Look Book 3 SANGLAH

6
1 LOOK BOOK Hal yang dipelajari adalah :Konsep Analisis saturasi oksigen pada pasien asma. Penyakit : Asma Bronkhialis Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012). Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO 2 akibat hiperventilasi.

Transcript of Look Book 3 SANGLAH

Page 1: Look Book 3 SANGLAH

1

LOOK BOOK

Hal yang dipelajari adalah :Konsep Analisis saturasi oksigen pada pasien asma.

Penyakit : Asma Bronkhialis

 Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami

radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko

tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi

bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).

Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot

polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus

intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan

resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran,

penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,

perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus,

obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi

bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah

terutama penurunan pCO2  akibat hiperventilasi.

Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan

degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin

menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka

dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus

dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan

pembengkakan ruang iterstisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan

terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di

manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah

bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

Page 2: Look Book 3 SANGLAH

2

Menurut evidence based menunjukan bahwa Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Marhana (2010) didapatkan bahwa ada korelasi yang sangat kuat antara saturasi

oksigen perkutan dengan derajat kepaahan asma (r=0,871 ; p=0,001).

I. Analisis dan sintesis 1 Keterampilan klinik yang dilakukan (sesuai dengan kasus

kelolaan)

Tindakan Keperawatan yang dilakukan adalah Observasi Saturasi oksigen.

Data pasien

Nama klien : Ny.N

Usia : 40 Tahun

Tanggal : 7/ 8/ 2015

Diagnosa medis : Asma bronkhialis

Diagnosa keperawatan : Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2.

Tujuan tindakan :

1. Setelah dilakukan tindakan observasi saturasi oksigen 5x10 menit diharapkan:

a. Frekuensi nafas membaik.

b. SpO2 dalam batas normal.

c. kebutuhan oksigen terpenuhi.

Prinsip-Prisip Tindakan dan Rasional :

1. Klien / pasien dan keluarga di berikan informasi tentang prosedur tindakan.R/ informasi yang diberikan dapat memberikan stimulus kepada keluarga untuk berpartisipasi dalam kesembuhan pasien.

2. Kolaborasi dalam melakukan sections (jika ada indikasi)R/ sections dapat menjadi penyebab ketidak optimal nya saturasi oksigen.

3. Pemasangan oksigen nasal kanul/ sungkup (jika ada indikasi).R/ Oksigenasi membantu dalam proses peningkatan saturasi oksigen.

4. Kulit di sekitar wajah pasien dibersihkan dari darah / sekret yang menempel.R/ Kebersihan perlu untuk mencegah infeksi

5. Hummadifer (kelembaban) dala proses oksigenasi perlu di pantau.R/ Penambahan air H2o dalam oksigenasi sebagai pelembab udara, perlu untuk mencegah iritasi/kekeringan mukosa hidung.

Page 3: Look Book 3 SANGLAH

3

6. Jaga tehnik aseptik dalam setiap tindakan.R/ tehnik aseptik perlu guna mencegah infeksi, khususnya infeksi nasokomial.

7. Identifikasi hasil yang dicapai.R/ pantau asupan O2 terpenuhi dengan indikator SpO2.

8. Respon dan keluhan pasien ; Verbal dan non verbal.R/ respon verbal, non verbal untuk evaluasi kondisi pasien

9. Hasil pengkajian dicatatR/ Dokumentasi perlu untuk melihat perkembangan kondisi pasien

10. Laporkan proses, hasil dan evaluasi tindakan saat serah terima ship tugas.R/ Pelaporan perlu guna melanjutkan intervensi, implementasi tindakan.

Implikasi terhadap pelayanan kesehatan:

Pedoman dalam pelaksanaan pemberian terapi oksigen melalui observasi

saturasi oksigen harus dilaksanakan dalam situasi emergency case dengan

memperhatikan indikasi yang sesuai seta mengobservasi dan evaluasi hasil perlu

untuk melihat jika selanjutnya diprediksi terjadi hal kedaruratan.

Analisis :

Ny.N Jenis kelamin perempuan , agama islam, umur 40 tahun dengan

diagnosis asma bronkhialis, pasien mengalami sesak sejak 1 minggu yang lalu, sudah

berobat sejak 1 tahun lalu namn penyakit tak kunjung sembuh, pasien pernah berobat

ke alternative.

Pada Ny.N pada pemeriksaan auskultasi terdapat bunyi ronkhi pada kedua sisi

paru, oksigen nasal kanul terpasang 2 liter/ menit. Pasien direncanakan nebulaizer

dengan salbutamol + NaCl 2 cc. Pemantauan saturasi oksigen perlu guna melihat

asupan oksigen ke tubuh sudah tercukupi atau belum dan sebagai indicator

keberhasilan terapi, dilihat dari perubahan saturasi oksigen yang tercukupi SpO2 (90-

100).

Evaluasi diri :

Sikap cepat,tepat dan hati-hati perlu guna intervensi dan implementasi asuhan

keperawatan selanjutnya jika diperkirakan terjadi kasus kedaruratan nafas.

Page 4: Look Book 3 SANGLAH

4

Referensi :

1. Anonymous. Meditasi Dzikir. Stress and Health Solution. Web .12 Desember 2005.

www.MedDzik.org

2. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran

Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005

3. Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003

4. Latief, A. Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intesif.

Jakarta. 2002

5. Anonymous. Hiperbari Terapi Oksigen Murni Tekanan Tinggi. Web 11 April 2004.

www.pikiranrakyat.com

6. Anonymous. Sehat dan Bugar dengan Terapi Oksigen. Web. 3 May 2006. www.fajar.co.id