LIPI Kehati

2
menyintesis minimal 3 artikel tt penelitian keanekaragaman (diutamakan latar belakang pemilihan lokasi, masalah yang diajukan, metode, cara menyajikan hasil, alur pembahasan, serta ide penelitian kalian tt keanekaragaman) Peneliti LIPI bidang air dan keanekaragaman hayati mengupas lebih dalam tentang pentingnya suatu ekosistem dalam konservasi dan siklus air, serta peranan berbagai jenis tumbuhan untuk konservasi air tanah dalam Seminar Sehari Menyambut Hari Keanekaragaman Hayati: Air dan Keanekaragaman Hayati pada hari Rabu, 22 Mei 2013 di Gd. Kusnoto Lt. 6, Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor. Seminar dibuka oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI, Dr. Siti Nuramaliati Prijono. Dalam sambutan pembukaannya, Deputi Bidang IPH, menjelaskan bahwa seminar ini selain untuk memperingati hari keanekaragaman hayati juga menjadi sarana diseminasi hasil penelitian terkait permasalahan air dan biodiversitas di Pusat Penelitian di LIPI, serta untuk meningkatkan kepedulian publik terhadap isu kelestarian ekosistem air Deputi Bidang IPH LIPI menjelaskan lebih lanjut bahwa pada tanggal 22 Mei, seluruh dunia memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional dengan tujuan untuk menumbuhkan kecintaan penduduk bumi terhadap keanekaragaman hayati. Tema hari keanekaragaman hayati tahun 2013 adalah Water and Biodiversity, di mana pemilihan tema ini diselaraskan dengan penetapan PBB, bahwa pada tahun 2013 adalah International Year of Water Cooperation. Tema ini diangkat untuk meningkatkan kepedulian publik terhadap isu kelestarian ekosistem air yang sangat vital, dan untuk meningkatkan respon serta aksi positif masyarakat untuk konservasi air. Periode tahun 2005-2015 adalah Tahun Internasional untuk “Air untuk kehidupan”. Air sangat penting bagi kehidupan, tidak ada makhluk hidup yang dapat hidup tanpa air. Air sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia dan sekaligus untuk konservasi lingkungan. Menurutnya, ekosistem yang lestari di seluruh dunia akan menjamin ketersediaan air bersih bagi kehidupan manusia. Air pada fungsinya mendasari semua jasa ekosistem, salah satu contohnya lahan basah sebagai wilayah penampung dan resapan, dapat membantu mengurangi resiko dari banjir. Restorasi tanah dapat mengurangi erosi dan polusi sehingga dapat meningkatkan ketersediaan air bagi tumbuhan. Kawasan lindung juga dapat membantu konservasi air dan dapat menyediakan air ke kota-kota. Dijelaskan pula bahwa saat ini ekosistem air tawar menghadapi kepunahan yang semakin rentan, karena memiliki tingkat kepunahan 15 kali lebih besar daripada ekosistem air laut. Padahal ekosistem air tawar menyimpan ribuan spesies. Oleh karena itu, ekosistem air tawar dan keanekaragaman hayati kini merupakan prioritas konservasi secara global. Seminar ini dihadiri oleh stakeholders yang terdiri dari instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan masalah keanekaragaman hayati, NGOs, universitas dan media. Peserta yang hadir antara lain berasal dari Bappenas, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Institut Pertanian Bogor, Universitas Nasional, Universitas Pakuan, BIOTROP, Zoological Society of London (ZSL), Ciliwung Institute, Flora Fauna Indonesia, Komunitas Ciliwung, Burung Indonesia, Antara, Kompas, Jakarta Post, Koran Tempo, Suara Pembaruan, dan Warta Kota. Hadir sebagai narasumber adalah peneliti senior dan pakar dari berbagai latar belakang bidang keilmuan antara lain Prof. Dr. Hery Harjono yang mengupas tentang “Air, Keanekaragaman Hayati dan Budaya”; Ir. Sulastri, APU tentang “Keanekaragaman Hayati Perairan Darat: Ancaman, Pemanfaatan dan Upaya Pelestariannya”; Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah tentang “Serangga Air sebagai Bio- indikator Kualitas Air”; Prof. Dr. Elizabeth A. Widjaja tentang

Transcript of LIPI Kehati

Page 1: LIPI Kehati

menyintesis minimal 3 artikel tt penelitian keanekaragaman (diutamakan latar belakang pemilihan lokasi, masalah yang diajukan, metode, cara menyajikan hasil, alur pembahasan, serta ide penelitian kalian tt keanekaragaman)

Peneliti LIPI bidang air dan keanekaragaman hayati mengupas lebih dalam tentang pentingnya suatu ekosistem dalam konservasi dan siklus air, serta peranan berbagai jenis tumbuhan untuk konservasi air tanah dalam Seminar Sehari Menyambut Hari Keanekaragaman Hayati: Air dan Keanekaragaman Hayati pada hari Rabu, 22 Mei 2013 di Gd. Kusnoto Lt. 6, Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor.

Seminar dibuka oleh Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI, Dr. Siti Nuramaliati Prijono. Dalam sambutan pembukaannya, Deputi Bidang IPH, menjelaskan bahwa seminar ini selain untuk memperingati hari keanekaragaman hayati juga menjadi sarana diseminasi hasil penelitian terkait permasalahan air dan biodiversitas di Pusat Penelitian di LIPI, serta untuk meningkatkan kepedulian publik terhadap isu kelestarian ekosistem air 

Deputi Bidang IPH LIPI menjelaskan lebih lanjut bahwa pada tanggal 22 Mei, seluruh dunia memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional dengan tujuan untuk menumbuhkan kecintaan penduduk bumi terhadap keanekaragaman hayati. Tema hari keanekaragaman hayati tahun 2013 adalah Water and Biodiversity, di mana pemilihan tema ini diselaraskan dengan penetapan PBB, bahwa pada tahun 2013 adalah International Year of Water Cooperation. Tema ini diangkat untuk meningkatkan kepedulian publik terhadap isu kelestarian ekosistem air yang sangat vital, dan untuk meningkatkan respon serta aksi positifmasyarakat untuk konservasi air. Periode tahun 2005-2015 adalah Tahun Internasional untuk “Air untuk kehidupan”. Air sangat penting bagi kehidupan, tidak ada makhluk hidup yang dapat hidup tanpa air. Air sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia dan sekaligus untuk konservasi lingkungan.  

Menurutnya, ekosistem yang lestari di seluruh dunia akan menjamin ketersediaan air bersih bagi kehidupan manusia. Air pada fungsinya mendasari semua jasa ekosistem, salah satu contohnya lahan  basah sebagai wilayah penampung dan resapan, dapat membantu mengurangi resiko dari banjir. Restorasi tanah dapat mengurangi erosi dan polusi sehingga dapat meningkatkan ketersediaan air bagi tumbuhan. Kawasan lindung juga dapat membantu konservasi air dan dapat menyediakan air ke kota-kota.

Dijelaskan pula bahwa saat ini ekosistem air tawar menghadapi kepunahan yang semakin rentan, karena memiliki tingkat kepunahan 15 kali lebih besar daripada ekosistem air laut. Padahal ekosistem air tawar menyimpan ribuan spesies. Oleh karena itu, ekosistem air tawar dan keanekaragaman hayati kini merupakan prioritas konservasi secara global.

Seminar ini dihadiri oleh stakeholders yang terdiri dari instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan masalah keanekaragaman hayati, NGOs, universitas dan media. Peserta yang hadir antara lain berasal dari Bappenas, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Institut Pertanian Bogor, Universitas Nasional, Universitas Pakuan, BIOTROP, Zoological Society of London (ZSL), Ciliwung Institute, Flora Fauna Indonesia, Komunitas Ciliwung, Burung Indonesia, Antara, Kompas, Jakarta Post, Koran Tempo, Suara Pembaruan, dan Warta Kota.

Hadir sebagai narasumber adalah peneliti senior dan pakar dari berbagai latar belakang bidang keilmuan antara lain Prof. Dr. Hery Harjono yang mengupas tentang                    “Air, Keanekaragaman Hayati dan Budaya”; Ir. Sulastri, APU tentang “Keanekaragaman Hayati Perairan Darat: Ancaman, Pemanfaatan dan Upaya Pelestariannya”; Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah tentang “Serangga Air sebagai Bio-indikator Kualitas Air”; Prof. Dr. Elizabeth A. Widjaja tentang“Dampak Bambu dalam Pengelolaan Air”; Ir. Mustaid Siregar, M.Si. tentang “Pentingnya Kebun Raya sebagai Kawasan Konservasi Ex-Situ untuk Ketersediaan Air”; Dr. Daisy Wowor tentang “DAS Ciliwung: Punah di ‘Rumah’ Sendiri”; Prof. Dr. Tukirin Partomiharjo tentang “Hutan Tropika dan Siklus Air”; serta Dr. Dwi Susilaningsih, M.Pharm. tentang “Keanekaragaman Biota Mikro di Perairan dan Potensinya”.

Dalam rangkaian acara seminar, telah diadakan konferensi pers yang dipimpin oleh Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dr. Bambang Sunarko. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Panitia seminar, Dr. Joeni Setijo Rahajoe, beberapa pembicara, dan Dr. Kuswata Kartawinata turut serta mendampingi Kapus Biologi LIPI. Media yang hadir dalam konferensi pers antara lain: Jakarta Post, Antara, Kompas, Koran Tempo, Suara Pembaruan, dan Warta Kota. 

Pada akhir acara, seminar ditutup oleh Kepala Puslit Biologi LIPI. Dalam sambutan penutupnya, Kepala Puslit Biologi LIPI menegaskan kembali bahwa air merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia. Masalah air terkait dengan ketersediaan air itu sendiri. Ketersediaan air terkait dengan kualitas dan kuantitas air. Ketersediaan air juga terkait dengan konteks ruang, yakni ketersediaan air untuk masyarakat lokal atau dunia. Lima puluh tahun lagi bisa jadi akan terjadi krisis air, siapakah

Page 2: LIPI Kehati

yang akan memasok air? 

Artikel ini ditulis oleh Sulasmini - Humas Biologi LIPI, Bogor, 22 Mei 2013Artikel ini diunggah oleh Pramono pada tanggal 11 Juni 2013

http://www.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/mTemplate.php?h=3&id_berita=493