Look Book 4 SANGLAH
-
Upload
candra-jintip -
Category
Documents
-
view
222 -
download
7
Transcript of Look Book 4 SANGLAH
1
LOOK BOOK
Hal yang dipelajari adalah :Konsep Pemberian Soctions
Penyakit : Ensefalitis
Menurut Brown CV, Weng J, Craniotomy adalah Operasi untuk membuka
tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki
kerusakan otak. Menurut Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI, Craniectomy adalah
operasi pengangkatan sebagian tengkorak. Sedangkan menurut Chesnut RM, Gautille
T, Blunt BA, Craniotomi adalah prosedur untuk menghapus luka di otak melalui
lubang di tengkorak (kranium). Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari Craniotomi adalah Operasi membuka tengkorak (tempurung kepala)
untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh adanya luka
yang ada di otak.
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada
klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan
menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
Indikasi :
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan
sekret dengan mengeluarkan atau menelan
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan
ditandai terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu
ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi
2
dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu
nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan
pembuangan secret oral\
Menurut evidence based menunjukan
Ada pengaruh tindakan penghisapan lendir ETT terhadap kadar saturasi oksigen, awal
sections dan akhir sections. bagi tenaga kesehatan agar tindakan penghisapan lendir
ETT dilakukan sesuai dengan standar, Bagi Institusi Kesehatan perlunya pengawasan
terhadap kepatuhan tenaga perawat dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan
standard dan perlu diberikan pelatihan baik inhouse maupun exhouse training bagi
perawat agar dapat terus mengasah ketrampilan dan bisa meng-update ilmu-ilmu
kesehatan terbaru.
I. Analisis dan sintesis 1 Keterampilan klinik yang dilakukan (sesuai dengan kasus
kelolaan)
Tindakan Keperawatan yang dilakukan adalah : Pemberian sections
Data pasien
Nama klien : Tn.A
Usia : 25 Tahun
Tanggal : 7 / 8/ 2015
Diagnosa medis : Ensefalitis
Diagnosa keperawatan :
Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum/sekret
Tujuan tindakan :
Setelah dilakukan tindakan Sections 1x10 menit diharapkan:
1. Bersihan nafas efektif, SpO2 membaik, tidak terdapat secret.
3
Prinsip-Prisip Tindakan dan Rasional :
1. Klien / pasien dan keluarga di berikan informasi tentang prosedur tindakan.R/ informasi yang diberikan dapat memberikan stimulus kepada keluarga untuk berpartisipasi dalam kesembuhan pasien.
2. Kulit di sekitar wajah pasien dibersihkan dari sekret yang menempel.R/ Kebersihan perlu untuk mencegah infeksi
3. Jaga tehnik aseptik dalam setiap tindakan.R/ tehnik aseptik perlu guna mencegah infeksi, khususnya infeksi nasokomial.
4. Identifikasi hasil yang dicapai.R/ pantau bersihan nafas pasien dengan inspeksi tidak adanya bunyi secret.
5. Respon dan keluhan pasien ; Verbal dan non verbal.R/ respon verbal, non verbal untuk evaluasi kondisi pasien
6. Lakukan proses sections dengan SOP yang sesuai.R/ SOP memberikan petunjuk klinis atau tindakan yang pasti.
7. Hasil pengkajian dicatatR/ Dokumentasi perlu untuk melihat perkembangan kondisi pasien
8. Laporkan proses, hasil dan evaluasi tindakan saat serah terima ship tugas.R/ Pelaporan perlu guna melanjutkan intervensi, implementasi tindakan.
Implikasi terhadap pelayanan kesehatan:
Pedoman dalam pelaksanaan pemberian section harus dilaksanakan dengan
memperhatikan indikasi yang sesuai seta mengobservasi dan evaluasi hasil perlu
untuk melihat jika selanjutnya diprediksi terjadi kadaruratan nafas.
Analisis :
Tn.A Jenis kelamin Laki-laki, agama islam, umur 25 tahun dengan diagnosis
Ensefalitis. Pasien terpasang OPA, Kesadaran Delirium V1,E2,M3, Terpasang
Oksigenasi Nasal Kanul 3 lpm.
Pada Tn.A dilakukanya sections atas indikasi adanya secret yang menumpuk
ditandai dengan bunyi Gorgling dan secret yang keluar dari dalam rongga mulut
pasien. SpO2 sebelum dilakukan sections 90%, dan setelah dilakukan sections 95%
(nilai mengalami fluktuasi).
4
Evaluasi diri :
Sikap cepat,tepat dan hati-hati perlu guna intervensi dan implementasi asuhan
keperawatan selanjutnya jika diperkirakan terjadi kasus kedaruratan nafas.
Referensi :
Abdul Hafid (1989), Strategi Dasar Penanganan Cidera Otak. PKB Ilmu Bedah XI –
Traumatologi , Surabaya.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan
Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Brain Trauma Foundation, AANS, Joint Section of Neurotrauma and Critical Care.
Guidelines for the management of severe head injury. J Neurotrauma. Nov 1996.
Brown CV, Weng J, Oh D, et al. Does routine serial computed tomography of the
head influence management of traumatic brain injury? A prospective evaluation. J
Trauma. Nov 2004.
Bullock MR, Chesnut R, Ghajar J, et al. Surgical management of acute subdural
hematomas. Neurosurgery. Mar 2006.
Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, et al. The localizing value of asymmetry in
pupillary size in severe head injury: relation to lesion type and location.
Neurosurgery. May 1994.
Guilburd JN, Sviri GE. Role of dural fenestrations in acute subdural hematoma. J
Neurosurg. Aug 2001.
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed
). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Hamilton MG, Frizzell JB, Tranmer BI. Chronic subdural hematoma: the role for
craniotomy reevaluated. Neurosurgery. Jul 1993.