Lili AntiWETWETWE
-
Upload
aslan-putra -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Lili AntiWETWETWE
1
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
DI SMA NEGERI 4 KONAWE SELATAN
LILIANTI: [email protected]
ABSTRAK
Lilianti. Q100110041. Pengelolaan Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching
and Learning di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Tesis. Manajemen Pendidikan. Program
Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013. Tujuan penelitian secara umum
mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe
Selatan. Secara rinci tujuan penelitian ini ada tiga, yaitu: mendeskripsikan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengelolaan Pembelajaran Biologi
Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMA Negeri 4 Konawe Selatan?” Dengan
sub fokus: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4
Konawe Selatan, (2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4
Konawe Selatan, (3) Bagaimana evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran biologi berbasis CTL
di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Penelitian kualitatif ini menggunakan desain etnografi. Lokasi
penelitian ini adalah di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Informan: kepala sekolah, wakil kepala
sekolah bidang kurikulum, dua orang guru biologi dan tiga orang siswa SMA Negeri 4 Konawe
Selatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi.
Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yang meliputi: reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Keabsahan data. Hasil penelitian, (1) perencanaan
pembelajaram biologi diwujudkan dalam bentuk RPP. Sistematika RPP yaitu: apersepsi, kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Strategi pembelajatan kontekstual dengan
memanfaatkan lingkungan dan laboratorium sekolah. (2) pelaksanaan pembelajaran biologi
berbasis kontekstual dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap awal pembelajaran, tahap
penyampaian inti pembelajaran, dan tahap akhir pembelajaran. Pada tahap awal pembelajaran guru
memberikan test lisan atau test tertulis saja pada beberapa siswa. Pada tahap inti guru melakukan
kegiatan elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi tentang pemahaman siswa terhadap materi
sebelumnya dan mencoba mengaitkan dengan materi yang akan disampaikan. Pada tahap akhir
guru dan siswa menyimpulkan bersama-sama materi yang sudah diajarkan. (3) evaluasi dalam
proses pembelajaran dilakukan secara menyeluruh yaitu pre test, proses pembelajaran, dan pos
test. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru digunakan sebagai dasar kenaikan kelas.
Kata kunci: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pembelajaran kontekstual.
PENDAHULUAN
Dalam Pasal 1 UU Sisdiknas, Nomor 20 tahun 2003, pendidikan pada dasarnya adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia ini
menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia juga tergolong masih rendah, untuk itu
diperlukan upaya-upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia yang pada gilirannya akan meningkatkan sumber daya manusia (Anonim, 2011: 1).
Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan penanganan yang multi dimensi dengan
melibatkan berbagai pihak yang terkait.
Menurut Umaidi (2002: 2) mengemukakan bahwa: “Ada beberapa sebab mengapa upaya
perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang berhasil. Ada beberapa faktor penyebab antara lain;
Faktor pertama, kebanyakan education production atau input-output analisis yang tidak
dilaksanakan secara konsekuen. Faktor kedua, penyelenggara pendidikan nasional dilakukan
secara birokratik sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan
sangat tergantung kepada keputusan birokrasi yang mempunyai jalan sangat penting dan kadang-
kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Faktor ketiga,
peran serta warga sekolah khususnya orang tua siswa dalam penyelenggara pendidikan selama ini
minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, padahal terjadi atau
tidaknya perubahan di sekolah sangat tergantung pada guru”.
Menghadapi persoalan-persoalan di atas, perlu penataan terhadap sistem pendidikan serta
menyeluruh, terutama yang berkaitan dengan kualitas pendidikan serta relevansinya dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Dalam hal ini perlu adanya perubahan sosial yang memberi
arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan, untuk itu kegiatan
belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill) yang sesuai
dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh data bahwa, SMA Negeri 4
Konawe Selatan berdiri pada tahun 1993, dengan alamat Jln. Pendidikan No. 1 Desa Wawonggura
yang saat ini berusaha keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai upaya,
yang salah satunya adalah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang saat ini
digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapan pendekatan
kontekstual di SMA tersebut telah dilaksanakan dengan baik, namun masih banyak permasalahan
antara lain, dalam menyiapkan perencanaan proses pembelajaran belum sesuai dengan konteks
keberadaan siswa dan sekolah. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang digunakan juga sangat
menoton, hal ini disebabkan karena sebagian guru masih belum memahami seperti yang
diharapkan dalam pembelajaran kontekstual, dan terkadang juga guru tidak melaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat.
Salah satu metode berbasis siswa aktif yang telah diterapkan oleh guru di SMA Negeri 4
Konawe Selatan dalam pembelajaran biologi adalah metode kontekstual, dimana dalam
pembelajaran biologi guru melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa
didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan
dipelajarinya. Belajar dalam konteks kontekstual bukan hanya sekedar mendengarkan dan
mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung melalui proses
berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya
berkembang secara kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor.
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Dengan mempelajari
biologi, orang akan mengetahui sejarah kehidupan, baik kehidupan manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Oleh karena itu, penting untuk dipelajari. Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), jadi harus diperlakukan dan diberikan kepada siswa sebagai IPA atau
Sains yang lahir dan berkembang melalui observasi dan eksperimen. Karena itu, dalam belajar
biologi siswa harus aktif melakukan pengamatan dan eksperimen, mendiskusikan hasilnya dan
menarik kesimpulan. Siswa bukan hanya mendengar, menerima informasi dan membuat catatan,
menghafal, kemudian menyelesaikan tugas yang sifatnya mengingat apa yang dihafalkan
(Wildan, 2007: 133).
Penelitian ini secara umum ditempuh untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran
biologi berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Secara rinci tujuan penelitian ini ada
tiga yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA
Negeri 4 Konawe Selatan 2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis
CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan, 3) Untuk mendeskripsikan evaluasi dan tindak lanjut
pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengelolaan Pembelajaran
Biologi Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMA Negeri 4 Konawe Selatan?”
Dengan sub fokus: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri
4 Konawe Selatan, (2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri
4 Palangga, (3) Bagaimana evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran biologi berbasis CTL
di SMA Negeri 4 Konawe Selatan.
Manfaat penelitian yang dapat dipaparkan dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1) Manfaat
Teoritis; Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengembangkan teori-teori
mengenai penentu kualitas pembelajaran melalui pengelolaan pembelajaran biologi berbasis
kontekstual. 2) Manfaat Praktis; Diharapkan siswa akan mampu memahami kedalaman pelajaran
biologi dan menjadikan sebuah pengalaman nyata untuk meningkatkan kualitas. Bagi Guru, dapat
dijadikan sebagai sumber pendalaman dan media untuk meningkatkan kemampuan mengelola
pembelajaran biologi baik secara teoritis maupun praktis. Bagi Sekolah, Menghasilkan output
siswa yang kreatif dan aktif dalam menghadapi permasalahan disekitarnya sekarang dan dimasa
yang akan datang, serta menimbulkan motivasi guru-guru yang lain sehingga mendapatkan
pengalaman baru di dalam menerapkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan
menyenangkan. Peneliti Berikutnya, diharapkan dapat memberi masukan dan sebagai umpan balik
yang perlu ditindak lanjuti oleh peneliti dengan pendekatan dan variabel yang lebih bervariasi.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Denzin dan Lincoln dalam
Moleong (2010: 5), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan metode
yang ada. Desain penelitian menggunakan pendekatan etnografi. Penelitian etnografi bersifat
holistic (Mantja, 2008: 7) artinya bahwa penelitian ini tidak hanya mengarahkan perhatian pada
salah satu variabel tertentu, tetapi didasarkan pada pandangan bahwa budaya merupakan
keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Lokasi penelitian
ini di SMA Negeri 4 Konawe Selatan.
Data kualitatif dapat diartikan sebagai data dalam bentuk kata, kalimat, ungkapan narasi,
dan gambar (Sutama, 2010: 198). Sumber data penelitian meliputi informan, dokumen, dan
peristiwa atau aktivitas. Informannya, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian
kurikulum, 2 orang guru biologi dan 3 orang siswa SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Teknik
pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, dan dokumen.
Menurut Nazir (2009: 193-194) menyatakan bahwa wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara. Observasi data berupa deskripsi
yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan langsung, kegiatan manusia dan situasi sosial
(Nasution, 2005: 59). Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran biologi dengan menggunakan strategi kontekstual.
Menurut Moleong (2007: 160) Analisis dokumen digunakan karena merupakan sumber
yang stabil, kaya dan mendorong serta dokumentasi bersifat alamiyah sesuai dengan konteks
lahiriyah tersebut. Pengumpulan data melalui teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, dengan analisis.
Metode ini dipergunakan untuk mencari data jumlah karyawan, data pendaftar, data
kelulusan, data sarana prasarana, dan catatan-catatan lain yang relevan dengan permasalahan
penelitian”, yaitu data kumpulan perangkat pembelajaran, data sarana prasarana, media
pembelajaran, dan jadwal penggunaan media pembelajaran multimedia. Data hasil dokumentasi
berupa rencana pelaksanaan pembelajaran biologi (RPP), foto kegiatan pembelajaran, dan foto-
foto kegiatan evaluasi pembelajaran biologi berbasis kontekstual.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan (Miles dan Huberman, 2007: 16) yaitu
meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Analisis data dalam
penelitian kualitatif merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah di baca
dan diinterpretasikan. Penelitian kualitatif memandang data sebagai produk dari proses
memberikan interprestasi peneliti yang di dalamnya sudah terkandung makna yang mempunyai
referensi pada nilai. Dengan demikian, data yang dihasilkan dari konstruksi interaksi antara
peneliti dan informan.
Kajian Teori
Menurut Pidarta (2004: 74) pengelolaan merupakan proses mengintegrasikan sumber-
sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan.
Maksudnya adalah yang mencakup orang-orang, alat-alat, media, bahan-bahan, uang, dan sarana.
Semua ini diarahkan dan dikoordinasikan agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.
Sedangkan Sagala (2009: 140) mengemukakan bahwa pengelolaan merupakan proses yang khas
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang
dilaksanakan untuk menentukan cara mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lain.
Pengelolaan pembelajaran meliputi tiga komponen yaitu perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut: Perencanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang
akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Perencanaan adalah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan
tujuan memvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang
diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam
penyelesaian. Perencanaan menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu
dengan kepentingan masa yang akan datang serat usaha untuk mencapainya. Apa wujud yang akan
datang itu dan bagaimana usaha untuk mencapainya merupakan perencanaan (Uno, 2007: 1).
Menurut Sanjaya (2010: 9) perencanaan pembelajaran merupakan rangkaian yang harus
dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan segala potensi
dan sumber belajar yang ada dan mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku.
Jadi perencanaan pembelajaran merupakan suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan
tugas mengajar/aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta
melalui langkah-langkah pembelajaran, perencanaan itu sendiri, pelaksanaan, dan penilaian dalam
rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Menurut Anonim (2009: 27) mengatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran di arahkan
untuk pembentukan iklim sekolah yang kondusif melalui keteladanan pendidik dan tenaga
kependidikan sehingga terwujud interaksi edukatif yang memungkinkan terjadinya internalisasi
nilai, dan secara kumulatif akan bermuara pada terbentuknya akhlak mulia dan kepribadian luhur
peserta didik. Sebagai bagian dari kegiatan di atas, peserta didik juga mengalami proses
pembelajaran melalui kegiatan pengembangan diri.
Menurut Sudjana (2008: 57) mengemukakan, bahwa evaluasi terhadap proses belajar
mengajar bertujuan agak berbeda dengan tujuan penilaian hasil belajar. Apabila penilaian hasil
belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan tujuan pengajaran (instruksional) oleh siswa,
maka tujuan evaluasi proses belajar lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan
belajar mengajar itu sendiri, terutama efisiensi-keefektifan produktivitasnya. Beberapa diantaranya
adalah: (a) efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional, (b) keefektifan dan relevansi
bahan pengajaran, (c) produktivitas kegiatan belajar-mengajar, (d) keefektifan sumber dan sarana
pengajaran, dan (e) keefektifan penilaian hasil dan proses belajar. “Pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment) (Muchith, 2008: 41).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Perencanaan Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching and Learning di SMA
Negeri 4 Konawe Selatan
Penyusunan perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru SMA Negeri 4 Konawe
Selatan dilakukan dengan menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta imajinasi,
dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan
memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku
dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Hal ini
menunjukan bahwa guru telah memahami langkah arti pentingnya rencana pelaksanaan
pembelajaran dalam proses pendidikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Russel
(2007) yang menyimpulkan bahwa guru mempunyai kewajiban menjabarkan dalam rencana
pembelajaran yang lebih rinci, karena keberhasilan guru dalam mengajar sangat ditentukan
adanya rencana pembelajaran yang merupakan pengembangan dari kurikulum dan silabus.
Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang di peroleh di lapangan,
diketahui bahwa setiap rencana pembelajaran kontekstual yang dibuat oleh guru berbentuk
langkah-langkah pembelajaran mulai dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan
berikutnya disertai dengan alokasi waktu. RPP yang disusun secara rinci sangat membantu
guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan kurikulum kedalam bentuk silabus dan RPP yang baik. Data tersebut
merupakan gambaran yang menyeluruh dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian Russel (2007) yang
menyimpulkan bahwa: penerapan kurikulum yang baik diawali dari pengembangan
kurikulum dalam bentuk silabus dan RPP. Guru mempunyai kewajiban menjabarkan dalam
RPP yang lebih rinci.
Penyusunan RPP mata pelajaran biologi didahului dengan identitas berupa mata
pelajaran, kelas, semester, dan tahun ajaran. Identitas tersebut ditentukan oleh guru kelas
dengan mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan. Penyusunan RPP mata
pelajaran biologi pada dasarnya telah mengacu pada standart nasional pendidikan (SNP).
Dalam hal ini guru mata pelajaran dari pengalaman mengajarnya telah memahami betul
tentang penentuan identitas mata pelajaran sehingga guru tidak kesulitan dalam menyusun
identitas tersebut. Hal ini mendukung hasil penelitian Wei-ping dan Shuo (2010), yang
menyatakan bahwa dalam fase perencanaan, objek pelajaran harus terdokumentasi di dalam
kurikulum dan program semester.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh setiap guru berisi tentang
standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, rencana kegiatan pembelajaran,
metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu pembelajaran, penilaian dan daya
dukung lainnya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap guru dalam menyusun
tujuan pembelajaran, disusun berdasarkan identifikasi yang telah ditetapkan dan mengacu
pada kompetensi yang hendak dicapai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Russel (2007),
yang menyimpulkan bahwa: keberhasilan dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru yang merupakan pengembangan
dari kurikulum dan silabus.
Setiap rencana pembelajaran kontekstual yang dibuat oleh guru berbentuk langkah-
langkah pembelajaran mulai dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan berikutnya
disertai dengan alokasi waktu. RPP yang disusun secara rinci sangat membantu guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan kurikulum kedalam bentuk silabus dan RPP yang baik. Data tersebut
merupakan gambaran yang menyeluruh dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Russel (2007), yang
menyimpulkan bahwa keberhasilan guru dalam mengajar sangat ditentukan adanya rencana
pembelajaran yang merupakan pengembangan dari kurikulum dan silabus.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa dalam menyusun RPP,
kurikulum merupakan acuan baku sebagai dasar guru untuk dikembangkan dalam bentuk
silabus dan RPP. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian Russel (2007),
yang menyimpulkan bahwa: Penerapan kurikulum yang baik diawali dari pengembangan
kurikulum dalam bentuk silabus dan rencana pembelajaran. Guru mempunyai kewajiban
menjabarkan dalam rencana pembelajaran yang lebih rinci.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching and Learning di SMA
Negeri 4 Konawe Selatan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh gambaran bahwa
pembelajaran kontekstual telah dilaksanakan sesuai dengan urutan dalam RPP yang dibuat
guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran biologi ternyata belum semua kompetensi dasar (KD)
dapat dilakukan dengan metode kontekstual, begitupun dalam menyampaikan apersepsi, dan
kegiatan penutup, guru juga belum sepenuhnya mengikuti langkah-langkah dalam
pembelajaran kontekstual. Tidak dilaksanakannya kegiatan tersebut disebabkan oleh durasi
waktu yang singkat yaitu 2x35 menit yang mana waktu tersebut termasuk pengamatan di luar
kelas. Hal ini mendukung hasil penelitian Wei-ping dan Shuo (2010), yang menyatakan
bahwa sistem yang menunjang akan dibutuhkan untuk menerima tata tertib dalam tahap
perencanaan ini dengan memberi batas waktu dan harus diputuskan dengan sistem yang
mendukung dan beberapa partisipan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh gambaran bahwa
pembelajaran kontekstual telah dilaksanakan sesuai dengan urutan dalam RPP yang dibuat
guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran biologi ternyata belum semua KD dapat dilakukan
dengan metode kontekstual, begitupun dalam menyampaikan apersepsi, dan kegiatan
penutup, guru juga belum sepenuhnya mengikuti langkah-langkah dalam pembelajaran
kontekstual. Tidak dilaksanakannya kegiatan tersebut disebabkan oleh durasi waktu yang
singkat yaitu 2x35 menit yang mana waktu tersebut termasuk pengamatan di luar kelas. Hal
ini mendukung hasil penelitian Wei-ping dan Shuo (2010), yang menyatakan bahwa sistem
yang menunjang akan dibutuhkan untuk menerima tata tertib dalam tahap perencanaan ini
dengan memberi batas waktu dan harus diputuskan dengan sistem yang mendukung dan
beberapa partisipan.
Pengamatan terhadap benda yang nyata tersebut mudah dimengerti oleh siswa, dan
lebih termotivasi untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan ceramah yang diberikan oleh guru sebelumnya dengan kontek kehidupan yang
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna tersebut
dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari
suatu permasalahan/konteks kepermasalahan/konteks lainnya. Pelaksanaan pembelajaran
tersebut mendukung penelitian Rassuli (2005) yang menyatakan bahwa guru dan siswa
terlihat lebih berpengalaman dan berpotensi pada pembelajaran secara berkelompok.
Pelaksanaan pembelajaran kontekstual pelajaran biologi untuk kelas XI (sebelas)
SMA Negeri 4 Konawe Selatan ternyata tidak sepenuhnya menggunakan pengamatan
lingkungan, namun tetap menggunakan metode yang lain yaitu ceramah, tanya jawab, dan
penugasan dengan kata lain pembelajaran kontekstual tersebut merupakan sebagian dari
metode pembelajaran. Di mana berdasarkan pengamatan peneliti, siswa ditugaskan untuk
mengamati benda-benda di lingkungan atau dilaboratorium berkisar 30 menit, sehingga
waktu yang lain digunakan di kelas untuk melakukan pembahasan hasil pengamatan di
lapangan tersebut. Hal ini mendukung penelitian Rassuli (2005) yang menyatakan bahwa
persepsi siswa terhadap apa yang diajarkan guru, tergantung dari bagaimana cara guru
menggunakan metode dalam pembelajaran.
Pada dasarnya persepsi siswa terhadap pembelajaran biologi tergantung dari apa
yang diajarkan oleh guru dan bagaimana guru menggunakan metode pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual yang disertai dengan diskusi kelompok ternyata lebih efektif jika
dibanding dengan metode ceramah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rassuli (2005),
yang menyatakan bahwa: Persepsi siswa terhadap apa yang diajarkan guru, tergantung dari
bagaimana cara guru menggunakan metode dalam pembelajaran begitupun guru dan siswa
terlihat lebih berpengalaman dan berpotensi pada pembelajaran secara berkelompok.
Berdasarkan uraian di atas, persamaan hasil penelitian ini dengan penelitian Rassuli
(2005) adalah sama-sama menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat
menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional.
Namun perbedaannya penelitian ini memfokuskan pada pembelajaran biologi dengan
memanfaatkan laboratorium sebagai tempat praktikum sedangkan penelitian Rassuli (2005),
terfokus pada penggunaan metode pada pembelajaran secara umum.
3. Evaluasi dan Tindak Lanjut Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching and
Learning di SMA Negeri 4 Konawe Selatan
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa evaluasi pembelajaran
dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai yaitu dengan memberikan pertanyaan
lisan kepada beberapa siswa dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat
menyerap materi yang pernah diberikan. Begitupun pre test selalu ditekankan pula oleh
kepala sekolah agar dilakukan oleh guru setiap pertemuan sebelum pembelajaran. Hal
tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang
pernah diberikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Deal (2006), yang menyatakan
bahwa pelaksanaan pembelajaran secara bertahap dan berulang-ulang yang diakhiri dengan
evaluasi yang tepat, memungkinkan siswa dapat memahami apa yang diajarkan oleh guru.
Untuk mengetahui prestasi belajar evaluasi pembelajaran kontekstual melakukan
berbagai bentuk evaluasi antara lain melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, dan
ulangan umum (block) yang dilaksanakan setiap akhir tahun. Bentuk ulangan yang
disampaikan kepada siswa ditentukan secara jelas dan bersifat menyeluruh, artinya dari
semua mata pelajaran dirangkum dalam evaluasi sesuai dengan tahapan pembelajaran
sehingga hasil evaluasi tersebut betul-betul memberikan gambaran yang obyektif tentang
hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Russel (2007), yang menyimpulkan
bahwa: tingkat kurikulum seharusnya ditingkatkan melalui evaluasi yang tepat, agar guru
dapat melakukan perubahan terhadap kekurangan dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan data hasil wawancara dan observasi menyebutkan bahwa hasil evaluasi
yang diberikan kepada siswa dapat digunakan sebagai dasar untuk kenaikan kelas. Tindak
lanjut pembelajaran merupakan suatu mekanisme pemantauan terhadap kegiatan
pembelajaran yang meliputi evaluasi terhadap kegiatan guru, materi ajar, dan metode
pembelajaran, hasil tindak lanjut dianalisis dan digunakan untuk bahan evaluasi dasar
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran masa yang akan datang agar lebih baik.
Tindak lanjut bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program proses
pembelajaran yang sedang berjalan, dengan mengetahui kebutuhan pelaksanaan program
akan segera mempersiapkan kebutuhan dalam pembelajaran, kebutuhan bisa berupa biaya,
waktu, personel, dan alat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persamaan dengan hasil
penelitian ini adalah sama-sama menyimpulkan bahwa evaluasi dan tindak lanjut merupakan
kegiatan guru untuk mengetahui perkembangan dan daya serap siswa terhadap pembelajaran.
Namun perbedaan dalam penelitian ini berfokus pada evaluasi pembelajaran biologi berbasis
kontekstual, sedangkan penelitian Deal (2006) meneliti tentang evaluasi pembelajaran secara
umum.
Model Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Biologi Berbasis Contextual Teaching and
Learning yang Di tawarkan di SMA Negeri 4 Konawe Selatan
Model KBM yang ditawarkan di SMA Negeri 4 Konawe Selatan terdiri dari tiga
komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.
1. Perencanaan Pembelajaran Biologi Berbasis CTL
Dalam kegiatan ini, pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan
diajarkan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan diajarkan
dan melakukan pemetaan pada semua standar kompetensi dasar bidang kajian biologi
perkelas yang dapat diajarkan.
Dalam penentuan tema pada pembelajaran kontekstual, guru harus menentukan tema
yang relevan dengan kompetensi-kompetensi dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas.
Juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik dalam artian sesuai dengan
keadaan lingkungan setempat. Dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak
mengabaikan keterkaitan antar kompetensi dasar pada kajian yang telah ditetapkan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran kontekstual tersebut merupakan realisasi dari
pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran biologi,
komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, kompetensi dasar yang hendak dicapai,
materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media, penilaian, dan tindak
lanjut serta sumber bahan yang digunakan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi Berbasis CTL
Dalam kegiatan ini, yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada pelaksanaan
pembelajaran adalah menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif dan
memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi
waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat
yaitu antara 5-10 menit. Diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran
dengan cara mengecek kehadiran peserta didik. Menciptakan suasana belajar yang
demokratis dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga siap mengikuti
pembelajaran dengan seksama.
Pelaksanaan apersepsi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang bahan
pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap peserta
didik. Dalam melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa
peserta didik yang dianggap dapat mewakili seluruh peserta didik dan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat. Cara yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis
dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang akan dikuasai
oleh peserta didik.
Alternatif kegiatan belajar yang akan di alami peserta didik yaitu guru harus
menyampaikan kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema
atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan aktivitas
atau berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator yang
memberikan kemudahan dan mengarahkan peserta didik untuk belajar menemukan sendiri
apa yang dipelajarinya.
Dalam membahas materi ajar kontekstual guru harus mengarahkan pada proses
perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara kontekstual melalui
penghubungan konsep di bidang kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya.
Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi,
yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru melalui pembelajaran
yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan.
3. Evaluasi dan Tindak lanjut Pembelajaran Biologi Berbasis CTL
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain; mengajukan pertanyaan
kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan
kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari bahan pengajaran, dan dapat diajukan
kepada siswa secara lisan maupun secara tertulis (post test). Berhasil atau tidak tahapan
kedua, dapat dilihat dari dapat/tidak siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%,
maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa. Teknik pembahasan
bisa ditempuh dengan berbagai cara yakni: (1) menguasai untuk menjelaskannya pada
kegiatan terjadwal; (2) diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum
dikuasai; dan (3) memberikan tugas pekerjaan rumah, yang berhubungan dengan pokok
materi yang belum dikuasai melalui kegiatan mandiri, cara mana yang dipilih diserahkan
sepenuhnya kepada guru.
Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat
memberikan tugas/pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok yang
telah dibahas. Misalnya tugas memecahkan masalah, menulis makalah, dan lain-lain erat
hubungannya dengan bahan yang telah dibahas. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau
memberi tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu
agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.
Ketiga tahap yang telah dibahas tersebut, merupakan satu rangkaian kegiatan yang
terpadu, tidak dipisahkan satu sama lain. Guru di tuntut untuk mampu dan dapat mengatur
waktu serta kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa
secara utuh. Keterampilan profesional dari seorang guru dalam melaksanakan strategi
mengajar diuji dalam tiga tahapan tersebut. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam
uraian tersebut secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah
seperti yang digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan
itu dapat diperoleh.
Penutup
Perencanaan pembelajaran biologi diwujudkan dalam bentuk RPP. Sistematika RPP
yaitu: apersepsi, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Apersepsi dengan
alokasi waktu 5 menit, kegiatan pendahuluan dengan alokasi waktu 5 menit, kegiatan inti dengan
alokasi waktu 25 menit, dan kegiatan penutup 5 menit. Strategi pembelajaran biologi direncanakan
dengan menggunakan kontekstual. Strategi pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan
lingkungan dan laboratorium sekolah yang merupakan acuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis kontekstual dilakukan dalam tiga tahap.
Ketiga tahap tersebut meliputi tahap awal pembelajaran, tahap penyampaian inti pembelajaran, dan
tahap akhir pembelajaran. Pada tahap awal pembelajaran guru memberikan test lisan atau test
tertulis saja pada beberapa siswa dan mengaitkan dengan materi sebelumnya. Pada tahap
penyampaian inti pembelajaran guru melakukan kegiatan elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi
tentang pemahaman siswa terhadap materi sebelumnya dan mencoba mengaitkan dengan materi
yang akan disampaikan. Pada tahap akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dan menyimpulkan bersama-sama materi yang
sudah diajarkan.
Evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran biologi dilakukan secara menyeluruh yaitu pre
test, proses pembelajaran, dan pos test. Evaluasi sebelum pembelajaran dimulai (pre test), guru
hanya memberikan test lisan dan test tertulis saja pada beberapa siswa. Dalam proses pembelajaran
kontekstual guru melakukan langkah-langkah pembelajaran yaitu: (1) guru menjelaskan
kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
pelajaran yang akan dipelajari, (2) guru menerapkan pembelajaran dialogis, seperti membagi
kelompok belajar, (3) guru melakukan tanya jawab sekitar tugas atau pelajaran yang sedang
berlangsung, (4) siswa melakukan observasi langsung dan mencatat, (5) siswa selalu mengadakan
diskusi sesuai penemuannya, (6) guru membantu pula siswa untuk senantiasa menyimpulkan hasil
temuan atau pengalamannya.
Evaluasi dalam pembelajaran guru melakukan post tes yaitu evaluasi harian, ulangan
tengah semester, dan ulangan umum. Tindak lanjutnya diadakan perbaikan (remedial). Sedangkan
siswa yang tuntas diberikan pengayaan. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru digunakan
sebagai dasar kenaikan kelas dan untuk menyimpulkan materi yang dipelajari.
Rekomendasi
Ada empat saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini sebagai kontribusi
atau sumbang pemikiran terhadap pengelolaan pembelajaran biologi berbasis Contextual Teaching
and Learning di SMA Negeri 4 Konawe Selatan; Sebaiknya kepala sekolah melakukan supervise
klinis, agar dalam melaksanakan proses pembelajaran guru melakukan langkah-langkah dengan
benar. Dalam melakukan evaluasi seyogyanya guru mempersiapkan lembar pengamatan kegiatan
siswa dan instrument evaluasi. Untuk siswa disarankan agar dalam menerima pelajaran yang
diberikan guru sebaiknya selalu ditanyakan kembali agar tidak mudah dilupa. Untuk peneliti
berikutnya hendaknya melakukan penelitian tentang pembelajaran agar semakin banyak temuan
penelitian yang berdampak pada perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kualitas
pembelajaran itu sendiri.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak KOPERTIS Wilayah IX yang
telah memberi rekomendasi dan dukungan secara administrasi. Kepada dinas pendidikan tinggi
yang telah membantu dalam hal pendanaan biaya melalui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana
(BPPS). Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktur Pascasarjana dan Ketua Lembaga
Penelitian UMS beserta stafnya, yang telah memberikan fasilitas dan dorongan sehingga kami bisa
melakukan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kepala sekolah dan guru
SMA Negeri 4 Konawe Selatan, yang telah membantu proses penelitian sehingga berjalan sesuai
perencanaan.
Daftar Pustaka
Deal, Debby; C. Stephen White. 2006. “Voice From The Classroom: Literacy Beliefs and
Practices of Two Noice Elementary Teachers”. Journal of Research in Childhood
Education. Olney.
Diknas. 2009. Panduan Implementasi Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Tim Nasional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional.
Moleong, Lexy J, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosda
Karya.
Moleong, Lexy J, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosda Karya.
Muchith, Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: raSAIL Media Group.
Nazir Moh., 2009. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia
Nazution S, 2005. Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif, Bandung: Tarsito
Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. 2007. Qualitative Data Analysis (terjemahan).
Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosda Karya.
Nazir Moh., 2009. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.
Nazution S, 2005. Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif, Bandung: Tarsito
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rassuli, Ali, John P Manzer, 2005. Teach Us to Learn: Multivariate Analysis of Perception of
Success in Team Learning. Journal of Education for Business, Washington.
Russel, Vivienne, 2007, Plans for Slimmer, More Flexible Curriculum Welcomed, Public Finance,
Academic Research Library, pg.11.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz
Media.
Umaidi. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Makalah dalam Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Uno. Hamzah B. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wei-ping, Lu dan Shao, Zuo. 2010. Development on Quality Assurance of Teachingand Learning.
Jurnal Manajemen Science and Enggineering. Volume 4 Nomer 2: 62-68.
*
Wildan, Yatim. 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor.