lipid.doc
-
Upload
inggit-prillasari -
Category
Documents
-
view
90 -
download
2
description
Transcript of lipid.doc
Bab III
Lipid
3.1 Pengertian Lipid dan Klasifikasinya
Lipid didefinisikan sebagai senyawa biologis organik yang termasuk golongan senyawa
hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut
polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, seperti hidrokarbon, kloroform,
benzene, ether dan alkohol. Gambar 3.1 menujukkan diagram skematik pembagian lipid.
Gambar 3.1 Klasifikasi Lipid
Definisi Lipid menurut International Congress of Pure and Applied Chemistry (IUPAC)
adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat – sifat :
1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik, seperti eter, CHCl3, benzene,
alkohol/aseton panas, xylem, dll serta dapat di ekstraksi dari sel hewan/tumbuhan dengan
pelarut tersebut.
2. Secara kimia, penyusun utama lipid adalah asam lemak (dalam 100 gram lipid terdapat
95% asam lemak).
3. Lipid mengandung zat – zat yang dibutuhkan oleh manusia seperti asam lemak essential
(EFA contohnya asam linoleat) dari linoleat.
35
Lipid
Komponen Dasar
Lipid Sederhana Lipid majemuk Lipid Turunan
Dua komponen penyusun
Tidak mengandung asam lemak
Asam lemak yang dapat disabunkan
≥ 3 komponen
Sumber
Hewan Tumbuhan
Lemak Minyak
Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen
struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul. Lipid diklasifikasikan berdasarkan
komponen dasarnya, sumber penghasilnya, kandungan asam lemaknya, maupun sifat-sifat
kimianya.
Berdasarkan komponen dasarnya, lipid terbagi ke dalam lipid sederhana (simple lipid),
lipid majemuk (compound lipid), dan lipid turunan (derived lipid). Digolongkan sebagai lipid
majemuk karena lipid tersebut mengandung asam lemak yang dapat disabunkan, sedangkan lipid
sederhana tidak mengandung asam lemak dan tidak dapat disabunkan. Jika dihdrolisis lipid
majemuk akan menghasilkan tiga atau lebih komponen penyusun, sedangkan lipid sederhana
hanya menghasilkan maksimal 2 komponen penyususn. Berdasarkan sumbernya, lipid
dikelompokkan sebagai lemak hewan (animal fat), lemak susu (milk fat), minyak ikan (fish oil),
dll.
Lipid seperti lilin (wax), lemak, minyak, dan fosfolipid adalah ester yang jika dihidrolisis
dapat menghasilkan asam lemak dan senyawa lainnya termasuk alkohol, namun berbeda untuk
steroid karena tidak mengandunga asam lemak dan tidak dapat dihidrolisis.
Lipid berperan penting dalam komponen struktur membran sel. Lemak dan minyak dalam
bentuk trigliserol berfungsi sebagai sumber penyimpan energi, lapisan pelindung, dan insulator
organ-organ tubuh. Beberapa jenis lipid berfungsi sebagai sinyal kimia, pigmen, juga sebagai
vitamin, dan hormon.
3.2 Koenzim A (Coenzym A)
Koenzim A, KoA (bahasa Inggris: coenzyme A, CoA, CoASH, HSCoA) adalah sebuah
kofaktor yang dikenal karena berperan dalam sintesis dan oksidasi asam lemak, serta oksidasi
asam piruvat dalam siklus asam sitrat. Semua lintasan biologis yang melibatkan enzim, ternyata
juga memerlukan koenzim A sebagai substrat. Sebagai contoh: substrat tioester seperti asetil-
KoA pada sintesis sisteamina, asam pantotenat, dan adenosin trifosfat (ATP). Gambar 3.2
menunjukkan struktur dari koenzim A.
36
Gambar 3.2 Koenzim A [7]
Asetil CoA dalam mitokondria pada dasarnya terbentuk dengan dua cara:
1. Proses oksidasi asam lemak di dalam mitokondria menghasilkan asetil CoA yang dirubah
menjadi sitrat yang kemudian diangkut kedalam sitosol oleh system transport
trikarboksilat. ATP sitrateliase mengubah sitrat dalam sitisol menjadi asetil CoA
2. Glikolisis menghasilkan piruvat yang bisa dikarboksilasi dalam mitokondria menjadi
oksaloasetat yang selanjutnya dirubah menjadi sitrat yang di angkut ke sitosol oleh
translokase. ATP sitrateliase merubah sitrat dalam sitisol menjadi asetil CoA.
Reaksi sintesis asam lemak terjadi di sitosol, sedangkan sintesis asetil CoA terjadi di
mitokondria. Siklus piruvate malate digunakan untuk memindahkan gugus asetil dari
mitokondria ke sitosol yang juga mengubah NADH (nicotinamide adenine dinucleotide) menjadi
NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) secara simultan. Pemindahan gugus
asetil CoA dari mitokondria ke sitosol bertujuan untuk menunjang proses biosintesis lemak dan
kolesterol. Asetil CoA bersama dengan oksaloasetat membentuk sitrat yang dipindahkan ke
sitosol dengan co-transporter (translokase). Sitrat kemudian pecah manjadi asetil CoA dan
oksaloasetat, proses ini di bantu dengan adanya ATP. Asetil CoA yang terdapat di sitosol
digunakan untuk sintesis asam lemak. Oksaloasetat yang terdapat di sitosol dihidrogenasi
membentuk malate dan NAD+. Malate selanjutnya dioksidasi oleh enzim malic membentuk
37
piruvat dan juga menghasilkan NADPH yang digunakan dalam proses biosintesis asam lemak.
Enzim malic dalam sitosol mengkatalis reaksi pembentukan NADPH yang berfungsi untuk
menurunkan kofaktor pembentukan sintesis asam lemak. Perubahan NADH yang dihasilkan
dalam glikolisis menjadi NADPH (yang digunakan untuk sintesis asam lemak) terjadi melalui
dua reaksi tersebut yang juga menghasilkan NAD+ yang dibutuhkan untuk melanjutkan
glikolisis). Gambar 3.3 menunjukan siklus pyruvate-malate.
Gambar 3.3 Siklus pyruvate-malate [8]
3.3 Trigliserida
Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99% trigliserida. Trigliserida
memiliki densitas yang lebih rendah dari air (mengapung dalam air), dan pada suhu kamar bisa
berbentuk padat atau cair. Ketika berbentuk padat, trigliserida ini akan disebut sabagai lemak
atau buter dan jika cair maka disebut dengan minyak. Sebagian besar trigliserida pada hewan
berupa lemak, sedangkan trigliserida dalam tumbuhan umumnya berupa minyak. Trigliserida
38
adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol (lihat gambar
3.4). Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan
monogliserida. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam
tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak
akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak yang selanjutnya dilepaskan ke
dalam pembuluh darah. Asam lemak kemudian di bakar oleh sel-sel yang membutuhkan dan
menghasilkan energi, karbondioksida (CO2), dan air (H2O).
Gambar 3.4 Trigliserida [9]
3.4 Asam lemak
Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, disebut asam
lemak. Asam lemak adalah asam monokarboksilat berantai lurus yang terdapat di alam sebagai
ester di dalam molekul lemak atau trigliserida. Hasil hidrolisis trigliserida akan menghasilkan
asam lemak jenuh dan tak jenuh berdasarkan keberadaan ikatan rangkap rantai karbon di dalam
molekulnya. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon
penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di
antara atom-atom karbon penyusunnya.
3.4.1 Asam lemak jenuh
Asam lemak disebut jenuh bila semua atom-C dalam rantainya diikat tidak kurang
daripada dua atom H, dengan demikian tidak ada ikatan rangkap. Asam - asam lemak jenuh yang
telah diidentifikasi sebagai bagian dari lemak mempunyai atom C4 hingga C26. Asam palmitat
C16 terdapat paling banyak dimana merupakan bagian dari hampir semua lemak (lihat gambar
3.5).
39
Gambar 3.5 Palmitat (ionized form of palmitic acid) [10]
3.4.2 Asam lemak tak jenuh
Asam-asam lemak yang di dalam rantai karbonnya mengandung ikatan rangkap disebut
asam lemak tak jenuh (lihat gambar 3.6). Derajat ketidakjenuhan dari minyak tergantung pada
jumlah rata-rata dari ikatan rangkap didalam asam lemak. Pada asam lemak tak jenuh, masih
dibedakan antara asam yang mempunyai bentuk “non-conjugated”, yaitu ikatan rangkap dalam
rantai C selalu dipisahkan oleh dua ikatan tunggal. Bentuk yang lain adalah asam yang
“conjugated”, dimana antara atom-atom C yang tertentu terdapat ikatan tunggal dan ikatan
rangkap berganti-ganti.
Gambar 3.6 Oleate (ionized form of oleic acid) [10]
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak
jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah
teroksidasi). Ketengikan terjadi karena terjadinya atau oksidasi asam lemak pada suhu ruang
40
menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang
kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai produk ini.
Biosintesis Asam Lemak
Secara umum sintesis asam lemak terjadi di sitosol, namum pada tumbuhan hijau daun
sintesis ini terjadi di kloroplas. Asam lemak dibentuk oleh kondensasi berganda unit asetat dari
asetil CoA. Reaksi keseluruhan asam lemak dengan contoh asam palmitat dapat diberikan
sebagai berikut.
8 asetil CoA + 7ATP + 14 NADPH + 7 H+ Palmitat + 8 CoA + 7 ADP + 7 H2PO4 +
14 NADP+ + 6 H2O + 8 CoA
Pada biosintesis asam lemak, enzim CoA dan Acyl Carier Protein (ACP) mempunyai
peranan penting. Enzim-enzim ini berperan membentuk rantai asam lemak dengan
menggabungkan secara bertahap satu gugus asetil turunan dari asetat dalam bentuk asetil
CoA dengan n gugus malonil turunan dari malonat dalam bentuk malonil CoA, seperti
ditunjukkan pada reaksi berikut [11].
Acetil CoA + n Malonil CoA + 2n ADPH + 2n H+ CH3(CH2-CH2)n CO CoA +
n CO2 + n CoASH + 2n NADP+
+ (n-1) H2O
Sintesa asam lemak berlangsung bertahap dengan siklus reaksi perpanjangan rantai asam
lemak hingga membentuk rantai lengkap C16 dan C18. Tahapan reaksi ini dapat ditunjukkan
dalam bentuk lintasan biosintesis pada Gambar 3.7.
41
Gambar 3.7. Siklus reaksi perpanjangan rantai asam lemak [12]
42
Bahan utama yang digunakan pada biosintesis asam lemak adalah senyawa asetil CoA dan
senyawa malonil CoA. Malonil CoA disintesis dari asetil CoA dengan penambahan CO2 oleh asetil
CoA karboksilase seperti pada gambar 3.7.
Gambar 3.8 Pembentukan Malonyl CoA [12]
Reaksi pertama pada biosintesis asam lemak adalah pemindahan gugus asetil dan gugus
malonil dari CoA ke ACP dengan katalis asetil-CoA, ACP transilase dan malonil-CoA seperti
ditunjukan dalam reaksi berikut:
Acetyl CoA + ACP Acetyl ACP + CoA
Malonyl CoA + ACP Malonyl ACP + CoA
Reaksi berikutnya adalah pengkondensasian gugus malonil membentuk asetoasetil-ACP
dengan melepaskan CO2. Setelah penkondensasian asetil dengan malonil, tahapan selanjutnya
43
berturut-turut adalah reaksi reduksi dengan katalis 3-ketoasil ACP reduktase, reaksi dehidrasi
dengan katalis 3-hidroksi ACP dehidrase, dan reaksi reduksi dengan katalis enoil ACP reduktase.
Urutan reaksi-reaksi ini merupakan siklus lintasan pembentukan dan penambahan panjang rantai
asam lemak. Hasil sintesa dari urutan reaksi ini adalah molekul asam lemak yang terikat dengan
ACP.
Hasil sintesa awal adalah asam lemak rendah dengan jumlah atom karbon sebanyak 4.
Hasil sintesis ini selanjutnya kembali memasuki siklus ‘kondensasi-reduksi-dehidrase-reduksi’
untuk menambah panjang rantai asam lemak. Secara keseluruhan reaksi pemanjangan rantai
asam lemak sama dengan biosintesis asam lemak. Tiap satu siklus putaran asam akan bertambah
panjang 2C. Pemanjangan dilakukan hingga 7 siklus sehingga membentuk 16 rantai karbon yang
terikat pada ACP. Hasil ini (16 C) selanjutnya dihidrolisa untuk melepaskan ACP membentuk
palmitat.
3.5 Fosfolipid
Fosfolipida memiliki struktur seperti trigliserida. Fosfolipid adalah surfaktan dan
emulsifier alami yang memiliki kerangka gliserol dan 2 gugus asil (lihat gambar 3.9). Pada posisi
ketiga dari kerangka gliserol di tempati oleh gugus fosfat yang terikat pada amino alkohol.
Gambar 3.9 Struktur fosfolipid [13]
44
Molekul fosfolipid dapat dipandang terdiri dari dua bagian, yaitu kepala dan ekor. Bagian
kepala memiliki muatan positif dan negatif serta bagian ekor tanpa muatan (lihat gambar 3.10).
Bagian kepala bersifat hidrofilik atau larut dalam air, sedangkan bagian ekor bersifat hidrofobik
atau tidak larut dalam air.
Gambar 3.10 Bilayer fosfolipid [14]
Jenis fosfolipid yang paling terkenal adalah lecithine, fosfatidiletanolamin (sefalin),
fosfatidilkolin (lesitin), dan fosfatidilserin. Fungsi dari fosfolipid antara lain sebagai bahan
penyusun membran sel.
Ketika fospolipid dimasukan dalam air bagian hidrofil akan melekat pada air sedangkan
bagian hidrofobnya akan menghindari air, sehingga membentuk bilayer. Fosfolipid merupakan
pengemulsi yang sangat baik.
3.6 Prostaglandin
Prostaglandin (PG) merupakan senyawa lemak yang dihasilkan dari asam lemak melalui
proses enzimatik. Setiap prostaglandin memiliki 20 atom karbon dengan rantai atom karbon pada
nomor 8-12 membentuk cincin siklopentana. Prostaglandin memiliki kerja biologis yang luas
pada berbagai organ tubuh. Senyawa ini pertama kali ditemukan dalam mani (semen), dan
diketahui bahwa senyawa ini disintesis dalam kelenjar prostat karena itu disebut prostalglandin.
Senyawa ini diisolasi dan diteliti pada tahun 1935 oleh psikolog Swedia Ulf von Euler, dan
secara independen oleh M.W. Goldblatt.
45
Prostaglandin merupakan moderator kegiatan hormon dalam tubuh. Ketidakseimbangan
prostalglandin dapat menyebabkan nyeri, demam, dan reaksi-reaksi peradangan. Jenis – jenis
prostalglandin (lihat gambar 3.11).
Gambar 3.11 Jenis prostaglandin
Meskipun struktur tiap jenisnya hampir sama satu dengan yang lain, prostalglandin
dibedakan berdasarkan banyaknya ikatan rangkap dan adanya gugus diol atau alkohol keto dalam
siklopentananya. Istilah PGE1, PGF1α, PGF2 adalah lambang dari senyawa ini. PG bearti
prostalglandin, E berarti alkohol keto dan F berarti diol. Subscript (angka) menunjukan
banyaknya ikatan rangkap, α menunjukkan konfigurasi OH pada karbon (cis terhadap rantai
samping karboksil).
Biosintesis prsotalglandin agaknya berlangsung dengan system radikal bebas. Contoh
pembentukan prostalglandin dari asam arasidonat disajikan pada Gambar 3.12.
46
Gambar 3.12 Biosintesis prostaglandin dari asam arasidonoat [15]
Reaksi tahap pertama jalur siklooksigenase dikatalisis oleh dua jenis enzim, yaitu
siklooksigenase dan hidroperoksidase. Biosintesis prostaglandin, dapat dihambat oleh aktivitas
enzim siklooksigenase. Adanya asam asetil salisilat bukan hanya menghambat melainkan
memblok secara ireversibel enzim siklooksigenase. Karena prostaglandin berperanan penting
47
pada timbulnya nyeri, demam, dan reaksi-reaksi peradangan. Maka melalui penghambatan
aktivitas enzim siklooksigenase akan menekan gejala-gejala tersebut. Namun demikian,
prostaglandin juga berperanan penting pada proses-proses fisiologis normal dan pemeliharaan
fungsi regulasi berbagai organ.
Pada selaput lendir traktus gastrointestinal, prostaglandin berefek protektif. Prostaglandin
meningkatkan resistensi selaput lendir terhadap iritasi mekanis, osmotis, termis atau kimiawi.
Dalam suatu telaah telah ditunjukkan, bahwa pengurangan prostaglandin pada selaput lendir
lambung memicu terjadinya tukak.
3.7 Terpena
Terpena adalah komponen dasar penyususn minyak esensial yang terdapat dalam
tanaman atau bunga. Secara umum minyak esensial digunakan sebagai penguat rasa alami,
aroma parfume dan juga pengobatan (aromatherapy).
Terpena tersusun dari gabungan unit-unit isoprene yang mengandung satu gabungan
kepala dan ekor (kepala adalah ujung terdekat dengan gugus metal), dengan rumus molekul
C3H8. Molekul terpena adalah (C3H8)n, n adalah jumlah unit isoprene. Hal ini disebut dengan
isoprene rule.
Biosintesis terpena
Terpena tidak dihasilkan dengan polimerisasi langsung dari isoprene. Komponen antara
dalam biosintesis terpena adalah isopentil pirofosfat (IPP) dan dimetil pirofosfat. Tahap pertama
biositesis terpena adalah kondensasi ester secara enzimatik gugus asetil dari asetil CoA. Isopentil
pirofosfat ini dihasilkan dari Asetil CoA dengan intermediet asam mevalonic.
48
Gambar 3.13 Biosintesis terpena [16]
Terpena digolongkan berdasarkan banyaknya kandungan isoprene (lihat gambar 3.14).
1. Monoterpena, mengandung dua gugus isoprene dengan rumus molekul C6H16. Contoh :
geranio, limonone dan terpineol.
2. Seskuiterpene, mengandung tiga gugus terpene dengan rumus molekul C15H24.
Contohny : fernasenes, fernasol.
3. Diterpena, mengandung empat isoprene dengan rumus molekul C20H32. Contohnya :
retinal, retinol, pitol.
Gambar 3.14 Jenis-jenis terpena [16]
49
3.8 Malam/lilin (waxes)
Malam (waxes) terbentuk dari esterifikasi asam lemak dengan alkohol rantai panjang.
Senyawa ini hanya memiliki satu ikatan rangkap. Senyawa ini ditemukan dalam tubuh hewan,
tumbuhan dan mikroba dengan fungsi yang berbeda. Malam tidak larut di dalam air dan sulit
dihidrolisis. Malam sering digunakan sebagai lapisan pelindung untuk kulit, rambut dan lain-lain.
Berbagai macam material dengan nama wax tidak dibentuk oleh satu grup struktur kimia yang
homogen. Semua wax merupakan bahan tahan air yang terbentuk dari berbagai macam subtansi
termasuk hidrokarbon (normal atau bercabang alkana dan alkena), keton, diketon, alkohol primer
dan sekunder, aldehid, sterol ester, asam alkanoik, terpenes (squalene), dan monoester (ester
wax). Malam mempunyai rantai yang panjang atau sangat panjang (dari 12 lebih sampai sekitar
38 atom karbon dan dalam bentuk padat pada rentang yang besar (titik leleh antara 60°-100°C).
Berdasarkan sumbernya wax terdiri dari dua macam, yaitu wax alami dan wax sintetik.
3.8.1 Wax Alami
a. Animal Waxes
Contohnya yaitu pada bee wax yang merupakan hasil sekresi abdominal dari lebah jenis
Apis mellifera. Warna wax tergantung pada jenis hewan. Komponennya berupa palmitat,
palmitoleate, hidroksipalmitat, dan oleate ester dengan rantai panjang alkohol.
b.Vegetal Waxes
Contohnya pada jenis carnauba wax dan candelila wax. Pada carnauba wax juga dikenal
sebagai queen of waxes. Komposisinya terdiri dari fatty ester (80-85%), free alcohol (10-15%),
asam (3-6%), dan hidrokarbon (1-3%). Untuk candelila wax merupakan hasil ekstraksi dari
tumbuhan Euphorbia cerifera dan Euphorbia antisyphilitica (Euphorbiaceae). Komposisinya
berupa hidrokarbon (sekitar 50% dari C29-C33), ester (28-29%), alkohol, asam lemak bebas (7-
9%), dan resin (12-14% triterpenoid ester).
50
c. Mineral Waxes
Contohnya pada parafin yang merupakan hasil dari petroleum yang mengalami
pemanasan tinggi (penyulingan minyak tanah). Komposisinya berupa campuran kompleks
hidrokarbon sari metan, dengan sejumlah kecil fase amorf atau mikrokristalin.
3.8.2. Wax Sintetik
Seperti wax alami yang serba guna, wax sintetik mampu bertahan pada perubahan
kualitas. Terbuat dari etil glikol diester atau triester dengan rantai panjang asam lemah (C18-
C36). Titik lelehnya dalam rentang 60°-75°C.
3.9 Steroid
Steroid adalah senyawa turunan lemak dari terpenoid yang tidak terhidrolisis. Steroid
terdapat hampir pada semua jenis mahluk hidup. Steroid merupakan kelompok senyawa yang
penting dengan struktur dasar sterana tak jenuh dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa
yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada
umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17
atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana (lihat
gambar 3.15). Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus
fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.
Gambar 3.15 Struktur dasar steroid
51
3.10 Kolesterol
Kolesterol adalah jenis steroid yang dijumpai pada hampir semua jaringan hewan.
Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam biosintesis hormon steroid. Kadar
kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah karena
kolesterol dan lipid – lipid yang lain melapisi dinding pembuluh darah. Pada dasarnya kolesterol
itu hanya di sintesis oleh hewan, tetapi ada beberapa kolesterol yang disintesis oleh (eukaryotes)
tumbuhan atau jamur. Hampir semua prokaryotes termasuk bakteri mensisntesis kolesterol.
Rumus bangun kolesterol bisa dilihat pada gambar 3.16.
Gambar 3.16 Rumus bangun kolesterol [17]
52