LI_-_PRINT.docx

40
https://www.academia.edu/8020149/ Anatomi_Fisiologi_Mata_Hipermetropia_Amblyopia TUGAS TUTORIAL ANALISIS MASALAH BLOK 19 – NEUROLOGY& SISTEM INDERA NAMA : Mandeep Singh Mukand Singh NIM : 04121401104 PDU NON REGULER 2012 KELOMPOK 7

Transcript of LI_-_PRINT.docx

Page 1: LI_-_PRINT.docx

https://www.academia.edu/8020149/

Anatomi_Fisiologi_Mata_Hipermetropia_Amblyopia

TUGAS TUTORIAL

ANALISIS MASALAH

BLOK 19 – NEUROLOGY& SISTEM INDERA

NAMA : Mandeep Singh Mukand Singh

NIM : 04121401104

PDU NON REGULER 2012

KELOMPOK 7

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Page 2: LI_-_PRINT.docx

2014

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika kita membahas

secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi mata perlu diketahui lebih

dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-kelanainan yang biasa diderita yang berkaitan

dengan kelainan pada mata.

Secara struktural anatomis, bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam

dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Perhatikan

gambar dibawah ini:

Gambar diatas adalah gambar anatomi mata. Bagian-bagian mata mempunyai fungsi-fungsi

tertentu. Fungsi-fungsi dari anatomi mata adalah sebagai berikut:

Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya

bola mata.

Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus rektus

superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior (mengerakan mata ke

bawah).

Page 3: LI_-_PRINT.docx

Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya.

Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk

beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor.

Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.

Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.

Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut.

Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata

Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata

Aquous humor: Menjaga bentuk kantong bola mata

Otot, Saraf dan Pembuluh darah Pada Mata

Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung

pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot

yaitu:

Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki aksi

sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.

Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder

berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.

Page 4: LI_-_PRINT.docx

Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan

memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.

Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.

Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi

Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi

sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.

Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial

tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak

Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada

tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan

darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan

keluar melalui mata bagian belakang.

Struktur pelindung

Page 5: LI_-_PRINT.docx

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala

arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-

bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih

bisa masuk.

Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh

darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.

Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks

segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat

terang.

Page 6: LI_-_PRINT.docx

Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan

ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban

tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak

mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.

Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi

membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).

Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah

penguapan air mata.

Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan

air mata yang encer.

Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus

memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi

menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil

yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah

terjadinya infeksi.

Page 7: LI_-_PRINT.docx

Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis dinding

ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

Sklera

Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak tembus

cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva adalah lapisan

transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi bola mata

dari gangguan.

Koroid

Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam merupakan lapisan yang berisi banyak

pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada

koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid

membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian

depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi

sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan

siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi

dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.

Page 8: LI_-_PRINT.docx

Retina

Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel

saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang

dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.

Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu

bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian

belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi

menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada tengkorak berfungsi

melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam

kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan

pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.

Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar air

mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis. Air mata mengandung lendir, garam, dan

Page 9: LI_-_PRINT.docx

antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya

mikroorganisme ke dalam mata.

Normalnya, sinar – sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata akan dibiaskan oleh sistem

optis bolamata dan terfokus dalam satu titik yang jatuh tepat pada retina. Kondisi ini disebut

emmetropia. Dari proses jatuhnya titik cahaya diretina inilah, yang biasanya menyebabkan

kelainan pada mata, baik itu kelainan dengan mata minus, ataupun mata dengan positif, atau

biasa disebut dengan rabun.

Anatomi Tambahan pada Mata

Anatomi tambahan pada mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan aparatus

lakrimalis.

Alis mata: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya untuk

melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.

Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak bergerak dari

kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae untuk menarik kelopak

mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata dilakukan oleh otot otot yang lain

yang melingkari kelopak mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang

antara ke-2 kelopak disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini menentukan

“melotot” atau “sipit” nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut

caruncula lakrimalis yang mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera

(keringat).

Page 10: LI_-_PRINT.docx

Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar Meibow.

Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi

kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).

Apparatus lacrimalis: terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis lacrimalis,

dan ductus nassolacrimalis.

HYPERMETROPIA

A.    PENGERTIAN

Rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda pada

jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm tapi

mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita rabun dekat hanya dapat melihat benda pada

jarak yang jauh.

Mata hipermetropi disebabkan oleh keadaan fisik lensa mata yang terlalu pipih atau tidak dapat

mencembung dengan optimal, oleh sebab itu bayangan yang dibentuk lensa mata jatuh di

belakang retina. Rabun dekat dapat tolong menggunakan kaca mata lensa cembung, yang

berfungsi untuk mengumpulkan sinar sebelum masuk mata, sehingga terbentuk bayangan yang

tepat jatuh di retina.

B.        ETIOLOGI

Penyebab dari hipermetropi adalah sebagai berikut :

1.      Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek

Biasanya terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio retina(lapisan retina lepas

lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).

2.      Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah

Page 11: LI_-_PRINT.docx

Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus humor.

Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada komposisi kornea dan

lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan

viterus humor. Misal pada penderita Diabetes Melitus terjadi hipermetopi jika kadar gula darah

di bawah normal.

3.      Kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat

Kelengkungan kornea ataupun lensa  berkkurang sehingga bayangan difokuskn di

belakang  retina.

4.      Perubahan posisi lensa

Dalam hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior.

C.       TANDA GEJALA

Tanda dan gejala orang yang terkena penyakit rabun dekat secara obyektif  klien susah melihat

jarak dekat atau penglihatan klien akan rabun dan tidak jelas. Sakit kepala frontal. Semakin

memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan sepanjang penggunaan mata dekat.

1. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia)

2. Terjadi ketika harus fokus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.

3. Akomodasi akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.

4. Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh kabur.

5. Penglihatan dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan kelelahan, atau

penerangan yang kurang.

6. Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat jangka

panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, cenderung terjadi setelah siang hari dan bisa

membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.

7. Eyestrain

8. Sensitive terhadap cahaya

Page 12: LI_-_PRINT.docx

9. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan buram

intermiten

D.    PATOFISIOLOGI

Diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa yang lebih

lemah, dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang dating dari objek terletak

jauh tak terhingga di biaskan di belakang retina.

 

 

E.     DIAGNOSA

Page 13: LI_-_PRINT.docx

Kelainan refraksi hipermetropi dapat di periksa dengan melakukan pemeriksaan Okuler

a. Visual Acuity.

Mempergunakan beberapa alat untuk mengetahui kemampuan membaca pasien hipermetropi

dalam jarak dekat. Seperti Jaeger Notation, Snellen metric distance dan Lebehnson.

b. Refraksi.

Retinoskopi merupakan prosedur yang digunakan secara luas untuk menilai hipermetropia secara

objektif. Prosedur yang dilakukan meliputi static retinoscopy, subjective refraction dan

autorefraction.

c. Pergerakan Okuler, Pandangan Binokuler dan Akomodasi.

Pemeriksaan ini diperlukan karena gangguan pada fungsi visual diatas dapatmenyebabkan

terganggunya visus dan performa visual yang menurun.

d. Assesmen kesehatan okuler dan Skreening Kesehatan sistemik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa hipermetropia dapat berupa respon pupil,

uji konfrontasi lapangan pandang, uji penglihatan warna, pengukuran tekanan intraokuler dan

pemeriksaan posterior bola mata dan adnexa.

e. Kesehatan segmen anterior

Pada pasien dengan daya akomodasi yang masih sangat kuat atau pada anak-anak, sebaiknya

pemeriksaan dilakukan dengan pemberian siklopegik atau melumpuhkan otot akomodasi.

F.     DIAGNOSA BANDING

Diagnosis Banding hipermetropi adalah Presbiopi.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 14: LI_-_PRINT.docx

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis hipermetropi adalah

ophtalmoscope.

H.     PROGNOSIS

Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan, pengobatan yang diberikan

dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi diberikan sebelum saraf optiknya matang

(biasanya pada umur 8-10 tahun), maka prognosisnya lebih baik.

I.       KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling ke dalam

terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat

hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.

J.      KLASIFIKASI

1.  Hipermetropia manifest

Adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan

tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan

hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia

yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata yang maksimal.

2.  Hipermetropia Absolut

Dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif

untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia

absolut ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut

sebagai hipermetropia absolut, sehingga jumlah hipermatropia fakultatif dengan hipermetropia

absolut adalah hipermetropia manifes.

3. Hipermetropia Fakultatif

Dimana kelainan hipermatropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata

positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca

Page 15: LI_-_PRINT.docx

mata yang bila diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot

akomodasinya akan mendapatkan istrahat. Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga

akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.

4. Hipermetropia Laten

Dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi ( atau dengan obat yang melemahkan

akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur

bila siklopegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropi laten seseorang. Makin tua

seseorang akanterjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia

fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari

diatasi pasien dengan akomodasi terus menerus, teritama bila pasien masih muda dan daya

akomodasinya masih kuat.

5. Hipermetropia Total

Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia. Selain klasifikasi diatas

ada juga yang membagi hipermetropia secara klinis menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Simple Hipermetropia, diakibatkan variasi biologis normal seperti etiologi axial atau

refraksi.

2. Patological Hipermetropia, diakibatkan anatomi okuler yang berbeda yang disebabkan

3. Fungsional Hipermetropia, merupakan akibat dari paralisis akomodasi.

Klasifikasi berdasar berat ringan gangguan

1. Hipermetropia ringan: gangguan refraksi dibawah +2D

2. Hipermetropia sedang: gangguan refraksinya +2.25- +5 D

3. Hipermetropia berat: gangguan refraksinya diatas 5D

Page 16: LI_-_PRINT.docx

K.    PENATALAKSANAAN

1.      Koreksi Optikal

Hipermetropia dikoreksi dengan kacamata berlensa plus (konveks) atau dengan lensakontak.

Pada anak kecil dengan kelainan berderajat rendah yang tidak menunjukan gejala sakit kepala

dan keluhan lainnya, tidak perlu diberi kacamata. Hanya orang-orang yang derajat

hipermetropianya berat dengan atau tanpa disertai mata juling dianjurkan menggunakan

kacamata. Pada anak-anak dengan mata juling ke dalam (crossed eye) yang disertai

hipermetropia, diharuskan memakai kacamata berlensa positif. Karena kacamata berlensa plus

ini amat bermanfaat untuk menurunkan rangsangan pada otot-otot yang menarik bolamata juling

ke dalam.

            Biasanya sangat memuaskan apabila power yang lebih tipis (1 D) daripada total fakultatif

dan absolute hyperopia yang diberikan kepada pasien dengan tidak ada ketidak seimbangan otot

ekstraokular. Jika ada akomodatif esotrophia (convergence), koreksi penuh harus diberikan. Pada

exophoria, hyperopianya harus dikoreksi dengan 1-2D. Jika keseluruhan refraksi manifest kecil,

misalnya 1 D atau kurang, koreksi diberikan apabila pasien memiliki gejala-gejala.

2.      Terapi Penglihatan.

Terapi ini efektif pada pengobatan gangguan akomodasi dan disfungsi binokuler akibat dari

hipermetropia. Respon akomodasi habitual pasien dengan hipermetropia tidak akan memberi

respon terhadap koreksi dengan lensa, sehingga membutuhkan terapi penglihatan untuk

mengurangi gangguan akomodasi tersebut.

3. Terapi Medis.

Agen Antikolinesterase seperti diisophropylfluorophospate(DFP) dan echothiopate iodide

(Phospholine Iodide,PI) telah digunakan pada pasien dengan akomodasi eksotropia dan

hipermetropia untuk mengurangi rasio konvergensi akomodasi dan akomodasi(AC/A).

Page 17: LI_-_PRINT.docx

3.      Merubah Kebiasaan Pasien.

Modifikasi yang dapat dilakukan adalah pengunaan cahaya yang cukup dalam aktivitas, menjaga

kualitas kebersihan mata dan apabila pasien adalah pengguna komputer sebaiknya menggunakan

komputer dengan kondisi ergonomis.

5. Bedah Refraksi.

Terapi pembedahan refraksi saat ini sedang dalam perkembangan Terapi pembedahan yang

mungkin dilakukan adalah HOLIUM:YAG laser thermal keratoplasty, Automated Lamellar

Keratoplasty, Spiral Hexagonal Keratotomy, Excimer Laser dan ekstraksi lensa diganti dengan

Intra Oculer Lens. Akan tetapi pembedahan masih jarang digunakan sebagai terapi terhadap

hipermetropia.

L.     PENCEGAHAN

Duduk dengan posisi tegak ketika menulis.

Istirahatkan mata setiap 30-60 menit setelahmenonton TV, komputer atau setelah

membaca.

Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).

Gunakan penerangan yang cukup

Jangan membaca dengan posisi tidur.

http://ryan-koko.blogspot.com/2012/05/hipermetropi.html

Page 18: LI_-_PRINT.docx

AMBLYOPIA

PENDAHULUAN

Ambliopia atau yang sering disebut dengan lazy eye adalah kondisi dimanapenglihatan seseorang

tidak terkoreksi dengan kacamata atau lensa kontak dan tidak ada ditemukannya penyakit mata.

Dikarenakan otak tidak dapat sepenuhnya menterjemahkan benda yang terlihat pada seseorang

yang menderita ambliopia. Ambliopia terjadi hanya pada satu mata yang mengalami kelainan,

meskipun tidak menutup kemungkinan untuk terjadi pada kedua mata.1

            Prevalensi terjadinya ambliopia dapat terjadi pada 2 atau 3 orang pada setiap 100 orang,

berdasarkan data dari American Academy of Ophthalmology terjadi 2%-4% dari populasi

masyarakat Amerika Utara.2,3

            Untuk menentukan seseorang menderita ambliopia tidak mudah, anak-anak mungkin

tidak mengetahui bahwa salah satu matanya telah mengalami gangguan. Pada anak-anak

ambliopia dideteksi dengan ditemukannya keluhan perbedaan pandangan terhadap sesuatu yang

dipandang anak tersebut. Namun, keluhan penurunan penglihatan pada anak tentu saja bukan

selalu merupakan suatu ambliopia2.

            Kebanyakan orang menganggap antara strabismus dan ambliopia adalah suatu hal yang

sama. Ambliopia bisa saja terjadi karena didapatkan dari starbismus unilateral yang konstan.1

            Ambliopia dapat terjadi dengan tanpa kelainan organik dan dapat pula dengan kelainan

organik yang tidak sebanding dengan visus yang ada. Bila terjadi pada usia kurang dari 6 tahun

maka masih dapat dilakukan latihan untuk mendapatkan perbaikan terhadap penglihatan.

Page 19: LI_-_PRINT.docx

            Terdapat beberapa tanda pada mata yang telah mendapatkan kelainan ambliopia,

diantaranya :

1. Berkurangnya penglihatan

2. Hilangnya sensitivitas kontras

3. Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik

4. Adanya anisokoria

5. Biasanya daya akomodasinya menurun

Pengobatan yang paling baik dan efektif adalah dengan oklusi mata. Prognosis dari ambliopia

bila tetap tidak diobati sampai usia anak 6 tahun hingga 9 tahun, defek visual mungkin tidak

dapat membaik. Ambliopia bila tidak diketahui secar dini dapat dicegah untuk terjadinya

ambliopia permanen. Perbaikan dapat dilakukan bila penlihatan masih dalam perkembangannya.

Bila ambliopia ini ditemukan pada usia di bawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan latihan

untuk perbaikan penglihatn.4

Berdasarkan teori di atas, kami penulis merasa tertarik untuk memuat sebuah tulisan ilmiah

berupa referat dengan judul ’Ambliopia’, dengan harapan dapat bermanfaat bagi kami dalam

menambah ilmu pengetahuan kedokteran di bidang ilmu penyakit mata dan meningkatkan

kemampuan dalam menulis karya ilmiah serta juga bermanfaat bagi pembaca referat ini.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Penglihatan

            Lintasan visual merupakan lintasan yang dilalui impuls sejak terbentuknya bayangan di

retina sampai kesadaran mengenai adanya objek yang dilihat. Jalur visual ini meliputi:

1. Retina

            Suatu objek dapat terlihat paling jelas jika cahaya dan objek tepat jatuh (terfokus) di

retina, tepatnya makula lutea atau bintik kuning. Dapat atau tidaknya cahaya dari jauh tak

terhingga (sinar sejajar) terfokus pada retina saat mata istirahat (tidak berakomodasi) adalah

tergantung dari kekuatan refraksi dan panjang aksis bola mata. Jadi agar bayangan jelas maka

dibutuhkan media refrakta yang jernih dengan kekuatan refraksi yang cocok dengan panjang

sumbu bola mata, serta retina sebagai penangkap bayangan yag baik. Bayangan yang terjadi di

Page 20: LI_-_PRINT.docx

retina (kedua mata) dibandingkan dengan obyeknya adalah lebih kecil, terbalik, hitam dan dua

dimensi.

2. Nervus Optikus

            Bayangan dan retina akan diantar mula-mula oleh nervus optikus untuk menuju fisura

kalkarina. Satu nervus tersusun kira-kira 1,2 juta akson yang berasal dari sel-sel ganglioner di

retina. Nervus optikus adalah serabut syaraf yang terletak antara papil nervus optikus sampai

kiasma optikum sedangkan dari kiasma optikum sampai korpus genikulatum lateral disebut

traktus optikus.

            Nervus optikus mempunyai panjang kira-kira 50 mm dari bola mata sampai kiasma

optikum dan dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

a. Bagian intraokuler (papil nervus optikus atau bintik buta)

            Merupakan tempat berkumpulnya serabut-serabut syaraf yang berasal dari sel-sel

ganglioner dan seluruh permukaaan retina. Bentuk papil tergantung besarnya foramen skleralis

posterior (kanalis skleralis).

b. Bagian intraorbita

            Karena bentuknya seperti huruf S dan panjang, maka bola mata dapat bergerak dengan

bebas tanpa menyebabkan ketegangan nervus optikus.

c. Bagian intraossea

            Adalah nervus optikus yang berjalan pada kanalis optikus, panjangnya kira-kira 5 mm.

d. Bagian intrakranial

            Merupakan bagian nervus optikus setekah keluar dari kanalis optikus ke rongga

tengkorak sampai kiasma optikum.

3. Kiasma optikum

            Merupakan setengah silang (semidekusasio) dari nervus optikus kanan-kiri. Pada kiasma

ini serabut syaraf yang dari temporal retina tidak mnyilang sedang yang dari nasal mengadakan

persilangan. Pada kiasma tidak terjadi pergantian neuron, sehingga sebenarnya nervus optikus

dan traktus optikus itu sama yaitu suatu traktus.

4. Traktus Optikus

            Setiap traktus optikus dimulai dari sudut postero lateral kiasma dan mengikuti bagian atas

pedunculus cerebri untuk berakhir dalam nukleus genikulatum lateralis.

5. Korpus genikulatum lateral (kgl)

Page 21: LI_-_PRINT.docx

            Merupakan akhir serabut syaraf aferen dari lintasan visual anterior. Dari kgl akan

terdapat neuron visual akhir yang akan membentuk radiasio optikus (traktus genikulokalkarina)

untu menuju korteks visual primer di fisura kalkarina.

6. Radiasio optikus

            Radiasio optikus berjalan mneyebar dari kgl ke lateral inferior melingkupi bagian depan

kornu temporalis ventrikel lateral kemudian ke belakang dan berakhir pada korteks kalkarina.

7. Korteks visual

            Pada fisura kalkarina lobus oksipitalis terdapat korteks visual primer atau area 17,

disinilah berakhir impuls dari retina. Fungsi korteks visual primer adalah untuk deteksi

organisasi ruang dan pemandangan visual yaitu deteksi bentuk obyek, kecerahan bagian-bagian

obyek, bayangan dan sebagainya.

            Fovea menempati daerah seluas 35% pada korteks visual primer yang mempunyai fungsi

yang sangat penting yaitu untuk ketajaman penglihatan danpenglihatan detail. Juga terdapat sel-

sel untuk deteksi cahay bulat, deteksi garis,perubahan orientasi, deteksi warna dan seterusnya.

Rangsang kedua mata juga disatukan disini (difusikan).

            Diluar area 17 terdapat area 18 (parastriata) dan area 19 ( penistriata). Kedua area ini

disebut korteks visual sekunder yang berfungsi untuk pemrosesan visual lebih lanjut.

2.2 Ambliopia

2.2.1 Definisi

            Menurut Ilyas (2007) ambliopia yaitu suatu keadaan mata dimana tajampenglihatan tidak

mencapai optimal sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan

refraksinya4.

            Ahli lain mendefinisikan ambliopia adalah suatu keadaan dimana tajampenglihatan tidak

maksimal tetapi anatomi mata normal disebabkan rangsangan korteks penglihatan tidak

maksimal pada masa periode kritis5.

                       Lazy eye vision vs. Normal Vision

Page 22: LI_-_PRINT.docx

Gambar 2.1

(Uniteforsight, 2008)

 2.2.2 Etiologi

            Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau bilateral disebabkan

karena kehilangan pengenalan bentuk, interaksi binokular abnormal atau keduanya, dimana tidak

ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata dan pada kasus yang keadaan baik, dapat

dikembalikan fungsinya dengan pengobatan. Biasanya ambliopia disebabkan oleh kurangnya

rangsangan untuk meningkatkan perkembangan penglihatan. Hal ini biasanya disebabkan oleh

kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, strabismus dan kelainan lain yng menyebabkan gangguan

transmisi bayangan ke otak. Penelitian pada binatang memperlihatkan bahwa bayangan yang

kabur pada retina dan strabismus selama awal perkembangan penglihatan dapat menyebabkan

kerusakan struktural dan  fungsional nukleus genikulatum laeral dan korteks oksipital

            Diduga terdapat 2 faktor yang dapat merupakan penyebab terjadinya ambliopia yaitu

supresi dan nirpakai (nonuse). Ambliopia nirpakai terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen

visual retino kortikal pada saat periode kritis dalam perkembangannya terutama sebelum usia 9

tahun. Supresi yang terjadi pada ambliopia dapat merupakan proses kortikal yang akan

mengakibatkan terdapatnya skotoma absolut pada penglihatan binokular atau sebagai hambatan

Page 23: LI_-_PRINT.docx

binokular pada bayangan retina yang kabur. Supresi sama sekali tidak berkaitan denagn

perkembangan penglihatan.

2.2.3 Patofisiologi dan Klasifikasi

            Menurut Duke Elder ambliopia diklasifikasikan sebagai berikut:

1.   Ambliopia eks anopsia (segmen anterior)

Ambliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan

penglihatan bayi. Ambliopia eks anopsia diduga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari

otak untuk menekan kesadaran melihat. Ambliopia ini mulai terjadi sesudah berumur 4 tahun

maka tajam penglihatan tidak kurang dari 20/200, sedangkan bila terjadi pada usia kuarng dari 4

tahun maka tajam penglihatan dapat lebih buruk. Kelainan ini dapat terjadi pada mata bayi

dengan katarak, ptosis ataupun kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat dilatasi.

2.   Ambliopia Kongenital (organik: segmen posterior)

Ambliopia dengan kelainan organik yang dapat menerangkan sebab tajam penglihatan kurang.

Ambliopia terjadi akibat kerusakan fovea kongenital sehingga menggangu penderita. Ambliopia

organik bersifat irreversibel.

3.   Ambliopia strabismik

Ambliopia yang terjadi akibat juling yang lama biasanya juling ke dalam pada anak sebelum

penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut untuk mencegah gangguan

penglihatan (diplopia). Kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang

diarahkan pada benda yang dilihat.Ambliopia ini ditemukan pada penderita esotropia dan jarang

pada eksotropia. Strabismus yang dapat menyebabkan ambliopia adalah strabismus manifes,

strabismus dengan sudut deviasi kecil, strabismus yang selalu mempunyai sudut deviasi di

seluruh arah pandangannya. Fiksasi silang merupakan antiuiji ambliopia starbismik. Bila kondisi

ini tidak terjadi maka tidak akan terdapat ambliopia.

4.Ambliopia anisometrik

         Hal ini akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata yang berbeda jauh.

   Akibat anisometrik mata bayangan benda pada kedua mata tidak sama besar yang

menimbulkan bayangan pada retina secara relatif diluar fokus dibanding mata lainnya.Bayangan

yang lebih suram akan disupres, biasanya pada mata yang lebih ametropik. Beda refraksi yang

besar antara kedua mata menyebabkan terbentuknya bayangan kabur pada satu mata.  Ambliopia

Page 24: LI_-_PRINT.docx

yang terjadi akibat perbedaan refraksi kedua mata yang terlalu besar atau lebih dari 2,5 dioptri,

mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan binokular tunggal, juga pada unilateral

astigmatisme sehingga bayangan menjadi kabur. Pada mata sferis tidak terjadi bila mata yang

lebih berat minusnya dipakai untuk melihat dekat sedangkan yang normal dipakai untuk melihat

jauh (terjadi melihat alternatif).

2.2.4        Pemeriksaan

●    Uji crowding phenomena

      Penderita diminta membaca huruf Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu per satu

atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris huruf yang

sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini

disebut adanya fenomena ‘crowding’ pada mata tersebut yang menandakan terjadi ambliopia.

         ●   Uji densiti filter

      Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam

penglihatan pada mata normal turun 50%, pada mata ambliopia fungsional tidak akan atau hanya

sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksan sebelumnya sedangkan pada ambliopia

organik tajam penglihatan akan sangat menurun.

●    Uji Worth’s four dot

      Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina abnormal, supresi

pada satu mata juling. Penderita memakai kaca mata dengan filter merah paada mata kanan dan

biru pada mata kiri kemudian melihat pada objek 4 titik dimana  berwarna merah, 2 hijau 1

putih. Titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau mata kiri. Bila fusi baik maka

akan terlihat 4 titik dan lampu putih terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah. Empat

titik juga akan dilihat oleh mata juling tetapi terjadi korespondensi retina yang abnormal. Bila

terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan dominan atau 3 hijau bila

mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau yang bersilangan berarti mata

dalam keadaan eksotropia dan bila tidak bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.

●    Visuskop

      Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan melakukan visuskopi dapat ditentukan bentuk

fiksasi monokular pada ambliopia.

●    Uji pinhole

Page 25: LI_-_PRINT.docx

      Jika seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat kelainan refraksi, maka

dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan

refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan

diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media

penglihatan.

●    The E game

      Penderita ditunjukkan berbagai macam posisi huruf E dan diminta untuk mencocokkan posisi

tersebut dengan yang ditunjukkan oleh pemeriksa.

●    Sheridan-Gardiner (SG) test

      Penderita memegang sebuah kartu dengan tujuh huruf. Pemeriksa menunjuk sebuah huruf

dan meminta penderita untuk menunjuk huruf yang sama pada kartu tersebut. Tes ini adalah tes

ketajaman penglihatan yang kurang akurat, digunakan untuk anak-anak di bawah umur 2,5

tahun.

●    Landolt ring test

      Tes ini menyerupai ’E game’. Lingkaran yang rusak dan menyerupai huruf C dipakai untuk

menggantikan huruf E dan uji ini ditampilkan dengan cara yang sama dengan E game.

Kemudian  hasilnya dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari E game.

2.2.5  Penanganan ambliopia

            Ambliopia merupakan kelainan yang reversibel dan akibatnya tergantung pada saat mulai

dan lamanya. Saat yang sangat rentan adalah bayi pada umur 6 bulan pertama dan ambliopia

tidak akan terjadi sesudah usia lebih dari 5 tahun.

            Ambliopia bila diketahui dini dapat dicegah sehingga tidak menjadi permanen. Perbaikan

dapat dilakukan bila pengelihatan masih dalam perkembangannya. Bila ambliopia ini ditemukan

pada usia dibawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan latihan untuk perbaikan penglihatan.

             Prinsip penatalaksanaan ambliopia adalah dengan membatasi pemakaian mata yang

tajam penglihatan terbaik dan memaksa mata yang tajam penglihatan kurang untuk melihat,

sehingga terjadi reorganisasi sel di nukleus genikulatum lateral dan korteks oksipital.

            Pengobatan dapat dengan :

U ntuk memulihkan kembali amblopia pada seorang pasien muda, harus dilakukan suatu

pengobatan antisupresi aktif menyingkirkan faktor ambliopiagenik.

Page 26: LI_-_PRINT.docx

Oklusi mata yang sehat.

Penalisasi dekat, mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan memberi + 2,5 D

sedang mata yang baik diberi atropin.

Penalisasi jauh dimana mata yang amblopia dipaksa melihat jauh dengan memberi

atropin pada mata yang baik serta diberi lensa + 2,50

Latihan ortoptik bila terjadi juling

Pencegahan terdapat ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun perlu pemeriksaan

tajam pengelihatan terutama bila memperlihatkan tanda-tanda juling.

Total Occlusion

            Mata yang dominan tertutup dengan bagian kecil mengeluarkan cahaya dan bentuk dan

pada anak-anak menggunakan mata yang ambliopik. Waktu oklusi harus disesuaikan dengan

individual anak-anak, bergantung pada usia, ketajaman penglihatn, pengobatan sebelumnya dan

frekuensi anak-anak datang ke klinik. Hal ini penting khususnya pada anak-anak, untuk

menghindari oklusi yang berlebihan, mengurangi penglihatan pada mata yang dioklusi

(ambliopia oklusi), kondisi ini tidak dibolehkan reversibel khususnay pada bayi. Jadwalnya

tergantung pada masing-masing respon anak terhadap oklusi.

Part- time Occlusion

            Part- time Occlusion adalah untuk pemeliharaan tingkat penglihatan, terutama dimana

tajam penglihatan terbaik sudah siap diperoleh dengan full time occlusion.Cara ini dilanjutkan

hingga anak-anak berusia kira-kira 7 atau 8 tahun dan dapat memelihara penglihatan yang

diperoleh pada tingkat yang terbaik dengan mengurangi oklusi setengah hari dalam satu minggu

penuh, kemudian setengah hari dari 5 hari, 3 hari seminggu dan akhirnya selama 2 jam/1

minggu.

Minimal Occlusion

            Meskipun full time occlusion lebih disukai pada anak-anak yang tidak bisa mentoleransi

terapi ini. Penolakan berasal dari visus yang jelek, membuat sekelilingnya aatu melakukan

pekerjaaan sekolah sangat sulit aatu dari tekanan psikologisnya. Pada kasus ini minimal

occlusion dapat digunakan. Metode ini digunakan selama keadaan spesifik yaitu ketika perhatian

anak-anak terfokus pada saat melakukan aktivitas yang memerlukan penglihatan yang maksimal

Page 27: LI_-_PRINT.docx

seperti menonton TV , mewarnai, menggambar dan seterusnya. Keberhasilannya tergantung pada

tipe ambliopia dan motivasi anak dan orang tuanya.

Partial Occlution

            Partial Occlution dengan metode yang bervariasi mempunyai nilai jika ambliopianya

ringan atau jika penglihatan terpelihara. Lensa Occlusion dengan Micropore, atau Blenderm

sangat efektif jika anak-anak tidak mengintip melalui kacamtanya. Untuk partial occlusion, visus

pasien seharusnya pada garis 20/40 atau lebih baik. Terapi ini dapat dimulai sesegera mungkin

jika ambliopia sudah terdeteksi.

Atropine Occlusion

            Atropine Occlusion  dapat digunakan pada kasus ambliopia ringan atau untuk

pemeliharaan penglihatan, tetapi seharusnya hanya untuk percobaan yang pengelihatannya

kurang dari garis 6/12 pada mata ambliopia, sebaliknya penderita lebih suka  melihat

menggunakan mata yang ditetesi atropin. Cara ini berdasarkan pada perbaikan penglihatan dekat

lebih dahulu, hal ini membantu pasien dengan visus dibawah 6/60 dengan pemberian atropin

pada mata yang dominan dan miotic pada mata ambliopia.  Peningkatan miotic terhadap

kedalaman fokus dan pengurangan ukuran pupil, mereka memberikan efek pinhole pada mata

ambliopia. Kombinasi ini disediakan sangat efektif untuk pasien yang tidak toleransi face

occlusion dan dengan nistagmus.

Penalization

            Bentuk yang utama adalah penalisasi dekat dimana atropin masuk ke dalam mata yang

terfiksasi dan mata ambliopia diberikan koreksi yang berlebihan kira-kira 2-3 dioptri; penalisasi

jauh dilakukan dengan memberi atropin pada mata yang terfiksasi dan diberi koreksi yang

berlebihan kira-kira 2-3 dan mata ambliopia diberiakn koreksi penuh. Penalisasi total yaitu mata

yang terfiksasi diberikan atropin dan dikoreksi 5 dioptri dan penalisasi dikombinasikan dengan

prisma untuk pasien dengan fiksasi eksentrik

CAM Machine

            CAM Machine adalah alternatif pengobatan untuk strabismus dan anisometropik

ambliopia, terdiri dari bentuk gelombang yang baik pada disk yang berotasi dengan kekuatan 1

Page 28: LI_-_PRINT.docx

rpm. Bentuk gambaran dibuat untuk menstimulasi sel-sel di korteks visual yang merespon

orientasi dan frekuensi ruang.

Pleoptics        

           Pleoptics adalah bentuk penanganan untuk fiksasi eksentrik yang menggunakan  prinsip

kegunaan berbeda (Bangerter, Cuppers). Hasilnya pada anak-anak sangat mengecewakan,

meskipun pada orang dewasa cukup bermakna .

DAFTAR PUSTAKA

                                                                                              

1.      Cooper J,dr. All about amblyopia (lazy eye) 2008. http://www.strabismus.com [diakses 15

Februari 2008]

2.      Rahimi E. Amblyopia. http://www.american academy of ophthalmology/section 6.com

[diakses 14 Februari 2008]

3.      Drali. A lot of desease of eye 2008. http://www.eyeagram.com [diakses 14 Februari 2008]

4.      Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003. 245-254.

5.      Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2002. 243-

4.

6.      Suriadi N. Kelainan Refraksi Anak Sekolah Dasar di Paringin Kalimantan Selatan.Jakarta:

FKUI, 2003.

7.      Gallin P. Pediatric Ophthalmology. New York: Columbia University, 2000. 30-5.

8.      Crawford J. The Eye in Childhood. London: Academic Press Inc, 2000. 122-5.