demyelinasi akut (#+), yang merupakan jenis

    GBS yang paling banyak ditemukan, dan sering disinonimkan dengan

    GBS. isebabkan oleh respon autoimun yang menyerang membrane

    sel S!hwann.

    . Sindroma %iller isher (%S), merupakan "arian GBS yang jarang

    terjadi dan bermanifestasi sebagai paralisis desendens, berlawanan

    dengan jenis GBS yang biasa terjadi. /mumnya mengenai otot-otot

    okuler pertama kali dan terdapat trias gejala, yakni oftalmoplegia,

    ataksia, dan arefleksia.

    0. 1europati aksonal motorik akut (#%#1) atau sindroma paralitik

    2ina3 menyerang nodus motorik *an"ier dan sering terjadi di 2ina

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    3/33

    dan %eksiko. 4al ini disebabkan oleh respon autoimun yang

    menyerang aksoplasma saraf perifer. enyakit ini musiman dan

    penyembuhan dapat berlangsung dengan !epat.

    5. 1europati aksonal sensorimotor akut (#%S#1), mirip dengan

    #%#1, juga menyerang aksoplasma saraf perifer, namun juga

    menyerang saraf sensorik dengan kerusakan akson yang berat.

    enyembuhan lambat dan sering tidak sempurna.

    . 1europati panautonomik akut, merupakan "arian GBS yang paling

    jarang3 dihubungkan dengan angka kematian yang tinggi, akibat

    keterlibatan kardio"askular dan disritmia.6. 7nsefalitis batang otak Bi!kerstaff8s (BB7), ditandai oleh onset akut

    oftalmoplegia, ataksia, gangguan kesadaran, hiperefleksia atau refleks

    Babinski. erjalanan penyakit dapat monofasik ataupun diikuti fase

    remisi dan relaps. $esi luas dan ireguler terutama pada batang otak,

    seperti pons, midbrain, dan medulla. %eskipun gejalanya berat,

    namun prognosis BB7 !ukup baik.

    b! Et1o,og1

    7tiologi GBS sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan

    pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan

    penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya

    GBS, antara lain9

    '. +nfeksi "irus atau bakteri

    GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik.

    +nsidensi kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara

    6: - ;

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    4/33

    0. embedahan

    5. enyakit sistematik, seperti keganasan, Systemic ,upus (rythematosus,

    tiroiditis, dan penyakit #ddison

    6! Pato41s1o,og1

    #kson bermielin mengkonduksi impuls saraf lebih !epat dibanding akson

    tak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam

    selaput (nodus ranier) tempat kontak langsung antara membran sel akson

    dengan !airan ekstraseluler. %embran sangat permeabel pada nodus tersebut,

    sehingga konduksi menjadi baik. Gerakan ion-ion masuk dan keluar akson

    dapat terjadi dengan !epat hanya pada nodus ranier, sehingga impuls-impuls

    saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus

    lain (konduksi salsatori) dengan !ukup kuat.

    ada GBS, selaput mielin yang mengelilingi akson hilang. Selaput mielin

    !ukup rentan terhadap !edera karena banyak agen dan kondisi, termasuk

    trauma fisik, hipoksemia, toksik kimia, insufisiensi "askular, dan reaksi

    imunologi. emielinasi adalah respons umum dari jaringan saraf terhadap

    banyak kondisi yang merugikan ini. >ehilangan serabut mielin pada Guillain

    Barre Syndrome membuat konduksi salsatori tidak mungkin terjadi, dan

    transmisi impuls saraf dibatalkan.

    %ekanisme bagaimana infeksi, "aksinasi, trauma, atau faktor lain yang

    mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada GBS masih belum

    diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan

    saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunologi

    (proses respon antibodi terhadap "irus atau bakteri) yang menimbulkan

    kerusakan pada syaraf tepi hingga terjadi kelumpuhan

    Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang

    menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah9

    '. idapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi

    mediated immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.

    . #danya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    5/33

    0. idapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran

    pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi

    saraf tepi.

    roses demyelinisasi saraf tepi pada GBS dipengaruhi oleh respon

    imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipi!u oleh berbagai peristiwa

    sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi "irus. #kibat suatu infeksi atau

    keadaan tertentu yang mendahului GBS akan timbul autoantibodi atau

    imunitas seluler terhadap jaringan sistim saraf-saraf perifer. +nfeksi-infeksi

    meningokokus, infeksi "irus, sifilis ataupun trauma pada medula spinalis,

    dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan selaput araknoid. >elumpuhan

    $%1 paling sering dijumpai pada otot-otot anggota gerak, kelompok otot-

    otot di sekitar persendian bahu dan pinggul. >elumpuhan tersebut

    bergandengan dengan adanya defisit sensorik pada kedua tungkai atau otot-

    otot anggota gerak. Se!ara patologis ditemukan degenerasi mielin dengan

    edema yang dapat atau tanpa disertai infiltrasi sel. +nfiltrasi terdiri atas sel

    mononuklear. Sel-sel infiltrat terutama terdiri dari sel limfosit berukuran

    ke!il, sedang dan tampak pula, makrofag, serta sel polimorfonuklear pada

    permulaan penyakit. Setelah itu mun!ul sel plasma dan sel mast. Serabut saraf

    mengalami degenerasi segmental dan aksonal. $esi ini bisa terbatas pada

    segmen proksimal dan radiks spinalis atau tersebar sepanjang saraf perifer.

    redileksi pada radiks spinalis diduga karena kurang efektifnya permeabilitas

    antara darah dan saraf pada daerah tersebut.

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    6/33

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    7/33

    Gambar 0 9 Stadium pada kerusakan saraf perifer pada GBS

    Teor17teor1 I3u2aktor humoral (antibodi terhadap gangliosid) - respon seluler (akti"asi

    makrofag). Berbagai laporan melaporkan adanya antibodi terhadap glikolipid,

    termasuk G%', G?'b, berbagai gangliosid lain, seluruh komponen membran

    akson 4istologi saraf tepi menunjukkan infiltrasi monosit peri"askuler

    endoneurial dan demielinasi multifo!al. Saraf-saraf tepi dapat terkena dari

    radiks sampai akhiran saraf distal (poliradikuloneuropati).

    Gullain Barre Syndrome diduga juga disebabkan oleh kelainan system

    imun lewat mekanisme limfosit medialed delayed hypersensi"ity atau lewat

    antibody mediated demyelinisation. %asih diduga, mekanismenya adalah

    limfosit yang berubah responya terhadap antigen.$imfosit yang berubah

    responnya menarik makrofag ke saraf perifer, maka semua saraf perifer dan

    myelin diserang sehingga selubung myelin terlepas dan menyebabkan system

    penghantaran implus terganggu. >arena proses ditujukan langsung pada

    myelin saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin saraf perifer, maka

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    8/33

    semua saraf dan !abangnya merupakan target potensial, dan biasannya terjadi

    difus. >elemahan atau hilangnya system sensoris terjadi karena blok

    konduksi atau karena a@or telah mengalami degenerasi oleh karena dener"asi.

    roses remyelinisasi biasannya dimulai beberapa minggu setyelah proses

    keradangan terjadi. GBS menyebabkan inflamasi dan destruksi dari myelin

    dan menyerang beberapa saraf. Aleh karena itu GBS disebut juga #!ute

    +nflammatory emyelinating olyradi!uloneuropathy (#+).

    0! Ta20a8Ge/a,a

    '. %asa latenaktu antara terjadi infeksi atau keadaan prodromal yang mendahuluinya

    dan saat timbulnya gejala neurologis. $amanya masa laten ini berkisar

    antara satu sampai ; hari, rata-rata hari. ada masa laten ini belum ada

    gejala klinis yang timbul.

    . Gejala >linis

    a. >elumpuhan

    %anifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe

    lower motor neurone dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-

    kadang juga muka. ada sebagian besar penderita, kelumpuhan

    dimulai dari kedua ekstremitas bawah kemudian menyebar se!ara

    asenderen ke badan, anggota gerak atas dan saraf kranialis. >adang-

    kadang juga bisa keempat anggota gerak dikenai se!ara serentak,

    kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis. >elumpuhan otot-

    otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia.

    Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal lebih berat

    dari bagian distal, tetapi dapat juga sama beratnya, atau bagian distal

    lebih berat dari bagian proksimal.

    b. Gangguan sensibilitas

    arestesi biasanya lebih jelas pada bagian distal ekstremitas, muka

    juga bisa dikenai dengan distribusi sirkumoral. efisit sensoris

    objektif biasanya minimal dan sering dengan distribusi seperti pola

    kaus kaki dan sarung tangan. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    9/33

    dikenal dari pada sensibilitas proprioseptif. *asa nyeri otot sering

    ditemui seperti rasa nyeri setelah suatu aktifitas fisik.

    !. Saraf >ranialis

    Saraf kranialis yang paling sering dikenal adalah 1.=++. >elumpuhan

    otot-otot muka sering dimulai pada satu sisi tapi kemudian segera

    menjadi bilateral, sehingga bisa ditemukan berat antara kedua sisi.

    Semua saraf kranialis bisa dikenai ke!uali 1.+ dan 1.=+++. iplopia

    bisa terjadi akibat terkenanya 1.+= atau 1.+++. Bila 1.+ dan 1.

    terkena akan menyebabkan gangguan berupa sukar menelan, disfonia

    dan pada kasus yang berat menyebabkan kegagalan pernafasan karenaparalisis n. laringeus.

    d. Gangguan fungsi otonom

    Gangguan fungsi otonom dijumpai pada : penderita GBS.

    Gangguan tersebut berupa sinus takikardi atau lebih jarang sinus

    bradikardi, muka jadi merah (facial flushing), hipertensi atau hipotensi

    yang berfluktuasi, hilangnya keringat atau episodi! profuse

    diaphoresis. *etensi urin atau inkontinensia urin jarang dijumpai.

    Gangguan otonom ini jarang yang menetap lebih dari satu atau dua

    minggu.

    e. >egagalan pernafasan

    >egagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang dapat

    berakibat fatal bila tidak ditangani dengan baik. >egagalan pernafasan

    ini disebabkan oleh paralisis diafragma dan kelumpuhan otot-otot

    pernafasan, yang dijumpai pada 'adang-kadang dijumpai papiledema, penyebabnya belum diketahui

    dengan pasti. iduga karena peninggian kadar protein dalam !airan

    otot yang menyebabkan penyumbatan illi arachoidales sehingga

    absorbsi !airan otak berkurang.

    >riteria diagnosa yang umum dipakai adalah !riteria dari 1ational +nstitute

    of 1eurologi!al and 2ommuni!ati"e isorder and Stroke (1+12S), yaitu9

    ') 2iri-!iri yang perlu untuk diagnosis 9

    a. Cerjadinya kelemahan yang progresif

    b. 4iporefleksi

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    10/33

    ) 2iri-!iri yang se!ara kuat menyokong diagnosis GBS 9

    a. 2iri-!iri klinis9

    '. rogresifitas9 gejala kelemahan motorik berlangsung !epat,

    maksimal dalam 5 minggu,

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    11/33

    terus berlanjut hingga berhenti sebelum kondisi pasien terlihat

    membaik. ada fase tersebut yang diperlukan adalah mempertahankan

    kondisi pasien, meskipun kondisi pasien akan terus menurun.

    Sedangkan yang kedua adalah pada fase penyembuhan, ketika

    kondisi pasien membaik. ada fase ini pengobatan fisioterapi

    ditujukan pada penguatan dan pengoptimalan kondisi pasien. ada

    fase pertama penekanan pada semua problem menjadi sangat penting.

    Sedangkan pada fase kedua hanya problem muskuloskeletal dan

    kardiopulmari yang menjadi penekanan. Se!ara keseluruhan

    penatalaksanaan fisioterapi ditujukan pada pengoptimalan

    kemampuan fungsional.

    %eskipun ada 5 komponen problem dari sudut fisioterapi,

    penatalaksanaannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

    Aleh karenanya sulit memisahkan satu masalah dengan masalah yang

    lain.

    ') enatalaksanaan isioterapi pada roblem %uskuloskeletal

    Seperti telah disebutkan di atas, masalah muskuloskeletal adalah

    penting baik pada fase pertama maupun kedua oleh karena bukan

    hanya motorik adalah masalah utama penderita GBS, tetapi juga

    skeletal sebagai akibat dari gangguan motorik. ada fase pertama

    yang perlu diberikan adalah mempertahankan kekuatan otot,

    panjang otot, luas gerak sendi ($GS), tanpa melupakan bahwa

    kondisi pasien masih akan terus memburuk dalam waktu

    maksimal minggu. Bila panjang otot dan $GS terus terjaga pada

    fase pertama, fisioterapi pada fase kedua ditekankan peningkatankekuatan otot, dengan tetap memperhitungkan jumlah motor unit

    yang kembali bekerja.

    ) enatalaksanaan pada masalah kekuatan otot

    ada fase pertama, program awal yang bisa diberikan adalah

    latihan aktif, bila memungkinkan. Bila penderita tidak mampu

    menggerakkan sendiri anggota badannya, sebaiknya bantuan

    diberikan (Jaktif asistif). Bila kemudian kondisi kelemahan otot

    sangat menonjol, latihan pasif harus diberikan3 artinya fisioterapis

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    12/33

    yang menggerakkan angota badan penderita. Aleh karena dalam

    fase ini, kondisi penderita akan menurun, maka biasanya bantuan

    yang diberikan fisioterapis kepada pasien semakin banyak dari

    waktu ke waktu. Sebaiknya seorang fisioterapis mempunyai

    sistematis dalam menggerakkan anggota tubuh pasien, sehingga

    tidak ada bagian yang terlewati. Selain itu fisioterapis juga akan

    bisa sekaligus mengamati perkembangan motorik pasien bila

    dilakukan se!ara sistematis. ianjurkan menggerakkan anggota

    tubuh dari bawah, sehingga akan diakhiri dengan bagian tubuh

    yang terkuat. Se!ara psikis hal ini juga akan sangat membantu

    moti"asi pasien. Selain menggerakkan bagian tubuh se!ara

    sistematis, juga sebaiknya arah gerakan tiap sendi dibuat se!ara

    sistematis, sehingga tidak ada gerakan otot yang tertinggal. alam

    menggerakkan anggota badan, sebaiknya fisioterapis mengamati

    tingkat toleransi pasien terhadap latihan. angan sampai pasien

    dibiarkan terlalu lelah atau memaksa menggerakkan anggota

    tubuh, karena akan merusak motor unit. Berikan kesadaran

    kepada pasien bahwa pada waktunya ototnya akan kembali

    bergerak, asalkan dilakukan gerakan se!ara rutin. Bagi pasien

    GBS, frekuensi latihan seharusnya tidak terlalu tinggi dalam satu

    sesi, untuk men!egah kelelahan, mengingat jumlah motor unit

    yang bekerja hanya terbatas. +ntensitas latihan dalam sehari bisa

    ditingkatkan dengan melakukan lebih banyak sesi dalam sehari.

    enatalaksanaan pada fase kedua tidak jauh berbeda dengan fase

    sebelumnya. Sasaran utama pada fase ini adalah peningkatan

    kekuatan otot. %eskipun demikian latihan yang diberikan masih

    harus tidak boleh terlalu berat, karena jumlah motor unit yang

    aktif terbatas. rogram latihan aktif seharusnya ditingkatkan bila

    penderita sudah mampu melakukan latihan aktif dan memenuhi

    $GS normal tanpa kesulitan. $atihan kemudian meningkat

    menjadi aktif resistif, artinya menggunakan beban unntuk

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    13/33

    meningkatkan kekuatan otot. enis latihan bisa ber"ariasi, bisa

    menggunakan beban manual, artinya fisioterapis memberikan

    beban se!ara manual, hingga latihan dengan alat, seperti misalnya

    Kuadri!ep ben!h. alam memberikan program latihan, hendaknya

    selalu diingat bahwa tujuan akhir program fisioterapi adalah

    memaksimalkan kemampuan fungsional. adi dalam

    meningkatkan kekuatan otot, perlu diingat otot-otot mana saja

    yang diperlukan dalam berakti"itas, atau mensiasati bila ada

    keterbatasan. /ntuk mengukur perubahan kondisi pasien, bisa

    digunakan pengukuran kekuatan otot (%%C- manual mus!les

    testing). Centu saja pada fase pertama kekuatan pasien tidak akan

    mengalami kenaikan, sesuai dengan perjalanan penyakit. Cetapi

    pengukuran kekuatan terakhir pasien, saat kekuatan biasanya

    berhenti sebelum kemudian membaik, bisa dijadikan titik balik

    pengukuran pada tahap berikutnya. Sebaiknya pengukuran

    dilakukan se!ara berkala, misalnya tiap minggu, atau tiap 0 hari.

    engan demikian fisioterapis maupun penderita bisa melihat

    perkembangan yang terjadi, yang mungkin juga akan menjadi

    moti"asi keduanya.

    0) enatalaksanaan pada $uas Gerak Sendi ($GS)

    Bersamaan dengan digerakkannya otot anggota tubuh penderita,

    bisa dikatakan semua sendi sudah digerakkan. 4anya perlu

    diingat bahwa pada fase pertama, otot penderita GBS biasanya

    tidak mampu menggerakkan $GS se!ara penuh. Aleh karenanya

    fisioterapis perlu membantu penderita untuk menggerakkan sendi

    sesuai dengan luas gerak sendi yang normal, minimal yang

    fungsional. Sama seperti memberikan latihan untuk otot,

    menggerakkan sendi sebaiknya juga dilakukan se!ara sistematis

    supaya tidak ada yang tertinggal. Sesudah gerakan aktif setiap

    sendi oleh penderita, sebaiknya ditambahkan sampai 0 kali

    gerakan sendi oleh fisioterapis dalam $GS maksimal untuk

    mempertahankan $GS. Berbeda dengan program untuk kekuatan

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    14/33

    otot, untuk mempertahankan sendi sama pada fase pertama dan

    kedua. /kuran yang dipergunakan untuk mengukur luas gerak

    sendi adalah pengukuran sudut setiap sendi. #lat yang digunakan

    adalah goniometer. engukurannya dilakukan dengan satuan

    derajat. alam satu institusi biasanya disepakati sistem apa yang

    digunakan, posisi penderita dan posisi goniometer pada setiap

    sudut pengukuran. Seharusnya tidak akan ada perubahan $GS

    dari waktu ke waktu, agar pada akhirnya penderita masih

    mempunyai kemampuan fungsional yang maksimal.

    5) enatalaksanaan pada anjang Atotada saat melakukan latihan untuk mempertahankan $GS,

    sebagian besar otot juga terpelihara panjangnya. >e!uali beberapa

    otot yang panjangnya melewati dua sendi. /ntuk otot-otot

    tersebut, perlu gerakan khusus untuk mempertahankan

    panjangnya. Atot-otot seperti Kuadri!ep, iliotibial band, sartorius

    adalah !ontoh otot yang melewati dua sendi. Atot-otot tersebut

    penting dalam kegiatan sehari-hari, misalnya duduk, bersila atau

    bersimpuh. Sehingga bila panjang ototnya tidak terpelihara, maka

    akan berpengaruh pada akti"itas penderita bila sembuh nanti.

    #gak sulit membuat pengukuran panjang otot, oleh karena

    panjang otot tiap indi"idu akan berbeda tergantung pada akti"itas

    dan keturunan. >arenanya untuk mengetahui panjang otot yang

    normal, se!ara nalar, berarti fisioterapis harus tahu penderita

    sebelum menderita GBS. >enyataannya hal itu tidak mungkin

    terjadi. Sehingga salah satu !ara untuk mengetahui panjang otot

    adalah menanyakan akti"itas penderita, apakah penderita biasa

    bersila, duduk sambil menumpangkan kaki atau bersimpuh.

    engan demikian bisa diukur apakah panjang otot yang

    bersangkutan !ukup untuk kembali melakukan kembali

    akti"itasnya. 2ara lain yang bisa digunakan adalah

    membandingkan otot sebelah kiri dan kanan, karena biasanya

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    15/33

    keduanya mempunyai panjang otot yang sama. en!atatannya

    baru dilakukan bila ada keterbatasan panjang otot.

    ) enatalaksanaan pada roblem >ardiopulmonari

    %asalah kardiopulmonari lebih menonjol pada fase pertama. ada

    kasus GBS yang berat, terjadi kelemahan otot-otot inter!ostal

    disebabkan karena berkurangnya jumlah motor unit yang

    terkonduksi. #kibatnya tidak dapat melakukan inspirasi se!ara

    penuh, sehingga kapasitas "ital menjadi berkurang. Seperti yang

    telah disebutkan di atas, menurunnya kemampuan batuk, akan

    menurunkan kemampuan untuk membersihkan saluranpernafasan. Sehingga saluran pernafasan semakin menyempit, dan

    ekspansi paru menjadi berkurang juga. Sehingga pada akhirnya

    kembali terjadi penurunan kapasitas "ital.

    6) enatalaksanaan pada >emampuan 7kspansi ada

    Berbeda dengan masalah muskuloskeletal yang lain, latihan pasif

    tidak bisa dilakukan dengan mudah. $atihan pasif hanya bisa

    dilakukan dengan bantuan "entilator atau manual hyperinflation.

    engan terpenuhinya "olume sesuai dengan kapasitas "ital, maka

    pertukaran gas dalam al"eoli menjadi meningkat dan mampu

    memenuhi kebutuhan "entilasi. Selain itu juga memelihara

    kelenturan jaringan-jaringan lunak disekitarnya, sehingga $GS

    persendian disekitar tulang rusuk terpelihara. engan demikian

    bila kekuatan otot interkostal sudah kembali membaik, rongga

    dada sudah siap kembali mengembang.Bila otot inter!ostal dan

    diafragma sudah menigkat, maka latihan penguatan harus segeradiberikan. Aleh karena tekanan positif yang diberikan lewat

    "entilator dan manual hyperinflation bisa memberikan efek

    samping, seperti barotrauma. %aka latihan aktif harus segera

    diberikan. emberian latihan masih harus memperhatikan aturan

    rendah frekuensi dalam satu sesi dan banyak sesi dalam sehari. +ni

    berarti harus diberikan kesempatan istirahat !ukup bagi penderita

    diantara sesi latihan, untuk menghindari kelelahan.

    F) enatalaksaaan pada embersihan Saluran ernafasan

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    16/33

    alam keadaan normal, setiap hari dihasilkan sekitar '

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    17/33

    ketika otot-otot pernafasan mulai menguat. #tau pada fase

    pertama bila kelemahan otot-otot pernafasan masih mampu

    menghasilkan batuk, sehingga latihan batuk berguna untuk

    mempertahankan kekuatan otot.

    ;) enatalaksanaan pada Gangguan %enelan

    ika terjadi juga gangguan menelan, maka resiko infeksi dada

    semakin tinggi. Aleh karena kemungkinan masuknya benda asing

    ke saluran pernafasan menjadi lebih besar. Benda tersebut

    kemudian akan menjadi sumber infeksi dada. alam hal ini ada

    dua masalah dalam sistem respiratori, yakni benda itu sediri, dansekresi yang berlebihan akibat adanya benda asing yang masuk ke

    saluran pernafasan. Bila kemampuan pasien untuk batuk kuat,

    maka pasien mampu mengeluarkan benda asing dari saluran

    pernafasan dan membersihkan sekresi. Sayangnya, biasanya

    gangguan menelan disertai kelemahan otot pernafasan, sehingga

    penderita tidak mampu batuk. 1amun penderita dengan gangguan

    menelan biasanya menerima makanan melalui slang yang

    langsung masuk ke lambung, sehingga tidak perlu dikawatirkan

    akan masuk ke saluran pernafasan. ada fase pertama tidak

    banyak fisioterapi yang bisa dilakukan. Cetapi pada fase ke dua

    program fisioterapi yang bisa diberikan adalah segera

    memberikan latihan batuk, bila otot-otot pernafasan sudah

    bertambah kuat. Sehingga pada saatnya penderita belajar

    menelan, resiko masuknya benda asing ke saluran pernafasan

    sudah teratasi.

    ) enatalaksanaan pada roblem Saraf Atonomik

    Seperti disebutkan diatas, gangguan saraf otonomik akan timbul,

    bila kehan!uran selaput myelin men!apai tingkat thora!al atau

    lebih tinggi, yakni !ranial ner"es. ada umumnya gangguann

    saraf otonnomik tersebut adalah hal yang perlu di!ermati dalam

    melakukan tindakann fisioterapi. Gangguan-gangguan tersebut

    antara lain labilnya tekanan darah, keluarnya keringat tidak sesuai

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    18/33

    keadaan, atau postural hipotensi. Gangguan-gangguan tersebut

    akan mejadi masalah, biasanya pada waktu mobilisasi. ada

    waktu mobilisasi, misalnya dari berbaring ke duduk, tubuh

    memerlukan berbagai adaptasi, oleh karena terjadi perbedaan

    pengaruh terhadap tubuh. Canpa gangguan saraf otonomik pun,

    seseorang yanng berbaring lama memerlukan waktu untuk

    beradaptasi terhadap tekanan darah. #daptasi tersebut teratasi

    oleh karena pusat pengaturan tekanan darah mendapatkan input,

    kemudian tekanann darah meningkat atas pengaruh saraf

    otonnom. Bila terjadi gangguan saraf otonnomik, maka adaptasi

    tersebut akan terganggu. %aka, dalam memberikan tindakan

    fisioterapi harus selalu di!ermati tekanan darah dari waktu ke

    waktu. Aleh karena yang diukur adalah tekanan darah, maka yang

    dijadikan aturan adalah tekanan darah. Bila memungkinkan

    digunakan spirometer elektronik yang terus bisa dimonitor setiap

    saat. isamping tekanan darah, bisa di!ermati kemampuan

    komunikasi penderita, atau warna muka sebagai indikator tekanan

    darah.

    '

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    19/33

    rasa nyeri yang timbul karena kombinasi keduanya. adi bila

    sesudah peregangan rasa nyeri berkurang, tetapi tidak hilang sama

    sekali. Bila rasa nyeri disebabkan oleh kuranngnya gerakan sendi,

    tindakan yang bisa dilakukan adalah peregangan lebih lanjut, atau

    lebih spesifik bisa dilakukan manipulasi atau mobilisasi pada

    tulang belakang tertentu. Selain ketidaknyamanan, rasa tebal juga

    bisa menimbulkan komplikasi, yaitu dekubitus. *asa tebal

    menyebabkan penderita tidak dapat merasakan tekanan kasur

    pada penonjolan-penonjolan tulang, sehingga memungkinkan

    terjadi le!et dan akhirnya dekubitus. Aleh karenanya perubahan

    posisi harus selalu dilakukan sebagai usaha pen!egahan. +dealnya

    perubahan posisi dilakukan setiap jam, dan setiap penonjolan

    tulang harus selalu mendapat perhatian.

    . %edikamentosa

    asien pada stadium awal perlu dirawat di rumah sakit untuk terus

    dilakukan obser"asi tanda tanda "ital. =entilator harus disiapkan

    disamping pasien sebab paralisa yang terjadi dapat mengenai otot otot

    pernapasan dalam waktu 5 jam. >etidakstabilan tekanan darah juga

    mungkin terjadi. Abat obat anti hipertensi dan "asoakti"e juga harus

    disiapkan. asien dengan progresi"itas yang lambat dapat hanya

    diobser"asi tanpa diberikan medikamentosa.

    Plasma e#change therapy (7) telah dibuktikan dapat

    memperpendek lamanya paralisa dan meper!epat terjadinya

    penyembuhan. aktu yang paling efektif untuk melakukan 7 adalah

    dalam minggu setelah mun!ulnya gejala. *egimen standard terdiri

    dari sesi ( 5< L < ml H kg BB) dengan saline dan albumine sebagai

    penggantinya. erdarahan aktif, ketidakstabilan hemodinamik berat

    dan septikemia adalah kontraindikasi dari 7.

    $ntraenous inffusion of human $mmunoglo&ulin ( +=+g ) dapat

    menetralisasi autoantibodi patologis yang ada atau menekan produksi

    auto antibodi tersebut. +=+g juga dapat memper!epat katabolisme

    +gG, yang kemudian menetralisir antigen dari "irus atau bakteri

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    20/33

    sehingga C !ells patologis tidak terbentuk. emberian +=+g ini

    dilakukan dalam minggu setelah gejala mun!ul dengan dosis

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    21/33

    emberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah9

    6 merkaptopurin (6-%)

    aMathioprine !y!lophosphamid

    7fek samping dari obat-obat ini adalah9 alope!ia, muntah, mual dan

    sakit kepala.

    6! Cerapi fisik9 - alih baring$atihan *A% dini untuk !egah kontraktur

    4idroterapi

    0! Supportif9 profilaksis =C (heparin s.!).

    e! #nalgesik

    #nalgesi! ringan atau A#+1S mungkin dapat digunakan untuk

    meringankan nyeri ringan, namun tidak untuk nyeri yang

    sangat,penelitian random !ontrol trial mendukung penggunaan

    gabapentin atau !arbamaMepine pada ruang +2/ pada perawatan

    GBS fase akut. #nalgesi! narkotik dapat digunakan untuk nyeri

    dalam, namun harus melakukan monitor se!ara hati-hati kepada

    efeksamping dener"asi otonomik.terapi aju"an dengan tri!y!li!

    antidepressant, tramadol, gabapentin, !arbamaMepine, atau

    me@ilitene dapat ditambahkan untuk penatalaksanaan nyeri

    neuropatik jangka panjang. engobatan fase akut termasuk program

    penguatan isometri!, isotoni!, isokineti!, dan manual serta latihan

    se!ara progresif. *ehabilitasi harus difokuskan untuk posisi limbus,

    posture, orthoti!s,dan nutrisi yang sesuai.

    4! Pe3er15saa2 "e2u2/a2g

    '. $2S

    isosiasi sitoalbumin

    ada fase akut terjadi peningkatan protein $2S N

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    22/33

    a. Gambaran poliradikuloneuropati

    b. Cest 7lektrodiagnostik dilakukan untuk mendukung klinis bahwa

    paralisis motorik akut disebabkan oleh neuropati perifer

    !. ada 7%G ke!epatan hantar saraf melambat dan respon dan 4

    abnormal

    0. *o9 2C atau %*+

    /ntuk mengeksklusi diagnosis lain seperti mielopati

    5. 2airan serebrospinal (2SS)

    Iang paling khas adalah adanya disosiasi sitoalbuminik, yakni

    meningkatnya jumlah protein ('4S) dan elektromiografi (7%G)

    %anifestasi elektrofisiologis yang khas dari GBS terjadi akibat

    demyelinasi saraf, antara lain prolongasi masa laten motorik distal

    (menandai blok konduksi distal) dan prolongasi atau absennya respon

    gelombang (tanda keterlibatan bagian proksimal saraf), blok hantar

    saraf motorik, serta berkurangnya >4S.ada 4S kurang dari 6

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    23/33

    sempurna, dengan periode penyembuhan yang lebih panjang (lebih dari

    0 minggu) serta berkurangnya >4S dan dener"asi 7%G.

    6. emeriksaan arah

    ada darah tepi, didapati leukositosis polimorfonuklear sedang dengan

    pergeseran ke bentuk yang imatur, limfosit !enderung rendah selama

    fase awal dan fase aktif penyakit. ada fase lanjut, dapat terjadi

    limfositosis3 eosinofilia jarang ditemui. $aju endap darah dapat

    meningkat sedikit atau normal, sementara anemia bukanlah salah satu

    gejala.apat dijumpai respon hipersensiti"itas antibodi tipe lambat,

    dengan peningkatan immunoglobulin +gG, +g#, dan +g%, akibat

    demyelinasi saraf pada kultur jaringan.

    #bnormalitas fungsi hati terdapat pada kurang dari 'G)

    %enunjukkan adanya perubahan gelombang Cserta sinus

    takikardia.Gelombang C akan mendatar atau inertedpada lead lateral.

    eningkatan "oltase ?*S kadang dijumpai, namun tidak sering.

    ;. Ces ungsi *espirasi

    pengukuran kapasitas "ital paru akan menunjukkan adanya insufisiensi

    respiratorik yang sedang berjalan (impending).

    . emeriksaan atologi #natomi

    /mumnya didapati pola dan bentuk yang relatif konsisten3 yakni

    adanya infiltrat limfositik mononuklear peri"askuler serta demyelinasi

    multifokal. ada fase lanjut, infiltrasi sel-sel radang dan demyelinasi ini

    akan mun!ul bersama dengan demyelinasi segmental dan degenerasi

    wallerian dalam berbagai derajat Saraf perifer dapat terkena pada semua

    tingkat, mulai dari akar hingga ujung saraf motorik intramuskuler,

    meskipun lesi yang terberat bila terjadi pada entral root, saraf spinal

    proksimal, dan saraf kranial.

    +nfiltrat sel-sel radang (limfosit dan sel

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    24/33

    mononu!lear lainnya) juga didapati pada pembuluh limfe, hati, limpa,

    jantung, dan organ lainnya.

    g! Ko3",15as1

    '. aralisis menetap

    . Gagal nafas

    0. 4ipotensi

    5. Cromboembolisme

    . neumania

    6. #ritmia jantung

    F. +leus

    ;. #spirasi

    . *etensi urin'

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    25/33

    -! Pat-way

    Gagal nafas

    - +nfeksi "irusH bakteri

    - =aksinasi- enyakit sistemik

    - embedahanHanestesi

    %erangsang reaksi kekebalan sekunder pada saraf tepi

    - +nfiltrasi sel limfosit dari pembuluh darah ke!il pada endo & epineural

    - %akrofag mensekresi protease

    - enimbunan komplek antigen, antibody pada pembuluh darah saraf tepi

    emyelinisasi akut saraf perifer

    Cransimisi impuls saraf terganggu

    1. kranial

    Gangguan

    penglihatan

    *isti jatuhH!idera

    1 +++, +=& 1 =+

    iplopia

    +ntake nutrisi

    kurang

    1 =++, +, & 1 ++

    gangguan

    reflek menelan

    erubahan

    nutrisi

    (kurang dari

    kebutuhan tubuh

    )

    ungsi motorik

    #!idosis

    respiratorik

    analisis

    diafragma &

    otot nafas

    >ematian

    4ipoksemia

    ola nafas tidak

    efektif

    enurunan

    pengembanga

    n paru

    CakipneaH

    dispnea

    aralisis otot

    enurunan

    kekuatan

    otot

    ungsi

    sensorik

    enekanan

    saraf pada

    gesekan

    4ipotensiH

    hipertensi

    CakikardiH

    bradikardi

    diaphoresis

    ungsi

    otonom

    Gangguan

    eliminasi

    fekal

    (>ontipasi

    H diare)

    >erusakan

    rangsang

    berkemih

    *etensi

    urin

    kerusakan saraf

    simpatis &parasimpatis

    +ntoleransi

    akti"itas

    >erusakan

    integritas

    kulit

    >erusakan

    rangsang

    defeksi

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    26/33

    PROSES KEPERAWATAN

    '! Pe2g5a/1a2

    a. #kti"itas H istirahat

    ') Gejala 9 adanya kelemahan dan paralysis se!ara simetris yang

    biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan selanjutnya berkembang

    dengan !epat ke arah atas, hilangnya kontrol motorik halus tangan.

    ) Canda 9 kelemahan otot, paralysis plaksid (simetris), !ara berjalan

    tidak mantap.

    b. Sirkulasi

    Canda 9 perubahan tekanan darah (hipertensiHhipotensi), disritmia,

    takikardiaHbrakikardia, wajah kemerahan, diaforesis.!. +ntegritas 7go

    ') Gejala 9 perasaan !emas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang

    dihadapi.

    ) Canda 9 tampak takut dan bingung

    d. 7liminasi

    ') Gejala 9 adanya perubahan pola eliminasi

    ) Canda 9 kelemahan pada otot-otot abdomen, hilangnya sensasi anal

    (anus) atau berkemih dan refleks sfingter

    e. %akanan H !airan

    ') Gejala 9 kesulitan dalam mengunyah dan menelan) Canda 9 gangguan pada refleks menelan

    f. 1eurosensori

    ') Gejala9 kebas, kesemutan dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan terus

    naik, perubahan rasa terhadap posisi tubuh, "ibrasi, sensasi nyeri,

    sensasi suhu, perubahan dalam ketajaman penglihatan

    ) Canda 9 hilangnyaHmenurunnya refleks tendon dalam, hilangnya tonus

    otot, adanya masalah dengan keseimbangan, adanya kelemahan pada

    otot-otot wajah, terjadi ptoris kelopak mata, kehilangan kemampuan

    untuk berbi!ara

    g. 1yeri H kenyamanan

    Gejala 9 nyeri tekan otot, seperti terbakar, mengganggu, sakit, nyeri

    (terutama pada bahu, pel"is, pinggang, punggung dan bokong).

    4iposensitif terhadap sentuhan

    h. ernafasan

    ') Gejala 9 kesulitan dalam bernafas

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    27/33

    ) Canda 9 pernafasan perut, menggunakan otot bantu nafas, apnea,

    penurunan bunyi nafas, menurunnya kapasitas "ital paru,

    pu!atHsianosis, gangaun refleks gagHmenelanHbatuk

    i. >eamanan

    ') Gejala 9 infeksi "irus nonspesifik (seperti infeksi saluran pernafasan

    atas) kira-kira dua minggu sebelum mun!ulnya tanda serangan,

    adanya riwayat terkena herpes Moster, sitomegalo"irus

    ) Canda 9 suhu tubuh yang berfluktuasi (sangat tergantung pada suhu

    lingkungan), penurunan kekuatanHtonus otot, paralysisHparestesia

    j. +nteraksi sosial

    Canda9 kehilangan kemampuan untuk berbi!araHberkomunikasik. enyuluhan H pembelajaran

    Gejala9 enyakit sebelumnya (infeksi saluran pernafasan atas,

    gastroenteritis, penyakit houlkin)3 pembedahanHanestesia umum trauma.

    ertimbangan9 G menunjukkan rerata lama perawatan9 6 hari. *en!ana

    pemulangan9 mungkin pasien memerlukan bantuan mengenai

    transportasi, penyiapan makan, perawatan diri, dan kewajiban pekerjaan

    rumah. %ungkin perlu melakukan perubahan pada tata ruang dan bentuk

    rumah, pemindahan pusat rehabilitasil. emeriksaan diagnosis

    ') ungsi lumbal berurutan9 memperhatikan fenomena klasik dari

    tekanan normal dan jumlah sel darah putih yang normal, dengan

    peningkatan protein nyata dalam 5-6 minggu. Biasanya peningkatan

    protein tersebut tidak akan tampak pada 5- hari pertama, mungkin

    diperlukan pemeriksaan seri fungsi lumbal (perlu diulang beberapa

    kali)

    ) 7lektromiografi9 hasilnya tergantung pada tahap dan perkembangansindrom yang timbul, ke!epatan konduksi saraf diperlambat pelan.

    ibrilasi (getaran yang berulang dari unit motorik yang sama)

    umumnya terjadi pada fase akhir

    0) arah lengkap9 terlihat adanya leukositosis pada fase awal

    5) oto rontgen9 dapat memperlihatkan berkembangnya tanda-tanda dari

    gangguan pernafasan seperti atelektasis, pneumonia

    ) emeriksaan fungsi paru9 dapat menunjukkan adanya penurunan

    kapasitas "ital, "olume tidal, dan kemampuan inspirasi

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    28/33

    %! D1ag2osa 5e"erawata2

    a. >etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan H

    paralisis otot pernafasan

    b. +ntoleransi akti"itas berhubungan dengan kelemahan umum

    !. *esiko !idera dengan faktor resiko gangguan disfungsi sensorik

    d. >erusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas fisik

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    29/33

    '! Re26a2a T120a5a2 Ke"erawata2

    N

    o

    D1ag2osa

    Ke"erawata2

    Tu/ua29Kr1ter1a Has1, Re26a2a T120a5a2 Ras1o2a,

    ' Ket10a5e4e5t14a2

    bers1-a2 /a,a2 2a4as

    ber-ubu2ga2 0e2ga2

    5e,e3a-a2 9 "ara,1s1s

    otot "er2a4asa2

    NO:

    - *espiratory status 9 =entilation

    - *espiratory statuss 9 #irwaypaten!y

    Kr1ter1a Has1,.

    - %endemonstrasikan batuk efektifdan suara nafas yang bersih, tidak

    ada sianosis dan dyspneu (mampu

    mengeluarkan sputum, mampu

    bernafas dengan mudah, tidak ada

    pursed lips)

    - %enunjukkan jalan nafas yang

    paten (klien tidak merasa

    ter!ekik, irama nafas, frekuensi

    pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara nafas abnormal)

    - %ampu mengidentifikasi dan

    men!egah faktor yang dapat

    menghambat jalan nafas

    NI:

    '. %onitor status oksigen pasien

    . #uskultasi suara nafas, !atat adanyasuara tambahan

    0. >eluarkan sekret dengan batuk atau

    su!tion

    5. osisikan pasien untuk

    memaksimalkan "entilasi

    '. eningkatan distress

    pernafasan menandakanadanya kelelahan pada

    otot pernafasan

    . eningkatan resistensijalan nafas dan atau

    akumulasi sekret akan

    mengganggu proses difusi

    gas dan mengarah pada

    komplikasi pernafasan

    (pneumonia)

    0. >ehilangan kekuatan dan

    fungsi otot mungkin

    mengakibatkanketidakmampuan pasien

    untuk mempertahankan

    dan atau membersihkan

    jalan nafas

    5. %eningkatkan ekspansi

    paru dan usaha batuk,menurunkan kerja

    pernafasan dan membatasi

    terjadinya risiko aspirasi

    sekret

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    30/33

    . %onitor respirasi dan status A6.

    . %enentukan keefektifan

    dari "entilasi sekarang dan

    kebutuhan untuk

    keefektifan dari inter"ensi

    % I2to,era2s1 a5t1;1tas

    ber-ubu2ga2 0e2ga2

    5e,e3a-a2 u3u3

    NO:

    - 7nergy !onser"ation

    - #!ti"ity toleran!e- Self 2are 9 #$s

    Kr1ter1a Has1,.- Berpartisipasi dalam akti"itas

    fisik tanpa disertai peningkatan

    tekanan darah, nadi dan **

    - %ampu melakukan akti"itas

    sehari-hari (#$s) se!ara

    mandiri

    - Canda tanda "ital normal

    - 7nergy psikomotor

    - $e"el kelemahan

    - %ampu berpindah 9 dengan atautanpa bantuan alat

    - Status kardiopulmonari adekuat

    - Sirkulasi status baik

    - Status respirasi 9 pertukaran gas

    dan "entilasi adekuat

    NI:

    '. %onitor respon fisik, emosi, sosial dan

    spiritual

    . >olaborasikan dengan tenaga

    rehabilitasi medik dalam

    meren!anakan program terapi yang

    tepat

    0. Bantu klien untuk mengidentifikasi

    akti"itas yang mampu dilakukan

    5. Bantu klien untuk memilih akti"itas

    konsisten yang sesuai dengan

    kemampuan fisik, psikologi dan sosial

    . Bantu pasien untuk mengembangkan

    '. %enentukan

    perkembanganHmun!ulnyakembali tanda yang

    menghambat ter!apainyatujuan

    . Bermanfaat dalam

    men!iptakan kekuatan otot

    se!ara indi"idualH latihan

    terkondisi dan program

    latihan berjalan dan

    mengidentifikasi alat

    bantu

    0. %eren!anakan latihan

    kegiatan #$s bersamaklien

    5. enggunakan akti"itas

    yang tepat sesuai dengan

    kondisi klien dapat

    menstimulasi sirkulasi,

    meningkatkan tonus otot

    dan meningkatkan

    mobilisasi sendi

    . %emberikan dorongan

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    31/33

    moti"asi diri dan penguatan kepada pasien se!ara

    psikologi

    & Res15o 610era 0e2ga2

    4a5tor res15o

    ga2ggua2 01s4u2gs1

    se2sor15

    NO:

    - *isk kontrol

    Kr1ter1a Has1,.

    - >lien terbebas dari !edera

    - >lien mampu menjelaskan !araatau metode untuk men!egah

    injury atau !edera- >lien mampu menjelaskan faktor

    resiko dari lingkungan H perilaku

    personal

    - %ampu memodifikasi gaya hidup

    untuk men!egah injury

    - %enggunakan fasilitas

    keselamatan yang ada

    - %empu mengenali perubahan

    status kesehatan

    NI:

    '. Sediakan lingkungan yang aman untuk

    pasien

    . %emasang side rail tempat tidur

    0. %emindahkan barang-barang yang

    dapat membahayakan

    5. +dentifikasi kebutuhan keamanan

    pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan

    fungsi kognitif pasien dan riwayat

    penyakit terdahulu pasien

    . %enganjurkan keluarga untuk

    menemani pasien

    '. %emastikan pasien tidak

    akan !idera

    . %engantisipasi agar tidak

    terjadi jatuh pada pasien0. %engurangi resiko !idera

    pasien denganmenjauhkan barang-

    barang yang dapat

    membahayakan pasien

    5. %enetapkan kebutuhan

    keamanan yang tepat

    sesuai dengan kondisi

    pasien saat ini

    . %en!egah jika pasien

    dalam keadaan tidak

    terkontrol agar tidakmelakukan hal-hal yang

    membahayakan

    + Kerusa5a2 12tegr1tas

    5u,1t ber-ubu2ga2

    0e2ga2 13ob1,1tas

    41s15

    NO:

    - Cissue integrity 9 skin and mu!ous

    membranes

    - 4emodyalis akses

    Kr1ter1a Has1,.

    - +ntegritas kulit yang baik bisadpertahankan (sensasi, elastisitas,

    NI:

    '. /bah posisi pasien setiap jam sekali

    . %onitor kulit akan adanya kemerahan

    0. Aleskan lotion atau minyak baby oil

    '. %engurangi penekanan di

    area-area yang tertekan

    . %engetahui kondisi dan

    keadaan kulit khususnya

    di area yang tertekan.0. %engurangi gesekan

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    32/33

    temperatur, dehidrasi, pigmentasi)

    - Cidak ada lukaHlesi pada kulit

    - erfusi jaringan baik

    - %enunjukkan pemahaman dalam

    proses perbaikan kulit dan

    men!egah terjadinya !idera

    berulang

    - %ampu melindungi kulit dan

    mempertahankan kelembabankulit dan perawatan alami

    pada daerah yang tertekan

    5. %onitor akti"itas dan mobilisasi pasien

    . #njurkan pasien untuk menggunakan

    pakaian longgar

    akibat penekanan tirah

    baring

    5. %emantau akti"itas

    keseharian pasien dan

    mengajarkan jika terjadi

    kesalahan dalam

    mobilisasi pasien

    . %engurangi penekanan di

    area kulit

  • 8/10/2019 Lp Bagus Gbs

    33/33

    DA(TAR PUSTAKA

    Brunner & Suddarth.