BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
-
Upload
truongdiep -
Category
Documents
-
view
283 -
download
2
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sediaan Topikal
Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk
menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan preparat cair yang
dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian luar kulit. Pada umumnya pembawa dari lotio
adalah air. lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat
karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat
pada permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan lapisan
tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk
memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat setiap
akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali (Ansel, 1989).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep
tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk
pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari
substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam
proporsi relatif tinggi (Anief, 1999).
Efek obat mempunyai efek atau aksi lebih dari satu, maka itu efek berupa:
1. Efek terapi, ialah efek atau aksi yang merupakan satu – satunya pada letak primer
2. efek samping, ialah efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan tidak
ikut pada kegunaan terapi
3. efek teratogen, ialah efek obat yang pada dosis terpetik untuk ibu mengakibatkan cacat
padai janin, misalnya fokomelia (kaki dan tangan bayi seperti kepunyaan anjing laut).
Universitas Sumatera Utara
5
4. Efek toksis, ialah aksi tambahan dari obat yang lebih berat dibanding efek samping dan
merupakan efek yang tidak diinginkan. Tergantung besarnya dosis obat dapat diperoleh
efek terapi atau efek toksis.
2.2. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air
yang dapat dicuci dengan air.
Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu asam
lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu temperatur 700-
800 (Dirjen POM,1995).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian
kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan,
dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka,
obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir dan sebagainya
( Anief, 1999).
penggolongnan krim terdiri dari emulsi minyak dalam air.krim digolongkan menjadi
dua tipe, yakni:
a. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak. Contoh nya, cold cream. Cold cream adalah
sediaan kosmetik yang digunakan untuk memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit,
sebagai krim pembersih, berwarna putih, dan bebas butiran. Cold cream mengandung
mineral oil dalam jumlah besar.
Universitas Sumatera Utara
6
b. Tipe m/a,yaitu minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream. Vanishing
cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan, melembabkan, dan
sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelaembab akan meninggalkan lapisan
berminyak/ film pada kulit.
a. Keuntungan penggunaan Krim
1) Mudah menyebar rata
2) Praktis
3) Mudah dibesihkan atau dicuci
4) Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5) Tidak lengket terutama tipe m/a
6) Memberikan rasa dingin
7) Digunakan sebagai kosmetik
8) Bahan untuk pemakaian topikal, jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun
b.Kerugian penggunaan Krim
Adapun kerugiaan dari penggunaan sediaan krim, antara lain:
1) Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim hrus dalam keadaan panas
2) Gampang pecah, karena dalam pembuatan, formula tidak pas, serta
3) Mudah kering dan rusak, khususnya tipe a/m, karena terganggunya sistem campuran,
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi, yang diakibatkan oleh
penambahan salah satu fase secara berlebihan.
Obat ini akan dibuat dalam bentuk sediaan salep dikarenakan bahan aktif yang
digunakan praktis tidak larut dalam air sehingga dibuat dalam sediaan topikal dan
menggunakan basis hidrokarbon. Dasar salep hidrokarbon ini dikenal sebagai dasar salep
Universitas Sumatera Utara
7
berlemak, bebas air. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak dengan kulit dan
bertindak sebagai pembalut/penutup. Dasar salep ini digunakan sebagai emolien dan sifatnya
sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Pemilihan dasar
salep tergantung pada factor-faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang
dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan. Dalam hal-hal tertentu
perlu menggunakan dasar salep yang kuranng ideal untuk medapatkan stabilitas yang
diinginkan. Misalnya : obat-obat yang mudah terhidrolisis lebih stabil dalam dasar
hidrokarbon daripada yang mengandung air meskipun obat tersebut lebih efektif dalam dasar
yang mengandung air. Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang
bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan
serangga dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid menekan
berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama sekali tidak
menyembuhkan, dan bila pengobatan dihentikan kondisi semula mungkin muncul kembali.
Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan (Widodo,2013)
Universitas Sumatera Utara
8
Beberapa hal yang harus memenuhi beberapa persyaratan krim sebagai berikut :
a. Stabil
b. Lunak
c. Mudah dipakai
d. Dasar krim yang cocok
e. Terdistribusi merata (Widodo,2013).
Fungsi krim adalah:
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kotak langsung dengan zat – zat berbahaya
(Anief,1999).
2.3 Obat Kulit
Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan antibiotika,
kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat topikal kulit dapat berupa salep,
krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk obat kulit topikal dipengaruhi jenis kerusakan
kulit, daya kerja yng dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang diobati. Obat kulit
topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada beberapa keadaan, dapat juga
bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada pengobatan penyakit kulit kronik
dengan obat kulit topikal yang mengandung kortikosteroid.
Kortikosteroid mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat
pembelahan sel epidermis. Kortikosteriod secara topikal dapat mengganggu pertahanan kulit
alami terhadap infeksi sehingga dikombinasikan dengan obat antibiotika. Obat kulit
Universitas Sumatera Utara
9
digunakan untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit. Gangguan fungsi struktur
kulit dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu :
1. Kerusakan Kulit Akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah,
melepuh, dan gatal.
2. Kerusakan Kulit Sub Akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi antara 7-
30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang makin parah dan sudah
mempengaruhi daerah sekelilingnya.
3. Kerusakan Kulit Kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta timbul
kembali, dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal, keras
dan retak-retak (Sartono, 1996).
Obat dibagi menurut tingkat keamannya menjadi beberapa kelompok. Kelompok-
kelompok ini selanjutnya menentukan mudah sukarnya obat didapatkan dipasaran. Obat
relatif aman (relatif kurang beracun) akan lebih mudah didapat daripada obat yang kurang
aman (relatif lebih beracun). Makin kurang aman atau makin berbahaya suatu obat, makin
ketat obat itu diawasi peredarannya dan pemakaianya oleh pemerintah. Sehingga untuk
mendapat obat-obat tersebut harus dengan resep dokter dan hanya dibeli di apotek.
Ada empat kelompok obat berdasarkan keamanannya:
1. Kelompok obat bebas
Sesuai dengan namanya, obat-obat dalam golongan tersebut diatas dapat dijualbelikan
dengan bebas, tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek, toko obat maupun warung-
warung kecil.
Termasuk dalam kelompok ini ialah : Vitamin B kompleks, Vitamin B1, tablet Vitamin A,
Vitamin C, multivitamin dan sebagainya. Golongan obat bebas ini biasanya tidak
Universitas Sumatera Utara
10
membahayakan jiwa, dalam arti kata yang agak luas, bila makan jumlah 10-20 biji sekaligus
pun belum tentu sampai mati saat itu juga.
2. Kelompok obat bebas terbatas
Pada zaman Belanda, kelompok ini juga disebut obat daftar W(W= Waarschuing=
peringatan). Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini dapat dijualbelikan secara bebas
dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah ditentukan dan disertai dengan tanda
peringatan.Yang termasuk dalam kelompok ini tablet antimo, merkurokrom, Vitamin E
(maksimal 120 mg), kreosol dan lain-lain.
3. Kelompok obat keras
Di dalam kefarmasian dan di zaman Belanda dahulu obat-obat yang termasuk dalam
golongan ini terkenal dengan obat-obat golongan daftar G (gevaarlijk=berbahaya) atau daftar
obat keras. Obat-obat golongan ini sangat berbahaya, mempunyai kerja sampingan yang
sangat besar dan untuk mendapatkannya diperlukan resep dokter yang hanya dapat dibeli di
apotek. Pada pemakaian yang tidak hati-hati dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan dan dapat mengakibatkan maut, misalnya menimbulkan gangguan pada
metabolism, gangguan pada saluran kencing, mengakibatkan penyakit kurangnya
pembentukkan bentuk darah tertentu (agranulocytosis) dan lain-lainnya.
Lebih dari 100 bahan obat termasuk dalam golongan ini, meliputi antibiotika, obat-
obat yang tercantum dalam daftar obat bebas terbatas, bila jumlahnya melebihi dari apa yang
ditentukan oleh daftar itu, obat-obat yang berpengaruh pada susunan saraf seperti obat
penenang, obat-obat yang digunakan dengan cara penyuntikan dan masih banyak lagi yang
lainnya.
4. Kelompok narkotika
Obat ini seperti halnya dengan obat daftar G, hanya dapat diperoleh di apotek dengan
resep dokter. Dalam dunia kefarmasian terkenal dengan obat golongan O (O=opium).
Universitas Sumatera Utara
11
Berbeda dengan obat keras, peredaran obat narkotika ini sangat ketat dan diawasi oleh badan
pengawasan obat. Di apotek, keluar masuknya obat-obat narkotika ini dicatat dan dilaporkan
kepada badan pengawasan obat. Obat-obat narkotika ini mempunyai akibat buruk, tidak
hanya pada badan pemakaiannya, tetapi juga terhadap masyarakat sekelilingnya. Hal ini
disebabkan karena mengakibatkan kecanduan, ketergantungan pada obat tersebut dan dapat
merusakkan kepribadian pemakaiannya. Jadi masalah narkotik ini bukan hanya merupakan
masalah medis tetapi juga merupakan masalah sosial. Contoh obat narkotika : morfina,
kokaina, petidina, dan sebagainya.
Sebuah peraturan lain untuk melindungi pemakaian obat adalah keharusan
disertakannya brosur pada setiap obat yang dijual, baik itu obat keras, obat bebas terbatas
maupun obat bebas. Di dalam brosur itu tercantum hal-hal yang perlu diketahui sebelum
pemakai obat meminumnya, seperti dosis, aturan pakai, waktu pemakaian, indikasi (penyakit
yang dapat diobati obat tersebut), kontra indikasi (keadaan-keadaan pemakai di mana tidak
diizinkan memakai obat tersebut), kerja sampingan yang mungkin timbul dan sebagainya.
Sayangnya, masyarakat kita masih sering mengabaikan brosur tersebut dan tidak
membacanya lebih dahulu sebelum memakai/meminum obat tersebut, bahkan sering dibuang
begitu saja. Ini sebetulnya suatu hal yang patut disayangkan. (Widjajanti,1988).
Beberapa pengaruh buruk dari obat yang perlu dipahami oleh masyarakat umum
ialah:
1. Pengaruh samping obat (efek samping obat)
Selain khasiat obat yang berguna menyembuhkan penyakit, obat memiliki juga
pengaruh negative yang selalu timbul bersama dalam pemakaian obat. Misalnya obat
penawar nyeri Asetosal sering menimbulkan akibat sampingan pendarahan lambung yang
dapat membahayakan kesehatan pemakaiannya. Demikian pula Fenasetina yang dulu banyak
Universitas Sumatera Utara
12
digunakan untuk bahan obat flu, ternyata dapat menyebabkan kerusakan ginjal, sehingga
sekarang telah diamankan dari peredaran bebas.
2. Keracunan obat
Keracunan obat adalah gejala-gejala yang ditimbulkan oleh obat bila dipakai dalam
dosis yang terlalu tinggi atau dalam waktu yang terlalu lama atau juga bila minum yang salah
misalnya obat antidiabetes bekerja menurunkan kadar glukosa darah pada penyakit kencing
manis, akan mengakibatkan kadar glukosa darah menjadi sangat rendah dan menyebabkan
pemakaiannya lemas atau pingsan.
3. Alergi obat
Alergi obat adalah reaksi timbul terhadap suatu obat karena kepekaan seseorang
terhadap obat tersebut misalnya alergi Penisilina pada orang tertentu menyebabkan gatal-
gatal, pada orang lain dapat menyebabkan shock yang membahayakan jiwanya.
4. Pengaruh negatif bila dua macam obat atau lebih dipakai secara bersama
Dua macam obat bila dipakai bersama dapat merugikan, misalnya obat yang satu dapat
mengurangi khasiat obat yang lain atau malah karena reaksi kimia antara obat-obat itu
menyebabkan terbentuk zat lain yang tidak berkhasiat atau malah mungkin beracun. Untuk
itu beberapa petunjuk umum yang patut dicatat ialah : (Widjajanti,1988).
a. Obat penurun tekanan darah tinggi Reserpina sebaiknya jangan minum bersama dengan :
Obat jantung Digoxin
Obat yang mengandung parasetamol (Contracol, Decolgen)
Obat antialergi (Avil,Allerson, Phenergan)
b. Antibiotik Tetrasiklina (Dumacyclin, Tetraplex)
Jangan diminum bersamaan dengan :
Tonicum yang banyak mengandung zat besi
Obat penawar asam (Antacid) misalnya Promag, Aludona, Milanta
Universitas Sumatera Utara
13
c. Obat antihamil (Microgynon, Lyndiol) jangan diminum bersama dengan:
Obat penyakit rematik (Kalrhenma, Pehazon, Stoppain, Tomanol)
Obat yang mengandung Barbiturat (Bellergal, Bellaphe Cosadon)
Obat antialergi / antihistamin ( AVIL,CTM,Antistine)
Salah satu obat produksi dari PT. Kimia Farma (Persero)Tbk Plant Medan yang
digunakan melalui kulit adalah krim hidrokortison. Hidrokortison merupakan suatu senyawa
turunan dari kortikosteroid. Hidrokortison dalam bentuk krim biasanya dikombinasikan
dengan suatu asam, misalnya bila dikombinasikan dengan suatu asam asetat maka nama dari
sediaan tersebut adalah hidrokortison asetat. Hidrokortison asetat ( digolongkanke
dalam obat antiinflamantori analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan adanya
rasa nyeri, bengkak, kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak (Anief,1996).
Untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit, digunakan obat topikal yang
mengandung obat-obat seperti golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal,
antifungi, dan lain-lain. Bentuk obat topikal dapat berupa salep, krim, lotio, dan pasta.
Pemilihan bentuk obat topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, parahnya
kerusakan kulit, daya kerja obat yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang
diobati. Biasanya obat topikal mengandung obat yang dimaksudkan untuk bekerja pada
lapisan kulit yang lebih dalam dari permukaan kulit, misalnya pada opengobatan penyakit
kulit kronik dengan obat topikal yang mengandung kortikosteroid ( Sartono, 1996)
2.4 Hidrokortison
Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai dayakerja antialergi
dan antiradang. Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi
peradangan, dan menghambat sel epidermis. Krim Hidrokortison dapat mengurangi radang,
Universitas Sumatera Utara
14
rasa gatal, dan rasa sakit pada kulit.indikasi krim ini ,menekan reaksi radang pada kulit yang
bukan diseba kulit 2-3 kali sehari ( Anief, 1996 ).
Gambar 2.1. Struktur Hidrokortison Asetat
Rumus molekul : C21H30O5
Berat molekul : 362,47
Nama lain : Cortisol
Pemerian : Serbuk hablur/kristalin,Putih, Tidak berbau dan rasa pahit
Kelarutan : Sangat Sukar larut dalam air, dalam eter, agak sukar larut dalam aseton dan dalam
etanol, sukar larut dalam kloroform. (Dirjen POM,1995)
Hidrokortison topikal (salep atau krim) digunakan sebagai anti radang dan antipruritis.
Efek samping : Hidrokortison memiliki efek anti radang yang kuat,serta meningkatkan
tekanan darah dan kadar gula darah. Hidrokortison bekerja sebagai antagonis fisiologis untuk
insulin dengan meningkatkan glikogenolisis (penguraian glikogen), lipolisis (penguraian
lipid),dan proteinolisis (penguraian protein), menurunkan pembentukan glikogen di hati,
meningkatkan mobilisasi, asam amino dan badan keton ekstrahepatik. Ini akan meningkatkan
kadar glukosa di dalam darah. Oleh karena itu, pemberian hidrokortison yang berlebihan
dapat menyebabkan hiperglikemia.
Hidrokortison meningkatkan tekanan darah dengan jalan meningkatkan kepekaan
pembuluh darah terhadap epinefrin dan norepinefrin.Pemberian hidrokortison topikal
menyebabkan vasokonstriks.Hidrokortison menekan sistem imun dengan jalan menghambat
proliferasi sel T. Hidrokortison menurunkan pembentukan tulang,oleh sebab itu pemakaian
Universitas Sumatera Utara
15
jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis. Hidrokortison dapat diserap dengan baik
pada pemberian per oral. Hidrokortison juga dapat diserap melalui kulit. Tingkat absorpsi
melalui kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor,antara lain jenis zat pembawa, integritas sawar
epidermal, dan penggunaan pembalut. Pembalut umumnya akan meningkatkan absorpsi.
Kortikosteroid topikal dapat diserap melalui kulit utuh normal.Adanya radang atau
penyakit lain di kulit dapat meningkatkan absorpsi melalui kulit. Pada pemberian per
rektal,hidrokortison diserap hanya sebagian, sekitar 30-50%. Setelah diserap, hidrokortison
yang diberikan secara topikal akan mengalami nasib sama seperti hidrokortison per oral atau
per parenteral.
Di dalam darah, sebagian besar(lebih kurang 95%) hidrokortison terikat pada
protein.Hanya hidrokortison dalam bentuk bebas yang dapat berikatan dengan reseptor dan
menimbulkan efek. Senyawa-senyawa kortikosteroid terutama dimetabolisme di hati,
merupakan substrat dari enzim. Ekskresi terutama melalui ginjal, namun sebagian
kortikosteroid yang diberikan secara topikal dan metabolitnya juga diekskresikan ke dalam
empedu.
2.4.1. Pengujian Krim Hidrokortison 2,5% Dengan KCKT
sPengujian hidrokortison dapat dilakukan dengan secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Perpormance Liquid
Chromatography (HPLC) merupakan suatu tekhnis analisis obat yang paling cepat
berkembang. Cara ini ideal untuk analisis beragam obat dalam sediaan dan cairan biologi
karena sederhana dan kepekaannya tinggi. KCKT biasanya dilakukan pada suhu kamar, jadi
senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah. Peralatan KCKT memiliki
kepekaan yamg sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang lebih akurat dan
membutuhkan waktu yang tidak lama.
Universitas Sumatera Utara
16
Kemajuan dalam tekhnologi kolom , sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang
sensitif telah menyebabkan perubahan pada KCKT menjadi suatu sistem pemisahan dengan
kecepatan dan efisiensi yang tinggi.
KCKT digunakan untuk senyawa-senyawa tak atsiri, berbobot molekul tinggi, anorganik,
tidak tahan panas dan lain sebagainya. Kepekaan dari peralatan KCKT sangat tinggi sehingga
menghasilkan data yang lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak lama. Cepatnya
perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang handal dan kolom yang
efisien (Munson, 1991).
KCKT pada sat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir. Dalam
beberapa tahun terakhir ini tekhnologi KCKT dan pemakaiannya sangat berkembang,
walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini merupakan suatu tekhnik
yang banyak digunakan pada perusahaan obat. Diantaranya adalah PT. Kimia Farma
(persero) Tbk. Plant Medan.
KCKT merupakan salah satu metode yang mempunyai banyak keuntungan, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Cepat ; untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5 menit.
2. Daya pisahnya baik ; kemampuan linarut berinteraksi dengan fase diam dan fase gerak
memberikan parameter pencapaian pemisahan yang dikehendaki.
3. Peka / detector unik ; detector yang dipakai adalah uv 254 nm yang dapat mendeteksi
berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram.
4. Kolom dapat dipakai kembali tetapi mutunya turun. Laju penurunan mutunya bergantung
pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut,dan jenis pelarut yang dipaki.
5. Ideal untuk molekul besar dan ion.
Universitas Sumatera Utara
17
6. Mudah memperoleh kembali cuplikan ; karena detector tidak merusak cuplikan. Pelarut
dapat dihilangkan dengan penguapan (Johnson, 1991).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High
Peformanse Liquid Chromatography) di kembangkan pada akhir tahun 1960an. Saat ini,
KCKT merupakan tekhnik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat,
baik dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik serta obat dalam cairan biologis (Rohman,
2009).
Pada dasarnya alat KCKT terdiri dari :
1. Wadah Fase Gerak
Wadah fase gerak merupakan wadah untuk menampung fase gerak yang digunakan
selama proses pemisahan dengan KCKT. Wadah ini harus bersih dan lembab (inert) atau
tidak bereaksi dengan komponen fasegerak, dapat digunakan wadah pelarut kosong ataupun
labu laboratorium. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter.
Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada
fase gerak, sebab adanyagas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan
detektor, sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat pelarut untuk fase gerak,
maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian
yang sangat tinggi dan lebih terpilih lagi jika pelarut – pelarut yang akan digunakan untuk
analisis dengan KCKT berderajat KCKT (HPLC grade). Adanya partikel yang kecil dapat
terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu
kekosonganpada kolom atau tabung tersebut (Ibnu,2012).
Universitas Sumatera Utara
18
2. Fase Gerak
Fase gerak atu eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang secara keseluruhan
berperan dalam daya elusi dan resolusi. Untuk KCKT fase normal (fase diam KCKT lebih
plar dari pada fase gerak), kemampuan elusi meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk
KCKT fase terbalik (fase diam kurang polar dibanding fase gerak), kemampuan elusi
menurun dengan meningktnya polaritas pelarut.
Fase gerak harus berinteraksi dengan fase diam yang sesuai untuk memisahkan campuran
senyawa obat secepat dan seefisien mungkin. Pemilihan fase gerak didasarkan pada kriteria
berikut: a) viskositas b) Transparansi terhadap UV c)Indeks bias d) Titik didih e) Kemurnian
f) Lembab g) Toksitas h) Harga
3. Pompa pada KCKT
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat
sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus Inert terhadap fase gerak. Bahan yang
umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Tujuan
penggunaan pompa atau sistem penghantar fase gerak adalah menjamin prosespenghantaran
fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusible, konstan dan bebas dari gangguan
( Ibnu, 2012).
Pompa harus tahan terhadap semua jenis pelarut, dapat mencapai tekanan sampai
6000 pada saat ini , harus bebas denyut, dan dapat menghantarkan aliran terukur 0,01 – 1,0
atau 0,1 - 20 ml/ menit. Selain itu, pompa harus mempunyai batas volume minimum sehingga
memungkinkan pergantian pelarut dengan cepat dan elusi landaian secara efisien. Laju aliran
biasanya dikendalikan dengan tombol pada pompa normal atau dengan mikroprosesor pada
pompa niaga yang lebih canggih (Gritter,1991).
Universitas Sumatera Utara
19
4. Pipa
Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa sebelum
penyuntik tidak berpengaruh, hanya saja harus lembam, tahan tekanan dan mampu dilewati
pelarut dengan volume yang memadai ( Munson, 1991
5. Penyuntik / Sistem penyuntik Cuplikan
Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian maksimum pada
analisis kuantitatif, yang terpenting adalah sistem harus dapat mengatasi tekanan balik yang
tinggi tanpa kehilangan terokan ( fase gerak ). Pada saat pengisian terokan, terokan dialirkan
melewati keluk dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup
diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk kolom ( Munson, 1991 ).
6. Kolom
Kolom merupakan jantung kromatograf, kebersihan atau kegagalan analisis tergantung pada
pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk mamasang penyaring 2 μm
dijalur antar penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak atau
terokan, hal ini dapat memperpanjang umur kolom ( Munson, 1991 ).
Kolom dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Kolom analitik :
Garis tengah dalam 2-6mm. untuk kemasan makropartikel panjang kolom 50- 100 cm,
untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolomnya 10-30 cm.
b. Kolom preparatif :
garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm (Johnson,1991).
Pemilihan kolom yang dipakai untuk cuplikan yang sifatnya tidak dikenal berdasarkan
pada sifat kimia umum linarut, sifat kelarutan dan ukurannya. Kolom dapat dikemas sendiri
atau membeli kolom yang sudah dikemas. KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila
Universitas Sumatera Utara
20
tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang
memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak
dan kepekaan yang tinggi dicapai ( Gritter, 1991 ).
7. Detektor
Detektor harus memberikan cuplikan , tanggapan yang dapat diramalkan , peka, hasil
yang efisien dan tidak terpengarung oleh perubahan suhu atau komposisi fase gerak. Detektor
yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat
dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor
KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai (Munson,
1991).
8. Penguat Sinyal
Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum
disampaikan pada alat perekam otomatik yang sesuai, biasanya berupa suatu perekam
potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk
mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik ( Munson, 1991 ).
9. Perekam
Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi merekam atau
menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak (puncak).Dari daftar tersebut,
secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa (Munson,1991).
Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan suatu pelarut landaian
yaitu pelarut yang dapat diubah-ubah kepolarannya sesuai dengan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
21
Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu peubah yang
mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dapat digunakan dalam metode KCKT
tetapi harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini :
1. Murni tanpa cemaran
2. Tidak bereaksi dengan kemasan
3. Sesuai dengan detektor
4. Dapat melarutkan cuplikan
5. Mempunyai viskositas rendah
6. Mudah memperoleh kembali cuplikan
7. Harganya wajar (Johnson,1991).
Prinsip dari metode KCKT adalah :
Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik KCKT, maka akan dibawa melalui
kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya tekanan dari pompa. Data yang dihasilkan
ditunjukkan berupa puncak oleh suatu perekam.
Yang penting pada KCKT adalah penggunaan adsorben dengan partikel
(≤ 50µm) dan kolom yang kecil diameternya, yang di dalamnya mengalir pengelusi dengan
tekanan tinggi (10-400 bar) dengan laju aliran tetap. Dengan cara ini didapat penyingkatan
proses pemisahan yang besar dan akibatnya adalah terjadinya pemisahan yang lebih baik.
Umumnya yang digunakan adalah detektor yang mengukur serapan ultraviolet. Senyawa
yang dipisahkan akan keluar sebagai puncak dan waktu retensi yang sesuai (volume retensi)
merupakan karakteristik senyawa dan luas di bawah kurva merupakan ukuran konsentrasi.
(Watimena,1990)
Universitas Sumatera Utara
22
Cara kerja KCKT
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat – zat terlarut terpisah oleh
perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut – solut ini melewati suatu kolom kromatografi.
Pemisahan solut – solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam.
Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi
membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti
jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu
kolom,dan ukuran sampel. untuk tujuan memilih kombinasi kondisi kromatogfariyang
terbaik, maka dibutuhkan pemahaman yang mendasar tentang berbagai macam faktor yang
mempengaruhi pemisahan pada kromatografi cair (Rohman,2009)
Universitas Sumatera Utara