LLAAPPOORRAANN AAKKUUNNTTAABBIILLIITTAASS...
Transcript of LLAAPPOORRAANN AAKKUUNNTTAABBIILLIITTAASS...
LLAAPPOORRAANN AAKKUUNNTTAABBIILLIITTAASS KKIINNEERRJJAA
IINNSSTTAANNSSII PPEEMMEERRIINNTTAAHH
(( LLAAKKIIPP ))
TTTaaahhhuuunnn AAAnnnggggggaaarrraaannn 222000111222
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Bandung 40911
Jl. Raya Soreang, Telp. 022 589 1694-5891695-5891729 Soreang
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan
Rakhmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2012 dapat
diselesaikan. LAKIP ini merupakan bentuk laporan dan pertanggungjawaban Dinas Peternakan dan
Perikanan pada pelaksanaan kegiatan secara kinerja dan anggaran pada tahun 2012.
selain itu, laporan ini berisikan tentang perbandingan target kinerja dan anggaran yang sudah
ditetapkan dengan realisasi kinerja dan anggaran pada tahun 2012. Laporan ini juga bisa dijadikan
sebagai evaluasi dan bahan dasar pengambilan kebijakan pembangunan peternakan dan perikanan pada
waktu yang akan datang.
Demikian penyusunan Laporan ini, semoga bermanfaat bagi yang berkepentingan
Soreang, Januari 2013
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bandung
Ir H. Hermawan
Pembina Tk I
NIP 19590120 198603 1 008
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................ii
IKHTISAR EKSEKUTIF .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Gambaran Umum .......................................................................................................... 1
Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................................................. 1
1.3. Permasalahan utama yang dihadapi .............................................................................. 6
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA ........................................... 7
2.1. Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2010-2015. ....................... 7
2.2. Penentapan Kinerja Renstra dan Tahun 2012 ............................................................... 9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................................. 11
2.1. Akuntabilitas Kinerja .................................................................................................. 11
2.2. Analisis Akuntabilitas Kinerja .................................................................................... 12
2.3. Analisis Akuntabilitas Keuangan ................................................................................ 22
BAB IV P E N U T U P ............................................................................................................. 30
iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bandung pada tahun 2012 melaksanakan 10
Program yang diuraikan 34 kegiatan dengan total anggaran mencapai Rp. 12.470.911.900,- dengan
realisasi sebesar Rp. 12.085.586.246,- atau 96,91 %. Jumlah anggaran tersebut dipergunakan untuk
mencapai beberapa target indikator yang telah ditetapkan di dalam Renstra Disnakan, dimana
turunannya dibuat Renja sebagai target tahunan dari Dinas Peternakan dan Perikanan.
Indikator utama yang ditetapkan hampir sebagian besar dapat tercapai bahkan melebihi target
seperti produksi ikan, konsumsi ikan, pelayanan kesehatan hewan serta beberapa indikator yang lain.
Hal ini dikarenakan oleh peran serta stakeholders peternakan/perikanan, masyarakat dan seluruh
masyarakat peternakan dan perikanan serta pemeritah yang merupakan fasilitator dalam proses
pembangunan peternakan dan perikanan tersebut. Indikator lain yang belum mencapai target yang
sudah ditetapkan diantaranya populasi, produksi dan konsumsi pada sektor peternakan ini lebih
diakibatkan oleh masih tingginnya ancaman penyakit pada unggas khususnya flu burung. Khusus untuk
pemenuhan daging lebih diakibatkan oleh adanya kebijakan pemerintah pusat yang menutup sementara
proses impor produk daging dari luar negeriyang ini membuat sapi lokal secara berlebihan untuk
memenuhi kebutuhan daging. Selanjutnya hal ini diperburuk oleh adanya beberapa pelaku bisnis sapi
yang ingin mengambil keuntungan dengan cara menahan sapi yang mereka punya untuk tidak dipotong
sehingga produksi daging tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Beberapa masalah yang dihadapi diantaranya belum optimal masih tingginya ancaman penyakt
ternak dan hewan, belum optimalnya produktivitas ternak, belum optimalnya penerapan teknologi
petrnakan dan perikanan, masih rendahnya daya saing produk peternakan dan perikanan di pasaran,
dan belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana peternakan dan perikanan. Sehingga dengan
keadaan ini maka pemerintah Kabuapten Bandung melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bandung perlu melakukan antisipasi untuk masa depan diantaranya dengan melakukan peningkatan
pencegahan penyakit ternak/ hewan, peningkatan sarana dan prasarana produksi peternakan dan
perikanan, pengembangan SDM peternakan dan perikanan, peningkatan kualitas produk peternakan
dan perikanan serta Pembangunan Usaha peternakan dan perikanan yang berpihak kepada pengentasan
kemiskinan, perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan usaha peternakan dan perikanan dari yang
sifatnya tradisional, pelaku ekonomi subsistem menjadi pelaku usaha modern.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 menyebabkan banyak perubahan
dalam tatanan penyelenggaraan Pemerintahan baik dalam skala Nasional maupun
Penyelenggaraan Pemerintahan di daerah pada khususnya. Hal pokok dari perubahan tersebut
adalah cara pandang penyelenggaraan Pemerintahan yang dahulu cenderung bersifat sentralistik
menjadi pemerintahan desentralistik dengan ditandai oleh pemberian otonomi yang luas, nyata
dan bertanggungjawab kepada daerah, selain itu pula diarahkan pada penyelenggaraan
pemerintahan dengan mengacu pada good governance. Sistem pemerintahan ini melibatkan
semua pihak baik pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat sebagai komponen utama yang
berperan secara aktif dan sejajar sebagai mitra dalam pembangunan. salah satu langkah
mewujudkan hal tersebut diperlukan upaya terpadu dan sinergis menciptakan pemerintahan yang
baik dan bersih, masyarakat maju dan mandiri serta dunia usaha yang tangguh.
Good Governance memiliki ciri-ciri efisien, efektif, demokratis, partisifatif, transparan,
akuntabel, dan berlandaskan kerangka hukum yang adil. Salah satu bentuk pertanggungjawaban
dan pelaksanaan pencapaian good governance ialah dengan melaporkan pelaksanaan kegiatan
yang telah dilaksanakan. Pelaporan yang dimaksud harus berupa pertanggungjawaban secara
anggaran, dan yang paling utama pertanggung jawaban dalam bentuk kinerja. Berdasarkan
Keputusan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban
penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) Tahun Anggaran yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan pada Rencana Kerja (Renja) dan Rencana
Strategis (Renstra).
1.2. Gambaran Umum
Tugas Pokok dan Fungsi
Dalam rangka meningkatkan kerja aparat maka telah dilakukan penataan kelembagaan
dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2007 tentang Pembentukan Dinas
Daerah Kabupaten Bandung. Adapun Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:
2
Berdasarkan Peraturan Bupati Bandung Nomor 5 Tahun 2008 tanggal 26 Pebruari
2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bandung,
Tupoksi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:
KEPALA DINAS
Tugas Pokok:
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan mempunyai tugas pokok memimpin, mengatur,
merumuskan, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan merumuskan serta
mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kelautan dan perikanan serta
sebagian bidang pertanian dan ketahanan pangan
SEKERTARIS
Tugas Pokok :
Sekertaris mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas –
tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian
penyusunan program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan.
3
Sub Bagian Penyusunan Program
Tugas Pokok :
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengkoordinasian penyusunan
rencana dan program dinas.
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Tugas Pokok :
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan
mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan administrasi umum dan
kerumahtanggaan serta administrasi kepegawaian.
Sub Bagian Keuangan
Tugas Pokok :
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan mengevaluasi
dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan administrasi dan pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan dinas.
BIDANG PETERNAKAN
Tugas Pokok :
Bidang Peternakan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan tugas – tugas di bidang pengelolaan peternakan yang meliputi perbibitan,
produksi dan pengembangan.
Seksi Perbibitan
Tugas Pokok :
Seksi Perbibitan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan perbibitan peternakan.
Seksi Produksi
Tugas Pokok :
Seksi Produksi mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan produksi peternakan.
Seksi Pengembangan
Tugas Pokok :
Seksi Pengembangan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan pengembangan peternakan.
BIDANG PERIKANAN
Tugas Pokok :
Bidang Perikanan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan
tugas – tugas di bidang pengelolaan perikanan yang meliputi pembenihan, produksi serta
kesehatan ikan dan lingkungan.
Seksi Pembenihan
4
Tugas Pokok :
Seksi Pembenihan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan pembenihan perikanan.
Seksi Produksi
Tugas Pokok :
Seksi Produksi mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan produksi perikanan.
Seksi Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Tugas Pokok :
Seksi Kesehatan Ikan dan Lingkungan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan
mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan ikan dan lingkungan.
BIDANG KESEHATAN HEWAN
Tugas Pokok :
Bidang Kesehatan Hewan mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan tugas – tugas di bidang pengelolaan kesehatan hewan yang meliputi
pengendalian penyakit hewan, sarana dan pelayanan kesehatan hewan serta kesehatan
masyarakat veteriner (kesmavet).
Seksi Pengendalian Penyakit Hewan
Tugas Pokok : Seksi Pengendalian Penyakit Hewan mempunyai tugas pokok
merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan
pengamatan, penyidikan, pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit hewan.
Seksi Sarana dan Pelayanan Kesehatan Hewan
Tugas Pokok :
Seksi Sarana dan Pelayanan Kesehatan Hewan mempunyai tugas pokok merencanakan,
melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan sarana pelayanan
kesehatan hewan.
Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner
Tugas Pokok :
Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan
mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas kesmavet dan kesejahteraan hewan.
BIDANG BINA USAHA
Tugas Pokok :
Bidang Bina Usaha mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan tugas – tugas di bidang pengelolaan pembinaan usaha peternakan dan perikanan
yang meliputi pengolahan dan pemasaran hasil peternakan, pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan serta pelayanan peternakan dan perikanan.
Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan
5
Tugas Pokok :
Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan mempunyai tugas pokok merencanakan,
melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan pengolahan dan
pemasaran hasil peternakan.
Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Tugas Pokok : Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan mempunyai tugas pokok
merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
Seksi Pelayanan Peternakan dan Perikanan
Tugas Pokok : Seksi Pelayanan Peternakan dan Perikanan mempunyai tugas pokok
merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan
peternakan dan perikanan.
UPTD PERBIBITAN TERNAK
Tugas Pokok :
UPTD Perbibitan Ternak mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan
mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan
pengembangan perbibitan ternak.
Sub Bagian Tata Usaha UPTD Perbibitan Ternak
Tugas Pokok : Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok menyusun dan
melaksanakan pengelolaan ketatausahaaan UPTD di bidang pelayanan dan pengembangan
perbibitan ternak.
UPTD PEMBENIHAN IKAN
Tugas Pokok :
UPTD Pembenihan Ikan mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan
mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan dan
pengembangan pembenihan ikan.
Sub Bagian Tata Usaha UPTD Pembenihan Ikan
Tugas Pokok : Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok menyusun dan
melaksanakan pengelolaan ketatausahaaan UPTD di bidang pelayanan dan pengembangan
pembenihan ikan.
UPTD RUMAH POTONG HEWAN
Tugas Pokok :
UPTD Rumah Potong Hewan mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan,
melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang
pelayanan dan pengendalian rumah potong hewan (RPH) dan rumah potong unggas (RPU).
Sub Bagian Tata Usaha UPTD Rumah Potong Hewan
6
Tugas Pokok : Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok menyusun dan
melaksanakan pengelolaan ketatausahaaan UPTD di bidang pelayanan dan pengendalian rumah
potong hewan.
UPTD PUSAT KESEHATAN HEWAN DAN LABORATORIUM
Tugas Pokok :
UPTD Pusat Kesehatan Hewan dan Laboratorium mempunyai tugas pokok memimpin,
merencanakan, melaksanakan mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi
Dinas di bidang pelayanan dan pengembangan pusat kesehatan hewan dan laboratorium.
Sub Bagian Tata Usaha UPTD Pusat Kesehatan Hewan dan Laboratorium
Tugas Pokok : Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok menyusun dan
melaksanakan pengelolaan ketatausahaaan UPTD di bidang pelayanan dan pengembangan
pusat kesehatan hewan dan laboratorium.
Jabatan Fungsional
Pengaturan tugas pokok dan fungsi jabatan fungsional diatur lebih lanjut setelah dibentuk dan
ditetapkan jenis dan jenjangnya oleh Bupati sesuai dengan peraturan perundang - undangan
yang berlaku.
1.3. Permasalahan utama yang dihadapi
Permasalahan utama yang dihadapai oleh pemerintah Kabupaten Bandung dalam proses
pembangunan peternakan dan perikanan selama ini ialah:
1. Masih tingginya ancaman penyakit hewan/ ternak dan ikan
2. Masih belum optimalnya penerapan teknologi peternakan dan perikanan tepat guna di
masyarakat.
3. Masih belum optimalnya penyediaan Hijauan Makanan Ternak (HMT)
4. Masih rendahnya daya saing produk olahan hasil ternak maupun ikan.
5. Belum optimalnya penyediaan infrastruktur dibidang peternakan yang mendukung upaya
perbibitan, budidaya, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner.
6. Masih rendahnya pengetahuan peternak dan pembudidaya ikan dalam proses budidaya
ternak maupun ikan
7. Tingginya alih fungsi lahan peternakan dan perikanan
8. Masih rendahnya kualitas produk peternakan dan perikanan sehingga tidak bisa bersaing
dan mendapatkan nilai lebih.
9. Masih rendahnya pemanfaatan kotoran ternak/ limbah ternak menjadi bahan lain yang
bernilai ekonomi.
10. rendahnya akses peternak ataupun pembudidaya dalam mendapatkan permodalan untuk
usaha ternak dan ikanya.
7
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2010-2015.
Rencana strategis merupakan bahan dasar pengukuran kinerja instansi pemerintah. Renstra
merupakan target/ kebijakan yang telah ditentukan untuk 5 tahun yang akan datang. selain itu, rencana
strategis instansi pemerintah memerlukan integrasi antara keahlian Sumber Daya Manusia dan Sumber
Daya lainnya agar mampu memenuhi keinginan stakeholders dan menjawab tuntutan perkembangan
lingkungan strategis baik regional, nasional maupun global. Analisis terhadap kinerja organisasi baik
secara internal maupun eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam memperhitungkan
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada. Analisis terhadap unsur-unsur tersebut sangat
penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi serta strategis instansi pemerintah pada
umumnya, khususnya Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.
Renstra Dinas Peternakan dan Perikanan
Sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu menengah maka dinas
peternakan dan perikanan menyusun Renstra 2010-2015 sesuai dengan yang diamanatkan dalam
peraturan maupun perundang-undangan. Tujuan dari penyusunan Renstra itu sendiri ialah sebagai
acuan pelaksanaan kebijakan dan bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada dinas peternakan dan
perikanan. Visi dan Misi Dinas Peternakan dan Perikanan untuk tahun 2010-2015 ialah:
Visi
Menjadikan Dinas Peternakan Dan Perikanan sebagai institusi yang profesional dalam
mewujudkan peternakan dan perikanan yang unggul, berdaya saing dengan memanfaatkan
Sumber Daya Lokal yang berwawasan lingkungan.
Misi
Untuk mewujudkan Visi Dinas Peternakan dan Perikanan tersebut, ditetapkan Misi sebagai
berikut :
1. Meningkatkan Kualitas SDM dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan
profesionalisme aparatur dalam rangka pelayanan prima.
2. Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas peternakan dan perikanan berbasis
teknologi dan sumberdaya lokal yang unggul.
3. Menciptakan keseimbangan ekosistem Sumber Daya Alam yang mendukung keberlanjutan
pembangunan Peternakan dan Perikanan.
4. Mengembangkan usaha Peternakan dan Perikanan sebagai usaha ekonomi produktif yang
mandiri dan berdaya saing.
Tujuan dan Sasaran Strategis
Pada dinas peternakan dan perikanan sesuai dengan rencana strategis yang sudah ditetapkan terdapat 5
tujuan yang merupakan turunan dari Misi pada dinas.
8
Tujuan Pertama: Mendorong Peningkatan kualitas SDM aparatur yang dapat mewujudkan
pelayanan prima, serta pemberdayaan masyarakat peternakan dan perikanan yang kreatif dan
inovatif dalam pengembangan usaha.
Sebagai upaya dalam mencapai tujuan ini maka ditetapkan beberapa sasaran dengan beberapa indikator
kinerja utama yang ditetapkan sampai dengan tahun 2015 seperti yang terurai pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Pertama
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2015
1. Peningkatan
kualitas SDM
pelaku usaha
peternakan dan
perikanan
Pelatihan SDM pelaku peternakan 1100 orang
Pelatihan SDM Pelaku Perikanan 3250 orang
Pembesar yang bersertifikat 80 orang
Pembenih Bersertifikat 15 orang
Jumlah pengolah produk perikanan
yang sertifikasi
10 orang
Tujuan Kedua: Terpenuhinya penyediaan produk peternakan dan perikanan untuk konsumsi
didalam daerah dengan ketersediaan infrastuktur peternakan dan perikanan yang mampu
mendukung peningkatan produksi ternak dan ikan yang unggul.
Sasaran pada tahun 2012 yang ditetapkan sebagai upaya untuk mencapai tujuan ini ialah seperti terurai
pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Kedua
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2015
1. Mendorong
Peningkatan
populasi
peternakan
Meningkatnya populasi Sapi perah 40.968 ekor
Meningkatnya populasi Sapi potong 40.887 ekor
Meningkatnya populasi Domba 271.837 ekor
Meningkatnya populasi Unggas 9.570.064 ekor
2. Mendorong
Peningkatan
produksi
peternakan
Produksi produk peternakan:
a. Daging 84,912 Ton
b. Telur 9,892 Ton
c. Susu 86,726 Ton
3. Peningkatan
produksi ikan
konsumsi, benih,
dan ikan olahan
Produksi olahan ikan 14.370,3 Ton
Produksi ikan konsumsi 10.956,53 Ton
Tersedianya benih ikan 1.518.139 ribek
Tujuan Ketiga: Meningkatnya pencegahan dan pengendalian Penyakit ternak dan Ikan untuk
peningkatan kualitas produk peternakan dan Ikan.
Pada tujuan ini terdapat diuraikan pada beberapa sasaran namun yang menjadi IKU hanyalah 1 sasaran
seperti terurai pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Ketiga
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target 2015
Peningkatan kesehatan
hewan/ ternak/ ikan
Penanggulangan PHMS (5
penyakit)
283.099 ekor
Tujuan Keempat: Terkendalinya dampak pembangunan peternakan dan perikanan dengan
memperhatikan sarana prasarana dan daya dukung serta daya tampung lingkungan.
9
Pada tujuan ini terdapat 2 sasaran ditetapkan sebagai upaya pencapain tujuan namun yang menjadi IKU
hanya 1 adapun sasaran yang lainnya merupakan sasaran tambahan (terlampir) seperti terurai pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4. Sasaran dan Indikator kinerja Utama Tujuan Keempat
Sasaran Indikator Kinerja Utama
Peningkatan pemanfaatan
hasil ikutan produksi
peternakan serta penerapan
teknologi peternakan/
Perikanan
Penerapan teknologi Biogas 245 buah
Penerapan teknologi kompos 175 unit
Penerapan teknologi dan sarana
prasana peternakan (paket)
155 paket
Tujuan Kelima: Meningkatkan pendapatan untuk meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan
masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.
Pada tujuan ini ada 2 sasaran yang ditetapkan namun tidak dibahas secara mendetail karena merupakan
sasaran tambahan. (uraian sasaran terlampir).
2.2. Penentapan Kinerja Renstra dan Tahun 2012
Sebagai upaya pencapaian Tujuan pada akhir periode Renstra Tahun 2015 maka di tetapkan
beberapa sasaran dengan beberapa Indikator utama. Indikator Kinerja utama pada Dinas
peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Sasaran, indikator sasaran pada tahun 2012 dan 2015.
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target tahun 2012 Anggaran
(Rp.)
1. Peningkatan kualitas
SDM pelaku usaha
peternakan
Pelatihan SDM pelaku
peternakan (orang)
(akumulasi 1100 orang)
220
256.260.000
2. Peningkatan kualitas
SDM pelaku perikanan
Pelatihan SDM Pelaku
Perikanan (Orang) 685
3. Mendorong
Peningkatan populasi
peternakan
Mendorong pencapaian
populasi :
4.120.976.000
a. Sapi perah (Ekor) 37.495
b.Sapi potong (ekor) 37.677
c. Domba ekor) 239.929
d.Unggas (ekor) 7.119.563
4. Mendorong
Peningkatan produksi
peternakan
Produksi Produk Peternakan:
835.983.334
a. Daging (Ton) 57.358
b. Telur (Ton) 7.823
c. Susu (Ton) 67.429
5. Peningkatan produksi
ikan konsumsi, benih,
dan ikan olahan
Peningkatan produksi Benih
ikan (ribu ekor) 1.255.304
4.960.705.500
Peningkatan produksi Ikan
Olahan (Ton) 12.065,58
Mendorong pencapaian
produksi ikan konsumsi
(Ton)
9.306,02
6. Peningkatan kesehatan
hewan/ ternak/ ikan
Penanggulangan PHMS
(ekor) (untuk 5 penyakit) 64.450
882.594.050
7. Peningkatan
pemanfaatan hasil
ikutan produksi
Terlaksananya penerapan
teknologi Biogas (akumulasi
245 unit)
40
1.152.000.000
10
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target tahun 2012 Anggaran
(Rp.)
peternakan serta
penerapan teknologi
peternakan/ perikanan
Terlaksananya penerapan
teknologi kompos
(akumulasi 175 unit)
35
Penerapan teknologi dan
sarana prasana peternakan
(paket)
30
Adapun sasaran startegis yang lebih spesifik berdasarkan pada program dan kegiatan terdapat pada
uraian di lampiran.
11
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
2.1. Akuntabilitas Kinerja
Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja
dan penetapan capaian indikator kinerja, yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan Dinas Peternakan dan perikanan Kabupaten Bandung sebagaimana tertuang dalam
Rencana strategis. Terdapat 17 sasaran strategis namun hanya 7 sasaran strategis yang dinaikan
menjadi sasaran utama untuk tahun 2012 sedangkan untuk indikator dari sebanyak 37 indikator
hanya 17 yang dinaikan menjadi indikator utama:
Tabel 6. Target dan realisasi indikator kinerja pada Dinas peternakan dan Perikanan Tahun 2012
Sasaran Indikator Kinerja Utama Target tahun
2012
Realisasi
2012
Persen
1. Peningkatan
kualitas SDM
pelaku usaha
peternakan
Pelatihan SDM pelaku
peternakan (orang)
(akumulasi 1.100 orang)
220
1.005
456,82
2. Peningkatan
kualitas SDM
pelaku usaha
perikanan
Pelatihan SDM Pelaku
Perikanan (Orang) 685 1.097
160,15
3. Mendorong
Peningkatan
populasi
peternakan
Pencapaian populasi :
a. Sapi perah (Ekor) 37.495 31.937 85,18
b.Sapi potong (ekor) 37.677 28.067 74,49
c. Domba ekor) 239.929 234.795 97,86
d.Unggas (ekor) 7.119.563 5.112.029 71,88
4. Mendorong
Peningkatan
produksi
peternakan
Produksi Produk Peternakan:
a. Daging (Ton) 57.358 27.839 48,54
b. Telur (Ton) 7.823 7.297 93,20
c. Susu (Ton) 67.429 59.157 87,73
5. Peningkatan
produksi ikan
konsumsi, benih,
dan ikan olahan
Peningkatan produksi Benih
ikan (ribu ekor) 1.255.304 1.333.770
106,25
Peningkatan produksi Ikan
Olahan (Ton) 12.065,58 12.474,92
103,39
Mendorong pencapaian
produksi ikan konsumsi
(Ton)
9.306,02 10.281
110,47
6. Peningkatan
kesehatan hewan/
ternak/ ikan
Penanggulangan PHMS
(ekor) (untuk 5 penyakit) 64.450 68.439
106,19
7. Peningkatan
pemanfaatan hasil
ikutan produksi
peternakan serta
penerapan
teknologi
peternakan
Terlaksananya penerapan
teknologi Biogas (akumulasi
245 unit)
40 40
100
Terlaksananya penerapan
teknologi kompos
(akumulasi 175 unit)
35 30
85,71
Penerapan teknologi dan
sarana prasana peternakan
(paket)
30 42
140
Catatan:- 1.Realisasi merupakan aktivitas pemanfaatan pasar ikan yang sudah ada
- 2 Pelaku yang mendapat fasilitasi berupa panduan prosedur sertifikasi sebanyak 2 pelaku dimana
pelaku membiayai untuk sertifikasi tersebut secara swadaya.
12
2.2. Analisis Akuntabilitas Kinerja
Analisis akuntabilitias kinerja dilakukan dengan cara membandingkan tiap indikator sasaran
dengan target pada tahun bersangkutan, tahun sebelumnya dengan target propinsi atau nasional
jika terdapat datanya. Adapun analisa sasaran pada Dinas Peternakan dan Perikanan untuk tahun
2012 ini ialah sebagai berikut:
1. Sasaran Pertama: Peningkatan kualitas SDM pelaku usaha peternakan.
Sasaran ini ditetapkan sebagai upaya dinas peternakan dan perikanan dalam upaya
peningkatan SDM untuk para pelaku usaha peternakan atau external improvement capacity
indicators for livestock stakeholders. Adapun capaian indikatornya dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Tabel 7. Perbandingan target dan realisasi indikator sasaran kedua.
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
Realisasi
2011
Pelatihan SDM pelaku
peternakan (orang)
220 1.005 456.82 219
Dari indikator yang ditetapkan sebanyak 220 orang dapat terealisasi sebesar 456.82% atau
sebanyak 1.005 orang, hal ini dikarenakan oleh adanya penekanan kebijakan mengenai
peningkatan SDM dimana untuk setiap peternak yang mendapat bantuan diharuskan
mendapat pelatihan terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan kebijakan pada tahun
sebelumnya dimana tidak setiap penerima bantuan mendapat pelatihan teknis mengenai
peternakan. Jika dibandingkan dengan target tahun 2015 sudah terlampaui, sehingga dengan
keadaan ini diperlukan perubahan atau evaluasi mengenai target yang ditetapkan pada
rencana strategis dinas.
2. Sasaran Kedua: Peningkatan kualitas SDM pelaku usaha perikanan.
Sasaran ini ditetapkan sebagai upaya Dinas Peternakan dan Perikanan dalam upaya
peningkatan SDM untuk para pelaku usaha perikanan. Adapun yang menjadi indikator dari
sasarn ini dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 8. Perbandingan target dan realisasi indikator sasaran ketiga
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
Realisasi
2011
Pelatihan SDM
pelaku Perikanan
(orang)
685 1.097 160.15 685
Dari indikator yang ditargetkan sebanyak 685 orang dapat sebanyak 1.097 orang atau
sebesar 160.15%. Seperti halnya pada realisasi peningkatan pengetahuan SDM pada sektor
peternakan pada sektor kebijakan perikanan juga diterapkan dimana pembudidaya ikan atau
13
pengolah perikanan yang menerima bantuan diharuskan mendapatkan pembekalan awal
berupa pelatihan.
3. Sasaran Ketiga: Mendorong Peningkatan populasi Peternakan.
Indikator ini ditetapkan untuk mengukur proses pembangunan peternakan yang bersifat
pengadaan ternak secara langsung serta sarana lainnya yang dapat menunjang pertumbuhan
populasi ternak seperti teknologi IB, manajemen pemeliharaan dan lainnya. Adapun
indiator untuk sasaran ini terurai seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 9. Perbandingan target dan realisasi indikator sasaran keempat
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
Relisasi
tahun 2011
Mendorong pencapaian
populasi:
1. Sapi perah (Ekor) 37.495 31.937 85,18 36,403
2. Sapi potong (ekor) 37.677 28.067 74,49 36,849
3. Domba (ekor) 239.929 234.795 97,86 231,257
4. Unggas (ekor) 7.119.563 5.112.029 71,88 6,862,229
Berdasarkan tabel dapat dilihat dari 4 indikator yang ditetapkan dan menjadi target untuk 1
tahunan terutama tahun 2012 ini semua target tidak tercapai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi dimana untuk komoditas
sapi perah yang menjadi penyebanya ialah sebagai berikut:
1. Khusus untuk sapi perah terjadi peningkatan pemotongan hal ini terjadi karena
peternak sapi perah diiming-imingi oleh para bandar agar menjual sapinya karena
harga daging sapi di pasar cukup tinggi sehingga peternak memilih menjual sapi
perah dalam bentuk daging ketimbang diperah (menghasilkan susu).
2. Gairah peternak untuk membudidayakan sapi perah menurun karena harga paka
yang berkualitas harganya mahal sehingga usaha sapi perah kurang menguntungkan
karena harga susu yang relatif rendah.
3. SDM generasi muda yang enggan melanjutkan budidaya sapi perah dan mereka
labih memilih menjadi pekerja disektor industri ataupun lainnya, sehingga dengan
kondisi ini maka laju pertumbuhan peternakan terhambat serta penerapan teknologi
pada sektor ini menurun.
Populasi sapi perah pada tahun 2012 ini jika dibandingkan dengan 2007-2010 terjadi
peningkatan yang cukup signifikan akan tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi
penurunan hal ini seperti beberapa masalah yang diungkapkan diatas.
Adapun penurunan yang terjadi pada komoditas sapi potong hal ini lebih diakibatkan oleh
beberapa hal yaitu:
1. Produksi daging di Kabupaten Bandung ini bukan hanya dikonsumsi oleh
masyarakat Kabupaten Bandung melainkan oleh wilayah yang lain seperti oleh
Kota Bandung sehingga untuk pemenuhan Kabupaten Bandung tidak sesuai target.
14
2. Kebijakan pemberhentian impor daging dari luar negeri ini membuat penyediaan
daging di supply dari produksi lokal sehingga hal ini dimanfaatkan oleh beberapa
pengusaha untuk meraup keuntungan dimana sapi yang tersedia ditahan untuk tidak
dipotong yang mengakibatkan kelangkaan dan menurunnya konsumsi daging pada
masyarakat.
Jika dibandingkan dengan tahun beberapa tahun kebelakang terjadi peningkatan yang cukup
signifikan kecuali jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan. Jika
dibandingkan pada target tahun 2015 maka cukup jauh sehingga diperlukan sumber
anggaran yang bersumber dari APBN atau APBD propinsi.
Sedangkan untuk target domba yang tidak tercapai lebih diakibatkan oleh imbas
ketersediaan daging sapi yang kurang mengakibatkan penyediaan daging beralih dari
ternak besar ke ternak kecil. Hal ini mengakibatkan pemotongan pada ternak domba
membuat target yang telah ditetapkan tidak tercapai walaupun jika dibandingkan dengan
tahun 2011 dan beberapa tahun kebelakang mengalami penambahan lebih jelasnya terdapat
pada grafik 1.
Khusus untuk ternak unggas target yang sudah ditetapkan tidak tercapai hal ini dikarenakan
oleh masih cukup tingginya ancaman penyakit unggas terutama penyakit AI. Selain itu,
pakan ternak yang harganya cukup tinggi juga mempengaruhi gairah peternak untuk
membudidayakan ternak unggas.
Gambaran pertumbuhan tiap komoditi untuk ternak ruminansia dapat dilihat pada Grafik
dibawah ini:
Grafik 1. Data Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2011
Sumber: Profil Dinas Peternakan dan Perikanan 2011 dan Laporan Tahunan disnakan 2011.
Dari tabel dapat dilihat bahwa peningkatan populasi secara keseluruhan menunjukan
peningkatan pada setiap tahunnya. Khusus untuk tahun 2011 terjadi peningkatan populasi ternak
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Sapi Perah Sapi potong Domba2007 25,276 13,149 196,851
2008 27,707 13,806 205,376
2009 28,123 14,611 220,531
2010 29,702 16,658 223,437
2011 36,045 36,849 232,107
Pop
ula
si (
ekor)
15
yang cukup signifikan pada komoditas sapi potong dan sapi perah, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya:
a. Permintaan yang cukup tinggi kepada daging sehingga berimbas pada peningkatan populasi
dari luar Kabupaten Bandung.
b. Adanya pemutahiran data dari kementrian pertanian melalui program PSPK yang mendata
keseluruhan pemilik sapi perah, sapi potong dan kerbau sampai ketingkat rumah tangga
sehingga terjadi perubahan data karena perhitungan estimasi yang biasa digunakan
diperbaiki.
Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak unggas dapat dilihat pada Grafik.
Grafik 2. Data Populasi Ternak unggas di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2011
Catatan: Data merupakan populasi di 31 kecamatan.
Sumber: Profil Dinas Peternakan dan Perikanan tahun 2011 dan Laporan Tahunan 2011.
4. Sasaran kelima: Mendorong Peningkatan produksi peternakan.
Indikator ini memiliki keterkaitan yang erat dengan indikator populasi yang biasanya
berbanding lurus jadi jika populasi meningkat maka produksi produk peternakan juga akan
meningkat dan sebaliknya. Indikator ini ditetapkan untuk menggambarkan tentang proses
dukungan pemerintah dalam proses penyediaan produk peternakan. Adapun indikator yang
digunakan untuk sasaran ini terurai sebagai berikut:
Tabel 10. Perbandingan target dan realisasi indikator sasaran kelima
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
Realisasi
tahun
2011
Meningkatkan produksi:
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
5,000,000
Ayam buras Ayam Petelur Ayam
Pedaging
Itik
2007 1,938,738 280,730 4,241,170 310,948
2008 1,294,876 292,734 3,593,275 314,968
2009 1,372,951 383,612 3,657,911 359,662
2010 1,373,201 501,917 4,383,865 438,561
2011 1,644,558 443,951 4,920,976 477,430
Pop
ula
si (
ekor)
16
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
Realisasi
tahun
2011
a. Daging (Ton) 57.358 27.839 48,54 57.356
b. Telur (Ton) 7.823 7.297 93,20 7.828
c. Susu (Ton) 67.429 59.157 87,73 67.445
* Angka produksi yang digunakan ialah produksi bersih
Berdasarkan pada tabel dapat dilihat bahwa pencapaian produksi produk peternakan
berbanding lurus dengan realisasi populasi ternak dimana target yang sudah ditetapkan
tidak dapat terealisasi secara keseluruhan terutama pada produksi daging yang hanya
mencapai 48,54%. Selanjutnya, pada realisasi target produksi telur target hanya tercapai
sebesar 93,20% dan produk susu sebesar 87,73% semua indikator tersebut semuanya
menurun jika dibadingkan dengan tahun 2011 namun jika dibandingkan dengan 4 tahun
kebelakang (2007-2010) terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Selanjutnya jika dibandingkan
dengan target 2015 yang merupakan target akhir 5 tahunan sebesar 64.654 ton untuk
daging, 9.196 ton, dan 75.885 ton berarti masih perlu akselerasi dan peningkatan sumber
daya manusia serta anggran yang cukup tinggi untuk mencapai terget tersebut.
Grafik data produksi Daging, Telur dan Susu di Kabupaten Bandung dari tahun 2006
sampai 2010 dapat dilihat dibawah ini:
Grafik 3. Data Produksi Daging, Telur, dan Susu di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2011
Catatan: Data Produksi 2007-2011 merupakan data produksi bersih dari tiap produk
peternakan tahun 2012.
Sumber: Kompulasi data laporan tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2007-
2011.
5. Sasaran ketujuh: Peningkatan produksi ikan konsumsi, benih dan ikan olahan.
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
Daging (ton) Telur (Ton) Susu (Ton)2007 47364 8253 114239
2008 39275 5881 57171
2009 40912 7128 59534
2010 45183 8323 62876
2011 57356 7823 67429
Pro
du
ksi
(to
n)
17
Indikator ini ditetapkan untuk mengukur kinerja proses pembangunan Dinas Peternakan dan
Perikanan dalam penyediaan produk asal ikan. Adapun indikator yang ditetapkan terurai
sebagai berikut:
Tabel 11. Perbandingan target dan realisasi indikator sasaran ketujuh
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
Realisasi
2011
Peningkatan produksi
Benih ikan (ribu ekor)
1.255.304 1.333.770 106,33 1,188,641
Peningkatan produksi
Ikan konsumsi (Ton)
9.306,02 10.281 111,73 8.695,34
Peningkatan produksi Ikan
Olahan (Ton)
12.065,58 12.474,92 103,39 11,951
Sumber: Laporan pada bidang perikanan dan UPTD BBI 2012
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan indicator melebihi target. Hal ini
lebih dikarenakan oleh usaha pelaku pembudidaya ikan aktif dalam menerapkan teknologi
perikanan dan didukung pula oleh peran serta pemerintah dalam diiseminasi teknologi.
Adapun peran pemerintah kabupaten Bandung dalam mendorong peningkatan produksi
ikan konsumsi yang mencapai 10.281 (ton) atau 111,83% dari target renstra/ renja yang
sudah ditetapkan antaralain:
a. Memberikan stimulan bantuan kepada masyarakat berupa sarana budidaya dan bibit
ikan dari sumber APBN dan APBD kabupaten yaitu dengan kegiatan
pengembangan kewirausahaan serta bantuan sarana budidaya perikanan.
b. Meningkatkan minat pembudidaya ikan terhadap usaha budidaya ikan lele dikolam
terpal (Balistik) dimana dari tahun 2011-2012 ini pemerintah Kabupaten Bandung
memberikan kolam balistik sebanyak78 paket dengan uraian sebagai berikut:
Tabel 12. Stimulan Kolam Balistik kepada Masyarakat Tahun 2010-2012
No Jenis Bantuan (kolam Balistik) Tahun
2011 2012
1. Kolam balistik 8 terpal 70 unit
2. Ikan lele 1 paket Benih Lele 48ribu
ekor, benih udang
galah (30 ribu ekor)
3. Pakan 100 Kg 5600 Kg
Sumber: Laporan Kegiatan Bidang Perikanan Tahun 2012
c. Peningkatan Pengetahuan SDM pembudidaya ikan yang difasilitasi oleh
pemerintah. Jumlah pembudidaya ikan yang dilatih mencapai 155 orang pada tahun
2010 dan 500 orang pada tahun 2011.
Adapun data produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bandung untuk tahun 2007-2012 dapat
digambarkan pada Grafik dibawah ini:
18
Grafik 5. Data Produksi Ikan di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
Sumber: Kompulasi data laporan tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2008-
2011.
Perkembangan produksi benih ikan pertahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik6. Produksi Benih ikan di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2012.
Sumber: Kompilasi Laporan Tahunan Disnakan tahun 2007-2011.
berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat perkembangan produksi benih ikan di
Kabupaten Bandung menunjukan trend positif hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh
peran para pembenih ikan dilapangan sedangkan pemerintah berperan mebrikan dorongan
serta stimulan untuk mengakselerasi pencapain produksi. Adapun peran pemerintah
Kabupaten Bandung dalam pencapaian produksi benih ini ialah :
2008 2009 2010 2011 2012
Ikan konsumsi 7336 7718 8112 8695 10398
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Pro
du
ksi
ik
an
(T
on
)
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
2007 2008 2009 2010 2011 2012Produksi benih ikan (ribek) 878,764 928,298 1,004,640 1,088,942 1,188,641 1,317,721
Pro
du
ksi
Ben
ih (
Rib
ek)
19
a. Memberikan stimulan induk untuk para pembudidaya ikan. Dimana jumlah induk
yang diberikan dari tahun 2010-2012 dapat dilihat pada tabel 17 dibawah ini.
Tabel 13. Jumlah Stimulan induk ikan tahun 2010-2012
No Jenis Bantuan Tahun
2010 2011 2012
1. a. Calon Induk ikan mas 80 Kg - 900 Kg
b. Calon induk Nila 5 paket - -
c. Calon induk Lele 5 paket 35 paket 16 paket
2. Pakan 700 Kg 1700 Kg 6820 Kg
3. Kakaban - - 96 buah
4. Pupuk - 650 Kg -
Sumber: Laporan Kegiatan Bidang Perikanan Tahun 2012
b. Peningkatan Pengetahuan SDM pembenih ikan dengan bimbingan teknis dan
pelatihan.
c. Fasilitasi sertfikasi CPIB untuk para pembenih ikan.
Pengolahan mempunyai tujuan untuk peningkatan harga jual dari produk ikan, pengawetan
produk ikan serta meningkatkan preferensi pada konsumsi ikan. peningjkatan produksi
pengolahan ikan di Kabupaten Bandung cukup baik, hal ini didukung oleh data produksi
olahan ikan seperti pada tabel 14 dibawah ini.
Tabel 14. Produksi Olahan Kabupaten Bandung Tahun 2010-2012
No Jenis Olahan 2010 (Kg) 2011 (Kg) 2012 (Kg)
1 Pindang 9,449,285.33 10,885,151.46 11,199,272.93
2 Bakso 888,951 1,024,031.41 1,181,461.76
3 Olahan lain 36,957 42,572.56 94,180.33
Jumlah 10,375,193.33 11,951,755.43 12,474,915.03
Sumber: Laporan Kegiatan Bidang Binus Tahun 2012
Jika semua indikator ini dibandingkan dengan target tahun 2015 dimana produksi ikan
konsumsi mencapai 10.956 ton, benih ikan 1.518.139 ribek, dan olahan sebesar 14.370,3
ton maka selisih rata-rata mencapai 11,23% memerlukan dukungan anggran dan sumber
daya manusi yang cukup tinggi.
6. Sasaran Kesebelas: Peningkatan kesehatan hewan/ ternak/ ikan.
Indikator sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam pelayanan kesehatan
hewan dan ikan. Adapun uraian indikator dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 15. Perbandingan target dan realisasi indikator sasaran kesebelas
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
Realisasi
2011
Penanggulangan PHMS
(untuk 5 penyakit ternak/
hewan) 32.889 ekor
56.200 57.196 63.621
20
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa capain pada tahun 2012 indikator yang telah
ditetapkan dapat melampaui target. adapaun penanggulangan penyakit ini berasal dari 2
bagian yaitu pelayanan kesehatan ternak/ hewan oleh UPTD Puskeswan dan laboratorium
realisasi pelayanan mencapai 148.27% dari target 8.250 ekor dapat direalisasikan sebanyak
12.232 ekor. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kerja keras para petugas kesehatan
dilapangan selain itu, yang paling utama dikarenakan oleh adanya bantuan sarana obat-
obatan dan peralatan pelayanan kesehatan hewan dari propinsi Jawa barat yaitu berupa
vaksin dan peralatan pelayanan kesehatan hewan. Penanggulangan PHMS yang dilakukan
oleh Bidang kesehatan hewan dapat melebihi target hal ini dikarenakan oleh realisasi
vaksinasi yang melebihi target khususnya pada vaksinasi penyakit brucellosis dimana
struktur vaksinasi dilapangan ternyata sapi dewasa lebih banyak dibanding anak.
Berdasarkan struktur populasi seperti itu maka realisasi vaksinasi pada ternak dewasa lebih
banyak karena dosis untuk ternak dewasa 1/10 dari dosis untuk anak sapi.
Adapun uraian pengendalian PHMS (AI, ND, Brucellosis, dan Rabies) dikabupaten
Bandung diuraikan pada penjelasan sebagai berikut:
a. Pengendalian AI ND
Salah satu bentuk pengendalian ilah dengan penyakit AI dan ND ini ialah dengan
melakukan vaksinasi adapun hasilnya sebagai berikut:
- Vaksinasi AI dilaksanakan di 9 Kec - 9 Desa dengan pengulangan 1 bulan kemudian
dan 3 bulan kemudian. Hasilnya adalah 50.000 ekor unggas yang terdiri dari 33.010
ekor ayam, 8.064 ekor itik, 8.262 ekor entog, 404 ekor angsa, dan 260 ekor burung.
- Wilayah target vaksinasi ND sama dengan wilayah vaksinasi AI, pelaksanaan 1
minggu setelah vaksinasi AI dengan pengulangan yang sama.
- Vaksin AI berasal dari APBD Propinsi ( Medivac AI : 18500 dosis dan Caprivac AI :
17000 dosis ) sedangkan vaksinasi ND dengan operasional berasal dari APBD
Kabupaten.
- Pelaksanaan kegiatan dilakukan di 9 desa tertarget ( menurun dari tahun sebelumnya )
dikarenakan jumlah desa menurun dan disesuaikan dengan populasi unggas yang ada
di lokasi. Pada tahun ini muncul kasus kematian mendadak dan jumlah yang banyak
pada itik yang disinyalir telah terjangkit oleh penyakit AI ( flu burung ) dan kasus ini
banyak terlaporkan di akhir tahun. Pada bulan Desember saja sebanyak 8 kejadian
dilaporkan dan hasil rapid dan pcr positif ada di 4 desa. Walaupun desa yang divaksin
tidak dijumpai pelaporan kasus, namun dengan adanya kasus yang baru muncul perlu
untuk merencanakan vaksinasi tertarget dan ring vaksinasi selain dilokasi yang
terinfeksi / positif kasus serta meningkatkan kegiatan sosialisasi di peternak itik pada
tahun anggaran 2013.
Jumlah pelaksanaan vaksinasi sebagai upaya pengendalian AI ND dari tahun 2008-2012
dapat terlihat pada tabel 24 dibawah ini:
Tabel 16. Alokasi Vaksinasi AI ND tahun 2008-2012.
Jenis Unggas 2008 2009 2010 2011 2012
Ayam 500,572 321,043 189,560 66,032 36,278
Itik 209,124 91,805 48,427 16,128 9,193
Entog 68,711 37,861 24,947 16,522 4,176
Angsa 6,703 4,516 1,205 808 67
21
Jenis Unggas 2008 2009 2010 2011 2012
Burung 14,890 1,775 861 510 286
Jumlah 800,000 457,000 265,000 100,000 50,000
Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2012.
Berdasarkan table dapat dilihat bahwa alokasi vaksinasi dari tahun ketahun menurun hal ini
terjadi biasanya dikarenakan menurunnya kasus AI dan ND di Kabupaten Bandung.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian penyakit AI dan ND
di Kabupaten Bandung cukup efektif.
b. Pengendalian Brucellosis
Vaksinasi brucellosis menggunakan strain RB 51 yang berasal dari APBD I sebayak 20 vial
dan dari APBD Kabupaten Bandung sebanyak 50 vial. Target vaksinasi untuk wilayah
kecamatan Pangalengan dan Cilengkrang untuk 1.000 ekor betina dewasa ( 700 ekor
kecamatan Pangalengan dan 300 ekor kecamatan Cilengkrang ). Hasil vaksinasi adalah 186
Sapi perah pedet, 488 ekor sapi dara , 1.022 ekor sapi laktasi dan total keselurah sapi perah
betina yang divaksin adalah 1.696 ekor . Sehingga sampai dengan 2012 sebanyak 5.587
ekor sampi telah divaksin. Data vaksinasi dapat dilihat sebagaimana tabel 25 dibawah ini:
Tabel 17. Jumlah pelaksanaan vaksinasi brucellosis tahun 2008-2012
Jumlah ternak sapi yang di vaksin
2008 2009 2010 2011 2012
0 0 1074 2817 1696
Sumber: laporan kegiatan bidang kesehatan hewan tahun 2012
Berdasarkan table dapat dilihat alokasi vaksinasi brucellosis ini turun naik ini biasanya
disesuaikan dengan jumlah kasus yang terjadi dilapangan.
c. Pengandalian Rabies
Pada 2012 dilakukan di 36 lokasi ( 18 Kec - 36 Desa) dengan sumber vaksin berasal dari
APBD Kabupaten sebanyak 2000 Dosis ( Defensor 3 ) dan dari APBD Propinsi Jabar
sebanyak 3200 dosis ( Defensor 3) Pelaksanaan di bulan Maret, April, Mei dan Juni.
Adapun uraian kegiatan vaksinasi dari tahun 2008-2012 dapat terlihat pada tabel 26
dibawah ini:
Tabel 18. Jumlah Vaksdinasi Rabies tahun 2008-2012 di Kab. Bandung
Tahun Jenis HPR Yang di Vaksin ( Ekor )
Anjing Kucing Kera Jumlah
2008 3,284 715 1 4,000
2009 4,513 464 23 5,000
2010 5,090 765 45 5,900
2011 4,314 681 5 5,000
2012 3,449 1,751 - 5,200
Sumber: laporan kegiatan bidang kesehatan hewan tahun 2012
Vaksinasi rabies pada tahun 2012 meningkat dari tahun sebelumnya dengan alasan pada
tahun 2011 vaksinasi rabies dilaksanakan di 31 desa pada 17 kecamatan. Pemilihan desa
22
target berdasarkan kondisi geografisnya yang bersebalahan / berbatasan dengan Kabupaten
Garut dan Cianjur yang sangat beresiko tinggi karena daerah tersebut positif rabies, selain
itu karena adanya laporan kasus penggigitan dan juga berdasarkan rencana lokasi yang
belum tervaksin. Pengulangan lokasi juga merupakan daerah yang dipertimbangkan untuk
pelaksanaan kegiatan selanjutnya di tahun 2013.
7. Sasaran ketigabelas: Peningkatan pemanfaatan hasil ikutan produksi peternakan serta
penerapan teknologi peternakan.
Sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam menanggulangi efek samping
dari proses pembangunan peternakan dan perikanan kepada lingkungan. Adapun indicator
yang digunakan antaralain:
Tabel 19. Perbandingan target dan realisasi indikator sasaran ketigabelas
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
Realisasi
2011
Penerapan teknologi Biogas (
245 unit
40 40 100.00 60
Penerapan teknologi kompos
175 unit
35 30 85,71 43
Penerapan teknologi dan sarana
prasana peternakan (paket)
30 42 140 10
Berdasarkan tabel pelaksanaanaan pemanfaatan hasil ikutan dari produksi peternakan
berupa pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas dapat dicapai 100%. Khusus untuk
pemanfaatan kotoran menjadi kompos dari target 35 buah pada renstra/renja 2012 hanya
dapat terealisasi sebanyak 30 buah hal ini lebih dikarenakan oleh adanya efisiensi anggaran
dan pengalihan anggaran ke sub kegiatan lain yang lebih prioritas seperti peningkatan
populasi ternak. Sedangkan untuk sarana prasarana peternakan seperti penerapan teknologi
pakan, mesin penetas, dan teknoligi lainnya.
2.3. Analisis Akuntabilitas Keuangan
1. Belanja Tidak Langsung
Realisasi anggaran Belanja Tidak Langsung berkaitan erat dengan kondisi kepegawaian
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung. Di dalamnya meliputi Belanja Gaji
dan Tunjangan Pegawai, serta Tambahan Penghasilan Pegawai.
Adapun uraian realisasi Belanja Tidak Langsung adalah sebagai berikut :
Tabel 20. Uraian target dan realisasi belanja tidak langsung pada Dinas Peternakan dan
Perikanan tahun 2012
Kode Rekening Uraian Target Realisasi Capaian
(%)
5 1 BELANJA TIDAK
LANGSUNG
5.061.600.396 4.638.742.859 97,93
5 1 1 BELANJA PEGAWAI 5.061.600.396 4.638.742.859 97,93
5 1 1 01 GAJI DAN
TUNJANGAN
4.043.132.000 3.897.178.437 96,39
5 1 01 01 01 Gaji Pokok PNS 3.045.651.000 2.916.168.140 95,77
23
Kode Rekening Uraian Target Realisasi Capaian
(%)
5 1 1 01 02 Tunjangan Keluarga 305.551.000 301.802.979 98,77
5 1 1 01 03 Tunjangan Jabatan 260.983.000 255.485.000 97,89
5 1 1 01 04 Tunjangan Fungsional 21.500.000 21.255.000 98,86
5 1 1 01 05 Tunjangan Umum 128.073.000 124.960.000 97,57
5 1 1 01 06 Tunjangan Beras 195.053.000 191.808.390 98,34
5 1 1 01 07 Tunjangan PPH 86.259.000 85.637.006 99,28
5 1 1 01 08 Pembulatan Gaji 62.000 61.922 99,87
5 1 1 02 Tambahan Penghasil
PNS
1.004.521.916 991.227.500 98,68
5 1 1 02 01 Tambahan Penghasil
Berdasarkan Beban Kerja
786.401.916 779.267.500 99,09
5 1 1 02 07 Tambahan penghasilan
berdasarkan obyektif
lainnya
218.120.000 211.960.000 97,18
5 1 1 06 Insentif Pemungutan
Retribusi Daerah
13.946.480 0 0
5 1 1 06 01 Insentif Pemungutan
Retribusi Daerah
13.946.480 0 0
Sumber : Laporan Relisasi anggaran pada Sub Bagian Keuangan
Berdasarkan tabel terdapat satu kedering belanja yang 100% tidak dapat dilaksanakan
yaitu pada insentif pemungutan retribusi daerah. Hal ini dikarenakan oleh belum
tersedianya aturan penunjang tentang persentase upah pungut untuk tim pemungut pada
Disnakan yang diatur melalui peraturan Bupati, dikarenakan hal itu maka insentif
pemungut retribusi pada Disnakan tidak bisa di realisasikan.
Gambaran umum pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan pada akhir Tahun 2012
(Desember) adalah sebagai berikut :
Struktur pegawai berdasarkan Golongan :
Golongan IV b : 3 orang
Golongan IV a : 5 orang
Golongan III d : 12 orang
Golongan III c : 6 orang
Golongan III b : 18 orang
Golongan III a : 12 orang
Golongan II c : 4 orang
Golongan II b : 16 orang
Golongan II a : 5 orang
Golongan I d : 2 orang
Golongan I b : 1 orang
Jumlah : 84 orang
Sedangkan berdasarkan Perda Nomor 20 tahun 2007 struktur organisasi Dinas
Peternakan dan Perikanan terdiri dari :
24
Eselon II b : 1 orang
Eselon III a : 1 orang
Eselon III b : 4 orang
Eselon IV a : 18 orang
Eselon IV b : 4 orang
Jumlah : 28 orang
Pada tahun 2012 terdapat 1 orang pegawai eselon IV.a yang pensiun.
2. Belanja Langsung
Besarnya alokasi anggaran Belanja Langsung Dinas Peternakan dan Perikanan pada
Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 12.470.911.900,- dan dapat terealisasi sebesar Rp.
12.085.586.246 atau 96,91%.
Anggaran tersebut dipergunakan untuk :
a. Belanja Urusan Wajib pada setiap SKPD dari alokasi anggaran sebesar Rp.
1.587.561.500,- dan terealisasi sebesar Rp.1.573.329.176 atau 99,1 % dengan sisa
anggaran sebesar Rp. 14.232.324,- Sisa anggaran tersebut berasal dari :
- Negosiasi barang jasa
- Serta penunjang pengadaan barang jasa.
- Sisa pembayaran rekening telepon dan listrik.
b. Belanja Urusan Pilihan sebesar Rp. 10.883.350.400,- dan terealisasi sebesar Rp.
10.512.257.070,- atau 96,6% dengan sisa anggaran sebesar Rp. 371.093.330,- Adapun
sisa anggaran tersebut berasal dari :
- Hasil negosiasi pengadaan barang dan jasa
- Beberapa penunjang yang tidak dilaksanakan
- Sub kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan seperti pengadaan mesin pemintal
bulu domba.
- Perjalanan dinas.
Secara rinci pencapaian kinerja keuangan Tahun Anggaran 2012 berdasarkan program dan
kegiatan adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Ringkasan anggaran Belanja Langsung TA 2012
Koderek
U R A I A N Target (Rp) Realisasi (Rp) % Pro
g Keg
2.05.01 URUSAN WAJIB SETIAP
SKPD
1 Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
902.451.500 898.587.926 99.57
02 Penyediaan Jasa
Komunikasi, Sumberdaya
Air dan Listrik
43.050.000 42.559.276 98.86
03 Penyediaan Jasa Peralatan
dan Perlengkapan Kantor
9.250.000 9.250.000 100.00
25
Koderek U R A I A N Target (Rp) Realisasi (Rp) %
08 Penyediaan jasa kebersihan
kantor
70.000.000 69.988.500 99.98
10 Penyediaan Alat Tulis
Kantor
99.952.000 98.905.200 98.95
11 Penyediaan Barang Cetakan
dan Penggandaan
115.169.500 114.522.500 99.44
12 Penyediaan Komponen
Instalasi Listrik /
Penerangan Bangunan
Kantor
7.000.000 7.000.000 100.00
13 Penyediaan peralatan dan
perlengkapan kantor
207.950.000 206.464.450 99.29
15 Penyediaan Bahan Bacaan
dan Peraturan Perundang-
undangan
16.250.000 16.250.000 100.00
17 Penyediaan Makanan dan
Minuman
32.200.000 32.200.000 100.00
18 Rapat Koordinasi dan
Konsultasi ke Luar Daerah
183.300.000 183.300.000 100.00
20 Rapat Koordinasi dan
Konsultasi Dalam Daerah
83.450.000 83.450.000 100.00
21 Penunjang Peringatan Hari-
Hari Bersejarah (PHHB)
34.880.000 34.698.000 99.48
2 Program peningkatan
sarana dan prasarana
aparatur
588.440.000 578.071.250 98.24
10 Pengadaan mebeleur 27.085.000 25.845.000 95.42
22 Pemeliharaan Rutin/Berkala
Gedung Kantor
175.880.000 174.770.000 99.37
24 Pemeliharaan Rutin /
Berkala Kendaraan Dinas /
Operasional
366.130.000 359.339.000 98.15
26 Pemeliharaan rutin berkala
perlengkapan gedung kantor
19.345.000 18.117.250 93.65
6 Program peningkatan
pengembangan sistem
pelaporan capaian kinerja
dan keuangan
96.670.000 96.670.000 100.00
01 Penyusunan laporan capaian
dan ikhtisar realisasi SKPD
72.500.000 72.500.000 100.00
02 Penyusunan Pelaporan
Keuangan Semesteran
24.170.000 24.170.000 100.00
JUMLAH URUSAN WAJIB SETIAP
SKPD
1.587.561.500 1.573.329.176 99.10
2.01 (URUSAN PERTANIAN)
21 Program Pencegahan dan
penanggulangan penyakit
ternak
1.086.260.000 1.065.398.300 98.08
02 Pemeliharaan Kesehatan dan
Pencegahan Penyakit
Menular Ternak
335.000.000 333.968.500 99.69
03 Pemusnahan Ternak yang
terjangkit Penyakit endemik
78.260.000 77.660.000 99.23
06 Pelayanan Kesehatan Hewan 573.000.000 553.968.700 96.68
26
Koderek U R A I A N Target (Rp) Realisasi (Rp) %
dan Laboratorium
07 Pengawasan dan pembinaan
penerapan kesmavet dan
kesrawan
100.000.000 99.801.100 99.80
22 Program Peningkatan
Produksi Hasil Peternakan
3.893.702.500 3.745.720.200 96.20
01 Pembangunan Sarana Dan
Prasarana Perbibitan Ternak
869.442.500 838.979.600 96.50
02 Perbibitan Dan Perawatan
Ternak
1.049.715.000 952.943.500 90.78
08 Pengembangan agribisnis
peternakan
1.974.545.000 1.953.797.100 98.95
23 Program Peningkatan
pemasaran hasil produksi
peternakan
405.000.000 401.227.300 99.07
01 Penelitian dan
Pengembangan Pemasaran
dan Hasil Produksi
Peternakan
300.000.000 298.183.500 99,39
07 Promosi atas hasil produksi
peternakan unggulan daerah
105.000.000 103.043.800 98,14
24 Program Peningkatan
penerapan teknologi
peternakan
3.392.800.000 3.205.554.150 94,48
02 Pengadaan sarana dan
prasarana teknologi
peternakan tepat guna
1.367.405.000 1.322.203.150 96,69
07 Peningkatan sarana dan
prasarana teknologi Rumah
Potong Hewan
2.025.395.000 1.883.351.000 92,99
JUMLAH URUSAN PERTANIAN 8.777.762.500 8.417.899.950 95,90
2.05 (URUSAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN)
20 Program Pengembangan
Budidaya Perikanan
1.387.937.900 1.379.674.520 99,40
01 Pengembangan Bibit Ikan
Unggul
291.040.000 289.802.500 99,57
02 Pendampingan Pada
Kelompok Tani
Pembudidaya Ikan
553.812.500 550.030.500 99,32
03 Kegiatan Pembinaan dan
Pengembangan Perikanan
543.085.400 539.841.520 99,40
23 Program optimalisasi
pengelolaan dan
pemasaran produksi
perikanan
483.790.000 481.900.600 99,61
01 Kajian Optimalisasi
pengelolaan dan pemasaran
produksi perikanan
483.790.000 481.900.600 99,61
24 Program pengembangan
kawasan budidaya laut, air
payau dan air tawar
233.860.000 232.782.000 99,54
01 Kajian kawasan budidaya
laut, air payau dan air tawar
233.860.000 232.782.000 99,54
27
Koderek U R A I A N Target (Rp) Realisasi (Rp) %
JUMLAH URUSAN KELUTAN DAN
PERIKANAN
2.105.587.900 2.094.357.120 99,47
JUMLAH TOTAL 12.470.911.900 12.085.586.246 96,91
Sumber : Laporan Relisasi anggaran pada Sub Bagian Keuangan.
3. Penerimaan Pendapatan Dinas
Penerimaan PAD dari Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun Anggaran 2012 target
sebesar Rp. 344.629.600,- dapat tercapai pada akhir bulan Desember 2012 sebesar Rp.
360.660.000,- (104,65%). Secara Rinci Target dan Realisasi PAD Dinas Peternakan dan
Perikanan Tahun 2012 tertuang dalam Tabel 2.
Tabel 22. Target dan Realisasi PAD Dinas Peternakan dan Perikanan tahun 2012
No Jenis Pendapatan Target Realisasi
(Rp) (Rp) (%)
1 Retribusi Rumah Potong Hewan 183.600.000 198.700.000 108,22
2 Retribusi Jasa Usaha Produksi Usaha
Daerah
79.329.600 79.400.000 100.08
3 Retribusi Izin Usaha Perikanan 16.000.000 16.200.000 101,25
4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah
65.700.000 66.360.000 101,01
JUMLAH 344.629.600 360.660.000 104,65
Sumber: laporan Pertanggung jawaban penerimaan SKPD thn 2012
Grafik 6 . Pencapaian PAD Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2012
Adapun secara lengkap uraian PAD Dinas Peternakan dan Perikanan adalah
sebagai berikut:
-
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
160,000,000
180,000,000
200,000,000
Retribusi
Rumah
Potong
Hewan
Retribusi
Jasa Usaha
Produksi
Usaha
Daerah
Retribusi
Izin Usaha
Perikanan
Lain-Lain
Pendapatan
Asli Daerah
yang Sah
Target 183,600,000 79,329,600 16,000,000 65,700,000
Realisasi 198,700,000 79,400,000 16,200,000 66,360,000
An
ggar
an (R
p.)
28
1. Retribusi RPH
Retribusi RPH merupakan salah satu sumber pendapatan yang berasal dari hasil pelayanan jasa
pemotongan di RPH pemerintah yang berjumlah 6 buah yang berlokasi di Ciwidey, Banjaran,
Pangalengan, Solokanjeruk, Cicalengka dan Baleendah (MBC). Selain itu, ada RPH swasta
sebanyak 5 kecamatan yaitu Soreang, Baleendah, Pameungpeuk, Cilengkrang dan Pt. Kadila/
Andini Makmur (Cikancung). Besaran kontribusi dari tiap RPH biasanya beragam disesuaikan
dengan potensi, dan banyaknya ternak yang dipotong di lokasi bersangkutan, yaitu berkisar
antara Rp. 2.500.000,- (RPH Soreang) s/d Rp. 70.000.000,- (RPH MBC Baleendah). Secara
total sumbangsih PAD tahun 2012 dari sektor ini sebesar Rp.198.700.000,-( 55,09%).
2. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Kontribusi PAD dari Jenis penerimaan ini menyumbang sebesar Rp 79.400.000. Retribusi
Penjualan produksi usaha daerah ini bersumber dari dua sumber, yaitu:
a. Hasil Penjualan Benih Ikan
Kontribusi dari sumber ini didapatkan dari UPTD pembenihan ikan yang memproduksi
benih ikan sebanyak 16.050.000 ekor yang setara dengan Rp. 38.100.000 atau 100,18% dari
target yang ditetapkan.
b. Hasil Penjualan Bibit Ternak
Kontribusi PAD didapat dari penjualan bibit ternak sapi perah sebanyak 14 ekor yang setara
dengan Rp.41.300.000,- atau 100% dari target awal yang ditetapkan.
3. Retribusi izin usaha perikanan
Target yang ditetapakan dari sumber retribusi izin usaha perikanan ialah Rp.16.000.000,- dan
dapat terealisasi sebesar Rp. 16.200.000,- atau 101,25%. Adapun uraian PAD dari sumber ini
terdiri dari:
a. Izin usaha budidaya di perairan umum.
Target PAD yang bersumber dari perizinan yang dikeluarkan ditargetkan sebanyak
2 unit atau setara dengan Rp. 200.000,- yang dapat terealisasi 150% atau sebesar
Rp. 300.000,- (3 orang pembudidaya).
b. Izin usaha pembudidayaan ikan di air tawar.
Target PAD yang ditetapkan pada pos ini ialah sebesar Rp. 15.800.000,- dan dapat
terealisasi sebesar Rp. 15.900.000,- atau 100,63% yang berasal dari 28 orang
pembudidaya yang mendaftarkan kegiatan budidayanya. Adapun uraian rinci dari
pos ini ialah sebagai berikut:
- SIUP kolam air deras dari target sebesar Rp. 4.642.800,- atau setara dengan 6.460
m2 dapat terealisasi sebesar Rp. 4.742.800,- atau setara dengan 9.260 m
2
(102,15%).
- Retribusi di kolam air tenang dari target sebesar 2.605.500,- atau setara dengan
65.790 m2 dapat terealisasi sebesar Rp. 2.605.500,- atau setara 65.790 m
2.
29
- Retribusi Kolam Penampungan ikan ditargetkan sebesar Rp. 1.750.000,- atau 7
unit dapat terealisasi sebesar Rp. 1.750.000,- atau setara 7 unit kolam (100%).
- Retribusi kolam ikan dari target sebesar Rp. 4.801.700,- setara 12.422 m2 dapat
terealisasi sebesar Rp. 4.801.700,- (12.422 m2) atau 100%.
- SIUP budidaya ikan hias dengan target sebesar Rp. 2.000.000,- (6 unit) dapat
terealisasi sebesar Rp. 2.000.000,- (6 unit) atau 100% (1 orang).
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Sumber PAD ini merupakan hasil dari penjualan produk lainnya dari UPTD Perbibitan
Ternak selain bibit ternak yaitu dari penjualan susu. Target tahun 2012 sebesar Rp.
65.700.000,- atau setara dengan penjualan susu sebanyak 21.900 liter dapat dicapai Rp.
66.360.000,- atas penjualan 22.120 liter susu atau dapat terealisasi sebesar 101.01%.
30
BAB IV P E N U T U P
Secara umum pelaksanaan sasaran dapat berjalan dengan baik yang terdiri atas 7 sasaran dan
17 indikator labih dari 70% dapat tercapai dari target yang sudah ditetapkan. Adapun jumlah indikator
utama yang dijadikan indikator kabupaten sebanyak 4 indikator. Pencapaian kinerja Dinas Peternakan
dan Perikanan tentunya ditunjang oleh sistem kerjasama yang telah terjalin baik antara Kecamatan,
Petugas Lapangan, Penyuluh dan Dinas Peternakan dan Perikanan. semua intansi tersebut ialah instansi
tang terkait dengan Misi Dinas yang secara periodik dan kontinu senantiasa melaksanakan konsolidasi
dan koordinasi. Dimana pelaksanaan kegiatan tentunya mengacu kepada Rencana Strategis yang telah
disepakati bersama, sehingga masalah yang muncul pada tahun 2011 dapat diselesaikan dan di atasi
bersama.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini bersifat terbuka untuk diperbaiki terus menerus dimasa akan
datang. Laporan ini pula diharapkan dapat dipakai sebagai alat introspeksi berbagai pihak di
lingkungan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung. Adapun realisasi kinerja organisasi
dinas secara keseluruhan dapat sebagai bahan evaluasi kewenangan, tugas pokok dan fungsi yang
dijalankan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.
31
LLAAMMPPIIRRAANN--LLAAMMPPIIRRAANN