Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2887/2/BAB I - V.pdfStruktur...
Transcript of Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2887/2/BAB I - V.pdfStruktur...
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak zaman dulu, orang – orang dari berbagai golongan dan umur selalu tertarik
pada cerita. Ketelitian, keterampilan dan berbagai teknik dibutuhkan untuk
menciptakan sebuah cerita yang menarik. Sebuah cerita memiliki berbagai elemen
di dalamnya. Berbagai elemen tersebut menjadikan cerita lengkap dan menarik
sehingga pendengar atau penonton betah dan rela menghabiskan waktu untuk
menonton.
Cerita dalam film memiliki berbagai elemen yang mendukung satu sama
lain. Field (2005) menjelaskan bahwa sebuah cerita dalam film akan lengkap bila
semua elemen seperti pergerakan, karakter, konflik, adegan, pembabakan, dialog,
dan lainnya, hadir secara lengkap dalam cerita. Semua elemen itu merupakan
bagian dari struktur. Struktur sendiri definisinya adalah hubungan antara bagian –
bagian dan keseluruhan suatu objek. Bila salah satu elemen tidak hadir, maka
struktur cerita tidak akan lengkap (hlm. 20). Konflik merupakan salah satu bagian
dari struktur dalam cerita. Ini berarti sebuah cerita tidak akan bisa tercipta tanpa
adanya konflik.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Konflik merupakan salah satu elemen utama untuk membuat sebuah cerita
menjadi lengkap dan dapat berjalan. Semua cerita dramatis yang kuat tercipta dari
konflik. Cowgill (2008) mengatakan bahwa salah satu syarat sebuah drama adalah
protagonis harus bertemu dengan konflik. Ia menjelaskan bahwa konflik
dibutuhkan untuk membangun tensi dan ketengangan yang membuat penonton
tertarik untuk mencari tahu kelanjutan cerita (hlm. 12). Tanpa konflik, cerita akan
terasa membosankan dan monoton bagi penonton. Sebuah cerita tidak dapat hidup
tanpa adanya konflik. Salah satu permasalahan yang bisa diangkat sebagai konflik
utama dalam cerita adalah isu generation gap.
Falk & Falk (2005) menjelaskan bahwa Generation Gap adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menjelaskan perbedaan nilai di antara satu generasi
dengan generasi lainnya. Ada sebagian orang menolak untuk menyesuaikan diri
dengan generasi lain karena adanya perbedaan nilai, sikap dan gaya hidup yang
kontras. Perbedaan antar generasi juga dapat menimbulkan isu tentang kekuasaan,
status, dan tanggung jawab. Generasi yang lebih tua punya kekuasaan lebih
dibandingkan dengan generasi yang lebih muda dalam hal pengambilan keputusan
dan pengaturan sumber daya. (hlm. 53–54).
Isu generation gap merupakan isu global yang dialami oleh hampir semua
orang. Perbedaan pemikiran dan cara pandang antar generasi sering menjadi
penyebab utama munculnya konflik antar individu, kelompok bahkan anggota
keluarga. Konflik akibat perbedaan generasi dapat menjadi cerita menarik untuk
dituliskan dalam bentuk naskah film. Pengembangan konflik dalam naskah film
Listed As Brother akan didasari dengan isu generation gap.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengembangan konflik berdasarkan isu generation gap dalam penulisan
naskah film panjang Listed as Brother?
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam laporan ini dibatasi pada
pengembangan konflik berdasarkan generation gap antara karakter Heru sebagai
perwakilan generasi tua dan Kevin sebagai perwakilan generasi muda pada :
1. Babak pertama : Kekuatan naskah film panjang “Listed as Brother” atau
hal – hal signifikan dari perbedaan antara karakter utama Heru dan Kevin
yang ditunjukkan secara fisiologis dan sosiologis.
2. Babak kedua : Konflik dalam naskah film panjang “Listed as Brother” yang
dikembangkan berdasarkan isu generation gap.
3. Babak ketiga : Resolusi dari konflik yang didasari oleh isu generation gap
yaitu berupa penyatuan atau penjembatanan antara 2 generasi yang
mengalami konflik berdasarkan generation gap.
1.4. Tujuan Tugas Akhir
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengekplorasi teknik-teknik
pengembangan konflik berdasarkan isu generation gap dalam naskah film panjang
Listed as Brother.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
1.5. Manfaat Tugas Akhir
1. Bagi penulis menambah wawasan tentang teknik penulisan naskah film
panjang, terutama dalam hal pengembangan konflik
2. Bagi pembaca tulisan ini akan memberikan khazanah studi tentang penulisan
naskah untuk film panjang berdasarkan isu generation gap
3. Bagi universitas sebagai tambahan koleksi perpustakaan dan sumber
referensi untuk angkatan berikutnya
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini, dipaparkan teori-teori sesuai dengan topik penelitian. Teori-teori
diambil dari sumber literatur berupa buku dan tinjauan pustaka lainnya. Teori yang
menjadi pokok pembahasan adalah: Film, naskah film, tugas dan tanggung jawab
penulis naskah, konflik dalam naskah film dan generation gap.
2.1. Film
Thomson-Jones (2008) menjelaskan bahwa pengertian film masih sangat ambigu.
Film bisa diartikan sebagai sebuah bentuk karya seni yang menggunakan berbagai
media fisik seperti misalnya seluloid, video atau format digital. Film juga bisa
diartikan hanya sebagai suatu medium untuk menampilkan sebuah karya seni.
Terkadang istilah film juga digunakan untuk menjelaskan sebuah karya seni yang
secara spesifik hanya dibuat dengan menggunakan medium film tradisional (hlm.
1). Meskipun pengertian istilah film masih ambigu hingga saat ini, istilah film
masih tetap digunakan oleh berbagai kalangan. Pengartian film yang ambigu
membuat film mendapat pandangan yang berbeda-beda dari tiap kelompok
masyarakat.
Pramaggiore dan Wallis (2008) menjelaskan bahwa film adalah sebuah
bentuk karya seni kompleks yang memiliki pengaruh kuat bagi dunia sejak abad ke-
20. Film telah berkembang menjadi sebuah industri hiburan global. Film telah
menjadi sarana hiburan di seluruh penjuru dunia. Selain itu, film juga dapat
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
memberi penonton dorongan untuk berpikir dan memunculkan pertanyaan
mengenai isu sosial, intelektualitas, estetika serta moral (hlm. 2). Film secara tidak
langsung dapat mempengaruhi kehidupan penontonnya. Film dapat menghasilkan
pemikiran serta kepedulian terhadap isu-isu yang ada di dalam kehidupan
masyarakat. Namun, agar sebuah film bisa memiliki dampak kuat, film perlu dibuat
sebaik dan semenarik mungkin agar masyarakat tertarik untuk menonton.
Menurut Lawson (dalam Dick, 1998) film adalah sebuah cerita yang
diceritakan dalam bentuk audiovisual. Film dimulai dari sebuah premis, dibangun
hingga menuju klimaks (hlm. 2). Berdasarkan definisi tersebut, cerita merupakan
hal pertama yang diperlukan untuk membuat sebuah film. Sebelum dituangkan
dalam bentuk audiovisual, sebuah cerita dituliskan dalam bentuk naskah film.
2.2. Naskah Film
Field (2005) menjelaskan bahwa naskah film adalah sebuah cerita yang diceritakan
dengan menggunakan gambar, dialog dan deskripsi. Cerita yang diceritakan
memiliki struktur naratif pada umumnya (hlm. 20). Naskah film ditulis dengan
tujuan untuk difilmkan. Film sendiri merupakan cerita dalam bentuk audiovisual.
Oleh karena itu, sebuah naskah film harus ditulis dengan tujuan untuk
diterjemahkan dalam bentuk gambar dan suara.
Cowgill (2008) menjelaskan bahwa menulis sebuah naskah film tidak hanya
sekedar menceritakan sebuah cerita dalam bentuk adegan dengan menggunakan
dialog dan pergerakan. Sebuah naskah film harus ditulis dengan pemahaman
mengenai prinsip-prinsip dasar drama. Cerita harus disampaikan dengan struktur
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
dramatika yang benar agar penonton tetap bisa betah untuk menyimak ceritanya
hingga selesai (hlm. 9-11). Inti dari sebuah naskah film adalah untuk menceritakan
sebuah cerita. Cerita yang bagus tidak akan terdengar bagus jika tidak disampaikan
dengan benar. Prinsip-prinsip dasar drama menjadi hal penting yang perlu dipahami
oleh penulis naskah sebelum menulis sebuah naskah film.
Tugas dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Menurut Howard dan Mabley (1993), dalam menulis naskah, seorang penulis
naskah harus berkomunikasi dengan sutradara, aktor, penata kostum,
sinematografer, sound designer, production designer, editor dan semua crew utama
yang terlibat dalam pembuatan film. Penulis naskah juga harus memperhatikan
psikologi penonton dan peraturan dalam penyampaian cerita melalui gambar.
Semua hal itu juga masih harus dilakukan sambil menyesuaikan kepribadian semua
karakter yang ada di dalam cerita (hlm. 3). Hal ini membuat penulis naskah sering
kali kesulitan untuk menuliskan sebuah naskah yang berkualitas baik. Tuntutan
dalam menulis sering sekali saling berbenturan, sehingga terkadang penulis
kesulitan untuk membuat naskah yang baik.
Dethridge (2003) menjelaskan bahwa, untuk menuliskan sebuah naskah
yang baik, penulis harus menciptakan sebuah dunia dan realitas baru. Sebuah dunia
khayalan dimana semua batasan normal ruang, waktu, prilaku dan psikologi yang
ada didunia nyata, tidak lagi berlaku (hlm. 14). Sebuah dunia dan realitas sendiri
memberikan kebebasan bagi penulis untuk menentukan cara kerja berbagai hal serta
batasan dalam dunia tersebut. Ini memberikan keleluasaan bagi penulis naskah
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
untuk menciptakan konflik, karakter dan tempat yang sesuai untuk mendukung
cerita yang akan disampaikan.
Field (2005) mengatakan, “Semua drama adalah konflik; Tanpa konflik, tidak ada
aksi; tanpa aksi, tidak ada karakter; tanpa karakter, tidak akan ada cerita; tanpa
cerita, tidak akan ada naskah film” (hlm. 25). Naskah film bertujuan untuk
menceritakan sebuah cerita. Sebuah cerita harus memiliki karakter. Untuk
menciptakan karakter, diperlukan pergerakan atau aksi sehingga penonton tahu
siapa harus diperhatikan atau diikuti sebagai karakter utama. Pergerakan atau aksi
muncul akibat adanya konflik. Semua drama merupakan konflik. Oleh karena itu,
seorang penulis naskah yang baik harus bisa mengembangkan konflik.
2.3. Karakter
Bernhardt (2013) menjelaskan bahwa karakter merupakan elemen paling penting
dari sebuah cerita. Ia menjelaskan bahwa karakter adalah elemen awal yang paling
penting dalam sebuah cerita naratif. Ketika karakter yang diciptakan tidak menarik,
maka semua elemen penting dalam cerita akan ikut menjadi tidak menarik. (hlm.
8). Karakter merupakan salah satu elemen cerita yang termasuk dalam struktur.
Tanpa adanya karakter, sebuah cerita tidak akan bisa berjalan. Sebuah cerita diawali
dengan seorang karakter.
Garfinkel (2007) menjelaskan bahwa karakter memberikan pengarahan,
sumber emosi, pesan, dimensi dan tampilan umum bagi sebuah cerita. Ia
menjelaskan bahwa cerita yang baik akan menampilkan informasi – informasi inti
mengenai karakter utama pada babak pertama, lalu kemudian pada babak kedua dan
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
ketiga dalam film akan ditampilkan kejadian – kejadian yang paling penting dalam
hidup karakter utama (hlm. 23 – 24). Karakter dalam cerita harus dijelaskan dengan
jelas di awal cerita. Hal ini diperlukan agar penonton dapat mengerti apa sedang
diceritakan dan kenapa cerita ini bisa terbentuk.
Garfinkel (2007) menjelaskan karakter utama yang baik adalah karakter
utama yang bisa dihubungkan dengan penonton (hlm. 24). Penonton tidak bisa
merasakan hal yang sama persis seperti karakter utama karena penonton tidak
mengalami secara langsung apa yang dialami oleh karakter tersebut. Tetapi
penonton bisa merelasikan diri dengan emosi, perasaan, keinginan, ketakutan,
kepercayaan, serta nilai – nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam karakter
utama tersebut. Seluruh hal yang dialami oleh karakter akan terlihat sangat spesifik
karena setiap karakter memiliki karakteristik dan elemen-elemen yang unik dalam
dirinya. Karakteristik dan elemen–elemen yang terkandung dalam karakter disebut
sebagai dimensi karakter.
Egri (2009) menyatakan bahwa setiap manusia bisa dideskripsikan dalam
tiga dimensi yang terpisah, yaitu : fisiologi, sosiologi, psikologi. Ia menjelaskan
bahwa fisiologi karakter adalah kondisi fisik dari karakter yang kemudian
mempengaruhi cara pandangnya terhadap hal – hal yang ada di sekitarnya.
Sosiologi adalah keadaan sosial yang ada di sekitar karakter yang mempengaruhi
cara karakter tersebut merespon segala hal. Sedangkan psikologi adalah kondisi
kejiwaan dan perilaku yang dihasilkan dari cara pikir dan pandang yang
dipengaruhi oleh fisiologi dan sosiologi karakter tersebut (hlm. 33-34). Setiap
karakter dalam cerita dibuat dengan memiliki kepribadian seperti manusia. Hal ini
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
bertujuan agar penonton dapat merelasikan diri mereka dengan karakter tersebut.
Dengan tiga dimensi tersebut, maka akan diketahui penyebab dari perilaku seorang
karakter, perubahan terus menerus yang dialami oleh karakter tersebut, dan
mengapa karakter tersebut harus berubah, terlepas dari apakah karakter tersebut
menginginkan perubahan itu atau tidak.
Chitlik (2013) menambahkan bahwa kondisi fisik, keadaan sekitar, dan
emosi seorang karakter akan memberikan motivasi yang jelas untuk setiap hal yang
dilakukan oleh karakter di dalam cerita (hlm. 2). Kondisi fisik, keadaan sekitar dan
emosi seorang karakter dapat mencerminkan kepribadian seorang karakter.
Kepribadian seorang karakter dapat terlihat dengan jelas ketika motivasi setiap
karakter dalam melakukan setiap hal terlihat dengan jelas. Kondisi fisik, keadaan
sekitar dan kondisi emosional karakter dijelaskan sebagai fisiologi, sosiologi dan
psikologi karakter.
Fisiologi Karakter
Seger (1990) menjelaskan bahwa penonton akan mendapatkan impresi visual
seorang karakter bila diberikan informasi tentang kondisi fisik karakter tersebut. Ia
menegaskan bahwa dengan menampilkan informasi tentang kondisi fisik karakter,
penonton akan membuat bayangan dan pendapat pribadi dalam pikiran mereka
mengenai kepribadian dan cara karakter tersebut merespon sesuatu (hlm. 27).
Kondisi fisik dari karakter akan memunculkan kesan dari kepribadian karakter.
Penonton dan pembaca akan menilai karakter tersebut melalui deskripsi fisik
terlebih dahulu. Kemudian penonton mulai akan menambahkan sendiri detail –
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
detail kecil mengenai perilaku karakter dalam bayangan mereka. Egri (2009)
menjelaskan hal – hal yang mendefinisikan fisiologi karakter adalah :
1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Tinggi dan berat badan
4. Warna rambut, mata dan kulit
5. Postur Tubuh
6. Penampilan
7. Kecacatan fisik
8. Keturunan
Sosiologi Karakter
Egri (2009) menyatakan bahwa sosiologi karakter adalah dimensi kedua yang harus
ditambahkan dalam seorang karakter. Ia menjelaskan bahwa kondisi sosial yang
ada di sekitar karakter menentukan reaksi dan cara pandang karakter terhadap hal –
hal tertentu yang dijumpai oleh karakter tersebut (hlm. 33). Egri menambahkan, hal
– hal yang termasuk dalam sosiologi karater adalah :
1. Kelas sosial
2. Pekerjaan
3. Pendidikan
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
4. Tempat tinggal
5. Status sosial
6. Kewarganegaraan dan etnis
7. Kepercayaan atau agama
8. Pandangan politik
9. Hobi
2.3.3 Psikologi Karakter
Brooks (2011) menjelaskan psikologi merupakan salah satu aspek yang paling
penting dalam penulisan cerita. Ia menjelaskan bahwa karakter utama di dalam
cerita perlu berperilaku sebagaimana layaknya manusia pada umumnya (hlm. 93).
Psikologi memberikan informasi bagaimana seorang karakter bisa memiliki
pemikiran dan melakukan perbuatan di dalam cerita yang ditulis. Penambahan
unsur psikologi karakter memberikan petunjuk mengenai penyebab dari emosi yang
dirasakan oleh karakter serta latar belakang dari pemikiran dan perbuatan karakter.
Latar belakang tersebut kemudian memberikan informasi mengenai cara pandang
karakter tersebut terhadap hal yang terjadi di sekitarnya.
Morrow (seperti dikutip Seger 1990, hlm. 63) mengatakan bahwa separuh dari
penulisan cerita adalah psikologi. Ia menjelaskan bahwa setiap orang memiliki
motivasi dan intensi ketika melakukan sesuatu. Orang tidak akan melakukan
sesuatu tanpa alasan apapun. Dalam karakter diperlukan sebuah dasar yang
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
konsisten dari segala perilaku dan perbuatan karakter tersebut. Untuk menciptakan
dasar yang konsisten, diperlukan informasi tentang apa yang kemungkinan akan
dilakukan oleh seorang karakter pada situasi tertentu. Egri (2009) menjelaskan
unsur – unsur yang mendefinisikan psikologi dari karakter adalah :
1. Seksualitas
2. Nilai moral
3. Cita-cita atau ambisi pribadi
4. Kesedihan
5. Temperamen
6. Kompleksitas kepribadian, ketakutan dan obsesi
7. Penilaian akan suatu hal
8. I.Q.
9. Kemampuan berbahasa atau bakat lainnya
10. Sikap terhadap hal yang ada di sekitar
11. Selera
2.4. Konflik
Konflik dalam kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai percekcokan,
perselisihan atau pertentangan. Herman (2009) menjelaskan bahwa konflik dalam
cerita adalah suatu keadaan atau proses terjadinya gangguan terhadap status quo
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
tokoh utama dalam cerita. Gangguan terhadap kehidupan serta keadaan awal tokoh,
menciptakan permasalahan spesifik yang hanya bisa diselesaikan oleh tokoh
tersebut (hlm. 182). Kehidupan serta keadaan awal dunia tokoh dalam cerita
berperan penting dalam pembentukan konflik. Gangguan ini memaksa tokoh dalam
cerita untuk memilih antara menyesuaikan diri dengan keadaan yang telah berubah
atau berusaha untuk mengembalikan keadaan menjadi seperti semula.
Field (2005) menjelaskan bahwa konflik dalam cerita merupakan inti dari
penulisan cerita. Konflik dapat berbentuk perlawanan, perkelahian, pertempuran,
permusuhan, perdebatan, ketakutan, internal maupun eksternal. Tanpa konflik
sebagai fondasi, sebuah cerita akan sangat sulit dibuat dan cenderung tidak menarik
(hlm. 246-247). Sebuah cerita tidak bisa tercipta tanpa konflik. Konflik dari dalam
diri karakter dan dari dunia luar memberikan alasan kuat bagi karakter untuk
melakukan berbagai hal yang dilakukan oleh karakter dalam cerita. Hal ini
membuat sebuah cerita menjadi lebih menarik dan bisa dimengerti.
Cowgill (2008) menjelaskan bahwa konflik serta konsekuensinya berguna
untuk memperlihatkan kepribadian karakter (hlm. 30). Konflik memaksa karakter
dalam cerita untuk masuk ke dalam zona tidak nyaman bahkan ekstrim. Keadaan
tidak nyaman atau ekstrim ini dapat dijadikan sebagai pemicu reaksi dari karakter
yang memperlihatkan lapisan dalam kepribadian karakter. Konflik dapat
memperlihatkan sisi tersembunyi dalam diri karakter melalui aksi dan reaksi
karakter dalam menghadapi konflik (Ballon, 2005. hlm. 50).
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Perbedaan antara dua pihak dalam cara pikir, cara bereaksi serta pengambilan
keputusan juga dapat menghasilkan konflik. Schmidt (2005) berpendapat bahwa
konflik terbentuk dari perbedaan antara 2 pihak yang bisa berupa orang, ide,
perasaan, serta keadaan. Benturan ini yang kemudian akan berfungsi sebagai
penggerak cerita (hlm. 7). Benturan yang dihasilkan dari perbedaan dapat menjadi
alasan bagi karakter untuk memperjuangkan tujuan masing-masing. Keinginan
karakter dalam memperjuangkan tujuan membuat cerita dapat terus berjalan hingga
kedua pihak mendapatkan suatu penyelesaian.
Cowgill (2008) berpendapat bahwa ketika konflik antara protagonis dan
antagonis dibangun berdasarkan benturan atau oposisi yang jelas, maka ide cerita
akan terlihat semakin kuat (hlm. 34). Perbedaan yang jelas akan memberikan
benturan yang lebih keras antara protagonis dan antagonis. Tujuan protagonis yang
berlawanan dengan tujuan antagonis memberikan alasan logis bagi kedua pihak
untuk saling melawan satu sama lain. Alasan logis tersebut membuat ide cerita lebih
menarik, masuk akal dan mudah dimengerti.
Costello (2006) menjelaskan bahwa konflik tercipta ketika tujuan dan
kebutuhan protagonis berlawanan dengan keadaan atau tujuan dan kebutuhan pihak
lain. Ia juga menambahkan bahwa selain pihak lain, kebutuhan dan tujuan karakter
utama juga bisa mengalami benturan dengan nilai, moral serta sifat dalam dirinya
sendiri selama ini. Hal ini juga akan membentuk konflik dan tensi (hlm. 52-53).
Cowgill (2008) menjelaskan bahwa konflik emosional, seksual atau
intelektual terkadang lebih efektif karena penonton lebih dekat dengan
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
permasalahan ini dalam kehidupan sehari–hari (hlm. 41). Hal ini dikarenakan
semua orang pernah mengalami gesekan secara emosional dalam kehidupan sehari
– hari. Namun tidak berarti bahwa film atau cerita tidak seharusnya menggunakan
adegan kekerasan fisik untuk menunjukkan konflik dan secara efektif memberikan
tensi pada penonton. Beberapa film seperti Gladiator, City of God, Se7en, dan
Munich memerlukan konflik yang melibatkan kekerasan fisik untuk menyampaikan
ceritanya. Penggabungan konflik emosional dan fisik juga bisa menjadi sangat
efektif seperti dalam film The Pianist.
Tipe Konflik
Schmidt (2005) mengungkapkan bahwa ada 6 jenis konflik populer yang dapat
digunakan di dalam sebuah cerita, yaitu: konflik relasional, konflik internal, konflik
situasional, konflik paranormal, konflik kosmik dan konflik sosial (hlm. 15-17).
1. Konflik Relasional
Schmidt (2005) menjelaskan bahwa konflik relasional adalah konflik antara satu
orang dan satu orang lainnya. Biasanya muncul diantara protagonis dan antagonis
yang bertarung atau berkompetisi demi satu tujuan yang sama dan hanya bisa
dimenangkan oleh satu orang saja. Ini berarti jika satu orang berhasil, maka
lawannya tidak akan bisa mencapai tujuan yang sama (hlm. 17).
Ballon (2005) menjelaskan bahwa konflik orang melawan orang biasanya
bercerita tentang protagonis berusaha mencapai tujuannya, namun karakter lain
bertujuan untuk menghalangi karakter utama untuk mencapai tujuannya. Jenis
konflik ini adalah jenis paling populer. Konflik orang melawan orang yang paling
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
dramatis biasanya membahas tentang cerita personal mengenai keluarga, percintaan
atau hubungan emosional penting dari karakter utama (hlm. 51).
2. Konflik Internal
Cowgill (2008) menjelaskan bahwa konflik internal adalah permasalahan
internal yang harus karakter utama selesaikan sebelum mencoba untuk mencapai
tujuannya. Masalah ini bisa berupa masalah emosional, psikologikal atau spiritual.
Konflik ini dapat membantu untuk menunjukkan tema cerita. Ketakutan, sifat
kekanakkan, arogansi, atau harga diri merupakan masalah internal yang harus
karakter hadapi (hlm. 81).
Dalam konflik internal, protagonis harus melawan sisi lain dari dirinya
sendiri. Sisi lain ini biasanya mempengaruhi karakter sehingga tidak yakin dengan
dirinya sendiri maupun tujuannya (Schmidt, 2005, hlm. 16). Ballon (2005)
menambahkan bahwa konflik internal biasanya menceritakan tentang karakter
utama mencoba untuk melampaui kekurangannya atau melawan
ketergantungannya. Hampir semua cerita tragedi karangan William Shakespeare
menggunakan jenis konflik ini (hlm. 50).
3. Konflik Situasional
Schmidt (2005) menjelaskan bahwa konflik situasional adalah pertarungan orang
melawan alam atau lingkungan (hlm. 16). Karakter tidak setuju dengan cara
menghadapi sebuah peristiwa alam. Biasanya konflik ini dapat membahayakan
nyawa dan karakter utama harus memunculkan kekuatan dirinya untuk
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
menyelamatkan diri. Tujuan karakter utama selalu dihalangi dan nyaris digagalkan
oleh suatu peristiwa alam. Tipe konflik ini berpusat pada masalah hidup dan mati.
4. Konflik Sosial
Schmidt (2005) menjelaskan bahwa konflik sosial adalah pertarungan antara
protagonis dengan antagonis berbentuk sebuah kelompok (hlm. 17). Biasanya
protagonis memiliki suatu tujuan dan dihalangi oleh sekelompok orang dengan
kepentingan tertentu. Kelompok ini bisa berbentuk kelompok agama, institusi,
perusahaan atau suku.
Jenis-jenis konflik di atas dapat digunakan untuk setiap adegan di dalam
sebuah naskah film. Selain digunakan secara terpisah, setiap adegan juga bisa
menggunakan beberapa jenis konflik sekaligus. Dari 6 jenis konflik yang ada, 4
jenis konflik yang sudah dijelaskan akan digunakan sebagai patokan untuk
mengembangkan konflik yang sesuai dengan naskah film panjang “Listed As
Brother”. Salah satu penyebab konflik adalah isu generation gap.
2.5. Generation Gap
Definisi kata generasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sekalian orang
yang kira-kira sama waktu hidupnya. Kata generasi juga didefinisikan sebagai masa
orang-orang satu angkatan hidup. O’Donnel (1985) menjelaskan bahwa generasi
adalah sekumpulan orang atau kelompok yang lahir pada tahun yang kurang lebih
sama meskipun tidak memiliki hubungan darah (hlm. 2). Setiap generasi
dipisahkan berdasarkan tahun kelahirannya. Meskipun umurnya hanya berbeda
sedikit, namun apabila 2 orang yang lahir dalam tahun kelahiran yang
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
dikelompokkan dalam generasi yang berbeda, maka mereka akan tetap dipisahkan
dalam generasi yang berbeda.
Falk & Falk (2005) menjelaskan bahwa generation gap adalah istilah untuk
menjelaskan perbedaan cara pandang, nilai, gaya hidup dan perilaku antara generasi
tua dan muda. Ia mengatakan bahwa generasi tua memiliki kontrol lebih dalam
pengambilan keputusan dan penggunaan sumber daya. Namun generasi muda
menolak untuk selalu tunduk pada keputusan yang diambil oleh generasi tua (hlm.
53-54). Generasi muda memiliki cara pikir, cara pandang, perilaku serta gaya hidup
yang berbeda dengan generasi tua. Ini dikarenakan generasi muda hidup, tumbuh
dan berkembang di masa yang berbeda dengan generasi tua. Generasi muda
memiliki pengalaman hidup yang berbeda dengan generasi tua. Oleh karena itu
sering kali terjadi konflik di antara kedua generasi akibat perbedaan pemikiran.
Prasad (1992) menjelaskan bahwa generasi tua sering kali merasa bahwa
generasi muda tidak sebaik dan sekompeten generasi tua. Generasi tua menganggap
generasi muda lebih rentan dan lebih cenderung salah dalam mengambil keputusan.
Sedangkan generasi muda menganggap generasi tua ketinggalan zaman,
konservatif dan kurang pengertian. Namun sebaliknya, generasi tua menganggap
generasi muda kurang memiliki pemahaman, terlalu radikal dan kurang memiliki
rasa hormat (hlm. 12). Kedua generasi sama-sama merasa bahwa diri mereka lebih
benar dan lebih baik. Kedua generasi mengalami kesulitan untuk memahami satu
sama lain. Cara pandang masing-masing generasi terhadap dunia sangat berbeda,
sehingga tiap generasi memiliki perilaku dan reaksi yang berbeda.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Prasad (1992) menjelaskan bahwa perubahan zaman yang cepat membuat
konflik antar generasi semakin terlihat karena terjadi perubahan cepat dalam
tatanan sosial sehingga tercipta jarak antar generasi satu dengan generasi
selanjutnya. Generasi muda sulit untuk menerima cara tradisional yang telah
dikembangkan oleh generasi tua melalui pengalaman seumur hidup mereka.
Generasi tua melihat diri mereka sebagai lambang stabilitas sehingga mereka
mengambil alih kekuasaan dan membutuhkan kepatuhan untuk mempertahankan
status quo (hlm. 13). Generasi tua akan bersikeras mempertahankan norma dan
nilainya. Generasi muda yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi serta paparan
informasi serta budaya dunia secara cepat akan menjadi pembawa perubahan bagi
nilai dan norma yang telah dibuat dan dijalani oleh generasi tua selama bertahun–
tahun. Perbedaan antar generasi semakin besar akibat kecepatan perubahan sosial
yang terus meningkat.
Prasad (1992) menjelaskan bahwa setiap masyarakat yang terus
berkembang dengan cepat, tidak akan bisa menghindari tensi dan perbedaan antar
generasi. Perubahan akan memunculkan konflik dan tensi tersendiri. Generasi tua
sering sekali dianggap tidak adil oleh generasi muda, karena adanya ketidak
seimbangan kekuasaan di antara mereka. Namun generasi tua menganggap
ketimpangan kekuasaan tersebut sebagai keteraturan dan pembagian struktur
kekuasaan yang adil (hlm. 20-21). Perbedaan ini dikarena generasi tua merasa lebih
berpengalaman, tetapi generasi muda merasa lebih kompeten dan mengerti dengan
keadaan. Generasi tua yang memegang kekuasaan akan mencoba mempertahankan
keadaan yang sudah stabil, namun generasi muda menginginkan perubahan,
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
sehingga terjadi konflik diantara mereka. Konflik antar generasi yang saat ini sering
terlihat adalah antara generasi X dan generasi Y.
2.5.1 Generasi X dan Y
Setiap generasi terpisah menurut tahun kelahiran mereka. Sprague (2008)
mengungkapkan bahwa terdapat 4 generasi yang dibedakan berdasarkan tahun
kelahiran mereka (hlm. 3). Berikut adalah 4 generasi tersebut beserta tahun
kelahiran mereka :
Tabel 2.1. Tahun Kelahiran Setiap Generasi
(Sprague, 2008)
Deskripsi Generasi
Tradisionalis
Generasi
Baby boomer
Generasi X Generasi Y /
Millenials
Tahun
kelahiran
1928-1945 1946-1964 1965-1979 1980-2000
Strauss dan Howe (2009) menjelaskan bahwa istilah generasi X muncul dari
kelompok generasi X sendiri. Mereka yang lahir antara tahun 1961-1964 melabeli
diri mereka sendiri sebagai generasi X karena mereka tidak ingin disamakan dengan
kelompok generasi baby boomer (hlm. 73). Banyak orang yang lahir antara tahun
1943-1945 menyebut diri mereka sebagai generasi baby boomer. Sekelompok
orang-orang yang lebih muda, menolak untuk disebut sebagai generasi baby
boomer karena adanya perbedaan pendapat dan cara pandang dalam berbagai hal.
Kelompok orang-orang muda tersebut melabeli diri mereka sendiri sebagai generasi
X. Istilah generasi X sendiri menjadi populer sejak digunakan dalam novel tahun
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
1991, GENERATION X: TALES FOR AN ACCELERATED CULTURE karya
Douglas Coupland.
Zemke, Raines, dan Filipczak (2013) menjelaskan bahwa generasi X yang
dulu dikenal sebagai ahli dalam teknologi, pintar dan cerdas serta rajin bekerja, kini
telah memiliki anak. Seiring perubahan zaman dan masuknya generasi baru,
generasi X kini memiliki karakteristik gampang tersinggung dan cenderung
mengatakan segala hal secara langsung, meyakini bahwa pekerjaan adalah sesuatu
yang tidak bisa diganggu oleh hal lain dan mereka bekerja untuk hidup, bukan hidup
untuk bekerja. Generasi X yakin dengan masa depan personal mereka dan
meragukan masa depan generasi mereka serta merasa bahwa diri mereka adalah
orang-orang skeptis yang lebih baik bekerja sendiri dan selalu tepat waktu (hlm. 21-
22). Generasi X memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap diri mereka sendiri.
Namun mereka selalu meragukan orang lain, bahkan terhadap sesama generasi X.
Generasi X juga sangat memisahkan kehidupan pribadinya dan pekerjaan serta
mereka cenderung melakukan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu meskipun
tidak mereka sukai.
Zemke, Raines, dan Filipczak (2013) menambahkan bahwa dimata publik,
generasi X mendapat banyak anggapan yang tidak benar (hlm. 119). Berikut adalah
tabel anggapan mengenai generasi X yang tidak sesuai dengan fakta :
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Tabel 2.2. Anggapan dan Fakta Mengenai Generasi X
(Zemke, Raines, dan Filipczak, 2013)
Anggapan Terhadap Generasi X Fakta
Punya sifat materialistis Banyak orang dari generasi X
mengalami kesulitan dalam hal
finansial. Mereka seringkali tidak
mampu mengikuti atau memiliki gaya
hidup yang lebih baik dari orang tua
mereka. Mereka tidak punya cukup
uang untuk kebutuhan rumah tangga
dan pendidikan anak-anak mereka.
Mereka ingin melunasi hutang-hutang
mereka, sehingga uang menjadi
penting untuk mereka. Namun mereka
menganggap kekayaan material dan
barang-barang yang memberikan
mereka status tertentu tidak penting.
Suka mengeluh Generasi X menghadapi permasalahan
yang sangat sulit seperti harga biaya
kesehatan yang meningkat jauh dan
biaya pendidikan untuk anak yang
semakin mahal.
Mereka merasa bahwa dunia
berhutang pada mereka
Hampir semua generasi lainnya juga
memiliki sifat dan pemikiran seperti
ini.
Mereka pemalas dan tidak suka
bekerja keras
Semua anggota generasi X
menyatakan bahwa diri mereka
berkeinginan untuk bekerja keras,
namun mereka juga tidak mau
dimanfaatkan. Mereka hanya ingin
punya kehidupan di luar pekerjaan.
Egois Generasi X sering kali mengutamakan
kebutuhan teman atau keluarga
ketimbang diri mereka sendiri. Mereka
akan melakukan apapun untuk anak
mereka.
Generasi X yang kini telah menjadi generasi yang lebih tua dan posisi
mereka sebagai generasi muda kini telah digantikan oleh generasi Y atau disebut
juga sebagai Millennials. Howe dan Strauss (2009) mengungkapkan bahwa posisi
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
generasi muda di Amerika kini telah diisi oleh generasi Millennials. Millennials
lebih banyak dalam jumlah, lebih teredukasi, lebih makmur dan lebih bisa
menerima keberagaman (hlm. 9). Sebelumnya, generasi X dianggap sebagai
generasi muda. Namun dengan lahirnya generasi Millennials, generasi X kini
menjadi generasi yang lebih tua. Awalnya, generasi baru ini diberi label generasi Y
hanya karena generasi sebelum mereka dilabeli dengan nama generasi X. Namun
Strauss dan Howe memberi mereka nama Millennials, sesuai dengan tahun mereka
tumbuh besar, yaitu sekitar tahun 2000an.
Zemke, Raines, dan Filipczak (2013) menjelaskan bahwa generasi
Millenials atau generasi Y memiliki karakteristik seperti, pemikiran yang optimis
terhadap masa depan, menganggap teknologi digital adalah sesuatu yang natural,
kolaboratif dalam bekerja, bekerja dengan orientasi hasil dan pencapaian, sangat
menghargai keberagaman dan perbedaan, serta memiliki rasa percaya diri yang
tinggi (hlm. 130-134). Generasi Y selalu optimis bahwa keadaan di masa depan
akan menjadi lebih baik. Selain itu, mereka terlahir dan tumbuh besar ketika era
digital sudah berkembang, sehingga cara mereka memproses informasi sangat
berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi Y juga lebih cenderung bekerja
dalam kelompok dan sangat terorientasi pada hasil dan pencapaian karena sistem
pendidikan memiliki tingkat persaingan yang semakin ketat. Generasi Y memiliki
kepercayaan diri yang sangat tinggi dan sangat menghargai keberagaman karena
mereka dibesarkan dengan pemikiran bahwa mereka adalah anak-anak spesial yang
memiliki keunikan dan potensi masing-masing.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Elmore dan Cathy (2010) menjelaskan bahwa generasi Y atau yang biasa
disebut sebagai millennials, memiliki kehidupan yang terlalu terikat dengan
teknologi, sehingga mereka kesulitan untuk mengembangkan kemampuan untuk
berinteraksi tatap muka. Mereka cenderung menyelesaikan suatu masalah, terutama
masalah hubungan, melalui layar smartphone (hlm. 21-22). Generasi Y memiliki
keterikatan yang erat dengan teknologi. Kehidupan generasi Y sulit untuk lepas dari
bantuan teknologi. Bahkan teknologi salah satu bagian terpenting dalam hidup
mereka, sehingga apa yang terlihat dilayar, sudah bukan hanya informasi belaka,
namun juga mampu secara signifikan mempengaruhi emosi mereka.
Zemke, Raines, dan Filipczak (2013) menjelaskan bahwa generasi Y juga
mendapatkan pandangan yang tidak sesuai dengan fakta pada diri mereka (hlm.
152). Berikut adalah tabel pandangan masyarakat terhadap generasi Y yang tidak
sesuai dengan fakta, menurut Zemke, Raines dan Filipczak:
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Tabel 2.3. Anggapan dan Fakta Generasi Y
(Zemke, Raines, dan Filipczak, 2013)
Pandangan terhadap generasi Y Fakta
Mereka egois dan tidak peduli dengan
sekitar
Banyak dari generasi Y yang masih
merupakan pelajar, semakin tertarik
dengan volunterisme. Kegiatan bakti
sosial yang suka rela kini semakin
meningkat. Jumlah pelajar yang
menvoluntirkan diri mereka meningkat
sekitar 3.3 juta.
Mereka sangat pasif dan hanya
mengerjakan apa yang disuruh.
Mereka hanya ingin dihibur.
Generasi Y adalah pelajar dan
konsumen yang aktif. Generasi Y lebih
sedikit menonton TV dibandingkan
dengan generasi Boomers. Ketika
mereka pulang ke rumah, mereka akan
menyalakan komputer, mendengarkan
musik, membuka website namun
sekaligus juga mengerjakan tugas
sekolah mereka. Mereka berpikir,
belajar, dan mengkolaborasikan
semuanya sehingga sangat
mempengaruhi perkembangan otak
mereka.
Anak zaman sekarang sama sekali
tidak berguna.
The Child Trends Data Bank mencatat
bahwa adanya penurunan dalam
penyalahgunaan alkohol, narkotika,
kekerasan, tembakau dan kehamilan
dini pada generasi muda saat ini.
National Business Ethics Survey (NBES, 2010) mengungkapkan bahwa tiap
generasi telah terbentuk oleh pengalaman hidup, tren serta fenomena budaya (hlm.
2). Berikut adalah karakteristik generasi X dan Y menurut ERC:
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Tabel 2.4. Karakteristik Generasi X dan Y
(Ethic Resource Center, 2010)
Karakteristik Generasi X Generasi Y
Positif 1. Wirausahawan
2. Fleksibel dan
Kreatif
3. Nyaman dengan
teknologi
1. Cerdas teknologi
2. Terbiasa dan
menghargai
keragaman
3. Multitasker
Negatif 1. Skeptis dan sinis
2. Malas dan suka
menghindar
3. Mempertanyakan
sosok yang
berotoritas
1. Kurang fondasi
literasi dasar
2. Memiliki jangka
perhatian pendek
Generasi X dan Y di Indonesia
Luvaas (2013) mengatakan bahwa sebutan generasi X tidak pernah
menyebar luas di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa warga kelas menengah di
Indonesia sedang menikmati perkembangan pesat ekonomi. Namun krisis moneter
tahun 1997 memberikan dampak buruk pada perekonomian warga kelas menengah
sehingga mereka terpaksa harus beralih kepada barang-barang palsu atau bajakan
untuk mempertahankan gaya hidup mereka. Tetapi ada sebagian kaum urban muda
berpendidikan yang tidak terkena dampak krisis moneter dan beralih kepada punk,
hardcore, dan metal. Mereka mencoba untuk menciptakan gaya hidup alternatif
dengan menyerap budaya dari generasi X di benua Amerika sehingga membuat
mereka lebih pantas disebut sebagai generasi DIY (Do It Yourself) (hlm. 76).
Kelompok orang Indonesia dengan tahun kelahiran yang sama dengan generasi X,
tidak memiliki semua karakteristik yang dimiliki generasi X pada umumnya.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Generasi X di Indonesia cenderung memiliki sedikit karakteristik generasi Baby
boomer.
Andiyasari dan Pitaloka (2010) mengatakan bahwa generasi Y di Indonesia
memiliki cara pandang mereka sendiri terhadap dunia. Mereka tumbuh besar
dengan akses besar terhadap teknologi dan informasi. Mereka menjelaskan bahwa
social networking media bagian dari kehidupan generasi Y sehari – hari . Generasi
Y dianggap cenderung bersikap mandiri, sangat visual, berkepribadian unik dan
sangat tidak sabar. Sprague (2008) menambahkan bahwa generasi Y dianggap oleh
sebagian orang sebagai generasi tidak sabar, tidak loyal, tidak mau mengikuti
aturan, terlalu banyak menghabiskan waktu untuk online dan buruk dalam
komunikasi (hlm. 2).
Andiyasari dan Pitaloka (2010) mengatakan bahwa generasi diidentifikasi
bukan hanya berdasarkan umur dan karakteristik secara umum, namun juga
termasuk peristiwa penting yang mereka saksikan atau alami selama masa
pembentukan cara pandang mereka terhadap dunia. Mereka juga mengungkapkan
bahwa setiap generasi memiliki cara pandang terhadap dunia yang berbeda–beda
(hlm 373). Karakteristik setiap generasi terlihat dari sifat, sikap dan perilaku yang
dimiliki secara umum oleh sekelompok orang yang lahir ditahun yang kurang lebih
sama atau tidak berbeda jauh. Peristiwa dan pengalaman yang mereka alami
masing-masing membuat setiap generasi memiliki cara pikir dan sikap yang
berbeda. Ini berarti setiap generasi memiliki karakteristik masing-masing,
berdasarkan tahun kelahiran mereka.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Selain dari karakteristik , juga terdapat beberapa peristiwa penting yang ikut
serta membentuk cara pandang generasi X dan Y di Indonesia. Berikut daftar
peristiwa penting di Indonesia pada masa generasi X dan Y:
Tabel 2.5. Peristiwa bersejarah Generasi X dan Y di Indonesia
(Andiyasari dan Pitaloka, 2010)
Generasi X Generasi Y
Sentralisasi pemerintahan Desentralisasi pemerintahan demokratis
Stabilitas struktur pemerintahan Struktur pemerintahan yang dinamis
Monopoli infrastruktur
(telekomunikasi, bahan bakar,
televisi)
Ekspose informasi digital
Pembatasan Pers Kebebasan Pers
Pembatasan 3 partai politik Jejaring sosial maya
Jatuhnya rezim Soeharto setelah 30
tahun
Teknologi digital di keseharian
Krisis moneter Protes sosial secara terbuka
Krisis sosial politik (pemisahan
Timur Timor dari Indonesia)
Global dan digital entrepreneur
Reformasi politik Multi partai lebih dari 3 partai
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
BAB III
METODOLOGI
3.1. Gambaran Umum
LISTED AS BROTHER merupakan sebuah naskah film panjang tentang generation
gap antara 2 generasi. Naskah film panjang ini menceritakan sepasang kakak
beradik berbeda generasi yang harus melakukan perjalanan bersama untuk
mengambil alih warisan.
Perbedaan antar generasi tidak hanya ditunjukkan dengan fisik dan
perbedaan umur saja, tetapi juga cara pikir, cara pandang terhadap berbagai hal
seperti musik dan internet, sikap hingga perilaku dalam keseharian. Perbedaan
antara kedua generasi membuat kedua generasi mengalami benturan yang sulit
dihindari ketika mereka bertemu. Benturan antara kedua generasi menimbulkan
permasalahan yang dikenal dengan istilah generation gap. Isu generation gap
menjadi sebuah fenomena yang menarik sebagai sebuah cerita untuk naskah film.
Generation gap antara dua generasi merupakan dasar untuk
mengembangkan konflik utama dalam penulisan cerita dalam naskah film panjang
LISTED AS BROTHER. Konflik berdasarkan generation gap diciptakan sesuai
dengan perbedaan karakteristik generasi X yang diwakili oleh karakter HERU
dengan karakteristik generasi Y yang diwakili oleh karakter KEVIN.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Sinopsis
Di Jakarta modern masa kini, dengan layar jumbotron di tengah kota, berisi iklan
smartphone. HERU adalah pemilik bisnis percetakan berumur 50 tahun yang keras
kepala. Heru adalah seorang pria yang sangat konvensional bahkan cenderung
kolot. Di kantornya Heru juga dianggap sebagai seorang bos yang terlalu kolot oleh
karyawannya. Kondisi perusahaan Heru juga mulai terancam karena Heru yang
menolak untuk menggunakan media digital dan online.
Berbeda dengan KEVIN, remaja 15 tahun yang masih SMP. Kevin duduk
di atas kursi untuk meja komputer dengan bentuk jok mobil balap, dengan headset
di telinga, sibuk bermain game dengan smartphone. Dengan laptop yang masih
menyala, terlihat youtube di layar laptopnya. Sesekali Kevin beralih ke laptop,
membuka facebook, membalas chat. Kevin tinggal dengan tantenya, YUNI seorang
perempuan lajang berumur 45 tahun. Yuni selalu sibuk dengan telepon di
telinganya, sibuk bergosip ria sambil mengecat kuku kakinya. Kevin merasa tidak
nyaman tinggal bersama tantenya yang tidak menganggapnya sebagai keluarga.
Suatu hari, Heru mendapatkan kabar bahwa ayahnya telah meninggal dan
meninggalkan harta warisan di Surabaya. Namun Heru juga mendapatkan berita
bahwa harta warisan tidak jatuh kepada dirinya, tetapi kepada Kevin, yang ternyata
merupakan adik tiri Heru yang tidak pernah dia kenal, anak dari istri kedua ayahnya.
Saat mendengar bahwa ayah Heru meninggal, Desmon, pengacara dan teman baik
Heru mengusulkan untuk bertemu dengan Kevin. Heru lalu bertemu dengan Kevin
untuk pertama kalinya, ditemani oleh Yuni dan Desmon.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Dari awal pertemuan, Heru sudah merasa sangat tidak cocok dengan Kevin.
Bahkan Heru membenci Kevin karena Heru menganggap Kevin sebagai bocah
kurang ajar yang tidak punya sopan santun. Kevin sangat cuek, dengan headset
ditelinganya, smartphone di tangannya, tidak memperdulikan keadaan sekitar.
Desmon mengusulkan pada Heru untuk menemani Kevin pergi ke Surabaya untuk
melayat agar bisa memberikan kesempatan bagi Heru untuk mengontrol warisan
Kevin dan menolong Heru dari kesulitan finansial yang sedang dialaminya.
Meskipun awalnya tidak setuju, namun akhirnya Heru mengiyakan karena tidak
punya pilihan lain. Setelah membujuk Yuni, akhirnya mereka sepakat agar Heru
dan Kevin yang berangkat ke Surabaya.
Di hari keberangkatan, setelah Heru menjemput Kevin, mereka pun
berangkat ke bandara. Sampai di bandara, Kevin baru memberitahukan pada Heru
bahwa dia tidak berani naik pesawat. Kevin menjelaskan bahwa dirinya takut untuk
naik pesawat setelah menonton sebuah video kecelakaan pesawat di internet. Heru
kesal setengah mati karena sudah memesan tiket dan tiba di bandara. Awalnya Heru
berencana untuk membatalkan perjalanan, namun mendadak Heru mendapat kabar
bahwa penagih hutang ada di depan rumahnya. Heru akhirnya memutuskan untuk
berangkat lewat jalur darat.
Mereka berdua berangkat dengan menggunakan mobil Heru. Pada awal
perjalanan, Heru mencoba untuk menarik simpati Kevin. Bukannya mendapatkan
simpati Kevin, Heru malah kesal karena terus berdebat dengan Kevin. Heru merasa
memegang kendali karena dia lebih tua. Kevin merasa Heru terlalu kolot dan
ketinggalan zaman.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Sepanjang perjalanan, mereka menemui berbagai masalah. Meskipun
mereka memiliki perbedaan umur, pendapat dan cara pikir, tetapi mereka tetap
saling membantu. Mereka tetap saling membantu karena sepanjang perjalanan dari
Jakarta menuju Surabaya, mereka hanya memiliki satu sama lain untuk menghadapi
masalah yang datang. Secara perlahan, tumbuh simpati dalam diri mereka terhadap
satu sama lain.
Saat tiba di Surabaya, Heru dan Kevin tidak pergi ke kantor pengacara.
Mereka berdua malah pergi ke mall untuk menjual handphone lama Heru dan
membeli gadget yang lebih canggih untuk Heru. Heru diajari memakai facebook,
twitter, dan instagram. Kevin mengajarkan Heru berbagai hal mengenai dunia
online dan gadget. Heru menanyakan hubungan Kevin dengan Yuni. Kevin
menceritakan bahwa dia tidak betah tinggal dengan Yuni.
Mendadak Yuni kembali menelefon. Kali ini dengan ancaman bahwa dia
akan melaporkan Heru ke polisi atas kasus penculikan. Heru dan Kevin lalu sepakat
untuk kembali ke Jakarta. Kevin menyarankan untuk naik pesawat saja. Mereka
akhirnya kembali ke Jakarta dengan menggunakan pesawat.
Mereka tiba di Jakarta. Yuni dan Desmon menjemput mereka. Terjadi
perdebatan dan perebutan Kevin antara Heru dan Yuni. Akhirnya mereka lalu
sepakat untuk membicarakan semuanya dengan kepala dingin. Heru mengatakan
bahwa kalau Kevin tinggal dengan Yuni, akan menjadi neraka bagi Kevin. Tetapi
dengan kondisi finansial Heru saat ini, sangat tidak memungkinkan untuk Heru agar
dapat menghidupi dan tinggal bersama Kevin.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Heru akhirnya mengalah dan merelakan Kevin untuk tetap tinggal bersama
Yuni untuk sementara waktu. Kevin dan Yuni lalu pulang. Dalam perjalanan
pulang, Kevin mendadak mengatakan bahwa warisan yang dia dapat sebagian akan
menjadi milik Yuni apabila sebagian juga dipakai untuk membayar hutang Heru.
Yuni melihat ini sebagai tawaran yang masuk akal dan menyetujui. Heru pulang ke
rumah lalu melihat ke arah smartphonenya dan meraihnya. Kevin duduk di depan
laptopnya membuka facebook lalu membuka notifikasi. Terlihat notifikasi “Heru
has listed you as his brother” Kevin tersenyum lalu meng-klik ACCEPT.
Posisi Penulis
Penulis memposisikan diri sebagai penulis naskah dan periset dalam naskah film
panjang LISTED AS BROTHER. Sebagai penulis naskah dalam proses penulisan
naskah ini, penulis juga melakukan riset baik dari segi pustaka maupun berdasarkan
referensi film-film sebelumnya.
3.2. Tahapan Kerja
Dalam penulisan naskah film panjang LISTED AS BROTHER, terdapat tahapan-
tahapan yang harus diikuti sebagai penulis naskah film. Tahapan-tahapan tersebut
adalah sebagai berikut:
Penemuan Ide
Proses penemuan ide berawal dari ketika penulis mencoba untuk menuliskan ide-
ide cerita untuk dituliskan ke dalam bentuk naskah film. Untuk menemukan ide
yang tepat, penulis menonton beberapa film sebagai sumber referensi. Setelah
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
menonton film- film tersebut, penulis mencoba menggabungkan inti cerita kedua
film tersebut menjadi satu. Penulis mengambil ide tentang konflik perbedaan
generasi antara karakter ibu dan anak dalam film The Guilt Trip serta ide tentang
perjalanan seorang kakak beradik yang tidak pernah bertemu sebelumnya untuk
mengklaim warisan seperti dalam film Rain Man.
Desain dan Riset
Dalam pembuatan karya Tugas Akhir berupa naskah film panjang berjudul LISTED
AS BROTHER, penulis tidak serta merta langsung menuliskan ide cerita ke dalam
bentuk naskah film. Penulis terlebih dahulu melakukan riset untuk menghasilkan
karya yang baik dan memiliki dasar teori yang jelas. Dengan begitu, karya Tugas
Akhir yang dihasilkan penulis dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.
Jenis riset yang dilakukan oleh penulis adalah riset pustaka.
Riset pustaka yang dilakukan penulis diisi dengan pencarian literatur
mengenai konsep konflik dalam penulisan cerita naratif dan generation gap. Riset
ini membantu penulis untuk memahami cara penulisan naskah film panjang yang
baik dan benar. Melalui literatur mengenai penulisan cerita naratif, penulis dapat
mengetahui mengenai konsep konflik dalam cerita. Kemudian, literatur mengenai
generation gap membantu penulis untuk mengembangkan konflik untuk cerita
dalam naskah film berdasarkan isu sosial generation gap.
Presentasi Cerita
Sebelum ide cerita dituangkan ke dalam bentuk naskah film panjang dan dijadikan
sebagai Tugas Akhir, penulis terlebih dahulu melakukan presentasi kepada tim
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
dosen untuk diseleksi. Hal-hal yang pertama kali dipresentasikan adalah tema,
genre, premis, logline serta sinopsis pendek. Hal-hal tersebut bisa menjelaskan ide
cerita yang dimaksud penulis secara lengkap kepada tim dosen. Ide mengenai
konflik antara 2 karakter berbeda generasi akibat generation gap ini disetujui
sebagai ide cerita untuk karya untuk Tugas Akhir.
Penulisan Draft
Sebelum penulis melakukan penulisan draft pertama, terlebih dahulu penulis
mendesain dua karakter utama dalam film ini. Dalam naskah film LISTED AS
BROTHER, terdapat dua karakter utama. Karakter pertama adalah Heru dengan 3
dimensi karakter sebagai berikut :
1. Fisiologi :
a. Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Umur : 50
c. Tinggi dan berat badan : 175cm dan 72 kg
d. Warna rambut, mata dan kulit : Hitam, mata hitam dan kulit coklat
sawo matang
e. Postur Tubuh : tegap dan sedikit berisi dengan perut agak buncit.
f. Penampilan : memakai kemeja panjang berwarna biru muda, dengan
celana jeans straight cut, memakai sepatu pantofel slip-on.
g. Kecacatan fisik
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
h. Keturunan
2. Sosiologi :
a. Kelas sosial ekonomi : Kelas menengah keatas
b. Pekerjaan : Pemiliki bisnis percetakan
c. Pendidikan : SMA
d. Tempat tinggal : Jakarta Timur
e. Status sosial : dianggap sebagai seorang yang kolot di lingkungan
kerjanya, sulit diterima lingkungannya yang sudah menjadi
pengguna teknologi digital karena memiliki sentimen sendiri
terhadap dunia online dan digital.
f. Kewarganegaraan : Indonesia
g. Kepercayaan atau agama : Katolik, tidak terlalu religius
h. Hobi : membaca
3. Psikologi :
a. Seksualitas : Heteroseksual
b. Nilai moral : Mengikuti nilai moral agama Katolik pada umumnya.
Tidak begitu menyukai konsep keluarga karena memiliki hubungan
buruk dengan ayahnya. Segala keputusan diambil berdasarkan
keuntungan dan kerugian yang didapat. Punya harga diri yang tinggi
dalam mempertahankan apa yang diyakininya.
c. Cita-cita atau ambisi pribadi : Menginginkan usaha percetakan yang
sukses dan maju. Membangkitkan kembali penggunaan media cetak
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
sebagai media informasi. Mengklaim warisan ayahnya untuk
menyelamatkan bisnisnya.
d. Temperamen : Gampang tersinggung dan marah namun tidak suka
ditunjukkan kepada orang lain.
e. Kompleksitas : Sulit menerima perubahan dan sangat keras kepala.
Menyebabkan dirinya sulit untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Merasa bahwa dirinya paling paham
mengenai berbagai hal. Mau mencoba untuk menggunakan internet,
namun karena citra yang sudah terbentuk di mata lingkungannya dan
harga dirinya yang tinggi, dia merasa tidak mau menjilat ludahnya
sendiri dan tidak ada yang mau mengajari. Sangat mementingkan
kepentingan pribadi, namun tidak tega bila melihat orang lain
mengalami kesusahan, terutama anak-anak.
f. Penilaian terhadap sesuatu : Skeptis terhadap hal baru dan orang
lain.
g. I.Q. : 105, tergolong cerdas.
h. Kemampuan berbahasa atau bakat : fasih dalam berbahasa Indonesia
i. Selera : menyukai musik classic rock, seperti DEEP PURPLE dan
BON JOVI. Suka berpakaian rapi namun santai seperti polo shirt dan
celana jeans.
Karakter kedua yang terlibat dalam konflik berdasarkan generation gap adalah
karakter KEVIN. Karakter ini memiliki dimensi karakter sebagai berikut :
1. Fisiologi :
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
a. Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Umur : 15
c. Tinggi dan berat badan : 170cm dan 54 kg
d. Warna rambut, mata dan kulit : Hitam, mata hitam dan kulit putih
cerah bersih sedikit pucat.
e. Postur Tubuh : Badan sedikit kecil dan kurus. Bahu agak kecil, tetapi
perut sedikit buncit karena terlalu sering duduk di depan komputer.
f. Penampilan : Suka memakai kaos oblong dengan celana pendek
khakis. Memakai sepatu sneaker ADIDAS SUPERSTAR. Murid
SMP, sering memakai seragam SMP.
g. Kecacatan fisik atau penyakit : Asma
2. Sosiologi :
a. Kelas sosial ekonomi : Kelas menengah keatas
b. Pekerjaan : Pelajar SMP
c. Pendidikan : SMP
d. Tempat tinggal : Jakarta
e. Status sosial : Yatim piatu. Dianggap sebagai anak numpang oleh
tantenya sendiri. Tidak pernah merasakan kehadiran figur seorang
ayah. Dianggap sebagai anak kecil yang tidak bisa apa-apa.
f. Kewarganegaraan : Indonesia
g. Kepercayaan atau agama : Katolik, tidak terlalu religius
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
h. Hobi : Sosial media, bermain video game, mendengarkan musik,
menonton video di youtube.
3. Psikologi :
a. Seksualitas : Heteroseksual
b. Nilai moral : Mengikuti nilai moral agama Katolik pada umumnya.
Terkadang bingung dengan nilai moral mana yang harus diikuti
karena banyaknya sumber di internet. Baginya semua orang
memiliki kedudukan setara, tidak peduli umur atau jabatan.
c. Cita-cita atau ambisi pribadi : Ingin menjadi youtuber terkenal, atau
selebriti internet.
d. Temperamen : Gampang kesal dan menyerah terhadap suatu hal.
Selalu menggunakan kata-kata sarkas bila mulai kesal terhadap
suatu hal.
e. Kompleksitas : Sangat gampang bosan. Secara tidak sadar, sangat
tergantung pada gadget dan internet. Merasa sudah cukup dewasa
untuk mengambil segala keputusan sendiri, namun karena
kurangnya pengalaman, terkadang cenderung bingung dan kesal
apabila dihadapkan dengan suatu masalah baru.
f. Penilaian terhadap sesuatu : Sangat gampang bosan terhadap
sesuatu. Selalu menginginkan sesuatu yang baru. Sangat selektif dan
picky.
g. I.Q. : 110, tergolong cerdas.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
h. Kemampuan berbahasa atau bakat : fasih dalam berbahasa Indonesia
dan bahasa Inggris. Paham dan hafal dengan bahasa serta singkatan
yang sering dipakai di internet.
i. Selera : Suka dengan musik elektronik. Punya ketertarikan terhadap
sesuatu yang sedang trend.
sinopsis panjang untuk naskah film panjang ini. Penulis menuliskan sinopsis
panjang dalam bentuk beberapa paragraf yang terbagi dalam 3 babak. Sinopsis
panjang ini selanjutnya dibagi menjadi 6 plot points. Selain itu, penulis juga
membagi sinopsis panjang menjadi 8 sequences.
Sinopsis panjang cerita untuk naskah film panjang ini sendiri telah beberapa
kali direvisi dalam hal struktur, plot dan juga karakter. Selanjutnya, setelah
pembagian cerita atas 3 babak, 6 plot points, dan 8 sequences, penulis menuliskan
treatment untuk naskah film panjang LISTED AS BROTHER. Treatment naskah ini
yang kemudian menjadi patokan bagi penulis untuk menuliskan draft pertama.
Dalam penulisan draft pertama, penulis menggunakan index card untuk memb antu
penulis dalam penulisan draft naskah.
Index cards digunakan oleh penulis untuk membantu penulis agar lebih
gampang memulai setiap adegan dan membuat setiap adegan lebih terorganisir dan
terstruktur. Penulisan draft pertama menjadi sedikit sulit karena banyaknya adegan
yang perlu dituliskan. Namun penulis sedikit terbantu karena semua adegan
difokuskan pada satu permasalahan yaitu generation gap sebagai konflik utamanya.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
3.3. Acuan
Penulis menggunakan film Rain Man karya Barry Levinson sebagai acuan utama
dalam menyusun struktur cerita. Film Rain Man bercerita tentang seorang penjual
mobil bernama Charlie Babbitt baru saja mengetahui bahwa ayahnya meninggal.
Dia juga baru mengetahui bahwa dia memiliki seorang abang yang memiliki
autisme bernama Raymond. Ayahnya meninggalkan warisan dalam jumlah besar
untuk rumah sakit jiwa tempat Raymond tinggal. Karena ingin mengambil alih uang
tersebut, Charlie membawa kabur abangnya dan membawanya pulang menuju Los
Angeles. Perjalanan mereka berubah menjadi perjalanan yang mengubah hidup
mereka selamanya. Film Rain Man dijadikan sebagai acuan untuk menuliskan
treatment naskah.
Selain itu, penulis juga menggunakan film The Guilt Trip yang disutradarai
oleh Anne Fletcher sebagai acuan untuk mengembangkan konflik berdasarkan
permasalahan generation gap. Film The Guilt Trip bercerita tentang seorang pria
bernama Andy Brewster yang mengunjungi ibunya Joyce sebelum melakukan
perjalanan bisnis keluar kota. Kunjungan Andy malah membuatnya mendapatkan
tekanan untuk mengajak ibunya dalam perjalanan bisnisnya. Pada awal perjalanan,
Andy hanya merasakan kekesalan akan perilaku ibunya yang ketinggalan zaman.
Namun pada akhirnya Andy menyadari bahwa mereka memiliki banyak kesamaan
dan menemukan bahwa kebijaksanaan ibunya adalah hal yang dia perlukan.
Penulis juga menggunakan film Kingpin karya sutradara Bobby Farrelly dan
Peter Farrelly sebagai acuan untuk mengembangkan cerita dengan genre dram
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
roadtrip. Film Kingpin bercerita tentang seorang pemain bola bowling muda
bernama Roy Munson yang telah ditipu oleh seniornya Ernie McCracken sehingga
tangannya tidak bisa lagi bermain bowling. Beberapa tahun kemudian Roy bertemu
seorang pemain bola bowling berbakat bernama Ishmael. Roy lalu berencana untuk
membalas Ernie dengan melakukan perjalanan bersama pacarnya dan Ishmael
untuk membawa Ishmael menuju kejuaran bowling dunia.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
BAB IV
ANALISA
4.1. Babak Pertama : Perkenalan Karakter Berdasarkan Perbedaan
Generasi
Pengembangan konflik dalam babak pertama naskah film panjang LISTED AS
BROTHER dimulai dengan menunjukkan karakteristik setiap tokoh utama, yaitu
Heru dan Kevin. Schmidt (2005) berpendapat bahwa konflik terbentuk dari
perbedaan antara 2 pihak yang bisa berupa orang, ide, perasaan, serta keadaan.
Benturan ini yang kemudian akan berfungsi sebagai penggerak cerita (hlm. 7).
Karakter Heru dan Kevin didesain dengan perbedaan ide, perasaan, serta keadaan
yang jelas terlihat, sehingga konflik dapat terlihat jelas dalam cerita.
Karakter Heru dan Kevin merupakan karakter berbeda generasi. Perbedaan
generasi ini menciptakan karakteristik tokoh yang saling berlawanan sehingga
dapat menciptakan konflik. Pada babak pertama, perbedaan karakter Heru dan
Kevin ditunjukkan melalui deskripsi fisik, sosiologis dan keadaan sekitar setiap
karakter. Herman (2009) menjelaskan bahwa konflik dalam cerita adalah suatu
keadaan atau proses terjadinya gangguan terhadap status quo tokoh utama dalam
cerita. Gangguan terhadap kehidupan serta keadaan awal tokoh, menciptakan
permasalahan spesifik yang hanya bisa diselesaikan oleh tokoh tersebut (hlm. 182).
Dalam sub bab ini, akan dijelaskan fisik, sisi sosiologis dan psikologis serta status
quo dari karakter Heru dan Kevin berdasarkan generasi mereka yang mengacu
kepada penggunaan dan sikap mereka terhadap teknologi dan kegunaannya.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Perkenalan Karakter Heru
Pengembangan konflik berdasarkan isu generation gap dalam naskah film LISTED
AS BROTHER dimulai dari babak pertama dengan memperkenalkan karakter utama
yaitu Heru. Berikut adalah bagian dari dalam naskah yang memperkenalkan
karakter Heru :
Gambar 4.1. Screenshot Adegan 2 – Perkenalan Heru
Dalam adegan 2, karakter Heru diperkenalkan secara fisik dan penampilan.
Seger (1990) menjelaskan bahwa penonton akan mendapatkan impresi visual
seorang karakter bila diberikan informasi tentang kondisi fisik karakter tersebut. Ia
menegaskan bahwa dengan menampilkan informasi tentang kondisi fisik karakter,
penonton akan membuat bayangan dan pendapat pribadi dalam pikiran mereka
mengenai kepribadian dan cara karakter tersebut merespon sesuatu (hlm. 27).
Adegan ini menjelaskan tentang umur Heru yaitu 50 tahun, ciri fisik yang tegap dan
tinggi, serta cara berpakaian Heru yang sangat kaku dan ketinggalan zaman. Heru
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
masih memakai minyak rambut untuk menata rambut, kemeja polos dan celana
bahan yang sedikit kebesaran sebagai seragam kantor, serta . Pada kenyataannya di
zaman sekarang khususnya di Jakarta, pakaian pegawai kantoran sudah lebih santai
dan modis, serta kebanyakan orang sudah beralih ke gel atau wax untuk menata
rambut.
Fisik karakter Heru didesain sedemikian rupa agar mendapatkan kesan kolot
dan ketinggalan zaman sehingga menampilkan perbedaan yang kontras terhadap
karakter Kevin yang merupakan generasi yang lebih muda. Perbedaan yang kontras
akan membuat penonton merasa bahwa adanya oposisi yang kuat antara karakter
Heru dan Kevin. Cowgill (2008) berpendapat bahwa ketika konflik antara
protagonis dan antagonis dibangun berdasarkan benturan atau oposisi yang jelas,
maka ide cerita akan terlihat semakin kuat (hlm. 34).
Perbedaan ini sesuai untuk mengembangkan konflik yang didasari oleh
generation gap. Dalam generation gap, selalu ada dua generasi berbeda yang
mengalami benturan. Hal ini berdasarkan teori Falk & Falk (2005) yang
menjelaskan bahwa generation gap adalah istilah untuk menjelaskan perbedaan
cara pandang, nilai, gaya hidup dan perilaku antara generasi tua dan muda (hlm.
53). Karakter Heru adalah karakter yang mewakili generasi tua dalam naskah film
LISTED AS BROTHER.
Heru berumur 50 tahun. Dunia di dalam cerita dibuat berdasarkan Jakarta
zaman sekarang pada tahun 2015. Ini berarti Heru merupakan kelahiran tahun 1966.
Sesuai dengan tabel dari Sprague, Heru termasuk dalam generasi X. Karakter Heru
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
didesain dengan mengacu pada beberapa karakteristik generasi X. Zemke, Raines,
dan Filipczak (2013) menjelaskan bahwa seiring perubahan zaman dan masuknya
generasi baru, generasi X kini memiliki karakteristik gampang tersinggung dan
cenderung mengatakan segala hal secara langsung, meyakini bahwa pekerjaan
adalah sesuatu yang tidak bisa diganggu oleh hal lain dan mereka bekerja untuk
hidup, bukan hidup untuk bekerja. Generasi X yakin dengan masa depan personal
mereka dan meragukan masa depan generasi mereka serta merasa bahwa diri
mereka adalah orang-orang skeptis yang lebih baik bekerja sendiri dan selalu tepat
waktu (hlm. 21-22).
Meskipun karakter Heru didesain dengan mengacu pada karakteristik
generasi X, tetapi tidak semua karakteristik generasi X dapat dimasukkan ke dalam
karakter Heru. Hal-hal yang di masukkan ke dalam karakter Heru hanya berupa:
Hal ini disebabkan karena berbenturan dengan teori Cowgill (2008) yang
berpendapat bahwa ketika konflik antara protagonis dan antagonis dibangun
berdasarkan benturan atau oposisi yang jelas, maka ide cerita akan terlihat semakin
kuat (hlm. 34). Karakteristik generasi X dan generasi Y tidak terlalu berlawanan
satu sama lain. Oleh karena itu, oposisi antara keduanya tidak akan terlalu terlihat
apa bila kedua karakter didesain dengan mengikuti semua karakteristik generasi
masing-masing. Diperlukan satu karakter yang didesain dengan sifat yang sedikit
berlebihan agar menghasilkan benturan yang akan menciptakan konflik dengan
karakter lainnya. Dalam naskah ini, karakter Heru didesain dengan sifat yang sangat
kolot agar memiliki karakteristik yang jauh berbeda dengan Kevin, selain
perbedaan umur, sehingga dapat tercipta benturan antara keduanya.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Perkenalan Karakter Kevin
Untuk menciptakan konflik berdasarkan generation gap, diperlukan karakter yang
berasal dari generasi yang lebih muda sebagai lawan bagi Heru yang mewakili
generasi yang lebih tua. Maka dari itu, karakter Kevin diciptakan sebagai
perwakilan generasi yang lebih muda. Berikut adalah adegan perkenalan karakter
Kevin :
Gambar 4.2. Screenshot adegan 5 - Perkenalan Kevin
Dalam adegan 5, karakter Kevin diperkenalkan sebagai seorang anak SMP
berumur 15 tahun. Sesuai dengan tabel tahun kelahiran setiap generasi yang di buat
oleh Sprague, pada tahun 2015, Kevin berumur 15 yang berarti merupakan
kelahiran tahun 2000, termasuk dalam generasi Y. Kevin merupakan penggemar
gadget dan sangat mengikuti zaman. Hal itu terlihat dari jumlah gadget yang Kevin
miliki dan musik yang sedang didengarkan oleh Kevin. Hal ini sangat berlawanan
dengan karakter Heru yang tidak begitu suka menggunakan gadget dan
mendengarkan musik yang lebih tua. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan karakter
Kevin sebagai perwakilan generasi yang lebih muda.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Karakter Kevin diciptakan berdasarkan karakteristik generasi Y yang
memiliki keterikatan terhadap teknologi, terutama smartphone. Hal ini sesuai
dengan teori dari Elmore dan Cathy (2010) yang menjelaskan bahwa generasi Y
atau yang biasa disebut sebagai millennials, memiliki kehidupan yang terlalu terikat
dengan teknologi (hlm. 21). Keterikatan terhadap teknologi ini yang kemudian akan
mejadi salah satu sumber konflik yang didasari oleh generation gap dalam naskah
film LISTED AS BROTHER.
Karakter Kevin dalam adegan ini juga diperkenalkan sebagai pengguna
gadget yang mampu melakukan beberapa hal sekaligus atau disebut sebagai multi-
tasking. Ini sesuai dengan teori Zemke, Raines, dan Filipczak (2013) yang
menjelaskan bahwa ketika generasi Y pulang sekolah, mereka menyalakan
komputer, membuka social media, mendengarkan musik, membalas chat, sambil
sekaligus mengerjakan tugas sekolah mereka (hlm. 152). Karakter Kevin
merupakan pengguna teknologi digital yang mampu mengerjakan dan
menggunakan beberapa gadget sekaligus. Karakter Kevin yang merupakan
perwakilan generasi Y juga didesain berdasarkan teori Zemke, Raines, dan
Filipczak (2013) mengenai generasi Y yang merupakan “warga digital” (hlm. 131).
4.2. Babak Dua : Pengembangan Konflik Antara Karakter Heru dan Kevin
Berdasarkan Perbedaan Generasi
Menurut Field (2005) konflik dapat berbentuk perlawanan, perkelahian,
pertempuran, permusuhan, perdebatan, ketakutan, internal maupun eksternal (hlm
246). Untuk mengembangkan konflik berdasarkan generation gap, diperlukan dua
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
karakter berbeda generasi yang kemudian dimasukkan ke dalam satu situasi atau
masalah dimana kedua karakter mengalami perdebatan dan perbedaan pendapat
karena mereka berbeda generasi. Ini sesuai dengan teori Falk & Falk (2005) yang
menjelaskan bahwa generation gap adalah istilah untuk menjelaskan perbedaan
cara pandang, nilai, gaya hidup dan perilaku antara generasi tua dan muda. Ia
mengatakan bahwa generasi tua memiliki kontrol lebih dalam pengambilan
keputusan dan penggunaan sumber daya. Namun generasi muda menolak untuk
selalu tunduk pada keputusan yang diambil oleh generasi tua (hlm. 53-54).
Penolakan dari generasi muda maupun tua ini merupakan pemicu konflik antar
generasi yang kemudian dijadikan sebagai acuan untuk menciptakan konflik
berdasarkan generation gap. Dalam naskah film LISTED AS BROTHER, karakter
Heru sebagai generasi yang lebih tua melakukan penolakan terhadap perilaku dan
sikap Kevin yang merupakan perwakilan generasi muda, dan begitu juga
sebaliknya.
Konflik berdasarkan generation gap terjadi apa bila terdapat 2 pihak yang
berbeda generasi mengalami benturan. Benturan antara kedua pihak berbeda
generasi ini terjadi antara 2 orang yang berbeda. Bentuk konflik ini adalah konflik
relasional. Schmidt (2005) menjelaskan bahwa konflik relasional adalah konflik
antara satu orang dan satu orang lainnya. Biasanya muncul diantara protagonis dan
antagonis yang bertarung atau berkompetisi demi satu tujuan yang sama dan hanya
bisa dimenangkan oleh satu orang saja. Ini berarti jika satu orang berhasil, maka
lawannya tidak akan bisa mencapai tujuan yang sama (hlm. 17).
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Permasalahan generation gap sendiri akan memunculkan konflik antar
generasi karena jarak antara kedua generasi menimbulkan perbedaan yang
signifikan sehingga timbul perdebatan dan perbedaan pendapat. Prasad (1992)
menjelaskan bahwa perubahan zaman yang cepat membuat konflik antar generasi
semakin terlihat karena terjadi perubahan cepat dalam tatanan sosial sehingga
tercipta jarak antar generasi satu dengan generasi selanjutnya (hlm. 13).
Pengambilan Keputusan
Konflik berdasarkan generation gap yang disebabkan oleh perbedaan pendapat
dalam pengambilan keputusan akibat perbedaan generasi dapat terlihat dalam
adegan berikut. Pada adegan ini yang akan menjadi objek analisa adalah dialog serta
sikap karakter Heru dan Kevin :
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Gambar 4.3. Screenshot adegan 30 – GPS dan jalanan
Konflik yang ada di dalam adegan ini sesuai dengan yang dituliskan oleh Falk &
Falk (2005) yaitu bahwa generasi tua memiliki kontrol lebih dalam pengambilan
keputusan dan penggunaan sumber daya, namun generasi muda menolak untuk
selalu tunduk pada keputusan yang diambil oleh generasi tua (hlm. 54).
Pada awal adegan, Kevin mencoba menunjukkan jalan untuk menghindari
kemacetan seperti yang terlihat pada GPS di smartphone miliknya. Tetapi Heru
sebagai orang yang memegang kendali setir dan orang yang lebih tua, merasa
bahwa Kevin terlalu muda dan terlalu percaya dengan teknologi. Kevin menolak
untuk menurut begitu saja dan mencoba untuk mempertahankan pendapatnya
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
meskipun Heru tidak memperdulikan. Heru sendiri tetap berpegang teguh pada
pendiriannya dan malah berbalik berceramah tentang bahayanya teknologi.
Konflik pada adegan ini juga sesuai dengan teori Prasad (1992) yang
menjelaskan bahwa generasi tua sering kali merasa bahwa generasi muda tidak
sebaik dan sekompeten generasi tua. Generasi tua menganggap generasi muda lebih
rentan dan lebih cenderung salah dalam mengambil keputusan. Sedangkan generasi
muda menganggap generasi tua ketinggalan zaman, konservatif dan kurang
pengertian. Namun sebaliknya, generasi tua menganggap generasi muda kurang
memiliki pemahaman, terlalu radikal dan kurang memiliki rasa hormat (hlm. 12).
Berdasarkan teori ini, konflik ini didesain dengan Heru sebagai generasi yang lebih
tua memegang kendali setir mobil dan menentukan jalan mana yang akan mereka
ambil.
Pandangan Terhadap Penggunaan Teknologi
Konflik berdasarkan generation gap tidak terlepas dari teknologi dan pandangan
terhadap penggunaan teknologi tersebut. Teknologi yang dimaksud disini adalah
teknologi digital. Generasi X memiliki pandangan yang berbeda dengan generasi Y
mengenai penggunaan teknologi. Menurut Zemke, Raines, dan Filipczak (2013)
generasi Y menganggap teknologi adalah sesuatu yang natural, sehingga cara
mereka menerima dan menanggapi teknologi digital serta informasi yang terdapat
di dalamnya sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelum mereka (hlm. 131).
Perbedaan pandangan terhadap penggunaan teknologi termasuk dalam
konflik relasional. Sesuai dengan teori Schmidt (2005) yang menjelaskan bahwa
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
konflik relasional adalah konflik antara satu orang dan satu orang lainnya. Biasanya
muncul diantara protagonis dan antagonis yang bertarung atau berkompetisi demi
satu tujuan yang sama dan hanya bisa dimenangkan oleh satu orang saja. Ini berarti
jika satu orang berhasil, maka lawannya tidak akan bisa mencapai tujuan yang sama
(hlm. 17). Berikut adalah screenshot naskah LISTED AS BROTHER yang
menunjukkan konflik relasional antara Heru dan Kevin yang menunjukkan adanya
benturan pendapat dan pandangan mengenai penggunaan teknologi:
Gambar 4.4. Screenshot adegan 50 – AUX, CD dan Kaset
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Dalam adegan ini terlihat Heru tidak tahu apa itu kabel AUX. Hal ini
berlawanan dengan Kevin yang biasanya menggunakan kabel AUX untuk memutar
musik di dalam mobil. Heru nyaman dengan CD dan tidak mempelajari dan
menggunakan peralatan pemutar musik yang lebih modern yaitu AUX. Selain itu
Heru juga menyebut CD sebagai kaset. Heru juga menggunakan CD bajakan.
Menurut Luvaas (2013) krisis moneter tahun 1997 memberikan dampak buruk pada
perekonomian warga kelas menengah sehingga mereka terpaksa harus beralih
kepada barang-barang palsu atau bajakan untuk mempertahankan gaya hidup
mereka (hlm. 76). Pada masa itu, Heru masih muda dan Heru juga termasuk dalam
orang yang beralih ke barang bajakan berhubung kelas sosial karakter Heru adalah
menengah ke bawah.
Karakter Kevin sendiri tidak setuju dengan hal itu karena pada masa itu,
Kevin bahkan belum lahir. Kevin yang tidak pernah merasakan krisis moneter,
hidup dalam kondisi perekonomian yang jauh lebih baik, sehingga Kevin menjadi
lebih mengikuti hal-hal baru yang modern dan cenderung tidak puas dengan apa
yang tersedia.
4.3. Babak Tiga : Penjembatanan Jarak Antara Dua Generasi
Dalam sebuah cerita, keberadaan konflik adalah sebuah keharusan. Namun setiap
konflik harus memiliki resolusi atau penyelesaian sehingga penonton tahu apa yang
dihasilkan dari konflik tersebut. Field (2005) menjelaskan bahwa struktur drama
adalah sekumpulan kejadian atau episode yang berhubungan dan tersusun rapi
hingga menuju resolusi (hlm. 29). Konflik dan resolusi merupakan bagian dari
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
struktur dalam sebuah drama. Oleh karena itu diperlukan resolusi atau penyelesaian
untuk setiap konflik yang terjadi. Resolusi setiap drama selalu ditampilkan dalam
babak 3 dalam sebuah naskah film, begitu juga naskah LISTED AS BROTHER.
Dalam laporan ini, karena konflik yang menjadi pembahasan adalah konflik
berdasarkan generation gap dalam naskah film panjang LISTED AS BROTHER,
maka dari itu, resolusi yang akan dianalisa oleh penulis adalah resolusi untuk
konflik berdasarkan generation gap. Generation gap sendiri dapat diselesaikan
dengan melakukan penjembatanan jarak antara kedua generasi. Prasad (1992)
menjelaskan bahwa perubahan zaman yang cepat membuat konflik antar generasi
semakin terlihat karena terjadi perubahan cepat dalam tatanan sosial sehingga
tercipta jarak antar generasi satu dengan generasi selanjutnya. Generasi muda sulit
untuk menerima cara tradisional yang telah dikembangkan oleh generasi tua
melalui pengalaman seumur hidup mereka. Generasi tua melihat diri mereka
sebagai lambang stabilitas sehingga mereka mengambil alih kekuasaan dan
membutuhkan kepatuhan untuk mempertahankan status quo (hlm. 13). Maka untuk
menjembatani jarak antara kedua generasi, salah satu generasi harus mau merendah
dan mencoba untuk memahami generasi lain serta merelakan status quo yang
mereka perjuangkan dari awal.
Dalam naskah LISTED AS BROTHER, karakter Heru memiliki status quo
sebagai orang yang kehidupannya stabil dan dihormati. Heru sangat kuat dengan
prinsipnya dan tidak mau melepaskan pendiriannya. Namun karena pada awalnya
menginginkan warisan, maka Heru terpaksa harus merendah dan mengikuti
kemauan Kevin. Ini membuat Heru terpaksa harus mencoba apa yang biasa
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
digunakan oleh Kevin untuk menciptakan koneksi antara mereka berdua. Berikut
adalah screenshot naskah LISTED AS BROTHER yang menunjukkan bahwa Heru
mencoba menggunakan social media untuk membentuk koneksi dengan Kevin:
Gambar 4.5. Screenshot adegan 95 dan 96 – Heru brother request dan Listed As
Brother
Dalam adegan di atas, karakter Heru kini telah mulai menggunakan
facebook untuk berhubungan dengan Kevin. Heru mengirimkan Kevin permintaan
untuk ditampilkan sebagai abang di halaman facebook Kevin. Ini berarti Heru telah
mengerti bahwa status dan penampilan di dunia maya adalah hal yang penting bagi
orang yang sangat sering menggunakan social media seperti Kevin. Elmore dan
Cathy (2010) menjelaskan bahwa generasi Y atau yang biasa disebut sebagai
millennials, memiliki kehidupan yang terlalu terikat dengan teknologi, sehingga
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
mereka kesulitan untuk mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi tatap
muka dan cenderung menyelesaikan suatu masalah, terutama masalah hubungan,
melalui layar smartphone (hlm. 21-22). Heru yang menurunkan egonya dan
mencoba menggunakan social media untuk menciptakan ikatan antara dirinya dan
Kevin adalah bentuk resolusi untuk penyelesaian konflik berdasarkan generation
gap yang dialami Heru dan Kevin.
Statement penulis dalam naskah film panjang Listed As Brother adalah
bahwa generation gap merupakan sesuatu yang bisa dijembatani. Oleh karena itu
penulis membuat karakter Heru sebagai protagonis yang merupakan perwakilan
dari generasi yang lebih tua, mau mencoba untuk memahami pola pikir dan nilai
hidup yang dimiliki oleh Kevin sebagai generasi yang lebih muda. Begitu juga
sebaliknya dengan karakter Kevin yang mencoba untuk memahami karakter Heru.
Dengan adanya keinginan serta hal-hal yang dilakukan oleh kedua protagonis, maka
statement penulis terlihat jelas.
Konklusi
Cerita dalam naskah film panjang LISTED AS BROTHER diakhiri dengan jarak
antara Heru dan Kevin telah terjembatani. Heru sebagai perwakilan generasi X dan
Kevin sebagai generasi Y menjadi lebih dekat dengan Heru yang menurunkan
egonya untuk menjangkau Kevin. Meskipun di akhir cerita, Heru tidak
mendapatkan tujuan awalnya yaitu mendapatkan warisan, tetapi Heru telah berhasil
menjembatani jarak antara kedua generasi.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Naskah film panjang LISTED AS BROTHER merupakan naskah yang membahas
tentang konflik yang muncul diantara dua orang berbeda generasi. Konflik karena
perbedaan generasi tersebut muncul diantara karakter HERU dan KEVIN yang
diciptakan berdasarkan generasi X dan generasi Y. Penulis mengembangkan
konflik antar generasi berdasarkan isu generation gap.
Untuk mengembangkan konflik berdasarkan isu generation gap, penulis
terlebih dahulu harus mendesain karakter Heru dan Kevin berdasarkan karakteristik
generasi X dan Y. Namun berdasarkan tinjauan pustaka yang didapat oleh penulis,
perbedaan karakteristik generasi X dan Y yang menyebabkan terjadinya generation
gap masih kurang kuat untuk dijadikan sebagai sebuah konflik dalam sebuah cerita.
Maka dari itu, penulis membuat konflik berdasarkan pengambilan keputusan dalam
sebuah masalah yang didominasi oleh generasi X sebagai generasi yang lebih tua,
agar konflik dalam cerita lebih terasa pada penonton.
Perbedaan antara generasi X dan Y masih kurang kuat untuk dijadikan
sebagai dasar sebuah konflik karena secara keseluruhan, perbedaan cara pikir kedua
generasi seringkali hanya didasari oleh selera terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan produk-produk kebudayaan seperti musik, film dan pakaia
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
5.2. Saran
Berdasarkan pengalaman yang penulis dapat dalam mengembangkan konflik
berdasarkan isu generation gap untuk naskah LISTED AS BROTHER, penulis dapat
memberikan saran pada pembaca yang ingin menjadi penulis skenario dan
mengembangkan konflik berdasarkan isu generation gap untuk naskah film
panjang. Berikut adalah saran yang akan diberikan oleh penulis:
1. Ciptakan karakter berbeda generasi yang memiliki perbedaan yang tidak
hanya berdasarkan umur, namun juga cara berpikir dan cara pandang
terhadap generasi lain yang berlawanan satu sama lainnya.
2. Carilah referensi film atau cerita yang memiliki konflik yang terbentuk
karena adanya perbedaan generasi.
3. Penciptaan konflik berdasarkan generation gap harus dikembangkan lagi
agar cukup kuat dan menarik untuk sebuah cerita dalam film.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
DAFTAR PUSTAKA
Andiyasari, A. dan Pitaloka, A. (2010). Persepsi Kepemimpinan Otentik dan
Work Engagement Pada Generasi X dan Y di Indonesia. Jurnal
Universitas Paramadina, 7. Diunduh dari :
https://knowledge.paramadina.ac.id/index.php/component/jdownloads/fini
sh/71-vol-7-no-2-juli-2010/399-persepsi-kepemimpinan-otentik-dan-work-
engagement-pada-generasi-x-y-di-indonesia/0?Itemid=79
Ballon, R. (2005). Blueprint for Screenwriting: A Complete Writer’s Guide to Story
Structure and Character Development. Mahwah, USA: Lawrence Erlbaum
Associates, Inc., Publishers.
Bernhardt, W. (2013). Creating Character: Bringing Your Story to Life. Oklahoma:
Red Sneaker Press.
Brooks, L. (2011). Story Engineering. Cincinnati: Writer's Digest Books.
Chitlik, P. (2013). Rewrite : A Step-by-Step Guide to Strengthen Structure,
Characters, and Drama in Your Screenplay. Michigan: Michael Wiese
Productions.
Costello, J. (2004). Writing a Screenplay. Harpenden, UK: Pocket Essentials.
Cowgill, L. J. (2007). The Art of Plotting: Add Emotion, Suspense, and Depth to
Your Screeplay. Los Angeles, USA: Lone Eagle Publishing.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Dethridge, L. (2003). Writing Your Screenplay. Cross West, NSW : Allen & Unwin.
Dick, B. F. (1998). Anatomy of Film. New York, USA : St. Martin Press.
Egri, L. (2009). The Art of Dramatic Writing. New York: Simon & Schuster, Inc.
Ethic Resource Center. (2010). Millenials, Gen X and Baby Boomer: Who’s
Working at Your Company and What Do They Think about Ethics?.
Arlington, USA: Ethic Resource Center.
Falk, G., dan Falk, U. A. (2005). Youth Culture and the Generation Gap. New York,
USA: Algora Publishing.
Field, S. (2005). Screenplay: The Foundations of Screenwriting. New York, USA:
Delta.
Garfinkel, A. (2007). Screenplay Story Analysis. New York: Allworth Press.
Herman, D. (2009). Basic Elements of Narrative. Chichester, UK: Blackwell
Publishing.
Howe, N. dan Strauss, W. (2009). Millennials Rising: The Next Great Generation.
New York, USA: Vintage Books.
Luvaas, B. (2012). Generation X Goes Global: Mapping a Youth Culture in Motion.
Henseler, C. (Ed.). New York, USA: Routledge.
O’Donnell, M. (1985). Age and Generation. New York, USA: Tavistock
Publications.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
Pramaggiore, M.T. dan Wallis T. (2008). Film A Critical Introduction. London, UK
: Laurence King Publishing.
Prasad, R. (1992). Generation Gap: A Sociological Study of Inter-generational
Conflicts. New Delhi, India: Mittal Publications.
Schmidt, V. L. (2005). Story Structure Architect: A Writer’s Guide to Building
Dramatic Situations dan Compelling Characters. Cincinnati, USA: Writer’s
Digest Book.
Seger, L. (1990). Creating Unforgetable Character. New York: Henry Holt and
Company, LCC.
Strauss, W. dan Howe, N. (2009). The Fourth Turning: An American Prophecy.
New York, USA: Broadway Book.
Thomson-Jones, K. (2008). Aesthetic and Film. New York, USA: Continuum
International Publishing Group.
Zemke, R., Raines, C. dan Filipczak, B. (2013). Generation At Work: Managing
the Clash of Boomers, Gen Xers, and Gen Yers in the Workplace. New York,
USA: AMACOM.
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
LAMPIRAN A : DRAFT 4 NASKAH FILM PANJANG LISTED
AS BROTHER
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017
LAMPIRAN B : PRESENSI BIMBINGAN
Pengembangan Konflik...,Ivan Wijaya,FSD UMN,2017