Literatur Review

5
N o Penulis Judul ta hu n tempat Hasil Kesimpulan 1 M. Arie Wuryanto, SKM, M Kes. (Epid) Surveilans Penyakit Demam berdarah dan permasalahanny a di Kota semarang 20 08 Semaran g Masih dijumpai kasus dbd yang tidak sama antara puskesmas dinas Kesehatan. Pelaksanaan PE dari kasus yang sudah ada hanya 62 % Hambatan yang ditemui : kerjasama lintas sekoral dalam pelaporan DBD masih rendah.Partisipasi masyarakat dalam pelaporan kasus masih rendah, keterbatasan tenaga serta beban tugas tenaga surveilans. 2 Frans Josep Sitepu., Teguh Supriyadi. Evaluasi program pengendalian dan pencegahan DBD di Sumut 2010-2013 20 13 Balaba, Vol 9 no. 01 juni 2013:1- 6 Kerjasama lintas sektoral dan lintas program masih rendah, membutuhkan biaya yang cukup besar untuk menggalang kemitraan antara lintas sektor. 3 Aishath Aroona Abdulla, Fatima Rasheeda,Ib rahim Nishan ahmed, Maimoona AN Evaluations of the surveillance sistem for Dengue Virus infections in Maldives 20 14 WHO South east asia journal of public health jan- Kualitas data yang dikumpulkan acceptable dan dideseminasikan sebagai laporan rutin dan di tampilkan di website. Acceptability dari sistem jelek/poor thd klinisi. Performa dengue surveillance baik. Klinisi memerlukan feedback regular.

description

dengue literature

Transcript of Literatur Review

Page 1: Literatur Review

No Penulis Judul tahun

tempat Hasil Kesimpulan

1 M. Arie Wuryanto, SKM, M Kes. (Epid)

Surveilans Penyakit Demam berdarah dan permasalahannya di Kota semarang

2008

Semarang Masih dijumpai kasus dbd yang tidak sama antara puskesmas dinas Kesehatan.Pelaksanaan PE dari kasus yang sudah ada hanya 62 %Hambatan yang ditemui : kerjasama lintas sekoral dalam pelaporan DBD masih rendah.Partisipasi masyarakat dalam pelaporan kasus masih rendah, keterbatasan tenaga serta beban tugas tenaga surveilans.

2 Frans Josep Sitepu., Teguh Supriyadi.

Evaluasi program pengendalian dan pencegahan DBD di Sumut 2010-2013

2013

Balaba, Vol 9 no. 01 juni 2013:1-6

Kerjasama lintas sektoral dan lintas program masih rendah, membutuhkan biaya yang cukup besar untuk menggalang kemitraan antara lintas sektor.

3 Aishath Aroona Abdulla, Fatima Rasheeda,Ibrahim Nishan ahmed, Maimoona aboobakar

AN Evaluations of the surveillance sistem for Dengue Virus infections in Maldives

2014

WHO South east asia journal of public health jan-march 2014 60-68

Kualitas data yang dikumpulkan acceptable dan dideseminasikan sebagai laporan rutin dan di tampilkan di website. Acceptability dari sistem jelek/poor thd klinisi.

Performa dengue surveillance baik. Klinisi memerlukan feedback regular.

4 Rusdi Pengembangan sistem surv malaria dalam upaya eliminasi malaria di kab Bangka tengah tahun 2013

UNPAD

2013 Adanya hambatan dalam sistem surv mal, berupa komponen struktur yaitu belum adanya regulasi yg menunjang sistem, sistm belum melibatkan partisipasi masyarakat. Komponen mutu belum memperhatikan dimensi mutu (kelengkapan dan ketepatan) Sistem pemetaan faktor resiko belum berjalan

Sistem surv masih memerlukan rencana aksi yang meliputi penguatan legislasi (penerbitan perda) Penguatan kelembagaan dengan membentuk sistem surv terpadu dan jejaring, penguatan jejaring pemetaan . pemenuhan SDM dan pemberdayaan masyarakat.

5 Olaf horstick, Amy C. morrison

Dengue Desease Surv : improving data for dengue control

2014

PLOS neglected Tropical desease vol

Surveilans dengue sulit dilakukan in the past. sering terdapat perbedaan yang besar antara kasus yang dilaporkan dan estimasi. Kualitas data surv yg jelek membuat estimasi kasus jd

Page 2: Literatur Review

8 nop 2014 issue 11

sangat luas

5 Liliana Romero vega, Oscar Pacheco, Fernando de la Hoz-Restrepo, Fredi alexander Diaz Q

Evaluation Dengue Fever Report During an Epidemic colombia

2014

COLOMBIA Rav saude publica 48 (6) : 899-905

Rendahnya kesesuaian antara kasus yang dilaporkan dan kasus yang didapat dari riwayart penyakit, yang berhubungan dengan rendahnya pelaporan dengue pada kasus-kasus dengan gejala yang pertengahan

6 WHO report Dengue : Prevention and Control

2 April 2015

Sixthy-eight World Health Assembly

Jumlah penderita infeksi dengue yang sebenarnya sebagian besar tidak terlaporkan /underreported dan misclassification. Saat ini prevalensi penderita dengue diperkirakan 3900 juta orang di 128 negara yang beresiko terinfeksi virus dengue.

7 Constenia D, Garcia C, Lefcourt N

Assessing the Economics of Dengue: Results from a Systematic Review of the Literature and Expert Survey.

Pharmacoeconomics, 2015 Nov;33(11):1107-35. doi: 10.1007/s40273-015-0294-7.

Dengue annual overall costs (in 2010 values) ranged from US$13.5 million (in Nicaragua) to $56 million (in Malaysia), The studies that were reviewed presented results from 32 dengue-endemic countries,

The current evidence suggests that dengue costs are substantial because of the cost of hospital care and lost earnings. 

8 Stahl HC1, Butenschoen VM, Tran HT, Gozzer E, Skewes R, Mahendradhata Y, Runge-Ranzinger S, Kroeger A, Farlow A.

Cost of dengue outbreaks: literature review and country case studies.

BMC Public Health. 2013 Nov 6;13:1048. doi: 10.1186/1471-2458-13-1048.

The country case studies--conducted in very different geographic and health system settings - unveiled rough estimates for 2011 outbreak costs of: 12 million US$ in Vietnam, 6.75 million US$ in Indonesia, 4.5 million US$ in Peru and 2.8 million US$ in Dominican Republic (all in 2012 US$).

Page 3: Literatur Review

9 Shepard DS1, Undurraga EA, Halasa YA.

Economic and disease burden of dengue in Southeast Asia.

PLoS Negl Trop Dis. 2013;7(2):e2055. doi: 10.1371/journal.pntd.0002055. Epub 2013 Feb 21.

Indonesia was the country with the highest economic burden of dengue in the region, followed by Thailand, representing about 34% and 31% of the total economic burden of dengue, respectively.Indonesia S$323,163 cost percapita $ 1.39 DaLy $ 95,168 per 1000 $

8 Hyo-Soon Yoo, Ok Park et al

Timelines of National Notifiable Desease Surveilance System in Korea

20 09 31 maret

Korea, BMC Public Health, 9 : 93

Proporsi kasus yang dilaporkan secra tepat waktu lebih rendah pada group yang mempunyai batas waktu pelaporan kurang dari 24 jam disbanding <7hr. Keterlambatan waktu timbul dari onset penyakit ke diagnosis

Waktu dari onset penyakit ke penegakan diagnosis memberikan kontribusi pada keterlambatan pelaporan.Dibutuhkan promosi pendidikan kesehatan dan perbaikan protocol /guidelines untuk mengurangi keterlambatan pelaporan.

Page 4: Literatur Review