Limbah Kopi Untuk Pakan Ternak

11
  1 TEKNOLOGI PEMBUATAN FORMULA PAKAN TERNAKDOMBA DARI LIMBAH KOPI S. Prawirodigdo, Tati Herawati, Budi Utomo, Muryanto, Jon Purmianto dan Sudarto I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Domba adalah jenis ternak ruminansia kecil yang melekat dan penting dalam kehidupan petani di pedesaan (Nolan dkk., 19 94). Preferensi masyarakat terhadap budidaya ternak domba di lahan marjinal Kabupaten Temanggung cukup kuat maka wajar bahwa populasinya sangat dominan dibandingkan dengan tern ak lainnya . Di samping sumberdaya a lam yang terbatas, status ekonomi di lahan marjinal juga berkontribusi terhadap dorongan masyarakat di daerah tersebut dalam memilih ternak domba sebagai salah satu peluang usaha pertanian, karena ternak ini dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan kurang baik. Disayangkan bahwa bu didayanya masih bersifat memelihara dan belum merupakan usaha peternakan domba yang mempertimbangan kelayakan finansial (Prawirodigdo dkk., 2004). Fenomena ini k onsisten denga n laporan Knipsceer dkk. (1994), bahwa budidaya ternak ruminansia kecil polanya bersifat tradisional dengan pemberian pakan seadanya sesuai dengan bahan yang dapat ditemukan. Prawirodigdo dkk. (2004) melaporkan bahwa petani cenderung mengambil pakan hijauan alami dari tumbuh-tumbuhan liar dalam kuantitas sangat berlebihan. Dampak pengurasan sumberaya alam ini tidak hanya menyebabkan tanah gundul, tetapi juga mengakibatkan tanah rawan erosi, haranya mudah tercuci, kesuburannya menjadi sangat rendah, dan akhirnya menimbulkan  paceklik  pakan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau permasalahan kronis yang menjadi keluhan monoton dari para petani dalam budidaya ternak domba adalah kelangkaan bahan pakan di musim kemarau. Di lain pihak, Kabupaten Temanggung adalah salah satu pusat industri perkebunan kopi di Jawa yan g volume limbah nya sangat tinggi. Sebagai contoh di Kecamatan Pringsurat, produksi limbah industri biji kopi setiap tahun adalah 100 ton lebih; sementara di Kecamatan Jumo mencapai 300 ton/tahun. Ketika

Transcript of Limbah Kopi Untuk Pakan Ternak

TEKNOLOGI PEMBUATAN FORMULA PAKAN TERNAKDOMBA DARI LIMBAH KOPI

S. Prawirodigdo, Tati Herawati, Budi Utomo, Muryanto, Jon Purmianto dan Sudarto

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Domba adalah jenis ternak ruminansia kecil yang melekat dan penting dalam kehidupan petani di pedesaan (Nolan dkk., 1994). Preferensi masyarakat terhadap budidaya ternak domba di lahan marjinal Kabupaten Temanggung cukup kuat maka wajar bahwa populasinya sangat dominan dibandingkan dengan ternak lainnya. Di samping sumberdaya alam yang terbatas, status ekonomi di lahan marjinal juga berkontribusi terhadap dorongan masyarakat di daerah tersebut dalam memilih ternak domba sebagai salah satu peluang usaha pertanian, karena ternak ini dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan kurang baik. Disayangkan bahwa budidayanya masih bersifat memelihara dan belum Fenomena ini konsisten dengan laporan merupakan usaha peternakan domba yang mempertimbangan kelayakan finansial (Prawirodigdo dkk., 2004). Knipsceer dkk. (1994), bahwa budidaya ternak ruminansia kecil polanya bersifat tradisional dengan pemberian pakan seadanya sesuai dengan bahan yang dapat ditemukan. Prawirodigdo dkk. (2004) melaporkan bahwa petani cenderung Dampak pengurasan sumberaya alam ini tidak hanya mengambil pakan hijauan alami dari tumbuh-tumbuhan liar dalam kuantitas sangat berlebihan. menyebabkan tanah gundul, tetapi juga mengakibatkan tanah rawan erosi, haranya mudah tercuci, kesuburannya menjadi sangat rendah, dan akhirnya menimbulkan paceklik pakan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau permasalahan kronis yang menjadi keluhan monoton dari para petani dalam budidaya ternak domba adalah kelangkaan bahan pakan di musim kemarau. Di lain pihak, Kabupaten Temanggung adalah salah satu pusat industri perkebunan kopi di Jawa yang volume limbahnya sangat tinggi. Sebagai contoh di Kecamatan Pringsurat, produksi limbah industri biji kopi setiap tahun adalah 100 ton lebih; sementara di Kecamatan Jumo mencapai 300 ton/tahun. Ketika

1

dilakukan ekplorasi, di daerah Kabupaten Temanggung limbah kopi tersebut tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dan bahkan menjadi masalah polusi lingkungan. Sehubungan dengan itu, di dalam makalah ini didiskusikan suatu rekomendasi teknologi pemanfaatan kulit kopi untuk bahan pakan ternak domba. Teknologi rekomendasi penggemukan ternak domba ini merupakan hasil penelitian terapan langsung di pedesaan yang mendemontrasikan pemanfaatan limbah industri biji kopi baik yang tanpa diproses ataupun yang sudah diproses menjadi tap sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak domba. Dua macam rekomendasi teknologi yang disampaikan ini telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner di Bogor pada Tahun 2005 (Prawirodigdo dkk., 2005) dan Tahun 2007 (Prawirodigdo dkk., 2007). 1.2. SUMBER TEKNOLOGI Paket teknologi ini merupakan modifikasi dan adaptasi hasil-hasil penelitian (komponen teknologi) yang telah dipublikasikan oleh beberapa ilmuwan senior khususnya dalam bidang ilmu pakan ternak ruminansia kecil dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor (Mathius dkk., 1991), dan School of Agriculture, University of Edinburgh (Mc. Donald dkk., 1992). Selanjutnya, khusus informasi komposisi, teknologi, dan penggunaan limbah industri biji kopi untuk pakan ternak ruminansia diadopsi dari The International Development Research Centre, Canada (J.E. Braham dan R. Bressani, Editor, 1970), dan dari komunikasi pribadi dengan Prof. E.R. rskov, (ahli nutrisi ruminansia dari Rowet Research Institute, Aberdeen).

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENERAPAN TEKNOLOGI Tujuan penerapan teknologi adalah untuk konfirmasi dan mengadaptasikan komponen teknologi pemanfaatan limbah industri biji kopi sebagai bahan pakan ternak domba pada lahan marjinal. Sedangkan manfaatnya adalah sebagai kontribusi ilmiah untuk salah satu rekomendasi teknologi pertanian di Jawa Tengah atau wilayah marjinal lainnya yang memiliki karakteristik lahan serupa, terutama dalam mengatasi masalah kesulitan pengadaan pakan yang sering terjadi pada musim kemarau.

2

II. PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH

2.1. Limbah kopi yang dimaksud dalam rekomendasi teknologi ini adalah kulit buah (pulp) dan cangkang biji (hull) kopi (Lihat Gambar 1) yang tercampur karena dalam proses pengelupasan untuk mendapatkan biji kopi os (tanpa kulit) dilakukan dengan menggiling kopi glondong kering tanpa melalui proses pengelupasan kulit buah (depulping) maupun cangkangnya (dehulling).

(kulit luar) (daging buah)

Hull (cangkang)

(biji kopi) (kulit perak)Gambar 1. Penampang membujur buah kopi

2.2. Tap kulit kopi, adalah kulit kopi yang telah diproses dengan teknologi fermentasi menggunakan biodecomposer (pemecah hayati) Orgadec yang mengandung jamur tricoderma pseudo koningii dan bakteri cytopaga. 2.3. Penggemukan ternak domba adalah pembesaran ternak domba jantan periode pertumbuhan dalam jangka waktu tertentu (maksimum 4 bulan) menggunakan pakan yang diformulasi khusus untuk memenuhi kebutuhan zat gizi guna mencapai tingkat pertambahan bobot ternak yang relatif tinggi.

3

III. LOKASI PENGKAJIAN DAN DAERAH REKOMENDASI Pengkajian untuk menghasilkan rekomendasi teknologi ini dilaksanakan di Desa Pagergunung, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Sehubungan dengan itu maka daerah rekomendasi yang ideal terutama adalah daerah yang mempunyai industri biji kopi dan belum terdapat kompetisi yang bermakna dalam pemanfaatan kulit kopi. pengadaan kulit kopi. Teknologi rekomendasi ini terapan untuk segala lingkungan asalkan tidak terdapat hambatan yang berarti dalam

IV. LANGKAH OPERASIONAL PENERAPAN TEKNOLOGI

4.1. PENYIAPAN PAKAN: Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan rekomendasi teknologi pemanfatan limbah industri biji kopi sebagai bahan pakan ternak domba adalah sebagai berikut: a. Harus dipilih kulit kopi yang bagus (baru) yang tidak berjamur atau rusak karena tidak terurus (tidak disimpan dengan benar). b. Kulit kopi hendaknya digunakan sebagai komponen pakan dalam suatu formulasi bersama bahan pakan lainnya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian ternak domba terutama dalam kecukupan bahan kering, protein tercerna dan energi metabolis c. Karena mengandung zat anti nutrisi berupa lignin, dan racun tannin, cafein, dan senyawa-senyawa toksik lainnya, maka pemberiannya pada ternak domba sebaiknya hanya dalam jangka waktu pendek (paling lama empat bulan). Untuk itu sementara ini pemakaiannya baru dianjurkan untuk program penggemukan d. Proporsi penggunaan kulit kopi dalam ransuman harian untuk ternak domba penggemukan adalah 100g kulit kopi tanpa proses/ekor/hari atau 200 g tap kulit kopi/ekor/hari e. Tatacara fermentasi (pembuatan tap) kulit kopi adalah sebagai berikut:

4

Tahap persiapan :1. Menyiapkan dan memilih kulit kopi yang masih bagus penampilannya (tidak berjamur dan proporsi cangkang terhadap kulit buah wajar) 2. Menyediakan kotak kayu berukuran 75 x 75 x 100 cm (masingmasing untuk ukuran panjang, lebar, dan tinggi) untuk pemeraman (fermntasi) kulit kopi. 3. Menyediakan pipa pralon atau buluh bambu yang sudah dibuang ruas dalamnya dan dilubang pada bagian dinding sehingga dapat memfasilitasi terjadinya sirkulasi udara dalam kotak fermentasi 4. Menyediakan probiotik (biodecomposer) dan urea (tidak harus) 5. Menyediakan air bersih 6. Ruangan untuk pembuatan fermentasi kulit kopi (terhindar dari air hujan dan cahaya matahari) 7. Menyediakan tutup kotak bagian atas (kpang atau tabak) yang dapat menjamin terjadinya dekomposisi (pelapukan) kulit kopi secara semi aerobik/anaerobik

Tahap pembuatan :1. Kulit kopi ditimbang (misalnya 1 kwintal) 2. Menimbang biodecomposer sesuai dengan petunjuk pada kemasan pabriknya 3. Mencampur kulit kopi dengan biodecomposer 4. Menambah air + tetes tebu (molases, 2% dari bbot kulit kopi) ke dalam campuran tersebut sehingga kelembabannya diperkirakan mencapai 60% 5. Memasukkan pipa pralon (bambu) dengan posisi berdiri di dalam kotak untuk menjamin terjadinya kondisi aerobic secara merata 6. Memasukkan kulit kopi yang sudah diberi biodecomposer + tetes + air ke dalam kotak dan di atasnya ditutup kpang atau tabak 7. Melakukan pemeraman 8. Apabila kering, maka yang kering ini ditambah air, diaduk lagi, dan pemeraman dilanjutkan. pengamatan perubahan suhu kulit kopi selama

5

9. Setelah dua minggu kulit kopi terfermentasi dikeluarkan dan dikering-anginkan sehingga proses dekomposisi berhenti Lebih lanjut, baik kulit kopi tanpa diproses maupun yang sudah diproses menjadi tap kulit kopi dalam penggunaannya diberikan dalam suatu kombinasi dengan komponen pakan lainnya. Berikut ini (Tabel 1) dicantumkan susunan pakan (diet) yang untuk seterusnya disebut sebagai pakan ternak domba AdkuatD1 untuk pakan yang mengandung kulit kopi tanpa proses, dan Adekuat-D2 untuk yang mengandung tap kulit kopi. Sebagai pembanding, di dalam Tabel 1 juga dicantumkan formula pakan yang biasa digunakan oleh petani untuk memberikan ransuman pada ternaknya di pedesaan. Tabel 1. Proporsi komponen dalam pakan Adekuat-D1, Adekuat-D2, dan Tradisional Nama formula pakan Adekuat-D1 Adekuat-D2 Tradisional

Kulit kopi tanpa proses Tap kulit kopi Ubi singkong segar Ubi singkong kering (gaplk) Rumput Gajah Daun Kaliandra Daun Glerisidia Garam dapur (Na Cl)@ Total Estimasi kandungan nutrient : Bahan kering Protein kasar Protein tercerna Energi metabolis (MJ/ransuman/hari) Harga (Rp./ransuman/hari)*

Jenis bahan (g/ransuman/ekor/hari)

100 130 2000 250 200 secukupnya 2.680 684 261 67 6,9 1000,28

200 100 2100 200 secukupnya 2.600 753 67 7,4 1000,50

500 6000 6.500 1230 407 22 11,1 1950

@, Diletakkan dalam seruas bambu yang diiikat di bagian depan ternak. *, Harga sesuai dengan standar ketika dilakukan penelitian (Tahun 2004).

6

4.2. TERNAK DAN PENGELOLAANNYA Dalam rekomendasi ini ternak yang dianjurkan adalah Domba Jawa Ekor Tipis (DJET, Tropong) jantan berbobot awal rata-rata 25 kg yang dikandangkan dalam satu bangunan kandang panggung bersekat (individual) (Lihat Gambar 2).

Gambar 2.

Contoh kandang bersekat individual untuk penggemukan ternak domba

Lebih lanjut, prosedur pengelolaan ternak selama program penggemukan adalah sebagai berikut: 1. Setelah diketahui bobot awalnya, masing-masing ternak diberi obat cacing secara oral menggunakan alat cekok (drencher) dan kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing ruangan (panjang 1 m x lebar 0,75m) di kandang penggemukan 2. Disediakan garam dapur (NaCl) beryodium dalam sebuluh bambu yang telah dikelupas kulitnya dan digantungkan di bagian depan ternak di atas tempat pakan sehingga terjangkau oleh ternak 3. Rumput dicacah terlebih dahulu dan dicampur dengan daun leguminosa sebelum diberikan pada ternak (Lihat Gambar 3)

7

Gambar 3.

Pencacahan rumput dan pengelupasan kulit ubi singkong sebelum diberikan pada ternak

4. Pakan disajikan 3 kali/hari dengan memberikan kulit kopi + gaplk terlebih dahulu sebelum campuran komponen lainnya diberikan 5. Air minum disediakan secukupnya menggunakan tempat air dan apabila ada yang tersisa diganti dengan yang baru setiap hari.

V. HASIL KERAGAAN TEKNOLOGI Hasil keragaan dari konfirmasi dan adaptasi teknologi ini menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan bobot ternak domba yang diberi pakan AdekuatD1 (mengandung kulit kopi tanpa proses) adalah 62 g/hari. Sementara, ternak domba yang memperoleh pakan Adekuat-D2 (mengandung tap kulit kopi) mampu mencapai rata-rata pertambahan bobot hidup 101 g/hari. Di lain pihak, ternak domba yang diberi pakan tradisional yang secara rutin diterapkan oleh petani hanya mencapai rata-rata pertambahan bobot 43 g/hari. Data ini memberikan konfirmasi bahwa kulit kopi baik dalam kondisi tanpa diproses, lebih-lebih yang telah diproses menjadi tap kulit kopi, layak untuk dimanfaatkan sebagai komponen pakan penggemukan ternak domba.

8

VI. KELAYAKAN FINANSIAL Kelayaan finansial dalam rekomendasi teknologi pamanfaatan kulit kopi untuk pakan domba dihitung berdasarkan prediksi analisis selisih output-input produksi secara parsial, yang belum memperhitungkan faktor-faktor penentu biaya termasuk di antaranya input produksi berupa biaya tenaga usaha dan lainlain dan output produksi dalam bentuk organ pencernaan, kulit, dan residu kandang yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Secara ringkas analisis finansial dicantumkan dalam Tabel 3. Tabel 3. Perhitungan sederhana kelayakan finansial penggemukan ternak domba selama tiga bulan Jenis pakan Biya pakan (Rp) Estimasi produksi daging (kg)1) Estimasi harga jual daging (Rp.45.000,/kg) (Rp) Adekuat-D1 Adekuat-D2 Tradisional1)

Selisih antara harga jual dagingmodal2) (Rp.) 101.243 157.611 -11.703

90.025,2 90.045,0 175.500,0

10,92 12,17 10,31

491.268 547.656 463.797

Proporsi karkas 42% bobot akhir penggemukan dan produksi daging adalah 85% bobot karkas 2) Modal dihitung dari harga awal pembelian ternak domba (Rp.300.000,-/ekor) + biaya pakan selama penggemukan. Pada Tabel 3 tercantum bahwa penggemukan ternak domba menggunakan pakan mengandung kulit kopi tanpa diproses (Adekuat-D1) dapat memberikan pemasukan berupa keuntungan Rp. 33.734,-/ekor/bulan. Tampak pula bahwa penggunaan tape kulit kopi sebagai salah satu komponen pakan penggemukan ternak domba (Adekuat-D2) dapat memberikan masukan Rp.52.537,-/ekor/bulan. Di lain pihak penggunaan formula pakan tradisional ternyata menghasilkan neraca keseimbangan usaha negatif. Meskipun demikian, karena para petani umumnya tidak memperhitungkan harga hijauan yang disediakan, maka formula tradisional ini yang umumnya diterapkan seara rutin.

9

DAFTAR PUSTAKA Away, Y. 2001. Orgadec bioaktivator pengomposan tandan kosong kelapa Prosiding Seminar Sehari dan Demonstrasi Pembuatan sawit (TKKS).

Bioteknologi Perkebunan (UPBP) Bogor. Cabezas, M.T., Flores, A. and Egana, J.I. 1979. Use of coffee pulp in ruminant feeding. In Coffee pulp: Composition, Technology, and Utilization. (J.E. Braham dan R. Bressani, Editor). International Development Research Centre, Ottawa, Canada. pp.25-38. Gunadi, D.H., Away, Y., Sukin, Y., Yusuf, H.H., Gunawan, dan Aritonang, P. 1998. Teknologi produksi kompos bioaktif tandan kosong kelapa sawit. halaman: 1-9. Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan (UPBP) Bogor. Hartadi, H. Reksohadiprodjio, S., dan Tillman, A.D. 1997. Tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta. Knipsceer, H.C. Shwu-Eng, H.W., and Mulyadi, A. Opportunities of commercialization of small ruminant production in Indonesia. (1994), In

Kompos Bioaktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan menggunakan Bioaktivator Orgadec, halaman: 1-11. Unit Penelitian

Procsiding Pertemuan Teknis Bioteknologi Perkebunan untuk Praktek Pemberdayaan Bioteknologi untuk Peningkatan efisiensi Usaha Perkebunan,

(Subandriyo and R.M. Gatenby, Editors). Small Ruminant Collaborative Research Support Program, University of California Davis, USA. Pp.157-170. Martawijaya, M. and Gatenby, R.M. 1997. Management and housing. In Sheep and goat production handbook for Shoutheast Asia, pp109-144 (R.C. Merkel and Subandriyo, Editors). Small Ruminant Collaborative Research Support Program, University of California Davis, CA, USA, Winrock International, Morrilton, AR, USA & Agency for Agricultural Research and Development of Indonesia, Jakarta, Indonesia. Mathius, i.W., Haryanto, b., Siregar, M.E. 1991). Makanan. Dalam Petunjuk Praktis Beternak Kambing-Domba sebagai ternak Potong. (Rangkuti, M., A. Setiadi, A. Roesyat, dan S.Solich). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Halaman: 29-46 McDonald, P, Edwards, R.A., and Greenhalgh., J.F.D. 1992. Animal nutritiuon (4th Ed.). Longman Scientific & Technical. John Wiley & Sons, Inc. Nerw York. Nolan, M.F., Valda, C., Handayani, S.W., and Floyd, R. 1994. Agriculture, population, and environment: A look at commercial of small ruminant production in south Asia. In Strategic Development of Small Ruminant

Strategic Development of Small Ruminant Production in Asia and the Pacific. Proceedings of a symposium held in conjunction with 7th Asian Australasian Association of Animal Production Societies Congress

Production in Asia and the Pacific. Proceedings of a symposium held in conjunction with 7th Asian Australasian Association of Animal Production Societies Congress (Subandriyo and R.M. Gatenby, Editors). Small

10

Ruminant Collaborative Research Support Program, University of California Davis, USA. pp.137-155. NRC (National Research Council). 1985. Nutrient requirement of sheep. National, Academy Press. Washington D.C. Polprasert., C. 1996. Organic waste recycling. John Wiley & Sons, Brisbane. Prawirodigdo, S., Kustiani, N., dan Haryanto, H. 2007. Introduksi tape kulit kopi dalam pakan ternak domba lokal periode pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner , halaman: 361-366 (Darmono, E.Wina, Nurhayati, Y.Sani, L.H. Prasetyo, E. Triwulaningsih, I. Sendow, L. Natalia, D. Priyanto, Indraningsih, dan T. Herawati, Editor). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Prawirodigdo, S., Tati Herawati, dan B.Utomo. 2005. Pemanfaatan kulit kopi sebagai komponen pakan seimbang untuk penggemukan ternak domba. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner , halaman: 438-444 (I.W. Mathius, S. Bahri, Tarmudji, L.H. Prasetyo, e. Triwulaningsih, B. Tiesnamurti, I. Sendow, dan Suhardono, Editor). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

11