Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

16
DETEKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI SUB DAS BRANTAS HULU Oleh: Listyo Yudha Irawan, Purwanto, Syamsul Bachri Abstrak: Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kawasan dengan penggunaan lahan yang sangat dinamis. DAS Brantas Hulu merupakan kawasan dengan laju alih fungsi lahan yang tinggi dalam kurun waktu 1997-2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pola penggunaan lahan dan trend perubahannya Tahun 1997-2011. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan. Serta untuk mengkaji kesesuaian arahan pemanfaatan lahan dengan penggunaan lahan tahun 2011. Metode yang digunakan berbasis SIG dengan analisis peta penggunaan lahan pada Tahun 1997, 2006, dan peta penggunaan lahan tentatif/2011, serta melakukan cek lapangan untuk mencocokkan hasil pemetaaan sementara dengan kondisi penggunaaan lahan di lapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan pada Tahun 1997- 2006 seluas 2917,577 Ha. Perubahan penggunaan lahan untuk periode 2006-2011 adalah seluas 816,98 Ha. Beberapa kebijakan arahan pemanfaatan lahan berdasarkan RTRW telah mengalami penyimpangan terutama pada kawasan lindung dan zona reboisasi/penghijauan. Kata Kunci: daerah aliran sungai, perubahan penggunaan lahan, sistem informasi geografis, arahan pemanfaatan lahan A. LATAR BELAKANG Sumberdaya lahan merupakan unsur yang penting untuk diperhatikan bagi kehidupan manusia. Berbagai sektor kehidupan baik pada bidang perekonomian, pertanian, peternakan, perindustrian, permukiman, rekreasi, serta fasilitas umum lainnya manusia selalu membutuhkan sumberdaya lahan. Lahan secara umum dapat diartikan sebagai bagian dari bentang lahan (landscape) yang meliputi lingkungan fisik, diantaranya iklim, topografi, hidrologi, tanah dan keadaan vegetasi alami yang didalamnya terdapat kegiatan manusia pada masa lampau hingga saat ini yang senantiasa memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan diatasnya. Sedangkan pengertian dari penggunaan lahan adalah segala bentuk intervensi atau tekanan manusia

description

deteksi lperubahan lahan yang sering digunakan dan penambahan bahan kimia

Transcript of Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

Page 1: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

DETEKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

DI SUB DAS BRANTAS HULU

Oleh:

Listyo Yudha Irawan, Purwanto, Syamsul Bachri

Abstrak: Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kawasan dengan

penggunaan lahan yang sangat dinamis. DAS Brantas Hulu merupakan

kawasan dengan laju alih fungsi lahan yang tinggi dalam kurun waktu

1997-2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pola

penggunaan lahan dan trend perubahannya Tahun 1997-2011. Mengkaji

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan.

Serta untuk mengkaji kesesuaian arahan pemanfaatan lahan dengan

penggunaan lahan tahun 2011. Metode yang digunakan berbasis SIG

dengan analisis peta penggunaan lahan pada Tahun 1997, 2006, dan peta

penggunaan lahan tentatif/2011, serta melakukan cek lapangan untuk

mencocokkan hasil pemetaaan sementara dengan kondisi penggunaaan

lahan di lapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi

perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan pada Tahun 1997-

2006 seluas 2917,577 Ha. Perubahan penggunaan lahan untuk periode

2006-2011 adalah seluas 816,98 Ha. Beberapa kebijakan arahan

pemanfaatan lahan berdasarkan RTRW telah mengalami penyimpangan

terutama pada kawasan lindung dan zona reboisasi/penghijauan.

Kata Kunci: daerah aliran sungai, perubahan penggunaan lahan, sistem

informasi geografis, arahan pemanfaatan lahan

A. LATAR BELAKANG

Sumberdaya lahan merupakan unsur yang penting untuk diperhatikan bagi

kehidupan manusia. Berbagai sektor kehidupan baik pada bidang perekonomian,

pertanian, peternakan, perindustrian, permukiman, rekreasi, serta fasilitas umum

lainnya manusia selalu membutuhkan sumberdaya lahan. Lahan secara umum dapat

diartikan sebagai bagian dari bentang lahan (landscape) yang meliputi lingkungan fisik,

diantaranya iklim, topografi, hidrologi, tanah dan keadaan vegetasi alami yang

didalamnya terdapat kegiatan manusia pada masa lampau hingga saat ini yang

senantiasa memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan diatasnya. Sedangkan

pengertian dari penggunaan lahan adalah segala bentuk intervensi atau tekanan manusia

Page 2: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

terhadap suatu lahan yang dilakukan secara siklis maupun permanen untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, baik bersifat material maupun spiritual (Arsyad, 2006). Lahan

dengan berbagai sumberdaya yang ada dieksploitasi dan dikelola untuk tujuan-tujuan

tertentu bagi kebutuhan manusia (Sitorus, 1985).

Aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan saat ini semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk

bertambah dengan cepat dari tahun ke tahun, sementara luas lahan yang ada tetap.

Malingreau dalam Senawi, 2006 menjelaskan bahwa peningkatan jumlah penduduk

berakibat pada meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan, sehingga aktivitas

bercocok tanam telah berkembang luas pada lahan hutan di daerah pegunungan.

Perubahan penggunaan lahan nampak dengan bertambahnya bentuk penggunaan lahan

dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya

tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau

berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Martin, 1993 dalam

As-syakur,dkk 2010).

Perubahan penggunaan lahan saat ini semakin bertambah luas pada daerah

aliran sungai (DAS). Sumberdaya lahan pada suatu DAS cenderung mendapatkan

tekanan seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk (Senawi, 2006). Laju

kekritisan lahan di sekitar DAS setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 1984 jumlah

DAS kritis di Indonesia mencapai 22 DAS, kemudian meningkat menjadi 39 DAS pada

tahun 1994, 42 DAS pada tahun 1998 dan pada tahun 2000 mencapai 58 DAS (Sutopo,

dalam Dibyosaputro, 2009).

Sub DAS Brantas Hulu merupakan bagian DAS Brantas yang ada di Kota Batu,

dan sebagian Kabupaten Malang. Kawasan ini merupakan daerah yang memiliki

fisiografi berbukit dan bergunung-gunung, sehingga daerah ini rawan terhadap erosi

dan bahaya longsor. Hasil observasi lapangan pada beberapa titik ditemukan daerah

yang mengalami longsor yaitu di Dusun Junggo Desa Tulungrejo, Desa Bulukerto,

Desa Gunungsari dan Desa Tawangargo. Laju konversi lahan di Sub DAS Brantas Hulu

cukup tinggi terutama pada kawasan hutan dan sawah irigasi. Kondisi ini sesuai dengan

hasil pengamatan lapangan dan analisis SIG yang telah dilakukan bahwa pada kawasan

Sub DAS Brantas Hulu atas khususnya di Desa Sumberbrantas dan Tulungrejo dengan

Page 3: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

konversi hutan menjadi lahan pertanian. Sedangkan pada kawasan bawah konversi

lahan yang besar adalah sawah irigasi yang berubah menjadi pemukiman.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk

mendeteksi laju perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu dengan

menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis. Pemprosesan data spasial yang

ditujukan untuk menganalisis penggunaan lahan pada saat ini banyak dilakukan dengan

aplikasi Sistem Informasi Geografis . Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk

mendeskripsikan perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu rentang

waktu tahun 1997 hingga tahun 2011. Deskripsi yang dimaksudkan adalah jenis, luas,

serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan pada

rentang waktu tahun 1997 hingga tahun 2011 tersebut. Sehingga arahan kebijakan bagi

penggunaan dan pengelolaan lahan pada wilayah tersebut tepat.

B. TUJUAN

Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan diantaranya adalah:

1. Mengkaji pola penggunaan lahan dan trend perubahannya di wilayah Sub DAS

Brantas Hulu antara tahun 1997 hingga tahun 2011.

2. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di

wilayah Sub DAS Brantas Hulu antara tahun 1997 hingga tahun 2011.

3. Mengkaji kesesuaian pola penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu

dengan arahan pemanfaatan lahan dalam RTRW Kota Batu tahun 2003 – 2013.

C. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki kegunaan teoritis dan kegunaan praktis baik untuk

peneliti sendiri, juga masyarakat dan pemerintah, yaitu:

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana untuk mengaplikasikan teori dan

praktikum yang telah diperoleh selama proses perkuliahan Kartografi, Penginderaan

Jauh dan Sistem Informasi Geografi, dikaitkan dengan kondisi yang sebenarnya di

lapangan.

Page 4: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran di sekolah

khususnya pada Standar Kompetensi Memahami Pemanfaatan Citra Pengindraan

Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada kelas XII semester I.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang pola, luas, dan faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap perubahan penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu antara

tahun 1997 hingga tahun 2011.

3. Bagi Pemerintah

Melalui penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi pemerintah dalam

menentukan kebijakan arahan penggunaan lahan di wilayah DAS Brantas Hulu,

sehingga resiko kekritisan lahan dan degradasi lahan dapat diminimalisasi pada

masa yang akan datang.

D. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan berbasis SIG dengan analisis peta penggunaan lahan

pada Tahun 1997, 2006, dan peta penggunaan lahan tentatif/2011, serta melakukan cek

lapangan untuk mencocokkan hasil pemetaaan sementara dengan kondisi penggunaaan

lahan di lapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive

sampling. Pemilihan metode purposive sampling dilakukan pada beberapa titik

pengamatan yang dianggap mewakili kondisi penggunaan lahan di lapangan.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pola Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 1997-2011

Hasil dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa Sub DAS Brantas Hulu

memiliki sepuluh bentuk penggunaan lahan diantaranya adalah tubuh air/air tawar,

gedung/bangunan, hutan, kebun, pemukiman, rumput/tanah kosong, sawah irigasi,

sawah tadah hujan, semak/belukar, tanah ladang/tegalan. Hasil analisis pola

penggunaan lahan selanjutnya dibagi menjadi tiga yaitu: pola penggunaan lahan Tahun

1997, 2006, 2011. Pada Tabel 1 Berikut disajikan bentuk penggunaan lahan Tahun

1997, 2006, dan 2011.

Page 5: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

Tabel 1. Jenis Penggunaan Lahan Tahun 1997, 2006, 2011

Jenis Penggunaan

Lahan

Luas Tahun 1997 Luas Tahun 2006 Luas Tahun 2011

Ha % Ha % Ha %

Tubuh Air 5.382 0.03% 5.382 0.03% 5.382 0.03%

Gedung/Bangunan 15.934 0.09% 58.218 0.34% 65.234 0.38%

Hutan 4859.888 28.02% 4337.681 25.01% 4118.367 23.75%

Kebun 1087.695 6.27% 1157.469 6.67% 1155.494 6.66%

Pemukiman 1541.491 8.89% 2043.509 11.78% 2344.626 13.52%

Rumput/Tanah Kosong 158.879 0.92% 113.6 0.66% 120.232 0.69%

Sawah Irigasi 2454.703 14.15% 2322.017 13.39% 2135.316 12.31%

Sawah Tadah Hujan 86.828 0.50% 166.285 0.96% 166.285 0.96%

Semak/Belukar 2109.056 12.16% 1350.876 7.79% 1401.721 8.08%

Tanah Ladang/Tegalan 5023.533 28.96% 5789.225 33.38% 5831.605 33.62%

Luas Total 17344 100% 17344 100% 17344 100%

Sumber: Peta Penggunaan Lahan Tahun 1997, 2006, dan 2011

2. Trend Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1997-2006

Hasil analisis SIG yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk

trend perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu yaitu yang bersifat

positif, negatif, dan stagnan atau tetap. Trend perubahan penggunaan lahan yang

bersifat positif pada Sub DAS Brantas Hulu pada Tahun 1997-2006 menempati ruang

seluas 1329,272 Ha. Perubahan penggunaan lahan yang bersifat negatif pada Tahun

1997-2006 menempati ruang seluas 1290,009 Ha. Perubahan penggunaan penggunaan

lahan yang bersifat tetap dengan pola tanam baru menempati ruang seluas 1040,483 Ha.

Perubahan lahan untuk pertanian di Sub DAS Brantas Hulu bagian atas sulit

untuk dikendalikan dan dicegah khususnya yang berada pada sisi timur Tahura R.

Suryo. Kondisi ini disebabkan masyarakat merasa memiliki hak untuk merambah

hutan, meskipun hutan tersebut dikelola oleh Negara. Berbeda pada lokasi Tahura

bagian Barat konversi lahan untuk pertanian cederung lebih mudah dikendalikan

khususnya pada bagian Utara. Hal ini disebabkan tempat tersebut telah sejak lama

berkembang menjadi perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN dengan melibatkan

masyarakat yang ada di sekitar lokasi.

Kondisi perubahan penggunaan lahan lain yang cukup besar adalah konversi

lahan pertanian menjadi areal terbangun, baik untuk pemukiman maupun untuk

kawasan terbangun lainnya. Penambahan luas untuk pemukiman yang dapat

diidentifikasi pada Tahun 2006 adalah sebesar 996,826 Ha dari penggunaan lahan

Page 6: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

untuk pemukiman pada Tahun 1997 yang hanya seluas 1045,183 Ha. Pada Tahun 1997

Sub DAS Brantas Hulu khususnya yang ada di Kota Batu memiliki rata-rata kepadatan

penduduk sebesar 3.387 jiwa/km2 dan meningkat menjadi 3.758 jiwa/km2 pada Tahun

2006.

Meninjau kondisi topografi wilayah dan kemiringan lerengnya, seharusnya

pertumbuhan pemukiman perlu dibatasi. Namun kondisi tersebut tidak terjadi pada

lahan-lahan miring yang ada pada Sub DAS Brantas Hulu. Penduduk umumnya

bersikap acuh dengan membangun perumahan pada lahan-lahan tersebut. Akibatnya

degradasi lahan seperti kejadian longsor sering terjadi pada beberapa titik di lokasi

penelitian.

Potensi kejadian longsor dapat menimpa pemukiman penduduk yang terdapat

pada beberapa lokasi diantaranya di Desa Giripurno, Desa Tulungrejo, Desa Bulukerto,

Desa Sumbergondo, dan Desa Sumber Brantas. Kejadian longsor bukan hanya terjadi

pada lahan-lahan yang dialihfungsikan sebagai pemukiman, namun juga terjadi akibat

pelebaran jalan menuju lahan pertanian. Resiko longsor lahan juga akibat perubahan

penggunaan lahan seperti perubahan hutan menjadi ladang/tegalan. Selain resiko

bencana longsor lahan peningkatan erosi tanah yang tinggi juga terjadi. Trend

perubahan penggunaan lahan Tahun 1997-2006 dapat dilihat pada Gambar 1. dan Peta

Trend Perubahan Penggunaan Lahan berikut:

Gambar 1. Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 1997-2006

1

10

100

1000

10000

AT G H K P R SI STH B TL

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

TAHUN 1997-2006

Penggunaan Lahan Th. 1997

Penggunaan Lahan Th. 2006

Lu

as

m2

Bentuk Penggunaan Lahan

Page 7: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

Gambar 2. Peta Trend Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 1997-2006

Page 8: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

3. Trend Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2006-2011

Hasil analisis trend perubahan penggunaan lahan pada periode 2006-2011

pemukiman dan areal terbangun lainnya merupakan jenis penggunaan lahan terluas

yang mengalami peningkatan luas pada periode ini. Bentuk perubahan penggunaan

lahan baru yang dikonversikan untuk jenis penggunaan lahan pemukiman dan

gedung/bangunan antara lain adalah kebun, rumput/tanah kosong, sawah irigasi dan

tanah ladang/tegalan. Konversi terbesar untuk kawasan pemukiman adalah sawah

irigasi dan tanah ladang/tegalan. Pada Tahun 2006-2011 hutan yang berubah menjadi

lahan pertanian berupa tanah ladang/tegalan hanya seluas 0,036 Ha. Bentuk

penggunaan lahan menjadi semak belukar dari hutan merupakan yang kondisi

perubahan yang luas yaitu sebesar 219,278 Ha atau 1,264%. Kondisi ini terjadi pada

areal Tahura R. Suryo Kota Batu.

Hasil temuan lapangan lain yang menunjukkan perubahan penggunaan lahan

secara besar adalah pemukiman yang merupakan hasil konversi dari lahan pertanian

berupa sawah irigasi dan tanah ladang/tegalan. Sawah irigasi yang mengalami konversi

menjadi pemukiman berada pada wilayah Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Batu.

Kedua wilayah tersebut merupakan kawasan dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Berdasarakan data BPS Kota Batu selama Tahun 2005-2009 Kecamatan Junrejo

memiliki rata-rata kepadatan penduduk 1692 jiwa/km2 dan Kecamatan Batu sebesar

1863 jiwa/km2. Sedangkan konversi dari tanah ladang menjadi menjadi pemukiman

terjadi secara besar di Kecamatan Bumiaji. Trend perubahan penggunaan lahan Tahun

2006-2011 dapat dilihat pada Gambar 3. dan Peta Trend Perubahan Penggunaan Lahan

berikut:

Gambar 3. Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 2006-2011

1

10

100

1000

10000

AT G H K P R SI STH B TL

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

TAHUN 2006-2011

Penggunaan Lahan Th. 2006

Penggunaan Lahan Th. 2011

Lu

as

m2

Bentuk Penggunaan Lahan

Page 9: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

Gambar 4. Peta Trend Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 2006-2011

Page 10: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Penggunaan

Lahan

Hasil temuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan

lahan didapatkan melalui proses wawancara pada penduduk yang memiliki lahan pada

lokasi penelitian. Beberapa alasan yang diungkapkan responden penyebab perubahan

penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu sebagai berikut: peningkatan pendapatan

penduduk akibat meningkatnya kebutuhan hidup sehingga harus memperluas dan

mengalihfungsikan lahan, kemudahan pengelolaan dan perawatan tanaman,

penyalahgunaan Hak Penggelolaan Hutan (HPH) oleh masyarakat, pembangunan

kawasan pemukiman. Untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perubahan penggunaan lahan dapat diuraikan dalam tabulasi data informasi

kepemilikan, luas, bentuk penggunaan lahan.

Indikasi banyaknya alih fungsi lahan merupakan akibat tingginya tekanan

penduduk terhadap lahan khususnya pada penduduk yang bekerja pada sektor

agraris.Pada umumnya penduduk berpendapat bahwa produktivitas lahan akan

meningkat apabila suatu lahan dikoversi/dialihfungsikan untuk penggunaan lahan yang

lainnya atau dengan menambah luas lahan pertanian yang sebelumnya telah mereka

usahakan. Keadaan demikian menyebabkan semakin cepatnya kerusakan lahan yang

berakibat terjadinya penurunan produktivitas lahan tanpa terkendali. Berdasarkan data

BP DAS Tahun 2008 Kecamatan Bumiaji merupakan daerah dengan tingkat

ketergantungan pendapatan penduduk terhadap lahan pertanian sebesar 1,78%.

Sementara Kecamatan Batu sebesar 1,01%, dan Kecamatan Junrejo sebesar 1,06%.

Alasan peningkatan pendapatan dan kemudahan dalam pengelolaan dan

perawatan tanaman ini merupakan faktor terbesar kedua pada lokasi penelitian

ditemukan di Dusun Kekep Desa Tulungrejo. Faktor berikutnya adalah penyalahgunaan

Hak Penggelolaan Hutan (HPH) dari Perhutani kepada masyarakat di sekitar hutan.

Penyalahgunaan HPH yang dilakukan masyarakat sekitar hutan seperti perubahan lahan

yang seharusnya difungsikan sebagai zone penghijauan/reboisasi saat ini berkembang

menjadi lahan pertanian sayuran. Kondisi ini diketemukan pada warga yang bermukim

di sekitar hutan milik Perhutani di Desa Bulukerto, serta Dusun Wonokoyo Desa

Tawangargo Kecamatan Karangploso. Hasil temuan menunjukkan pembangunan

pemukiman merupakan faktor terendah pada perubahan penggunaan lahan.

Page 11: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

5. Analisis Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahan dan Penggunaan

Lahan Eksisting

Arahan pemanfaatan lahan di Sub DAS Brantas Hulu dibuat dengan

mempertimbangkan arahan pemanfaatan lahan dalam RTRW dan kondisi penggunaan

lahan eksisting. Arahan pemanfaatan lahan dimaksudkan untuk mewujudkan

pengelolaan lahan yang sesuai pada Sub DAS Brantas Hulu. Sesuai dengan RTRW

Kota Batu di Sub DAS Brantas Hulu terdapat empat zone/kawasan diantaranya,

kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan penyangga, zona reboisasi/penghijauan.

Memperhatikan arahan pemanfaatan lahan serta penggunaan lahan eksisting, maka

arahan pemanfaatan lahan yang sesuai dapat dibedakan menjadi kawasan lindung,

kawasan budidaya, kawasan penyangga, dan zona reboisasi/penghijauan.

Kawasan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan peresapan air,

kawasan sempadan sungai dan kawasan rawan bencana. Fungsi dari kawasan lindung

diantaranya adalah penyimpan cadangan air, penstabil debit air, pelindung daerah

bawahnya dari kerusakan akibat gejala alam seperti longsor dan banjir, penyedia

oksigen, serta penjaga spesies hewan maupun tumbuhan dari kepunahan (Tarigan,

2005). Kawasan Budidaya merupakan kawasan tempat manusia dapat melakukan

kegiatan pemanfaatan lahan baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat

beraktivitas lainnya untuk mendapatkan kemakmuran (Tarigan, 2005). Kawasan terluas

pada lokasi penelitian adalah kawasan penyangga. Saat ini kondisi fisik kawasan ini

masih mampu untuk difungsikan sebagai kawasan budidaya ataupun kawasan yang

lain.

Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan Sub DAS Brantas memiliki

kawasan budidaya seluas 2111,745 Ha atau 12,18%. Kawasan lindung menempati

ruang seluas 2601,917 Ha atau 15,823%. Pemanfaatan lahan untuk kawasan penyangga

mencapai 9566,387 Ha atau 55,23% dari keseluruhan lahan yang ada. Zona

reboisasi/penghijauan menempati urutan kedua terluas dari arahan pemanfaatan lahan

di Sub DAS Brantas Hulu setelah kawasan penyangga. Kawasan ini memiliki luas

3092,901 Ha atau sebesar 16,77% dari keselurahan area Sub DAS Brantas Hulu. Hasil

Analisis Sistem Informasi Geografis untuk Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahan dan

Penggunaan Lahan 2011 menunjukkan bahwa ada tiga bentuk kesesuaian pemanfaatan

lahan yaitu: sesuai, sesuai bersyarat, dan tidak sesuai.

Page 12: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

Kawasan lindung pada lokasi penelitian saat ini telah banyak mengalami

perubahan, sehingga banyak tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan yang telah

ditetapkan. Alih fungsi yang terjadi pada kawasan ini merupakan akibat pembukaan

ladang/tegalan, pembangunan pemukiman, pendirian gedung/bangunan di sekitar hutan,

serta perluasan areal perkebunan. Kondisi tersebut merupakan penyebab terjadinya

berbagai degradasi lahan seperti laju erosi yang besar, serta bencana longsor lahan.

Pada kawasan budidaya yang diarahkan dan diatur berbagai bentuk penggunaan

lahan masih mampu untuk dimanfaatkan secara optimal. Usaha pertanian yang

dilakukan di lokasi penelitian meliputi budidaya tanaman tanaman tahunan seperti

tanaman perkebunan, tanaman musiman pada tanah ladang/tegalan, serta padi dan

palawija pada sawah irigasi. Bentuk penggunaan lahan yang dominan pada kawasan ini

adalah pertanian dan pemukiman.

Kawasan terluas pada lokasi penelitian adalah kawasan penyangga. Saat ini

kondisi fisik kawasan ini masih mampu untuk difungsikan sebagai kawasan budidaya

ataupun kawasan yang lain. Keseluruhan dari kawasan ini masih sesuai dengan fungsi

kawasan yang ditetapkan. Namun apabila kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan

budidaya pengawasan yang ketat terhadap penggunaan lahan mutlak harus dilakukan.

Zona reboisasi/penghijauan merupakan kawasan dengan kondisi perubahan

penggunaan lahan yang terbesar. Kondisi ini pada umumnya diakibatkan oleh perluasan

penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian. Bertambahnya kebutuhan hidup manusia

mendorong perluasan lahan garapan pada zona ini semakin intensif, sehingga

menimbulkan lahan-lahan kritis. Lahan-lahan kritis tersebut terutama terdapat pada

daerah-daerah yang memiliki kondisi lereng curam.

Tabel 2. Kesesuian Arahan Pemanfaatan Lahan Sub DAS Brantas Hulu dengan Penggunaan

Lahan Tahun 2011

Arahan Pemanfaatan

Lahan

Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahan dengan

Penggunaan Lahan Eksisting

Sesuai Sesuai Bersyarat Tidak Sesuai

Area

(Ha)

Area

(%)

Area

(Ha)

Area

(%)

Area

(Ha)

Area

(%)

Kawasan Budidaya 1380,908 7,962% 730,837 4,214% - -

Kawasan Lindung 2586,149 14,919% - - 15,768 0,904%

Kawasan Penyangga 9566,387 55,228% - - - -

Zona

Reboisasi/Penghijauan 842,999 4,863% - - 2063,134 11,902%

Luas 14376,443 82,972% 730,837 4,214% 2078,902 12,806%

Sumber: Peta Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahn dengan Penggunaan Lahan Eksisting

Page 13: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

Gambar 5. Peta Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahan dengan Penggunaan Lahan Tahun 2011

Page 14: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

F. KESIMPULAN

1. Sub DAS Brantas Hulu memiliki luas 17344 Ha, telah mengalami perubahan

penggunaan lahan yang cukup besar pada khususnya penambahan luas lahan

pertanian dari hutan Tahun 1997-2006 dan konversi lahan pertanian menjadi

areal terbangun untuk pemukiman dan kawasan terbangun lainnya pada

Tahun 2006-2011. Perubahan penggunaan lahan terbesar pada Tahun 1997-

2006 seluas 2917,577 Ha atau 16,82% dan 2006-2011 seluas 815,980 Ha

atau 4,7%.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di

Sub DAS Brantas Hulu diantaranya. Faktor ekonomi untuk meningkatkan

pendapatan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian, khususnya untuk

ladang/tegalan. Kemudahan dalam perawatan lahan adalah faktor berikutnya.

Penyalahgunaan Hak Penggelolaan Hutan (HPH) oleh masyarakat sekitar

hutan. Faktor terakhir adalah bertambah luasnya kawasan pemukiman

penduduk.

3. Kesesuaian arahan pemanfaatan lahan dan penggunaan lahan 2011 di Sub

DAS Brantas Hulu sebesar 14376,443 Ha atau 82,89% sesuai, 730,837 Ha

atau 4,21% sesuai bersyarat, dan 2078,902 Ha atau 11,98% tidak sesuai atau

telah mengalami penyimpangan dari fungsi kawasan yang telah ditentukan.

G. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sinatala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian

Bogor Press.

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

As-Syakur, dkk. 2010. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Badung.

Jurnal Bumi Lestari, (Online), Vol. 10, No. 2. pp. 200-208,

(http://www.mbojo.wordpress.com/2010/08/19/perubahan-penggunaan-

lahan-di-das-badung/ diakses 18 November 2010).

Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2010. Kota Batu dalam Angka 2010. Batu: BPS

Kota Batu.

BAPPEDA Kabupaten Malang. 2003. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu

Tahun 2003-2013. Batu: BAPPEDA Kota Batu.

Page 15: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

BP DAS Brantas. 2009. Monitoring Tata Air SPAS Tahun 2008 Sub DAS

Brantas Hulu. Surabaya: BP DAS Brantas.

BP DAS Brantas. 2008. Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan

Konservasi Tanah (RTL-RLKT). Surabaya: BP DAS Brantas.

Budiyanto, Eko. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan ArcView GIS.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Budiyanto, Eko. 2009. Sistem Infomasi Geografis Untuk Analisis Perubahan

Penggunaan Lahan, (Online) (http://elqy-allaboutgeography.blogspot.com

/2009/04/sistem-informasi-geografis-untuk.html diakses 9 Februari 2011).

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Noordwijk, dkk. 2004. Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan Fungsi

Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Jurnal Agrivita, (Online), Vol. 26

No.1 (http://www.worldagroforestrycentre.org/Sea/Publications/files/

journal/JA0015-04.pdf, diakses 15 November 2010).

Pawitan. 2010. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap

Hidrologi Daerah Aliran Sungai. ([email protected]).

Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis: Tools and Plug-Ins. Bandung:

Penerbit Informatika.

Prahasta, Eddy. 2009. Tutorial ArcView. Bandung: Penerbit Informatika.

Purwantoro, Suhadi dan B. Saiful Hadi. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di

Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Tahun 1987-1996 Berdasarkan

Foto Udara.

Sartohadi, Junun dan Wirastuti Widyatmanti. Kajian Penataan Lingkungan DAS

Serang Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

([email protected])

Senawi. September 2006. Analisis Kemampuan dan Daya Dukung Lahan untuk

Penatagunaan Lahan Sub DAS Dengkeng DAS Bengawan Solo. Majalah

Geografi Indonesia Vol.20 No.2: 137 - 151.

Sitorus. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan, Bandung: Tarsito.

Suryantoro, Agus. 2009. Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis.

Yogyakarta: LP2IP.

Tarigan, Robinson. 2005.Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Page 16: Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan

Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penetian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruangan. (Online),

(http://www.penataanruang.net/taru/upload/running_text/UU_No26_2007

_Tentang_Penataan_Ruang.pdf diakses 15 November 2010).

Yuwono, Doddy M. dan Suprajaka. 2009. Analisis Perubahan Kawasan Hutan

kabupaten Blora dengan Pendekatan Kajian Spasio-Temporal. (Online),

(http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/assets/News/Artikel-

pdf/Analisis%20%Perubahan%20Hutan%20Kabupaten%20Blora%20.pdf

diakses 18 November 2010).