Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

24
Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar (Bali Post) - Untuk menjaring potensi yang ada di Kota Denpasar khususnya di bidang sastra agama Hindu yang merupakan jiwa atau roh budaya Bali, Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menggelar Lomba Utsawa Dharma Gita. Lomba yang berlangsung selama 3 hari mulai tanggal 20-22 Nopember dibuka secara resmi oleh Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra di Balai Wantilan, Desa Pakraman Intaran, Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan Jumat (20/11). Dalam kesempatan tersebut Walikota Denpasar juga menyerahkan bantuan uang pembinaan untuk widyasaba di empat kecamatan. Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Ketut Mardika saat ditemui di sela-sela lomba mengatakan lomba yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar diikuti 188 peserta dari 4 kecamatan. Mardika menambahkan even utsawa dharma selain menggali potensi yang ada, juga untuk mempersiapkan wakil-wakil kota Denpasar untuk even yang lebih tinggi. Lomba utsawa dharma gita diharapkan juga menjadi pelestarian budaya Bali untuk mendukung Denpasar Berwawasan Budaya yang kreatif berbasis budaya unggulan. Ketua Panita penyelenggara Made Langgeng Buana dalam laporannya mengatakan even ini merupakan even rutin tahunan yang dimulai dari tingkat kecamatan, kota untuk mempersiapkan pada ajang yang lebih tinggi yaitu tingkat propinsi maupun nasional. Lebih lanjut Langgeng Buana menambhakan keberadaan Kota Denpasar dalam bidang utsawa dharma gitta saat ini sebagai juara umum pada ajang PKB propinsi Bali 2009."Kami harapkan prestasi yang di raih Kota Denpasar menjadi motivasi bagi peserta untuk lebih meningkatkan kemampuannya di bidang utsawa dharma gita," ujar Langgeng Buana. Tujuan dari pelaksanaan lomba utsawa dharma gita adalah untuk untuk mengembangkan sastra Agama Hindu, sehingga bisa dipahami oleh masyarakat sesuai dengan visi dan misi Kota Denpasar berwawasan budaya. Jenis utsawa dharma gita dilobakan adalah sloka, palawakia, kewkawin, macepat, kidung dan dharma wacana yang diikuti oleh anak- anak, remaja dan dewasa.

Transcript of Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

Page 1: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar (Bali Post) -Untuk menjaring potensi yang ada di Kota Denpasar khususnya di bidang sastra agama Hindu yang merupakan jiwa atau roh budaya Bali, Dinas Kebudayaan Kota Denpasar menggelar Lomba Utsawa Dharma Gita. Lomba yang berlangsung selama 3 hari mulai tanggal 20-22 Nopember dibuka secara resmi oleh Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra di Balai Wantilan, Desa Pakraman Intaran, Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan Jumat (20/11). Dalam kesempatan tersebut Walikota Denpasar juga menyerahkan bantuan uang pembinaan untuk widyasaba di empat kecamatan.Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Ketut Mardika saat ditemui di sela-sela lomba mengatakan lomba yang dikoordinir oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar diikuti 188 peserta dari 4 kecamatan.Mardika menambahkan even utsawa dharma selain menggali potensi yang ada, juga untuk mempersiapkan wakil-wakil kota Denpasar untuk even yang lebih tinggi. Lomba utsawa dharma gita diharapkan juga menjadi pelestarian budaya Bali untuk mendukung Denpasar Berwawasan Budaya yang kreatif berbasis budaya unggulan.Ketua Panita penyelenggara Made Langgeng Buana dalam laporannya mengatakan even ini merupakan even rutin tahunan yang dimulai dari tingkat kecamatan, kota untuk mempersiapkan pada ajang yang lebih tinggi yaitu tingkat propinsi maupun nasional. Lebih lanjut Langgeng Buana menambhakan keberadaan Kota Denpasar dalam bidang utsawa dharma gitta saat ini sebagai juara umum pada ajang PKB propinsi Bali 2009."Kami harapkan prestasi yang di raih Kota Denpasar menjadi motivasi bagi peserta untuk lebih meningkatkan kemampuannya di bidang utsawa dharma gita," ujar Langgeng Buana. Tujuan dari pelaksanaan lomba utsawa dharma gita adalah untuk untuk mengembangkan sastra Agama Hindu, sehingga bisa dipahami oleh masyarakat sesuai dengan visi dan misi Kota Denpasar berwawasan budaya. Jenis utsawa dharma gita dilobakan adalah sloka, palawakia, kewkawin, macepat, kidung dan dharma wacana yang diikuti oleh anak-anak, remaja dan dewasa.

Dari Pesantian

PENGERTIAN UTSAWA DHARMA GITA

Berdasarkan kitab suci Veda, Utsawa Dharma Gita pada hakekatnya adalah; Phalasruti, Phala-

sloka, dan Phalakwaya. Phalasruti mengandung makna pahala dari pembacaan kibat-kitab sruti atau

wahyu yang pada umumnya disebut mantra yang berasal dari Hyang Widhi.

Phalasloka adalah pahala dari pembacaan kitab-kitab susastra Hindu seperti kitab Itihasa, yakni

Ramayana cur. Mahabrata. Phalawakya adalah tradisi pembacaan karya sastra Jawa Kuno berbentuk

Page 2: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

prosa atau parva. Utsawa berarti festival atau lomba. Sedangkan Dharma Gita adalah nyanyian suci

keagamaan. Dengan demikian, Utsawa Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci

keagamaan Hindu. Utsawa Dharma Gita. sebagai kidung suci keagamaan Hindu telah lama

berkembang di masyarakat melalui berbagai pesantian, , baik yang ada di Bali maupun luar Bali.

Sebelum menasional, Utsawa Dharma Gita dilaksanakan Pemda Bali dalam bentuk lomba kekawin

dan kidung.

Penggunaan Dharma Gita dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan sangat membantu

menciptakan suasana hening, hikmat/kusuk yang dipancari getaran kesucian dengan jenis yadnya

yang dilaksanakan, sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan hening, hikmat/kusuk. Untuk

melestarikan dan mengembangkan Dharma Gita dalam pelaksanaan kegiatan di masyarakat, Utsawa

Dharma Gita diupayakan berlangsung setiap tiga tahun sekali. Utsawa Dharma Gita tingkat nasional

telah berlangsung delapan kali berturut-turut.

B. TUJUAN UTSAWA DHARMA GITA

Meningkatkan rasa keagamaan sebagai wujud pemahaman ajaran agama. Meningkatkan sradha

dan bhakti sebagai landasan terbentuknya ahlak mulia. Melestarikan dan mengembangkan Dharma

Gita di kalangan umat Hindu. Memantapkan kerukunan hidup intern umat Hindu yang serasi dan

harmonis. Mempersatukan dan menyamakan persepsi tentang Dharma Gita. Meningkatkan kajian

terhadapa kitab suci Veda.

Meningkatkan keterampilan membaca kitab suci Veda atau kidung-kidung keagamaan.

Meningkatkan penguasaan materi ajaran agama Hindu.

C. TEMPAT PELAKSANAAN UTSAWA DHARMA GITA TINGKAT NASIONAL

Pelaksanaan Utsawa Dhama Gita tingkat nasional pertama sampai ke delapan berlangsung di;

Utsawa Dhama Gita tingkat nasional pertama dilaksanakan di Denpasar, Bali pada 1978. Saat itu

namanya Pembinaan Seni Sakral. Jenis kegiatannya; pembinaan nyanyian pengiring tari

Sanghyang, jenis-jenis kidung dan kekawin dengan kekhasan daerah masing-masing dan

diikuti utusan se-provinsi Bali.

Utsawa Dharma Gita II berlangsung di Denpasar pada 1979. Jenis kegiatan; parade seni,

pameran foto, kekawin, kidung macapat, dan phalakwaya yang diikuti utusan kabupaten se-

provinsi Bali.

Utsawa Dharma Gita III juga berlangsung di Denpasar pada 1980. Jenis kegiatan; parade seni,

pameran foto, kekawin, kidung, phalakwaya yang diikuti utusan kabupaten se-provinsi Bali

dan Lombok.

Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IV berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Jakarta pada 1991. Jenis kegiatannya; parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa

Page 3: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

pembacaan Phalakwaya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran.

Juara umum diraih kontingen Provinsi Bali.

Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional V dilaksanakan di Solo-Surakarta, Jawa Tengah, pada

1993. Jenis kegiatan; parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan

Phalakwaya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran. Juara umum

diraih kontingan Provinsi Jawa Tengah.

Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VI dilaksanakan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada

1996. Jenis kegiatan; parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan

Phalakwaya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran. Juara umum

diraih Provinsi Bali.

Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VII dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Jakarta pada 2000. Jenis kegiatan; parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa

pembacaan Phalakwaya, Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran.

Juara umum diraih Provinsi Bali

Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional VIII dilaksanakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada

2002 Jenis kegiatan; parade seni, utsawa pembacaan Sloka, utsawa pembacaan Phalakwaya,

Dharma Widya, parade kidung daerah, sarasehan, dan pameran. Juara umum diraih Provinsi

Bali.

Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX dilaksanakan di Bandar Lampung, Lampung pada 2005.

Jenis kegiatan; parade seni, utsawa pembacaan Sloka pasangan remaja putra-putri, utsawa

pembacaan Phalakwaya pasangan putra-putri, utsawa pembacaan Phalakwaya dewasa

putra-putri, Dharma Widya tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP),

sekolah menengah atas (SMA), Dharma Wacana tingkat remaj a dan dewasa, utsawa

kidung/lagu-lagu keagamaan daerah, sarasehan, dan pameran. Utsawa Dharaia Gita Tingkat

Nasional IX diikuti peserta dari 29 provinsi dan utusan negara sahabat seperti India.

Utsawa Dharma Gita tingkat Nasional X dilangsungkan di Kendari, Sulawesi Tenggara pada 27

Juli- 1 Agustus 2008 mendatang, direncanakan akan dibuka Presiden Susilo Bambang

Yudhojono, dan ditutup oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Demikianlah sejarah singkat pelaksanaan Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional yang sampai saat ini

telah berlangsung sepuluh kali.

Utsawa Dharma Gita (UDG) Ke-3 Tingkat Kabupaten Luwu Timur Tahun 2010 dibuka secara resmi oleh Bupati Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma, Minggu (25/04) di lapangan Desa Cendana Hitam Kecamatan Tomoni Timur. Bupati didampingi Ketua DPRD Lutim, M. Sarkawi Hamid, Ketua Lembaga Pengembangan Darma Gita Sulsel, Simon Kendek Paranta dan Ida Pandita DR. Wayan Miarta, dari Bali. Hadir pula para kepala Unit kerja, Kepala Kantor Kementerian agama Lutim, para Anggota DPRD dan ribuan warga Hindu Bali se

Page 4: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

Lutim.   

Prosesi pembukaan diawali dengan defile peserta dari tujuh kecamatan yang memiliki umat Hindu masing-masing; Kecamatan Wotu, Burau, Tomoni Timur, Kalaena, Malili, Angkona dan Kecamatan Nuha. Seluruh kontingen defile dipimpin langsung oleh camat masing-masing. Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari, dan akan berakhir hingga 27 April mendatang, dengan mengusung tema “Melalui Utsawa Dharma Gita kita tingkatkan prestasi, Sradha dan Bhakti melalui pengamalan ajaran suci Weda untuk mewujudkan Bumi Batara Guru yang Jagadhita“ 

Utsawa Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci keagamaan umat Hindu, yang biasanya dalam Agama Islam dikenal dengan MTQ atau Pesparawi untuk umat Kristiani. Dalam festival atau lomba ini para peserta berkompetisi untuk menunjukkan kemahiran dan kemampuannya dalam membaca teks-teks suci keagamaan Hindu. Kegiatan Utsawa Dahrma Gita tahun 2010 ini terbilang istimewa, karena seluruh anggaran yang digunakan bersumber dari APBD Luwu Timur 2010, berbeda dari tahun sebelumnya, dimana hanya kegiatan MTQ yang dibiayai dari APBD, maka pada tahun 2010 ini Pemkab. Luwu Timur membiayai kegiatan keagamaan baik MTQ, Pesparawi maupun Utsawa Dharma Gita. Hal ini merupakan langkah maju bagi Luwu Timur karena mungkin satu-satunya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang melakukan kebijakan seperti ini, hanya Kabupaten Luwu Timur.

Menurut ketua panitia Penyelenggara, Andi Zainal Ariifn, kebijakan ini dilakukan pemerintah daerah mengingat masyarakat Luwu Timur terdiri dari berbagai macam suku, agama dan latar belakang sehingga harus diperlakukan sama tanpa memandang perbedaan, sehingga tidak satu pun agama yang merasa diistimewakan atau dianaktirikan, tetapi semuanya diperlakukan sama oleh pemerintah daerah.

Bupati Luwu Timur dalam sambutannya mengatakan Umat Hindu tentunya menyadari bahwa membaca dan menyanyikan teks-teks keagamaan adalah perbuatan yang baik dan mulia serta mendapatkan pahala dari Sang Hyang Widhi. Membaca antara kitab suci Wedha dan pembacaan terhadap kitab-kitab sastra keagamaan lainnya yang dihormati dalam tradisi agama Hindu tentu akan membawa implikasi kerohanian yang mendalam. Namun lebih dari itu diharapkan akan membawa implikasi kerohanian yang menyebarkan aura kedamaian bagi sesama dalam membina dan mengembangkan kerukunan umat beragama, baik kerukunan interen dan antar umat beragama maupun kerukunan antara umat beragama dengan Pemerintah.

Oleh karena itu, Bupati meminta kepada semua panitia pelaksana yang terlibat dalam kegiatan Utsawa Dharma Gita ini termasuk dewan juri, agar menyukseskan kegiatan ini dengan bekerja secara professional sesuai bidang tugas masing-masing, sehingga semua kegiatan berjalan dengan aman dan lancar.  Karena kesuksesan pelaksanaan Utsawa Dharma Gita tahun ini akan menjadi indikator untuk pelaksanaan di tahun berikutnya, jelas Bupati. (Humas / Yulius)

ebagaimana telah kita maklumi bersama Utsawa Dharma Gita adalah festival atau lomba nyanyian suci keagamaan Hindu. Dalam festival atau lomba ini para peserta akan berkompetisi untuk menunjukkan kemahiran dan kemampuannya dalam membaca teks-teks suci keagamaaan Hindu. Kegiatan ini tentulah mempunyai arti yang sangat penting dan mendalam, sebab melalui festival

Page 5: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

atau lomba ini kemahiran menyanyikan teks-teks keagamaan dapat ditingkatkan. Lebih dari itu, pemahaman dan pengamalan terhadap makna dari teks-teks itu akan dapat dilaksanakan pula dengan cara yang lebih baik.

Umat Hindu menyadari bahwa membaca dan menyanyikan teks-teks keagamaan adalah perbuatan yang baik dan mulia serta mendapatkan pahala dari Sang Hyang Widhi. Membaca antara kitab suci Wedha dan pembacaan terhadap kitab-kitab sastra keagamaan lainnya yang dihormati dalam tradisi agama Hindu tentu akan membawa implikasi kerohanian yang mendalam. Kegiatan membaca, menyanyikan dan menelaah isi teks-teks suci keagamaan itu tentulah harus lebih banyak digiatkan terutama kepada anak-anak dan generasi muda umat Hindu di mana saja berada.

Hadirin yang saya muliakan,Dunia tempat kita hidup terus-menerus mengalami perubahan dari jaman ke jaman. Generasi demi generasi datang silih berganti meneruskan kehidupan umat manusia. Peradaban umat manusia berkembang kian maju. Namun setiap jaman tentulah akan mempunyai tantangan sendiri-sendiri yang memerlukan sikap dan jawaban. Umat beragama termasuk pula umat Hindu haruslah mampu menghadapi dan sekaligus menjawab tantangan jaman itu. Teks-teks suci keagamaan memberikan penerangan, tuntutan dan dasar-dasar jawaban untuk menghadapi setiap zaman. Maka adalah tugas umat beragama untuk menelaah secara lebih mendalam lagi pesan-pesan keagamaan dalam teks-teks suci keagamaan itu. Dengan demikian ajaran agama akan dapat dipahami secara lebih aktual dan relevan untuk menjawab persoalan-persoalan mendasar umat manusia yang akan muncul pada setiap jaman.

Acara Utsawa Dharma Gita kali ini mengambil tema “Meningkatkan Kesadaran Humanisme Hindu dalam rangka Persatuan dan Perdamaian”. Tema ini memang tema yang relevan dengan situasi jaman di mana kita hidup sekarang ini. Tema itu bukan saja relevan dengan situasi yang tengah dihadapi bangsa Indonesia pada khususnya, tetapi juga situasi yang juga tengah dihadapi oleh umat manusia pada umumnya. Kesadaran humanisme adalah problema yang aktual sepanjang jaman. Sebab manusia mempunyai posisi yang unik dibandingkan dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan yang ada di dalam alam semesta yang maha luas ini.

Sebagai makhluk berakal dan berperasaan, manusia wajib untuk merenungkan secara mendalam apakah sesungguhnya maksud, tujuan dan hakekat keberadaaan manusia di muka bumi ini. Adakah manusia itu makhluk yang harus mengikuti keinginan hawa nafsu untuk memuaskan segala keinginan dan kepentingannya ataukah ada misi lain dari keberadaan manusia itu di muka bumi ini. Pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti itu menjadi lahan perenungan filsafat dan mistisisme sejak jaman dahulu kala. Namun bagi umat beragama, pertanyaan-pertanyaan mendasar itu tidak mungkin dapat dijawab dengan memuaskan oleh manusia itu sendiri, mengingat keterbatasan kemampuan, akal pikiran dan perasaan yang dimilikinya. Agama diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memberikan bimbingan, tuntunan dan penjelasan kepada umat manusia agar mereka menempuh jalan kehidupan yang benar dan hakiki.

Melalui ajaran-ajaran agama itulah manusia mendapatkan pemahaman tentang hakekat kemanusiaan. Atas dasar itu pula mereka dapat mengembangkan paham humanisme, paham kemanusiaan yang sejati, yang diyakini sebagai sesuatu yang mendapatkan keberkatan dari Tuhan

Page 6: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

yang Maha Esa. Kesadaran bahwa kemampuan manusia adalah terbatas dan jauh dari sempurna, serta kesadaran bahwa hidup ini adalah sementara adalah dasar keyakinan yang sangat kuat di dalam ajaran agama. Sebab itu, manusia tidak boleh berbuat semena-mena, berbuat onar dan berbuat kerusakan di muka bumi. Manusia harus hidup menjadi makhluk yang baik dan menjauhi perbuatan yang buruk, manusia tidak boleh melakukan kekejaman, penganiayaan dan perusakan terhadap apa saja sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Dengan dasar-dasar keyakinan seperti itu akan tumbuhlah sifat-sifat yang mendorong ke arah hidup yang diliputi oleh suasana persatuan dan perdamaian.

Apa yang saya kemukakan ini sungguh sangat relevan untuk menjadi bahan renungan kita bersama. Bangsa kita masih dihadapkan kepada persoalan harmoni sosial, kerukunan sosial, persaudaraan dan integritas teritorial yang wajib kita jaga, kita pelihara dan kita pertahankan. Hingga kini masih ada konflik komunal di beberapa tempat dan gerakan yang berkeinginan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Repubik Indonesia. Sebab itu, saya mengajak kepada umat Hindu dan umat beragama lainnya marilah kita sama-sama menjaga harmoni dan persatuan bangsa itu yang telah kita bangun dengan susah payah sejak berabad-abad yang lalu.

Bangsa kita memang bangsa yang majemuk, yang mempunyai latar belakang kesukuan, kebudayaan dan keagamaan yang berbeda-beda. Namun hakekat kemanusiaan sesungguhnya adalah satu yaitu semua manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Sebab itu, perbedaan-perbedaan tidaklah menjadi halangan bagi kita untuk hidup rukun, hidup damai dan hidup bersatu menjadi sebuah bangsa di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hadirin yang saya muliakan, Umat Hindu di seluruh tanah air. Mengkaitkan kemanusiaan dengan perdamaian, saya anggap sebagai sesuatu yang sangat tepat, relevan dengan situasi dunia masa kini. Sebagai umat beragama, kita tentu yakin bahwa ajaran-ajaran agama setelah mengingatkan hakekat, makna dan tujuan hidup manusia akan menyuruh umatnya untuk membangun hidup yang penuh dengan kedamaian. Bekal membangun kedamaian itu adalah keyakinan, keyakinan kepada Tuhan yang melindungi semua makhluk dan kewajiban manusia untuk bersabar, sehingga mampu mengendalikan diri dari segala hawa nafsu.

Nafsu, kemarahan, dendam dan kebencian sering kali membuat manusia menjadi makhluk yang durjana. Saya berkeyakinan tidak ada ajaran agama yang menyuruh umatnya berbuat demikian. Karena itu, marilah kita sama-sama memahami dan merenungkan hakekat ajaran agama kita masing-masing agar kita menempuh jalan hidup yang benar sesuai tuntutan ajaran agama yang kita yakini. Dengan memahami ajaran agama masing-masing yang sama-sama menyuruh umatnya membangun hidup yang damai, maka kita akan terjauh dari malapetaka dan bencana. Prinsip kemanusiaan sejagad yang dilandasi oleh semangat keagamaan yang mendalam. Saya yakin akan menjadi landasan yang kukuh untuk membangun perdamaian yang abadi.

Hadirin yang saya muliakan, Demikianlah sambutan saya. Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan akan menjadi bahan

Page 7: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

pemikiran dan renungan kita bersama demi kebaikan dan kemajuan kita bersama. Dengan harapan-harapan itu pulalah maka dengan ini kegiatan Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional yang ke-9 tahun 2005 dengan resmi saya nyatakan dibuka. Semoga kegiatan ini akan membawa manfaat yang besar bagi umat Hindu di seluruh tanah air.

TENTANG

PROGRAM KERJA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA

GARIS BESAR KEBIJAKAN

 

A. BIDANG TATWA DAN PEMAHAMAN AGAMA

1. Mengembangkan konsep penerangan dan pewartaan agama Hindu yang baik dan benar serta mendorong seluruh komponen umat dan pengurus Parisada untuk selalu memberi informasi, fasilitas dan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada umat maupun orang-orang yang tertarik terhadap agama Hindu dan atau yang ingin memeluk agama Hindu.

2. Mendorong penerbitan buku-buku Hindu yang memberikan penjelasan tentang filsafat, teologi dan buku lain yang berkaitan dengan pemahaman dan pengamalan ajaran Hindu dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari sudut ; politik, tata negara, demokratisasi, hak azasi manusia, hukum, ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain sebagainya.

3. Menyusun konsep peningkatan kualitas sradha dan bhakti bagi setiap individu, keluarga maupun komunitas Hindu di berbagai strata sosial kemasyarakatan, agar selalu bangga menjadi seorang Hindu, melaksanakan seluruh kewajiban agama dengan baik dan selalu mengamalkan nilai-nilai Hindu serta berani memunculkan dan menggunakan identitas Hindu, di dalam kehidupan sehari-hari.

4. Menyusun pedoman perencanaan sampai pembangunan tempa persembahyangan Hindu, seperti pura, candi dan kuildengan penjelasan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ajaran Hindu dengan menghargai dan melestarikan adat istiadat daerah setempat.

5. Mengusulkan adanya bhisama dan atau peraturan terhadap berbagai permasalahan keagamaan dan segala aktivitas kehidupan keagamaan dan perlindungan terhadap tradisi maupun kebiasaan umat Hindu di daerah tertentu

.

B. BIDANG PENERANGAN DAN PENDIDIKAN

1. Menyusun strategi pelaksanaan penerangan agama melalui berbagai media komunikasi, terutama media cetak, audio maupun visual. Baik yang dimiliki dan

Page 8: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

dikelola sendiri di lingkungan umat Hindu, maupun yang merupakan milik Pemerintah atau lembaga lain.

2. Membangun dan mengoperasikan pusat pengelolaan maupun penyimpangan data tentang berbagai aspek keagamaan dan kehidupan masyarakat Hindu, baik berupa buku, gambar, dokumen maupun situs di website atau homepage di internet.

3. Penyusunan program dan pelaksanaan familirisasi kegiatan persembahyangan maupun upacara keagamaan sebagai suatu kewajiba rutin dan kebiasaan yang menyenangkan serta merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan umat Hindu sehari-hari.

4. Menyusun konsep pendidikan Hindu yang baik dan benar untuk semua tingkat usia dan strata sosial pada berbagai wilayah, termasuk materi pengajaran bagi siswa TK sampai dengan Perguruan Tinggi, yang harus dievaluasi setiap tahun untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat efektifitas dan keberhasilannya.

5. Menetapkan pola pendidikan dan pembekalan yang benar kepada para pendidik agama, baik pada tingkat guru agama dan dharma duta sampai kepada sulinggih, pinandita/pemangku dan serati banten termasuk juga bentuk kompensasi dan perhatian terhadap kebutuhan mereka selama ini.

6. Mengembangkan dan mendorong pembangunan sarana pendidikan agama Hindu berupa ; sekolah Minggu, pasraman, ashram, untuk pendidikan non formal dan sekolah tinggi atau institut untuk pendidikan formal, diberbagai wilayah di Indonesia.

7. Mendorong pendirian perpustakaan pada lembaga umat/Parisada pada tingkat Propinsi sampai ke Kelurahan/Desa, termasuk di lingkungan pura dan tempat persembahyangan lain serta perpustakaan mini di setiap keluarga Hindu.

8. Membina hubungan baik serta melibatkan institusi sosial kemasyarakatan, yayasan dan ashram serta lembaga keagamaan Hindu lain sebagai bagian dari sasaran dan pelaksana pola pendidikan luar sekolah di bidang agama.

 

C. BIDANG ORGANISASI DAN MANAJEMEN

1. Menyusun visi, misi dan konsep pengembangan serta strategi implementasi pembinaan umat serta rencana kerja berjangka dalam rangka peningkatan pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama secara nasional.

2. Menyusun konsep kerjasama dan hubungan komunikasi antar organisasi kemasyarakatan Hindu, baik pada tingkat cendikiawan, wanita, pemuda, mahasiswa, remaja, paguyuban, yayasan, sampradaya dan lain sebagainya sebagai mitra kerja pembinaan dan pelayanan kepada umat.

3. Meningkatkan kemampuan para pengurus Parisada melalui berbagai program latihan dan pendidika, untuk secara optimal menghasilkan jajaran pengurus yang jujur, handal dan memiliki semangat pengabdian yang tinggi.

Page 9: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

4. Membangun dan meningkatkan hubungan kerjasama dan komunikasi dengan organisasi Hindu di tingkat regional maupun internasional, termasuk dengan Pemerintah, instansi terkait, dan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan selain Hindu.

 

D. BIDANG USAHA DAN DANA

1. Menyusun Anggaran Pendepatan dan Belanja Organisasi secara terencana, realistis dan terukur baik, sehingga dapat dijadikan acuan bagi penyusunan program penggalian dana maupun pelaksanaan program kerja sehari-hari.

2. Mengembangkan konsep dana punia secar lebih luas dari wilayah upacara ke wilayah pembinaan dan pengembangan lembaga derta sumber daya manusia, termasuk menyusun program penghimpunan dana punia dari umat secara langsung atau melalui pembentukan Yayasan dan/atau lembaga keuangan umat, yang akan dimanfaatkan secara optimal untuk membiayai kegiatan Parisada dan peningkatan pelayanan umat di berbagai bidang.

3. Menyusun tim investigasi untuk melakukan inventarisasi aset dak kekayaan Parisada dan menyusun program penggalian dana abadi selama jangka waktu tertentu, agar Parisada memiliki sejumlah dana yang bersifat kekal, sehingga pada suatu saat nanti Parisada tidak lagi sepenuhnya menggantungkan diri kepada dana punia dari umat.

4. Memberdayakan kemampuan sosial ekonomi umat melalui pembentukan lembaga kajian strategis yang melakukan pembinaan dan pemberian modal usaha bagi pengusaha kecil serta merupakan jaringan antar pengusaha Hindu di Indonesia (Hindu Incorporated).

5. Membentuk lembaga pemeriksa keuangan (auditor) yang bertugas memeriksa keuangan Parisada dan melaporkan hasil pemeriksaannya secara berkala, dalam rangka transportasi manajemen, untuk meningkatkan kepercayaan umat kepada lembaga-lembaga Hindu.

 

E. BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN KEMASYARAKATAN

1. Meningkatkan pemahaman umat Hindu tentang berbagai nilai budaya dan hukum dalam agama Hindu, baik yang menyangkut persamaan derajat, hukum waris dan juga hak serta kewajiban anggota keluarga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

2. Mendorong pelaksanaan kegiatan dan partisipasi umat Hindu dalam berbagai aktivitas yang mengangkat nilai keagamaan secara terhormat seperti ; dharmasanti, utsawa dharma gita, lomba mejejahitan dan lainnya, yang dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan untuk mempersiapkan generasi Hindu yang lebih baik dan berkualitas di masadepan.

Page 10: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

3. Mendorong umat Hindu untuk tampil dan turut serta berpartisipasi dalam setiap kegiatan sosial kemasyarakatan pada setiap tingkat di lingkungan masing-masing, sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis antar intern umat beragama, dan antar umat beragama dengan pemerintah.

4. Mendorong terbentuknya lembaga konseling, baik pada tingkatan remaja, mahasiswa, pemuda maupun orang tua, untuk melayani berbagai permasalahan umat yang sering dialami dan dihadapi didalam kehidupan sehari-hari.

5. Mengayomi kelompok-kelompok spiritual keagamaan Hindu sebagai saudara se-Dharma, sebagai bagian dari konsep Hindu yang besar dan menghargai konsep kebhinekaan dan multikulturalisme kebudayaan yang saling menghormati satu sama lain.

6. Mengupayakan agar pencatatan perkawinan umat Hindu dilaksanakan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia dan dilegalisasi oleh Departemen Agama RI.

 

BENTUK PROGRAM KERJA

 

A. BIDANG TATWA DAN PEMAHAMAN AGAMA

1. Menginvestarisasi kriteria dan kretirea dan kareteristik upakara dan upacara persembahyangan keagamaan sesuai sifat multi peradaban suku-suku umat sedharma di masing-masing daerah.

2. Pembentukan Widya Bhawana Parisada sebagai badan pelaksana kajian dan perumusan berbagai sastra agama Hindu setelah disahkan oleh Parisada untuk diwartakan.

3. Penerbitan buku pedoman pelaksanaan persembahyangan dan upacara keagamaan serta petunjuk praktis pemberian dharma wacana di dalam setiap acara tersebut.

4. Penerbitan buku panduan mengenai perencanaan dan pembangunan maupun pengelolaan tempat suci berdasarkan ajaran Weda disesuaikan dengan desa kalapatra.

5. Penerbitan buku pedoman dharma wacana yang disusun untuk para dharma duta, sebagai panduan awal dalam pewartaan ajaran agama di berbagai tempat.

6. Menerbitkan peraturan dan ketentuan yang jelas tentang penggunaan bahasa, aksara dan simbol serta budaya Hindu dalam berbagai bidang kehidupan.

7. Memberikan penugasan kepada seluruh pengurus Parisada untuk melakukan kunjungan ke daerah terpencil menimal satu kali dalam setahun dan memberikan dharma wacana di setiap pura minimal 2 (dua) kali dalam setahun.

Page 11: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

8. Mengusulkan kepada pemerintah agar Hari Raya Siva Ratri dijadikan hari libur nasional dan libur Hari Raya Nyepi menjadi dua hari.

 

B. BIDANG PENERANGAN DAN PENDIDIKAN

1. Pembentukan pusat pengelolaan dan penympanan data pada Sekretariat Jenderal Parisada berupa ; pusat informasi Parisada, perpustakaan induk dan operator homepage.

2. Pengaktifan kembali penerbitan dan pendistribusian majalah dan buletin Hindu ke daerah-daerah sebagai media komunikasi umat dengan ditambah program pertemuan antar pimpinan redaksi media sejenis sebagai ajang diskusi berbagai materi, isu dan masalah aktual yang berkembang atau dihadapai umat sehari-hari.

3. Peningkaatan kualitas dan kuantitas penyiaran dharma wacana, dharma tula dan dharma gita melalui media elektronik, termasuk memberi peran yang lebih besar kepada organisasi atau individu lain yang berminat, bersedia dan mampu mengajukan program alternatif yang lebih menarik.

4. Pendirian lembaga Penerbitan Parisada (Parisada Publishing House).

5. Membangun dan mengoperasikan radio swasta yang bernafaskan Hindu.

6. Pelaksanaan program pengiriman dharma duta ke berbagai daerah yang diniai strategis untuk dikunjungi, baik atas inisiatif Parisada maupun atas permintaan umat setempat.

7. Pendataan jumlah dan pemantauan aktivitas tenaga kependidikan agama Hindu pada semua tingkat pendidikan, mengupayakan pengangkatan status jabatan mereka dan upaya menciptakan berbagai intensif kompensasi tambahan sebagai pendorong semangat pengabdian mereka.

8. Pendataan jumlah lembaga pendidikan agama Hindu pada semua tingkat pendidikan, mengupayakan pembangunan sekolah baru dan penyempurnaan yang sudah ada serta peningkatan status akademis dan peningkatan kualitas sistem maupun manajemen pengajarannya.

9. Memulai program pendalaman shrada pada semua tingkatan usia dan kelompok sosial di lingkungan umat secara periodik seperti ; pasraman arhir minggu bagi murid TK dan SD, kemah remaja bagi murid-murid sekolah lanjutan, sedangkan forum diskusi agama/tapa brata/yoga semadhi bagi mahasiswa dan pemuda serta tirta yatra bagi para orang tuanya.

10. Mendistribusikan semua literatur dan koleksi buku maupun data yang tersedia di perpustakaan Parisada Pusat ke Daerah dalam rangka pembangunan perpustakaan daerah yang lengkap dan menjadi sumber pengetahuan bagi umat di seluruh wilayah di Indonesia.

Page 12: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

11. Menbuka pelatihan umum kepada kelompok remaja, mahasiswa maupun pemuda, untuk memperkuat keyakinan, mental dan semangat mereka sebelum bepergian ke wilayah lain dalam rangka melanjutkan sekolah, menjalankan tugas maupun bekerja.

12. Mengadakan pelatihan atau kursus singkat tentang dharma wacana dan dharma duta, tidak saja bagi pengurus Parisada melainkan juga kepada pinandita/pemangku dan serati banten serta calon pinandita/pemangku dan calon serati banten dan umat Hindu yang berminat.

13. Memberikan penerangan perihal upacara keagamaan dan tradisi/adat istiadat keagamaan di daerah agar dapat dipahami secara baik, tidak menimbulkan konflik serta dapat berlangsung dengan tertib dan damai.

 

C. BIDANG ORGANISASI DAN MANAJEMEN

1. Melaksanakan pendidikan dan latihan kepemimpinan, manajeman dan keuangan kepada para pengurus tingkat pusat maupun daerah, dengan tenaga kerja pengajar yang profesional.

2. Mengupayakan mempunyai kantor sekretariat tetap bagi pengurus pusat maupun daerah dan mengangkat staf harian.

3. Melakukan pendataan keberadaan umat dan berbagai organisasi bernafaskan Hindu sebagai data induk potensi dan sumber saya umat secara nasional.

4. Menata kembali manajemen organisasi/lembaga/yayasan yang bernaungdi bawah Parisada Hindu Dharma Indonesia termasuk melakukan audit terhadap organisasi/lembaga/yayasan serta melaporkannya secara periodik dan transparan.

5. Mendukung pemisahan Dirjen Bimas Hindu dan Budha.

6. Mengupayakan penyelesaian administrasi penghibahan dan penyertifikatan tanah tempat suci dan Pelaba tempat suci dan melarang penyertifikatan tanah Pura dan Pelaba pura untuk diatas namakan secara pribadi.

7. Membentuk forum komunikasi antar lembaga pendidikan, antar lembaga pura dan lembaga-lembaga lain.

8. Melaksanakan konferensi Hindu internasional.

 

 

D. BIDANG USAHA DAN DANA

1. Melaksanakan program pengumpulan dana punia secara nasional melalui "Punia Seribu" yang dilaksanakan setiap tahun melalui berbagai jaringan pengumpulan dana.

Page 13: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

2. Membentuk Hindu Incorporated, yang menyatukan semua potensi ekonomi dan kegiatan usaha, dengan kewajiban menyisipkan hasil usaha dan kerjasama yang diperoleh kepada Parisada maupun Lembaga Artha Parisada.

3. Mengupayakan produk Peraturan Daerah (Perda) bagi daerah yang memungkinkan terutama di daerah Bali yang mengatur tentang kebijakan fiskal daerah (pajak atau retribusi) mengenai pungutan terhadap pelaku pariwisara, yang digunakan untuk melaukan konservasi dan pengembangan budaya serta agama Hindu.

 

E. BIDANG SOSIAL, BUDAYA DAN KEMASYARAKATAN

1. Pelaksanaan seminar tentang perkawinan Hindu, hukum waris, persamaan jender dan aspek budaya Hindu lainnya untuk disosialisasikan ke berbagai daerah.

2. Pelaksanaan lomba dan keterampilan mengembangkan budaya Hindu, baik dari segi tarian dan musik sampai kepada Utsawa Dharma Githa.

3. Pembentukan lembaga konseling remaja, khususnya yang ada di luar Bali maupun yang akan keluar dari Bali, sehingga tetap terjaga dalam lingkungan Hindu dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan non-Hindu.

4. Mengembangkan dan mensosialisasikan pendirian Panti Penitipan Anak, Panti Asuhan, Panti AnakYatim-Piatu, Panti Anak Yatim Piatu, Panti Anak Terlantar, Rumah Jompo, Program Orang Tua Asuh dan lembaga sosial lainnya.

5. Melaksanakan forum komunikasi antar sampradaya untuk membiasakan umat Hindu terhadap kegiatan saudara se-Dharma dengan warna yang berbeda-beda.

6. Memperjuangkan agar Parisada diberi wewenang sebagai Lembaga Pencatatan Perkawinan untuk Agama Hindu. Atau minimal mendorong berdirinya lembaga penasihat perkawinan dan perceraian bagi umat Hindu, sehingga tidak ada lagi kasus umat Hindu yang terpaksa kawin dengan menggunakan status agama lain hanya karena terbentur peraturan atau ketiadaan petugas pencatatan perkawinan Hindu.

7. Mendorong pembentukan Pengadilan Tinggi Agama Hindu.

8. Mensosialisasikan pemahaman Catur Varna pada semua umat Hindu maupun umat beragama lainnya sesuai dengan kitab suci Weda, sehingga tidak ada lagi umat yang merasa malu menyandang status beragama Hindu.

9. Melaksanakan pelestarian lingkungan sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana.

Page 14: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

Sambutan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik di tahun 2009. Setelah suksesnya program Visit Indonesia Year yang telah meningkatkan kepariwisataan Indonesia, di tahun 2010 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan melaksanakan program yang lebih optimis lagi antara lain Tahun Kunjung Museum yang memiliki peranan strategis sebagai wahana penguat program Revitalisasi Museum.

Guna meningkatkan wisatawan, baik domestik maupun asing pada 2010 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan mencanangkan program Tahun Kunjung Museum (Visit Museum Year). Program Tahun Kunjung Museum yang didukung dengan berbagai kegiatan di museum seluruh Indonesia tersebut, bertujuan untuk memperbesar jumlah pengunjung museum serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bangsa. Dengan adanya program Tahun Kunjung Museum yang dibarengi dengan mereposisi museum, kita optimis bahwa masyarakat akan lebih bergairah untuk berkunjung ke museum, sehingga museum menjadi lebih semarak dan “hidup” dalam pengelolaannya.

Museum sebagai media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana pembelajaran masyarakat, serta objek wisata yang edukatif, perlu didorong agar menjadi dinamis serta dapat melayani masyarakat dengan memadai. Indonesia juga dikenal memiliki keragaman aset budaya dan tradisi yang sangat menarik serta bervariasi. Dengan adanya program Tahun Kunjung Museum tersebut, diharapkan dapat mengubah citra dan “wajah” museum Indonesia menjadi lebih menarik dan lebih prima sehingga dapat turut meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.

Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang akan dilaksanakan selama lima tahun (2010-2014). Salah satu kegiatan dalam Program GNCM tersebut adalah kegiatan Revitalisasi Museum yang bertujuan untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan berdayaguna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan adanya program GNCM tersebut diharapkan pada 2014 akan terwujud museum Indonesia yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Semoga program Gerakan Nasional Cinta Museum melalui Tahun Kunjung Museum akan berjalan dengan sukses dan mencapai hasil sesuai dengan perencanaannya sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bangsa serta menyejahterakan masyarakat Indonesia.

IR. JERO WACIK, SE

Sekilas Gerakan Nasional Cinta Museum Melalui Tahun Kunjung Museum 2010

Page 15: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

Latar Belakang

Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya, melainkan dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia kepada komunitas dan publik.

Tiga pilar utama permuseuman di Indonesia yaitu: 1) mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) kepribadian bangsa; 3) ketahanan nasional dan wawasan nusantara. Ketiga pilar ini merupakan landasan kegiatan operasional museum yang dibutuhkan di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum dapat mempengaruhi dan memberi inspirasi tentang hal-hal penting yang harus diketahui dari masa lalu untuk menuju ke masa depan. Oleh karena itu untuk menempatkan museum pada posisi sebenarnya yang strategis, diperlukan gerakan bersama penguatan pemahaman, apresiasi dan kepedulian akan identitas dan perkembangan budaya bangsa yang harus terbangun pada tataran semua komponen masyarakat bangsa Indonesia baik dalam skala lokal, regional maupun nasional. Gerakan bersama tersebut dinamakan Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM).

Gerakan Nasional Cinta Museum adalah upaya penggalangan kebersamaan antar pemangku kepentingan dan pemilik kepentingan dalam rangka pencapaian fungsionalisasi museum guna memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa. Gerakan ini bertujuan untuk membenahi peran dan posisi museum yang difokuskan pada aspek internal maupun eksternal. Aspek internal lebih kepada revitalisasi fungsi museum dalam rangka penguatan pencitraan melalui pendekatan konsep manajemen yang terkait dengan fisik dan non fisik. Aspek eksternal lebih kepada konsep kemasan program yaitu menggunakan bentuk sosialisasi dan kampanye pada masyarakat sebagai bagian dari stakeholder. Salah satu programnya adalah Tahun Kunjung Museum 2010 yang dicanangkan pada tanggal 30 Desember 2009 oleh Bapak Ir. Jero Wacik, SE selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan sebuah momentum awal untuk memulai Gerakan Nasional Cinta Museum. Maka dapat dikatakan bahwa Tahun Kunjung Museum ini adalah upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang didasarkan pada pemikiran bahwa museum merupakan bagian dari pranata sosial yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan bangsa, menggalang persatuan dan kesatuan, memberikan layanan kepada masyarakat, melestarikan aset bangsa sebagai sumber penguatan pemahaman, apresiasi, dan kepedulian pada identitas bangsa. Hal ini untuk memperkuat posisi (reposisi) museum sebagai jendela budaya dan bagian dari pranata kehidupan sosial budaya Bangsa Indonesia.

Gerakan Nasional Cinta Museum ini akan dilaksanakan secara bertahap selama lima tahun dalam rangka menggalang kebersamaan antar pemangku dan pemilik kepentingan (share dan stakeholder) untuk memperkuat fungsi museum pada posisi yang dicita-citakan guna memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa. Pencapaian fungsionalisasi museum tersebut yang kemudian disebut sebagai Gerakan Nasional Cinta Museum.

Page 16: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

Gerakan Nasional Cinta Museum adalah upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk mengembangkan museum-museum di Indonesia agar siap bersaing. Mari kita jadikan Gerakan Nasional ini sebagai momentum kebangkitan museum di Indonesia yang diawali dengan Tahun Kunjung Museum 2010.

Tujuan

1. Terjadinya peningkatan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap nilai penting budaya bangsa

2. Semakin kuatnya kepedulian dan peranserta pemangku kepentingan dalam pengembangan museum

3. Terwujudnya museum sebagai media belajar dan kesenangan yang dinamis dan atraktif bagi pengunjung

4. Terwujudnya museum sebagai kebanggaan publik5. Terwujudnya kualitas pelayanan museum6. Peningkatan jumlah kunjungan ke museum

Sasaran

1. Menciptakan peran museum sebagai bagian dari pranata kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya bangsa

2. Mewujudkan peningkatan kuantitas dan kualitas kunjungan ke museum-museum seluruh Indonesia

3. Mewujudkan landasan yang kokoh bagi masyarakat untuk meningkatkan apresiasi kesejarahan dan kebudayaan dalam upaya memperkuat jatidiri bangsa

4. Menciptakan kerja sama yang berimbang dan saling menguntungkan antara museum dengan pemangku kepentingan

5. Membentuk rumusan kebijakan-kebijakan terkait dengan penyelenggaraan museum yang tidak saja menekankan kepada kepentingan ideologis dan kepentingan akademis, tetapi juga pada kepentingan lain dalam pemanfaatan museum

6. Terbentuknya sinergisitas dari para pemangku kepentingan khususnya di bidang pariwisata untuk menempatkan museum sebagai lembaga yang memiliki daya tarik wisata budaya untuk dikunjungi

Strategi ProgramStrategi mereposisi museum dalam menangkap peluang ke depan adalah:

1. Meningkatkan keseimbangan antara kompleksitas fungsi museum yang diemban dengan sistem dan mekanisme pengelolaan yang profesional

2. Mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi untuk mengelola data dan informasi koleksi, kegiatan museum, mempromosikan atau kampanye/sosialisasi museum sebagai tempat yang atraktif dan memiliki daya tarik untuk dikunjungi

3. Meningkatkan inovasi sistem peragaan koleksi museum yang ditata secara modern tanpa mengabaikan peran pendidikannya, misalnya melalui sentuhan teknologi komputer, presentasi audiovisual, serta pajangan video secara interaktif untuk lebih menarik dan lebih mendidik

Page 17: Lomba Utsawa Dharma GitaDenpasar

4. Museum sebagai jendela budaya harus lebih dikembangkan sebagai tempat pertemuan masyarakat atau komunitas yang nyaman, menyenangkan, akomodatif, dan lengkap

5. Mengoptimalkan kreativitas program-program, aktivitas dan promosi kegiatan museum yang menarik, lebih mendidik sekaligus menghibur, yang dapat menggugah emosi atau imajinasi pengunjung untuk lebih tertarik, mengetahui, dan mengapresiasi pengalaman yang diperoleh selama berkunjung di museum sebagai bagian dari kehidupan budayanya

6. Memperkuat data dan informasi terkait dengan koleksi, aktivitas dan promosi kegiatan museum yang dapat diakses dengan mudah oleh para pemangku kepentingan khususnya masyarakat dan pengunjung

7. Meningkatkan kenyamanan dan kepuasan bagi para pengunjung terhadap kualitas dan kelengkapan fasilitas, sarana pendukung dan layanan yang disediakan oleh museum

8. Mengintegrasikan fungsi museum dengan sistem pendidikan nasional yang ada, khususnya pada tingkat daerah (provinsi dan kabupaten) yang tidak memiliki museum

9. Memperkuat jaringan kerja museum sebagai lembaga nonprofit