Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan
-
Upload
sefrillasyah -
Category
Documents
-
view
47 -
download
14
description
Transcript of Listyo Yudha i - Jurnal Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan
DETEKSI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
DI SUB DAS BRANTAS HULU
Oleh:
Listyo Yudha Irawan, Purwanto, Syamsul Bachri
Abstrak: Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kawasan dengan
penggunaan lahan yang sangat dinamis. DAS Brantas Hulu merupakan
kawasan dengan laju alih fungsi lahan yang tinggi dalam kurun waktu
1997-2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pola
penggunaan lahan dan trend perubahannya Tahun 1997-2011. Mengkaji
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan.
Serta untuk mengkaji kesesuaian arahan pemanfaatan lahan dengan
penggunaan lahan tahun 2011. Metode yang digunakan berbasis SIG
dengan analisis peta penggunaan lahan pada Tahun 1997, 2006, dan peta
penggunaan lahan tentatif/2011, serta melakukan cek lapangan untuk
mencocokkan hasil pemetaaan sementara dengan kondisi penggunaaan
lahan di lapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi
perubahan penggunaan lahan yang cukup signifikan pada Tahun 1997-
2006 seluas 2917,577 Ha. Perubahan penggunaan lahan untuk periode
2006-2011 adalah seluas 816,98 Ha. Beberapa kebijakan arahan
pemanfaatan lahan berdasarkan RTRW telah mengalami penyimpangan
terutama pada kawasan lindung dan zona reboisasi/penghijauan.
Kata Kunci: daerah aliran sungai, perubahan penggunaan lahan, sistem
informasi geografis, arahan pemanfaatan lahan
A. LATAR BELAKANG
Sumberdaya lahan merupakan unsur yang penting untuk diperhatikan bagi
kehidupan manusia. Berbagai sektor kehidupan baik pada bidang perekonomian,
pertanian, peternakan, perindustrian, permukiman, rekreasi, serta fasilitas umum
lainnya manusia selalu membutuhkan sumberdaya lahan. Lahan secara umum dapat
diartikan sebagai bagian dari bentang lahan (landscape) yang meliputi lingkungan fisik,
diantaranya iklim, topografi, hidrologi, tanah dan keadaan vegetasi alami yang
didalamnya terdapat kegiatan manusia pada masa lampau hingga saat ini yang
senantiasa memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan diatasnya. Sedangkan
pengertian dari penggunaan lahan adalah segala bentuk intervensi atau tekanan manusia
terhadap suatu lahan yang dilakukan secara siklis maupun permanen untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik bersifat material maupun spiritual (Arsyad, 2006). Lahan
dengan berbagai sumberdaya yang ada dieksploitasi dan dikelola untuk tujuan-tujuan
tertentu bagi kebutuhan manusia (Sitorus, 1985).
Aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan saat ini semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk
bertambah dengan cepat dari tahun ke tahun, sementara luas lahan yang ada tetap.
Malingreau dalam Senawi, 2006 menjelaskan bahwa peningkatan jumlah penduduk
berakibat pada meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan, sehingga aktivitas
bercocok tanam telah berkembang luas pada lahan hutan di daerah pegunungan.
Perubahan penggunaan lahan nampak dengan bertambahnya bentuk penggunaan lahan
dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya
tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya, atau
berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Martin, 1993 dalam
As-syakur,dkk 2010).
Perubahan penggunaan lahan saat ini semakin bertambah luas pada daerah
aliran sungai (DAS). Sumberdaya lahan pada suatu DAS cenderung mendapatkan
tekanan seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk (Senawi, 2006). Laju
kekritisan lahan di sekitar DAS setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 1984 jumlah
DAS kritis di Indonesia mencapai 22 DAS, kemudian meningkat menjadi 39 DAS pada
tahun 1994, 42 DAS pada tahun 1998 dan pada tahun 2000 mencapai 58 DAS (Sutopo,
dalam Dibyosaputro, 2009).
Sub DAS Brantas Hulu merupakan bagian DAS Brantas yang ada di Kota Batu,
dan sebagian Kabupaten Malang. Kawasan ini merupakan daerah yang memiliki
fisiografi berbukit dan bergunung-gunung, sehingga daerah ini rawan terhadap erosi
dan bahaya longsor. Hasil observasi lapangan pada beberapa titik ditemukan daerah
yang mengalami longsor yaitu di Dusun Junggo Desa Tulungrejo, Desa Bulukerto,
Desa Gunungsari dan Desa Tawangargo. Laju konversi lahan di Sub DAS Brantas Hulu
cukup tinggi terutama pada kawasan hutan dan sawah irigasi. Kondisi ini sesuai dengan
hasil pengamatan lapangan dan analisis SIG yang telah dilakukan bahwa pada kawasan
Sub DAS Brantas Hulu atas khususnya di Desa Sumberbrantas dan Tulungrejo dengan
konversi hutan menjadi lahan pertanian. Sedangkan pada kawasan bawah konversi
lahan yang besar adalah sawah irigasi yang berubah menjadi pemukiman.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk
mendeteksi laju perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu dengan
menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis. Pemprosesan data spasial yang
ditujukan untuk menganalisis penggunaan lahan pada saat ini banyak dilakukan dengan
aplikasi Sistem Informasi Geografis . Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk
mendeskripsikan perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu rentang
waktu tahun 1997 hingga tahun 2011. Deskripsi yang dimaksudkan adalah jenis, luas,
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan pada
rentang waktu tahun 1997 hingga tahun 2011 tersebut. Sehingga arahan kebijakan bagi
penggunaan dan pengelolaan lahan pada wilayah tersebut tepat.
B. TUJUAN
Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan diantaranya adalah:
1. Mengkaji pola penggunaan lahan dan trend perubahannya di wilayah Sub DAS
Brantas Hulu antara tahun 1997 hingga tahun 2011.
2. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di
wilayah Sub DAS Brantas Hulu antara tahun 1997 hingga tahun 2011.
3. Mengkaji kesesuaian pola penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu
dengan arahan pemanfaatan lahan dalam RTRW Kota Batu tahun 2003 – 2013.
C. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kegunaan teoritis dan kegunaan praktis baik untuk
peneliti sendiri, juga masyarakat dan pemerintah, yaitu:
1. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sarana untuk mengaplikasikan teori dan
praktikum yang telah diperoleh selama proses perkuliahan Kartografi, Penginderaan
Jauh dan Sistem Informasi Geografi, dikaitkan dengan kondisi yang sebenarnya di
lapangan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran di sekolah
khususnya pada Standar Kompetensi Memahami Pemanfaatan Citra Pengindraan
Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) pada kelas XII semester I.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang pola, luas, dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perubahan penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Brantas Hulu antara
tahun 1997 hingga tahun 2011.
3. Bagi Pemerintah
Melalui penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi pemerintah dalam
menentukan kebijakan arahan penggunaan lahan di wilayah DAS Brantas Hulu,
sehingga resiko kekritisan lahan dan degradasi lahan dapat diminimalisasi pada
masa yang akan datang.
D. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan berbasis SIG dengan analisis peta penggunaan lahan
pada Tahun 1997, 2006, dan peta penggunaan lahan tentatif/2011, serta melakukan cek
lapangan untuk mencocokkan hasil pemetaaan sementara dengan kondisi penggunaaan
lahan di lapangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling. Pemilihan metode purposive sampling dilakukan pada beberapa titik
pengamatan yang dianggap mewakili kondisi penggunaan lahan di lapangan.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pola Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 1997-2011
Hasil dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa Sub DAS Brantas Hulu
memiliki sepuluh bentuk penggunaan lahan diantaranya adalah tubuh air/air tawar,
gedung/bangunan, hutan, kebun, pemukiman, rumput/tanah kosong, sawah irigasi,
sawah tadah hujan, semak/belukar, tanah ladang/tegalan. Hasil analisis pola
penggunaan lahan selanjutnya dibagi menjadi tiga yaitu: pola penggunaan lahan Tahun
1997, 2006, 2011. Pada Tabel 1 Berikut disajikan bentuk penggunaan lahan Tahun
1997, 2006, dan 2011.
Tabel 1. Jenis Penggunaan Lahan Tahun 1997, 2006, 2011
Jenis Penggunaan
Lahan
Luas Tahun 1997 Luas Tahun 2006 Luas Tahun 2011
Ha % Ha % Ha %
Tubuh Air 5.382 0.03% 5.382 0.03% 5.382 0.03%
Gedung/Bangunan 15.934 0.09% 58.218 0.34% 65.234 0.38%
Hutan 4859.888 28.02% 4337.681 25.01% 4118.367 23.75%
Kebun 1087.695 6.27% 1157.469 6.67% 1155.494 6.66%
Pemukiman 1541.491 8.89% 2043.509 11.78% 2344.626 13.52%
Rumput/Tanah Kosong 158.879 0.92% 113.6 0.66% 120.232 0.69%
Sawah Irigasi 2454.703 14.15% 2322.017 13.39% 2135.316 12.31%
Sawah Tadah Hujan 86.828 0.50% 166.285 0.96% 166.285 0.96%
Semak/Belukar 2109.056 12.16% 1350.876 7.79% 1401.721 8.08%
Tanah Ladang/Tegalan 5023.533 28.96% 5789.225 33.38% 5831.605 33.62%
Luas Total 17344 100% 17344 100% 17344 100%
Sumber: Peta Penggunaan Lahan Tahun 1997, 2006, dan 2011
2. Trend Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1997-2006
Hasil analisis SIG yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk
trend perubahan penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu yaitu yang bersifat
positif, negatif, dan stagnan atau tetap. Trend perubahan penggunaan lahan yang
bersifat positif pada Sub DAS Brantas Hulu pada Tahun 1997-2006 menempati ruang
seluas 1329,272 Ha. Perubahan penggunaan lahan yang bersifat negatif pada Tahun
1997-2006 menempati ruang seluas 1290,009 Ha. Perubahan penggunaan penggunaan
lahan yang bersifat tetap dengan pola tanam baru menempati ruang seluas 1040,483 Ha.
Perubahan lahan untuk pertanian di Sub DAS Brantas Hulu bagian atas sulit
untuk dikendalikan dan dicegah khususnya yang berada pada sisi timur Tahura R.
Suryo. Kondisi ini disebabkan masyarakat merasa memiliki hak untuk merambah
hutan, meskipun hutan tersebut dikelola oleh Negara. Berbeda pada lokasi Tahura
bagian Barat konversi lahan untuk pertanian cederung lebih mudah dikendalikan
khususnya pada bagian Utara. Hal ini disebabkan tempat tersebut telah sejak lama
berkembang menjadi perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN dengan melibatkan
masyarakat yang ada di sekitar lokasi.
Kondisi perubahan penggunaan lahan lain yang cukup besar adalah konversi
lahan pertanian menjadi areal terbangun, baik untuk pemukiman maupun untuk
kawasan terbangun lainnya. Penambahan luas untuk pemukiman yang dapat
diidentifikasi pada Tahun 2006 adalah sebesar 996,826 Ha dari penggunaan lahan
untuk pemukiman pada Tahun 1997 yang hanya seluas 1045,183 Ha. Pada Tahun 1997
Sub DAS Brantas Hulu khususnya yang ada di Kota Batu memiliki rata-rata kepadatan
penduduk sebesar 3.387 jiwa/km2 dan meningkat menjadi 3.758 jiwa/km2 pada Tahun
2006.
Meninjau kondisi topografi wilayah dan kemiringan lerengnya, seharusnya
pertumbuhan pemukiman perlu dibatasi. Namun kondisi tersebut tidak terjadi pada
lahan-lahan miring yang ada pada Sub DAS Brantas Hulu. Penduduk umumnya
bersikap acuh dengan membangun perumahan pada lahan-lahan tersebut. Akibatnya
degradasi lahan seperti kejadian longsor sering terjadi pada beberapa titik di lokasi
penelitian.
Potensi kejadian longsor dapat menimpa pemukiman penduduk yang terdapat
pada beberapa lokasi diantaranya di Desa Giripurno, Desa Tulungrejo, Desa Bulukerto,
Desa Sumbergondo, dan Desa Sumber Brantas. Kejadian longsor bukan hanya terjadi
pada lahan-lahan yang dialihfungsikan sebagai pemukiman, namun juga terjadi akibat
pelebaran jalan menuju lahan pertanian. Resiko longsor lahan juga akibat perubahan
penggunaan lahan seperti perubahan hutan menjadi ladang/tegalan. Selain resiko
bencana longsor lahan peningkatan erosi tanah yang tinggi juga terjadi. Trend
perubahan penggunaan lahan Tahun 1997-2006 dapat dilihat pada Gambar 1. dan Peta
Trend Perubahan Penggunaan Lahan berikut:
Gambar 1. Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 1997-2006
1
10
100
1000
10000
AT G H K P R SI STH B TL
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
TAHUN 1997-2006
Penggunaan Lahan Th. 1997
Penggunaan Lahan Th. 2006
Lu
as
m2
Bentuk Penggunaan Lahan
Gambar 2. Peta Trend Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 1997-2006
3. Trend Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2006-2011
Hasil analisis trend perubahan penggunaan lahan pada periode 2006-2011
pemukiman dan areal terbangun lainnya merupakan jenis penggunaan lahan terluas
yang mengalami peningkatan luas pada periode ini. Bentuk perubahan penggunaan
lahan baru yang dikonversikan untuk jenis penggunaan lahan pemukiman dan
gedung/bangunan antara lain adalah kebun, rumput/tanah kosong, sawah irigasi dan
tanah ladang/tegalan. Konversi terbesar untuk kawasan pemukiman adalah sawah
irigasi dan tanah ladang/tegalan. Pada Tahun 2006-2011 hutan yang berubah menjadi
lahan pertanian berupa tanah ladang/tegalan hanya seluas 0,036 Ha. Bentuk
penggunaan lahan menjadi semak belukar dari hutan merupakan yang kondisi
perubahan yang luas yaitu sebesar 219,278 Ha atau 1,264%. Kondisi ini terjadi pada
areal Tahura R. Suryo Kota Batu.
Hasil temuan lapangan lain yang menunjukkan perubahan penggunaan lahan
secara besar adalah pemukiman yang merupakan hasil konversi dari lahan pertanian
berupa sawah irigasi dan tanah ladang/tegalan. Sawah irigasi yang mengalami konversi
menjadi pemukiman berada pada wilayah Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Batu.
Kedua wilayah tersebut merupakan kawasan dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
Berdasarakan data BPS Kota Batu selama Tahun 2005-2009 Kecamatan Junrejo
memiliki rata-rata kepadatan penduduk 1692 jiwa/km2 dan Kecamatan Batu sebesar
1863 jiwa/km2. Sedangkan konversi dari tanah ladang menjadi menjadi pemukiman
terjadi secara besar di Kecamatan Bumiaji. Trend perubahan penggunaan lahan Tahun
2006-2011 dapat dilihat pada Gambar 3. dan Peta Trend Perubahan Penggunaan Lahan
berikut:
Gambar 3. Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 2006-2011
1
10
100
1000
10000
AT G H K P R SI STH B TL
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
TAHUN 2006-2011
Penggunaan Lahan Th. 2006
Penggunaan Lahan Th. 2011
Lu
as
m2
Bentuk Penggunaan Lahan
Gambar 4. Peta Trend Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Brantas Hulu Tahun 2006-2011
4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Penggunaan
Lahan
Hasil temuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan
lahan didapatkan melalui proses wawancara pada penduduk yang memiliki lahan pada
lokasi penelitian. Beberapa alasan yang diungkapkan responden penyebab perubahan
penggunaan lahan di Sub DAS Brantas Hulu sebagai berikut: peningkatan pendapatan
penduduk akibat meningkatnya kebutuhan hidup sehingga harus memperluas dan
mengalihfungsikan lahan, kemudahan pengelolaan dan perawatan tanaman,
penyalahgunaan Hak Penggelolaan Hutan (HPH) oleh masyarakat, pembangunan
kawasan pemukiman. Untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perubahan penggunaan lahan dapat diuraikan dalam tabulasi data informasi
kepemilikan, luas, bentuk penggunaan lahan.
Indikasi banyaknya alih fungsi lahan merupakan akibat tingginya tekanan
penduduk terhadap lahan khususnya pada penduduk yang bekerja pada sektor
agraris.Pada umumnya penduduk berpendapat bahwa produktivitas lahan akan
meningkat apabila suatu lahan dikoversi/dialihfungsikan untuk penggunaan lahan yang
lainnya atau dengan menambah luas lahan pertanian yang sebelumnya telah mereka
usahakan. Keadaan demikian menyebabkan semakin cepatnya kerusakan lahan yang
berakibat terjadinya penurunan produktivitas lahan tanpa terkendali. Berdasarkan data
BP DAS Tahun 2008 Kecamatan Bumiaji merupakan daerah dengan tingkat
ketergantungan pendapatan penduduk terhadap lahan pertanian sebesar 1,78%.
Sementara Kecamatan Batu sebesar 1,01%, dan Kecamatan Junrejo sebesar 1,06%.
Alasan peningkatan pendapatan dan kemudahan dalam pengelolaan dan
perawatan tanaman ini merupakan faktor terbesar kedua pada lokasi penelitian
ditemukan di Dusun Kekep Desa Tulungrejo. Faktor berikutnya adalah penyalahgunaan
Hak Penggelolaan Hutan (HPH) dari Perhutani kepada masyarakat di sekitar hutan.
Penyalahgunaan HPH yang dilakukan masyarakat sekitar hutan seperti perubahan lahan
yang seharusnya difungsikan sebagai zone penghijauan/reboisasi saat ini berkembang
menjadi lahan pertanian sayuran. Kondisi ini diketemukan pada warga yang bermukim
di sekitar hutan milik Perhutani di Desa Bulukerto, serta Dusun Wonokoyo Desa
Tawangargo Kecamatan Karangploso. Hasil temuan menunjukkan pembangunan
pemukiman merupakan faktor terendah pada perubahan penggunaan lahan.
5. Analisis Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahan dan Penggunaan
Lahan Eksisting
Arahan pemanfaatan lahan di Sub DAS Brantas Hulu dibuat dengan
mempertimbangkan arahan pemanfaatan lahan dalam RTRW dan kondisi penggunaan
lahan eksisting. Arahan pemanfaatan lahan dimaksudkan untuk mewujudkan
pengelolaan lahan yang sesuai pada Sub DAS Brantas Hulu. Sesuai dengan RTRW
Kota Batu di Sub DAS Brantas Hulu terdapat empat zone/kawasan diantaranya,
kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan penyangga, zona reboisasi/penghijauan.
Memperhatikan arahan pemanfaatan lahan serta penggunaan lahan eksisting, maka
arahan pemanfaatan lahan yang sesuai dapat dibedakan menjadi kawasan lindung,
kawasan budidaya, kawasan penyangga, dan zona reboisasi/penghijauan.
Kawasan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan peresapan air,
kawasan sempadan sungai dan kawasan rawan bencana. Fungsi dari kawasan lindung
diantaranya adalah penyimpan cadangan air, penstabil debit air, pelindung daerah
bawahnya dari kerusakan akibat gejala alam seperti longsor dan banjir, penyedia
oksigen, serta penjaga spesies hewan maupun tumbuhan dari kepunahan (Tarigan,
2005). Kawasan Budidaya merupakan kawasan tempat manusia dapat melakukan
kegiatan pemanfaatan lahan baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat
beraktivitas lainnya untuk mendapatkan kemakmuran (Tarigan, 2005). Kawasan terluas
pada lokasi penelitian adalah kawasan penyangga. Saat ini kondisi fisik kawasan ini
masih mampu untuk difungsikan sebagai kawasan budidaya ataupun kawasan yang
lain.
Berdasarkan Peta Arahan Pemanfaatan Lahan Sub DAS Brantas memiliki
kawasan budidaya seluas 2111,745 Ha atau 12,18%. Kawasan lindung menempati
ruang seluas 2601,917 Ha atau 15,823%. Pemanfaatan lahan untuk kawasan penyangga
mencapai 9566,387 Ha atau 55,23% dari keseluruhan lahan yang ada. Zona
reboisasi/penghijauan menempati urutan kedua terluas dari arahan pemanfaatan lahan
di Sub DAS Brantas Hulu setelah kawasan penyangga. Kawasan ini memiliki luas
3092,901 Ha atau sebesar 16,77% dari keselurahan area Sub DAS Brantas Hulu. Hasil
Analisis Sistem Informasi Geografis untuk Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahan dan
Penggunaan Lahan 2011 menunjukkan bahwa ada tiga bentuk kesesuaian pemanfaatan
lahan yaitu: sesuai, sesuai bersyarat, dan tidak sesuai.
Kawasan lindung pada lokasi penelitian saat ini telah banyak mengalami
perubahan, sehingga banyak tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan yang telah
ditetapkan. Alih fungsi yang terjadi pada kawasan ini merupakan akibat pembukaan
ladang/tegalan, pembangunan pemukiman, pendirian gedung/bangunan di sekitar hutan,
serta perluasan areal perkebunan. Kondisi tersebut merupakan penyebab terjadinya
berbagai degradasi lahan seperti laju erosi yang besar, serta bencana longsor lahan.
Pada kawasan budidaya yang diarahkan dan diatur berbagai bentuk penggunaan
lahan masih mampu untuk dimanfaatkan secara optimal. Usaha pertanian yang
dilakukan di lokasi penelitian meliputi budidaya tanaman tanaman tahunan seperti
tanaman perkebunan, tanaman musiman pada tanah ladang/tegalan, serta padi dan
palawija pada sawah irigasi. Bentuk penggunaan lahan yang dominan pada kawasan ini
adalah pertanian dan pemukiman.
Kawasan terluas pada lokasi penelitian adalah kawasan penyangga. Saat ini
kondisi fisik kawasan ini masih mampu untuk difungsikan sebagai kawasan budidaya
ataupun kawasan yang lain. Keseluruhan dari kawasan ini masih sesuai dengan fungsi
kawasan yang ditetapkan. Namun apabila kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan
budidaya pengawasan yang ketat terhadap penggunaan lahan mutlak harus dilakukan.
Zona reboisasi/penghijauan merupakan kawasan dengan kondisi perubahan
penggunaan lahan yang terbesar. Kondisi ini pada umumnya diakibatkan oleh perluasan
penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian. Bertambahnya kebutuhan hidup manusia
mendorong perluasan lahan garapan pada zona ini semakin intensif, sehingga
menimbulkan lahan-lahan kritis. Lahan-lahan kritis tersebut terutama terdapat pada
daerah-daerah yang memiliki kondisi lereng curam.
Tabel 2. Kesesuian Arahan Pemanfaatan Lahan Sub DAS Brantas Hulu dengan Penggunaan
Lahan Tahun 2011
Arahan Pemanfaatan
Lahan
Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahan dengan
Penggunaan Lahan Eksisting
Sesuai Sesuai Bersyarat Tidak Sesuai
Area
(Ha)
Area
(%)
Area
(Ha)
Area
(%)
Area
(Ha)
Area
(%)
Kawasan Budidaya 1380,908 7,962% 730,837 4,214% - -
Kawasan Lindung 2586,149 14,919% - - 15,768 0,904%
Kawasan Penyangga 9566,387 55,228% - - - -
Zona
Reboisasi/Penghijauan 842,999 4,863% - - 2063,134 11,902%
Luas 14376,443 82,972% 730,837 4,214% 2078,902 12,806%
Sumber: Peta Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahn dengan Penggunaan Lahan Eksisting
Gambar 5. Peta Kesesuaian Arahan Pemanfaatan Lahan dengan Penggunaan Lahan Tahun 2011
F. KESIMPULAN
1. Sub DAS Brantas Hulu memiliki luas 17344 Ha, telah mengalami perubahan
penggunaan lahan yang cukup besar pada khususnya penambahan luas lahan
pertanian dari hutan Tahun 1997-2006 dan konversi lahan pertanian menjadi
areal terbangun untuk pemukiman dan kawasan terbangun lainnya pada
Tahun 2006-2011. Perubahan penggunaan lahan terbesar pada Tahun 1997-
2006 seluas 2917,577 Ha atau 16,82% dan 2006-2011 seluas 815,980 Ha
atau 4,7%.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di
Sub DAS Brantas Hulu diantaranya. Faktor ekonomi untuk meningkatkan
pendapatan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian, khususnya untuk
ladang/tegalan. Kemudahan dalam perawatan lahan adalah faktor berikutnya.
Penyalahgunaan Hak Penggelolaan Hutan (HPH) oleh masyarakat sekitar
hutan. Faktor terakhir adalah bertambah luasnya kawasan pemukiman
penduduk.
3. Kesesuaian arahan pemanfaatan lahan dan penggunaan lahan 2011 di Sub
DAS Brantas Hulu sebesar 14376,443 Ha atau 82,89% sesuai, 730,837 Ha
atau 4,21% sesuai bersyarat, dan 2078,902 Ha atau 11,98% tidak sesuai atau
telah mengalami penyimpangan dari fungsi kawasan yang telah ditentukan.
G. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sinatala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian
Bogor Press.
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
As-Syakur, dkk. 2010. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Badung.
Jurnal Bumi Lestari, (Online), Vol. 10, No. 2. pp. 200-208,
(http://www.mbojo.wordpress.com/2010/08/19/perubahan-penggunaan-
lahan-di-das-badung/ diakses 18 November 2010).
Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2010. Kota Batu dalam Angka 2010. Batu: BPS
Kota Batu.
BAPPEDA Kabupaten Malang. 2003. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu
Tahun 2003-2013. Batu: BAPPEDA Kota Batu.
BP DAS Brantas. 2009. Monitoring Tata Air SPAS Tahun 2008 Sub DAS
Brantas Hulu. Surabaya: BP DAS Brantas.
BP DAS Brantas. 2008. Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah (RTL-RLKT). Surabaya: BP DAS Brantas.
Budiyanto, Eko. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan ArcView GIS.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Budiyanto, Eko. 2009. Sistem Infomasi Geografis Untuk Analisis Perubahan
Penggunaan Lahan, (Online) (http://elqy-allaboutgeography.blogspot.com
/2009/04/sistem-informasi-geografis-untuk.html diakses 9 Februari 2011).
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Noordwijk, dkk. 2004. Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan Fungsi
Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Jurnal Agrivita, (Online), Vol. 26
No.1 (http://www.worldagroforestrycentre.org/Sea/Publications/files/
journal/JA0015-04.pdf, diakses 15 November 2010).
Pawitan. 2010. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap
Hidrologi Daerah Aliran Sungai. ([email protected]).
Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis: Tools and Plug-Ins. Bandung:
Penerbit Informatika.
Prahasta, Eddy. 2009. Tutorial ArcView. Bandung: Penerbit Informatika.
Purwantoro, Suhadi dan B. Saiful Hadi. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di
Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Tahun 1987-1996 Berdasarkan
Foto Udara.
Sartohadi, Junun dan Wirastuti Widyatmanti. Kajian Penataan Lingkungan DAS
Serang Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Senawi. September 2006. Analisis Kemampuan dan Daya Dukung Lahan untuk
Penatagunaan Lahan Sub DAS Dengkeng DAS Bengawan Solo. Majalah
Geografi Indonesia Vol.20 No.2: 137 - 151.
Sitorus. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan, Bandung: Tarsito.
Suryantoro, Agus. 2009. Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis.
Yogyakarta: LP2IP.
Tarigan, Robinson. 2005.Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penetian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruangan. (Online),
(http://www.penataanruang.net/taru/upload/running_text/UU_No26_2007
_Tentang_Penataan_Ruang.pdf diakses 15 November 2010).
Yuwono, Doddy M. dan Suprajaka. 2009. Analisis Perubahan Kawasan Hutan
kabupaten Blora dengan Pendekatan Kajian Spasio-Temporal. (Online),
(http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/assets/News/Artikel-
pdf/Analisis%20%Perubahan%20Hutan%20Kabupaten%20Blora%20.pdf
diakses 18 November 2010).