LOTIO
description
Transcript of LOTIO
Formula asli
I Formula asli
Cleansing lutio
Formula
Nama produk : Gentazil lutio
Jumlah produk
: 1 botol 100 ml
Tanggal produksi : 17 Maret 2004
Nomor registrasi : CD1014011022
Nomor batch
: D170304
Tiap 100 ml mengandung
Parafin cair
50 %
Cetyl alcohol
1 % Lanolin anhidrat 3 %Tween 40 ( 51,7 % ) 5 %
Span 40 ( 48,3 % )
Na-CMC
1 %
Metil paraben 0,05 %
Propil paraben 0,045 %
Tokoferol
0,1 %
Rose oil
0,0005 %
Tritrosin
0,5 %
Air suling
ad 100 ml
Prduksi
GenTazyl lotio
PT Nadi Farma tgl formula tgl Produksi Dibuat oleh Disetujui oleh
17 Maret 2003 17 Maret 2004 Nur Fauzi Nur Ida S.siNo. Kode bahan Nama bahan Fungsi bahan Per batch Per dosis
1. PC - 01 Parafin cair Pembersih 40 g
2. CA - 02 Cetyl alcohol Emolien 1
3. LA - 03 Lanolin anhidrat Emolien
3
4. AS - 04 Asam stearat Emulgator
5
5. GL - 05 Gliserin Humektan
2
6. NA - 06 Na-CMC Pengental
1
7. TEA- 07Trietanolamin Emulgator
3
8. MP - 08 Metil paraben Pengawet 0,2
9. PP - 06 ropil paraben Pengawet 0,02
10. TK - 10 Tokoferol Antioksidan 0,5
11. RO - 11 Rose oil Parfum 0,5
12. ET - 12 Eritrosin Pewarna
0,5
13. A - 13 Air suling Pelarut 100 ml
II DASAR FORMULASI
A. Alasan dibuat clensing lotio
Cleansing lotio disediakan lebih seragam dan mudah digunakan dibandinkan cream, karena lotio tersebar pada lapisan tipis dan kadang- kadang lebih
ekonomis digunakan . ( Balsam I : 20 )
Cleansing crem dan lotio bertujuan membersihkan make up wajah dari debu serta mimyak pada muka dan leher ( Jellinek : 203 )
B. Parafin ( Pembersih )
Minyak mineral : pelarut yang umum adalah minyak yang mengikat debu make up yang melekat pada kulit. Kemampuan membersihkan krim , lotio berhubungan dengan kandungan minyak mineral . Minyak mineral mempunyai keuntungan bila tertingggal cukup lama dikulit. Dapat dihilangkan secara mekanik dengan menggunakan tissue ( Balsam I : 7 ).
Pada dasarnya meskipun semua range pada minyak mineral digunakan dalam krim kosmetik kebanyakan cocok untuk krem pembersih dengan dasar viskositas yang rendah dan sedang. Viskositas yang tinggi menghasilkan lapisan yang tidak mudah mengalir pada kulit ( Balsam, I : 7 )
B Cetil alcohol ( emollient )
Cetil alcohol dalam bagian kira-kira 1 % bereaksi sebagai emollient dan penstabil emulsi . Harus diperhatikan untuk tidak menggunakan terlalu banyak karena krim akan berkurang / hilang kerapatannya.
Emollient digunakan untuk mencegah kekeringan pada permukaan kulit yang melindungi kulit ( Balsam I : 27 ).
Dalam lotio, krem dan salep digunkan Cetil alcohol sebagai emolient, penyerap air, dan bahan pengemulsi. Penembahan cetil alcohol membantu kestabilan memperbaiki jaringan dan meningkatkan konsisitensi sifat emollient diberikan oleh cetil alcohol yang diabsorsi dan dikembalikan oleh epidermis yang melembutkan kulit seperti beludru ( exp : 65 ).
C. Lanolin anhidrat
Minyak emollient meliputi cairan hidrokarbon, silicon, dan minyak tumbuhan dan hewan ester alkil. ( Balsam I : 7 )
Digunakan dalam formula larut air dan minyak, jika dicampur dengan minyak nabati yang sesuai dengan paraffin yang lembut , memberikan krim emollient yang dapat berpenetrasi pada kulit, dapat mengabsorsi 30 % air
( MD 31 th : 1411).
-Konsentrasi : 2-5 % ( Keitler : 300 )
Bagian lanolin umumnya digunakan dalam krim dan lotio, hampir kurang lebih
75 %. Alasan penambahan ini adalah sifat lengket yang diberikan pada produksi
akhir jika konsentrasi terlalu tinggi ( Balsam : 182 ).
C. Asam stearat
-Gliseril monostearat, alcohol lemak, dan asam stearat disintesi dari tumbuhan yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan emulsi ( Balsam : 120 )
Digunakan sebagai lubrikan pada tablet atau kapsul, bahan pengemulsi dan bahan Solubilisasi.
- Bahan pengental lipofilik : penstabil untuk O /w lotio dan salep membentuk
emulsi yang nyata ketika bereaksi dengan alkali ( RPS 18 th : 350 )
D. Gliserin
- Bahan humektan, pelarut, lubrikan, emollient, dan pengawet ( exp : 123 )
Konsentrasi emollient : Humektan sampai 30 % ( exp : 123 )
Humektan berfungsi sebagai krim tangan dan lotio . zat ini juga adalah penyalut yang bagus dan kadar akhir lotio dalam humektan ditentukan oleh jumlah dan tipe padatan ysng prlu disalut. Kriam atau lotio yang ssalut akan deigunakan dengan baik dan seragam. Dan gejala caking dapat dicegah. Kemampuan humektan untuk melepaskan air . Pelahan-lahan paling bagus dikombinasikan selama proses penggunaan krim pada tangan . Hilangnya air perlahan-lahan.
Paling bagus dimungkinkan selama proses penggunaan krim pada tangan . hilangnya air perlahan-lahan dari emulsi memungkinknan inversi yang halus sehingga mencegah emulsi dan rasa berair yang tidak diinginkan
(Balsam I :199)
E. TEA
Digunakan sebagai bahan pengemulsi dan bahan pelarut ( exp : 334 )
TEA membentuk sabun dengan asam lemak bebas, sabun mempunyai sifat berharga sebagai detergen dan pengemulsi. Bersifat netral ( pH sekitar 8 ) dan seharusnya bebas efek infeksi terhadap kulit .
Sabun membentuk emulsi stabil dari kebanyakan minyak lemak atau untuk penggunaan luar ( exp : 335 )
Konsentrasi yang umum digunakan dalam emulsi : 2-4 %, trietanolamin dan
2-5 kali banyaknya dari minyak lemak ( exp : 335 )
TEA stearat dalam praktek umumnya dibentuk melalui proses emulsifikasi dengan menggunakan kesetaraan baku dari TEA dan asam staerat kira-kira 2 bagian ( asam stearat digunakan untuk 2 bagiab TEA ) Asam stearat ditambahkan dengan minyak danTEA dengan air ( Balsam I : 21 )
PH TEA : 8 ( MD 29 th : 49 )
Konsentrasi TEA stearat sekitar 2-10 % ditambahkan pada emulsi
( Amphar : 255 )
Kombinasi TEA dengan asam lemak bebas membentuk massa yang netral dan membentuk emulsi a/ m yang stabil dalam penggunaan secara luas
( Scov : 372 )
F. Metil paraben dan propil paraben
Kombinasi pengawet sering dilakukan karena kombinsi tersebut meningkatkan efektifitas kerja pengawet, baik dengan penambahan spetrum aktifitas atau beberapa sifat sinergis ( Lach : 622 ).
Seringkali kombinasi dari 2 ester asam N- hidroksi benzoat digunakan untuk mencapai efek antimikroba yng dikehendaki. Sebagai contoh : asam metil dan propil hidroksi bnezoat sering digunakan dengan perbandingan 10 : 1 penggunaaan lebih dari 1 ester memungkinkan konsentrasi pengawet total lebih tinggi karena masing-masing berefek antimikroba .
Pengwet metil paraben dan propil paeraben paling terkenal karena melawan bakteri khamir dan jamur. . kombinasi 0,2 % propil poarabwen sebagai kombinasi ( Presc : 225 )
Kombinasi 0,02 % propil paraben dengan 0,2 % metip paraben ( DOM :518)
Metil parabenb digunakan sebagai antiseptik dan pengawet yang digunakan dalam sediaan farmasi dalam konsentrasi bervariasi ( 0,05 0,25 % ) , juga digunakan dalm sediaan kosmetik yang mengandung lemak tumbuhan dan hewan serta minyak yang muda terurai .
F. Span 80
Digunakan sebagai bahan pengemulsi dan atau bahan pensolubilisasi
( exp : 281 )
Span merupakan bahan suspensi nonionic ( exp :281 )
Pengemulsi ini umumnya menghasilkan tipe emulsi w/o karena sifat yang lebih besar pada bagian hidrofobik ( DOM : 527 )
Tween 80 digunakan sendiri dalam emulsi A/M 1-15 % ( exp : 327 )
Tween 80 : Pengendapan dapat terjadi dengan beberapa bahan khususnya fenol, tannin, tar dan senyawa seperti tar ( exp : 27 )
G. Tokoferol
Digunakan sebagai antioksi dan ( lach: 1068 )
Antioksidan bias digunakan pada konsentrasi yang berkisar darin 0,001 %- 0,1 % (lachman : 1066 )
Pada antioksidan, minyak tidak jernih seperti minyak nabati, menimbulkan ketengikan dengan bau dan rasa yang tidak menyenankan ( lach : 1067 )
H. Rise oil
Pemilihan farfum untuk kream dan lutio tangan berdasarkan nilai estetika
( balsam : 208 )
Bahan pengaroma ditambahkan untuk memperbaiki penerimaan
( Parrot : 365 )
Konsentrasi farfum 0,25 %- 0,5 % ( Lachman I I : 16 )
Incomp dengan larutan berair pada pH dibawah 4 ( exp : 81 )
I. Na- CMC
Bahan pengental hidrofilik dan penstabil untuk emulsi tipe O/W
( RPS 18 th : 302)
Bahan penambah kekentalan atau bahan pensuspensi
Konsentrasi sebagai bahan pengemulsi 0,25 % - 10 % ( exp : 48 )
Dalam larutan berair menunjukkan aliran yang resisten terhadap komposisi
Bakteri danmenghsilkan viskositas yang seragam dalam range standar
( Balsam I : 72 ).
IV. Uraian bahanA. Cetyl alcohol
Nama resmi : Cetyl alcohol
Nama lain
: Cetanol
RM
: CH3(CH2) 14 CH2)H
Pemerian : Serpihan putih, granul berwarna redup, rasa yang lemah seperti rasa lilin dari lemak alcohol
Kelerutan : Tidak larut dalam air, larut dalam alcohol, kloroform,
Dan eter
Penyimpanan: Dalam wadah terutup baik
Kegunaan: Memberiksn tekstur yang lembut bagi kulit.
B. Natrium CMC
Nama resmi: Natrium Carboksimetil celulosa
Nama lain
: Carboksi metil selulosa sodium
RM
: ( (C6H7O2(OH)3-x(OCH2-COONa)x )n
BM
: 90.000-700.000
Pemerian
: Putih atau kuning, tidak berbau, granul atau serbuk yang
Higroskopis
Penyimpanan: Dalam wadah tetutup rapat
Kegunaaan
: Pengental
C. Lanolin anhidrat
Nama resmi: Adeps lannae
Nama lain
: Lanolin anhidrat
Pemerian
: Bahan berwarna pitih kekuningan menyerupai salep, rapuh,
Bau khas.
Kelarurtan
: Praktis tidak larut dalam air, larut sebagian dalam alcohol
Titik leleh
: 38-44 o C
Lanolin
: Sebagai emollient
D. Air
Nama resmi: Aqua destillata
Nama lain
: Aquadest
RM/ BM
: H20 / 18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai pelarut
E. Gliserin
Nama resmi: Glycerin
Nama lain
: Gliserin, gliserol
RM/BM
: C3H9O3 / 92,09
Pemerian
: Cairan seperti sirup, jernih, , tidak berwarna, tidak berbau,
Higroskopis, membentuk massa hablur pada penyimpanan
Lama, rasa manis
Kelarurtan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam eter
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai humektan
Stabilitas
: Gliserin mudah terurai dengan pemanasan
F. Metyl paraben
Nama resmi: Metylis pharabenum
Sinonim
: Metil paraben
RM/BM
: C8 H18 O3 / 76,09
Pemerian : Serbuk hablur tidak berwarna , tidak berbau dan sedikit rasa seperti terbakar
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam brnzen dan kloroform, mudah larut dalam Etanol dan eter
Kegunaan
: Sebagai pengawet
Penyimpanan: dalam wadah terturup baik
Incomp : Metil paeraben menjadi tidak nberwarna dengan adanya besi dan Dihidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat ( exp : 185 )
Kestabilan
: Metil paraben disimpan dalam wadah , larutan berair pada pH
3-6, dapat disterilkan pada 120 o C selama 20 menit tanpa
mengubah posisinya
V. Perhitungan bahan
Dibuat 100 ml + 10 % = 110 ml
Liquid paraffin= 50 % x 110 ml= 55 g
Cetyl zlkohol
= 1 % x 110 ml= 1,1 g
Lanolin anhydrat= 3 % x 110 ml= 3,6 g
Propilen glikol= 10 % x 110 ml= 11 g
Tween 40
= 49,8 % x 110 ml= 2,7 g
Span 40
= 30,2 % x 110 ml= 2,8 g
Na- CMC
= 1 % x 110 ml= 1,1 g
Metil paraben= 0,9 % x 110 ml= 0,99 g
Propil paraben= 0,09 % x 110 ml= 0,099 g
Tokoferol
= 0,1 % x 110 ml= 0,1 g
Rose oil = 0,5 % x 110 ml= 0,55 ml
Eritrosin
= 0,0005 % x 110 ml = 0,55 mg
Air
= 100 % - ( 50 % + 1 % + 3 % + 10 % + 5 % + 1 % + 0,3 %
+ 0,09 % + 0,1 % + 0,5 % + 0,0005 % )
= 28,41 g
Perhitungan pengenceran
Propil paraben
22 mg x 15 = 330 mg
330 mg 15 ml ( parafinn cair )
1 g ( 22 mg ) = 0,22 g
Eritrosin
( 0,55 mg x 30 = 16,5 g )
165 mg 10 g air
1 g30 g air
1 g ( 2,55 mg )
CARA KERJA
Dibuat pemisahan bahan fase air dan minyak :
G. fase air
Propilenglikol
Ween 40
Na- CMC
Metil paraben
Air suling
bahan fase minyak
Liquit parafin
Cetyl alcohol ( 40 50 o C )
Span 40
Propil paraben ( 95 98 o C )
Tokoferol
Eritrosin
CARA KERJA
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Ditimbang bahan sesui perhitungan
3. Dibuat pengenceran eritrosin dengan cara ditimbang 165 mg lalu dilarutkan dalam 100 mg air lalu diambil 1 ml,larutkan dan addkan sampai 30 g air lalu ambil 1 g
4. Dilarutkan bahan dan pengemulsi larut minyak dalam minyak :
Cetyl alcohol dilebur pada suhu 70 o C + Lanolin anhidrat + liquid parafin + lalu tambahkan span 40 . propil paraben dan alfa tokoferol panaskan pada suhu sampai suhu 70 o C.
5. Dilarutkan bahan bahan larut air dalam sejumlah air yang cukup, panaskan
air hingga suhu 70 o C, dispersikan Na CMC dalam 27,41 mg air + metil
paraben + tween 40 + propilenglikol + eritrosin.
5. Setelah mencapai 70 o C tambahkan fase internal ( fase minyak no. 4 ) ke dalam fase air dengan pengadukan menggunakan mixer secara intermiten
Shakin ( 2 menit istirahat 20 detik ), lalu ditambahkan minyak mawar
6. Dimasukkan dalam wadah diberi brosur dan etiket
HASIL DISKUSI
1. Defenisi Emulsi
FI III : Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat air atau distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
RPS 18 298 : Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang tidak saling bercampur
Lachman : Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling bercampur
Parrot 354 :Emulsi adalah suatu sistem polifase dari 2 campuran yang tidak saling bercampur. Salah satunya tersuspensi dengan bntuan emulgator keseluruh partikel lainnya . Ukuran diameter partikelnya 0.2 5 M
Physical
Parmasy (522): Emulsi adalah system yamg tidak stabil secara termodinamik mengandung paling sedikit 2 fase cair yang tidak bercampur satu diantaranya terdispersi sebagia globul-globul ( fase pendispersi) dalam fase cair lainnya ( fase kontinyu ) distabilkan dengan adanya bahan pengemulsi / emulgator.
DOM ( 508 ) : Emulsi adalah sistem heterogen yang mengandung paling sedikit satu cairan yang tidak saling bercampur terdispersi dengan baik dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesantetesan dimana diameternya secara umum melebihi 0,1.
Scovilles (314) :Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2 cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai globul
Kesimpulan :
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamik yang terdiri dari paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur, salah satunya terdispersi dalam bentuk tetesan yang distabilkan dengan emulgator yang cocok, yang membentuk tetesan yang diameternya 0,2- 50 .
Emulsi dikatakan tidak stabil secara termodinamika ( Lachman : 504 ).
Dispersi halus dari minyak dan air memerlukan daerah kontak antarmuka yang luas dan untuk memproduksi hal ini memerlukan daerah kontak yang sama dengan hasil kali dari tegangan permukaan dan peryubahan luas.Suatu energi bebas antarmuka yang tinggi cendrung untuk mengurangi daerah antarmuka. Pertama dengan menyebabkan tetes dianggap sebagai suatu bentuk bulat (luas permukaan minimum kemudian menyebabkan tetesan-tetesan tersebut bergabung dengan jumlah yang menurun dalam jumlah tetersan) ini adalah alasan untuk menerankan kata-kata tidak stabil secara termodinamik dalam defenisi emulsi klasik.
2. Komposisi Emulsi :
RPS 18 th : 298
Emulsi yang stabil harus terdiri dari 3 komponen yaitu fase terdispersi medium pendispersi dalam bahan pengemulsi
lachman : 502
Emulsi mengandung fase dalam ( dispersi/ diskontinyu) dan fase luar ( fase kontinyu)
DOM : 508
Dalam penambahan 2 fase tidak bercampur, fase ketiga dimasukkan untuk menjamin stabilitas dari emulasi yang dihasilkan. Fase ketiga disebut bahan pengemulsi, bahan aktif permukanan dan sulfaktan larutan yang didispersikan
disebut fase internal atau diskontinyu dan medium pendispersoi disebut fase eksternal atau fase kontinyu
3. Pembentukan dan pemecahan tetesan fase tersdispersi
RPS 18 : 299
Emulsi terjadi sebagai akibat dari kompetisi 2 proses dispersi cairan yang satu dengan cairan ynag lain dalam bentuk tetesan-tetesan yang bertujuan untuk membentuk kembali cairan massa awal . Proses pertama meningkatkan energi bebas antarmuaka sementara yang ke dua terjadi secara spontan berlanjut hingga pemecahan sempurna atau fase massa terbentuk kembali.
Proses dispersi untuk membentuk tetesan. Dianggap 2 fase cair yang tidak bercampur dalam tabung uji. Untuk mendispersikan cairan yang satu dengan yang lain. Antarmuka antara 2 cairan harus diganggu dan saling memasukisampai tingkat yang memadai ehingga jari-jari atau barang atau cairan ke 2 sebaliknya. Benang-benang ini tidak stabil dan menjadi tetesan atau bulatan. Bulatan ini memisah dan menjadi bulat .
Tergantung dari pengadukan kecepatan geser yang digunakan . Tetesan yang lebih besar juga membentuk menjadi benang-benang yang lebih kecil. Waktu pengadukan adalah penting. Ukuran dari tetesan merupakan cara cepat pada beberapa detik pertama dan pengadukan. Batasan ukuran secara umum dicapai 1 sampai dengan 5 menit dan dihasilkan dari jumlah koalesensi tetesan yang ekivalen terhadap jumlah tetesan yang baru yang tervbentuk. Sehingga tidak ekoniomis untuk melanjutka pengadukan
4. Jenis-jenis emulsi (bahan pengemulsi) :
RPS : 300-301
I. Berdasarkan asalnya
a. Bahan pengemulsi sintetik
1. Anionik pada sub bagian ini ialah sulfaktan bermuatan (-)
Contoh Na, K dan garam-garam ammonium dari asam oleat dan laurat yang larut dalam air dan baik sebagai bahan pengemulsi tipe o/w. Bahan pengemulsi ini rasanya tidak menyenangkan dan mengiritasi saluran pencernaan
2. Kationik, Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+) . Komponen ini bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan emulsi antiinfeksi sepertimpada lotion kulit dan kreem
3. Non ionic, merupakan sulfaltan tidak berpisah ditempat tersebar luas digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika kerja keseimbangan molekul antara hidrofik dan lipofilik
b. Emulgator alam
Banyak emulgator alam ( tumbuhan, hewan )Bahan alam yang diperkirakan hanyalah gelatin, kritin dan kolesterol.
c. Padatan terbagi halus
Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekelilin tetesan terdispersi dan menghasilkan emulsi yang meskipun berbutr kasar, mempunyai stabilitas pisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator dari efek yang ditimbulkan dari pewarna dan serbuk halus.
5. Inversi ( RPS 18 th : 307 )
Emulsi dikatakan berubah ketika perunahan emulasi dari m/a manjadi a/m atau sebaliknya. Inversi kadang dapat terjadi dengan penambahan elektrolit atau dengan mengubah rasio fase volum. Sebagai contioh emulsi m/a yang mengandung Natrium Stearat.., sebagai pengemulasi dapat sditambahkan kalsium klorida, karena kalsium stearat dibentuk sebagai bahan pengemulsi lipofilik danmengubaha pembentukan produk w/o.
Inversi dapat dilihat ketika emulsi diasiapkan dengan pemanasan dan pencampiuran 2 fase. Kemudian didinginkan. Hal ini terjadi kira-kira karena daya laru baann pengemulsi tergan tung pada perubahan temperatur. Temperatur pada fase inversi telah ditunjukkan oleh sinoda dan kawan-kawan bahwa nilai dipengaruhi oleh nilai HLBdari surfaktan. Semakin tingggi nilai PIT semakin besar tahanan untuk berubah ( inversi)
6. Pengertian emulgator
Parrot (313 )
Emulgator adalah bahan ak\tif permuaan yang menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan membentuk lapisan yang kuat untuk mencegah koalesensi dan pemisahn fase terdispersi.
* RPS ( 300 )
Bahan pengemulsi adalah bahan yang ditambahkan untuk mencegah
Koalesensi sampai pada tingkat yang tidak nyata
Encylopedia ( 144 )
Bahan pengemulsi adalah bahany ang digunakan untuk dalap pembentukan proses emulsifikasi pada waktu pembuatan dan pengontrolan saat penyimpanan.
lachman ( 552 )
Bahan pengemulsi disefenisikan sebagi bahan penstabil dalam tetesan molekul dan fase interval
Kesimpulan :
Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang membantu emulsifikasi dan mengontrol umur sediaan dengan cara menurunkan tegangan antar muka fase minyak dan fase air.
6. Mekanisme Emulgator ( Lachman : 504 )
Stabilitasi tetesan ; 2 konsep alternatif yang ada untuk membuat emulsi yang kenampakannnya seperti susu, seperti dispersi yang dapat dibentuk dan distabilkan dengan menurunkan tegangan antar muka atau dengan mencegah tetesan koalesensi, karena tetesan koalesensi dari absorsi dipermukaan atau tepatnya pada permukaan tetesan terdispersi. Bahan pengemulasi membantu proses emulsifikasi dengan 3 mekanisme :
1. Mengurangi tegangan antar muka
Menyatakan bahwa peranan bahan pengemulsi sebagai penghalang antarmuka sangat penting.
Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada banyak polimer dan pada terbagi halus tidak efisien dalam menghalangi tegangan antarmuka.
Pembentukan lapisan antar muka oleh bahan-bahan pengemulsi pada permukaan air dan tetesan minyak dimulai pada pada permukaan dari fase internal suatu emulsi . Hal ini menjadi dasar menjadi dasar teori yang penting unuk memahami sebagian dari teori emulsifikasi . Skema dari gambar 17 1 menggambarkan bagaimana bahan pengemulsi mengelilingi tetesan fase internal.
2. Pembentukan dan pemecahan tetesan cair terdispersi ( RPS : 299 )
Adanya emulsi sebagi 2 proses yang saling berkompetisi . Dispersi dari salah satu cairan melalui cairan yang lain dalam bentuk tetesan dan dengan kombinasi dari tetesan ini membentuk kembali cairan .
Proses dispersi untuk membentuk tetesan : dianggap 2 fase cairan yang tidak saling bercampur dalam tabung uji . Untuk mendispersikan cairan yang satu sebagai tetesan dalam cairan yang lain, antar muka cairan harus diganggu dan saling memasuki sampai tingkat yang cukup sebagi jari-jari dan benang dari cairan yang satu dengan cairan yang lain. Benang-benang ini tidak stabil dan menjadi tetesan atau bulatan dan bulatan ini akhirnya memisah.
Tergantung dari pengadukan kecepatan geser yang digunakan, tetesan-tetesan yang lebih besar juga membentuk benang-benang kecil yang kemudian menghasilkan tetesan yang lebih kecil.
3. Pembentukan lapisan listrik ganda
Ketika salah satu cairan terdispersi dalam cairan yang lain , partikel terdispersi akan ditemulkan memiliki muatan kistrik. Asifat listrik dari partikel terdispersi mendukung untuk menstabilkan system dan mengikat koalesensi. Muatan partikel terdiuspersi dapt berasal dari :
a. ionisasi molekul-molekul pada permukaan partikel
b. Adsorsi ion-ion dan partikel dari medium disekitarnya
c. Kontak antar bagian partikel dengan medium disekitarnya
Saat ini sangat sukar untuk menandai dengan jaminan nyata bahwa muatan bertanggungjawab dalam hal ini dan paling banyak contoh muatan dari kombinasi 2 atau lebih metode diatas.
Aspek teoritis dari karakteristik listrik tetesan emulsi ang esesnsial yang diturunkan oleh penemu yang mengembangkan secara intensif daerah dari koloid hidrofobik, dimana partikel dalam beberapa kasus berbentuk padatan bulat. Asspek dari teori ini dapat diaplikasikan dalm system emulsi.
7. Syarat- Syarat Pengemulsi
Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengmulsi :
a. harus aktif pada permukaan dan mengurangi tegangan antar muka sampai dibawah 10 dyne/ cm
b. Harus diabsorsi cepat disekitar tetesan terdispersi sebagai lapisan kental monoadheren yang dapat mencegah koalesensi
c. Memberikan tetesan-tetesan yang potensial listriknya cukup sehingga terjadi saling tolak menolak
d. Harus meningkatkan viskositas emulsi
e. Harus efektif pada konsentrasi rendah
Tidak ada bahan pengemulsi yang memenuhi syarat sifat-sifat ini pada tingkat yang sama, nyatanya tidak semua emulgator yang baik perlu memiliki semua sifat diatas.