lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil...

76
i

Transcript of lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil...

Page 1: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

i

Page 2: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

SAMBUTAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Sejarah peradaban umat manusia menunjukkan bahwa bangsa yang maju

tidak hanya dibangun dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan

pengelolaan negara yang baik, tetapi juga dengan mengandalkan pembudayaan

berliterasi--membaca dan menulis--yang dapat menjembatani peradaban dari

generasi ke generasi barunya. Dalam konteks ini, keberliterasian bukan lagi sekadar

urusan bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan telah menjadi

syarat kecakapan hidup dan kemampuan bersaing suatu negara dalam persaingan

pasar kerja. Negara-negara yang budaya literasinya tinggi berbanding lurus dengan

kemampuan bangsa tersebut memenangi persaingan global, terutama dalam

penguasaan ilmu dan teknologi, kehebatan ekonomi, serta sukses dalam

persaingan pasar kerja.

Sebagai bangsa yang besar, kita harus mampu memanfaatkan sumber daya

alam dan sumber daya manusia yang kita miliki agar bisa merebut kemenangan

dalam persaingan antarbangsa yang semakin sengit. Kita mau tak mau harus

merancang pendidikan yang bisa menaikkan indeks literasi masyarakat Indonesia.

Kita harus berupaya agar peserta didik dan masyarakat kita mampu dan menguasai

enam literasi dasar yang ditetap World Economic Forum (2015), yaitu literasi bahasa,

literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya

dan kewarganegaraan. Melalui penguasaan itu, keinginan kita untuk memenangi

persaingan global dalam upaya meningkatkan kehidupan masyarakat yang lebih

baik dapat diwujudkan.

Salah satu cara untuk menaikan indeks literasi bangsa Indonesia adalah

melaksanakan kegiatan pembelajaran yang membiasakan anak-anak Indonesia

punya budaya membaca dan menulis. Sebagai suatu gerakan kebangsaan,

pembiasaan membaca dan menulis itu haruslah dimulai dari jenjang pendidikan usia

dini sampai dengan jenjang pendidikan tinggi. Tidak hanya itu, keluarga dan

masyarakat pun harus ikut serta menciptakan budaya membaca dan menulis

tersebut. Makna pembiasaan membaca di sekolah, keluarga, dan masyarakat tentu

ii

Page 3: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

saja menjadi bagian penting dalam kerangka penumbuhan budi pekerti melalui

penumbuhan kecakapan berbahasa. Penumbuhan budaya literasi harus dimulai dari

upaya pembiasaan gemar membaca dan menulis sebagai langkah pertama dalam

satu masa pembentukan budaya literasi untuk mencapai puncak ketiggian

peradaban bangsa.

Untuk meningkatkan minat membaca dan menulis itu, pada tahun 2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan sebuah gerakan

besar, yaitu Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang mencakupi gerakan literasi yang

dilakukan di sekolah, di keluarga, dan di masyarakat. Gerakan ini merupakan

implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun

2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Pemerintah menyadari bahwa setiap

sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman bagi siswa, guru, dan

masyarakat. Sekolah menjadi tempat nyaman jika siswa, guru, dan tenaga

kependidikan membiasakan sikap dan perilaku positif sebagai cerminan insan

Pancasila yang berbudi pekerti luhur. Jika hal itu dapat dilakukan, dampaknya tentu

dapat juga dilihat di lingkungan masyarakat. Pemerintah yang menjadi bagian dalam

pendidikan karakter bangsa merasa harus ikut ambil bagian dalam gerakan ini

bersama-sama dengan masyarakat menciptakan ekosistem pendidikan dan

kebudayaan yang berorientasi pada penumbuhan budi pekerti dan menciptakan

ekosistem sekolah dan masyarakat berbudaya baca-tulis.

Budi pekerti ditumbuhkan dengan pembiasaan menerapkan nilai-nilai dasar

kebangsaan dan kemanusiaan. Pembiasaan hal-hal baik yang ingin ditumbuhkan

antara lain (1) internalisasi sikap moral dan spiritual dengan mampu menghayati

hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dengan sikap

moral untuk menghormati sesama makhluk hidup dan alam sekitar, (2) keteguhan

menjaga semangat kebangsaan dan kebinekaan, dan (3) penghargaan terhadap

keunikan potensi siswa untuk dikembangkan dengan mendorong siswa gemar

membaca dan mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi dan bakatnya

untuk memperluas cakrawala pengetahuan di dalam mengembangkan dirinya

sendiri.

Gerakan yang dilakukan secara nasional ini dilaksanakan tentu dengan

pemahaman bahwa belajar tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga dapat iii

Page 4: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

dilalaksanakan di keluarga dan di masyarakat. Kepada semua pihak yang terlibat

dalam penyusunan buku Peta Jalan GLN ini, saya menyampaikan penghargaan

dan ucapan terima kasih atas tersusunnya buku Peta Jalan GLN ini. Semoga buku Peta Jalan ini tidak hanya bermafaat bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku penggerak dan pelakunya, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dan pemangku kepentingan lain dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan menyikapi perkembangan kehidupan masa kini dan masa depan. Semoga ke depannya bangsa kita menjadi bangsa yang mahir membaca dan rajin menulis.

Jakarta, 27 Maret 2017

Muhadjir Effendy

iv

Page 5: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

KATA PENGANTAR

Setakat ini literasi tidak hanya dipahami sebagai kemampuan individu dalam membaca, menulis, atau berhitung, tetapi juga dipahami sebagai kemahiran individu dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis agar mampu menggunakan segenap potensi dan keahlian yang dimiliki dalam hidupnya. Untuk mencapai hal tersebut, keterampilan membaca, kecakapan menulis, serta menumbuhkan minat baca sangat berperanan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia ke depan. Melalui pemahaman literasi itulah, masyarakat dapat menambah pengetahuan sekaligus membuka wawasan keilmuan guna mengembangkan potensi diri yang dimilikinya.

Berbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational Achievement dalam Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) tentang pemahaman membaca tingkat sekolah dasar (Kelas IV), Trends in Internasional Mathematics and Science Studies (TIMSS) yang berkolaborasi dengan PIRLS tentang pengetahuan matematika dan sains, maupun oleh OECD-Organization for Economic Cooperation and Development (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi dalam Programme for Internasional Student Assessment (PISA) memperlihatkan bahwa minat baca peserta didik di Indonesia tergolong rendah. Misalnya, hasil PIRLS tahun 2011 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-45 dari 48 negara peserta dengan skor 428, sedangkan rata-rata skor adalah 500. Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 57 dengan skor rata-rata 402, sedangkan skor rata-rata internasional 500; dalam PISA tahun 2012 Indonesia berada pada peringkat 64 dengan skor rata-rata 396, sedangkan skor rata-rata internasional 500; dan dalam PISA tahun 2015 Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional 500.

v

Page 6: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Untuk mendukung Pemerintah dalam upaya meningkatkan minat baca dan angka literasi masyarakat Indonesia tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan dan mengembangkan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Melalui GLN ini diharapkan minat baca peserta didik dan masyarakat sebagai ekosistem pendidikan meningkat sehingga angka literasi Indonesia juga meningkat. Gerakan literasi yang dilakukan secara nasional ini akan melibatkan seluruh elemen masyarakat secara luas, termasuk aparat pemerintah, pemangku kepentingan, ekositem pendidikan, dan masyarakat sipil.

Agar pelaksanaan GLN mencapai hasil yang maksimal, perlu disusun buku

“Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional” yang dapat menjadi rambu-rambu, panduan,

atau tuntunan bagi Kementerian Pendidikian dan Kebudayaan khususnya dan

pemangku kepentingan lain serta pegiat literasi umumnya untuk melaksanakan GLN

pada masa kini dan mendatang. Buku Peta Jalan GLN yang merupakan

menyempurnaan Peta Jalan GLN yang sudah disusun oleh Direktorat Jenderal

Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat pada tahun 2016 ini

diharapkan dapat menuntun kegiatan literasi ke depan. Peta Jalan GLN ini masih memerlukan masukan serta saran yang sifatnya membangun demi terwujudnya peta jalan yang ideal bagi pelaksanaan GLN ke depannya. Mudah-mudahan buku Peta Jalan ini dapat membantu semua pihak dalam menjalankan kegiatan-kegiatan literasi.

Jakarta, 27 Maret 2017

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa selaku Koordinator GLN

Dadang Sunendar

vi

Page 7: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

DAFTAR ISI

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN…………………….. iiKATA PENGANTAR………………………………………….........................................vDAFTAR ISI………………………………………………………………………………..............viiBAGIAN 1 PENDAHULUAN……………………………...……………………………………. 1A. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN…..…………………………………….…………………………………....... 1

B. PENTINGNYA LITERASI……………………………………………………..…………... 4

C. MASALAH DAN TANTANGAN…………………………………………………………… 6

D. DASAR HUKUM………..………..……………………………………………………………. 11

E. TUJUAN ……………………………….…………...……………………………………………. 11

BAGIAN 2 STRATEGI DAN INDIKATOR LITERASI……………………………….. 12A. DEFINISI LITERASI………………….

……………………………………………….…… 12B. STRATEGI PENCAPAIAN…………………………………………………...

…………… 16C. INDIKATOR

LITERASI……………………………………………………………………. 17D. INDIKATOR KOTA LITERASI………………………………….…………..…...

……. 23BAGIAN 3 GERAKAN LITERASI……………………………………………………………. 25

vii

Page 8: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

A. PENGANTAR…………………………………………………………………..………………. 25

B. GERAKAN LITERASI SEKOLAH………………………………………………………. 27

C. GERAKAN LITERASI KELUARGA……………………………………………………. 31

D. GERAKAN LITERASI MASYARAKAT……………………………………………….. 36

E. PENDUKUNG GERAKAN LITERASI………………………………………………… 40

BAGIAN 4 TAHAPAN DAN TARGET CAPAIAN GLN 2017-2020……………. 45BAGIAN 5 PENUTUP…………………………………………………………………………….. 48

viii

Page 9: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

BAGIAN 1

PENDAHULUAN

A. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Kemerdekaan memberikan janji kepada seluruh anak bangsa lintas generasi, seperti yang dinyatakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

Janji adalah sesuatu yang harus dilunasi. Janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menempatkan pembangunan pendidikan dan kebudayaan menjadi isu pokok dan agenda utama pada setiap periode pemerintahan. Janji kemerdekaan untuk memajukan kesejahteraan umum lebih memperkuat keniscayaan itu. Arti penting pembangunan pendidikan dan kebudayaan juga merupakan pelaksanaan amanat konstitusi yang secara lugas dinyatakan dalam pasal-pasal dalam UUD 1945.

Dalam Pasal 28 c ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Dalam Pasal 31 dinyatakan bahwa pemerintah wajib memajukan pendidikan dengan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

1

Page 10: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

yang diatur dengan undang-undang, memprioritaskan anggaran pendidikan serta memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Upaya melunasi janji kemerdekaan dan kesungguhan melaksanakan amanat konstitusi terkait dengan pendidikan semakin didukung oleh peraturan perundang-undangan. Visi pendidikan nasional pun menjadi semakin jelas. Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa dengan memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

RPJMN 2015—2019 telah menetapkan sembilan agenda prioritas yang dikenal sebagai Nawa Cita dan sepenuhnya berlandaskan ideologi Trisakti. Ideologi Trisakti mencakup kedaulatan di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Sementara itu, Nawa Cita meliputi (1) menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara; (2) membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; (3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; (4) memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya; (5) meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector-sektor strategis ekonomi domestik; (8) melakukan revolusi karakter bangsa; serta (9) memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

2

Page 11: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Pembangunan pendidikan dan kebudayaan diarahkan untuk mewujudkan Nawa Cita, khususnya butir nomor 5, 6, dan 8, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta melakukan revolusi karakter bangsa.

Peningkatan kualitas hidup, daya saing dan pengembangan karakter bangsa merupakan pelaksanaan Nawa Cita yang diemban Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada era Kabinet Kerja. Pengembangan karakter melalui kegiatan literasi adalah upaya menyeluruh dilaksanakan dengan membangun ekosistem pendidikan, baik di sekolah, di masyarakat, maupun di lingkungan keluarga. Arah pembangunan pendidikan dan kebudayaan adalah terbentuknya insan serta ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong yang merupakan visi ke depan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pencapaian visi tersebut dilakukan dengan tiga strategi utama sebagai berikut.1. Penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang dilakukan

dengana. menguatkan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua dan

pemimpin institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan;b. memberdayakan pelaku budaya dalam pelestarian dan

pengembangan kebudayaan; danc. mengarahkan fokus kebijakan pada penguatan perilaku yang

mandiri dan berkepribadian.2. Peningkatan mutu dan akses yang dilakukan dengan

a. meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup Standar Nasional Pendidikan untuk mengoptimalkan capaian Wajib Belajar 12 tahun;

b. meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang terpinggirkan; dan

c. mendasarkan fokus kebijakan pada percepatan peningkatan mutu dan akses untuk menghadapi persaingan global dengan

3

Page 12: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

pemahaman akan keberagaman, penguatan praktik baik, dan inovasi.

3. Pengembangan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik yang dilakukan dengana. melibatkan publik dalam seluruh aspek pengelolaan kebijakan

dengan berbasis data, riset, dan bukti lapangan;b. membantu penguatan kapasitas tata kelola pada birokrasi

pendidikan di daerah; c. mengembangkan koordinasi dan kerja sama lintas sektor di

tingkat nasional; dand. memulai fokus kebijakan dari mewujudkan birokrasi Kemdikbud

RI yang menjadi teladan dalam tata kelola yang bersih, efektif, dan efisien serta melibatkan publik.

Dalam upaya mendukung arah dan kebijakan pendidikan dan kebudayaan tersebut dikembangkan berbagai program untuk meningkatkan literasi bangsa Indonesia.

B. PENTINGNYA LITERASITema pembangunan pendidikan pada periode 2015--2019 adalah

peningkatan daya saing regional. Periode ini telah ditetapkan sebagai era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sehingga sumber daya manusia Indonesia harus dipersiapkan dengan baik agar mampu bersaing di kawasan regional dan global. Forum Ekonomi Dunia, pada tahun 2015, telah memberikan gambaran tentang keterampilan abad ke-21 yang sebaiknya dimiliki oleh seluruh bangsa di dunia. Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar, kompetensi, dan karakter.

Agar mampu bertahan pada era abad ke-21, masyarakat harus menguasai enam literasi dasar, yaitu (1) literasi bahasa, (2) literasi numerasi, (3) literasi sains, (4) literasi digital, (5) literasi finansial, serta (6) literasi budaya dan kewarganegaraan. Untuk mampu bersaing, masyarakat harus memiliki kompetensi yang meliputi berpikir kritis/memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.

4

Page 13: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Sementara itu, untuk memenangkan persaingan, kita harus memiliki karakter yang kuat yang meliputi iman dan takwa, rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, dan kesadaran sosial dan budaya.

Fenomena akhir-akhir ini semakin meneguhkan akan pentingnya literasi teknologi informasi dan komunikasi, khususnya literasi media. Munculnya fenomena berita bohong (hoax) di media sosial dan rentannya ikatan kebinekaan ditengarai sebagai akibat rendahnya tingkat literasi informasi dan literasi kewarganegaraan.

Literasi tidak lagi diartikan sebagai kegiatan baca-tulis, tetapi memiliki makna yang lebih luas yang mencakup pemahaman yang baik terhadap berbagai aspek kehidupan. Secara pragmatis UNESCO mengartikan literasi atau keaksaraan sebagai rangkaian kesatuan dari kemampuan menggunakan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung sesuai dengan konteks yang diperoleh dan dikembangkan melalui proses pembelajaran dan penerapan di sekolah, keluarga, masyarakat, dan situasi lainnya yang relevan untuk remaja dan orang dewasa.

UNESCO mengidentifikasi bahwa setidaknya dalam tiga dekade terakhir, pemahaman akan pengertian literasi telah berkembang, yakni meliputi (a) literasi sebagai suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan berbicara; kecakapan berhitung; dan kecakapan dalam mengakses dan menggunakan informasi; (b) literasi sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh konteks; (c) literasi sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis menjadi medium untuk merenungkan, menyelidik, menanyakan, dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari; (d) literasi sebagai teks yang bervariasi menurut subjek, genre, dan tingkat kompleksitas bahasa.

Literasi tidak lagi dipahami hanya sebagai transformasi individu semata, melainkan transformasi sosial. Rendahnya tingkat literasi sangat berkorelasi dengan kemiskinan, baik dalam arti ekonomi maupun dalam arti yang lebih luas. Literasi memperkuat kemampuan

5

Page 14: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

individu, keluarga, dan masyarakat untuk mengakses kesehatan, pendidikan, serta peluang ekonomi dan politik. Beberapa pakar menolak mengartikan literasi hanya dengan tingkat melek huruf yang tinggi. Masyarakat terliterasi adalah masyarakat yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi berbasis teks secara bebas dan memberikan kesempatan untuk belajar sepanjang hayat.

Dalam konteks kekinian, literasi memiliki definisi dan makna yang sangat luas yang tidak sekadar kemampuan baca, tulis, dan berhitung. Literasi dapat berarti melek ilmu pengetahuan dan teknologi, keuangan, budaya dan kewarganegaraan, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Maka, secara sederhana, literasi yang dibutuhkan saat ini adalah literasi yang dapat dijadikan bekal untuk menjalani kehidupan yang berkualitas.

Untuk menjadi generasi pemenang adalah generasi penerus harus menguasai kompetensi yang dibutuhkan di masa depan, yaitu kemampuan untuk berpikir kritis, kemampuan untuk kreatif, kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan untuk bekerja sama. Hal lain yang juga harus dimiliki adalah karakter mulia.

C. MASALAH DAN TANTANGANTingkat literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah.

Berdasarkan survei banyak lembaga internasional, tingkat literasi masyarakat Indonesia kalah jauh dengan negara lain di dunia. Hasil survei literasi yang dilakukan Central Connecticut State University Tahun 2016 di New Britain, Conn, Amerika Serikat, misalnya, menempatkan Indonesia dalam posisi cukup memprihatinkan. Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara yang disurvei. Indonesia hanya setingkat lebih baik dari Botswana, sebuah negara miskin di Afrika. Sementara itu, negara-negara seperti Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia termasuk dalam lima besar sebagai negara dengan tingkat literasi terbaik.

6

Page 15: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Skor memprihatinkan Indonesia pada hasil tes berskala internasional, PISA 2015. Indonesia berada di urutan ke-64 dari 72 negara. Selama kurun waktu 2012--2015, skor PISA untuk membaca hanya naik 1 poin dari 396 menjadi 397, sedangkan untuk sains naik dari 382 menjadi 403, dan skor matematika naik dari 375 menjadi 386. Hal ini menunjukkan bahwa usaha konkret ke arah perbaikan literasi di Indonesia perlu dipertajam. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa kemampuan memahami dan keterampilan menggunakan bahan-bahan bacaan, khususnya teks dokumen, pada anak-anak Indonesia usia 9--14 tahun berada di peringkat sepuluh terbawah.

7

Page 16: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Skor INAP (Indonesia National Assessment Program) yang mengukur kemampuan membaca, matematika, dan sains bagi anak sekolah dasar juga menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Secara nasional kemampuan matematika yang masuk kategori kurang sebanyak 77,13%, kemampuan membaca 46,83%, dan kemampuan sains 73,61%.

8

Page 17: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia saat ini juga sedang diuji. Hal ini ditandai dengan munculnya fenomena intoleransi yang sering terjadi di masyarakat. Kerukunan antarumat dan golongan sering diusik oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Ini memerlukan pencerahan terhadap pentingnya literasi budaya dan kewarganegaraan. Maraknya aktivitas sosial media menimbulkan masalah baru. Banyak pihak yang tidak bertanggung jawab menyebarkan berita bohong atau berita yang tidak jelas sumbernya. Kurangnya literasi media dan rendahnya budaya

9

Page 18: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

baca mengakibatkan seseorang dengan mudah ikut menyebarkan berita bohong tersebut. Pemahaman yang rendah terhadap literasi media banyak menimbulkan masalah hukum. Pada tahun 2016 saja telah terjadi 1.207 kasus cyber crime. Kasus terbanyak adalah kasus pencemaran nama baik melalui media sosial.

Kasus penipuan melalui ATM, mama minta pulsa, dan banyaknya orang yang tertipu investasi bodong menunjukkan rendahnya tingkat literasi bangsa kita. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia beriksar 21%. Ini artinya masih 79% masyarakat Indonesia yang belum melek literasi keuangan. Literasi keuangan menurut Otoritas Jasa Keuangan adalah rangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan baik.

Dalam memahami kondisi tersebut, pemerintah dan masyarakat tentunya tidak tinggal diam. Ikhtiar gerakan literasi terus dilakukan mulai dari upaya meningkatkan angka melek huruf, meningkatkan kemampuan membaca siswa, membuka taman-taman bacaan di daerah marginal dan pelosok negeri, donasi buku, pelatihan menulis, dan banyak sekali upaya lain yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Hanya saja, upaya-upaya tersebut perlu lebih disinergikan agar memberi dampak yang signifikan bagi peradaban bangsa Indonesia.

Dengan menyadari kondisi tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan berbagai program untuk meningkatkan indeks literasi nasional melalui program Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Indonesia Membaca, Gerakan Literasi Nasional, serta kegiatan-kegiatan ikutan dari program tersebut. Untuk menyinkronkan semua program tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memandang perlu untuk membentuk Kelompok Kerja Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini merupakan upaya untuk menyinergikan semua potensi serta memperluas keterlibatan publik dalam

10

Page 19: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

pengembangan budaya literasi. Gerakan literasi dilaksanakan secara masif baik di dalam keluarga di masyarakat maupun di sekolah.

11

Page 20: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

D. DASAR HUKUMDasar hukum dalam kegiatan ini adalah1. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,2. Pasal 49 UU 43/2007 tentang Perpustakaan,3. Pasal 3 Permendikbud Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian

Satuan Pendidikan Nonformal,4. Pasal 306 ayat (b) & (d) Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemendikbud,5. Pasal 23--30 Permenkeu Nomor 168/PMK.05 Tahun 2015 tentang

Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga,

6. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, dan

7. SK Mendikbud Nomor 045/P/2017 tentang Kelompok Kerja Gerakan Literasi Nasional.

E. TUJUAN 1. Tujuan Umum

Tujuan umum kegiatan ini adalah menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup.

2. Sasaran KhususSasaran khusus kegaitan ini adalaha. meningkatkan literasi bahasa,b. meningkatkan literasi numerasi,c. meningkatkan literasi sains,d. meningkatkan literasi digital,e. meningkatkan literasi finansial, danf. meningkatkan literasi budaya dan kewarganegaraan.

12

Page 21: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

BAGIAN 2

STRATEGI DAN INDIKATOR LITERASI

A. DEFINISI LITERASI Sebagai sebuah konsep, literasi sangatlah kompleks dan dinamis.

Literasi terus-menerus ditafsirkan dan didefinisikan dengan cara yang berbeda-beda. Sebagai suatu kemampuan, literasi dapat terkait dengan beberapa hal, yaitu (1) kemampuan membaca, menulis, dan lisan; (2) kemampuan terkait numerasi; dan (3) kemampuan yang memungkinkan akses untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi.

Berikut ini dijelaskan definisi literasi dari berbagai sumber dan di berbagai negara. 1. Definisi Literasi menurut UNESCO

a. Tahun 1958, UNESCO mendefinisikan seseorang yang melek baca-tulis (literate) adalah yang dapat membaca dan menulis pernyataan sederhana yang terkait dengan kehidupan sehari-harinya dengan penuh pemahaman.

b. Tahun 1978, UNESCO mengembangkan definisi literasi, yaitu seseorang dikatakan sebagai melek baca-tulis secara fungsional jika mampu terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang membutuhkan literasi untuk menjalankan fungsi kelompok dan komunitasnya secara efektif dan juga untuk membuat orang tersebut dapat terus menggunakan bacaan, tulisan, dan hitungan untuk pengembangan diri dan komunitasnya.

c. Tahun 2003, literasi dikembangkan lagi definisinya oleh UNESCO menjadi kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, menciptakan, mengomunikasikan, dan menghitung dengan menggunakan material cetak dan tertulis terkait berbagai konteks. Literasi melibatkan suatu proses belajar terus-menerus yang memungkinkan individu mencapai tujuan, mengembangkan

13

Page 22: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

pengetahuan dan potensi, dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitas dan masyarakat luas.

d. Tahun 2013, UNESCO menjelaskan bahwa definisi dan cakupan dari istilah keaksaraan untuk orang dewasa sangat bergantung pada bahasa, konteks budaya dan struktur ekonomi setiap wilayah hukum yang ada. Secara historis, keaksaraan telah dianggap sebagai keterampilan yang terbatas kurang lebih pada kemampuan untuk membaca dan menulis yang bila telah dikuasai, akan tetap statis sepanjang hayat (UNESCO, 2013).

Definisi literasi perlu dikaji ulang untuk mencakup kompleksitas keterampilan dasar dan esensial serta kompetensi yang semakin diperlukan untuk ikut serta secara penuh pada semua aspek masyarakat modern, misalnya pelajar orang dewasa dan komunitasnya serta masyarakat luas.

Program Asesmen untuk Kompetensi Orang Dewasa (PIAAC) yang dilakukan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mendefinisikan literasi dalam tiga komponen (Statistics Canada et al., 2013, hal. 8), yaitu (1) literasi sebagai kemampuan berinteraksi dengan tulisan, (2) berhitung sebagai kemampuan berinteraksi dengan informasi matematika, dan (3) kemampuan memecahkan masalah dalam lingkungan berteknologi tinggi sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunitas, dan jaringan.

2. Definisi Literasi menurut World Economic Forum World Economic Forum memasukkan beberapa hal yang terkait dengan literasi sebagai kemampuan yang dibutuhkan pada abad ke-21. Beberapa hal itu adalah literasi, numerasi, literasi saintifik, literasi teknologi informasi dan komunikasi, literasi finansial, dan literasi kebudayaan dan kewarganegaraan. Berikut ini penjelasan dari enam kemampuan dasar. a. Literasi adalah kemampuan untuk membaca, memahami, dan

menggunakan bahasa tertulis.14

Page 23: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

b. Literasi numerasi adalah kemampuan untuk menggunakan angka-angka dan simbol-simbol lain dalam rangka memahami dan mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif.

c. Literasi saintifik adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan prinsip-prinsip saintifik untuk memahami lingkungan dan menguji hipotesis.

d. Literasi teknologi informasi dan komunikasi adalah kemampuan untuk menggunakan dan menciptakan konten berbasis teknologi, termasuk menemukan dan membagikan informasi, menjawab pertanyaan, berinteraksi dengan orang-orang lain, dan pemrograman komputer.

e. Literasi finansial adalah kemampuan untuk memahami dan mengaplikasikan aspek-aspek konseptual dan numerikal dari dunia keuangan.

f. Literasi kebudayaan dan kewarganegaraan adalah kemampuan untuk memahami, mengapresiasi, menganalisis, dan mengaplikasikan pengetahuan mengenai kemanusiaan.

3. Definisi Literasi di KanadaPemerintah Kanada mendefinisikan literasi dengan lebih menekankan pada hasil dari literasi dan keterampilan esensial jika dibandingkan dengan apa yang harus dilakukan untuk mencapai literasi dan keterampilan. Literasi dan keterampilan esensial didefinisikan sebagai kemampuan yang diperlukan untuk bekerja, belajar dan hidup dan untuk membantu orang berevolusi dalam pekerjaan mereka dan beradaptasi dengan perubahan tempat kerja (ESDC, 2013). Di Ontario, program keaksaraan orang dewasa yang didanai oleh Ketenagakerjaan Ontario dirancang untuk membantu orang dewasa yang keterampilannya di bawah kelas 9 (MTCU, 2012). Program itu dilakukan dengan cara membantu peserta didik untuk mendapatkan pelatihan, keterampilan, dan pengalaman yang mereka butuhkan untuk mendapat pekerjaan dan juga menghubungkan pekerja dan pengusaha (MTCU, 2013).

15

Page 24: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

4. Definisi Literasi di Inggris Di Inggris, literasi didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan menulis, mengungkapkan ide dan pendapat, membuat keputusan dan memecahkan masalah, menggunakan informasi dan teknologi digital, baik sebagai individu, anggota keluarga, pekerja, dan warga negara.

5. Definisi Literasi di Australia Yayasan Nasional untuk Strategi Keterampilan Australia (SCOTESE, 2011) menggunakan definisi sebagai berikut, yaitu (kemampuan) bahasa Inggris, literasi, dan angka (LLN); (kemampuan) mendengar, berbicara, membaca, menulis, literasi digital dan penggunaan ide matematika, dan keterampilan kerja seperti kolaborasi, pemecahan masalah, manajemen diri; dan (kemampuan) belajar dan keterampilan penggunaan teknologi informasi yang diperlukan untuk berpartisipasi di tempat kerja modern dan kehidupan saat ini.

6. Definisi Literasi di Singapura Di Singapura, literasi diklasifikasikan sebagai kemampuan dasar. Kemampuan dasar didefinisikan sebagai rangkaian keterampilan, kemampuan, dan atribut yang membantu setiap individu untuk meningkatkan kemampuan kerjanya. Keterampilan ini memungkinkan pekerja untuk beradaptasi lebih baik dengan tuntutan pekerjaan baru dan perubahan lingkungan. Kemampuan dasar ini dapat diterapkan di semua industri.

7. Definisi Literasi di Amerika Amerika pada tingkat nasional saat ini tidak mempunyai definisi literasi yang baku. Institut Literasi Nasional mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Inggris, serta berhitung dan memecahkan masalah pada tingkat kemahiran yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dan

16

Page 25: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

hidup di masyarakat dalam mencapai tujuan dan mengembangkan kemampuan dan potensinya (National Literacy Act, Sec 3).Literasi orang dewasa didefinisikan sebagai keterampilan dasar dan kecakapan berbahasa Inggris, matematika, dan teknologi digital untuk mencapai tujuan seperti memperoleh pekerjaan, lepas dari bantuan sosial, dan mempertahankan penghasilan (ProLiteracy, 2014).

Berdasarkan uraian di atas, dapat diusulkan definisi enam literasi dasar sebagai konsep dalam Gerakan Literasi Nasional, yaitu sebagai berikut.1. Literasi bahasa adalah pengetahuan dan kemampuan membaca dan

menulis, mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis serta kemampuan menganalisis, menanggapi dan menggunakan bahasa.

2. Literasi numerasi adalah pengetahuan tentang dan kemampuan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan angka-angka serta operasi matematika dasar (tambah, kurang, kali, bagi) serta kemampuan menggunakan makna angka dan simbol untuk menganalisis informasi dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Literasi sains diartikan sebagai pengetahuan tentang dasar-dasar berbagai cabang sains dan kemampuan untuk mengaplikasikan sains dasar dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mengidentifikasi pertanyaan, menginterpretasi data dan bukti sains serta menarik kesimpulan yang berkenaan dengan alam dan pemeliharaannya.

4. Literasi digital adalah pengetahuan tentang dasar-dasar teknologi informasi dan komunikasi dan kemampuan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi atau jaringan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkan secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

17

Page 26: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

5. Literasi finansial adalah pengetahuan tentang rumusan konsep dan tujuan finansial serta praktik kewirausahaan dan kemampuan dalam mengatur untuk menghasilkan, mengelola, menginvestasikan, dan menyumbangkan uang.

6. Literasi budaya dan kewarganegaraan adalah pengetahuan tentang berbagai sejarah, kesenian, tradisi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, hak dan kewajiban warga negara Indonesia dan kemampuan mengenal, memahami, menghargai berpartisipasi secara aktif dalam budaya dan nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan, serta bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai budaya dan regulasi formal yang berlaku di Indonesia.

B. STRATEGI PENCAPAIANStrategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut.1. Penguatan pelaku Gerakan Literasi Nasional yang dilakukan melalui

a. pelatihan penggiat literasi masyarakat;b. pendampingan komunitas literasi masyarakat;c. pelatihan guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah;d. penguatan pengelola taman bacaan masyarakat;e. penguatan pengelola perpustakaan sekolah;f. fasilitasi literasi keluarga di satuan pendidikan; dang. penguatan pelaku/pegiat literasi keluarga bagi lembaga mitra.

2. Penguatan akses dan mutu literasi yang dilakukan melaluia. penyusunan bahan bacaan;b. pengembangan dan pengendalian mutu bahan bacaan;c. penyelenggaraan donasi buku daring;d. perluasan layanan taman bacaan masyarakat;e. sosialisasi program literasi keluarga bagi orang tua/keluarga;

danf. penyediaan bahan-bahan bacaan untuk keluarga.

3. Tata kelola dan pelibatan publik yang dilakukan melaluia. penyelenggaraan festival literasi;

18

Page 27: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

b. apresiasi pegiat literasi;c. pemberian Penghargaan Adiliterasi;d. apresiasi pelaksanaan literasi di keluarga; dane. pelibatan masyarakat dalam penulisan artikel pendidikan

keluarga.

C. INDIKATOR LITERASI Sebagai suatu gerakan, kegiatan literasi harus mempunyai ukuran yang jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, yaitu menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup. Tujuan tersebut merupakan tujuan umum yang belum bisa diukur keberhasilannya. Tujuan tersebut memuat dua tahapan, yaitu tujuan antara dan tujuan akhir dari Gerakan Literasi Nasional. Tujuan antara dapat diamati dari berbagai aktivitas di masyarakat, sekolah, dan keluarga, serta secara lebih luas aktivitas literasi di tingkat kabupaten kota. Tujuan akhirnya adalah peningkatan yang berarti dari setiap jenis literasi. Oleh karena itu, perlu rumusan indikator setiap jenis literasi agar keberhasilan kegiatan ini dapat diukur dengan baik. Adapun indikator tiap-tiap jenis literasi adalah sebagai berikut.

Literasi BahasaKeluarga Sekolah Masyarakat

1. Jumlah bahan bacaan literasi bahasa yang dimiliki setiap keluarga.

2. Jumlah dan variasi bahan bacaan yang

1. Skor PISA literasi membaca

2. Skor PIRLS literasi membaca

3. Skor INAP literasi membaca

4. Rata-rata nilai UN Bahasa

1. Angka melek aksara

2. Jumlah publikasi buku per tahun

3. Jumlah penutur bahasa daerah dan bahasa Indonesia

19

Page 28: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

dimiliki keluarga3. Frekuensi

membaca dalam keluarga setiap harinya

4. Jumlah bacaan yang dibaca oleh anggota keluarga

5. Meningkatnya budaya baca dan tulis di lingkungan keluarga

Indonesia5. Rata-rata skor

UKG Guru Bahasa Indonesia

6. Indeks minat baca menurut UNESCO

7. Jumlah buku yang diterbitkan (anak usia sekolah) per tahun

8. Jumlah bahan bacaan yang dimiliki sekolah

4. Jumlah penggunaan bahasa indonesia di ruang publik

Literasi NumerasiKeluarga Sekolah Masyarakat

1. Jumlah bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki setiap keluarga

1. Skor PISA literasi matematika

2. Skor TIMSS literasi matematika

3. Skor INAP literasi matematika

4. Rata-rata Skor UKG Guru Matematika

5. Rata-rata nilai UN Matematika

6. Jumlah peserta olimpiade matematika tingkat Nasional maupun

1. Jumlah bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki setiap desa

20

Page 29: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Internasional7. Jumlah

ketersediaan alat peraga matematika

8. Jumlah pembelajaran yang berkaitan dengan numerasi berbasis proyek Literasi Sains

Keluarga Sekolah Masyarakat1. Jumlah bahan

bacaan literasi sains yang dimiliki setiap keluarga

1.Skor PISA literasi sains

2.Skor TIMSS literasi sains

3.Rata-rata skor UKG Guru IPA

4.Rata-rata nilai UN IPA

5. Jumlah ketersediaan alat peraga sains

6. Jumlah peserta olimpiade tingkat Nasional maupun Internasional

7. Jumlah pembelajaran yang berkaitan dengan sains berbasis proyek

1. Jumlah program yang berkaitan dengan lingkungan dalam suatu daerah

2. Jumlah komunitas sains dalam suatu daerah

21

Page 30: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Literasi DigitalKeluarga Sekolah Masyarakat

1. Jumlah anggota keluarga yang menggunakan dan mengelola media digital secara bijak dan tepat

2. Jumlah variasi media digital yang dikuasai di dalam keluarga

3. Lama waktu penggunaan media digital dalam keluarga perhari

4. Kualitas pemanfaatan media digital didalam keluarga

5. Jumlah penduduk yang menggunakan komputer dan gawai berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tempat tinggal, dan lama waktu penggunaan per hari.

1. Jumlah ketersediaan akses internet di sekolah

2. Jumlah Bahan literasi digital yang ada di sekolah

3. Angka akses internet bagi anak usia sekolah

4. Skor PISA Digital Skills

5. Rasio siswa : komputer sekolah berdasarkan PISA

1. Jumlah ketersediaan perangkat digital (komputer, software, internet) di setiap desa termasuk daerah 3T

2. Jumlah taman baca masyarakat yang berbasis digital

3.Penurunan jumlah penyebaran hoax

4. Jumlah penduduk yang mengakses internet berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tempat tinggal & lama waktu penggunaan / hari.

5.Penurunan angka penduduk yang terjerat kasus pelanggaran UU ITE menurut kelompok umur.

Literasi Finansial

22

Page 31: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Keluarga Sekolah Masyarakat1. Penurunan

kesenjangan finansial keluarga Indonesia.

2. Penurunan tingkat kemiskinan penduduk Indonesia

1. Jumlah kegiatan literasi finansial (kegiatan kewirausahan, bazar) di sekolah

2. Jumlah siswa dan guru yang menggunakan produk layanan tabungan dan koperasi

3. Persentase penggunaan KIP Smartcard

1. Jumlah penduduk usia produktif yang menggunakan produk layanan jasa keuangan (Tabungan, Asuransi, Saham, Lembaga Pendanaan, Dana Pensiun, Industri jasa keuangan syariah)

2. Penurunan jumlah uang kartal yang beredar

3. Persentase masyarakat yang memahami penggunaan kartu ATM

4. Angka skor literasi keuangan well literate menurut OJK

Literasi Budaya dan KewarganegaraanKeluarga Sekolah Masyarakat

1. Penggunaan bahasa daerah di lingkungan keluarga

2. Penurunan angka

1. Jumlah sekolah memiliki kebijakan sekolah yang mewadahi nilai-nilai kesetaraan,

1. Penurunan angka konflik antar etnis, ras dan agama di masyarakat

2. Jumlah penduduk

23

Page 32: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

kejahatan dan pelanggaran anak di bawah umur

toleransi, tata karma

2. Rata-rata nilai USBN - PKn

3. Jumlah sekolah yang memiliki aktivitas seni budaya & bahasa daerah (mulok, ekstrakulikuler)

Indonesia yang menguasai bahasa dan seni budaya daerah masing-masing

3. Jumlah penutur bahasa daerah dan bahasa Indonesia

4. Angka partisipasi dalam pemilu

5. Jumlah komunitas kebudayaan

6. Persentase masyarakat yang tepat waktu dalam membayar pajak

D. INDIKATOR KOTA LITERASIDalam rangka memberikan apresiasi dan untuk meningkatkan komitmen pemerintah dalam mengembangkan gerakan literasi di daerahnya, dipandang perlu untuk memberikan Anugerah Adiliterasi kepada kabupaten/kota yang berprestasi dalam kegiatan literasi. Adapun indikator untuk pemberian penghargaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut. No. VARIABEL INDIKATOR1 Input 1. Surat keputusan/ peraturan daerah

2. Program/rencana aksi tentang gerakan literasi atau budaya baca

3. Dukungan dana untuk mendukung program atau rencana aksi

4. Ketersediaan fasilitas baca berupa

24

Page 33: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

perpustakaan, taman bacaan masyarakat, pojok baca, dll.

2 Proses/Aksi Literasi 1. Festival Literasi2. Promosi dan publikasi3. Pelatihan4. Lomba5. Duta Literasi6. Pelibatan Publik7. Kerja sama8. Penghargaan9. Jambore

3 Output 1. Jumlah sekolah yang menyelenggarakan GLS

2. Jumlah kampung literasi3. Jumlah komunitas literasi

4 Outcome 1. Proporsi jumlah penduduk melek aksara

2. Jumlah kasus kenakalan remaja3. Jumlah kasus cybercrime4. Nilai Ujian Nasional

25

Page 34: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

BAGIAN 3

GERAKAN LITERASI

A. PengantarLiterasi saat ini menjadi istilah yang tidak asing lagi bagi berbagai

kalangan dan menjadi hal yang sangat penting untuk terus digelorakan. Literasi adalah poros pendidikan sepanjang hayat. Tingkat literasi masyarakat berkorelasi positif dengan kualitas hidup dan kemajuan bangsa. Sejarah bangsa kita pun mencatat. Para pendiri bangsa yang mengantarkan Indonesia menjadi negara yang merdeka dan bermartabat adalah orang-orang dengan budaya literasi yang sangat baik. Mereka adalah para pembaca buku dan menuangkan pemikiran-pemikirannya dengan menulis.

Indonesia adalah negara besar yang memiliki sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) berlimpah. Hal ini merupakan potensi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju di dunia. Namun, sampai saat ini, Indonesia masih masuk dalam kategori negara berkembang yang terus berupaya membebaskan diri dari sejumlah masalah domestik, terutama terkait dengan peningkatan kualitas SDM. Masalah kualitas SDM tersebut berpotensi menghambat kemajuan Indonesia.

Pendidikan menjadi prioritas utama dalam upaya membangun dan meningkatkan kualitas manusia. Dalam upaya ini diperlukan sarana dan prasarana serta kemauan dan kesiapan setiap individu untuk melibatkan diri, berpikir maju, dan mengembangkan kompetensi diri. Peningkatan kualitas manusia melalui pendidikan, berkaitan erat dengan tingkat minat baca. Hasil survei beberapa lembaga menunjukkan tingkat minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Bahkan, minat baca tersebut di bawah rata-rata tingkat minat baca negara Asia lainnya. Kajian yang dilakukan Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran

26

Page 35: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

hanya 55,11%, yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22%, yang membaca buku cerita 16,72%, yang membaca buku pelajaran sekolah 44,28%, dan yang membaca buku ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07%.

Berdasarkan data UNESCO tahun 2012, indeks minat baca masyarakat Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk hanya satu warga yang tertarik untuk membaca. Data UNESCO untuk indeks pembangunan pendidikan, Indonesia berada di nomor 69 dari 127 negara. Secara nasional, tidak sampai satu judul buku yang dibaca seseorang dalam setahun. Berdasarkan hasil survei UNESCO, daerah di Indonesia yang minat bacanya paling tinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan indeks baca 0,049. Di Singapura, indeks baca masyarakatnya sudah mencapai 0,45. Data yang menggembirakan adalah capaian pemberantasan buta aksara di Indonesia. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 yang merupakan tahun pertama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015--2019, jumlah penduduk dengan buta aksara di Indonesia tinggal 5.984.075 orang atau 3,70%. Dengan berbagai program pemberantasan buta aksara yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), angka buta aksara ini mengalami penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Data minat baca dan tingkat buta aksara tersebut berpengaruh terhadap posisi Human Development Index (HDI) Indonesia. HDI berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur dari usia harapan hidup (tingkat kesehatan), pertumbuhan ekonomi dan kualitas pendidikan. Berdasarkan data BPS tahun 2014, nilai HDI mengalami kenaikan tipis menjadi 68,90 dari 68,4 di tahun 2013. Data yang dirilis United Nations Development Program (UNDP), HDI Indonesia di tahun 2013 berada di peringkat ke-108 dari 187 negara. Angka HDI ini menunjukkan bahwa Indonesia juga berada jauh di bawah sejumlah negara di ASEAN.

Hasil-hasil survei tersebut menunjukkan gentingnya persoalan minat baca dan literasi di Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk

27

Page 36: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

mencapai 270.234.842 jiwa, peringkat keempat dari segi jumlah penduduk terbanyak di dunia, dari segi minat baca dan HDI Indonesia jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain. Berbekal pengalaman dalam pemberantasan buta aksara, bukan hal yang mustahil jika kita secara bersama-sama dan berupaya melakukan berbagai hal bahkan yang out of the box. Kita mempunyai kemampuan meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat.

Indonesia adalah negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Penduduknya lebih banyak bermukim atau tinggal di daerah pedesaan dengan berbagai keterbatasan dan fasilitas yang minim. Kondisi masyarakat yang diwarnai dengan buta aksara, kemiskinan, rendahnya tingkat kesehatan, tingginya angka kematian, maraknya kriminalitas, serta masalah-masalah sosial lainnya.

Membaca merupakan salah satu cara memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi untuk memperbaiki kualitas hidup setiap orang. Banyak tokoh dan ilmuwan yang berhasil karena membaca berbagai sumber bacaan. Bagi mereka, membaca menjadi salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Saat ini, gerakan literasi yang dibangun di tengah masyarakat mengacu pada penguasaan keterampilan literasi abad ke-21 yang dirumuskan dalam World Economy Forum 2015. Literasi yang dibangun adalah literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan.

Dalam mengembangkan gerakan literasi dengan mengimplementasikan keenam literasi di atas, kegiatan membaca sebagai pintu masuknya. Membaca harus ditumbuhkembangkan sejak usia dini melalui lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Rendahnya kemampuan literasi ini akan memengaruhi kualitas hidup masyarakat sehingga diperlukan upaya-upaya strategis untuk menumbuhkan dan meningkatkan literasi secara berkesinambangan dengan melibatkan berbagai unsur, yaitu unsur pemerintah secara lintas sektoral, lembaga swasta, dan pelibatan masyarakat.

28

Page 37: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

B. Gerakan Literasi SekolahGerakan literasi di sekolah dilakukan dengan menampilkan praktik-

praktik baik dan menjadikannya sebagai kebiasaan serta budaya di lingkungan sekolah. Baik pendidik maupun tenaga kependidikan memiliki kewajiban moral sebagai teladan. Literasi juga diintegrasikan dalam kegiatan belajar-mengajar. Literasi menjadi bagian tak terpisahkan dari semua rangkaian kegiatan siswa dan guru baik di dalam maupun di luar kelas.

Agar lebih masif, program literasi melibatkan partisipasi publik, seperti pegiat literasi, orang tua, tokoh masyarakat, dan kaum profesional. Kegiatan dilakukan dengan mengunjungi tempat mereka beraktivitas atau mengundang mereka ke sekolah.

Pelaksanaan gerakan literasi di sekolah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu (1) berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi, (2) bersifat berimbang, (3) terintegrasi dengan kurikulum, (4) kegiatan membaca dan menulis dilakukan di mana pun, (5) mengembangkan budaya lisan, dan (6) mengembangkan kesadaran pada keberagaman.*1. Literasi Bahasa

Penerapan literasi diupayakan dengan memberikan empat kemampuan berbahasa kepada peserta didik, yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Keempatnya dilatihkan dan dibiasakan kepada peserta didik dalam mengakses, mencerna, dan memahami informasi. Contoh kegiatan yang dapat mendukung literasi bahasa di sekolah, antara lain, (1) mendorong siswa mengajukan pertanyaan kritis dan mengutarakan pendapat, (2) membentuk kelompok siswa untuk membahas suatu topik pelajaran dan mempresentasikannya di depan kelas, (3) menggunakan satu dari empat metode membaca (membaca nyaring, membaca mandiri, membaca terpandu, dan membaca bersama) saat membawakan materi pelajaran, (4) mengundang sastrawan/seniman berbagi pengalaman di kelas, dan (5) menggunakan alat peraga pembelajaran atau permainan menggunakan teks seperti scrabble. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi bahasa

29

Page 38: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

adalah skor PISA literasi membaca, skor PIRLS literasi membaca, rata-rata nilai UN Bahasa Indonesia, dan rata-rata skor Uji Kompetensi Guru pada guru Bahasa Indonesia.2. Literasi Numerasi

Literasi digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, menjelaskan proses, dan menganalisis informasi yang berkaitan dengan numerasi. Kemampuan yang hendak diberikan kepada peserta didik, yaitu (1) memahami dasar-dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian; (2) dapat menggunakan konsep numerasi secara percaya diri dan efektif; dan (3) dapat menggunakan keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan masalah. Contoh kegiatan yang dapat mendukung literasi numerasi di sekolah, antara lain, (1) mengajak siswa membaca dan menginterpretasikan informasi/laporan di media massa yang disajikan menggunakan tabel, diagram, atau grafik; dan (2) menugaskan siswa membuat laporan yang dilengkapi tabel, diagram, atau grafik. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi numerasi adalah skor PISA literasi matematika, skor TIMSS literasi matematika, rata-rata skor UKG guru Matematika, dan rata-rata nilai UN Matematika.3. Literasi Sains

Literasi mendorong peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami fenomena alam. Mereka dapat menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan atas objek yang ditelaah. Peserta didik dibimbing dan diarahkan untuk memiliki kompetensi dalam (1) menjelaskan fenomena sains, (2) mengevaluasi dan mendesain pengetahuan dan keterampilan sains secara mandiri, dan menginterpretasi data dan bukti sains. Contoh kegiatan yang dapat mendukung literasi sains, antara lain, (1) mendiskusikan kejadian alam (banjir, longsor, gempabumi) yang terjadi di lingkungan sekolah/rumah atau tengah menjadi perbincangan publik, dan (2) mendorong siswa memperhatikan, menganalisis, dan menyimpulkan peristiwa menarik di sekitarnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi sains adalah skor PISA literasi sains, skor TIMSS literasi sains, rata-rata skor UKG guru IPA, dan rata-rata nilai UN IPA.

30

Page 39: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

4. Literasi DigitalLiterasi memberi siswa kemampuan untuk mengakses, memahami,

dan menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, dan jaringannya. Dengan kemampuan tersebut mereka dapat membuat informasi baru dan menyebarkannya secara bijak. Selain mampu mengusai dasar-dasar komputer, internet, program-program produktif, serta keamanan dan kerahasiaan sebuah aplikasi, peserta didik juga diharapkan memiliki gaya hidup digital sehingga semua aktivitas kesehariannya tak lepas dari pola pikir dan perilaku masyarakat digital yang serba efektif dan efisien. Contoh kegiatan yang dapat mendukung literasi digital, antara lain, (1) berbagi pengalaman menggunakan sebuah produk teknologi terbaru baik oleh guru maupun siswa, (2) melakukan simulasi pembuatan sebuah program peranti lunak (software), (3) merakit secara bersama (siswa dan guru) peranti keras (hardware) sebuah produk seperti central processing unit (CPU) dan ponsel, dan (4) membuat proyek bersama menciptakan produk teknologi untuk diikutkan dalam ajang lomba atau pameran. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi digital adalah ketersediaan akses internet dan bahan literasi digital di sekolah.5. Literasi Finansial

Literasi memberi siswa kemampuan untuk memahami pengaruh uang dalam kehidupan serta keterampilan dalam menghasilkan, memanfaatkan, dan mengelola uang secara bijak. Contoh kegiatan yang dapat mendukung literasi finansial, antara lain, (1) mengunjungi kantor atau lembaga yang terkait dengan produk investasi, (2) mengundang praktisi perencana keuangan ke kelas, (3) membuat proyek bersama menjual produk, baik dengan memproduksi barang secara mandiri maupun konsinyasi, dan (4) mendorong siswa untuk menabung di bank dan membeli asuransi. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi finansial adalah jumlah siswa dan guru yang menggunakan produk layanan tabungan dan koperasi.6. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan

Literasi memberi siswa kemampuan untuk memahami, menghargai, dan berpartisipasi secara mahir dalam budaya. Mereka juga mampu

31

Page 40: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

berpartisipasi secara aktif dan menginisiasi perubahan dalam komunitas dan lingkungan sosial yang lebih besar. Contoh kegiatan yang dapat mendukung literasi budaya dan kewarganegaraan, antara lain, (1) menyanyikan lagu daerah dan nasional sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran, (2) menjalankan upacara bendera (tiap Senin) dan hari besar nasional, dan (3) memperingati hari besar nasional dengan mengadakan kegiatan budaya dan lomba/festival literasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi budaya dan kewarganegaraan adalah rata-rata nilai USBN—PKn, jumlah sekolah yang memiliki aktivitas seni budaya dan bahasa daerah (mulok, ekstrakurikuler), dan penurunan angka kejahatan dan pelanggaran anak di bawah umur.

C. Gerakan Literasi Keluarga Literasi secara umum dipahami sebagai kemampuan untuk

mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari, memperoleh, mengolah dan menginformasikan kembali informasi, atau dengan kata lain literasi erat kaitannya dengan pengelolaan informasi. Peran keluarga sangat penting dalam meningkatkan kemampuan literasi. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, dalam konteks pendidikan, menjadi lingkungan pembelajaran pertama dan utama bagi anak-anak. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan dengan pemahaman yang sederhana bahwa pengertian literasi keluarga adalah berupa rangkaian kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam keluarga untuk meningkatkan kemampuan literasi seluruh anggota keluarga. Keluarga biasanya terdiri atas beberapa orang yang disebut anggota keluarga. Hubungan di antara mereka umumnya terikat secara legal, baik itu dalam ikatan pernikahan maupun garis keturunan. Struktur keluarga yang paling kecil dan paling umum biasanya terdiri atas ayah dan ibu sebagai orang tua serta anak-anak.

1. Fungsi Literasi Keluarga32

Page 41: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Ratih Zimmer, dalam bukunya tentang mengoptimalkan IQ dan EQ anak melalui metode senso motorik (2009: 104), menjelaskan sebagai berikut.

Orang tua adalah guru terbaik ... orang tua adalah guru utama dan yang terpenting bagi anak karena memiliki kesempatan paling besar untuk mempengaruhi kecerdasan anak, terutama saat mereka masih sangat peka terhadap pengaruh dari lingkungannya.

Dari penjelasan ini dapat dipahami pentingnya fungsi orang tua dan literasi keluarga, tidak hanya untuk menumbuhkan kemampuan literasi, tetapi nilai-nilai yang dibagi selama pelaksanaan kegiatan-kegiatan literasi keluarga menjadi dasar hidup bagi seluruh anggotanya, membentuk jati diri sekaligus karakter. Fungsi literasi keluarga jika dikaitkan dengan literasi sekolah dan literasi masyarakat adalah sejajar dan saling menguatkan. Sejajar di sini berarti pelaksanaan literasi dalam ketiga lingkungan tersebut sama pentingnya, tidak ada satu yang lebih penting dari yang lainnya. Idealnya pelaksaan literasi dalam ketiga lingkungan ini berjalan seimbang dan terintegrasi sehingga saling menguatkan. Dengan upaya yang menyeluruh diharapkan dampak yang dihasilkan dapat lebih cepat, masif, dan mendalam.

2. Kegiatan-kegiatan dalam Literasi KeluargaTerkait dengan peran orang tua dalam menumbuhkan kemampuan literasi dasar pada anak, yaitu kemahiran berbahasa, dijelaskan kembali oleh Ratih (2009: 108-109) sebagai berikut.

Orang tua dapat memengaruhi kemahiran berbahasa anak karena perkembangan berbahasa anak sangat bergantung pada orang dewasa yang berada di sekitarnya, terutama pada tahun-tahun pertama hidupnya. Orang tua perlu mendorong anaknya untuk mengujarkan kata-kata, mengajaknya berbicara, dan memuji anak saat ia berkata-kata dnegan benar ... orang tua perlu menyediakan lingkungan yang nyaman bagi anak untuk bergerak agar mereka dapat belajar untuk belajar.

33

Page 42: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Dalam mendukung pendapat tersebut, dikemukakan beberapa contoh kegiatan dalam literasi keluarga terutama dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan dalam gerakan literasi sekolah dan literasi masyarakat antara lain sebagai berikut.1. Orang tua terlibat menjalin komunikasi dan kerja sama dengan

pihak sekolah untuk mendukung keberhasilan anak dalam belajar. Bentuk kerja sama antara orang tua dan sekolah, antara lain, a. hadir dalam kegiatan yang dilaksanakan di sekolah;b. berpartisipasi sebagai relawan dalam kegiatan-kegiatan tertentu

di sekolah, misalnya sebagai model kegiatan membaca (reading role model) dan mengajar kelas inspirasi; dan

c. menjadi mitra sekolah untuk mendukung pengembangan sekolah yang akhirnya akan berdampak pada meningkatnya mutu layanan pendidikan yang akan diterima anak di sekolah.

2. Kegiatan-kegiatan literasi yang dilaksanakan di sekolah, yang meliputi kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan berbagai jenis kemampuan literasi, yaitu literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan, diperkuat dengan kegiatan-kegiatan literasi keluarga, misalnya dengan membaca buku/dongeng sebelum tidur, menata atau membuat perpustakaan keluarga, minimal berbentuk sudut baca, memilih buku yang tepat dengan usia dan kemampuan membaca anak, menyediakan berbagai sumber informasi untuk memfasilitasi tumbuh, kembang anak, dan mendampingi anak saat belajar di rumah.

3. Berupaya menciptakan kondisi yang kondusif agar semua anggota keluarga dapat beraktivitas, tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Misalnya, orang tua dapat memfasilitasi perkembangan bakat dan minat anak-anak dengan mengikutsertakan anak dalam kelas/pelatihan khusus atau menyediakan anak dengan informasi yang cukup dan tepat terkait dengan bakat dan minatnya.

34

Page 43: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

4. Melaksanakan dialog rutin membahas hal-hal yang terjadi di dalam masyarakat, menyesuaikan nilai-nilai yang dipelajari anggota keluarga dari masyarakat dengan nilai-nilai di dalam keluarga.

5. Menata rumah dengan baik, aman, dan bersih untuk kenyamanan dan keleluasaan anggota keluarga.

3. Membangun Pusat Pengetahuan KeluargaMembaca pada dasarnya perlu dipupuk di setiap rumah keluarga

Indonesia. Dalam hal ini keluarga berperan penting mewujudkan budaya baca. Bila memungkinkan membaca sudah dapat dijadikan aktivitas harian sekeluarga, seperti halnya menonton televisi, makan bersama dan beribadah bersama. Untuk menciptakan suasana seperti itu adalah penting untuk menyediakan kebutuhan bacaan yang mengandung ilmu pengetahuan dan rekreasi sekeluarga di rumah. Membaca juga dapat menanamkan sikap saling membantu seluruh anggota keluarga dalam proses pembelajaran pengetahuan di rumah. Lazimnya setiap orang mempunyai bahan bacaan yang dibeli dan disimpan sendiri. Koleksi ini bisa dikumpulkan dan disusun di suatu tempat di dalam rumah. Pada tahap awal mungkin baru dalam berbentuk rak-rak buku yang kemudian dapat berkembang menjadi sebuah perpustakaan keluarga dengan fasilitas yang semakin lengkap dan nyaman. Perpustakaan keluarga bisa dibuat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setiap keluarga. Sebuah keluarga yang telah menjadikan perpustakaan sebagai jantung sebuah rumah bisa dikatakan telah mengerti fungsi dan manfaat keberadaan tempat pengetahuan tersebut. Kemudian, pada tingkat lanjut, mereka menjadi paham benar bahwa buku dan pengetahuan bisa memengaruhi hidup mereka agar menjadi semakin baik.4. Pihak yang Melaksanakan Literasi Keluarga

Kegiatan-kegiatan dalam literasi keluarga dilaksanakan oleh semua anggota keluarga, yang akan menerima manfaat langsung dari kegiatan ini adalah semua anggota keluarga. Namun, selain anggota

35

Page 44: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

keluarga, pelaksanaan literasi keluarga juga akan berdampak dan bermanfaat untuk berbagai pihak lain. 5. Pihak yang Terlibat dalam Literasi Keluarga

Dalam pelaksanaan literasi keluarga, karena semua anggota keluarga di luar lingkungan keluarga memiliki lingkungan sosial masing-masing, pihak-pihak dalam lingkungan sosial tersebut akan berpengaruh dalam pelaksanaan literasi keluarga. Untuk anak usia sekolah, warga sekolah lain dalam lingkungan sekolah adalah kepala sekolah, guru, teman sebaya, dan lain-lain. Untuk orang tua adalah rekan sejawat, atasan, kerabat, anggota masyarakat lain, dan lain-lain. Pihak-pihak ini akan memengaruhi dan dipengaruhi nilai-nilai, pemahaman, dan pengetahuan yang tertanam dalam diri anggota keluarga sebagai dampak dari pelaksanaan literasi keluarga. 6. Manfaat/Dampak yang Diperoleh oleh Keluarga dan

MasyarakatKeluarga hebat memberikan fondasi yang kuat dalam kehidupan,

keluarga hebat menciptakan lingkungan kondusif untuk aktivitas, tumbuh dan kembang semua anggota keluarga sesuai dengan potensinya, keluarga yang hebat menjadi unit pengelola dan transformasi informasi. Semua informasi, pengetahuan, pengalaman, nilai-nilai yang diterima oleh anggota keluarga di lingkungan lain (sekolah dan masyarakat) akan disaring, disesuaikan, dan dikuatkan. Dari pengelolaan dan transformasi informasi inilah anggota keluarga membentuk jati diri dan karakternya. Keluarga yang hebat membentuk jati diri dan karakter hebat semua anggota keluarganya. Dengan jati diri dan karakter hebat ini, anggota keluarga dapat berinteraksi dan berkontribusi maksimal dalam lingkungan masyarakat.

Bila sebuah keluarga memiliki sejumlah bahan bacaan dalam bentuk koleksi di sudut baca atau perpustakaan keluarga, itu dapat dijadikan sebagai bagian dari pengembangan literasi keluarga. Penggunaan ruang khusus belajar keluarga, atau cukup di meja makan dan ruang ibadah, aktivitas bisa dikembangkan bisa bermacam-macam, seperti membacakan buku cerita secara rutin di tengah-

36

Page 45: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

tengah keluarga, semacam membaca nyaring, mendiskusikan buku dengan tema tertentu secara berkala, mempresentasikan bacaan yang berkesan dari seorang anggota keluarga, mengulas tema-tema hangat di media massa atau kegiatan yang paling sederhana seperti bermain scrabble, monopoli, dan teka-teki silang.

Aktivitas lebih lanjut yang lebih menggairahkan adalah ketika sudah meningkat ke tahap proyek menulis yang sedang dilakukan salah satu anggota keluarga. Penulisan adalah tingkat lanjut dari aktivitas membaca adalah ketika individu menuangkan gagasannya dan dikembangkan menjadi buku, baik itu fiksi maupun nonfiksi. Anggota keluarga yang lain bisa mengambil peran mengkritik gagasan-gagasan sang penulis atau membandingkannya dengan buku-buku lain. Alangkah indahnya bila budaya membaca telah menyatu dengan budaya menulis di tengah-tengah keluarga. Bila sebuah aktivitas literasi keluarga berkembang menjadi kegiatan pendokumentasian pengetahuan, hal itu akan dapat beralih fungsi dan dikembangkan menjadi gerakan literasi masyarakat, dengan menyediakan akses perpustakaan komunitas dan taman bacaan masyarakat beserta program-programnya dalam mengakomodasi kebutuhan pengetahuan masyarakatnya.

D. Gerakan Literasi MasyarakatLiterasi adalah poros pendidikan sepanjang hayat bagi masyarakat.

Pelaksanaan program-program literasi merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan membangun pengetahuan dan belajar bersama di masyarakat terus berdenyut dan berkelanjutan. Dengan gerakan literasi masyarakat, yang sejalan dengan literasi sekolah dan keluarga diharapkan dapat lahir dan tumbuhnya simpul-simpul masyarakat yang literat. Kegiatan yang dikembangkan di gerakan literasi masyarakat adalah kegiatan yang mencakup enam literasi, yaitu literasi bahasa, literasi numerik, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan.

37

Page 46: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

1. Literasi BahasaBahasa adalah dasar dari setiap kegiatan literasi. Literasi bahasa merupakan kemampuan untuk memahami, menggunakan dan merefleksikan tulisan dalam mencapai suatu tujuan, mengembangkan pengetahuan dan potensi untuk dapat berpartisipasi di masyarakat (www.pisa.tum.de/en/domains/ reading-literacy). Pemahaman literasi bahasa mencakup kemampuan membaca dan menulis; kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis; kemampuan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis; dan kemampuan menuangkan gagasan dalam bentuk lisan dan tulisan.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam literasi bahasa adalah kegiatan sebagai berikut.

a. Membaca dan BerceritaKegiatan membaca bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan jika dilakukan dengan bentuk yang beragam. Variasi kegiatan dalam membaca dan bercerita, antara lain,

1) membaca senyap: membaca buku tanpa mengeluarkan suara. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh setiap orang;

2) membaca nyaring (read aloud): membacakan buku dengan bersuara dan didengarkan oleh peserta lainnya; dan

3) membaca dan bercerita: memahami bahan bacaan kemudian menyampaikan kembali isi buku.

b. Kelompok Baca Berkala Kelompok baca berkala adalah kegiatan untuk sama-sama membahas sebuah buku atau isu tertentu. Kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membaca yang lebih komprehensif, meningkatkan kemampuan untuk

38

Page 47: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

menganalisis dan mengkritisi isu-isu tertentu yang sedang berkembang di masyarakat secara utuh.

c. Penulisan Sejarah Daerah dan Potensi/Kearifan Lokal Penulisan sejarah daerah atau potensi dan kearifan lokal sebuah daerah merupakan upaya bersama untuk memublikasikan dan melestarikan nilai-nilai dan sejarah suatu daerah agar tetap hidup di masyarakat. Publikasi dan penulisan bisa dilakukan di berbagai media, baik cetak maupun elektronik.

2. Literasi NumerasiLiterasi berhitung merupakan kemampuan untuk merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, mencakup penalaran matematis dan menggunakan konsep matematika, prosedur, fakta dan alat-alat untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena (www.pisa.tum.de/en/domains/mathematical-literacy/). Dalam konteks di masyarakat, literasi berhitung bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami peran dan kegunaan berhitung dalam aspek kehidupan sehari-hari, juga kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menjelaskan proses dan menganalisis informasi yang berkaitan dengan numerasi. Ragam kegiatan yang dapat dikembangkan, antara lain, bermain dengan menggunakan hitung-hitungan dan angka.

Seseorang disebut terliterasi numerasi jika (1) mengetahui dasar-dasar dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian; (2) dapat menggunakan konsep numerasi secara percaya diri dan efektif; dan (3) dapat memahami bagaimana mentransfer keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan masalah.

3. Literasi Sains

39

Page 48: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains dalam mengidentifikasi dan memperoleh pengetahuan baru, menggambarkan fenomena ilmiah dan menarik simpulan berdasarkan fakta. (www.pisa.tum.de/en/domains/scientific-literacy). Juga kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik simpulan dalam rangka memahami, serta membuat keputusan yang berkenaan dengan alam.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan dalam literasi sains, antara lain, mengenal alam sekitar dan lingkungan, mengenal fenomena alam, belajar bersama dengan alat peraga sains, pengenalan hidup sehat, dll. Seseorang disebut terliterasi sains jika memiliki kompetensi untuk (1) menjelaskan fenomena sains; (2) mengevaluasi dan mendesain pengetahuan dan keterampilan sains secara mandiri; dan (3) menginterpretasi data dan bukti sains.

4. Literasi DigitalLiterasi teknologi informasi dan komunikasi merupakan keterampilan berpikir kritis dan kreatif terhadap informasi dan komunikasi sebagai warga global dengan bertanggung jawab dan beretika dalam menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (www.edu.gov.mb.ca/). Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan teknologi dan komunikasi dengan menggunakan teknologi digital dan alat-alat komunikasi atau jaringan untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, mengelola, dan membuat informasi secara bijak dan kreatif. Fitur-fitur yang perlu dipahami mencakup dasar-dasar komputer, penggunaan internet dan program-program produktif, keamanan dan kerahasiaan, dan gaya hidup digital.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikembangkan, antara lain, adalah a. mengenal dan belajar menggunakan perangkat komputer;b. belajar menggunakan media sosial sebagai sarana publikasi

kegiatan dan hal-hal yang kreatif;

40

Page 49: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

c. mengikuti pelatihan jurnalistik menggunakan media teknologi komputer; dan

d. memanfaatkan teknologi untuk wirausaha.5. Literasi Finansial

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi finansial adalah rangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan konsumen serta masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan baik. Tujuan literasi finansial adalah mengedukasi masyarakat terkait dengan pengetahuan dasar tentang uang, pengelolaan dan pemanfaatan uang, serta organisasi manajemen keuangan dan investasi.

Bentuk kegiatan yang dapat dikembangkan adalah mengenal jasa keuangan dan investasi, membangun koperasi bersama, mengenal transaksi keuangan elektronik, dll. Rangkaian proses atau aktivitas dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan konsumen dan masyarakat sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan baik.

Bagaimanapun, kemampuan diperoleh untuk memahami bagaimana uang berpengaruh di dunia. Seseorang melakukan pengaturan untuk menghasilkan uang, mengelola uang, menginvestasikan uang, dan menyumbangkan uang untuk menolong sesama menjadi penting dalam literasi finansial.

6. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan Literasi kebudayaan adalah pengetahuan tentang sejarah, kontribusi, dan perspektif dari kelompok budaya yang berbeda (Desmond, 2011 dalam http: // culturalliteracytutorial.blogspot.co.i d ). Literasi kewarganegaraan merupakan pemahaman mengenai bentuk dan fungsi pemerintahan, kewarganegaraan, serta partisipasi sosial dan politik individu (http://iowacore.gov/iowa-core/subject/21st-century-skills). Sasaran dari literasi budaya dan kewarganegaraan adalah mengedukasi masyarakat terkait sejarah dan perspektif budaya serta kewarganegaraan. Bentuk kegiatan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.

41

Page 50: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

a. Rembuk Budaya Lokal Urun rembuk bersama komponen masyarakat untuk menghidupkan tradisi lokal yang dulu pernah ada di masyarakat untuk dikenalkan kembali kepada generasi penerus.

b. Gelar BudayaKegiatan pagelaran budaya yang menampilkan kembali kekayaan tradisi/budaya lokal melibatkan seluruh komponen masyarakat. Di beberapa daerah, pagelaran budaya bahkan dikembangkan menjadi potensi wisata.

c. Pengetahuan Dasar Terkait Kepemimpinan dan Kebangsaan

E. Pendukung Gerakan LiterasiDalam pelaksanaan gerakan literasi, dibutuhkan aspek pendukung pelaksanaan aktivitas dan programnya, baik itu di sekolah, keluarga, maupun masyarakat, dengan porsi yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk dukungan, antara lain, sebagai berikut.1. Pengembangan Koleksi Bacaan

Koleksi bahan bacaan di dalam sebuah aktivitas gerakan literasi adalah kebutuhan terpenting. Aktivitas literasi saat ini masih lemah dalam pemilihan subjek dan jenis bahan bacaannya. Biasanya koleksi bacaan monoton pada tema-tema tertentu saja, yang kadang mengikuti minat berlebihan seseorang yang dominan di aktivitas literasi.

Koleksi yang paling umum di dalam sebuah pustaka/koleksi bacaan adalah menyediakan berbagai referensi, seperti ensiklopedia, kamus, buku manual, direktori dan berbagai panduan lainnya. Termasuk di dalamnya buku-buku tentang bagaimana (how to) yang dapat membantu setiap setiap orang, baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat untuk masalah keseharian, misalnya panduan P3K, perawatan peralatan, dan perbaikan instalasi listrik.

Koleksi berikutnya adalah buku-buku fiksi yang biasanya bergantung pada minat tiap-tiap individu pada novel, karya sastra, komik, dan buku-buku fiksi lainnya. Kemudian, termasuk juga ke buku-buku pengetahuan, baik itu yang populer maupun akademis/ilmiah. Buku-buku pengetahuan

42

Page 51: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

ini biasanya lebih banyak ke subjek-subjek yang sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikan individu di masyarakat.

Buku-buku pelajaran dan pengetahuan bisa jadi akan mendominasi rak-rak buku bila pemilik pustaka memiliki kecenderungan gandrung akan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Bila koleksi pustaka lebih menjadikan buku sebagai sarana penghibur, buku-buku fiksi akan lebih melimpah. Bila keluarga atau kelompok masyarakat mendukung keberadaan koleksi audio-visual, Bluerays, DVD, VCD dan kaset yang berisi kisah-kisah fiksi dan pengetahuan akan menjadi koleksi perpustakaan keluarga/masyarakat.

Dalam pemilihan koleksi, terutama untuk anak-anak, idealnya ada tingkatan bacaan yang disesuaikan dengan umur anak. Karena di Indonesia belum tersedia, pemeringkatan ini bisa dimulai dari bacaan yang ringan dan disukai anak dulu dan terus meningkat sampai ke bacaan yang diinginkan orang tua. Di negara-negara maju, buku bacaan anak sudah memiliki peringkat standar penjenjangan berdasarkan umur dan tingkat kemampuan akan kebutuhan bacaan.2. Pengadaan dan Penyusunan Pustaka

Dengan semakin banyaknya koleksi pustaka, perlu adanya pengelompokan dan penyusunan di rak. Pada awal biasanya buku dikelompokkan berdasar ukuran buku dan bukan berdasar klasifikasi kelompok pengetahuan. Koleksi pustaka sederhana, seperti perpustakaan keluarga dapat dikelompokkan berdasar klasifikasi sederhana. Walaupun perpustakaan keluarga bukan perpustakaan umum, ketika buku bacaan bertambah banyak, sudah saatnya menata buku berdasar klasifikasi. Klasifikasi yang umum digunakan adalah Dewey Decimal Classification (DDC) atau Universal Decimal Classification (UDC). Dalam sistem klasifikasi DDC, kita membagi bahan pustaka dalam kelompok karya umum (berkode 000), karya filsafat (100), agama (200), ilmu-ilmu sosial (300), bahasa (400), ilmu-ilmu murni (500), teknologi/ilmu terapan (600), kesenian (700), kesusastraan (800), serta geografi, biografi dan sejarah (900). Untuk koleksi buku fiksi dan anak bisa dikelompokkan sendiri.

43

Page 52: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Teknik mengklasifikasinya dapat dicari di berbagai bahan yang tersedia di internet.

Ilmu tentang klasifikasi pengetahuan idealnya sudah dikembangkan di dalam gerakan literasi. Hal ini akan bermanfaat ketika ada yang memanfaatkan berbagai perpustakaan umum, baik di Indonesia maupun di negara lain. Secara umum klasifikasi buku di rak-rak perpustakaan seragam. Di banyak negara, proses pembelajaran penggunaan perpustakaan dan ilmu klasifikasi pengetahuan telah diajarkan sejak anak-anak. Di dunia perpustakaan Indonesia tersedia perangkat lunak perpustakaan gratis yang menggabungkan buku induk dan klasifikasi koleksi. Di antaranya adalah perangkat lunak Senayan Library and Information Management System (SLiMS) yang dapat diunduh melalui internet. Dengan perangkat lunak ini, pustaka bisa dengan mudah mencatat, mengklasifikasi, dan mengatur penempatan buku di rak. Bahkan, juga dapat mendata keanggotaan kalau memang diperlukan ketika perpustakaan keluarga dan perpustakaan masyarakat dikembangkan melayani kerabat, teman, dan tetangga.3. Kebutuhan dan Sumber Dana

Untuk menjalankan sebuah program literasi tidak terlepas dari kebutuhan dana. Agar program dapat berjalan dengan baik, perlu perencanaan anggaran dan diidentifikasi sumber pendanaan yang dapat membantu pelaksanaan gerakan literasi. Di dalam gerakan literasi di sekolah dan literasi di masyarakat sudah tersedia akses informasi dan pengetahuan dalam pengembangan gerakan literasi dalam bentuk panduan, modul, manual, infografis, video, praktik baik, termasuk akses pada dukungan pendanaan.

Penyelenggaraan program literasi sebaiknya dilaksanakan berdasar perencanaan kerja dengan memenuhi unsur-unsur yang meliputi pelaksanaan sebuat program. Akses pendanaan juga bisa didapatkan melalui usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pengelola program literasi. Dana juga dapat diperoleh melalui sumber: 1) dana bersama (sharing);2) dana sumbangan dan donasi individual dan kelompok;

44

Page 53: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

3) dana dunia usaha/CSR;4) dana pemerintah daerah; dan5) dana pemerintah pusat.4. Prasarana dan Sarana Pendukung

Penyelenggara program literasi dapat menyediakan prasarana dan sarana, yaitu berupa1) lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan program

literasi dan pustaka;2) prasarana pendukung lainnya seperti ruang yang dijadikan sebagai

sekretariat, tempat membaca, praktik keterampilan, ruang TI, serta ruang pementasan, ruang pertemuan/ruang diskusi, dan ruang pendukung lainnya (musala dan MCK);

3) sarana pendukung lainnya seperti alat-alat kelengkapan administrasi, pendukung penyelenggaraan program, dan alat-alat keterampilan; dan

4) penunjang sumber informasi dan penyelenggaraan program. 5. Pustaka dan Akses Bahan Bacaan

Dalam pelaksanaan literasi sekolah, perpustakaan sekolah, sudut baca kelas dan area baca sekolah adalah tempat-tempat yang menyediakan akses bacaan. Di literasi masyarakat, tempat yang dapat dijadikan sebagai ruang untuk meletakkan sumber bacaan dapat berupa rumah warga, fasilitas umum, atau tempat-tempat lainnya yang layak untuk dijadikan sebagai tempat penyedia bahan bacaan. Tempat ini akan dijadikan sebagai taman bacaan masyarakat, pojok baca, gardu baca, warung baca, atau perpustakaan desa. Sumber-sumber bahan bacaan yang diletakkan di tempat ini dipilah berdasarkan jenis dan bentuknya sehingga memudahkan masyarakat untuk menemukan setiap sumber informasi yang dibutuhkan. 6. Pengelolaan Teknologi Informasi

Teknologi informasi diartikan sebagai sumber yang dapat dijadikan sebagai alat untuk memperoleh informasi atau membuat informasi. Teknologi informasi ini terdiri atas komputer, jaringan internet, serta faktor pendukung lainnya. Dalam penyelenggaraan program literasi, pennyelenggara program dapat menyediakan layanan teknologi informasi

45

Page 54: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

dan komunikasi, baik sebagai tempat pencarian informasi daring maupun sebagai tempat mempelajari keterampilan TIK. 7. Jaringan dan Kemitraan

Dalam menyelenggarakan program literasi, penyelenggara dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Kerja sama dapat dilaksanakan saat merintis sampai pelaksanaan program literasi sehingga pihak-pihak yang diajak bekerja sama dapat memberikan kontribusi, baik finansial maupun bentuk kontribusi lainnya yang dapat menghasilkan dukungan pembiayaan program literasi sebagai bagian dari pelaksanaan gerakan literasi.

Beberapa instansi yang dapat dijadikan sebagai jaringan dan kemitraan dalam menyelenggarakan program literasi adalah: 1) instansi pemerintah (pusat dan daerah); 2) dinas pendidikan; dinas perpustakaan dan arsip, serta SKPD yang

sesuai dengan program;3) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); 4) Badan Usaha Milik Nasional (BUMN); 5) yayasan atau lembaga sosial masyarakat dan keagamaan; 6) Ikatan Sarjana Pendidikan, Ikatan Profesi Guru, Ikatan Pustakawan,

serta ikatan profesi lainnya di bidang pendidikan dan literasi; dan7) pemerhati-pemerhati pendidikan.

46

Page 55: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

BAGIAN 4

TAHAPAN DAN TARGET CAPAIAN GLN 2017—2020

Ruang Lingkup

Komponen 2017 2018 2019 2020

Keluarga Sosialisasi program literasi keluarga bagi orang tua/keluarga

80 kab/kota 100 kab/kota

150 kab/kota

184 kab/kota

Penyediaan bahan-bahan bacaan untuk keluarga

5 bahan 5 bahan 5 bahan 5 bahan

Apresiasi pelaksanaan literasi di keluarga

15 orang 15 orang 15 orang 15 orang

Pelibatan masyarakat dalam penulisan artikel pendidikan keluarga

30 naskah 30 naskah 30 naskah 30 naskah

Sekolah Penyusunan bahan bacaan literasi bagi siswa dan masyarakat

305 bahan(sehingga menjadi 475 bahan bacaan)

305 bahanSehingga menjadi 780 bahan bacaan)

305 bahan(sehingga menjadi 1085 bahan bacaan)

305 bahan(sehingga menjadi 1390 bahan bacaan)

Sekolah yang melaksanakan GLS

60% jumlah sekolah

80% jumlah sekolah

100% jumlah sekolah

100% jumlah sekolah

Skor PISA Membaca

- 414 - -

Skor INAP - - Penurunan pada level kurang untukMatematika (57,13),Membaca (46,83), Sains (53,61)

-

47

Page 56: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Rasio Membaca 1.000:5 1.000:10 1.000:15 1.000:20

Gerakan kebudayaan untuk Siswa

27.810 siswa1 kegiatan 19 buku

26.800 siswa 69 kegiatan19 buku

26.800 siswa 76 kegiatan19 buku

100 siswa 80 kegiatan

Penyusunan bahan literasi budaya dan kewarganegaraan

75 buku3 kegiatan

130 buku3 kegiatan

150 buku3 kegiatan

159 buku

GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKANPenyusunan karya ilmiah Guru Dikdas dan GTK PAUD dan Dikmas dalam bentuk jurnal ilmiah

24 dokumen

48 dokumen

48 dokumen

48 dokumen

Penyusunan karya ilmiah melalui kegiatan apresiasi Guru Dikdas dan GTK PAUD dan Dikmas

30 dokumen

60 dokumen

60 dokumen

60 dokumen

Penyusunan karya ilmiah melalui Guru TK dan Dikdas dan Kepala TK berprestasi

6 dokumen 12 dokumen

12 dokumen

12 dokumen

Peningkatan kompetensi literasi bagi GTK

150 guru SD/SMP 1 kegiatan

400 guru SD/SMP/SMA/SMK100 Kepala SD/SMP/SMA/SMK 4 kegiatan

400 guru SD/SMP/SMA/SMK100 Kepala SD/SMP/SMA/SMK 4 kegiatan

400 guru SD/SMP/SMA/SMK100 Kepala SD/SMP/SMA/SMK 4 kegiatan

Penyusunan karya ilmiah melalui kegiatan simposium Guru Dikdas dan GTK PAUD dan Dikmas

40 dokumen

80 dokumen

80 dokumen

80 dokumen

Gerakan guru dan widyaiswara menulis

3000 judul buku

5000 judul buku

7000 judul buku

9000 judul buku

48

Page 57: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Peningkatan kompetensi melalui gerakan guru dan widyaiswara digital

400.000 guru dan widyaiswara

480.000 guru dan widyaiswara

576.000 guru dan widyaiswara

691.200 guru dan widyaiswara

MASYARAKAT Pemberantasan buta aksara

97.600 orang

150.000 orang

150.000 orang

150.000 orang

Pelaksanaan GIM 24 kab/kota di 34 provinsi

50 kab/kota di 34 provinsi

75 kab/kota di 34 provinsi

100 kab/kota di 34 provinsi

Pengembangan kampung literasi

36 kab/kota 50 kab/kota 75 kab/kota 100 kab/kota

Penguatan pegiat literasi

120 orang 240 orang 240 orang 240 orang

Bantuan sarana taman baca masyarakat

36 lembaga 100 lembaga

150 lembaga

150 lembaga

Bimbingan teknis fasilitator/pegiat literasi dari 34 provinsi

136 fasilitator terbimbing

204 fasilitator terbimbing

272 fasilitator terbimbing

340 fasilitator terbimbing

Pendampingan pembelajaran literasi komunitas baca dari 34 provinsi

136 komunitas terdampingi

204 komunitas terdampingi

272 komunitas terdampingi

340 komunitas terdampingi

Refleksi dan penguatan pembelajaran literasi

272 peserta 408 peserta 544 peserta 680 peserta

Festival literasi 160 kab/kota

300 kab/kota

514 kab/kota

516 kab/kota

Kabupaten/Kota literasi

10% jumlah kabupaten/kota

30% jumlah kabupaten/kota

60% jumlah kabupaten/kota

100% jumlah kabupaten/kota

Pengayaan pengetahuan mengenai kebudayaan Indonesia

3 buku84 kegiatan 1.580 seniman10.547 orang 68 komunitas adat

3 buku84 kegiatan 1.580 seniman 8.312 orang 80 komunitas adat

3 buku84 kegiatan 1.580 seniman 7.515 orang90 komunitas adat

3 buku74 kegiatan 7.872 orang 105 komunitas adat

49

Page 58: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

Penumbuhan karakter bangsa

24.490 orang 608 siswa11 kegiatan125 desa adat 105 komunitas adat

26.250 orang 609 siswa 11 kegiatan 125 desa adat75 komunitas adat

30.000 orang 610 siswa11 kegiatan 125 desa adat75 komunitas adat

30.000 orang2 kegiatan

50

Page 59: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

BAGIAN 5

PENUTUP

Pelaksanaan Gerakan Literasi Nasional (GLN) tentunya harus melibatkan internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan eksternal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Proses GLN juga memerlukan pergerakan seluruh elemen masyarakat yang mencakup pejabat daerah, tokoh masyarakat, penerbit, komunitas literasi, dan sebagainya yang menunjang proses pembentukan GLN di Indonesia.

Seluruh upaya GLN yang dilakukan oleh Kemendikbud ini diharapkan akan berdampak pada bergeraknya literasi di tiap-tiap bidang sesuai dengan kapasitasnya. Dampak tersebut dapat berupa jangka pendek, menengah, dan panjang yang dirasakan oleh masyarakat pada umumnya. Kemudian, kegiatan yang bersifat stimultan diarahkan untuk ditindaklanjuti oleh pihak komunitas, pemerintah daerah, dan masyarakat secara umum.

Pada tahun 2017, Kemendikbud akan menguatkan konsolidasi antarunit dengan cara mempertajam kerja yang konkret melalui kelompok kerja (pokja) yang beranggotakan beberapa unit. Dengan begitu, seluruh unit akan saling mengisi dan memberi masukan serta melaksanakan program yang telah ditentukan sebelumnya.

Keberadaan GLN oleh Kemendikbud ini bisa menjadi fondasi awal Indonesia untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Dengan meningkatnya minat baca masyarakat, kecerdasan Indonesia akan terbangun. Dan dalam jangka panjang, berbagai kemajuan di Indonesia akan semakin menuju titik terang dan bahkan dapat bersaing dengan negara-negara maju saat ini.

Hal yang terpenting demi keberhasilan GLN adalah dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Karena tanpa dukungan dari masyarakat, upaya yang dilakukan oleh Kemendikbud ini tidak akan mencapai hasil

51

Page 60: lib.um.ac.idlib.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/semnas/1/PJoko... · Web viewBerbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh the International for the Evaluation of Educational

yang dicita-citakan. Dukungan dari masyarakat dapat berupa dijalankannya program pemerintah dengan baik, tidak melakukan pelanggaran, dan sebagainya.

Usaha pemerintah dalam hal literasi melalui GLN adalah bentuk keseriusan untuk memberantas kebodohan. Buku adalah jendela ilmu. Jadi, untuk menyalurkan ilmu kepada masyarakat dengan efektif dan efisien salah satunya ialah dengan GLN ini. Adanya GLN hanya sekadar penunjang peningkatan literasi nasional, bukan sebagai bentuk keberhasilan. Keberhasilan GLN ditentukan dari tanggapan masyarakat dalam mendukung program pemerintah.

52