Lilik H Ni’mah , Imam Rochani Heri...

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Abstrak Dalam sebuah perjanjian kerja sebuah pembangunan kapal akan banyak hal yang akan disepakati berkaitan dengan pambangunan kapal tersebut salah satunya proses pembangunan. Untuk tercapainya proses pembangunan pada waktu yang telah ditentukan dan mendapatkan kualitas produksi yang diharapkan, maka urutan dari proses pembangunan sebuah kapal harus ditentukan secara rasional dan disesuaikan dengan fasilitas produksi yang tersedia di galangan. Pada tugas akhir ini penulis akan menganalisa pengunaan metode crash program pembangunan hull constraction LCU 300 DWT. Dimana penulis akan mempercepat waktu pembangunan awal sebesar 107 hari menjadi 90 hari. Dengan adanya penerapan crash program ini akan berpengaruh terhadap biaya produksi , khususnya biaya tenaga kerja langsung. Hal ini dikarenakan dalam penerapan crash program diperlukan suatu tambahan waktu kerja (kerja lembur) pada kegiatan-kegiatan yang mengalami pemampatan. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa biaya produksi awal sebesar Rp 278.521.056,- akan menjadi Rp 288.371.056,- . Sehingga dengan adanya pemampatan waktu pembangunan selama 17 hari akan terjadi penambahan biaya tenaga kerja sebesar Rp 9.850.000,- Kata KunciCrash Program, Hull Constraction, Network Planning I. PENDAHULUAN Dalam sebuah perjanjian kerja sebuah pembangunan kapal akan banyak hal yang akan disepakati berkaitan dengan pambangunan kapal tersebut. Yang paling penting adalah mengenai waktu pembangunan, yaitu waktu dimana sebuah proyek siap dimulai sampai bangunan tersebut selesai di bangun hingga siap dirasakan manfaatnya. Selain itu, nilai proyek juga sangat penting pada sebuah proyek, bisa jadi nilai merupakan parameter utama dari disetujuinya proyek tersebut. Apabila pada proses negosiasi proyek kerja pemesan (owner) menginginkan proyek berjalan lebih cepat. Untuk mengatasi hal itu maka di gunakan suatu metode yang disebut crash program guna mendapatkan waktu penyelesaian yang singkat dan mengetahui kebutuhan biaya dari proyek yang dikerjakan dengan adanya pemampatan waktu tersebut. Crash program dapat diartikan sebagai proses mempercepat kurun waktu pengerjaan pembangunan sebuah proyek. Proses mempercepat ini dilakukan berulang-ulang sampai mendapatkan kondisi dimana durasi pekerjaan sudah tidak dapat dipercepat lagi. Crash program akan menghasilkan beberapa network diagram yang telah dimampatkan. Melalui penerapan crash program ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi galangan dalam usahanya mempercepat proses pembangunan kapal sehingga galangan mampu memenuhi target waktu pembangunan kapal dari owner. II. URAIAN PENELITIAN A. Proses Produksi Kapal Untuk tercapainya proses pembangunan pada waktu yang telah ditentukan dan mendapatkan kualitas produksi yang diharapkan, maka urutan dari proses pembangunan sebuah kapal harus ditentukan secara rasional dan disesuaikan dengan fasilitas produksi yang tersedia di galangan. Urutan proses pembangunan kapal tidak akan terlepas dari tahapan proses berikut[1] : 1. Persiapan Produksi Tahapan ini merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini yaitu mengaturkeadaan-keadaan sehingga pada waktu yang ditentukan, pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan ditetapkan. 2. Mould Loft Mould loft adalah lantai gambar dengan skala sebebnarnya yang digunakan untuk pembuatan rambu atau gambar produksi (shop drawing) dan merupakan gambar yang benar- benar siap pakai 3. Fabrikasi Pekerjaan yang dilakukan pada tahap fabrikasi adalah marking, cutting, bending dan rolling. 4. Assembly Assembly merupakan proses penggabungan komponen- komponen dari bengkel fabrikasi menjadi seksi-seksi kecil Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan Lilik H Ni’mah, Imam Rochani, Heri Supomo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

Transcript of Lilik H Ni’mah , Imam Rochani Heri...

Page 1: Lilik H Ni’mah , Imam Rochani Heri Supomodigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26176-4308100073-Paper.pdf · network diagram jalur kritis maka akan ... I erection DB1 B 5 fabrication

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

1

Abstrak Dalam sebuah perjanjian kerja sebuah pembangunan kapal akan banyak hal yang akan disepakati berkaitan dengan pambangunan kapal tersebut salah satunya proses pembangunan. Untuk tercapainya proses pembangunan pada waktu yang telah ditentukan dan mendapatkan kualitas produksi yang diharapkan, maka urutan dari proses pembangunan sebuah kapal harus ditentukan secara rasional dan disesuaikan dengan fasilitas produksi yang tersedia di galangan. Pada tugas akhir ini penulis akan menganalisa pengunaan metode crash program pembangunan hull constraction LCU 300 DWT. Dimana penulis akan mempercepat waktu pembangunan awal sebesar 107 hari menjadi 90 hari. Dengan adanya penerapan crash program ini akan berpengaruh terhadap biaya produksi , khususnya biaya tenaga kerja langsung. Hal ini dikarenakan dalam penerapan crash program diperlukan suatu tambahan waktu kerja (kerja lembur) pada kegiatan-kegiatan yang mengalami pemampatan. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa biaya produksi awal sebesar Rp 278.521.056,- akan menjadi Rp 288.371.056,- . Sehingga dengan adanya pemampatan waktu pembangunan selama 17 hari akan terjadi penambahan biaya tenaga kerja sebesar Rp 9.850.000,- Kata Kunci—Crash Program, Hull Constraction, Network Planning

I. PENDAHULUAN

Dalam sebuah perjanjian kerja sebuah pembangunan kapal akan banyak hal yang akan disepakati berkaitan dengan pambangunan kapal tersebut. Yang paling penting adalah mengenai waktu pembangunan, yaitu waktu dimana sebuah proyek siap dimulai sampai bangunan tersebut selesai di bangun hingga siap dirasakan manfaatnya. Selain itu, nilai proyek juga sangat penting pada sebuah proyek, bisa jadi nilai merupakan parameter utama dari disetujuinya proyek tersebut.

Apabila pada proses negosiasi proyek kerja pemesan (owner) menginginkan proyek berjalan lebih cepat. Untuk

mengatasi hal itu maka di gunakan suatu metode yang disebut crash program guna mendapatkan waktu penyelesaian yang singkat dan mengetahui kebutuhan biaya dari proyek yang dikerjakan dengan adanya pemampatan waktu tersebut.

Crash program dapat diartikan sebagai proses mempercepat kurun waktu pengerjaan pembangunan sebuah proyek. Proses mempercepat ini dilakukan berulang-ulang sampai mendapatkan kondisi dimana durasi pekerjaan sudah tidak dapat dipercepat lagi. Crash program akan menghasilkan beberapa network diagram yang telah dimampatkan. Melalui penerapan crash program ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi galangan dalam usahanya mempercepat proses pembangunan kapal sehingga galangan mampu memenuhi target waktu pembangunan kapal dari owner.

II. URAIAN PENELITIAN

A. Proses Produksi Kapal Untuk tercapainya proses pembangunan pada waktu

yang telah ditentukan dan mendapatkan kualitas produksi yang diharapkan, maka urutan dari proses pembangunan sebuah kapal harus ditentukan secara rasional dan disesuaikan dengan fasilitas produksi yang tersedia di galangan. Urutan proses pembangunan kapal tidak akan terlepas dari tahapan proses berikut[1] : 1. Persiapan Produksi

Tahapan ini merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini yaitu mengaturkeadaan-keadaan sehingga pada waktu yang ditentukan, pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan ditetapkan. 2. Mould Loft

Mould loft adalah lantai gambar dengan skala sebebnarnya yang digunakan untuk pembuatan rambu atau gambar produksi (shop drawing) dan merupakan gambar yang benar-benar siap pakai 3. Fabrikasi

Pekerjaan yang dilakukan pada tahap fabrikasi adalah marking, cutting, bending dan rolling. 4. Assembly

Assembly merupakan proses penggabungan komponen-komponen dari bengkel fabrikasi menjadi seksi-seksi kecil

Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan

Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya

Terhadap Sumberdaya Galangan

Lilik H Ni’mah, Imam Rochani, Heri Supomo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

Page 2: Lilik H Ni’mah , Imam Rochani Heri Supomodigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26176-4308100073-Paper.pdf · network diagram jalur kritis maka akan ... I erection DB1 B 5 fabrication

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

2

menjadi sebuah blok. Blok yang digabung diperhitungkan beratnya sesuai dengan kemampuan crane. 5. Erection

Pada tahap erection, blok-blok badan kapal yang telah dibuat di bengkel assembly digabung di building berth sehingga menjadi sebuah kapal.

B. Teori Dasar Network Planning Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencaan

penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit.

Menurut Sofwan Badri [2] dalam bukunya “Dasar-Dasar Network Planning” adalah sebagai berikut : “Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network”. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efesiensi.

Sedangkan menurut Soetomo Kajatmo [3] adalah Network planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek”.

Adapun definisi proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu.

Pengertian lainnya yang dikemukakan oleh Tubagus Haedar Ali [4] yaitu: Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan.”

Untuk membentuk gambar dari rencana network tersebut perlu digunakan simbol-simbol, antar lain : [5] a. : Arrow / anak panah yang menyatakan

aktifitas/kegiatan yaitu suatu kegiatan atau pekerjaan dimana penyelesaiannya membutuhkan durasi (jangka waktu tertentu) dan resources (tenaga, alat, material dan biaya). Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, Kepala anak panah menjadi pedoman arah tiap kegiatan, dimana panjang dan kemiringan tidak berpengaruh.

b. : Node / event, yang merupakan lingkaran bulat yang artinya saat peristiwa atau kejadian yaitu pertemuan dari permulaan dan akhir kegiatan

c. : Dummy /anak panah terputus-putus yang menyatakan kegiatan semu yaitu aktivitas yang tidak membutuhkan durasi dan resources.

d. : Double arrow / dobel anak panah yang menunjukkan kegiatan di lintasan kritis (critical path)

C. Crash Program Crash program dapat diartikan sebagai metode

pemampatan waktu penyelesaian proyek agar menjadi lebih cepat[6]. Proses pemampatan ini dilakukan berturut-turut sampai mendapatkan kondisi dimana durasi kegiatan tidak dapat dimampatkan lagi. Keadaaan yang dihadapi disini adalah adanya perbedaan umur antara umur perkiraan proyek dengan umur rencana proyek.

Umur rencana proyek biasanya lebih pendek daripada umur perkiraan proyek. Umur perkiraan proyek ditentukan oleh lintasan kritis yang terlama waktu pelaksanaannya dan waktu pelaksanaan tersebut merupakan jumlah lama kegiatan perkiraan dari kegiatan-kegiatan kritis yang membentuk lintasan tersebut. Sedangkan umur rencana proyek ditentukan berdasarkan kebutuhan management dan atau sebab-sebab lain. Supaya proyek dapat diselesaikan sesuai dengan rencana, umur perkiraan proyek harus disamakan dengan umur rencana proyek. Caranya dengan mempercepat lama kegiatan perkiraan secara proposional.

D. Pengumpulan Data Kapal yang menjadi objek penelitian pada tugas akhir

ini adalah Landing Craft Utility 300 DWT. Landing Craft Utility adalah sebuah kapal yang mana fungsinya adalah sebagai kapal pengantar. Dimana yang biasanya diangkut adalah truk dan perahu yang lebih kecil. Kapal ini menghubungkan kapal induk dan daratan pantai. Kapal induk tidak bisa menjangkau daratan pantai karena akan kandas, sehingga diperlukan kapal yang lebih kecil untuk turun ke dataran pantai, disitulah Landing Craft Utility ini di gunakan. Ukuran kapal yang akan dibangun pada penyelesaian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Ship’s name : Landing Craft Utility 300 DWT Length Over All (LOA) : 43,33 m Length Between Perpendiculars (LPP) : 39,00 m Breadth Moulded (B) : 10,50 m Depth Moulded (H) : 3,25 m Draught (T) : 1,80 m

Tabel 1. Nama dan berat blok kapal

Nomer Nama Blok Kapal Berat (kg)1 DB1 209402 DB2 199703 ER 194904 UD1 127605 UD2 118836 DB3 189757 UD3 112908 EUD 109309 AP 9637

10 FUD 2375911 PD 413612 FC 2469713 FBW 1027014 ABW 1017915 TD 234616 FN 278017 BRD 3931

jumlah 217973

Page 3: Lilik H Ni’mah , Imam Rochani Heri Supomodigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26176-4308100073-Paper.pdf · network diagram jalur kritis maka akan ... I erection DB1 B 5 fabrication

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

3

Berdasarkan Tabel 1 di atas jumlah seluruh blok kapal adalah 17 buah, dengan berat keseluruhan 217973 Kg. Blok yang paling ringan adalah blok TD dengan berat 2346 Kg dan blok paling berat adalah blok FC dengan berat 24697 Kg

Tabel 2. Aktivitas, ketergantungan dan durasi kegiatan pembangunan LCU 300 DWT

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian untuk tugas akhir ini, yang digunakan untuk mempercepat pembangunan LCU 300 DWT yang awalnya berdurasi 107 hari menjadi 90 hari adalah metode crash program. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mempercepat durasi proyek lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut : a. Tahap pertama adalah membuat diagram jaringan kerja

sesuai schedule awal pembangunan. Data awal pembangunan hull constraction LCU 300 DWT . dimana pada jadwal ini lama pengerjaan proyek adalah 107 hari. Dengan membuat network diagram jalur kritis maka akan didapatkan jalur kritis , yaitu A-C-D-N-AA-AC-AF-AI-AJ-AO-AQ-AS-AT.

b. Tahap kedua adalah menentukan waktu percepatan proyek, dimana waktu yang awalnya 107 hari akan dipercepat 17 hari menjadi 90 hari.

c. Tahap ketiga adalah menghitung mundur nilai LET (Latest even time) pada network diagram yang telah dibuat pada tahap pertama.

d. Tahap keempat adalah menentukan EET (earliest even time) dan LET (Latest even time) pada network diagram yang telah dibuat pada tahap pertama.

e. Tahap kelima adalah menghitung nilai Total Float untuk setiap kegiatan. Total Float adalah jangka waktu antara saat paling lambat peristiwa terakhir (SPL/LET) kegiatan bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat yang paling awal awalnya (SPA/EET). Untuk mendapatkan nilai Total Float (TF) digunakan rumus :

Total Float = LET - L - EET (1)

Dimana : LET = Latest Even Time L = durasi / lama kegiatan EET = Earliest Even Time

Setelah mengitung TF semua kegiatan yang ada. Lihat harga TF, bila tidak ada TF yang berharga negatif, proses perhitungan selesai. Bila masih ada TF berharga negative lanjutkan ke tahap lima.

f. Di tahap keenam ini. Setelah mendapat nilai TF yang berharga negatif, selanjutnya akan dihitung durasi baru dari kegiatan yang memiliki nilai negative dari TF yang paling besar. Adapun rumus untuk menghitung nilai durasi baru yaitu

Ln (baru) = Ln (lama) + Ln (lama)

g. Tahap ketujuh adalah menerapkan durasi yang baru dihitung pada tahap keenam kedalam network diagram

x TF (1) Li

Dimana : Ln (baru) = durasi baru Ln (lama) = durasi lama Li = lama durasi proyek TF = nilai Total Float negative

Nama Kegiatan Ketergantungan Durasi (hari)A fabrication DB1 - 6B assembly DB1 A 14

fabrication DB2fabrication ERASsembly DB2assembly ER

E fabrication UD1 C 5F assembly UD1 E 17

fabrication DB3fabrication UD2assembly DB3assembly UD2

I erection DB1 B 5J fabrication UD3 G 5K assembly UD3 J 18L fabrication EUD E 5M assembly EUD L 18N erection DB2 D 5O fabrication AP L 5P assembly AP O 11Q fabrication FUD+FP J 5R assembly FUD+FP Q 9S fabrication PD O 5T erection UD1 F 6U fabrication FC Q 5V assembly FC U 11W fabrication FBW U 4X Assembly FBW W 11Y erection ER I 6Z erection EUD M , T 6

erection DB3erection UD2

AB fabrication ABW W 4AC erection UD3 AA , K 6AD erection AP P , Y , Z 6AE assembly PD S , AD 13AF erection FUD+FP R , AC 5AG fabrication BRD S , AD 5AH assembly BRD AG 13AI erection FC V , AF 7AJ erection FWB X , AI 7AK fabrication TD AG 5AL assembly TD AK 17AM fabrication FN AL 5AN assembly FN AM 12AO assembly ABW AB , AJ 4AP erection PD AE 6AQ erection ABW AP,AO,AH 7AR erection BRD AP,AO,AH 6AS erection TD AQ 6AT erection FN AS 7

C 6

H G 16

G

AA N , H 5

C A 6

D C 25

Page 4: Lilik H Ni’mah , Imam Rochani Heri Supomodigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26176-4308100073-Paper.pdf · network diagram jalur kritis maka akan ... I erection DB1 B 5 fabrication

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

4

untuk dihitung kembali nilai EET dan LET pada network diagram baru yang telah memiliki durasi baru

h. Tahap kedelapan adalah menghitung kembali nilai TF. Perhitungan pada tahap lima enam dan tujuh ini akan terus berlanjut apabila masih ada nilai TF yang berharga negatif. Apabila nilai TF sudah berharga positif maka perhitungan selesai. Berikut adalah hasil durasi akhir setiap kegiatan.

i. Tahap Tahap ketujuh adalah menerapkan durasi yang baru dihitung pada tahap keenam kedalam network diagram untuk dihitung kembali nilai EET dan LET pada network diagram baru yang telah memiliki durasi baru

j. Tahap kedelapan adalah menghitung kembali nilai TF. Perhitungan pada tahap lima enam dan tujuh ini akan terus berlanjut apabila masih ada nilai TF yang berharga negative. Apabila nilai TF sudah berharga positif maka perhitungan selesai. Berikut adalah hasil durasi akhir setiap kegiatan.

k. Hitung TF semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada TF yang berharga negatif, proses perhitungan selesai. Bila masih ada TF berharga negatif, lanjutkan ke langkah berikut. Cari lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan yang TF masing-masing besarnya : Total Float = LET - L - EET

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Waktu Seperti yang telah dijelaskan pada metodologi, maka

inilah hasil pada setiap tahap yang ada : 1. Menentukan EET (earliest even time) dan LET (Latest even

time) pada network diagram yang telah dibuat pada tahap pertama. Adapun EET dan LET setiap kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini

Tabel 3.

Nilai EET dan LET

Lanjutan Tabel 3

Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat nilai LET (Latest Even Time) dan EET (Earliest Even Time). Nilai LET dan EET didapat setelah mengurangi durasi proyek menjadi 90 hari. Kemudian semua nilai LET dihitung kembali karena adanya pengurangan tersebut

2. Berikut adalah hasil perhitung nilai Total Float untuk setiap kegiatan yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai total float tiap kegiatan

Kegiatan LET EETV 42 33W 38 33X 49 37Y 40 25Z 40 40

AA 31 42AB 66 37AC 37 48AD 46 46AE 64 52AF 42 54AG 51 52AH 70 57AI 49 59AJ 66 66AK 56 57AL 73 62AM 78 79AN 90 84AO 70 83AP 70 65AQ 77 87AR 90 87AS 83 94AT 90 100

Nama LET Durasi (hari) EET Total FloatA -11 6 0 -17B 29 14 6 9C -5 6 6 -17D 20 25 12 -17E 11 5 12 -6F 28 17 17 -6G 8 6 12 -10H 25 16 18 -9I 34 5 20 9J 13 5 18 -10K 31 18 23 -10L 16 5 17 -6M 34 18 22 -6N 25 5 37 -17O 29 5 22 2P 40 11 27 2Q 28 5 23 0R 37 9 28 0S 46 5 27 14T 34 6 34 -6U 34 5 28 1V 42 11 33 -2W 38 4 33 1X 49 11 37 1Y 40 6 25 9Z 40 6 40 -6

Kegiatan LET EETA -11 0B 29 6C -5 6D 20 12E 11 12F 28 17G 8 12H 25 18I 34 20J 13 18K 31 23L 16 17M 34 22N 25 37O 29 22P 40 27Q 28 23R 37 28S 46 27T 34 34U 34 28V 42 33W 38 33X 49 37Y 40 25Z 40 40

Page 5: Lilik H Ni’mah , Imam Rochani Heri Supomodigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26176-4308100073-Paper.pdf · network diagram jalur kritis maka akan ... I erection DB1 B 5 fabrication

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

5

Lanjutan Tabel 4

Dari Tabel 4 dapat kita lihat nilai total float yang bernilai negatif paling kecil yaitu -17 . Dan yang paling besar adalah 14. Pada Tabel 4 juga terlihat bahwa semua kegiatan kritis memiliki total float paling kecil dibandingkan dengan yang lainnya. Arti dari nilai negative adalah apabila kita ingin mengerjakan proyek tersebut tepat pada waktunya, yaitu 90 hari, maka kita harus mempercepat proyek tersebut sebanyak 17 hari. 3. Untuk perhitung durasi baru ini, hanya menhitung durasi

baru untuk kegiatan yang memiliki total float paling besar yaitu -17. Berikut pada Tabel 5 akan disajikan nilai durasi baru.

Tabel 5 Nilai durasi baru

4. .Setelah melakukan iterasi untuk mendapatkan nilai total float yang bernilai positif. Berikut disajikan pada Tabel 6 nilai durasi baru untuk setiap kegiatan.

Tabel 6 Nilai durasi baru

Lanjutan Tabel 6

B. Analisa Biaya Adanya dua alternatif waktu penyelesaian

pembangunan yaitu secara normal (tanpa proses percepatan dan dengan penerapan crash program) akan berpengaruh terhadap biaya produksi, khususnya biaya tenaga kerja langsung. Hal ini dikarenakan dalam oenerapan crash program diperlukan suatu tambahan waktu kerja (kerja lembur) pada kegiatan-kegiatan yang mengalami pemampatan. Untuk selanjutnya pada tahap ini akan dilakukan perhitungan biaya tenaga kerja langsung yang terlibat dalam pembangunan Landing Craft Utility 300 DWT, baik sebelum dilakukan pemampatan maupun setelah pemampatan. Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui perbandingan biaya antara kedua alternatif tersebut

1. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Tanpa

Adanya Pemampatan.

Nama LET Durasi (hari) EET Total FloatAA 31 6 42 -17AB 66 4 37 25AC 37 6 48 -17AD 46 6 46 -6AE 64 13 52 -1AF 42 5 54 -17AG 51 5 52 -6AH 70 13 57 0AI 49 7 59 -17AJ 66 17 66 -17AK 56 5 57 -6AL 73 17 62 -6AM 78 5 79 -6AN 90 12 84 -6AO 70 4 83 -17AP 70 6 65 -1AQ 77 7 87 -17AR 90 6 87 -3AS 83 6 94 -17AT 90 7 100 -17

Nama LET Durasi (hari) EET Total Float Durasi baru (hari)A -11 6 0 -17 6+((6/107)*(-17)) = 5C -5 6 6 -17 6+((6/107)*(-17))=5D 20 25 12 -17 25+((25/107)*(-17))=22N 25 5 37 -17 5+((5/107)*(-17))=4

AA 31 6 42 -17 6+((6/107)*(-17))=5AC 37 6 48 -17 6+((6/107)*(-17))=5AF 42 5 54 -17 5+((5/107)*(-17))=4AI 49 7 59 -17 7+((7/107)*(-17))=6AJ 66 17 66 -17 17+((17/107)*(-17))=14AO 70 4 83 -17 4+((4/107)*(-17))=3AQ 77 7 87 -17 7+((7/107)*(-17))=6AS 83 6 94 -17 6+((6/107)*(-17))=5AT 90 7 100 -17 7+((7/107)*(-17))=6

Nama Kegiatan Durasi (hari)A fabrication DB1 5B assembly DB1 14

fabrication DB2fabrication ERASsembly DB2assembly ER

E fabrication UD1 5

5

22

C

D

Nama Kegiatan Durasi (hari)F assembly UD1 16

fabrication DB3fabrication UD2assembly DB3assembly UD2

I erection DB1 5J fabrication UD3 5K assembly UD3 18L fabrication EUD 5M assembly EUD 17N erection DB2 4O fabrication AP 5P assembly AP 11Q fabrication FUD+FP 5R assembly FUD+FP 9S fabrication PD 5T erection UD1 6U fabrication FC 5V assembly FC 11W fabrication FBW 4X Assembly FBW 11Y erection ER 6Z erection EUD 6

erection DB3erection UD2

AB fabrication ABW 4AC erection UD3 5AD erection AP 6AE assembly PD 13AF erection FUD+FP 4AG fabrication BRD 5AH assembly BRD 13AI erection FC 6AJ erection FWB 14AK fabrication TD 5AL assembly TD 16AM fabrication FN 5AN assembly FN 10AO assembly ABW 3AP erection PD 6AQ erection ABW 6AR erection BRD 6AS erection TD 5AT erection FN 6

H

AA

6

16

5

G

Page 6: Lilik H Ni’mah , Imam Rochani Heri Supomodigilib.its.ac.id/public/ITS-paper-26176-4308100073-Paper.pdf · network diagram jalur kritis maka akan ... I erection DB1 B 5 fabrication

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

6

Adapun perincian biaya tenaga kerja langsungtanpa adanya pemampatan adalah sebagai berikut : Gaji pokok rata-rata per bulan = Rp 2.400.000,- Hari kerja rata-rata perbulan = 24 hari Jam kerja perhari = 8 jam Besarnya tarif jam per orang =Rp 2.400.000/(24x8)

= Rp 12.500,- Total kebutuhan jam orang = 22282

Dengan demikian besarnya biaya tenaga kerja langsung dalam pembangunan Landing Craft Utility 300 DWT sebelum pemampatan adalah :

= 22282 x Rp 12.500,- = Rp 278.521.056,-

2. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Sesudah

Pemampatan Dengan melihat network diagram awal dan akhir sampai

siklus pemampatan kedua terlihat bahwa tidak semua kegiatan mengalami pemampatan (mengalami perubahan durasi). Pemampatan hanya terjadi pada beberapa kegiatan saja. Untuk mengetahui durasi kegaiatan sebelum dan sesudah pemampatan dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7.

Kebutuhan Jam Orang Lembur Dan Biaya Pembangunan LCU 300 DWT

Jumlah jam yang dikerjakan lembur = 1576 Jumlah biaya untuk jam lembur =Rp 29.550.000,- Jumlah jam orang yang dikerjakan tanpa lembur = 20706 Jumlah biaya yang dikerjakan tanpa lembur =

Rp 258.821.056,-

Dengan demikian jumlah biaya tenaga kerja yang diperlukan karena adanya pemapatan waktu selama 17 hari adalah :

=biaya lembur + biaya kerja biasa (tanpa lembur) = Rp 29.550.000,- + Rp 258.821.056,- = Rp 288.371.056,-

V. KESIMPULAN

Dari analisa yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaruh percepatan waktu proyek terhadap network

diagram adalah berubahnya lintasan kritis yang mulanya 1 lintasan setelah dilakukan pemampatan menjadi 3 lintasan, yaitu : • Lintasan kritis yang melalui kegiatan-kegiatan : A-C-D-

N-AA-AC-AF-AI-AJ-AO-AQ-AS-AT • Lintasan kritis yang melalui kegiatan-kegiatan : A-C-E-

L-M-Z-AD-AG-AK-AL-AM-AN • Lintasan kritis yang melalui kegiatan-kegiatan : A-C-E-

F-T-Z-AD-AG-AK-AL-AM-AN 2. Dengan adanya pemampatan waktu pembangunan selama

17 hari akan terjadi penambahan biaya tenaga kerja sebesar = biaya sesudah pemampatan - biaya sebelum pemampatan = Rp 288.371.056 - Rp 278.521.056 - = Rp 9.850.000

VI. UCAPAN TERIMA KASIH Dalam pengerjaan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan

serta dorongan moral maupun material dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada kedua orang tua yang tak perna lelah mendoakan penulis dalam keadaan apapun dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. CITRA MAS sebagai pihak yang telah memberikan data da bimbingan kepada penulis

DAFTAR PUSTAKA 1. S. Anjhar, 1996. “Galangan kapal”,

Surabaya:Fakultas Teknologi Kelautan ITS. 2. B. Sofwan, 1997, “Dasar-Dasar Network Planning”,

Jakarta:PT. Rineka Cipta. 3. K. Soetomo, 1977, “Uraian Lengkap metode network

planning jilid I,II,III” Jakarta : Badan penerbit pekerjaan umum

4. H. A. Tubagus, 1986, “Prinsip-prinsip network planning” Jakarta : Gramedia

5. Rochani, Imam, 2010, “Catatan mata kuliah Ekonomi Teknik” Surabaya. Jurusan Teknik Kelautan.

6. Supomo, Heri, 2011, “Catatan mata kuliah manajemen industi” Surabaya. Jurusan Teknik Kelautan.

BiayaJ.O lemburx1,5xtarif /J.O

A fabrication DB1 1x10x8=80 1.500.000Rp C fabrication DB2+fabrication ER 1x18x8=144 2.700.000Rp D ASsembly DB2+assembly ER 3x8x8=192 3.600.000Rp F assembly UD1 1x4x8=32 600.000Rp M assembly EUD 1x4x8=32 600.000Rp N erection DB2 1x20x8=160 3.000.000Rp

AA erection DB3+erection UD2 1x26x8=208 3.900.000Rp AC erection UD3 1x9x8=72 1.350.000Rp AF erection FUD+FP 1x24x8=192 3.600.000Rp AI erection FC 1x18x8=144 2.700.000Rp AJ erection FWB 3x3x8=72 1.350.000Rp AL assembly TD 1x3x8=24 450.000Rp AN assembly FN 2x2x8=32 600.000Rp AO assembly ABW 1x13x8=104 1.950.000Rp AQ erection ABW 1x7x8=56 1.050.000Rp AS erection TD 1x2x8=16 300.000Rp AT erection FN 1x2x8=16 300.000Rp

jumlah 1576 29.550.000Rp

Nama KEGIATANjam orang (J.O)

lembur