lisrik bumi
-
Upload
wahyu-sutrisno -
Category
Documents
-
view
22 -
download
3
Transcript of lisrik bumi
Deteksi Lapisan Tanah Halaman SCC ITS Dari Hasil Matching Curve
Data Vertical Eletctrical Sounding 1 Dimensi
Wahyu Tri S*, Ayi Syaeful Bahri
Bidang Minat Geofisika, Jurusan Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Abstrak
Insitut Teknolig Sepuluh Nopember merupakan perguruan tinggi yang terletak di
daerah Sukolilo, Surabaya Timur. Dengan histori kampus yang dulunya adalah bekas area
rawa, maka bisa dipastikan bahwa kondisi geologi bawah permukaan ITS adalah dominasi
aluvial. Dalam penelitian ini dilakukan deteksi lapisan yang ada pada halaman SCC ITS
melalui metode matching curve dari data geolistrik VES 1D dengan software IP2Win. Metode
Matching Curve adalah kurva yang digunakan untuk mengolah data dari konfigurasi
Schlumberger, kurva ini dasarnya ialah kurva bilog. Kurva Mathing Curve bersifat bilog
diakrenakan sifat dari nilai resistivias adalah logaritmik, bukan linear. Hasil dari pengukuran
pada lintasan sepanjang 100 meter diadaptkan 5 lapisan dengan ketebalan masing masing
bervariasi, yakni 0.129 M, 0.4579M, 1.012M,1.025M, 1.394M, 2,665 M dan 2,787M dengan
nilai error didapatkan sebersar 1,38%.
Keywords: SCC ITS, Matching Curve, VES
PENDAHULUAN
Tanah bawah permukaan
adalah sebuah objek yang heterogen
dan memiliki kriteria yang berbeda
beda. Ketidak homogenan tersebut
salah satunya ialah ditandai dengan
adalanya lapisan – lapisan tanah
bawah permukaan. Setiap lapisan
tanah tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda, salah satunya ialah
sifat fisi dari nilai resistivitasnya.
Pada panelitian ini
dimanfaatkan prinsip dari perbedaan
nilai ressitivitas tiap lapisan yang
dideteksi menggunakan teknik
geolistrik Vertical Electrical
Sounding. Dimana diadapatkan
profilling vertical dari bawah
permukaan.
DASAR TEORI
Vertical Electrical Sounding 1D
Vertical Electrical Sounding (VES)
merupakan nama lain dari konfigurais
Schlumberger. Pada prinsipnya VES
merupakan metode yang menekankan
penekanan pada kontras atau resolusi
vertical dari sebuah pengukuran geolistrik.
VES bisa digunakan untuk pengukuran 1D
maupun 2D. VES 1D sendiri merupakan
pengukuran geolistrik yang berdasarkan
pada susunan konfigurasi schlumberger
dengan penekanan 1 datum (titik). Sehingga
didapatkan profilling kedlaman pada satu
titik, dimana titik tersebut memiliki
kedalaman yang teliti.
Berikut adalah
gambaran konfigurasi dari VES
1D.
Gambar 1. Konfigurasi VES 1D(Sumber Landviser)
IP2Win
IPI2win adalah program
komputer yang berfungsi sama
seperti kurva matching, yaitu
mencocokan data yang didapat
dari lapangan dengan kurva
induk dan kurva bantu sebagai
acuan untuk mencari
resisitivitas dan kedalaman
daerah penelitian. Cara kerja
IPI2win adalah sebagai berikut,
buka file –> New VES point,
kemudian masukan nilai AB/2,
MN, dan resisitivitas semu yang
didapat dari hasil penelitian di
lapangan, kemudian klik ok,
setelah hasilnya terlihat
kemudian matchingkan dengan
cara menarik garis yang
terdapat pada kurva hingga
mendapatkan nilai error yang
terkecil. Data hasil olahan IP2
win berupa data resistivity
layer, grafik log resistivity
terhadap AB/2, resistivity cross
Section, serta pseudo cross
section. Data hasil olahan
dapat di export dalam berbagai
macam pilihan data. Dari hasil
pengolahan dengan IPI2win
maka akan didapat nilai
resistivitas (ρ), kedalaman (h),
ketebalan (d), dan nilai
presentase kesalahan.
Kelemahan yang paling
mendasardalam IP2Win adalah
bahwa software ini banyak
terdapat bug atau error‐error
kecil sehingga dalam tahapan
pengolahan tertentu, program
harus di restart (Nostrand,
1966).
METODOLOGI
Dalam penelitian ini,
metodologi yang dilakukan
ialah:
1. Perhitungan Excel AB/2, MN dan
Rho
2. Input data pada IP2Win
3. Matching Eror
4. Penampang Pseudo Cross-Section
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini didapatkan
hasil nilai rho pada tabel 1. Dari tabel1
tersebut kemudian dilakukan input pada
IP2Win, sehingga didapaktan urvca
meching.
Tabel 1 Inputan data IP2Win
AB/2 MN Rho
1,5 7,15880,4420
3
2 2,28815,4103
7
2,5 0,98644,58275
93 0,385 1,01812
3,5 0,28080,74275
44 0,2004 0,49653
5 0,084280,13800
5
6 0,04390,05408
5
6 0,072420,16982
9
7 0,041620,07512
9
8 0,024140,03259
3
90,01810
60,02296
8
100,01371
40,01612
912 0,00799 0,00778
150,00407
80,00312
3
15 0,021020,12321
7
200,01079
20,05259
3
250,00630
60,02638
5
30 0,014390,18941
3
30 0,008040,07409
8
400,00511
80,04832
6
500,00314
20,02666
1
Dari hasil inputan tersebut, didapatkan
crossplot persebaran nilai rho seperti
gamabr 2 berikut.
Gambar 2 Crossplot Persebaran Nilai Rho
Kemudian, hasil tersebut dijadikan sebuah
kurva standar bilog seperti gamabr 3. Hasil
dari gambar 3 inilah yang kemudian
dilakukan proses matching, sehingga bisa
didapatkan nilai error yang diinignkan.
Gambar 3. Kurva Standar Sebelum di
matching.
Terliahat pada gamabra diatas niali
error awal ialah mencapai sebesar 329%.
Kemudian dilakukan matching dengan
menggeser geser kurava sehingga
didapatkan nilai erro menjadi ahanya
sebesar 1,8%.
Gambar 4 Hasil Kurva Matching.
Kurva mathing diatas digunakan
sebagai dasari dalam penggambaran bawha
permukaan pada tampilan pesudeo cross-
section. Pada gambar 5, tampilan pesudeo
cross-section ini didapat nili ketebalan,
kedalan dan rho dari setiap lapisan.
Gambar. 6 Tampilan Pseudo Cross-Section
Gambar.7 Nilai kedlaaman, ketebalan dna
rho.
KESIMPULAN
Hasil dari penelitan ini diidapat
kesimpulan:
1. Halaman SCC ITS dengan
kedalaman 50 M memiliki 8 lapisan
2. Ketebalan masing masing lapisan
adalah 0.108 meter, 0,402 meter,
1,02 meter, 1,43 meter, 2,58 meter,
2,79 meter dan 2, 82 meter
3. Nilai error didapatkan 1,38%.