Listrik Luar Jawa

5
DAFTAR ISI 1. KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETENAGALISTRIKAN INDONESIA 1.1. Kondisi Kelistrikan Saat ini 1.2. Landasan Hukum Sektor Ketenagalistrikan 1.3. Misi Pengembangan Ketenagalistrikan 1.4. Target Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan 1.4.1. Pemenuhan Kebutuhan Listrik Dalam Negeri 1.4.2. Realisasi Sektor Bisnis Ketenagalistrikan yang Efisien 1.4.3. Pengembangan Infrastruktur Ketenagalistrikan 1.4.4. Struktur Harga Listrik Diupayakan Mencapai Tingkat Keekonomian 1.5. Program untuk Mengatasi Krisis Penyediaan Tenaga Listrik 1.5.1. Program Jangka Pendek (2007-2008) 1.5.2. Program Jangka Menengah/Panjang 1.6. Rencana Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan Jangka Menengah 1.6.1. Transmisi 1.6.2. Pembangkit Listrik 1.6.3. Rasio Elektrifikasi Nasional 1.7. Rencana Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan Jangka Panjang 1.7.1. Transmisi 1.7.2. Pembangkit Listrik 1.8. Target Energi Primer untuk Pembangkitan 1.9. Cadangan Energi Indonesia 1.10. Kesimpulan 2. PEMBANGUNAN PROYEK-PROYEK PEMBANGKIT LISTRIK LUAR JAWA-BALI BERIKUT KEBUTUHAN TRANSMISINYA 2.1. Daftar Proyek Pembangkit Listrik Luar Jawa Berikut Kebutuhan Transmisinya 2.2. PLTU NAD/Meulaboh (2 x 100 MW) 2.3. PLTU Sumut/Pangkalan Susu (2 x 200 MW) 2.4. PLTU Sumbar Pesisir Selatan (2 x 100 MW) 2.5. PLTU I Bangka Belitung (2 x 10 MW) 2.6. PLTU 2 Bangka Belitung (2 x 10 MW) 2.7. PLTU 3 Bangka Belitung/Aer Anyir (2 x 25 MW) 2.8. PLTU 4 Bangka Belitung (2 x 10 MW) 2.9. PLTU 1 Riau (2 x 7 MW) 2.10. PLTU 2 Riau (2 x 5 MW) 2.11. PLTU Kepulauan Riau (2 x 7 MW) 2.12. PLTU Lampung/Tarahan Baru (2 x 100 MW) 2.13. PLTU 1 Kalbar/Parit Baru (2 x 50 MW) 2.14. PLTU 2 Kalbar/Kura-Kura (2 x 25 MW) 2.15. PLTU Kalsel/Asam-Asam #3 dan #4 (2 x 65 MW) 2.16. PLTU 1 Kalteng/Pulang Pisau (2 x 60 MW) 2.17. PLTU 2 Kalteng (2 x 7 MW) 2.18. PLTU 1 Sulut (2 x 65 MW) 2.19. PLTU 2 Sulut/Tawaang (2 x 25 MW) 2.20. PLTU Gorontalo/Anggrek (2 x 25 MW) 2.21. PLTU Sulsel/Barru (2 x 50 MW) 2.22. PLTU Sultra/Nii Tanasa ( 2 x 10 MW) 2.23. PLTU 1 NTB (2 x 15 MW) 2.24. PLTU 2 NTB (2 x 25 MW) 2.25. PLTU 1 NTT (2 x 7 MW) 2.26. PLTU 2 NTT (2 x 15 MW) 2.27. PLTU Liang (2 x 7 MW) 2.28. PLTU 1 Maluku (2 x 7 MW) 2.29. PLTU 1 Papua (2 x 10 MW) 2.30. PLTU Hautekamp (2 x 7 MW) 3. KONDISI SISTEM TENAGA LISTRIK SUMATERA TAHUN 2007 DAN PRAKIRAAN TAHUN 2008-2009 3.1. Review Sistem Sumatera 2007 3.2. Beban Puncak Malam Sistem Sumatera, 2006-2007 3.3. Beban Puncak Siang Sistem Sumatera, 2006-2007 3.4. Kurva Beban Puncak 2007 3.5. Faktor Beban Sistem Sumatera 3.6. Neraca Daya 2007 3.7. Kesiapan Pembangkit (> 10 MW) Per Perusahaan 3.8. Kesiapan Pembangkit (> 10 MW) Per Jenis Pembangkit 3.9. Kondisi Pasokan Daya Subsistem Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), 2006-2007 3.10. Kondisi Pasokan Daya Subsistem Sumatera Bagian Selatan & Tengah (Sumbagselteng), 2006-2007 3.11. Komposisi Pembangkit saat Beban Puncak 3.12. Realisasi Produksi Berdasarkan Energi Primer 3.12.1. Subsistem Sumatera Bagian Utara 3.12.2. Subsistem Sumatera Bagian Selatan dan Tengah 3.13. Realisasi Produksi Berdasarkan Jenis Pembangkit 3.14. Alokasi Energi 2007 3.15. Neraca Energi 2007 3.16. Pertumbuhan Pembelian Energi dari Pembangkit 3.17. Pertumbuhan Beban Puncak dan Faktor Beban 3.18. Realisasi Transaksi Energi Sistem Sumatera 3.19. Realisasi Produksi Energi dan Biaya Energi 3.20. Realisasi Biaya Pembangkitan, 2006-2007 3.21. Realisasi Transfer Energi Ke Distribusi 3.22. Pertumbuhan Transfer Energi Ke Distribusi 3.23. Transfer dan Biaya Rata-rata Tenaga Listrik Ke Distribusi 3.24. Prakiraan Kondisi Sistem Sumatera Tahun 2008-2009 3.24.1. Highlights Alokasi Energi, 2008-2009 3.24.2. Alokasi Energi Pembangkit, 2008-2009 3.24.3. Konsumsi Energi Distribusi, 2008-2009 3.24.4. Neraca Sistem Sumatera, 2008-2009 3.24.5. Neraca Daya Sistem Sumatera, 2008 3.24.6. Neraca Daya Sistem Sumatera, 2009 3.24.7. Masalah Operasional, 2008-2009 3.24.8. Strategi Operasional, 2008-2009 4. RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SUMATERA 2006-2015 4.1. Pendahuluan 4.2. Demand Forecast 4.3. Pengembangan Pembangkit 4.4. Pengembangan Penyaluran 4.5. Operasi 4.6. Indikator Pembangkit RUPTL 2006-2015 4.7. Indikatortransmisi RUPTL 2006 - 2015 4.8. Biaya Pokok Penyediaan 4.9. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana 5. KONDISI KELISTRIKAN DI LUAR JAWA-BALI 5.1. Pulau Sumatera 5.1.1. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 5.1.2. Propinsi Sumatera Utara 5.1.3. Propinsi Sumatera Barat 5.1.4. Propinsi Riau 5.1.5. Propinsi Jambi 5.1.6. Propinsi Sumatera Selatan 5.1.7. Propinsi Bengkulu 5.1.8. Propinsi Lampung 5.1.9. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

Transcript of Listrik Luar Jawa

  • DAFTAR ISI

    1. KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETENAGALISTRIKAN INDONESIA 1.1. Kondisi Kelistrikan Saat ini 1.2. Landasan Hukum Sektor Ketenagalistrikan 1.3. Misi Pengembangan Ketenagalistrikan 1.4. Target Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan 1.4.1. Pemenuhan Kebutuhan Listrik Dalam Negeri 1.4.2. Realisasi Sektor Bisnis Ketenagalistrikan yang Efisien 1.4.3. Pengembangan Infrastruktur Ketenagalistrikan 1.4.4. Struktur Harga Listrik Diupayakan Mencapai Tingkat Keekonomian 1.5. Program untuk Mengatasi Krisis Penyediaan Tenaga Listrik 1.5.1. Program Jangka Pendek (2007-2008) 1.5.2. Program Jangka Menengah/Panjang 1.6. Rencana Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan Jangka Menengah 1.6.1. Transmisi 1.6.2. Pembangkit Listrik 1.6.3. Rasio Elektrifikasi Nasional 1.7. Rencana Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan Jangka Panjang 1.7.1. Transmisi 1.7.2. Pembangkit Listrik 1.8. Target Energi Primer untuk Pembangkitan 1.9. Cadangan Energi Indonesia 1.10. Kesimpulan 2. PEMBANGUNAN PROYEK-PROYEK PEMBANGKIT LISTRIK LUAR JAWA-BALI BERIKUT KEBUTUHAN TRANSMISINYA 2.1. Daftar Proyek Pembangkit Listrik Luar Jawa Berikut Kebutuhan Transmisinya 2.2. PLTU NAD/Meulaboh (2 x 100 MW) 2.3. PLTU Sumut/Pangkalan Susu (2 x 200 MW) 2.4. PLTU Sumbar Pesisir Selatan (2 x 100 MW) 2.5. PLTU I Bangka Belitung (2 x 10 MW) 2.6. PLTU 2 Bangka Belitung (2 x 10 MW) 2.7. PLTU 3 Bangka Belitung/Aer Anyir (2 x 25 MW) 2.8. PLTU 4 Bangka Belitung (2 x 10 MW) 2.9. PLTU 1 Riau (2 x 7 MW) 2.10. PLTU 2 Riau (2 x 5 MW) 2.11. PLTU Kepulauan Riau (2 x 7 MW) 2.12. PLTU Lampung/Tarahan Baru (2 x 100 MW) 2.13. PLTU 1 Kalbar/Parit Baru (2 x 50 MW) 2.14. PLTU 2 Kalbar/Kura-Kura (2 x 25 MW) 2.15. PLTU Kalsel/Asam-Asam #3 dan #4 (2 x 65 MW) 2.16. PLTU 1 Kalteng/Pulang Pisau (2 x 60 MW) 2.17. PLTU 2 Kalteng (2 x 7 MW) 2.18. PLTU 1 Sulut (2 x 65 MW) 2.19. PLTU 2 Sulut/Tawaang (2 x 25 MW) 2.20. PLTU Gorontalo/Anggrek (2 x 25 MW) 2.21. PLTU Sulsel/Barru (2 x 50 MW) 2.22. PLTU Sultra/Nii Tanasa ( 2 x 10 MW) 2.23. PLTU 1 NTB (2 x 15 MW) 2.24. PLTU 2 NTB (2 x 25 MW) 2.25. PLTU 1 NTT (2 x 7 MW) 2.26. PLTU 2 NTT (2 x 15 MW) 2.27. PLTU Liang (2 x 7 MW) 2.28. PLTU 1 Maluku (2 x 7 MW) 2.29. PLTU 1 Papua (2 x 10 MW) 2.30. PLTU Hautekamp (2 x 7 MW) 3. KONDISI SISTEM TENAGA LISTRIK SUMATERA TAHUN 2007 DAN PRAKIRAAN TAHUN 2008-2009

    3.1. Review Sistem Sumatera 2007 3.2. Beban Puncak Malam Sistem Sumatera, 2006-2007 3.3. Beban Puncak Siang Sistem Sumatera, 2006-2007 3.4. Kurva Beban Puncak 2007 3.5. Faktor Beban Sistem Sumatera 3.6. Neraca Daya 2007 3.7. Kesiapan Pembangkit (> 10 MW) Per Perusahaan 3.8. Kesiapan Pembangkit (> 10 MW) Per Jenis Pembangkit 3.9. Kondisi Pasokan Daya Subsistem Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), 2006-2007 3.10. Kondisi Pasokan Daya Subsistem Sumatera Bagian Selatan & Tengah (Sumbagselteng), 2006-2007 3.11. Komposisi Pembangkit saat Beban Puncak 3.12. Realisasi Produksi Berdasarkan Energi Primer 3.12.1. Subsistem Sumatera Bagian Utara 3.12.2. Subsistem Sumatera Bagian Selatan dan Tengah 3.13. Realisasi Produksi Berdasarkan Jenis Pembangkit 3.14. Alokasi Energi 2007 3.15. Neraca Energi 2007 3.16. Pertumbuhan Pembelian Energi dari Pembangkit 3.17. Pertumbuhan Beban Puncak dan Faktor Beban 3.18. Realisasi Transaksi Energi Sistem Sumatera 3.19. Realisasi Produksi Energi dan Biaya Energi 3.20. Realisasi Biaya Pembangkitan, 2006-2007 3.21. Realisasi Transfer Energi Ke Distribusi 3.22. Pertumbuhan Transfer Energi Ke Distribusi 3.23. Transfer dan Biaya Rata-rata Tenaga Listrik Ke Distribusi 3.24. Prakiraan Kondisi Sistem Sumatera Tahun 2008-2009 3.24.1. Highlights Alokasi Energi, 2008-2009 3.24.2. Alokasi Energi Pembangkit, 2008-2009 3.24.3. Konsumsi Energi Distribusi, 2008-2009 3.24.4. Neraca Sistem Sumatera, 2008-2009 3.24.5. Neraca Daya Sistem Sumatera, 2008 3.24.6. Neraca Daya Sistem Sumatera, 2009 3.24.7. Masalah Operasional, 2008-2009 3.24.8. Strategi Operasional, 2008-2009 4. RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK SUMATERA 2006-2015 4.1. Pendahuluan 4.2. Demand Forecast 4.3. Pengembangan Pembangkit 4.4. Pengembangan Penyaluran 4.5. Operasi 4.6. Indikator Pembangkit RUPTL 2006-2015 4.7. Indikatortransmisi RUPTL 2006 - 2015 4.8. Biaya Pokok Penyediaan 4.9. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana 5. KONDISI KELISTRIKAN DI LUAR JAWA-BALI 5.1. Pulau Sumatera 5.1.1. Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 5.1.2. Propinsi Sumatera Utara 5.1.3. Propinsi Sumatera Barat 5.1.4. Propinsi Riau 5.1.5. Propinsi Jambi 5.1.6. Propinsi Sumatera Selatan 5.1.7. Propinsi Bengkulu 5.1.8. Propinsi Lampung 5.1.9. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

  • 5.1.10. Batam 5.2. Pulau Kalimantan 5.2.1. Propinsi Kalimantan Timur 5.2.2 Propinsi Kalimantan Tengah 5.2.3. Propinsi Kalimantan Selatan 5.2.4. Propinsi Kalimantan Barat 5.3. Pulau Sulawesi 5.3.1. Propinsi Sulawesi Selatan 5.3.2. Propinsi Sulawesi Tenggara 5.3.3. Propinsi Sulawesi Utara 5.3.4. Propinsi Sulawesi Tengah 5.3.5. Propinsi Gorontalo 5.4. Kepulauan Nusa Tenggara 5.4.1. Propinsi Nusa Tenggara Barat 5.4.2. Propinsi Nusa Tenggara Timur 5.5. Pulau Maluku 5.5.1. Propinsi Maluku 5.5.2. Propinsi Maluku Utara 5.6 Propinsi Papua 5.7. Kondisi Sistem Penyaluran Tenaga Listrik 6. KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DI LUAR SISTEM JAWA-BALI 6.1. Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik 6.2. Pulau Sumatera 6.2.1. Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) 6.2.2. Propinsi Sumatera Utara 6.2.3. Neraca Daya Sistem Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) 6.2.4. Propinsi Sumatera Barat 6.2.5. Propinsi Riau 6.2.6. Propinsi Jambi 6.2.7. Propinsi Bengkulu 6.2.8. Propinsi Sumatera Selatan 6.2.9. Propinsi Lampung 6.2.10. Neraca Daya Sistem Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) Sumatera Barat - Riau 6.2.11. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 6.2.12. Batam 6.3. Pulau Kalimantan 6.3.1. Propinsi Kalimantan Barat 6.3.2. Propinsi Kalimantan Timur 6.3.3. Propinsi Kalimantan Tengah 6.3.4. Propinsi Kalimantan Selatan 6.3.5. Sistem Kelistrikan Kalimantan Selatan & Tengah (Kalselteng) 6.4. Pulau Sulawesi 6.4.1. Propinsi Sulawesi Selatan 6.4.2. Propinsi Sulawesi Tenggara 6.4.3. Sistem Kelistrikan Sulsetra (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara) 6.4.4. Propinsi Sulawesi Utara 6.4.5. Propinsi Sulawesi Tengah 6.4.6. Propinsi Gorontalo 6.4.7. Sistem Kelistrikan Suluttenggo (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo) 6.5. Pulau Nusa Tenggara 6.5.1. Propinsi Nusa Tenggara Barat 6.5.2. Propinsi Nusa Tenggara Timur 6.6. Pulau Maluku Kelistrikan Maluku dan Maluku Utara 6.7. Propinsi Papua 6.8. Sistem Jawa - Bali 6.8.1. Propinsi Bali 6.8.2. Propinsi Jawa Timur 6.8.3. Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta 6.8.4. Propinsi Jawa Barat dan Banten 6.8.5. Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan Tangerang

    6.9. Kebutuhan Tenaga Listrik Nasional 7. RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM TRANSMISI 275 kV SUMATERA 7.1. Rencana Pengembangan Sistem 275 kV Sumatera 7.2. Pembangunan Transmisi 275 kV oleh Pikitring SUAR 7.3. Pembangunan Gardu Induk 275 kV oleh Pikitring SUAR 7.4. Pembangunan Gardu Induk 275 kV oleh P3B Sumatera 7.5. Pembangunan Transmisi 275 kV oleh Pikitring Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) 7.6. Pembangunan Gardu Induk 275 kV oleh Pikitring Sumbagsel 7.7. Operasi Transmisi 275 kV Existing Sumatera 8. MENINGKATKAN KOORDINASI OPERASI UNTUK KESIAPAN DAN SEKURITAS OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK SUMATERA TAHUN 2008-2009 8.1. Latar Belakang 8.2. Sasaran Umum Operasi Sistem 8.3. Permasalahan Umum Operasi Sistem 8.4. Perkembangan Beban dan Kapasitas Sumatera Bagian Utara 8.5. Pembangkit Baru Di Sumatera Bagian Utara, 2008 8.6. Perkembangan Beban dan Kapasitas Sumatera Bagian Selatan dan Tengah, 2008-2010 8.7. Realisasi Kondisi Operasi, 2005-2007 8.8. Kinerja Transmisi, 2006-2007 8.9. Hal-hal yang Perlu Dilaksanakan 8.10. Keputusan yang Perlu Dibuat 9. DAFTAR PROYEK-PROYEK PEMBANGKIT, GARDU INDUK, DAN TRANSMISI DI KELISTRIKAN SUMATERA 9.1. Daftar Proyek Pembangkit Baru Sistem Interkoneksi Sumatera Tahun 2007-2010 9.2. Daftar Proyek Pembangkit Baru dan Transmisi Terkait Sistem Interkoneksi Sumatera Tahun 2007-2010 9.3. Daftar Proyek Gardu Induk Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam 9.4. Daftar Proyek Transmisi Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam 9.5. Daftar Proyek Transmisi dan Gardu Induk Wilayah Sumatera Utara 9.6. Daftar Proyek Transmisi Wilayah Sumatera Utara 9.7. Daftar Proyek Transmisi dan Gardu Induk Wilayah Sumatera Barat 9.8. Daftar Proyek Transmisi Wilayah Sumatera Barat 9.9. Daftar Proyek Transmisi dan Gardu Induk Wilayah Riau 9.10. Daftar Proyek Transmisi Wilayah Riau 9.11. Daftar Proyek Transmisi dan Gardu Induk Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu 9.12. Daftar Proyek Transmisi Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan

    Bengkulu 9.13. Daftar Proyek Transmisi dan Gardu Induk Wilayah Lampung 9.14. Daftar Proyek Transmisi Wilayah Lampung 9.15. Daftar Proyek Gardu Induk 275 KV Sumatera 9.16. Daftar Proyek Transmisi 275 KV Sumatera 10. UPAYA PLN DALAM MENGHADAPI KRISIS KETENAGALISTRIKAN 10.1.`Penyebab terjadi krisis pemasokan tenaga listrik 10.2. 10 daerah kritis pemasokan tenaga listrik (Beban puncak lebih kurang 10 MW) 10.3. Ketidak seimbangan pasokan dan kebutuhan di pusat beban tersebar di Sumatera 10.4. Korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan permintaan tenaga Listrik 10.5. Upaya PLN menanggulangi kondisi kritis 10.5.1. Melakukan investasi untuk pengembangan pembangkit 10.5.1.1. Proyek-proyek pembangkit PLN 10.5.1.2. Proyek transmisi dan interkoneksi 10.5.1.3. Pembelian dari listrik swasta 10.5.2. Rencana penambahan pembangkit di Sumatera oleh PLN & IPP 10.6. Permasalahan pengembangan pembangkit 10.7. Upaya PLN menanggulangi krisis kelistrikan 10.7.1. Melaksanakan program integrated resource planning

  • 10.7.2. Kebijakan Demand Side Management (DSM) 10.7.2.1. Kebijakan peak clipping 10.7.2.2. Kebijakan load shifting 10.7.2.3. Kebijakan konservasi 10.8. Penutup 11. RUPTL PLN VS CRASH PROGRAM PEMERINTAH 11.1. Kondisi umum 11.2. Kelistrikan di Indonesia 11.3. Kapasitas terpasang pembangkit 11.4. Progres diversifikasi energi PLN 11.5. Road map 2005-2009 11.6 Latar belakang dan asumsi 11.7. Fuel mix 2000-2010 (RUPTL) 11.8. Fuel mix 2000-2010 (sesudah percepatan diversifikasi energi) 11.9. Program percepatan diversifikasi pembangkit 11.9.1. Sistem Jawa-Bali 11.9.2. Kebutuhan batubara 11.10. Proyek-proyek pembangkit listrik dan transmisi 11.10.1. Proyek pembangkit baru Jawa-Madura-Bali 11.10.2. Proyek pembangkit baru di Sumatera 11.10.3. Proyek pembangkitan (IPP) dan transmisi 11.10.4. Proyek pembangkit baru Kalimantan 11.10.5. Proyek pembangkit baru Sulawesi 11.10.6. Proyek pembangkit baru NTB dan NTT 11.10.7. Proyek pembangkit baru Maluku dan Papua 11.11. Proses prakualifikasi PLTU percepatan 11.12. Time line proses pelelangan 11.13. Peserta yang lulus prakualifikasi 11.14. Lokasi PLTU dan calon pemasok LRC 11.15. Supply dan demand gas 2006 11.16. Kesimpulan 12. KILAS BALIK TAHUN 2007 DAN PROYEKSI KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2008 DENGAN TANTANGANNYA 12.1. Pencapaian Pengusahaan Operasional 12.2. Tantangan yang Dihadapi Tahun 2007 12.2.1. Kekurangan Pasokan Gas 12.2.2. Kekurangan Batubara 12.2.3. Krisis Listrik Di Sumatera Utara dan Beberapa Daerah Lainnya 12.3. Catatan Penting Tahun 2007 12.3.1. RUPS untuk RKAP 2008 12.3.2. Ground Breaking Proyek-Proyek PLTU Di Jawa 12.3.1.1. Paiton 1 x 600 MW 12.3.1.2. Suralaya 1 x 600 MW 12.3.1.3. Rembang 2 x 300 MW 12.3.1.4. Labuhan 2 x 300 MW 12.3.1.5. Indramayu 3 x 300 MW 12.3.1.6. Pacitan 2 x 300 MW 12.3.1.7. Pelabuhan Ratu 3 x 300 MW 12.3.1.8. Teluk Naga Banten 3 x 300 MW 12.3.3. Ground Breaking Proyek-Proyek PLTU Di Luar Jawa 12.3.3.1. Nusa Tenggara Barat 2 x 25 MW 12.3.3.2. Gorontalo 2 x 25 MW 12.3.3.3. Sulawesi Utara 2 x 25 MW 12.3.3.4. Sumatera Utara 2 x 200 MW 12.3.2.5. Lampung 2 x 100 MW 12.3.4. Transmisi dan Distribusi 12.3.5. Obligasi International dan Nasional 12.3.6. PLN Melakukan Public Expose 12.3.7. Fast Track Program 12.3.8. Tarif Dasar Listrik (TDL) 12.4. Fast Track Program dan IPP (Independence Power Producer) 12.4.1. Status Proyek Percepatan 10.000 MW Di Jawa 12.4.2. Kebutuhan Batubara untuk Proyek PLTU

    12.4.3. Lokasi Proyek Percepatan 10.000 MW Di Luar Jawa 12.4.4. Kondisi Perkembangan IPP 12.5. Tantangan dan Proyeksi Tahun 2008 12.5.1. Tantangan Utama PLN 12.5.1.1. Pertumbuhan Supply vs Demand yang Tidak Seimbang 12.5.1.2. Kebijakan Nasional Belum DMO Di Sektor Energi Primer 12.5.1.3. Insecurity of Energy Supply 12.5.1.4. Tarif Dasar Listrik (TDL) Masih Belum Mencapai

    Keekonomian 12.5.1.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi Pembangunan

    Infrastruktur Listrik 12.5.1.6. Aspek Sosial 12.5.1.7. Penggunaan Listrik Ilegal 12.5.2. Perbandingan Biaya Operasi vs BBM 12.5.3. Permasalahan Tahun 2008 12.5.4. Perbandingan Biaya Operasi vs Pendapatan Penjualan Tenaga Listrik dan Subsidi 12.5.5. Trend Beban Harian Sistem Jawa Bali Tahun 2006-2007 12.5.6. Sasaran, Strategi dan Kebijakan Ke Depan 12.5.6.1. Sasaran 12.5.6.2. Strategi 12.5.6.3. Kebijakan Bidang Pembangkit 12.5.6.4. Kebijakan Bidang Transmisi dan Distribusi 12.5.6.5. Kebijakan Bidang Niaga dan Pelayanan 12.5.6.6. Bidang Keuangan 12.5.6.7. Kebijakan Bidang SDM dan Kebijakan Ke Depan 12.5.7. Struktur Biaya dan Pendapatan 12.5.7.1. RKAP 2008 12.5.7.2. Rencana Pendapatan Operasi Sebesar Rp 149 Triliun 12.5.8. Strategi Pengamanan Pasokan Listrik 12.5.8.1. Proyek Percepatan 10.000 MW 12.5.8.2. Listrik Swasta 12.5.8.3. Diversifikasi & Pengamanan Pasokan Energi Primer 12.5.8.4. Pembangunan Jaringan Transmisi dan distribusi 12.5.8.5. Visi 75-100 12.5.9. Kebutuhan Visi 75-100 12.5.9.1. Tambahan Pembangkit 12.5.9.2. Tambahan Transmisi & Gardu Induk 12.5.9.3. Tambahan Jaringan Distribusi 12.5.9.4. Tambahan Pelanggan & Energi Jual 13. PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN DAN SUBSIDI LISTRIK 13.1. Perkembangan terakhir mengenai perkembangan pembangkit 10.000 MW 13.1.1. Perkembangan pembangkit di Sistem Jawa-Madura-Bali 13.1.2. Pembangkit di luar Sistem Jawa-Madura-Bali 13.2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengantisipasi adanya kekurangan suplai tenaga listrik 13.3. Gambaran kemampuan supply dan demand untuk tiap-tiap daerah 13.4. Penanganan daerah-daerah yang mengalami krisis listrik 13.4.1 Program jangka pendek (2007-2009) 13.4.2. Program jangka panjang 13.5. Realisasi penyambungan tenaga listrik untuk pelanggan baru tahun 2007 13.6. Alokasi perhitungan subsidi listrik tahun 2007 13.7. Pengamanan pasokan listrik (Pembangkit tenaga listrik) 13.7.1. Jangka pendek (2007-2008) 13.7.2. Jangka menengah/panjang (s.d. 2010) 13.8. Pengamanan pasokan listrik (Transmisi/gardu induk) 13.8.1. Jangka pendek (2007-2008) 13.8.2. Jangka menengah/panjang (s.d. 2010) 13.9. Kontrak proyek pembangkit listrik dan jual beli gas 13.9.1. EPC 5 PLTU di Jawa, proyek percepatan 10.000 MW 13.9.2. PPA 9 proyek listrik swasta 13.9.3. Proyek pembangkit listrik energi terbarukan 13.9.3.1. Mini Hydro Power Plant Project Package I 13.9.3.2. Lahendong Geothermal Power Plant Project

  • 13.9.4. Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) 13.9.4.1. Antara PLN dengan PT Medco E & P Lematang 13.9.4.2. Antara PLN dengan Total E & P Indonesie dengan Inpex Corporation 13.9.4.3. Antara PLN dengan PT Pertamina, Hess (Indonesia

    Jambi Merang) Limited, Pacific Oil & Gas Limited 14. PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PLTU KONDISI DAN PROSPEKNYA 14.1. Pendahuluan 14.2. Kebijakan pendukung 14.3. Kesiapan industri dalam negeri 14.4. Perkembangan pembangunan PLTU batubara 14.5. Kebijakan pemerintah yang diperlukan 14.6. Latar belakang dan asumsi 14.6.1. Latar belakang 14.6.2. Asumsi 14.7. Sepuluh wilayah alami krisis ketenagalistrikan 14.8. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 14.8.1. Teknologi PLTU 14.8.2. Kinerja PLTU 14.8.3. Investasi PLTU 14.8.4. Keekonomian PLTU 14.8.5. Kelebihan pembangkit mulut tambang 14.8.6. Hambatan pembangunan pembangkit mulut tambang 14.8.7. Harga beli listrik PLTU 14.9. Crash programme 10.000 MW 14.9.1. Peraturan Presiden Nomor 71 & 72 Tahun 2006 14.9.2. Pemasok batubara untuk crash programme 10.000 MW 14.9.3. Pendanaan 14.9.3.1. Pemerintah menjadi penjamin pinjaman 14.9.3.2. Utang kredit ekspor PLN masuk APBN 14.9.4. Tender dikaji ulang 14.10. PLN mulai lelang transmisi dan gardu induk Rp 18 trilyun menyongsong PLTU 10.000 MW 14.10.1. Latar belakang 14.10.2. Ruang lingkup dan jumlah sarana 14.10.3. Sumber pendanaan proyek 14.10.4. Manfaat pembangunan proyek bagi peningkatan pelayanan pelanggan 14.10.5. Milestone PLN 14.11. Penandatanganan beberapa kontrak proyek strategis dibidang ketenagalistrikan 14.11.1. Access to site/Engineering Procurement and Construction (EPC) 14.11.1.1. Pembangunan PLTU 14.11.1.2. Perjanjian jual-beli gas 14.11.1.3. Perjanjian loan 14.11.2. Power purchase agreement (berupa program kemitraan

    bagi daerah krisis tenaga listrik) 14.12. Penutup 15. PERCEPATAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA 15.1. Pendahuluan 15.2. Kebijakan pendukung

    15.3. Kesiapan industri dalam negeri 15.4. Rincian kemampuan industri dalam negeri untuk masing-masing skala PLTU 15.5. Perkembangan pembangunan PLTU Batubara 15.5.1. Proyek pembangkit PLN Jawa-Bali 15.5.2. Proyek pembangkit PLN luar Jawa-Bali 15.6. Kebijakan Pemerintah yang diperlukan 15.7. Penutup 16. PROSPEK KETENAGALISTRIKAN INDONESIA 16.1. Komposisi Bahan Bakar (Pembangkit PLN) 16.2. Pelanggan PLN 16.3. Karakter Konsumsi Pelanggan 16.4. Analisa Sensitivitas (Audit BPK) 16.5. Daerah Krisis (Beban Puncak > 10 MW) 16.6. Kondisi Pembangkitan Di Seluruh Propinsi 16.7. Program Mempertahankan Pasokan 16.7.1. Supply Side Management 16.7.2. Demand Side Management 16.8. Proyek Percepatan PLTU Batubara 10.000 MW 16.9. Pengembangan Sistem Jawa-Bali 16.10. Program Percepatan Diversifikasi Energi (Luar Jawa-Bali) 16.11. Proyek PLTU Di Pulau Jawa yang Sudah Tanda Tangan Kontrak 16.12. Proyek PLTU Luar Jawa yang Sudah Tanda tangan Kontrak 16.13. Proyek PLTU Sudah LOI, Saat ini Tahap CDA 16.14. Proyek Dalam Proses Tender Ulang/Belum Tender 16.15. PLTU 10.000 MW Sistem Jawa 16.16. Fuel Mix 2000 2010 (Setelah Akselerasi Program Diversifikasi Energi) 16.17. Pengendalian Dayamax Plus 16.18. Beban Puncak vs Kemampuan Pembangkit Sistem Jawa-Bali 16.19. Program DSM (Demand Side Management) (Penggantian Lampu Pijar dengan Lampu Hemat Energi) 16.20. Prioritas Penyambungan Baru 16.21. Dampak Positif Kebijakan Dayamax Plus (Penundaan Kenaikan Beban 800 MW Selama 12 Bulan) 16.22. Daya Mampu Pembangkit (MW) 16.23. Progress Diversifikasi Energi di PLN 16.24. Tambahan Kapasitas Pembangkit (Per Jenis Pembangkit dan Bahan Bakar) 16.25. Kebutuhan Fisik Sistem Distribusi LAMPIRAN: A. KEMAJUAN PROYEK PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT

    PLN DI LUAR SISTEM JAWA-BALI B. PROFIL PLTU DI LUAR SISTEM JAWA-BALI BERIKUT VOLUME

    KEBUTUHAN BATUBARA PER TAHUN, PEMASOK DAN SPESIFIKASI BATUBARANYA

    C DAFTAR PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DIBIDANG KELISTRIKAN

  • 6.2.2. Propinsi Sumatera Utara 6.2.3. Neraca Daya Sistem Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) 6.2.4. Propinsi Sumatera Barat 6.2.5. Propinsi Riau 6.2.6. Propinsi Jambi 6.2.7. Propinsi Bengkulu 6.2.8. Propinsi Sumatera Selatan 6.2.10. Neraca Daya Sistem Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) Sumatera Barat - Riau 6.2.11. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung 6.2.12. Batam 6.3.2. Propinsi Kalimantan Timur 6.3.3. Propinsi Kalimantan Tengah 6.3.4. Propinsi Kalimantan Selatan 6.4.2. Propinsi Sulawesi Tenggara 6.4.4. Propinsi Sulawesi Utara 6.4.5. Propinsi Sulawesi Tengah 6.4.6. Propinsi Gorontalo 6.5.2. Propinsi Nusa Tenggara Timur 6.8.2. Propinsi Jawa Timur 6.8.3. Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta