Karakteristik dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi ...
Lingkungan Pengendapan
-
Upload
mareyzhadiandra -
Category
Documents
-
view
23 -
download
8
description
Transcript of Lingkungan Pengendapan
BAB II
KONSEP DASAR LINGKUNGAN PENGENDAPAN
2.1 TINJAUAN UMUM
2.1.1 Pengertian Lingkungan pengendapan
Lingkungan pengendapan (sedimentary environment) didefinisikan sebagai suatu
tempat yang kompleks dimana sedimen diendapkan, karena adanya interaksi faktor fisika,
kimia, dan biologi (Kumbrain dan Sloss, 1963). Faktor fisika dikaitkan dengan proses
fisika, seperti densitas, viskositas, bahan dan medium sedimentasi, energi air laut, energi
kinetis pada angin, turbulensi dan arus ombak. Faktor kimia dikaitkan dengan proses
kimia, seperti perubahan temperatur atau iklim, perubahan salinitas, derajat keasaman-
kebasaan (pH), dan potensial oksidasi-reduksi (eH), sedangkan faktor biologi dikaitkan
aktivitas organisme ( struktur perubahan cangkang sebagai sedimen dan material organik
(C-H)). Faktor biologi ini merefleksikan aspek fisika dan kimia suatu endapan, karena
organisme sangat dipengaruhi oleh kondisi tersebut.
Lingkungan pengendapan dicirikan oleh parameter-parameter fisika, kimia, dan
biologi tertentu yang menghasilkan suatu tubuh batuan sedimen dengan sifat-sifat tekstur,
struktur, dan komposisi tertentu (Bogss, 1955). Hasil atau produk dari endapan
lingkungan pengendapan, khususnya lingkungan pengendapan sedimen seperti
lingkungan delta, reef, desert, submarine fans, lacustrine dan lingkungan lainnya.
Lingkungan pengendapan dapat dibatasi oleh erosi, non deposisi atau deposisis.
Umumnya lingkungan sub aerial merupakan hasil erosional sedangkan lingkungan sub
aquaous kebanyakan merupakan daerah pengendapan. Beberapa lingkungan alternatif
lainnya terjadi dalam fase lingkungan erosi, equilibrial dan deposisi :
1. Lingkungan erosional : Umumnya terestrial, biasanya ditampilkan sebagai ketidak
selarasan.
2. Lingkungan equibrial/non deposisi : terdapat di darat dan di laut, meliputi horison
tanah (laterit dan caliche), gamping tersemenkan dan manganese seabeds.
3. Lingkungan deposisi : Umumnya subaqueous (lingkungan terendam air) yang
ditampilkan da;am rekaman stratigrafi sebagai fasies sedimentasi.
Selley (1970), mengklasifikasikan lingkungan pengendapan sebagai berikut :
1. Kontinental
Konglomerat
Fluvial (Braided dan Meandering)
Lacustrine
Eolian
2. Shorelines
Lobate/Delta
Linear/Barrier (Karbonat dan Klastik)
Turbidit
Pelagic
Lingkungan sedimentasi utama dapat dibagi lagi menjadi sub lingkungan, misalnya
lingkungan fluvial terbagi menjadi active channel, overbank atau flod plain, abandoned
channel dan lain-lain.
2.1.2 Pengertian Fasies dan Model Fasies
Mutti dan Ricci Luchi (1972) mendefinisikan fasies sebagai suatu lapisan atau
kumpulan lapisan batuan yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri, dan
sedimentologi tertentu yang berbeda dengan lapisan atau kumpulan lapisan batuan yang
berada di sekitarnya. Dalam SSI (1996), fasies didefinisikan sebagai aspek fisika, kimia,
dan biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Suatu faasies mencerminkan suatu
mekanisme pengendapan atau berbagai mekanisme yang bekerja secara serentak pada
waktu yang sama.
Suatu urutan kumpulan batuan sedimen yang diendapkan pada suatu lingkungan
paengendapan dan dapat dibedakan satu dengan lainnya berdasarkan litologi, geometri,
dan sedimentologinya disebut model fasies, (Walther 1984, dalam Blatt, Middleton, dan
Murray, 1972), pertama kali mengamati hubungan stratigrafi ke arah vertikal dalam suatu
daerah lingkungan pengendapan dan berpendapat bahwa sedimentasi urutan-urutan fasies
secara vertikal dapat mencerminkan urutan-urutan ke arah lateral (Walther Law;s). Hal
ini disebabkan oleh lingkungan pengendapan dari suatu interval waktu terbentuk
bersamaan dengan proses-proses transgresi dan regresi yang memungkinkan suatu
lingkungan pengendapan bertumpuk berada di atas lingkungan pengendapan yang lain.
Setiap proses pengendapan akan memberikan suatu urutan model pengendapan
tertentu (model fasies) dan dapat memberikan gambaran lingkungan pengendapan yang
khas.
2.1.3 Hubungan Antara Fasies, Sekuen dan Stratigrafi
Pentingnya hubungan antara fasies dan lingkungan pengendapan dikemukakan
oleh Walther (1894), yang menyatakan bahwa “Variasi endapan dari suatu daerah fasies
yang sama dan mempunyai kemiripan jumlah batuan dari daerah fasies yang berbeda,
dibentuk berdampingan dengan yang lain dalam ruang, tapi dalam crustal akan terletak
diatasnya”. Sedangkan Middleton (1973) menyatakan bahwa sekuen vertikal tidak
terganggu dari suatu fasies digambarkan oleh lingkungan sekuen lateralnya.
Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Busch (1971) yang mendefinisikan
terminasi genetik dan sekuen genetik. Genetik increment suatu perlapisan didefinisikan
sebagai massa batuan sedimen dalam suatu fasies/sub fasies yang berhubungan satu sama
lain secara genetik. Tipikalnya bisa terdiri dari sekuen prograding delta tunggal, yang di
dalamnya terdapat pro delta, delta slope dan delta front. Sekuen genetik perlapisan
merupakan suatu paket sedimenter yang tipe genetiknya sama.
Fasies sedimentasi cenderung tersusun dalam sekuen yang bisa diduga (Genetic
Increment). Sekuen cenderung mengalami perulangan sampai membentuk suatu sekuen
genetik. Kejadian ini merupakan suatu siklus sedimentasi. Proses umum siklus terjadi dua
(Beerbower, 1964), yaitu :
1. Mekanism Autocyclic : adalah bagian integral dari sistem pengendapan, misalnya
channel migration, channel diversion, bar migration.
2. Mekanism Allocyclic : dihasilkan dari perubahan internal terhadap unit sedimen,
misalnya pengangkatan, penurunan, variasi iklim dan perubahan eustatik.
Salah satu studi sedimentasi resent yang menarik adalah perpindahan sub
lingkungan secara lateral dari suatu daerah pengendapan ke daerah lainnya sehingga
akan menghasilkan sekuen sub fasies biasa. Hal ini menunjukkan begitu pentingnya
mekanisme autocyclic ini dalam menggambarkan siklus sedimen kuno, sedangkan
allocyclic biasanya dipengaruhi oleh tekanan (stress). Pengenalan sekuen asal autocyclic
dalam fasies sedimentasi cukup penting dalam mengenal lingkungan pengendapannya.
2.1.4 Metode Diagnosis Lingkungan Fasies Sedimentasi
Aturan umum diagnosis lingkunga sedimen harus didasarkan pada evaluasi yang
kritis dari semua data atau bukti yang ada. Sebagian data yang digunakan dalam studi
bawah permukaan ini antara lain penampang seismik dan well-log geofisika sebagai
sumber data utama serta sampel batuan dari data core dan cutting.
Teknik analisis lingkungan dapat dilihat dari lima parameter lingkungan fasies, yaitu :
1. Geometri
2. Litologi
3. Struktur sedimen
4. Pola arus purba
5. Fosil/ Paleontologi
a. Geometri
Bentuk menyeluruh dari fasies sedimentasi merupakan suatu fungsi topografi
pre-deposisi, lingkungan pengendapan, geomorfologi dan sejarah post-deposisinya.
Geometri fasies sedimentasi relatif lebih mudah untuk menentukan keberadaan
singkapan pada permukaan dan kenampakan singkapan yang baik. Pendekatan yang dulu
dipakai adalah memetakan geometri fasies dari data lubang bor, dimana interpretasi
lingkungannya dapat diketahui dari tiap sumur dengan menentukan lokasi pemboran
berikutnya pada posisi yang optimal. Sedangkan pendekatan yang sekarang dipakai
adalah survei seismik yang memungkinkan untuk memetakan suatu geometri fasies
sebelum dilakukan pemboran sumur-sumurnya. Interpretasi seismik terbaru dikenal
dengan istilah seismik stratigrafi, yang berguna untuk mengetahui stratigrafi dan konsep
fasies dalam interpretasi data seismik.
Parameter geometri berguna dalam mempelajari singkapan seperti channel atau
reef yang bisa dideteksi di bawah permukaan dengan seismik.
b. Litologi
Litologi fasies sedimentasi adalah parameter yang mudah diamati dan salah satu
pertimbangan lingkungan yang jelas.
Lingkungan sedimen klastik tidak hanya berfungsi dalam penentuan lingkungan
pengendapan dimana ia diendapkan tetapi juga dapat mengetahui sejarah trnsportasi dan
tipe batuan asalnya. Beberapa peneliti memakai tekstur sedimen untuk menentukan
lingkungan sedimennya (Folk, 1967 ; Miola & Wesser, 1968 ; Pettijohn et al, 1972 dan
Selley, 1982). Filosofi dasar yang dipakai yaitu bahwa sedimen lingkungan resent bisa
diketahui satu sama lain dari evaluasi statistik teksturnya.
Parameter litologi yang umum dikenal ada dua jenis, yaitu :
Terigen, berhubungan dengan ukuran butir sebagai indek tingkat energi, dimana kontrol
proses tekstur lebih berperan dibandingkan kontrol lingkungan,
Karbonat, menyangkut litofasies dengan karakteristik tipe butiran sebagai lingkungan
yang spesifik.
Kesimpulannya, litologi fasies sedimen memegang peranan penting sebagai petunjuk
lingkungan pengendapannya. Ukuran butir, pemilahan, bentuk dan tekstur batuan
biasanya menggambarkan tingkat energi dan proses lingkungannya.
c. Struktur Sedimen
Struktur lebih mudah dipelajari pada kondisi singkapan yang baik. Di bawah
permukaan, hanya struktur sedimen dapat menentukan suatu lingkungan pengendapan,
misalnya glasial, aquaous/sub-aerial dan lain-lain, yang dicirkan dengan kedalaman dan
tingkat energi lingkungan serta kecepatan, hidrolik dan arah arus yang berkembang
(Allen 1967, 1982 ; Collison dan Tonipson, 1982 ; Reinneck & Singh, 1980 ; and Selley,
1982). Umumnya struktur sedimen menggambarkan suatu proses pengendapan, tapi
beberapa proses khusus terjadi dalam lingkungan tertentu, seperti cross bedding sebagai
hasil arus traksi bisa terjadi dari alluvial fans sampai shelf sea.
Struktur sedimen dikelompokkan menjadi :
1. Stuktur primer (fisik)
Terdiri dari struktur anorganik organik (trace fossils).
2. Struktur sekunder (kimia)
Meliputi : konkresi diagenetik, dan lain-lain.
Berdasarkan klasifikasi genetiknya, sturtur sedimen dibagi :Kelompok Contoh Asal (origin)
Pre-deposisional Channel, Flute marks,
groove marks, scour marks
Erosional
Syn-deposisional Flat bedding, cross bedding,
cross lamination
Deposisional
Post-deposisional Slumps, slides, load casts Deformasional
d. Pola Arus Purba
Sumber data untuk mengetahui pola arus purba adalah dari Dipmeter, dimana
untuk menentukan arus purba fasies tersebut melibatkan deskripsi dan interpretasi.
Analisa arus purba melibatkan :
a. Pengukuran orientasi struktur sedimen yang jelas di lapangan (misalnya : arah
kemiringan cross bedding, sumbu channel, dan lain-lain).
b. Deduksi arah arus purba tiap titik sampel.
c. Preparasi peta regional arus purba.
d. Integrasi peta arus purba dengan analisis fasies lainnya untuk menentukan
lingkungan dan paleogeografinya.
Ppenyelidikan motif dip dari log dipmeter secara empirik :
Motif Dip Profil Gamma
1. Uniform (schlumberger green) Uniform (serpih) – dip
deposisional
2. Upward Increasing (schlumberger
blue)
Upward decreasing-upward
coarsening sand
3. Upward decreasng (schlumberger red) Upward increasing-upward
fining sand
4. Random (bag o’nails) Uniform (pasir) – massive sand
5. Upward increase & decline Gamma increase & declines;
crevasse splay overlain by
channel (or fault, or conformity,
but dip motif not then generally
correlative with gamma curve).
e. Fosil/Paleontologi
Paleontologi identik dengan keberadaan fosil. Fosil merupakan salah satu
metode yamg cukup penting dalam pengenalan lingkungan pengendapan. Pemakaian
fosil untuk identifikasi lingkungan pengendapan harus memperhatikan dua asumsi, antara
lain :
Fosil tersebut tertimbun di tempat hidupnya.
Habitat fosil bisa diketahui dari morfologinya.
Dari semua perbedaan fosil, terdapat dua tipe penting dalam analisis lingkungan
pengendapan yaitu microfossils dan trace fossils. Mikrofosil dapat diamati dari well-
cutting dan dalam volume kecil batuan, misalnya foraminifera, ostracoda, mikroplankton
dan polynomorfik. Salah satu kelompok fosil yang berguna dalam analisis lingkungan
adalah burrows, tracks dan trail, yang termasuk dalam trace fossils. Sedangkan mikrofosil
sangat terbatas sekali kegunaannya.
2.2. STUDI LINGKUNGAN PENGENDAPAN
2.2.1 Delta
Delta merupakan suatu lingkungan yang dicirikan oleh sedimen yang telah
mengalami transportasi sampai akhir (channel) oleh suatu arus benua (continent water)
dengan dominasi oleh endapan sub aquaeous dan sub aerial pada batas air tenang
(standing water), dimana saluran tersebut masih aktif mengisi(Serra,1990).
Berdasarkan proses yang berpengaruh dalam pembentukan ddelta dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis :
a. Delta dominasi sungai
Lingkungan pengendapan pada delta yang didominasi oleh sungai terbentuk
apabila gelombang, arus pasang surut dan arus sepanjang pantai lemah maka muatan
sedimen yang berasal dari sungai tinggi dan akan terjadi progradasi yang cepat kearah
laut.
b. Delta dominasi pasang surut
Daerah ini memiliki tingkat pasang surut yang tinggi, sehongga aliran balik yang
terjadi pada distribusi channel kemungkinan merupakan sumber energi utama dalam
pembentukan dan pemisahan sedimen.
Delta dominasi gelombang
Lingkungan ini dipengaruhi oleh aktivitas gelombang yang kuat, endapan mouth
bar yang terbentuk terus menerus mengalami rework menjadi suatu seri superimposed
coastal barriers. Secara keseluruhan lingkungan ini menunjukan suatu sekuen yang
mengkasar keatas
Secara umum menurut Serra, 1990 lingkungan pengendapan delta dapat dibagi
kedalam beberapa sub lingkungan sebagai berikut :
1. Delta plain
Merupakan bagian dari delta yang bersifat sub aerial, dimana pola
sedimentasinya dipengaruhi oleh proses fluvial dan juga dipengaruhi proses dari sub
lingkungan delta plain ini terdiri dari :
Upper Delta Plain
Bagian dari delta plain yang terletak diatas areal tidal atau laut, dimana
lingkungan pengendapan pada daerah ini memiliki karakteristik yang sama dengan
endapan yang berada di daerah fluvial. Endapan dari upper delta plain secara umum
terdiri dari endapan distributary channel dan juga lake fill.
Distribustary channel dibagi atas endapan meandering dan endapan braided.
Endapan ini ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar dan cenderung
memperlihatkan pola menghalus keatas. Struktur sedimen yang umum ditemui adalah
current ripple, cross bedding, scour fill dan lensa lempung. Point bar pada distributary
channel terbentuk apabila terjadi perpindahan pada chanelnya. Sedangkan natural levee
berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan
interdistributary bay, dengan sedimen yang berupa pasir halus, lempung dan rombakan
material organic yang terbentuk sebagai material hasil luapan selama banjir.
Lake fill merupakan bagian upper delta plain, dimana endapannya sangat
dipengaruhi oleh iklim setempat. Endapan lake fill pada umumya terbentuk pada kondisi
reduksi dan terdiri atas batulempung dan batulanau yang terbentuk saat banjir dengan
kandungan organic yang tinggi, dengan pola umum memperlihatkan pola mengkasar
keatas. Pengisisan dari endapan ini dapat terbentuk dengan arus yang tinggi terutama
pada saat pembentukan crevasse splay. Crevasse splay tersusun atas pasir dengan struktur
sedimen bentukan arus dengan permukaan bidang reaktifitas yang terbentuk erosi
lembaran (Reading, 1978).
b. Lower Delta Plain
Lower delta plain merupakan bagian dari dimana didaerah ini terjadi interaksi
antara sungai dan laut yaitu low tide-mark sampai batas pasang surut (tidal). Endapan
meliputi distributary channel (abandoned distributary deposit) dan interdistibutary
areas(bay fill deposit). Pada daerah lower delta plain, channel yang terbentuk bersifat
lebih kompleks dari channel yang terbentuk di daerah upper delta plain. Sedangkan
interdistributary area yang terbentuk terdiri atas interdistributary bay, tanggul alam,
rawa dan crevasse splay
Interdistributary bay merupakan daerah yang terletak diantara distributary
channel, dan pada umumnya meliputi daerah terluas pada lower delta plain. Daerah ini
berhubungan dengan laut dan dikelilingi oleh marshes dan distributary channel. Daerah
ini merupakan lingkungan dengan kecepatan arus yang paling rendah, tidak berelief
dengan akumulasi sedimen yang sangat lambat. Pada daerah ini terbentuk endapan
berukuran lanau sampai lempung yang sangat dominan. Struktur sedimen yang dijumpai
pada umumya parallel leminasi dan burrowing structure. Pada marshes dan swamp
terbentuk endapan material organic (peat, lignit, coal) dengan kenampakan berlapis
dalam jumlah yang cukup besar. Pola sedimentasi endapan bay fill pada umumnya
menunjukan pola mengkasar keatas.
2. Delta Front
Delta Front merupakan bagian dari lingkungan delta yang berenergi tinggi karena
secara berkala mengalami reworked diakibatkan oleh arus pasang surut dan arus
sepanjang pantai.
Pola pengendapan pada delta front adalah sekuen skala besar yang semakin keatas
semakin kasar. Dimana sekuen tersebut merupakan data perubahan fasies kearah atas dari
pasir berbutir haluslepas pantai atau pro delta yang didominasioleh batupasir.sekuen
tersebut merupakan hasil dari proses progradasi delta front dan memungkinkan terpacung
bagian atasnya oleh sekuen fluvial atau tidal distributary channel sebagai kelanjutan dari
proses progradasi.
Ednapan delta front sendiri terdiri atas lembaran pasir distributarymouth bar,
river-mouth tidal range deposit, nearshore, longshore dan stream bar deposit
2.2.2 Continental Shelf
Continental Shelf merupakan bagian dari paparan yang berada diantara garis
pantai dan batas paparan, atau diatasnya continental slope. Karakteristik morfologi dan
sedimennya sangat khusus. Permukaan continental shelf lebih halus, tertutup oleh
berbagai macam perlapisan batuan. Karakter batuan sedimennya mengalami perubahan
dari satu area ke area lainnya tergantung dari perbedaan gelombang, tektonik, kondisi
iklim dan supply sedimennya.
Endapan Continental Shelf purba merupakan rekaman strtigrafi batuan yang
cukup penting. Sedimen yang diendapkan tidak hanya dipengaruhi oleh endapan
Continental Shelf purba, tapi juga oleh endapan dan aspek struktur yang berasal dari
epicontinental seaways.
Setting dari Continental Shelf
Kondisi dari lingkungan ini tidak bisa terlepas dari hubungan fasiesnya secara
lateral, system lingkungan pengendapan, dan tektonik yang ada.
a. Hubungan fasies secara lateral.
Continental Shelf secara umum terbentuk oleh beberapa fasies sedimen, disatu
pihak modern Continental Shelf dibatasi oleh lingkungan pantai dan Continental Slope.
Dilain pihak endapan ini dicirikan oleh barrier bars, river valleys yang diakibatkan oleh
arus dan gelombang laut.
b. Sistem lingkungan pengendapan terdiri dari :
1) Glaciated shelves
2) Shelves off large deltas
3) Shelves dengan coral reefs
4) Shelves bordered oleh rocky bank dan island
5) Shelf yang berhubungan dengan tektonik lempeng
c. Tektonik
Tektonik disini berpengaruh dalam hal pengangkatan paparan benua secara
progradasi, dan Continental shelf mengalami sedimentasi akibat efek gelombang arus
yang berasal dari laut.
Karakter Sedimen pada Continental Shelf
Faktor yang berpengaruh atau mengontrol terhadap komposisi dan tekstur
Continental shelf adalah :
1) Fluktuasi air laut terhadap transport sedimentasi
2) Topografi dasar laut
3) Arus regional yang berkembang
4) Proses sedimentasi
Pada proses pengendapan sedimentasi, batupasir mendominasi bagian dalam paparan dan
besar butir pada dasar sedimen berkurang di laut akibat energi transport di laut dalam
bertambah.
Stratigrafi regional dan analisis sedimentasi dapat membedakan shelf
paleoenvironments dengan paleoshorelines.secara umum, yaitu tekstur dan struktur yang
diperlihatkan oleh ancient shelf deposited hampir sama dengan coastal counterparts.
Endapan batupasir pada ancient shelf dicirikan oleh hubungan unit litologi yang
saling selaras, hal ini memandakan adanya peningkatan fluktuasi dibeberapa tempat
dengan energi yang tinggi membentuk pola unit batuan pada paparan laut terbuka.
Struktur sedimen primer pada shelf deposit banyak dipengaruhi oleh aktivitas
organisme(bioturbation), dibuktikan dengan data core.