logika
-
Upload
dian-fatma -
Category
Documents
-
view
400 -
download
2
Transcript of logika
LOGIKA MATEMATIKA
MAKALAH
Oleh
Agung Mujiyono NIM 101810301009
Tia Lestari NIM 101810301012
Kamaludin Husna Hudaya NIM 101810301017
Cinde Puspita Wulandari NIM 101810301020
Ach. Haris Efendy NIM 101810301021
Yeni Patmawati NIM 101810301029
Moch. Yoris Alidion NIM 101810301044
A Saenimun’im H NIM 101810301047
Achmad Sholikhudin NIM 101810301051
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2010
BAB 1
PENGERTIAN LOGIKA DAN PERNYATAAN
1.1. Pengertian Logika
Logika (logic) berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti
“kata”,”ucapan”,atau “alasan”. Logika dapat diartikan ilmu yang berhubungan
dengan prinsip- prinsip validitas penalaran dan argumen- argumen.
Logika adalah suatu studi yang sisitimatik tentang struktur proposisi dan
syarat- syarat umum mengenai penalaran yang sahih dengan menggunakan metode
yang mengesampingkan isi atau bahan proposisi dan hanya membahas bentuk
logisnya saja. (Soekardijo)
Menurut kamus matematika oleh Borowsky, dijelaskan bahwa logika adalah
prinsip dan metode khas yang dipergunakan dalam argumentasi atau penalaran yang
tidak memperhatikan isi atau konteks dari penalaran.
1.1.1. Notasi
Adalah alat bantu untuk menyatakan sesuatu. Notasi menyingkap kalimat
verbal yang panjang dengan suatu simbol yang ringkas.
1.1.2. Definisi
Menurut Borowsky dan Borwein [1] definisi- definisi pernyataan yang tepat
tentang suatu istilah (definiendum) dengan menggunakan istilah lain yang ekuivalen
(definien).
1.2. Pernyataan
Pernyataan (statement) adalh suatu kalimat deklaratif yang bernilai benar
saja,atau salah saja,tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Contoh:
1. Sekarang hari hujan.
1. Besok ada kuliah dan praktikum di laboratorium.
(Nilai kebenaran kedua pernyataan di atas tergantung pada realitas yang
dinyatakanya)
1.2.1.Pernyataan Tunggal
Pernyataan tunggal adalah pernyataan yang hanya mengandung satu pokok
persoalan atau satu ide. Pernyataan tunggal pada umumnya dinyatakan dengan
huruf-huruf kecil seperti p, q, dan r.
Logika Matematika 2
Contoh :
p : Lima (5) adalah bilangan prima;
q : Sembilan (9) adalah bilangan genap;
Kebenaran dan ketidakbenaran suatu pernyataan dinamakan nilai kebenaran
atau nilai logik (truth value) dari pernyataan tersebut dan dinotasikan dengan
(p). Sebagai simbol dari benar biasa dipakai B (Benar), R (Right), T (True), atau
1. Sedangkan simbol salah digunakan S (Salah), W (Wrong), F (False), atau 0.
Penggunaan notasi kebenaran itu harus berpasangan.
(i) Nilai kebenaran p adalah benar, (p)=B
(ii) Nilai kebenaran q adalah salah, (q)=S
Negasi dari pernyataan tunggal p adalah suatu pernyataan yang bernilai salah
jika p benar dan bernilai benar jika p salah.
( p)=1 jika (p)=0 dan ( p)=0 jika (p)=1.
Contoh :
p : Lima (5) adalah bilangan prima;
maka
( p) : Tidak benar lima (5) adalah bilangan prima;
: Lima (5) adalah bukan bilangan prima;
Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait definisi dan negasi:
a. Kata sifat tidak dapat dijadikan sebagai unsur tak terdefinisi (undefined
term). Jika kata-kata seperti ini dibuat untuk membuat pernyataan, maka
harus didefinisikan terlebih dahulu. Misalnya pada kalimat “Tia anak yang
pandai”, selain butuh observasi juga harus didefinisikan terlebih dahulu
tentang kriteria “pandai”, sehingga tidak menimbulkan penafsiran berbeda.
Logika Matematika 3
b. Jika suatu pernyataan bernilai benar, maka negasinya bernilai salah. Jika
pernyataan dan negasinya tidak bisa dinilai benar atau salah maka kalimat
tersebut dikatakan kalimat tidak bermakna. Misalnya:
p : kakak habis dibagi adik, dan
p : kakak tidak habis dibagi adik,
Keduanya tidak bisa bernilai benar atau salah sehingga keduanya bukan
merupakan pernyataan.
c. Dilihat dari jumlah faktor-faktor sejatinya (termasuk a) bilangan dibedakan
menjadi bilangan abundan, bilangan sempurna, dan bilangan defisiensi
berkurang.
1.2.2.Pernyataan Majemuk
Beberapa kalimat tunggal, p, q, dapat digabung menggunakan kata
penghubung sehingga membentuk pernyataan baru seperti : p dan q, p atau q, p
yang q, dan sebagainya. Pernyataan baru ini disebut pernyataan majemuk. Kata
penghubung kedua pernyataan biasa disebut konektor atau perakit
1.2.2.1. Perakit Konjungsi (dan)
Konjungsi dari p dan q (ditulis: p Λ q, dibaca “p dan q”) adalah
pernyataan majemuk yang bernilai benar hanya apabila masing-masing
p maupun q bernilai benar. Sedangkan untuk keadaan lain maka dia
bernilai salah.
Beberapa symbol yang sering digunakan sebagai perakit dan ini
adalah: p Λ q, p x q, p & q atau pq.
Tabel kebenaran p Λ q
p q p Λ q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S
Perakit konjungsi disebut juga perakit pernyataan, karena harus
menyertakan semua komponen-komponennya dan bernilai benar hanya
jika semua komponennya benar. Kata hubung “dan” mempunyai arti
yang sama dengan “yang”, “tetapi”, “meskipun”, “maupun”.
Logika Matematika 4
Contoh :
p : dua (2) adalah bilangan genap;
q : dua (2) adalah bilangan prima;
Dapat dinyatakan sebagai
p Λ q : dua (2) adalah bilangan genap dan prima;
p Λ q : dua (2) adalah bilangan genap yang prima;
1.2.2.2. Perakit Disjungsi (atau)
Disjungsi dari pernyataan p dan q adalah pernyataan yang dibaca “p
atau q”. Pernyataan ini bernilai salah hanya apabila masing-masing p
dan q salah. Sedangkan untuk keadaan lain ia bernilai benar.
Notasi yang sering digunakan untuk perakit disjungsi adalah : p Ѵ q; p
+ q.
(p Ѵ q) = 1 jika [ (p)=1 atau (q)=1 atau (p)= (q)=1]
Tabel Kebenaran p Ѵ q
contoh :
p : 5 adalah bilangan prima
q : 5 adalah bilangan genap
p Ѵ q : 5 adalah bilangan prima atau genap
1.2.3.Tautologi dan Kontradiksi
Taotologi adalah pernyataan majemuk yang selalu benilai benar (dalam
segala hal) tanpa memandang nilai kebenaran komponen – komponennya.
Notasi T kita gunakan untuk menunjukkan bahwa pernyataan majemuk selalu
benar.
P(p1,p2,…,pn)=T, jika [(P(p1,p2,…,pn)]=1 untuk semua kemungkinan (pi).
Logika Matematika
p q p Ѵ q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
5
Contoh :
p Ѵ ( ) adalah suatu tautologi.
Buktinya
p p p Ѵ q)
B
S
S
B
B
B
Kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah
(dalam segala hal) tanpa memperhatikan nilai kebenaran dari komponennya.
Notasi F kita gunakan untuk menunjukan bahwa pernyataan majemuk selalu
salah.
P(p1,p2,…,pn)=F, jika [(P(p1,p2,…,pn)]=0 untuk semua kemungkinan (pi).
Contoh :
p Λ ( p) adalah suatu kontradiksi.
Buktinya
p p p Λ q)
B
S
S
B
S
S
1.2.4.Aljabar Pernyataan
Ekuivalensi ( ) digunakan sebagai pengganti kesamaan dalam logika.
Aljabar pernyataan atau kalkulus pernyataan merupakan istilah dari operasi
beserta pernyataannya. Dua pernyataan dikatakan ekuivalen jika pernyataan-
pernyataan tersebut mempunyai nilai kebenaran kebenaran yang sama untuk
setiap keadaan komponennya.
Logika Matematika 6
Jika [P(p1,p2,…,pn)] = [Q(q1,q2,…,qn)] maka
P(p1,p2,…,pn) Q(q1,q2,…,qn)
Teorema 1. Relasi ini adalah relasi ekuivalensi yaitu
(i). p q (refleksi)
(ii). Jika p q maka q p (simetris)
(iii). Jika p q dan q r maka p r (transitif)
Contoh :
(p Ѵ q) ( p) Λ ( q)
Logika Matematika 7
Buktinya
Tabel Kebenaran (p Ѵ q) Tabel Kebenaran ( p) Λ q)
p q (p Ѵ q) (p Ѵ
q)
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
S
S
S
B
Karena nilai kebenaran (p Ѵ q) dan ( p) Λ
q) sama untuk setiap pasangan nilai komponennya, maka (p Ѵ q) ( p) Λ
( q).
1.2.5.Bentuk Rangkap dan Prinsip Kerangkapan
Bentuk rangkap (dual) dari kalimat-kalimat majemuk P(p1,p2,…,pn) adalah
bentuk yang diperoleh dengan menggantikan tanda Ѵ dengan Λ dan sebaliknya,
demikian juga F dan T dan sebaliknya secara serempak.
Teorema 2. Prinsip kerangkapan/ dualitas jika suatu pernyataan (teorema) sudah
terbukti kebenarannya maka bentuk rangkapnya juga valid.
Contoh :
Bentuk p Ѵ ( ) T adalah valid (merupakan tautologi) maka bentuk p Λ ( p)
F juga valid (merupakan kontradiksi)
Teorema 3. Negasi Ganda
p)) p
Teorema 4. Hukum Komutatif/ Pertukaran
(p Λ q) (q Λ p)
(p Ѵ q) (q Ѵ p)
Teorema 5. Hukum Assosiatif/ Pengelompokan
Logika Matematika
p q ( p) Λ ( q)
S
S
B
B
S
B
S
B
S
S
S
B
8
p Λ (q Λ r) (p Λ q) Λ r
p Ѵ (q Ѵ r) (p Ѵ q) Ѵ r
Teorema 6. Hukum Identitas
p Λ F F dan p Λ T p
p Ѵ T T dan p Λ F p
Teorema 7. Hukum Komplemen Invers
p Λ ( p) F dan ( F) T
p Ѵ ( p) T dan ( T) F
Teorema 8. Hukum De Morgan
(p Λ q) p) Ѵ ( q)
(p Ѵ q) p) Λ ( q)
Teorema 9. Hukum Distribusi
p Λ (q Ѵ r) (p Λ q) Ѵ (p Λ r)
p Ѵ (q Λ r) (p Ѵ q) Λ (p Ѵ r)
Teorema 10. Hukum Idempoten
p Λ q p
p Ѵ q p
Teorema 11. Hukum Absorpsi/ Penyerapan
p Λ (p Ѵ q) p dan p Ѵ (p Λ q)) p
p Ѵ (p Λ q) p dan p Λ (p Ѵ q)) p
Teorema 12. Komplementasi Gabungan
p Λ (( p) Ѵ q) p Λ q
Logika Matematika 9
p Ѵ (( p) Λ q) p Ѵ q
1.2.6.Perakit-perakit Lain
1.2.6.1. Perakit Disjungsi Eksklusif
Disjungsi eksklusif dari p dan q ( dibaca “atau p… atau q”) adalah
pernyataan yang berarti p atau q tetapi tidak dua-duanya. Disjungsi
eksklusif p dengan q dinotasikan dengan p Ѵ q
Jadi secara simbolis dapat dituliskan :
p Ѵ q = (p Ѵ q) Λ [ (p Λ q)]
= (p Ѵ q) Λ (p Λ q)
Tabel Kebenaran Disjungsi Eksklusif
1.2.6.2. Operator Stoke
dan Dagger
Operator Stroke dinotasikan dengan “/”. Fungsi ini disebut juga
pengingkaran alternative (The alternative denial).
p/q = ( p) Ѵ ( q)
p/q = (p Λ q)
Operator Dagger dinotasikan dengan “↓”. p ↓ q dibaca “bukan p dan
bukan pula q”. Operator Dagger disebut juga The join denial atau
pengingkaran bersama atau konjungsi ingkaran.
p ↓ q = p Λ q
p ↓ q = (p Ѵ q)
Contoh :
Tabel Kebenaran Operator Stroke dan Dagger
Logika Matematika
p q r =
(p Ѵ q)
s =
(p Λ q)
t =
(s)
r Λ t = p Ѵ
q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
B
S
S
S
S
S
S
B
S
B
B
S
10
p q p/q p↓q
B
B
S
S
B
S
B
S
S
S
B
B
S
B
S
B
S
B
B
B
S
S
S
B
Logika Matematika 11
BAB 2
PERNYATAAN BERSYARAT
1.1 Negasi
Negasi dari pernyataan tunggal p adalah suatu pernyataan yang bernilai salah
jika p benar dan bernilai benar jika p salah.
p p
B S
S B
1.2 Konjungsi
Adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan perakit “dan”.contohnya
pernyataan berikut:
“Fahmi makan nasi dan minum kopi”
Pernyataan tersebut ekuivalen dengan dua pernyataan tunggal berikut :
“Fahmi makan nasi”dan sekaligus”sekaligus”Fahmi minum kopi”.
Suatu konjungsi p Λ q bernilai benar hanya jika komponen- komponenya, yaitu
baik p maupun q , keduanya bernilai benar, sedangkan nilai kebenaran yang selain itu
aka bernilai salah sebagaimana ditunjukkan pada tabel kebenaran berikut:
p q p Λ q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S
1.3 Disjungsi
Adalah pernyataan majemuk yang menggunakan perakit “atau” contohnya,
peryataan Adi berikut: “Fahmi makan nasi atau minum kopi”. Sekarang, bertanyalah
pada diri anda sendiri, dalam hal mana pernyataan Adi di atas adalah benar dalam
empat kasus berikut yaitu:
1. Fahmi memang benar makan nasi dan ia juga minum kopi,
2. Fahmi makan nasi namun ia tidak minum kopi,
3. Fahmi tidak makan nasi namun ia minum kopi, dan
4. Fahmi tidak makan nasi dan ia tidak minum kopi.
Logika Matematika 12
Pada kasus pertama, Fahmi memang benr makan nasi dan ia juga minum kopi
dalam kasus seperti ini, tidaklah mungkin anda akan mengatakan pernyataan Adi tadi
bernilai salah, karena pernyataan Adi tadi sesuai dengan kenyataan. Pada kasus kedua
Fahmi makan nasi namun ia tidak minum kopi. Dalam hal ini tentunya anda akan
menyatakan bahwa pernyataan Adi tadi bernilai benar, karena Fahmi sudah benar
makan nasi meskipun ia tidak minum kopi sebagaimana yang dinyatakan Adi.
Sedangkan pada kasus ketiga, Fahmi tidak makan nasi namun ia minum kopi
sebagaimana kasus kedua tadi, anda akan menyatakan bahwa pernyataan majemuk
Adi tadi bernilai benar, karena meskipun Fahmi tidak makan nasi namun ia sudah
minum kopi sebagaimana yng dinyatakan Adi. Akhirnya, pada kasus keempat, Fahmi
tidak makan nasi dan ia tidak minum kopi. Dalam hal ini anda akan menyatakan
bahwa pernyataan majemuk Adi tadi bernilai salah, karena tidak ada kesesuaian
antara yang dinyatakan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Ia menyatakan Fahmi
makan nasi atau minum kopi namun kenyataanya, Fahmi tidak melakukan hal itu.
Bedasarkan penjelasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa, suatu konjungsi p Ѵ
q akan bernilai salah hanya jika komponen-komponenya, yaitu baik p maupun q,
keduanya bernilai salah, yag selain tiu akan bernilai benar ditunjukkan pada tatel
kebenaran berikut:
1.4 Implikasi
Adalah pernyataan yang bernilai salah hanya apabila hipotesisnya benar, tetapi di
ikuti oleh konklusi yang salah. Untuk keadaan lain implikasinya benar.
τ (p → q)= {
Secara matematis kalimat dalam bentuk “jika p maka q” di notasikan dengan “p
→ q” disebut implikasi. Selanjutnya “p → q” dapat dibaca :
1. Jika p maka q ;
2. Setiap kali p, (maka) q ;
Logika Matematika
p q p Ѵ q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
13
S jika τ (p)= 1 Λ τ(q)=0, dan
B untuk yang lain.
3. p hanya jika q ;
4. p syarat cukup (sufficient) untuk q ;
5. q syarat perlu (necessary) untuk p.
Tabel kebenaran implikasi
p q p → q
B B B
B S S
S B B
S S B
Selanjutnya, persyaratan p → q :
1. p disebut anteseden/ hipotesis
2. q disebut konsekuen/ konklusi/ kesimpulan
Contoh : Seseorang berjanji kepada orang lain : “jika hari tidak hujan, (maka) saya
akan datang.” Yang kita pertanyakan sekarang adalah : kata orang yang dikatakan tadi
ingkar janji (menyalahi yang di ucapkan)? Jawaban kita adalah jika hari tidak hujan (p
benar) tetapi ia tidak datang (q salah). Hanya dalam keadaan ini saja. Itu berarti untuk
tindakanya yang lain ia tidak dapat dipersalahkan, yaitu jika hari hujan dan ia tetap
datang ia tidak dapat di persalahkan.
IMPLIKASI DAN VARIASINYA
Dari Implikasi p→q,kita dapat membentuk berbagai pertanyaan-pertanyaan yaitu:
1. p→ q yang disebut invers
2. q→p disebut konvers
3. q→ p disebut kontraposisi
Dari Implikasi tadi dan definisi di atas dapat dibuat kebenarannya untuk invers,
konvers, dan kontraposisi,sebagai berikut:
p q p q p→q p→ q q→p q→ p
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
Logika Matematika 14
S S B B B B B B
Dari table diatas terlihat bahwa:
p→q → p dan
p→ q q→p
Sebenarnya dari definisi syarat cukup dan syarat perlu sudah jelas bahwa jika p
dan q artinya dengan jika tidak ada q maka ada p (artinya aplikasi ekuivalen dengan
kontra positif). Hubungan antara implikasi konvers ,invers, dan kontraposisi dapat
ditunjukkan seagai berikut:
Diagram venn mengilustrasikan variasi implikasi, invers, konvers, dan kontraposisi
1.5 Biimplikasi atau Bikondisional
Adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataan p dan q yang dinotasikan
dengan p↔q yang bernilai sama dengan (p→q) Λ (q→p) sehingga dapat dibaca : “p
jika dan hanya jika “p atau q” atau “p bila dan hanya bila q”. Tabel kebenaran dari
p↔q adalah
p q p↔q
B B B
B S S
S B S
Logika Matematika
Invers
Kon
vers
Invers
15
p → q
q → p → p
p → q
Kontraposisi
S S B
Dengan demikian jelaslah bahwa biimplikasi dua pernyataan p dan q hanya
akan bernilai benar jika kedua pernyataan tunggal bernilai sama. Contoh biimplikasi:
1. Suatu segitiga adalah segitiga siku- siku jika dan hanya jika luas persegi pada
hepotenusanya sama dengan jumlah luas dari persegi- persegi pada kedua sisi
yang lain.
2. Suatu segitiga adalah sama sisi bila dan hanya bila ketiga sisinya.
1.6 Negasi suatu Pernyataan
2.6.1. Negasi Suatu Konjungsi
Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan perakit
“dan”. Contohnya, pernyataan Adi berikut:
“Fahmi makan nasi dan minum kopi”.
Pernyataan tersebut ekuivalen dengan dua pernyataan tunggal tersebut
“Fahmi makan nasi” dan sekaligus “Fahmi minm kopi”. Suatu konjungsi p Λ q
akan bernilai benar hanya jika komponen- komponennya yaitu baik p maupun
q, keduanya bernilai benar. Sedangkan negasi atau ingkaran suatu pernyataan
adalah pernyataan lain yag bernilai benar jika pernyataan awalnya salah dan
bernilai salah jika pernyataan awalnya bernilai benar. Karena itu, negasi dari:
”Fahmi makan nasi dan minum kopi” adalah suatu pernyataan majemuk lain
yang salah satu komponennya merupakan negasi dari komponen pernyataan
awalnya. Dengan demikian, negasinya adalah “Fahmi tidak makan nasi atau
tidak minum kopi”. Sebagaimaa ditunjukkan pada tabel berikut:
p q p Λ q p q p Ѵ q
B B B S S S
B S S S B B
S B S B S B
S S S B B B
2.6.2. Negasi Suatu Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan perakit
“atau”. Contohnya, pernyataan Adi berikut: “ Fahmi makan nasi atau minum
Logika Matematika 16
kopi”. Suatu disjungsi p Ѵ q akan bernilai salah hanya jika komponen-
komponennya yaitu baik p maupun q, keduanya bernilai salah, yang selain itu
akan bernilai benar. Karenanya, negasinya adalah “Fahmi tidak makan nasi
dan tidak minum kopi”. Sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut:
p q p Ѵ q p q q
B B B S S S
B S B S B S
S B B B S S
S S S B B B
2.6.3. Negasi Suatu Implikasi
Perhatikan pernyataan berikut yang merupakan suatu implikasi:
“Jika hari hujan maka Adi membawa payung”
Negasi dari implikasi di atas adalah : “Hari hujan akan tetapi Andi tidak
membawa payung”. Sehingga (p→q) Λ q seperti ditunjukkan tabel
kebenaran berikut ini:
p Q q p→q Λ q
B B S B S
B S B S B
S B S B S
S S B B S
Bedasarkan penjelasan di atas, p→q p→q)] Λ q)
2.6.4. Negasi Suatu Biimplikasi
Biimplikasi atau bikondisional adalah pernyataan majemuk dari dua
pernyataan p dan q dinotasikan dengan p↔q yang ekuivalen (p→q)Λ(q→p),
sehingga:
p ↔ q) [(p → q) Λ (q → p)]
Logika Matematika 17
Logika Matematika 18
BAB 3
KUANTOR
3.1 Tetapan dan Peubah
Tetapan atau konstanta adalah lambang yang mewakili suatu elemen
tertentu yang bersifat khusus atau bersifat tetap dalam suatu semesta pembicaraan.
Semesta pembicaraan adalah kumpulan yang menjadi sumber atau asal unsur-unsur
yang dibicarakan. Tetapan disimbolkan dengan huruf-huruf pertama dari abjad
seperti : α, b ,c ,…..
Contoh tetapan:
Bentuk fungsi linear adalah = α + b
Peubah atau veriabel adalah lambang yang masih mewakili suatu elemen umum
yang belum dikhususkan atau yang nilainya berubah-ubah pada semesta
pembicaraannya. Peubah umumnya dilambangkan dengan huruf- huruf terakhir dari
abjad seperti : , , ,…..
Contoh :
(i) adalah bilangan asli
(ii) manusia berbaju merah
3.2 Kalimat Matematika, Kalimat Terbuka, Kalimat Tertutup
Kalimat matematika adalah kalimat yang memuat simbol- simbol matematika seperti
peubah, tetapan dan operator lainnya.
Kalimat matematika terbuka adalah kalimat matematika yang belum bisa dinilai
benar atau salah.
Contoh : P( ) = +2≥7
Logika Matematika 19
Misal : adalah anggota dari himpunan bilangan real, bila diganti dengan
bilangan sembarang real ≥ 5, maka pernyatan bernilai benar. Sebaliknya jika
diganti dengan < 5, maka pernyataan bernilai salah.
Kalimat matematika tertutup (disebut juga pernyataan matematis) adalah kalimat
matematika yang sudah bisa dinilai benar atau salah.
Himpunan kebenaran atau himpunan penyeleaian adalah himpunan semua unsur dari
semesta pembicaraan yang menyebabkan terjadinya kalimat / pernyataan yang
bernilai benar.
Tp = {u U, T (P(U)) = 1}
Contoh :
(i) + 2 ≥ 10, bilangan asli, maka Tp = { ≥ 8, bilangan asli}.
(ii) p( ) : ² < 0, bilangan real makaTp = Ø
Suatu kalimat terbuka dapat dinyatakan kalimat tertutup dengan menggantikan
peubahnya dengan tatapan dari semesta pembicaraanya.
Contoh :
P(n) = n+2>8 adalah kalimat terbuka, pada semesta N (himpunan semua bilangan
asli), maka:
(a) p(2) = 2+2>8 adalah pernyataan salah
(b) p(8) = 8+2>8 adalah pernyataan benar
Jika P( ) kalimat terbuka pada semesta U dan diambil dalam setiap elemen u dari U,
maka P( ) bisa bernilai benar atau salah. Semua elemen menyebabkan P( )
bernilai benar disebut himpunan penyelesaian / himpunan kebenaran, dinotasikan
dengan Tp.
Logika Matematika 20
Secara implisit dengan memberikan kata-kata : setiap, beberapa atau tak satupun, di
depan kalimat terbuka maka kalimat terbuka akan menjadi pernyataan yang bernilai
benar atau salah.
Contoh :
P( ) = +2 ≥ 8 adalah kalimat terbuka pada N, maka :
(a) untuk semua berlaku +2 ≥8, adalah pernyataan salah.
(b) Ada bilangan asli yang bersifat +2 ≥8 adalah benar
Logika Matematika 21
3.3 Kuantor
Kuantor adalah kata yang dapat digunakan untuk mengukur keberadaan himpunan
penyelesaian (unsur-unsur yang menyebabkan p( ) bernilai benar) dalam logika
dengan istilah : terdapat, semua/setiap, dengan demikian, kuantor dapat dibedakan
menjadi kuantor universal dan kuantor eksistensial.
3.3.1. Kuantor Universal
Simbol dibaca “untuk semua” atau “untuk setiap” disebut kuantor
umum/universal. Jika p( ) adalah fungsi pernyataan pada suatu himpunan A
(himpunan A adalah semesta pembicaraannya) maka ( P( ) atau
P( ) atau p( ) adalah suatu pernyataan yang dapat dibaca sebagai “Untuk
setiap elemen A, P( ) merupakan pernyatan yang benar” atau “untuk semua
berlaku p( )”.
Contoh :
P( ) = bernafas dengan paru-paru
P(paus) = paus bernafas dengan paru-paru
Maka p( ) = , p( ) = {paus}, p{ } = semua paus bernafas
dengan paru-paru
* P( ) merupakan kalimat terbuka, p( ) merupakan pernyataan
(merupakan nilai benar/salah tetapi tidak kedua-duanya).
3.3.2 Kuantor Eksistensial
Simbol dibaca “ada” atau “untuk beberapa” atau “untuk paling sedikit satu”
disebut kuantor khusus atau eksistensial. Jika p( ) adalah pernyataan pada
himpunan tertentu A (himpunan A adalah semesta pembicaraannya) maka (
) atau , p( ) atau p( ) adalah suatu pernyataan yang dibaca
Logika Matematika 22
“ada elemen A, sedemikian hingga p( ) merupakan pernyataan benar atau
untuk beberapa , berlaku p( ).
Contoh :
P( ) = adalah wanita
P (Perwira Polisi) = Perwira polisi adalah wanita
p( ) = , p( ) = {Perwira Polisi},
P( ) = ada wanita yang menjadi perwira polisi (benar)
3.4 Negasi Kuantor
”Pernyataan yang diperoleh dengan melakukan penyangkalan terhadap kalimat yang
mengandung kuantor”
Contoh:pernyataan “semua manusia tidak kekal”
Negasinya “ ada/ beberapa manusia tidak kekal”
Jika p(x) adalah manusia tidak kekal atau x tidak kekal maka “semua manusia
adalah tidak kekal” atau bernilai benar,dan “beberapa manusia tidak
kekal”atau benilai salah.pernyataan diatas dapat ditulis dengan simbol:
Jadi negasi dari suatu pernyataan yang mengandung kuantor universal adalah
ekuivalen dengan pernyataan yang mengandung kuantivikasi eksistensial (fungsi
pernyataan yang dinegasikan) dan sebaliknya.
Hasil di atas dapat dianggap sebagai penerapan hukum De Morgan pada pernyataan
yang mengandung kuantor.
3.5 Notasi lain untuk dan
Logika Matematika 23
Misalkan U (2,3,5) dan adalah bilangan prima,maka pernyataan :”2
adalah bilangan prima dan 3 adalah bilangan prima dan 5 adalah bilangan prima”
dapat dinotasikan dengan : (2) Λ jadi diperoleh:
Λ
Demikian pula kalimat:”2 adalah bilangan prima atau 3 adalah bilangan prima atau 5
adalah bilangan prima” dapat dinotasikan :
Ѵ Ѵ
Pernyataan ini sama artinya dengan setidaknya (paling tidak) ada satu elemen U
yang bersifat yaitu : jadi
u U, p(u) Ѵ p(u)
Jadi notasi Λ juga dapat di pergunakan selain notasi jika U adalah himpunan
berhingga
Begitu juga notasi Ѵ juga dapat digunakan selain notasi jika U adalah himpunan
tak berhingga.
3.6 Kuantor, Disjungsi, Konjungsi dan Implikasi
Penggunaan kuantor dapat bersama-sama dengan konektif atau perakit-perakit
pernyataan disjungsi, konjungsi maupun implikasi.
Berikuit ini adalah contoh kuantor yang bergabung dengan beberapa perakit logika
yang telah di pelajari.
1. Untuk semua bilangan asli, jika dia prima (P), Maka dia ganjil (G)
2. Semua segitiga sama sisi (S) adalah sama kaki (K). Pernyataan ini ekuivalen
dengan “ Untuk semua segitiga, jika sama sisi maka dia sama kaki”.
Logika Matematika 24
u є U
u є U
3. Ada bilangan prima (P) yang genap (A). Pernyataan ini ekuivalen dengan “Ada
bilangan asli(N) yang sekaligus prima(P) Dengan genap(A)”
4. Untuk semua bilangan bulat, jika tidak ganjil,pastilah genap dan tidak mungkin
dua-duanya.
Apabila adalah kalimat majemuk yang mengandung perakit, maka negasinya
adalah:
Demikian juga
Dengan maupun mengikuti aturan nagasi De Morgan.
Contoh : Ada bilangan asli yang prima (P) tetapi tidak ganjil (G)
Contoh: Ada segitiga sama sisi (S) yang tidak sama kaki (K)
Contoh: Semua bilangan prima prima(P) tidak genap (A). Pernyataan ini ekuivalen
dengan “untuk semua bilangan asli (N) jika dia prima (P) maka dia tidak genap (A)”.
Contoh: Ada bilangan bulat yang tidak ganjil dan tidak genap atau ada bilangan
bulat yang sekaligus ganjil dan genap
3.7 Contoh Penyangga
“Pernyataan ) bernilai jika ada contoh penyangganya dan bernilai benar jika
ada contoh penyanggahnya”.
Logika Matematika 25
Contoh: tsemua bilangan prima (P) adalah ganjil (G) atau untuk setiap bilangan Riil,
jika dia prima pastilah ganjil
Penyataan ini adalah salah karena ada contoh penyanggahnya, yaitu
masing-masing 8 Kuantor dan Kalimat terbuka lebih dari satu peubah
Untuk kalimat terbuka lebih dari satu peubah, pada prinsipnya tiap-tiap peubah
disajikan dengan kuantor masing-masing. Misalkan ada beberapa himpunan
A1,A2,. . .A n. Suatu kalimat terbuka pada A1 x A2 x . . . x An dinotasikan dengan p(x1,
x2,. . . xn) dengan sifat bahwa p(x1, x2 . . . xn) bernilai benar atau salah (tetapi tidak
keduanya) untuk suatu (x1, x2 . . . xn) A1 x A2 x . . .x An.
Contoh untuk semesta U = {1, 2, 3} selidiki apakah pernyataan berikut benar atau
salah
2 + y2 ≤ 2z2
Jawab:
Untuk sembarang atau semua x, y, U terdapat atau dapat di ambil z U
sedemikian sehingga x2 + y2 ≤ 2z2. Pernytaan ini benar karena tidak ada contoh
penyanggahnya. Namun untuk lebih jelasnya kita dapat memeriksa semua pasangan
x dan y seperti berikut ini :
x X2 + y2 ≤ 2z2 Nilai (B/S)
1 1 2 18 B
1 2 5 18 B
1 3 10 18 B
2 1 5 18 B
2 2 8 18 B
2 3 13 18 B
3 1 10 18 B
3 2 13 18 B
3 3 18 18 B
Logika Matematika 26
Logika Matematika 27
BAB 4
PENALARAN LOGIS
4.1 Argumen
Arguman adalah suatu proposisi/pernyataan majemuk yang memuat
sekumpulan pernyataan-pernyataan P1,P2, …,Pn(disebut premis) dan di ikuti suatu
pernyataan lain Q yang di sebut konklusi/kesimpulan.
Contoh :
P1 : jika orang hidup melajang maka ia akan tidak bahagia
P2 : jika orang tidak bahagia maka ia mati muda
Q : jadi (.’.)orang yang hidup membujang akan mati muda
4.2 Bentuk-bentuk Argumen Yang Valid
Telah diuraikan di depan bahwa validitas suatu argumen bergantung pada bentuknya
apakah merupakan implikasi logis atau tidak. Berikut ini beberapa bentuk implikasi
logis yang umumnya di pakai dalam penarikan kesimpulan.
4.2.1. Simplifikasi
Simplifikasi ini merupakan penalaran yang paling sederhana dan dengan mudah
dapat dipahami bahwa jika p Λ q benar maka baik p maupun q adalah benar.
Contoh :
2 dan 5 adalah bilangan prima
2 adalah bilangan prima
4.2.2. Konjungsi
Contoh :
2 adalah bilangan prima
2 adalah bilingan genap
2 adalah bilangan prima dan genap
4.2.3. Adisi
Contoh :
2 bilangan prima
2 atau 8 adalah bilangan prima
4.2.4. Silogisme Disjungsi
Pernyataan pVq benar jika salah satu atau keduanya benar,kerena itu, jika p
tidak benar maka logis kita simpulkan q benar.
Contoh :
Logika Matematika 28
2 atau 8 adalah bilangan prima
8 bukan bilangan prima
2 adalah bilangan prima
4.2.5. Silogisme Disjungsi Eksklusif
Pada disjungsi eksklusif kebenaran komponennya tidak terjadi bersama – sama .
Jadi p jika p benar harusalah q salah (tidak terjadi)
Contoh :
Ayah sedang pergi ke pasar atau ke kantor
Ayah sedang di kantor
Ayah tidak sedang di pasar
4.2.6. Modus Ponen Hukam Detasemen
Contoh :
Jika matahari terbit dari barat maka manusia tidak pernah mati
Matahari terbit dari barat
Manusia tidak pernah mati
4.2.7. Modus Ponen
Pada penerapan hukum simplifikasi ,maka tidak perlu digunakan sebagai
kesimpulan
4.2.8. Silogisme Hipotetik
Salah satu cara untuk membuktikan secara keseluruhan implikasinya dapat di
ubah
4.2.9. Dilema Kontruktif
Dilema Kontruktif adalah merupakan bentuk Modus Ponen yang lengkap
(gabungan dua madus ponen).
Contoh :
Jika hari ini hujan maka tanah basah
Jika kamu datang maka saya senang
Hari ini hujan atau kamu datang
Tanah basah atau saya senang
4.2.10. Dilema Destruktif
Contoh :
Jika hari ini hujan maka tanah basah
Jika kamu datang maka saya senang
Tanah tidah basahatau saya tidak senang
Logika Matematika 29
Hari tidak hujan atau kamu tidak datang
4.3 Induksi Matematika
Dalam matematika khususnya yang menyangkut himpunan bilangan asli dikenal juga
pembuktian lain yang di sebut induksi matematika/induksi lengkap.
4.3.1.Argumen Berkuantor
Translasi kuantor universal dan eksistensial
Perhatikan empat pernyataan berikut :
i. Setiap / semua P bersifat Q
ii. Taksatupun P bersifat Q
iii. Sebagian P bersifat Q
iv. Sebagian P bersifat Q
4.3.2.Spesifikasi Universal, Spesifikasi Eksistensial
Perhatikan pernyataan : ( )(P( )), yang berarti kita dapat mengambil tetapan
α , secara bebas dan kita peroleh P (α). Jadi kita telah mengkhususkan dari
peubah ke suatu tetapan α, dengan kata lain kita memberikan contoh. Prinsip
ini disebut Spesifikasi Universal (US Universally Specified = UI = Universal
Instantiation). Perhatikan bahwa pemunculan α di sini adalah bebas (free
occurrence) karena P( ) berlaku untuk semua .
US : ( )(p( )) P(α), α
4.3.3.Generalisasi universal dan Generalisasi Eksistensial
Apabila untuk sembarang (arbitraty) α kita menemukan P(α) maka kita dapat
menggeneralisasikan bahwa setiap , P( ). Ingat bahwa α diambil sembarang
(arbitrarily selected). Generelisasi ini disebut Generelisasi Universal (UG).
UG : α , P(α) ( )(P( )) sembarang.
Logika Matematika 30
BAB 5
KARAKTERISTIK, BENTUK NORMAL, DAN APLIKASINYA
5.1. Karakteristik
Dalam keadaan tertentu kita membutuhkan cara penulisan yang lebih ringkas untuk
menunjukkan nilai kebenaran suatu pernyataan majemuk.
1. Karakteristik dari pΛq adalah 1000/ BSSS
2. Karakteristik dari pVq adalah 1110/BBBS
3. Karakteristik dari p→q adalah 1011/BSBB, dan
4. Karakteristik dari p↔q adalah 1001/BSSB
Karakteristik suatu penyataan majemuk adalah nilai logika dari pernyataan tersebut
dalam tabel kebenaran dengan urutan kemungkinan nilai yang disepakati.
5.2. Bentuk Normal
Bentuk Normal dibedakan menjadi dua yaitu normal konjungtif dan normal
disjungtif. Untuk memudahkan dengan menggunakan penggunaan simbol dan atau
sebagai notasi disjungsi. Sedangkan negasi ( ) di notasikan dengan ‘. Selanjutnya
bentuk yang dipisahkan oleh + disebut sebagai suku sedangkan bentuk yang
dipisahkan oleh x atau . kita sebut sebagai faktor. Misalkan jika pernyataannya
hanya 2, p dan q maka bentuk suku-sukunya adalah : pq,pq’,p’q, dan p’q’ jadi
bentuk faktornya adalah (p + q), (p + q’), (p’ + q), dan (p’ + q’). Dengan demikian
pernyataan majemuk dapat dianggap sebagai kumpulan suku-suku atau faktor-
faktor.
Bentuk Normal Disjungtif Lengkap (Complete Disjunctive Normal Form =
CDNF)
Apabila semua kemungkinan / semua bentuk suku-suku termuat dalam bentuk
normal tersebut dikatakan bentuk normal tersebut adalah lengkap.Contoh pernyataan
berbentuk Bentuk Normal Disjungtif Lengkap
i) pq + pq’ + p’q + p’q’
ii) pqr + pqr’ + pq’r + pq’r’ + p’qr + p’qr’ + p’q’r + p’q’r’
Logika Matematika 31
Dapat di tunjukkan bahwa bentuk Bentuk Normal Disjungtif Lengkap adalah suatu
tautologi. Disebabkan dapat mengubah bentuk tidak normal menjadi suatu bentuk
normal atau sebaliknya menyederhanakan suatu bentuk normal sehingga diperoleh
bentuk yang meskipun tidak normal tapi lebih sederhana.
Bentuk Normal Konjungtif (Conjunctive Normal Form = CNF)
Bentuk pernyataan majemuk ada yang dianggap sebagai sepenuhnya hasil kali
faktor-faktor yang setiap faktornya memuat secara lengkap unsur-unsur
penyusunnya dalam bentuk jumlah.
Bentuk tersebut ditandai oleh cirri-ciri berikut :
1. disusun dalam bentuk perkalian faktor-faktor.
2. tiap-tiap faktor memuat secara lengkap semua unsur atau pernyataan yang
dibicarakan
Beberapa pernyataan berbentuk Bentuk Normal Konjugtif
i) (x + y) (x + y’)
ii)(p + q + r) (p + q’ + r) (p + q + r)
Tetapi p(p + q) ; p(p + r) bukan dalam bentuk normal.
Bentuk Normal Konjungsi dikatakan Lengkap (Complete Conjunctive Normal
Form = CCNF) jika memuat secara lengkap semua bentuk faktor-faktornya.
Bentuk Normal Konjungsi Lengkap yang terdiri dua unsur p dan q adalah :
(x + y) (x + y’) (x’ + y) (x’ + y’)
Bentuk Normal Konjungsi Lengkap adalah suatu Kontradiksi
5.3. Komplemen Bentuk Normal
Komplemen Bentuk Normal adalah suku-suku atau faktor-faktor dari bentuk
lengkap yang tidak dimuat
Contoh
Tentukan komplemen dari :
Logika Matematika 32
i) pq’ + p’q
ii) xyz + xyz’ + xy’z + xy’z’
Suku-suku yang tidak termuat dari dua bentuk di atas adalah masing-masing :
i) pq + p’q’
ii)x’yz + x’yz’ + x’y’z + x’y’z’
5.4. Translasi Bentuk Normal
Suatu bentuk CNF dapat diubah atau ditranslasikan ke bentuk DNF atau sebaliknya
baik dengan mengunakan sifat-sifat perakit maupun dengan membuat negasi dari
komplemennya.
Contoh translasi dari bentuk DNF ke CNF
(x + y) (x’ + y’), CNF
(x + y) (x’ + y’) (x + y)x’ + (x + y)y’ distributif
xx’ + yx’ + xy’ + yy’ distributif
0 + yz’ + xy’ + 0 komplemen
yx’ + xy’ DNF identitas
Langjah-langkah untuk mengubah dari bentuk CNF ke DNF dan sebaliknya.
1. Tentukan komplemen dari bentukyang dimiliki, yaitu suku atau faktor dari CDNF
atau CCNF yang tidak ada dalam pernyataan yang dimiliki
2. Tentukan negasi dari komplemen yang diperoleh
Maka bentuk yang diperoleh sudah berubah dari CNF ke DNF atau Sebaliknya,
tetapi masih ekuivalen dalam artian nilai kebenarannya masih lama.
Logika Matematika 33
5.5. Aplikasi Bentuk Normal
Manfaat utama Bentuk Normal adalah dalam menentukan bentuk persamaan yang
diketahui karakteristiknya. Sebagaimana telah dipelajari sebelumnya nilai
karakteristik terdiri atas 0 dan 1 atau B dan S.
Jika kita perhatikan nilai 1 dari karakteristiknya maka aturannya adalah :
1. Bentuk yang diperoleh adalah DNF
2. Tiap baris yang benilai 1 merupakan satu suku dengan nilai 1 berarti bentuk
adalah positif dan nilai 0 berarti negasi (‘ )
Jika yang kita perhatikan adalah 0 dari karakteristiknya maka aturannya adalah :
1. Bentuk yang diperoleh adalah CNF
2. Tiap baris yang benilai 0 berbentuk positif dan yang bernilai 1 berbentuk adalah
negasi (‘ )
Untuk mengerjakan yang lebih sederhana kita memilih bentuk CNF atau DNF sesuai
dengan jumlah yang lebih sedikit dari yang lain yaitu :
1. Jika 1 lebih sedikit gunakan DNF
2. Jika 0 lebih sedikit gunakan CNF
5.6. Aplikasi Logika dalam Aljabar Himpunan dan Listrik
Hukum-hukum logika dapat diterapkan dalam aljabar jaringan listrik. Pada dasarnya
semua pembahasan ini didasari oleh aljabar Boole. Keharmonisan aljabar Boole,
logika himpunan dan aljabar jaringan listrik dapat ditunjukkan dengan tabel.
Dalam himpunan didefinisikan bahwa A∩B adalah himpunan yang hanya
beranggotakan unsur-unsur yang sekaligus €A dan €B. Tabel keanggotaan untuk A∩B
dilihat pada tabel :
Logika Matematika 34
Tabel keanggotaan A Λ B dan tabel kebenaran A ∩ B
A B A Λ B
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S
Logika Matematika
A B A B
∉ ∉∉∉∉
35
BAB 6
PENGANTAR LOGIKA
6.1. KONSEP DASAR
Sejauh ini kita telah mempelajari logika dengan nilai kebenaran yang mutlak,
0 atau 1. Logika ini selanjutnya disebut logika biner ( bernilai 2 ). Padahal di
masyarakat dikenal banyak hal yang sulit ditentukan secara mutlak apakah suatu itu
benar atau salah. Nilai kebenaran suatu pernyataan p yang dinotasikan dengan τs
pada logika biner dapat dianggap sebagai suatu fungsi indikator yang memetakan p
ke himpunan { 0,1 }, seperti dinyatakan dalam definisi berikut.
Nilai kebenaran p pada logika biner didefinisikan sebagai τs : p → { 0,1 } dengan
τs (P)= {
6.2. LOGIKA BERNILAI TIGA ATAU LEBIH
Logika metematika tradisional dapat juga dikatakan sebagai logika dengan 2
kategori, yaitu 0 dan 1. Salah satu bentuk generalisasi yang paling sederhana adalah
dengan menambahkan satu kategori lagi, misalkan s yang menyatakan nilai
kebenarannya masih samar ( ragu – ragu ).
Dengan logika bernilai tiga ini maka nilai kebenaran pada logika ini
merupakan fungsi indikator dengan definisi berikut.
Nilai kebenaran p pada logika matematika ‘ bernilai – 3 ‘ didefinisikan sebagai
τs : p →{ 0, s, 1 } dengan
τs (P) = {Karena nilai kebenaran dapat dianggap sebagai bilangan rill, atau setidaknya
bilangan rasional, 0 < s < 1, maka operator ¬, Λ, V dapat didefinisikan sebagai
berikut.
Logika Matematika
1 jika p benar
0 jika p salah
1 jika p benar
0 jika p salah
s jika p bukan salah satu di atas
36
Definisi kebenaran logika samar dari pernyataan – pernyatan p, q, r, … ,
masing – masing dengan nilai kebenaran kontinu pada [ 0,1 ] didefinisikan sebagai
τs (¬ p) = 1 – τs (p)
τs ( pΛ q ) = minimum { τs (p), τs (q) }
τs ( p V q ) = maksimum { τs (p), τs (q) }
Dengan demikian, untuk kategori penilaian 3, yaitu 0, s, dan 1, maka tabel
kebenaran ¬ p, p Λ q dan p V q dapat didefinisikan sebagai berikut ini.
Λ 0 s 1 V 0 s 1 ¬
0 0 0 0 0 0 s 1 0 1
s 0 s s s s s 1 s s
1 0 s 1 1 1 1 1 1 0
Dengan cara yang sama kita juga dapat membuat tabel kebenaran untuk
implikasi → dan biimplikasi ↔. Sebagaimana pada logika biasa, maka p → q Ξ (¬ p
V q), maka s → 0 Ξ ¬ s V 0 Ξ s sedangkan dan seterusnya.
→ 0 s 1 0 s 1
0 1 1 1 0 1 s 0
s s 1 1 s s 1 s
1 0 s 1 1 0 s 1
Logika Matematika 37
DAFTAR PUSTAKA
Noeryanti. Proposisi dan Kuantor Logika Matematika. http://202.91.15.14/upload/
files/2488_Bab_1_Proposisi.pdf dan http:// 202.91.15.14/upload/files/880_Bab_2_Kuantor.pdf
Seputro, Theresia M.H. 1989. Pengantar Dasar Matematika (Logika dan Teori Himpunan).
Surabaya: IKIP Surabaya.
Soesianto, F. dan Djoni Dwijono. 2003. Logika Proposisional. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tirta, I. M. 2003. Pengantar Dasar Matematika. Jember: Unit Penerbit FMIPA Universitas
Jember.
Tirta, I. M. 2003. Pengantar Dasar Matematika (Logika Matematika). Jember: Unit Penerbit
FMIPA Universitas Jember.
Logika Matematika 38