Lili AntiWETWETWE

11
1 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SMA NEGERI 4 KONAWE SELATAN LILIANTI: [email protected] ABSTRAK Lilianti. Q100110041. Pengelolaan Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching and Learning di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Tesis. Manajemen Pendidikan. Program Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013. Tujuan penelitian secara umum mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Secara rinci tujuan penelitian ini ada tiga, yaitu: mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengelolaan Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMA Negeri 4 Konawe Selatan?” Dengan sub fokus: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan, (2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan, (3) Bagaimana evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Penelitian kualitatif ini menggunakan desain etnografi. Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Informan: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dua orang guru biologi dan tiga orang siswa SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yang meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Keabsahan data. Hasil penelitian, (1) perencanaan pembelajaram biologi diwujudkan dalam bentuk RPP. Sistematika RPP yaitu: apersepsi, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Strategi pembelajatan kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan dan laboratorium sekolah. (2) pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis kontekstual dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap awal pembelajaran, tahap penyampaian inti pembelajaran, dan tahap akhir pembelajaran. Pada tahap awal pembelajaran guru memberikan test lisan atau test tertulis saja pada beberapa siswa. Pada tahap inti guru melakukan kegiatan elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi tentang pemahaman siswa terhadap materi sebelumnya dan mencoba mengaitkan dengan materi yang akan disampaikan. Pada tahap akhir guru dan siswa menyimpulkan bersama-sama materi yang sudah diajarkan. (3) evaluasi dalam proses pembelajaran dilakukan secara menyeluruh yaitu pre test, proses pembelajaran, dan pos test. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru digunakan sebagai dasar kenaikan kelas. Kata kunci: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pembelajaran kontekstual. PENDAHULUAN Dalam Pasal 1 UU Sisdiknas, Nomor 20 tahun 2003, pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia juga tergolong masih rendah, untuk itu diperlukan upaya-upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang pada gilirannya akan meningkatkan sumber daya manusia (Anonim, 2011: 1). Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan penanganan yang multi dimensi dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait.

description

ETWETWT

Transcript of Lili AntiWETWETWE

Page 1: Lili AntiWETWETWE

1

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

DI SMA NEGERI 4 KONAWE SELATAN

LILIANTI: [email protected]

ABSTRAK

Lilianti. Q100110041. Pengelolaan Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching

and Learning di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Tesis. Manajemen Pendidikan. Program

Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013. Tujuan penelitian secara umum

mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe

Selatan. Secara rinci tujuan penelitian ini ada tiga, yaitu: mendeskripsikan perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengelolaan Pembelajaran Biologi

Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMA Negeri 4 Konawe Selatan?” Dengan

sub fokus: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4

Konawe Selatan, (2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4

Konawe Selatan, (3) Bagaimana evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran biologi berbasis CTL

di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Penelitian kualitatif ini menggunakan desain etnografi. Lokasi

penelitian ini adalah di SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Informan: kepala sekolah, wakil kepala

sekolah bidang kurikulum, dua orang guru biologi dan tiga orang siswa SMA Negeri 4 Konawe

Selatan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi.

Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yang meliputi: reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Keabsahan data. Hasil penelitian, (1) perencanaan

pembelajaram biologi diwujudkan dalam bentuk RPP. Sistematika RPP yaitu: apersepsi, kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Strategi pembelajatan kontekstual dengan

memanfaatkan lingkungan dan laboratorium sekolah. (2) pelaksanaan pembelajaran biologi

berbasis kontekstual dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap awal pembelajaran, tahap

penyampaian inti pembelajaran, dan tahap akhir pembelajaran. Pada tahap awal pembelajaran guru

memberikan test lisan atau test tertulis saja pada beberapa siswa. Pada tahap inti guru melakukan

kegiatan elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi tentang pemahaman siswa terhadap materi

sebelumnya dan mencoba mengaitkan dengan materi yang akan disampaikan. Pada tahap akhir

guru dan siswa menyimpulkan bersama-sama materi yang sudah diajarkan. (3) evaluasi dalam

proses pembelajaran dilakukan secara menyeluruh yaitu pre test, proses pembelajaran, dan pos

test. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru digunakan sebagai dasar kenaikan kelas.

Kata kunci: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pembelajaran kontekstual.

PENDAHULUAN

Dalam Pasal 1 UU Sisdiknas, Nomor 20 tahun 2003, pendidikan pada dasarnya adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia ini

menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia juga tergolong masih rendah, untuk itu

diperlukan upaya-upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia yang pada gilirannya akan meningkatkan sumber daya manusia (Anonim, 2011: 1).

Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan penanganan yang multi dimensi dengan

melibatkan berbagai pihak yang terkait.

Page 2: Lili AntiWETWETWE

Menurut Umaidi (2002: 2) mengemukakan bahwa: “Ada beberapa sebab mengapa upaya

perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang berhasil. Ada beberapa faktor penyebab antara lain;

Faktor pertama, kebanyakan education production atau input-output analisis yang tidak

dilaksanakan secara konsekuen. Faktor kedua, penyelenggara pendidikan nasional dilakukan

secara birokratik sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan

sangat tergantung kepada keputusan birokrasi yang mempunyai jalan sangat penting dan kadang-

kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Faktor ketiga,

peran serta warga sekolah khususnya orang tua siswa dalam penyelenggara pendidikan selama ini

minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, padahal terjadi atau

tidaknya perubahan di sekolah sangat tergantung pada guru”.

Menghadapi persoalan-persoalan di atas, perlu penataan terhadap sistem pendidikan serta

menyeluruh, terutama yang berkaitan dengan kualitas pendidikan serta relevansinya dengan

kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Dalam hal ini perlu adanya perubahan sosial yang memberi

arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan, untuk itu kegiatan

belajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill) yang sesuai

dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh data bahwa, SMA Negeri 4

Konawe Selatan berdiri pada tahun 1993, dengan alamat Jln. Pendidikan No. 1 Desa Wawonggura

yang saat ini berusaha keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui berbagai upaya,

yang salah satunya adalah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang saat ini

digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapan pendekatan

kontekstual di SMA tersebut telah dilaksanakan dengan baik, namun masih banyak permasalahan

antara lain, dalam menyiapkan perencanaan proses pembelajaran belum sesuai dengan konteks

keberadaan siswa dan sekolah. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang digunakan juga sangat

menoton, hal ini disebabkan karena sebagian guru masih belum memahami seperti yang

diharapkan dalam pembelajaran kontekstual, dan terkadang juga guru tidak melaksanakan sesuai

dengan rencana yang telah dibuat.

Salah satu metode berbasis siswa aktif yang telah diterapkan oleh guru di SMA Negeri 4

Konawe Selatan dalam pembelajaran biologi adalah metode kontekstual, dimana dalam

pembelajaran biologi guru melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa

didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan

dipelajarinya. Belajar dalam konteks kontekstual bukan hanya sekedar mendengarkan dan

mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung melalui proses

berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya

berkembang secara kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor.

Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Dengan mempelajari

biologi, orang akan mengetahui sejarah kehidupan, baik kehidupan manusia, hewan, maupun

tumbuhan. Oleh karena itu, penting untuk dipelajari. Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), jadi harus diperlakukan dan diberikan kepada siswa sebagai IPA atau

Sains yang lahir dan berkembang melalui observasi dan eksperimen. Karena itu, dalam belajar

biologi siswa harus aktif melakukan pengamatan dan eksperimen, mendiskusikan hasilnya dan

menarik kesimpulan. Siswa bukan hanya mendengar, menerima informasi dan membuat catatan,

menghafal, kemudian menyelesaikan tugas yang sifatnya mengingat apa yang dihafalkan

(Wildan, 2007: 133).

Penelitian ini secara umum ditempuh untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran

biologi berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Secara rinci tujuan penelitian ini ada

tiga yaitu: 1) Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA

Negeri 4 Konawe Selatan 2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis

CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan, 3) Untuk mendeskripsikan evaluasi dan tindak lanjut

pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri 4 Konawe Selatan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengelolaan Pembelajaran

Biologi Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) di SMA Negeri 4 Konawe Selatan?”

Dengan sub fokus: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri

4 Konawe Selatan, (2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis CTL di SMA Negeri

Page 3: Lili AntiWETWETWE

4 Palangga, (3) Bagaimana evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran biologi berbasis CTL

di SMA Negeri 4 Konawe Selatan.

Manfaat penelitian yang dapat dipaparkan dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1) Manfaat

Teoritis; Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengembangkan teori-teori

mengenai penentu kualitas pembelajaran melalui pengelolaan pembelajaran biologi berbasis

kontekstual. 2) Manfaat Praktis; Diharapkan siswa akan mampu memahami kedalaman pelajaran

biologi dan menjadikan sebuah pengalaman nyata untuk meningkatkan kualitas. Bagi Guru, dapat

dijadikan sebagai sumber pendalaman dan media untuk meningkatkan kemampuan mengelola

pembelajaran biologi baik secara teoritis maupun praktis. Bagi Sekolah, Menghasilkan output

siswa yang kreatif dan aktif dalam menghadapi permasalahan disekitarnya sekarang dan dimasa

yang akan datang, serta menimbulkan motivasi guru-guru yang lain sehingga mendapatkan

pengalaman baru di dalam menerapkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan

menyenangkan. Peneliti Berikutnya, diharapkan dapat memberi masukan dan sebagai umpan balik

yang perlu ditindak lanjuti oleh peneliti dengan pendekatan dan variabel yang lebih bervariasi.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Denzin dan Lincoln dalam

Moleong (2010: 5), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan metode

yang ada. Desain penelitian menggunakan pendekatan etnografi. Penelitian etnografi bersifat

holistic (Mantja, 2008: 7) artinya bahwa penelitian ini tidak hanya mengarahkan perhatian pada

salah satu variabel tertentu, tetapi didasarkan pada pandangan bahwa budaya merupakan

keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Lokasi penelitian

ini di SMA Negeri 4 Konawe Selatan.

Data kualitatif dapat diartikan sebagai data dalam bentuk kata, kalimat, ungkapan narasi,

dan gambar (Sutama, 2010: 198). Sumber data penelitian meliputi informan, dokumen, dan

peristiwa atau aktivitas. Informannya, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian

kurikulum, 2 orang guru biologi dan 3 orang siswa SMA Negeri 4 Konawe Selatan. Teknik

pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, dan dokumen.

Menurut Nazir (2009: 193-194) menyatakan bahwa wawancara adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara. Observasi data berupa deskripsi

yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan langsung, kegiatan manusia dan situasi sosial

(Nasution, 2005: 59). Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran biologi dengan menggunakan strategi kontekstual.

Menurut Moleong (2007: 160) Analisis dokumen digunakan karena merupakan sumber

yang stabil, kaya dan mendorong serta dokumentasi bersifat alamiyah sesuai dengan konteks

lahiriyah tersebut. Pengumpulan data melalui teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang

diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, dengan analisis.

Metode ini dipergunakan untuk mencari data jumlah karyawan, data pendaftar, data

kelulusan, data sarana prasarana, dan catatan-catatan lain yang relevan dengan permasalahan

penelitian”, yaitu data kumpulan perangkat pembelajaran, data sarana prasarana, media

pembelajaran, dan jadwal penggunaan media pembelajaran multimedia. Data hasil dokumentasi

berupa rencana pelaksanaan pembelajaran biologi (RPP), foto kegiatan pembelajaran, dan foto-

foto kegiatan evaluasi pembelajaran biologi berbasis kontekstual.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan (Miles dan Huberman, 2007: 16) yaitu

meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Analisis data dalam

penelitian kualitatif merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah di baca

dan diinterpretasikan. Penelitian kualitatif memandang data sebagai produk dari proses

memberikan interprestasi peneliti yang di dalamnya sudah terkandung makna yang mempunyai

referensi pada nilai. Dengan demikian, data yang dihasilkan dari konstruksi interaksi antara

peneliti dan informan.

Kajian Teori

Page 4: Lili AntiWETWETWE

Menurut Pidarta (2004: 74) pengelolaan merupakan proses mengintegrasikan sumber-

sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan.

Maksudnya adalah yang mencakup orang-orang, alat-alat, media, bahan-bahan, uang, dan sarana.

Semua ini diarahkan dan dikoordinasikan agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.

Sedangkan Sagala (2009: 140) mengemukakan bahwa pengelolaan merupakan proses yang khas

terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang

dilaksanakan untuk menentukan cara mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lain.

Pengelolaan pembelajaran meliputi tiga komponen yaitu perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Adapun penjelasannya adalah sebagai

berikut: Perencanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang

akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Perencanaan adalah menyeleksi dan

menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan

tujuan memvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang

diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam

penyelesaian. Perencanaan menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu

dengan kepentingan masa yang akan datang serat usaha untuk mencapainya. Apa wujud yang akan

datang itu dan bagaimana usaha untuk mencapainya merupakan perencanaan (Uno, 2007: 1).

Menurut Sanjaya (2010: 9) perencanaan pembelajaran merupakan rangkaian yang harus

dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan segala potensi

dan sumber belajar yang ada dan mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku.

Jadi perencanaan pembelajaran merupakan suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan

tugas mengajar/aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta

melalui langkah-langkah pembelajaran, perencanaan itu sendiri, pelaksanaan, dan penilaian dalam

rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Menurut Anonim (2009: 27) mengatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran di arahkan

untuk pembentukan iklim sekolah yang kondusif melalui keteladanan pendidik dan tenaga

kependidikan sehingga terwujud interaksi edukatif yang memungkinkan terjadinya internalisasi

nilai, dan secara kumulatif akan bermuara pada terbentuknya akhlak mulia dan kepribadian luhur

peserta didik. Sebagai bagian dari kegiatan di atas, peserta didik juga mengalami proses

pembelajaran melalui kegiatan pengembangan diri.

Menurut Sudjana (2008: 57) mengemukakan, bahwa evaluasi terhadap proses belajar

mengajar bertujuan agak berbeda dengan tujuan penilaian hasil belajar. Apabila penilaian hasil

belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan tujuan pengajaran (instruksional) oleh siswa,

maka tujuan evaluasi proses belajar lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan

belajar mengajar itu sendiri, terutama efisiensi-keefektifan produktivitasnya. Beberapa diantaranya

adalah: (a) efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional, (b) keefektifan dan relevansi

bahan pengajaran, (c) produktivitas kegiatan belajar-mengajar, (d) keefektifan sumber dan sarana

pengajaran, dan (e) keefektifan penilaian hasil dan proses belajar. “Pembelajaran kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:

konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat

belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic

Assessment) (Muchith, 2008: 41).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching and Learning di SMA

Negeri 4 Konawe Selatan

Penyusunan perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru SMA Negeri 4 Konawe

Selatan dilakukan dengan menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta imajinasi,

dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan

memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku

dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Hal ini

Page 5: Lili AntiWETWETWE

menunjukan bahwa guru telah memahami langkah arti pentingnya rencana pelaksanaan

pembelajaran dalam proses pendidikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Russel

(2007) yang menyimpulkan bahwa guru mempunyai kewajiban menjabarkan dalam rencana

pembelajaran yang lebih rinci, karena keberhasilan guru dalam mengajar sangat ditentukan

adanya rencana pembelajaran yang merupakan pengembangan dari kurikulum dan silabus.

Berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang di peroleh di lapangan,

diketahui bahwa setiap rencana pembelajaran kontekstual yang dibuat oleh guru berbentuk

langkah-langkah pembelajaran mulai dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan

berikutnya disertai dengan alokasi waktu. RPP yang disusun secara rinci sangat membantu

guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai kewajiban untuk

mengembangkan kurikulum kedalam bentuk silabus dan RPP yang baik. Data tersebut

merupakan gambaran yang menyeluruh dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian Russel (2007) yang

menyimpulkan bahwa: penerapan kurikulum yang baik diawali dari pengembangan

kurikulum dalam bentuk silabus dan RPP. Guru mempunyai kewajiban menjabarkan dalam

RPP yang lebih rinci.

Penyusunan RPP mata pelajaran biologi didahului dengan identitas berupa mata

pelajaran, kelas, semester, dan tahun ajaran. Identitas tersebut ditentukan oleh guru kelas

dengan mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan. Penyusunan RPP mata

pelajaran biologi pada dasarnya telah mengacu pada standart nasional pendidikan (SNP).

Dalam hal ini guru mata pelajaran dari pengalaman mengajarnya telah memahami betul

tentang penentuan identitas mata pelajaran sehingga guru tidak kesulitan dalam menyusun

identitas tersebut. Hal ini mendukung hasil penelitian Wei-ping dan Shuo (2010), yang

menyatakan bahwa dalam fase perencanaan, objek pelajaran harus terdokumentasi di dalam

kurikulum dan program semester.

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh setiap guru berisi tentang

standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, rencana kegiatan pembelajaran,

metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu pembelajaran, penilaian dan daya

dukung lainnya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap guru dalam menyusun

tujuan pembelajaran, disusun berdasarkan identifikasi yang telah ditetapkan dan mengacu

pada kompetensi yang hendak dicapai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Russel (2007),

yang menyimpulkan bahwa: keberhasilan dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh

rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru yang merupakan pengembangan

dari kurikulum dan silabus.

Setiap rencana pembelajaran kontekstual yang dibuat oleh guru berbentuk langkah-

langkah pembelajaran mulai dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan berikutnya

disertai dengan alokasi waktu. RPP yang disusun secara rinci sangat membantu guru dan

peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai kewajiban untuk

mengembangkan kurikulum kedalam bentuk silabus dan RPP yang baik. Data tersebut

merupakan gambaran yang menyeluruh dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Russel (2007), yang

menyimpulkan bahwa keberhasilan guru dalam mengajar sangat ditentukan adanya rencana

pembelajaran yang merupakan pengembangan dari kurikulum dan silabus.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa dalam menyusun RPP,

kurikulum merupakan acuan baku sebagai dasar guru untuk dikembangkan dalam bentuk

silabus dan RPP. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian Russel (2007),

yang menyimpulkan bahwa: Penerapan kurikulum yang baik diawali dari pengembangan

kurikulum dalam bentuk silabus dan rencana pembelajaran. Guru mempunyai kewajiban

menjabarkan dalam rencana pembelajaran yang lebih rinci.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching and Learning di SMA

Negeri 4 Konawe Selatan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh gambaran bahwa

pembelajaran kontekstual telah dilaksanakan sesuai dengan urutan dalam RPP yang dibuat

guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran biologi ternyata belum semua kompetensi dasar (KD)

Page 6: Lili AntiWETWETWE

dapat dilakukan dengan metode kontekstual, begitupun dalam menyampaikan apersepsi, dan

kegiatan penutup, guru juga belum sepenuhnya mengikuti langkah-langkah dalam

pembelajaran kontekstual. Tidak dilaksanakannya kegiatan tersebut disebabkan oleh durasi

waktu yang singkat yaitu 2x35 menit yang mana waktu tersebut termasuk pengamatan di luar

kelas. Hal ini mendukung hasil penelitian Wei-ping dan Shuo (2010), yang menyatakan

bahwa sistem yang menunjang akan dibutuhkan untuk menerima tata tertib dalam tahap

perencanaan ini dengan memberi batas waktu dan harus diputuskan dengan sistem yang

mendukung dan beberapa partisipan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh gambaran bahwa

pembelajaran kontekstual telah dilaksanakan sesuai dengan urutan dalam RPP yang dibuat

guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran biologi ternyata belum semua KD dapat dilakukan

dengan metode kontekstual, begitupun dalam menyampaikan apersepsi, dan kegiatan

penutup, guru juga belum sepenuhnya mengikuti langkah-langkah dalam pembelajaran

kontekstual. Tidak dilaksanakannya kegiatan tersebut disebabkan oleh durasi waktu yang

singkat yaitu 2x35 menit yang mana waktu tersebut termasuk pengamatan di luar kelas. Hal

ini mendukung hasil penelitian Wei-ping dan Shuo (2010), yang menyatakan bahwa sistem

yang menunjang akan dibutuhkan untuk menerima tata tertib dalam tahap perencanaan ini

dengan memberi batas waktu dan harus diputuskan dengan sistem yang mendukung dan

beberapa partisipan.

Pengamatan terhadap benda yang nyata tersebut mudah dimengerti oleh siswa, dan

lebih termotivasi untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan

mengaitkan ceramah yang diberikan oleh guru sebelumnya dengan kontek kehidupan yang

nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses

pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna tersebut

dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa

memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari

suatu permasalahan/konteks kepermasalahan/konteks lainnya. Pelaksanaan pembelajaran

tersebut mendukung penelitian Rassuli (2005) yang menyatakan bahwa guru dan siswa

terlihat lebih berpengalaman dan berpotensi pada pembelajaran secara berkelompok.

Pelaksanaan pembelajaran kontekstual pelajaran biologi untuk kelas XI (sebelas)

SMA Negeri 4 Konawe Selatan ternyata tidak sepenuhnya menggunakan pengamatan

lingkungan, namun tetap menggunakan metode yang lain yaitu ceramah, tanya jawab, dan

penugasan dengan kata lain pembelajaran kontekstual tersebut merupakan sebagian dari

metode pembelajaran. Di mana berdasarkan pengamatan peneliti, siswa ditugaskan untuk

mengamati benda-benda di lingkungan atau dilaboratorium berkisar 30 menit, sehingga

waktu yang lain digunakan di kelas untuk melakukan pembahasan hasil pengamatan di

lapangan tersebut. Hal ini mendukung penelitian Rassuli (2005) yang menyatakan bahwa

persepsi siswa terhadap apa yang diajarkan guru, tergantung dari bagaimana cara guru

menggunakan metode dalam pembelajaran.

Pada dasarnya persepsi siswa terhadap pembelajaran biologi tergantung dari apa

yang diajarkan oleh guru dan bagaimana guru menggunakan metode pembelajaran.

Pembelajaran kontekstual yang disertai dengan diskusi kelompok ternyata lebih efektif jika

dibanding dengan metode ceramah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rassuli (2005),

yang menyatakan bahwa: Persepsi siswa terhadap apa yang diajarkan guru, tergantung dari

bagaimana cara guru menggunakan metode dalam pembelajaran begitupun guru dan siswa

terlihat lebih berpengalaman dan berpotensi pada pembelajaran secara berkelompok.

Berdasarkan uraian di atas, persamaan hasil penelitian ini dengan penelitian Rassuli

(2005) adalah sama-sama menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat

menciptakan pengalaman belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional.

Namun perbedaannya penelitian ini memfokuskan pada pembelajaran biologi dengan

memanfaatkan laboratorium sebagai tempat praktikum sedangkan penelitian Rassuli (2005),

terfokus pada penggunaan metode pada pembelajaran secara umum.

3. Evaluasi dan Tindak Lanjut Pembelajaran Biologi Berbasis Contextual Teaching and

Learning di SMA Negeri 4 Konawe Selatan

Page 7: Lili AntiWETWETWE

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa evaluasi pembelajaran

dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai yaitu dengan memberikan pertanyaan

lisan kepada beberapa siswa dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat

menyerap materi yang pernah diberikan. Begitupun pre test selalu ditekankan pula oleh

kepala sekolah agar dilakukan oleh guru setiap pertemuan sebelum pembelajaran. Hal

tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang

pernah diberikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Deal (2006), yang menyatakan

bahwa pelaksanaan pembelajaran secara bertahap dan berulang-ulang yang diakhiri dengan

evaluasi yang tepat, memungkinkan siswa dapat memahami apa yang diajarkan oleh guru.

Untuk mengetahui prestasi belajar evaluasi pembelajaran kontekstual melakukan

berbagai bentuk evaluasi antara lain melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, dan

ulangan umum (block) yang dilaksanakan setiap akhir tahun. Bentuk ulangan yang

disampaikan kepada siswa ditentukan secara jelas dan bersifat menyeluruh, artinya dari

semua mata pelajaran dirangkum dalam evaluasi sesuai dengan tahapan pembelajaran

sehingga hasil evaluasi tersebut betul-betul memberikan gambaran yang obyektif tentang

hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Russel (2007), yang menyimpulkan

bahwa: tingkat kurikulum seharusnya ditingkatkan melalui evaluasi yang tepat, agar guru

dapat melakukan perubahan terhadap kekurangan dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan data hasil wawancara dan observasi menyebutkan bahwa hasil evaluasi

yang diberikan kepada siswa dapat digunakan sebagai dasar untuk kenaikan kelas. Tindak

lanjut pembelajaran merupakan suatu mekanisme pemantauan terhadap kegiatan

pembelajaran yang meliputi evaluasi terhadap kegiatan guru, materi ajar, dan metode

pembelajaran, hasil tindak lanjut dianalisis dan digunakan untuk bahan evaluasi dasar

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran masa yang akan datang agar lebih baik.

Tindak lanjut bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program proses

pembelajaran yang sedang berjalan, dengan mengetahui kebutuhan pelaksanaan program

akan segera mempersiapkan kebutuhan dalam pembelajaran, kebutuhan bisa berupa biaya,

waktu, personel, dan alat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persamaan dengan hasil

penelitian ini adalah sama-sama menyimpulkan bahwa evaluasi dan tindak lanjut merupakan

kegiatan guru untuk mengetahui perkembangan dan daya serap siswa terhadap pembelajaran.

Namun perbedaan dalam penelitian ini berfokus pada evaluasi pembelajaran biologi berbasis

kontekstual, sedangkan penelitian Deal (2006) meneliti tentang evaluasi pembelajaran secara

umum.

Model Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Biologi Berbasis Contextual Teaching and

Learning yang Di tawarkan di SMA Negeri 4 Konawe Selatan

Model KBM yang ditawarkan di SMA Negeri 4 Konawe Selatan terdiri dari tiga

komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.

1. Perencanaan Pembelajaran Biologi Berbasis CTL

Dalam kegiatan ini, pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan

diajarkan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan diajarkan

dan melakukan pemetaan pada semua standar kompetensi dasar bidang kajian biologi

perkelas yang dapat diajarkan.

Dalam penentuan tema pada pembelajaran kontekstual, guru harus menentukan tema

yang relevan dengan kompetensi-kompetensi dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas.

Juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik dalam artian sesuai dengan

keadaan lingkungan setempat. Dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak

mengabaikan keterkaitan antar kompetensi dasar pada kajian yang telah ditetapkan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran kontekstual tersebut merupakan realisasi dari

pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran biologi,

komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, kompetensi dasar yang hendak dicapai,

materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media, penilaian, dan tindak

lanjut serta sumber bahan yang digunakan.

Page 8: Lili AntiWETWETWE

2. Pelaksanaan Pembelajaran Biologi Berbasis CTL

Dalam kegiatan ini, yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada pelaksanaan

pembelajaran adalah menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif dan

memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi

waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat

yaitu antara 5-10 menit. Diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran

dengan cara mengecek kehadiran peserta didik. Menciptakan suasana belajar yang

demokratis dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga siap mengikuti

pembelajaran dengan seksama.

Pelaksanaan apersepsi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang bahan

pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap peserta

didik. Dalam melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa

peserta didik yang dianggap dapat mewakili seluruh peserta didik dan disesuaikan dengan

situasi dan kondisi setempat. Cara yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis

dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi tersebut yang akan dikuasai

oleh peserta didik.

Alternatif kegiatan belajar yang akan di alami peserta didik yaitu guru harus

menyampaikan kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema

atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan aktivitas

atau berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru hanya sebagai fasilitator yang

memberikan kemudahan dan mengarahkan peserta didik untuk belajar menemukan sendiri

apa yang dipelajarinya.

Dalam membahas materi ajar kontekstual guru harus mengarahkan pada proses

perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara kontekstual melalui

penghubungan konsep di bidang kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya.

Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi,

yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru melalui pembelajaran

yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan.

3. Evaluasi dan Tindak lanjut Pembelajaran Biologi Berbasis CTL

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain; mengajukan pertanyaan

kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan

kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari bahan pengajaran, dan dapat diajukan

kepada siswa secara lisan maupun secara tertulis (post test). Berhasil atau tidak tahapan

kedua, dapat dilihat dari dapat/tidak siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%,

maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa. Teknik pembahasan

bisa ditempuh dengan berbagai cara yakni: (1) menguasai untuk menjelaskannya pada

kegiatan terjadwal; (2) diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum

dikuasai; dan (3) memberikan tugas pekerjaan rumah, yang berhubungan dengan pokok

materi yang belum dikuasai melalui kegiatan mandiri, cara mana yang dipilih diserahkan

sepenuhnya kepada guru.

Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat

memberikan tugas/pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok yang

telah dibahas. Misalnya tugas memecahkan masalah, menulis makalah, dan lain-lain erat

hubungannya dengan bahan yang telah dibahas. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau

memberi tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu

agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.

Ketiga tahap yang telah dibahas tersebut, merupakan satu rangkaian kegiatan yang

terpadu, tidak dipisahkan satu sama lain. Guru di tuntut untuk mampu dan dapat mengatur

waktu serta kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa

secara utuh. Keterampilan profesional dari seorang guru dalam melaksanakan strategi

mengajar diuji dalam tiga tahapan tersebut. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam

uraian tersebut secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya tidak semudah

seperti yang digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana, kemampuan

itu dapat diperoleh.

Page 9: Lili AntiWETWETWE

Penutup

Perencanaan pembelajaran biologi diwujudkan dalam bentuk RPP. Sistematika RPP

yaitu: apersepsi, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Apersepsi dengan

alokasi waktu 5 menit, kegiatan pendahuluan dengan alokasi waktu 5 menit, kegiatan inti dengan

alokasi waktu 25 menit, dan kegiatan penutup 5 menit. Strategi pembelajaran biologi direncanakan

dengan menggunakan kontekstual. Strategi pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan

lingkungan dan laboratorium sekolah yang merupakan acuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis kontekstual dilakukan dalam tiga tahap.

Ketiga tahap tersebut meliputi tahap awal pembelajaran, tahap penyampaian inti pembelajaran, dan

tahap akhir pembelajaran. Pada tahap awal pembelajaran guru memberikan test lisan atau test

tertulis saja pada beberapa siswa dan mengaitkan dengan materi sebelumnya. Pada tahap

penyampaian inti pembelajaran guru melakukan kegiatan elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi

tentang pemahaman siswa terhadap materi sebelumnya dan mencoba mengaitkan dengan materi

yang akan disampaikan. Pada tahap akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dan menyimpulkan bersama-sama materi yang

sudah diajarkan.

Evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran biologi dilakukan secara menyeluruh yaitu pre

test, proses pembelajaran, dan pos test. Evaluasi sebelum pembelajaran dimulai (pre test), guru

hanya memberikan test lisan dan test tertulis saja pada beberapa siswa. Dalam proses pembelajaran

kontekstual guru melakukan langkah-langkah pembelajaran yaitu: (1) guru menjelaskan

kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi

pelajaran yang akan dipelajari, (2) guru menerapkan pembelajaran dialogis, seperti membagi

kelompok belajar, (3) guru melakukan tanya jawab sekitar tugas atau pelajaran yang sedang

berlangsung, (4) siswa melakukan observasi langsung dan mencatat, (5) siswa selalu mengadakan

diskusi sesuai penemuannya, (6) guru membantu pula siswa untuk senantiasa menyimpulkan hasil

temuan atau pengalamannya.

Evaluasi dalam pembelajaran guru melakukan post tes yaitu evaluasi harian, ulangan

tengah semester, dan ulangan umum. Tindak lanjutnya diadakan perbaikan (remedial). Sedangkan

siswa yang tuntas diberikan pengayaan. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru digunakan

sebagai dasar kenaikan kelas dan untuk menyimpulkan materi yang dipelajari.

Rekomendasi

Ada empat saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini sebagai kontribusi

atau sumbang pemikiran terhadap pengelolaan pembelajaran biologi berbasis Contextual Teaching

and Learning di SMA Negeri 4 Konawe Selatan; Sebaiknya kepala sekolah melakukan supervise

klinis, agar dalam melaksanakan proses pembelajaran guru melakukan langkah-langkah dengan

benar. Dalam melakukan evaluasi seyogyanya guru mempersiapkan lembar pengamatan kegiatan

siswa dan instrument evaluasi. Untuk siswa disarankan agar dalam menerima pelajaran yang

diberikan guru sebaiknya selalu ditanyakan kembali agar tidak mudah dilupa. Untuk peneliti

berikutnya hendaknya melakukan penelitian tentang pembelajaran agar semakin banyak temuan

penelitian yang berdampak pada perbaikan pembelajaran guna meningkatkan kualitas

pembelajaran itu sendiri.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak KOPERTIS Wilayah IX yang

telah memberi rekomendasi dan dukungan secara administrasi. Kepada dinas pendidikan tinggi

yang telah membantu dalam hal pendanaan biaya melalui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana

(BPPS). Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktur Pascasarjana dan Ketua Lembaga

Penelitian UMS beserta stafnya, yang telah memberikan fasilitas dan dorongan sehingga kami bisa

melakukan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kepala sekolah dan guru

SMA Negeri 4 Konawe Selatan, yang telah membantu proses penelitian sehingga berjalan sesuai

perencanaan.

Page 10: Lili AntiWETWETWE

Daftar Pustaka

Deal, Debby; C. Stephen White. 2006. “Voice From The Classroom: Literacy Beliefs and

Practices of Two Noice Elementary Teachers”. Journal of Research in Childhood

Education. Olney.

Diknas. 2009. Panduan Implementasi Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Tim Nasional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional.

Moleong, Lexy J, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosda

Karya.

Moleong, Lexy J, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT

Remaja Rosda Karya.

Muchith, Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: raSAIL Media Group.

Nazir Moh., 2009. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia

Nazution S, 2005. Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif, Bandung: Tarsito

Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. 2007. Qualitative Data Analysis (terjemahan).

Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT

Remaja Rosda Karya.

Nazir Moh., 2009. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.

Nazution S, 2005. Metode Penelitian Naturalistik Kuantitatif, Bandung: Tarsito

Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rassuli, Ali, John P Manzer, 2005. Teach Us to Learn: Multivariate Analysis of Perception of

Success in Team Learning. Journal of Education for Business, Washington.

Russel, Vivienne, 2007, Plans for Slimmer, More Flexible Curriculum Welcomed, Public Finance,

Academic Research Library, pg.11.

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz

Media.

Umaidi. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Makalah dalam Konvensi

Nasional Pendidikan Indonesia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Page 11: Lili AntiWETWETWE

Uno. Hamzah B. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Wei-ping, Lu dan Shao, Zuo. 2010. Development on Quality Assurance of Teachingand Learning.

Jurnal Manajemen Science and Enggineering. Volume 4 Nomer 2: 62-68.

*

Wildan, Yatim. 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor.