BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sediaan Topikal Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian luar kulit. Pada umumnya pembawa dari lotio adalah air. lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat setiap akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali (Ansel, 1989). Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam proporsi relatif tinggi (Anief, 1999). Efek obat mempunyai efek atau aksi lebih dari satu, maka itu efek berupa: 1. Efek terapi, ialah efek atau aksi yang merupakan satu satunya pada letak primer 2. efek samping, ialah efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan tidak ikut pada kegunaan terapi 3. efek teratogen, ialah efek obat yang pada dosis terpetik untuk ibu mengakibatkan cacat padai janin, misalnya fokomelia (kaki dan tangan bayi seperti kepunyaan anjing laut). Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sediaan Topikal

Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk

menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan preparat cair yang

dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian luar kulit. Pada umumnya pembawa dari lotio

adalah air. lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat

karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat

pada permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan meninggalkan lapisan

tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio cenderung untuk

memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat setiap

akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali (Ansel, 1989).

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai

obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep

tidak boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk

pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri dari

substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam

proporsi relatif tinggi (Anief, 1999).

Efek obat mempunyai efek atau aksi lebih dari satu, maka itu efek berupa:

1. Efek terapi, ialah efek atau aksi yang merupakan satu – satunya pada letak primer

2. efek samping, ialah efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan tidak

ikut pada kegunaan terapi

3. efek teratogen, ialah efek obat yang pada dosis terpetik untuk ibu mengakibatkan cacat

padai janin, misalnya fokomelia (kaki dan tangan bayi seperti kepunyaan anjing laut).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

5

4. Efek toksis, ialah aksi tambahan dari obat yang lebih berat dibanding efek samping dan

merupakan efek yang tidak diinginkan. Tergantung besarnya dosis obat dapat diperoleh

efek terapi atau efek toksis.

2.2. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan

obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim mempunyai

konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak

dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air

yang dapat dicuci dengan air.

Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu asam

lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana panas yaitu temperatur 700-

800 (Dirjen POM,1995).

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian

kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan,

dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka,

obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir dan sebagainya

( Anief, 1999).

penggolongnan krim terdiri dari emulsi minyak dalam air.krim digolongkan menjadi

dua tipe, yakni:

a. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak. Contoh nya, cold cream. Cold cream adalah

sediaan kosmetik yang digunakan untuk memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit,

sebagai krim pembersih, berwarna putih, dan bebas butiran. Cold cream mengandung

mineral oil dalam jumlah besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

6

b. Tipe m/a,yaitu minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream. Vanishing

cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan, melembabkan, dan

sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelaembab akan meninggalkan lapisan

berminyak/ film pada kulit.

a. Keuntungan penggunaan Krim

1) Mudah menyebar rata

2) Praktis

3) Mudah dibesihkan atau dicuci

4) Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat

5) Tidak lengket terutama tipe m/a

6) Memberikan rasa dingin

7) Digunakan sebagai kosmetik

8) Bahan untuk pemakaian topikal, jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun

b.Kerugian penggunaan Krim

Adapun kerugiaan dari penggunaan sediaan krim, antara lain:

1) Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim hrus dalam keadaan panas

2) Gampang pecah, karena dalam pembuatan, formula tidak pas, serta

3) Mudah kering dan rusak, khususnya tipe a/m, karena terganggunya sistem campuran,

terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi, yang diakibatkan oleh

penambahan salah satu fase secara berlebihan.

Obat ini akan dibuat dalam bentuk sediaan salep dikarenakan bahan aktif yang

digunakan praktis tidak larut dalam air sehingga dibuat dalam sediaan topikal dan

menggunakan basis hidrokarbon. Dasar salep hidrokarbon ini dikenal sebagai dasar salep

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

7

berlemak, bebas air. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak dengan kulit dan

bertindak sebagai pembalut/penutup. Dasar salep ini digunakan sebagai emolien dan sifatnya

sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Pemilihan dasar

salep tergantung pada factor-faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang

dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan. Dalam hal-hal tertentu

perlu menggunakan dasar salep yang kuranng ideal untuk medapatkan stabilitas yang

diinginkan. Misalnya : obat-obat yang mudah terhidrolisis lebih stabil dalam dasar

hidrokarbon daripada yang mengandung air meskipun obat tersebut lebih efektif dalam dasar

yang mengandung air. Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang

bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan

serangga dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid menekan

berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama sekali tidak

menyembuhkan, dan bila pengobatan dihentikan kondisi semula mungkin muncul kembali.

Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan (Widodo,2013)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

8

Beberapa hal yang harus memenuhi beberapa persyaratan krim sebagai berikut :

a. Stabil

b. Lunak

c. Mudah dipakai

d. Dasar krim yang cocok

e. Terdistribusi merata (Widodo,2013).

Fungsi krim adalah:

a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit

b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit

c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kotak langsung dengan zat – zat berbahaya

(Anief,1999).

2.3 Obat Kulit

Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan antibiotika,

kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat topikal kulit dapat berupa salep,

krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk obat kulit topikal dipengaruhi jenis kerusakan

kulit, daya kerja yng dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang diobati. Obat kulit

topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada beberapa keadaan, dapat juga

bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada pengobatan penyakit kulit kronik

dengan obat kulit topikal yang mengandung kortikosteroid.

Kortikosteroid mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat

pembelahan sel epidermis. Kortikosteriod secara topikal dapat mengganggu pertahanan kulit

alami terhadap infeksi sehingga dikombinasikan dengan obat antibiotika. Obat kulit

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

9

digunakan untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit. Gangguan fungsi struktur

kulit dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu :

1. Kerusakan Kulit Akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah,

melepuh, dan gatal.

2. Kerusakan Kulit Sub Akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi antara 7-

30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang makin parah dan sudah

mempengaruhi daerah sekelilingnya.

3. Kerusakan Kulit Kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta timbul

kembali, dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal, keras

dan retak-retak (Sartono, 1996).

Obat dibagi menurut tingkat keamannya menjadi beberapa kelompok. Kelompok-

kelompok ini selanjutnya menentukan mudah sukarnya obat didapatkan dipasaran. Obat

relatif aman (relatif kurang beracun) akan lebih mudah didapat daripada obat yang kurang

aman (relatif lebih beracun). Makin kurang aman atau makin berbahaya suatu obat, makin

ketat obat itu diawasi peredarannya dan pemakaianya oleh pemerintah. Sehingga untuk

mendapat obat-obat tersebut harus dengan resep dokter dan hanya dibeli di apotek.

Ada empat kelompok obat berdasarkan keamanannya:

1. Kelompok obat bebas

Sesuai dengan namanya, obat-obat dalam golongan tersebut diatas dapat dijualbelikan

dengan bebas, tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek, toko obat maupun warung-

warung kecil.

Termasuk dalam kelompok ini ialah : Vitamin B kompleks, Vitamin B1, tablet Vitamin A,

Vitamin C, multivitamin dan sebagainya. Golongan obat bebas ini biasanya tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

10

membahayakan jiwa, dalam arti kata yang agak luas, bila makan jumlah 10-20 biji sekaligus

pun belum tentu sampai mati saat itu juga.

2. Kelompok obat bebas terbatas

Pada zaman Belanda, kelompok ini juga disebut obat daftar W(W= Waarschuing=

peringatan). Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini dapat dijualbelikan secara bebas

dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah ditentukan dan disertai dengan tanda

peringatan.Yang termasuk dalam kelompok ini tablet antimo, merkurokrom, Vitamin E

(maksimal 120 mg), kreosol dan lain-lain.

3. Kelompok obat keras

Di dalam kefarmasian dan di zaman Belanda dahulu obat-obat yang termasuk dalam

golongan ini terkenal dengan obat-obat golongan daftar G (gevaarlijk=berbahaya) atau daftar

obat keras. Obat-obat golongan ini sangat berbahaya, mempunyai kerja sampingan yang

sangat besar dan untuk mendapatkannya diperlukan resep dokter yang hanya dapat dibeli di

apotek. Pada pemakaian yang tidak hati-hati dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak

diinginkan dan dapat mengakibatkan maut, misalnya menimbulkan gangguan pada

metabolism, gangguan pada saluran kencing, mengakibatkan penyakit kurangnya

pembentukkan bentuk darah tertentu (agranulocytosis) dan lain-lainnya.

Lebih dari 100 bahan obat termasuk dalam golongan ini, meliputi antibiotika, obat-

obat yang tercantum dalam daftar obat bebas terbatas, bila jumlahnya melebihi dari apa yang

ditentukan oleh daftar itu, obat-obat yang berpengaruh pada susunan saraf seperti obat

penenang, obat-obat yang digunakan dengan cara penyuntikan dan masih banyak lagi yang

lainnya.

4. Kelompok narkotika

Obat ini seperti halnya dengan obat daftar G, hanya dapat diperoleh di apotek dengan

resep dokter. Dalam dunia kefarmasian terkenal dengan obat golongan O (O=opium).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

11

Berbeda dengan obat keras, peredaran obat narkotika ini sangat ketat dan diawasi oleh badan

pengawasan obat. Di apotek, keluar masuknya obat-obat narkotika ini dicatat dan dilaporkan

kepada badan pengawasan obat. Obat-obat narkotika ini mempunyai akibat buruk, tidak

hanya pada badan pemakaiannya, tetapi juga terhadap masyarakat sekelilingnya. Hal ini

disebabkan karena mengakibatkan kecanduan, ketergantungan pada obat tersebut dan dapat

merusakkan kepribadian pemakaiannya. Jadi masalah narkotik ini bukan hanya merupakan

masalah medis tetapi juga merupakan masalah sosial. Contoh obat narkotika : morfina,

kokaina, petidina, dan sebagainya.

Sebuah peraturan lain untuk melindungi pemakaian obat adalah keharusan

disertakannya brosur pada setiap obat yang dijual, baik itu obat keras, obat bebas terbatas

maupun obat bebas. Di dalam brosur itu tercantum hal-hal yang perlu diketahui sebelum

pemakai obat meminumnya, seperti dosis, aturan pakai, waktu pemakaian, indikasi (penyakit

yang dapat diobati obat tersebut), kontra indikasi (keadaan-keadaan pemakai di mana tidak

diizinkan memakai obat tersebut), kerja sampingan yang mungkin timbul dan sebagainya.

Sayangnya, masyarakat kita masih sering mengabaikan brosur tersebut dan tidak

membacanya lebih dahulu sebelum memakai/meminum obat tersebut, bahkan sering dibuang

begitu saja. Ini sebetulnya suatu hal yang patut disayangkan. (Widjajanti,1988).

Beberapa pengaruh buruk dari obat yang perlu dipahami oleh masyarakat umum

ialah:

1. Pengaruh samping obat (efek samping obat)

Selain khasiat obat yang berguna menyembuhkan penyakit, obat memiliki juga

pengaruh negative yang selalu timbul bersama dalam pemakaian obat. Misalnya obat

penawar nyeri Asetosal sering menimbulkan akibat sampingan pendarahan lambung yang

dapat membahayakan kesehatan pemakaiannya. Demikian pula Fenasetina yang dulu banyak

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

12

digunakan untuk bahan obat flu, ternyata dapat menyebabkan kerusakan ginjal, sehingga

sekarang telah diamankan dari peredaran bebas.

2. Keracunan obat

Keracunan obat adalah gejala-gejala yang ditimbulkan oleh obat bila dipakai dalam

dosis yang terlalu tinggi atau dalam waktu yang terlalu lama atau juga bila minum yang salah

misalnya obat antidiabetes bekerja menurunkan kadar glukosa darah pada penyakit kencing

manis, akan mengakibatkan kadar glukosa darah menjadi sangat rendah dan menyebabkan

pemakaiannya lemas atau pingsan.

3. Alergi obat

Alergi obat adalah reaksi timbul terhadap suatu obat karena kepekaan seseorang

terhadap obat tersebut misalnya alergi Penisilina pada orang tertentu menyebabkan gatal-

gatal, pada orang lain dapat menyebabkan shock yang membahayakan jiwanya.

4. Pengaruh negatif bila dua macam obat atau lebih dipakai secara bersama

Dua macam obat bila dipakai bersama dapat merugikan, misalnya obat yang satu dapat

mengurangi khasiat obat yang lain atau malah karena reaksi kimia antara obat-obat itu

menyebabkan terbentuk zat lain yang tidak berkhasiat atau malah mungkin beracun. Untuk

itu beberapa petunjuk umum yang patut dicatat ialah : (Widjajanti,1988).

a. Obat penurun tekanan darah tinggi Reserpina sebaiknya jangan minum bersama dengan :

Obat jantung Digoxin

Obat yang mengandung parasetamol (Contracol, Decolgen)

Obat antialergi (Avil,Allerson, Phenergan)

b. Antibiotik Tetrasiklina (Dumacyclin, Tetraplex)

Jangan diminum bersamaan dengan :

Tonicum yang banyak mengandung zat besi

Obat penawar asam (Antacid) misalnya Promag, Aludona, Milanta

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

13

c. Obat antihamil (Microgynon, Lyndiol) jangan diminum bersama dengan:

Obat penyakit rematik (Kalrhenma, Pehazon, Stoppain, Tomanol)

Obat yang mengandung Barbiturat (Bellergal, Bellaphe Cosadon)

Obat antialergi / antihistamin ( AVIL,CTM,Antistine)

Salah satu obat produksi dari PT. Kimia Farma (Persero)Tbk Plant Medan yang

digunakan melalui kulit adalah krim hidrokortison. Hidrokortison merupakan suatu senyawa

turunan dari kortikosteroid. Hidrokortison dalam bentuk krim biasanya dikombinasikan

dengan suatu asam, misalnya bila dikombinasikan dengan suatu asam asetat maka nama dari

sediaan tersebut adalah hidrokortison asetat. Hidrokortison asetat ( digolongkanke

dalam obat antiinflamantori analgesik yaitu obat untuk penyakit yang ditandai dengan adanya

rasa nyeri, bengkak, kekakuan, dan gangguan alat fungsi penggerak (Anief,1996).

Untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit, digunakan obat topikal yang

mengandung obat-obat seperti golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal,

antifungi, dan lain-lain. Bentuk obat topikal dapat berupa salep, krim, lotio, dan pasta.

Pemilihan bentuk obat topikal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, parahnya

kerusakan kulit, daya kerja obat yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang

diobati. Biasanya obat topikal mengandung obat yang dimaksudkan untuk bekerja pada

lapisan kulit yang lebih dalam dari permukaan kulit, misalnya pada opengobatan penyakit

kulit kronik dengan obat topikal yang mengandung kortikosteroid ( Sartono, 1996)

2.4 Hidrokortison

Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai dayakerja antialergi

dan antiradang. Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi

peradangan, dan menghambat sel epidermis. Krim Hidrokortison dapat mengurangi radang,

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

14

rasa gatal, dan rasa sakit pada kulit.indikasi krim ini ,menekan reaksi radang pada kulit yang

bukan diseba kulit 2-3 kali sehari ( Anief, 1996 ).

Gambar 2.1. Struktur Hidrokortison Asetat

Rumus molekul : C21H30O5

Berat molekul : 362,47

Nama lain : Cortisol

Pemerian : Serbuk hablur/kristalin,Putih, Tidak berbau dan rasa pahit

Kelarutan : Sangat Sukar larut dalam air, dalam eter, agak sukar larut dalam aseton dan dalam

etanol, sukar larut dalam kloroform. (Dirjen POM,1995)

Hidrokortison topikal (salep atau krim) digunakan sebagai anti radang dan antipruritis.

Efek samping : Hidrokortison memiliki efek anti radang yang kuat,serta meningkatkan

tekanan darah dan kadar gula darah. Hidrokortison bekerja sebagai antagonis fisiologis untuk

insulin dengan meningkatkan glikogenolisis (penguraian glikogen), lipolisis (penguraian

lipid),dan proteinolisis (penguraian protein), menurunkan pembentukan glikogen di hati,

meningkatkan mobilisasi, asam amino dan badan keton ekstrahepatik. Ini akan meningkatkan

kadar glukosa di dalam darah. Oleh karena itu, pemberian hidrokortison yang berlebihan

dapat menyebabkan hiperglikemia.

Hidrokortison meningkatkan tekanan darah dengan jalan meningkatkan kepekaan

pembuluh darah terhadap epinefrin dan norepinefrin.Pemberian hidrokortison topikal

menyebabkan vasokonstriks.Hidrokortison menekan sistem imun dengan jalan menghambat

proliferasi sel T. Hidrokortison menurunkan pembentukan tulang,oleh sebab itu pemakaian

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

15

jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis. Hidrokortison dapat diserap dengan baik

pada pemberian per oral. Hidrokortison juga dapat diserap melalui kulit. Tingkat absorpsi

melalui kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor,antara lain jenis zat pembawa, integritas sawar

epidermal, dan penggunaan pembalut. Pembalut umumnya akan meningkatkan absorpsi.

Kortikosteroid topikal dapat diserap melalui kulit utuh normal.Adanya radang atau

penyakit lain di kulit dapat meningkatkan absorpsi melalui kulit. Pada pemberian per

rektal,hidrokortison diserap hanya sebagian, sekitar 30-50%. Setelah diserap, hidrokortison

yang diberikan secara topikal akan mengalami nasib sama seperti hidrokortison per oral atau

per parenteral.

Di dalam darah, sebagian besar(lebih kurang 95%) hidrokortison terikat pada

protein.Hanya hidrokortison dalam bentuk bebas yang dapat berikatan dengan reseptor dan

menimbulkan efek. Senyawa-senyawa kortikosteroid terutama dimetabolisme di hati,

merupakan substrat dari enzim. Ekskresi terutama melalui ginjal, namun sebagian

kortikosteroid yang diberikan secara topikal dan metabolitnya juga diekskresikan ke dalam

empedu.

2.4.1. Pengujian Krim Hidrokortison 2,5% Dengan KCKT

sPengujian hidrokortison dapat dilakukan dengan secara Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Perpormance Liquid

Chromatography (HPLC) merupakan suatu tekhnis analisis obat yang paling cepat

berkembang. Cara ini ideal untuk analisis beragam obat dalam sediaan dan cairan biologi

karena sederhana dan kepekaannya tinggi. KCKT biasanya dilakukan pada suhu kamar, jadi

senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah. Peralatan KCKT memiliki

kepekaan yamg sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang lebih akurat dan

membutuhkan waktu yang tidak lama.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

16

Kemajuan dalam tekhnologi kolom , sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang

sensitif telah menyebabkan perubahan pada KCKT menjadi suatu sistem pemisahan dengan

kecepatan dan efisiensi yang tinggi.

KCKT digunakan untuk senyawa-senyawa tak atsiri, berbobot molekul tinggi, anorganik,

tidak tahan panas dan lain sebagainya. Kepekaan dari peralatan KCKT sangat tinggi sehingga

menghasilkan data yang lebih akurat dan membutuhkan waktu yang tidak lama. Cepatnya

perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang handal dan kolom yang

efisien (Munson, 1991).

KCKT pada sat ini merupakan metode kromatografi cair paling akhir. Dalam

beberapa tahun terakhir ini tekhnologi KCKT dan pemakaiannya sangat berkembang,

walaupun membutuhkan biaya yang relatif tidak sedikit tapi saat ini merupakan suatu tekhnik

yang banyak digunakan pada perusahaan obat. Diantaranya adalah PT. Kimia Farma

(persero) Tbk. Plant Medan.

KCKT merupakan salah satu metode yang mempunyai banyak keuntungan, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Cepat ; untuk analisis yang tidak rumit, dapat dicapai waktu analisis kurang dari 5 menit.

2. Daya pisahnya baik ; kemampuan linarut berinteraksi dengan fase diam dan fase gerak

memberikan parameter pencapaian pemisahan yang dikehendaki.

3. Peka / detector unik ; detector yang dipakai adalah uv 254 nm yang dapat mendeteksi

berbagai jenis senyawa dalam jumlah nanogram.

4. Kolom dapat dipakai kembali tetapi mutunya turun. Laju penurunan mutunya bergantung

pada jenis cuplikan yang disuntikkan, kemurnian pelarut,dan jenis pelarut yang dipaki.

5. Ideal untuk molekul besar dan ion.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

17

6. Mudah memperoleh kembali cuplikan ; karena detector tidak merusak cuplikan. Pelarut

dapat dihilangkan dengan penguapan (Johnson, 1991).

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High

Peformanse Liquid Chromatography) di kembangkan pada akhir tahun 1960an. Saat ini,

KCKT merupakan tekhnik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat,

baik dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik serta obat dalam cairan biologis (Rohman,

2009).

Pada dasarnya alat KCKT terdiri dari :

1. Wadah Fase Gerak

Wadah fase gerak merupakan wadah untuk menampung fase gerak yang digunakan

selama proses pemisahan dengan KCKT. Wadah ini harus bersih dan lembab (inert) atau

tidak bereaksi dengan komponen fasegerak, dapat digunakan wadah pelarut kosong ataupun

labu laboratorium. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter.

Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada

fase gerak, sebab adanyagas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan

detektor, sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat pelarut untuk fase gerak,

maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian

yang sangat tinggi dan lebih terpilih lagi jika pelarut – pelarut yang akan digunakan untuk

analisis dengan KCKT berderajat KCKT (HPLC grade). Adanya partikel yang kecil dapat

terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu

kekosonganpada kolom atau tabung tersebut (Ibnu,2012).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

18

2. Fase Gerak

Fase gerak atu eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang secara keseluruhan

berperan dalam daya elusi dan resolusi. Untuk KCKT fase normal (fase diam KCKT lebih

plar dari pada fase gerak), kemampuan elusi meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk

KCKT fase terbalik (fase diam kurang polar dibanding fase gerak), kemampuan elusi

menurun dengan meningktnya polaritas pelarut.

Fase gerak harus berinteraksi dengan fase diam yang sesuai untuk memisahkan campuran

senyawa obat secepat dan seefisien mungkin. Pemilihan fase gerak didasarkan pada kriteria

berikut: a) viskositas b) Transparansi terhadap UV c)Indeks bias d) Titik didih e) Kemurnian

f) Lembab g) Toksitas h) Harga

3. Pompa pada KCKT

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat

sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus Inert terhadap fase gerak. Bahan yang

umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Tujuan

penggunaan pompa atau sistem penghantar fase gerak adalah menjamin prosespenghantaran

fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusible, konstan dan bebas dari gangguan

( Ibnu, 2012).

Pompa harus tahan terhadap semua jenis pelarut, dapat mencapai tekanan sampai

6000 pada saat ini , harus bebas denyut, dan dapat menghantarkan aliran terukur 0,01 – 1,0

atau 0,1 - 20 ml/ menit. Selain itu, pompa harus mempunyai batas volume minimum sehingga

memungkinkan pergantian pelarut dengan cepat dan elusi landaian secara efisien. Laju aliran

biasanya dikendalikan dengan tombol pada pompa normal atau dengan mikroprosesor pada

pompa niaga yang lebih canggih (Gritter,1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

19

4. Pipa

Pipa merupakan penyambung dari seluruh bagian sistem. Garis tengah dalam pipa sebelum

penyuntik tidak berpengaruh, hanya saja harus lembam, tahan tekanan dan mampu dilewati

pelarut dengan volume yang memadai ( Munson, 1991

5. Penyuntik / Sistem penyuntik Cuplikan

Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai ketelitian maksimum pada

analisis kuantitatif, yang terpenting adalah sistem harus dapat mengatasi tekanan balik yang

tinggi tanpa kehilangan terokan ( fase gerak ). Pada saat pengisian terokan, terokan dialirkan

melewati keluk dan kelebihannya dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup

diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk kolom ( Munson, 1991 ).

6. Kolom

Kolom merupakan jantung kromatograf, kebersihan atau kegagalan analisis tergantung pada

pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Dianjurkan untuk mamasang penyaring 2 μm

dijalur antar penyuntik dan kolom, untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak atau

terokan, hal ini dapat memperpanjang umur kolom ( Munson, 1991 ).

Kolom dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Kolom analitik :

Garis tengah dalam 2-6mm. untuk kemasan makropartikel panjang kolom 50- 100 cm,

untuk kemasan mikropartikel biasanya panjang kolomnya 10-30 cm.

b. Kolom preparatif :

garis tengah 6 mm atau lebih panjang 25-100 cm (Johnson,1991).

Pemilihan kolom yang dipakai untuk cuplikan yang sifatnya tidak dikenal berdasarkan

pada sifat kimia umum linarut, sifat kelarutan dan ukurannya. Kolom dapat dikemas sendiri

atau membeli kolom yang sudah dikemas. KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

20

tanggapan detektor lebih lambat dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang

memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak

dan kepekaan yang tinggi dicapai ( Gritter, 1991 ).

7. Detektor

Detektor harus memberikan cuplikan , tanggapan yang dapat diramalkan , peka, hasil

yang efisien dan tidak terpengarung oleh perubahan suhu atau komposisi fase gerak. Detektor

yang dipakai pada KCKT biasanya adalah UV 254 nm. Bila tanggapan detektor lebih lambat

dari elusi sampel timbullah pelebaran pita yang memperburuk pemisahan. Pemilihan detektor

KCKT tergantung pada sifat sampel, fase gerak dan kepekaan yang tinggi dicapai (Munson,

1991).

8. Penguat Sinyal

Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum

disampaikan pada alat perekam otomatik yang sesuai, biasanya berupa suatu perekam

potensiometrik. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk

mengukur luas puncak kromatogram secara otomatik ( Munson, 1991 ).

9. Perekam

Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi merekam atau

menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak (puncak).Dari daftar tersebut,

secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa (Munson,1991).

Dalam pemisahan suatu senyawa secara KCKT biasanya digunakan suatu pelarut landaian

yaitu pelarut yang dapat diubah-ubah kepolarannya sesuai dengan kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

21

Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu peubah yang

mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dapat digunakan dalam metode KCKT

tetapi harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini :

1. Murni tanpa cemaran

2. Tidak bereaksi dengan kemasan

3. Sesuai dengan detektor

4. Dapat melarutkan cuplikan

5. Mempunyai viskositas rendah

6. Mudah memperoleh kembali cuplikan

7. Harganya wajar (Johnson,1991).

Prinsip dari metode KCKT adalah :

Bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik KCKT, maka akan dibawa melalui

kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya tekanan dari pompa. Data yang dihasilkan

ditunjukkan berupa puncak oleh suatu perekam.

Yang penting pada KCKT adalah penggunaan adsorben dengan partikel

(≤ 50µm) dan kolom yang kecil diameternya, yang di dalamnya mengalir pengelusi dengan

tekanan tinggi (10-400 bar) dengan laju aliran tetap. Dengan cara ini didapat penyingkatan

proses pemisahan yang besar dan akibatnya adalah terjadinya pemisahan yang lebih baik.

Umumnya yang digunakan adalah detektor yang mengukur serapan ultraviolet. Senyawa

yang dipisahkan akan keluar sebagai puncak dan waktu retensi yang sesuai (volume retensi)

merupakan karakteristik senyawa dan luas di bawah kurva merupakan ukuran konsentrasi.

(Watimena,1990)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter II.pdf · menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Lotio merupakan

22

Cara kerja KCKT

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat – zat terlarut terpisah oleh

perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut – solut ini melewati suatu kolom kromatografi.

Pemisahan solut – solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam.

Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi

membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti

jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu

kolom,dan ukuran sampel. untuk tujuan memilih kombinasi kondisi kromatogfariyang

terbaik, maka dibutuhkan pemahaman yang mendasar tentang berbagai macam faktor yang

mempengaruhi pemisahan pada kromatografi cair (Rohman,2009)

Universitas Sumatera Utara