LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

39
Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini , perusahaan menerapkan standar acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional. Untuk menjawab tantangan tersebut Perusahaan menerapkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja berdasarkan pada peraturan dari pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Alasan harus menerapkan SMK 3 yaitu karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha

Transcript of LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Page 1: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Dalam dunia persaingan terbuka pada era globalisasi ini , perusahaan

menerapkan standar acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti

kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan

kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk

menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen

Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap

penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan

pasar internasional.

Untuk menjawab tantangan tersebut Perusahaan menerapkan kebijakan

kesehatan dan keselamatan kerja berdasarkan pada peraturan dari pemerintah

yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang telah

menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan

Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996.

Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan

segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan

penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

produktif.

Alasan harus menerapkan SMK 3 yaitu karena SMK3 bukan hanya tuntutan

pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga

tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi

pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi

industri kita antara lain :

a. Manfaat Langsung

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja

2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja

Page 2: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga

4. kerja merasa aman dalam bekerja

b. Manfaat Tidak Langsung :

1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan

2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.

3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat

umur alat semakin lama.

Dengan banyaknya keuntungan dalam penerapan SMK3 serta standarisasi

SMK3 di Indonesia yang cukup representatif, inilah saatnya bagi Industri

Indonesia untuk melaksanakan SMK3 sesuai PER.05/MEN/1996 baik industri

skala kecil, menengah, hingga besar. Sehingga bersama-sama menjadi industri

yang kompetitif, aman, dan efisien dalam menghadapi pasar terbuka.

A. Laboratorium

Laboratorium adalah sarana yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran,

penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang digunakan untuk penentuan

formula obat yang akan dibuat. Untuk dapat menerapkan K3 yang baik, fasilitas

laboratorium harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini.

1. Harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai agar sirkulasi udara berjalan

lancar.

2. Harus mempunyai alat pemadam kebakaran terhadap bahan kimia yang

berbahaya yang dipakai.

3. Harus menyediakan alat pembakar gas yang terbuka untuk menghindari

bahaya kebakaran.

4. Meja yang digunakan harus diberi bibir untuk menahan tumpahan larutan yang

mudah terbakar, korosif dan melindungi tempat yang aman dari bahaya

kebakaran

Page 3: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

5. Menyediakan dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran dan terpisah

sejauh mungkin.

6. Tempat penyimpanan di laboratorium di desain untuk mengurangi sekecil

mungkin risiko oleh bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.

7. Harus tersedianya alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

B. Job Safety Analysis (JSA)

Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, tidak

diduga, tidak disengaja dan terjadi dalam hubungan kerja yang berdampak pada

kerugian berupa cidera pada pekerja, kerusakan barang-barang produksi dan

kehilangan waktu selama proses produksi. Kecelakaan kerja terjadi oleh karena

kontak dengan substansi atau sumber energi melebihi Nilai Ambang Batas

(NAB).

Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi :

a. Kecelakaan industri (industrial accident), yaitu kecelakaan yang terjadi di

tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.

b. Kecelakaan dalam perjalanan (community accident), yaitu kecelakaan yang

terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan hubungan kerja.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam 2 kelompok :

a. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

1. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain

2. Lingkungan kerja

3. Proses kerja

4. Sifat pekerjaan

5. Cara kerja

b. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia

yang dapat terjadi antara lain karena:

1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

2. Cacat tubuh (bodily defect)

Page 4: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

3. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh.

4. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Adapun bahaya yang akan dihadapi oleh pekerja dalam laboratorium jika

kecelakaan terjadi antara lain :

1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau

meledak.

2. Bahan beracun, corrosive.

3. Bahaya radiasi

4. Luka bakar

5. Shock akibat aliran listrik

6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam

7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Adapun beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

a. Terpeleset , biasanya karena lantai licin yang dapat berakibat luka ringan

(memar), luka berat (memar otak)

Pencegahan :

Dengan memakai sepatu anti slip, jangan memakai sepatu dengan hak tinggi,

atau tali sepatu longgar. Kemudian hati-hati bila berjalan pada lantai yang

sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan juga

memperhatikan pemeliharaan lantai dan tangga.

b. Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila

mengabaikan kaidah ergonomi yang dapat berakibat cedera pada punggung.

Pencegahan :

Beban jangan terlalu berat, jangan berdiri terlalu jauh dari beban, jangan

mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai

Page 5: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

bawah sambil berjongkok, dan Pakaian penggotong jangan terlalu ketat

sehingga pergerakan terhambat.

c. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor, listrik), bahan

desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran

terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah

terbakar dan panas. Yang dapat mengakibatkan :Timbulnya kebakaran dengan

akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian dan juga timbulnya

keracunan akibat kurang hati-hati.

Pencegahan

Konstruksi bangunan harus tahan api, sistem penyimpanan yang baik terhadap

bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap kemungkinan

timbulnya kebakaran yaitu adanya sistem tanda kebakaran, yang manual yang

memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera ataupun

otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis,

adanya jalan untuk menyelamatkan diri, perlengkapan dan penanggulangan

kebakaran, penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

C. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di

Laboratorium

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik

atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen

penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard

di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan

sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja.

Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan

faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti

antiseptic pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor

ergonomi (cara duduk salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus

(panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dan lain lain.

Page 6: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

a. Faktor Kimia

Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia

dan obat-obatan seperti antibiotic, demikian pula dengan solvent yang banyak

digunakan dalam komponen antiseptic, desinfektan dikenal sebagai zat yang

paling karsinogen. Semua bahan ini cepat atau lambat ini dapat memberi

dampak negatif terhadap kesehatan pekerja. Gangguan kesehatan yang paling

sering adalah dermatosis (iritasi kulit) kontak akibat kerja yang pada umumnya

disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena

alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan,

terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau

kronik, bahkan kematian. Bahan corrosive (asam dan basa) akan mengakibatkan

kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.

Pencegahan :

1. “Material Safety Data Sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk

diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.

2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah

tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.

3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, jas

laboratorium) dengan benar.

4. Menghindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata

dan lensa.

5. Menggunakan alat pelindung pernapasan dengan benar.

b. Faktor Ergonomi

Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja

terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya

kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi

yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif,

secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai “to fit the Job to the

Man and to fit the Man to the Job”. Sebagian besar pekerja di dalam laboratorium

Page 7: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

bekerja dalam posisi yang kurang ergonomi, misalnya tenaga operator peralatan,

hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang

disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah

dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang

efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan

psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang

kerja (low back pain).

Page 8: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Menurut M. Mikhew (ICHOIS 1997), gambaran umum yang menjadi ciri-ciri

umum industri dan yang sering terjadi antara lain :

a) Timbulnya risiko bahaya pekerjaan yang tinggi.

b) Keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan kerja dan

menentukan pelayanan kesehatan kerja yang kuat.

c) Rendahnya kesadaran terhadap faktor-faktor fisik kesehatan kerja.

d) Kondisi pekerjaan yang tidak ergonomi, kerja fisik yang berat dan jam kerja

yang panjang.

e) Pembagian kerja di struktur yang beraneka ragam dan rendahnya

pengawasan manajemen serta pencegahan bahaya-bahaya pekerjaan.

f) Masalah perlindungan lingkungan tidak terpecahkan dengan baik.

g) Kurangnya pemeliharaan kesehatan, jaminan keamanan, sosial (asuransi

kesehatan) dan fasilitas kesejahteraan.

Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi,

diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja (Quality of Working Life),

dengan demikian produktifitas kerja dapat ditingkatkan dan penyakit akibat kerja

dapat diturunkan, proses kerja dan lingkungan kerja yang aman. Interaksi ini

akan berjalan dengan baik bila ketiga komponen tersebut dipersiapkan dengan

baik dan saling menunjang. Misalnya menyesuaikan ukuran peralatan kerja

dengan postur tubuh pekerja dan menilai kelancaran gerakan tubuh pekerja.

Dalam penerapan ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan,

alat kerja dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan

kemampuan dan keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian

antara manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja

dan produktifitas kerja.

Page 9: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Adapun beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja

adalah sebagai berikut :

a. Posisi berdiri

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku,

tinggi pinggul, panjang lengan.

b. Posisi duduk

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang

lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk

lutut dan telapak kaki.

Di samping itu, pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu

mempertimbangkan beberapa aspek (bidang kajian ergonomi), yaitu :

a. Anatomi dan gerak terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :

1. Antropometris dipengaruhi oleh :

a. Jenis kelamin

b. Perbedaan bangsa

c. Sifat/hal-hal yang diturunkan

d. Kebiasaan yang berbeda

2. Biomekanik kerja

Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk/berdiri yang

tidak/kurang melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran peralatan yang

telah diperhitungkan.

a. Fisiologi dibagi menjadi :

1. Fisiologi lingkungan kerja yang berhubungan dengan kenyamanan dan

pengamanan terhadap potential hazards, ruang gerak yang memadai.

2. dan fisiologi kerja

b. Psikologi

Perasaan aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh

pekerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi

kerja) yang tidak menimbulkan stres pada pekerja.

Page 10: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

c. Rekayasa dan teknologi merupakan kiat-kiat untuk mendesain peralatan yang

sesuai dengan ukuran tubuh dan batasan-batasan pergerakan manusia. Dan

juga dapat memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.

d. Penginderaan merupakan kemampuan kelima indera manusia menangkap

isyarat-isyarat yang datang dari luar.

Untuk menerapkan ergonomi maka ada beberapa persyaratan yang harus

dilaksanakan antara lain :

a. Posisi duduk/bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan :

1. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.

2. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.

3. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.

b. Posisi bekerja dengan berdiri :

Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan bobot

badan terbagi rata pada kedua tungkai.

c. Proses bekerja

Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan

pekerjaannya, tetapi akibat postur tubuh yang berbeda, perlu pemecahan

masalah terutama di negara-negara berkembang yang menggunakan peralatan

impor sehingga perlu disesuaikan kembali, misalnya tempat kerja yang harus

dilakukan dengan berdiri sebaiknya ditambahi bangku panjang setinggi 10-25 cm

agar orang dapat bekerja sesuai dengan tinggi meja dan tidak melelahkan.

d. Penampilan tempat kerja

Mungkin akan menjadi baik dan lengkap bila disertai petunjuk-petunjuk berupa

gambar-gambar yang mudah diingat, mudah dilihat setiap saat.

e. Mengangkat beban

Terutama di negara berkembang mengangkat beban adalah pekerjaan yang

lazim dan sering dilakukan tanpa dipikirkan efek negatifnya, antara lain :

kerusakan tulang punggung, kelainan bentuk otot karena pekerjaan tertentu,

Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat

Page 11: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi

kerjanya

Untuk menanggulangi Permasalahan Ergonomi maka dilakukan beberapa sistem

pemecahan masalah antara lain mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi

dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi kemudian menentukan

prioritas masalah; masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu.

Setelah analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif intervensi harus

diusulkan. Pada pengenalan/rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, yang

saling berinteraksi dalam penerapan ergonomi dengan fokus utama pada

sumber daya manusia (human centered design) :

a. Kesehatan mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehingga

didapatkan tenaga kerja yang sehat fisik, rohani dan sosial yang memungkinkan

mereka hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.

b. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.

c. Lingkungan tempat kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi

tubuh dan anggota badan sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien

sehingga dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres

lingkungan.

d. Pembebanan kerja fisik selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat

meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada

otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.

Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

1. Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan

ekstensi, ketegangan dan istirahat.

2. Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai

dengan sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam

jangka lama karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk

berhenti.

Page 12: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

e. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja

dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya

diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan

memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi

berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di

bawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi

siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah men-

datar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan

pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara

90-95 cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.

7. Faktor Fisik

Faktor fisik di laboratorium yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja

meliputi:

1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian

2. Pencahayaan yang kurang di ruang timbang, laboratorium, dapat

menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.

3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

5. Terkena radiasi khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi

pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol

dapat membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan :

1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.

2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.

3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi

4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.

5. Pelindung mata untuk sinar laser

6. Filter untuk mikroskop

Page 13: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

D. Pengendalian Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja Melalui

K3

1. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :

a. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

b. Petugas kesehatan dan non kesehatan

c. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

d. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

e. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.

f. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya

g. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah

2. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative Control) antara

lain: a. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift

b. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk

masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan.

c. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama

untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan dan

melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan

d. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja

dan mengupayakan pencegahannya.

3. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control), antara lain:

a. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja

b. Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, penggunaan alat pelindung.

c. Perbaikan sistem ventilasi, dan lain-

4. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) dengan melakukan

beberapa pemeriksaan terhadap pekerjanya dengan beberapa langkah yaitu :

Pemeriksaan Awal

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja

memulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui

apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan

Page 14: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya yang meliputi pemeriksaan

terhadap:

1) Penyakit yang pernah diderita

2) Alergi

3) Imunisasi yang pernah didapat

4) Pemeriksaan badan

5) Pemeriksaan laboratorium rutin

6) Pemeriksaan tertentu :

a. Pemeriksaan Berkala

Pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu

berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi.

Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antara pemeriksaan berkala.

Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan

khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan

pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam

pekerjaan.

b. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus di luar waktu pemeriksaan

berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat

mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan

pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal

memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan

pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan

preventif.

C. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kemudian, oleh perusahaan melakukan beberapa tindakan untuk mencegah

kecelakaan kerja yang terjadi bagi pekerjanya khususnya di bagian laboratorium

yaitu dengan menerapkan SMK3 yang dimulai dari beberapa tahapan yaitu :

Planning,Organizing , Actuating , Controlling.

Page 15: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Siklus PDCA

1. Planning (Perencanaan)

Berfungsi untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan khususnya keselamatan dan

kesehatan kerja di laboratorium .Dan Organizing (Organisasi) yang Berfungsi

untuk :

a) Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium

b) Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana-an keamanan kerja

laboratorium

c) Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium

d) Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin

laboratorium

e) Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu

laboratorium

2. Do (Pelaksanaan)

Berfungsi untuk mendorong semangat kerja pekerja, mengerahkan aktivitas

pekerja, mengkoordinasikan berbagai aktivitas pekerja menjadi aktivitas yang

kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas pekerja sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Check (Pengawasan dan evaluasi)

Berfungsi untuk mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai

dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.

Page 16: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu:

adanya rencana dan adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang

kepada bawahan.

Dalam pengawasan perlu adanya sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi

segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di laboratorium. Sosialisasi

perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang

bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan.

Dalam laboratorium perlu dibentuk pengawasan laboratorium yang tugasnya

antara lain :

a) Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek laboratorium

yang baik, benar dan aman

b) Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara menghindari

risiko bahaya dalam laboratorium

c) Melakukan penyelidikan/pengusutan segala peristiwa berbahaya atau

kecelakaan.

d) Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja

laboratorium

e) Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan

mencegah meluasnya bahaya tersebut.

4. Action (Peninjauan ulang dan peningkatan)

Setelah evaluasi, dilakukan proses perbaikan dan peningkatan kualitas

pekerjaan agar memnimalisir bahaya akibat kerja. Salah satu cara dengan

Kaizen. KAIZEN adalah aktifitas sehari-hari yang bertujuan untuk melampaui

peningkatan produktifitas yang sederhana. Juga merupakan sebuah proses,

yang bila dilakukan dengan benar, akan “memanusiawikan” tempat kerja,

mengurangi beban kerja yang berlebihan (“muri”), dan mengajarkan orang untuk

melakukan percobaan dalam pekerjaannya dengan menggunakan metode-

metode ilmiah dan bagaimana belajar mengenali serta mengurangi pemborosan

dalam proses kerjanya.

Page 17: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Peninjauan ulang secara teratur dan peningkatan pelaksanaan Sistem

Manajemen K3 secara berkesinambungan adalah wajib dilaksanakan. Hal ini

dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan

kerja.

Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh SMK3. Dengan

melaksanakan audit K3, manajemen dapat memeriksa sejauh mana organisasi

telah melaksanakan komitmen yang telah disepakati bersama, mendeteksi

berbagai kelemahan yang masih ada, yang mungkin terletak pada perumusan

komitmen dan kebijakan K3, atau pada pengorganisasian, atau pada

perencanaan dan pelaksanaannya.

Page 18: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

HIRADC ( Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control )

Dalam melakukan penerapan SMK3 di suatu lingkungan. Hal yang pertama kali

yang di lakukan adalah melakukan Hiradc. Hiradc disini pengertiannya adalah

melakukan penilaian dan identifikasi terhadap bahaya yang timbul serta

menentukan control pengendaliaannya untuk meminimalkan bahaya yang akan

timbul.

Hiradc dikenal juga dengan istilah Risk Management atau Manajemen Resiko

dimana yang pengertiannya adalah penerapan secara sistimatis kebijakan

manajemen dan aktifitas kegiatan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko

yang mungkin timbul.

 Didalam membuat atau melakukan HIRADC di dalam suatu system, standar yang

mensyaratkan membuat HIRADC adalah :

Quality ISO 9001:2008

5.2 Customer Focus

7.2.1. Determination of requirement related to the product

7.2.2. Review of requirement related to the product

Safety Health OSHAS 18001:2007

4.3.1. Hazard identification Risk Assessment and

Determining

          Risk Control.

ASM Code Amend 2002

1.2.2.2……..establish safeguards against all identified risk

Environment ISO 14001:2004

4.3.1. Environment aspect

Security ISPS Code

8 Ship security assessment

15 Port facility security assessment

                                        

Page 19: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

 Dalam melakukan identifikasi bahaya, pertama-tama harus dapat mengenali

sumber yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja. Sumber-sumber

tersebut dapat berasal dari :

a. Tindakan tidak aman

b. Bahan / material

c. Proses kerja / cara kerja

d. Alat kerja

e. Lingkungan kerja

f. Metode kerja

g. Produk

 

Setelah dapat mengenali sumber-sumber bahaya, beberapa cara untuk

mengidentifikasi bahaya dengan melakukan :

a. Inspeksi

b. Pemantauan / survey

c. Audit

d. Melakukan interview dengan pekerja

e. Melihat data statistic kecelakaan (bila ada).

 

Page 20: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Setelah kita dapat mengenali sumber bahaya, maka langkah selanjutnya dengan

menentukan :

a. Menentukan resiko / evaluasi resiko

 R = Kemungkinan x kosekuensi

   

Tabel dari kemungkinan sbb :

 

Kemungkinan 

Tingkatan Kriteria Penjelasan

E Jarang terjadi/

rare

Kejadian yang terjadi dalam kondisi luar biasa/

kondisi khusus/ extraordinary

Kejadian yang jarang terjadi di industri ini.

D Kecil

Kemungkinan/

unlikely

Kejadian dapat kecil kemungkinan terjadi,

namun dapat terjadi dalam kondisi tertentu

Kejadian terjadi 10 tahunan

C Sedang/

Moderate

Kejadian akan terjadi dalam beberapa

keadaan tertentu

Kejadian terjadi tahunan.

B Mungkin

terjadi/ likely

Kejadian diperkirakan akan dapat terjadi

Kejadian terjadi sekali dalam mingguan/

bulanan

A Hampir pasti/

Almost

Certain

Kejadian akan terjadi, atau sangat mungkin

terjadi dalam semua aktivitas

Kejadian terjadi tiap hari

 

 

 

Page 21: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

            Tabel dari kusekuensi sbb :

 

Konsekuensi

Tingkatan Kriteria Penjelasan

1 Tidak

significant/

insignificant

Tidak ada cedera,

Kerugian properti & proses sebesar < Rp  1jt

2 Ringan/ Minor Memerlukan perawatan P3K,

Kerugian properti & proses antara Rp 1 jt –

Rp 5 jt

3 Sedang/

moderate

Memerlukan perawatan medis

Kerugian properti & proses antara Rp 5 jt –

Rp 20 jt

4 Besar/ major Cedera mengakibatkan cacat/ hilang fungsi

tubuh secara total

Kerugian properti & proses antara Rp 20 jt –

Rp 50 jt

5 Bencana/

Catastropic

Menyebabkan kematian

Kerugian properti & proses sebesar > Rp 50

jt

 

Page 22: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

a. Membuat matrik resiko

 

Matrik Resiko

  Konsekuensi

Kemungkinan   1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

Penilaian resiko

 

Penilaian Resiko 

E Resiko

Ekstrim/

Extreme Risk

Diperlukan tinjauan Top Manajemen segera,

diperlukan pengendalian dengan segera,

penghentian operasional dengan segera.

Emergency Level 3

H Resiko

Tinggi/ High

Risk

Diperlukan tinjauan manajemen HO Manager/

Middle Manager/ Cabang, pengendalian harus

ditetapkan secepatnya,

Emergency Level 2

M Resiko

Sedang/

Moderate

Risk

Diperlukan tinjauan, perbaikan rencana jika

memungkinkan

Emergency Level 1

L Resiko

Rendah/ Low

Risk

Tinjauan dan pengendalian sebagai bagian dari

operasi dan sistem yang terus menerus

 

Page 23: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

KAIZEN dan 5R

1. RINGKAS

Tujuan organisasi adalah memusnahkan barang-barang yang tidak diperlukan

dengan fokus pada barang utama yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan

dalam bekerja dan membuang barang-barang yang tidak diperlukan. Fokus pada

penghapusan inventaris/asset, persediaan yang berlebihan, luas area gudang,

transportasi, upah/ongkos kerja, barang yang dibutuhkan, dan duplikasi

dokumen.

Disiplin: Hanya menghasilkan/menyimpan barang yang diperlukan saja yang

berada di area kerja.

KAIZEN: Selalu berupaya untuk menurunkan jumlah dan jenis barang yang

digunakan maupun yang disimpan.

Sasaran Akhir: Mencapai ”Ø” Pemborosan (”zero” waste).

2. RAPI

Fokus dari kerapihan adalah efisiensi kerja, dengan tujuan utamanya agar lebih

mudah dan cepat dalam menemukan barang pada saat dibutuhkan dan begitu

pula saat mengembalikannya. Hal ini dapat dicapai melalui penempatan pada

tempat tertentu untuk barang tertentu dengan jumlah tertentu, pada saat

dibutuhkan.

Disiplin: Setiap mengambil juga selalu mencatat dan tidak lupa untuk

mengembalikan pada tempatnya.

KAIZEN: Selalu berupaya untuk mempercepat dalam

mengambil/mengembalikan barang dan membuat setiap barang atau tempat

dalam keadaan jelas statusnya.

Sasaran Akhir: Mencapai ”Ø” Penundaan (”zero” delay).

Page 24: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

3. RESIK

Sasaran dari membersihan adalah mengenali penyimpangan sejak dini kemudian

melakukan tindakan improvement. Hal ini dapat dicapai melalui kombinasi antara

pembersihan tempat kerja sekaligus fokus pada identifikasi penyimpangan/kondisi di luar

batas kendali.

Disiplin: Sambil membersihkan turut memeriksa.

KAIZEN: Selalu berupaya untuk mencegah sumber kotor.

Sasaran Akhir: Mencapai ”Ø” Kerusakan (”zero” breakdown).

4. RAWAT (STANDARISASI)

Tujuan standardisasi adalah untuk mengkonsolidasi / menggabungkan 3R di

atas dengan menciptakan prosedur standar. Kegiatan ini dilakukan untuk

menentukan pelaksanaan kerja yang paling baik dan untuk mencari cara untuk

menjamin agar setiap orang melaksanakan kegiatan individunya dengan cara

yang sama “ter”-baiknya.

Disiplin: Selalu bekerja sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.

KAIZEN: Selalu berupaya untuk menciptakan tempat kerja yang lebih

transparan.

Sasaran Akhir: Mencapai ”Ø” Cacat (”zero” defect).

Page 25: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

5. RAJIN (DISIPLIN)

Tujuan dari disiplin adalah memelihara improvement dan membuat improvement

yang lebih baik lagi dengan menggunakan daur CAPD (Check-Act-Plan-Do)

secara efektif. Hal ini dapat dicapai melalui ketaatan penuh pada improvement

yang sekarang ada dan pengembangan kondisi lingkungan untuk improvement

mendatang.

Disiplin: Selalu melihat keadaan dari sudut pandang “ada masalah” berarti untuk

di-improve lagi.

KAIZEN: Selalu berupaya untuk menjadi yang lebih baik lagi.

Sasaran Akhir: Menjadi Pemimpin ("We are the Leader")

Manfaat dari 5R

Manfaat atau dampak besar dari penerapan 5R kepada organisasi diantaranya

adalah :

• Tempat kerja menjadi lebih luas;

• Peralatan multi fungsi, satu untuk semua;

• Penentuan lokasi dari barang-barang yang dibutuhkan;

• Tempat kerja lebih bersih dan lingkungan kerja lebih cerah;

• Pemantapan karyawan melalui tanggung jawab/rasa memiliki;

• Keterbukaan komunikasi.

Page 26: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

Dalam 5R ada 3 tahapan:

(1) 5R yang aktif (persiapan)

(2) Pembudayaan 5R (5R yg efektif)

(3) 5R pencegahan (penerapan 5R tingkat lanjut)

Urutan dari 5R sendiri adalah: (1) Ringkas (2) Rapi (3) Resik (4) Rawat (5) Rajin.

Dalam tahap I:

(1) Ringkas:

- membuang barang yang tidak diperlukan. Disini brg dikelp mjd 4 (barang rusak/

dibuang, stok mati/dibuang,stok tidur/dipindahkan ke tempat penyimpanan lain &

bahan sisa)

(2) Rapi:

- membenahi tempat penyimpanan

- mengatur tata letak peralatan kerja

(3) Resik:

- Mengatur prosedur kebersihan harian, termasuk penanggung jawabnya.

(4) Rawat:

- Mempertahankan dan menindaklanjuti dr ketiga langkah diatas.

- pemeriksaan ke lapangan

(5) Rajin:

- Pengendalian visual tempat kerja

- menerima kritik & saran atas pelaksanaan 3 hal diatas

- pemasangan slogan2

- menuju terciptanya suatu KEBIASAAN yang rajin, yg pada akhirnya akan mjd

BUDAYA

Dalam tahap II:

(1) Ringkas:

- mengendalikan tingkat persediaan barang

(2) Rapi:

- memudahkan penggunaan dan pengembalian barang

Page 27: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

(3) Resik:

- Membudayakan kebersihan & pemeriksaan minimal 5 menit setiap hari

(4) Rawat:

- Mempertahankan tempat kerja yg resik

(5) Rajin:

- Mempertahankan rawat di perusahaan

Dalam tahap III:

(1) Ringkas pencegahan:

- menghindari adanya barang yg tidak diperlukan

(2) Rapi pencegahan:

- menghindari ketidakrapian

(3) Resik pencegahan:

- membersihkan tanpa mengotori lagi

(4) Rawat pencegahan:

- mencegah penurunan kondisi lingkungan

(5) Rajin pencegahan:

- mensistematika pelatihan

Jadi, saya simpulkan disini bahwa tujuan dari masing2 langkah adalah:

(1) Ringkas: biaya/cost

(2) Rapi: proses & delivery

(3) Resik: quality & safety

(4) Rawat: sistem & standar

(5) Rajin: budaya & sikap.

Page 28: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

filosofi nya 5 R. Memang, 3 tahapan yang Rekan Asih sebutkan sejalan dengan

PDCA dan menuju efisiensi. Apalagi konsumen sekarang mengharapkan Quality

up, cost down, ya 5 R inilah menurut saya salah satu approach dasar yang

paling ampuh untuk memperoleh efisiensi.

Dalam pelaksanaan 5 R dikantor dan lapangan, kami menggunakan tahapan

sikap kerja yang:

a) DIPAKSA (Manusia pada dasarnya malas)

b) TERPAKSA (Kendali dengan sistem)

c) BISA ( Proses pembelajaran sampai Tahu)

d) BIASA (Sikap yang termotivasi)

e) BUDAYA (Perilaku yang mengarah pada belief)

Page 29: LK3 [lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja]

KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dan penelusuran data didapat kesimpulan bahwa

penerapan program di lingkungan kerja maupun pendidikan amat dibutuhkan

guna terciptanya lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan sehat. Berdasarkan

Permenaker No.05/Men/1996 tentang diwajibkannya suatu perusahaan yang

mempekerjakan pegawai lebih dari 100 orang atau mengandung potensi bahaya

untuk menerapkan SMK3.

Selain demi terciptanya keamanan dan kenyamanan di tempat kerja, LK3 juga

dilakukan agar lingkungan sekitar tetap terjaga keasriannya.