Leukoplakia
-
Upload
nur-halima-ishak -
Category
Documents
-
view
30 -
download
0
description
Transcript of Leukoplakia
LEUKOPLAKIA
A. DEFINISI
World Health Organization (WHO) mendefinisikan Leukoplakia
sebagai bercak-bercak putih atau plak-plak yang terdapat pada lapisan mukosa
dimana lapisan ini tidak bisa ditanggalkan dengan mudah dan tidak dapat
digolongkan secara klinis atau histologi sebagai penyakit-penyakit spesifik
lainnya (contoh: seperti liken planus, lupus eritematosus, kandidiasis, white
sponge naevus). [1]
Leukoplakia sering terjadi dikalangan manusia dewasa; sekitar 1%
dari manusia dewasa terjangkiti penyakit ini, meskipun sesetengah populasi
didapati mempunyai prevalensi yang lebih tinggi. Kebanyakan kasus dijumpai
pada kelompok usia 50-70 tahun. [1]
Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini
sering meluas sehingga menjadi suatu lesi pre-cancer. Leukoplakia merupakan
suatu istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih
atau plak yang tidak normal yang terdapat pada membran mukosa. Pendapat lain
mengatakan bahwa leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang
terdapat pada membran mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. [2]
Leukoplakia dalam perkembangannya sering menjadi ganas dan
untuk menyingkirkan diagnosis banding, maka sangat diperlukan biopsi dari
leukoplakia tersebut. Gambaran histologinya dapat bermacam-macam dan
tergantung dari umur lesi pada saat biopsi dilakukan. Kendala dalam menegakkan
diagnosis leukoplakia masih sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa
kemungkinan seperti etiologi leukoplakia yang belum jelas serta perkembangan
yang agresif dari leukoplakia yang mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan
tetapi pada akhirnya menjadi karsinoma sel skuamosa dengan angka kematian
yang tinggi. [1,3]
B. ETIOLOGI
Sampai sekarang belum diketahui etiologi Leukoplakia dengan
pasti, tetapi predisposisi terdiri dari berbagai faktor yaitu faktor lokal, faktor
sistemik dan malnutrisi vitamin. Faktor lokal yang diduga sebagai predisposisi
terjadinya leukoplakia diantaranya adalah trauma yang menyebabkan iritasi kronis
misalnya trauma akibat gigitan tepi atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang
malposisi, kebiasaan jelek menggigit-gigit jaringan mulut, pipi, maupun lidah.
Faktor lokal yang lain adalah kimiawi atau termal, misalnya pada penggunaan
bahan-bahan yang kaustik mungkin diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan
perubahan keganasan. [1,2]
Defisiensi vitamin A diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia
dan keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa
respiratorius. Beberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia di uvula merupakan
manifestasi dari intake vitamin A yang tidak cukup. Apabila kelainan tersebut
parah, gambarannya mirip dengan leukoplakia. Selain itu, pada percobaan dengan
menggunakan binatang tikus, dapat diketahui bahwa kekurangan vitamin B
kompleks akan menimbulkan perubahan hiperkeratotik. [2,4]
Selain faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan, ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab terjadinya leukoplakia antara lain tembakau,
alkohol dan bakteri. Dalam proses terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut
oleh tembakau tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas yang terjadi
pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di
dalam tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa
pipa rokok juga merupakan benda yang berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi
yang spesifik pada palatum yang disebut “Stomatitis Nicotine”. Pada lesi ini,
dijumpai adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada palatum.
Selanjutnya, palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi penebalan yang
sifatnya merata. Ditemukan pula adanya “multinoduler” dengan bintik-bintik
kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar ludah akan membengkak dan terjadi
perubahan di daerah sekitarnya. Banyak peneliti yang kemudian berpendapat
bahwa lesi ini merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia. [1,2,5]
Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor
yang memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat
menimbulkan iritasi pada mukosa. Leukoplakia juga dapat terjadi karena adanya
infeksi bakteri, penyakit periodontal yang disertai higiene mulut yang buruk. [1,2,5]
C. PATHOGENESIS
Pasien dengan idiopatik leukoplakia memiliki resiko tinggi untuk
berkembang menjadi kanker. Penilitian yang dilakukan, 4%-17% lesi
bertransformasi menjadi tumor maligna pada kurun waktu 20 tahun. Dasar
perubahan molekuler pada leukoplakia sampai saat ini masih belum diketahui.
Namun, beberapa data dari hasil peniliyian pada pre-maligna leukoplakia
membuktikan bahwa perubahan epitel pada penyakit ini disebabkan oleh
transformasi displastik. Perubahan patologi yang utama pada leukoplakia
diperlihatkan oleh defesiensi epitel yang abnormal dengan peningkatan
permukaan keratinisasi menghasilkan penampakan mukosa yang putih . hal ini
diikiuti pula oleh penebalan pada epithelium, bahkan epitel bisa menjadi atrofi
atau akanthosis (perubahan lapisan tanduk).[2,5]
Banyak penilitian memperlihatkan adanya perubahan genetika
akan mempengaruhi perubahan pada ekspresi gen keratin, perubahan siklus sel,
dan peningkatan ekspresi sel yang kehilangan sifat heterozigotnya. Stres oksidatif
dan kerusakan DNA akibat prduk nitrogen reaktif, seperti induksi nitrit oksida dan
mekanisme inflamasi, juga memiliki implikasi pada leukoplakia dan
transformasinya dari dysplasia menjadi karsinoma. Penilitian pada penanda
molecular memperlihatkan bahwa lesi jinak meningkat pada sel yang telah
mengalami cacat pada sel p53 dan pada antigen proliferation marker proliferating
cell nuclear. [2,5]
D. DIAGNOSIS
Penderita leukoplakia tidak mengeluhkan rasa nyeri, tetapi lesi
pada mulut tersebut sensitif terhadap rangsangan sentuh, makanan panas dan
makanan yang pedas.[2]
Dari pemeriksaan klinis, ternyata oral leukoplakia mempunyai
bermacam-macam bentuk. Secara klinis lesi ini sukar dibedakan dan dikenal pasti
karena banyak lesi lain yang memberikan gambaran yang serupa serta tanda-tanda
yang hampir sama. Pada umumnya, lesi ini lebih banyak ditemukan pada
penderita dengan usia di atas 40 tahun dan lebih banyak pria daripada wanita. Hal
ini terjadi karena sebagian besar pria merupakan perokok berat. Lesi ini sering
ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum lunak dan keras,
daerah dasar mulut, gingival, mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar
ridge. Bermacam-macam bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi tergantung dari
awal terjadinya lesi tersebut, dan setiap individu akan berbeda. [2,5]
Gambar 1. Speckled Leukoplakia[1]
Secara klinis, lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir,
berbatas jelas, dan permukaannya tampak melipat. Bila dilakukan palpasi akan
terasa keras, tebal, berfisure, halus, datar atau agak menonjol. Kadang-kadang lesi
ini dapat berwarna seperti mutiara putih atau kekuningan. Pada perokok berat,
warna jaringan yang terkena berwarna putih kecoklatan. Ketiga gambaran tersebut
di atas lebih dikenal dengan sebutan “speckled leukoplakia”. [1,2]
Leukoplakia dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu homogenous
leukoplakia, erosif leukoplakia, speckled atau verocuos leukoplakia. Homogenous
leukoplakia merupakan bercak putih yang kadang-kadang berwarna kebiruan,
permukaannya licin, rata, dan berbatas jelas. Pada tahap ini, tidak dijumpai adanya
indurasi. [1,2]
Gambar 2. Homogenus Leukoplakia[1]
Erosif leukoplakia berwarna putih dan mengkilat seperti perak dan
pada umumnya sudah disertai dengan indurasi. Pada palpasi, permukaan lesi
mulai terasa kasar dan dijumpai juga permukaan lesi yang erosive. [2]
Speckled atau verocuos leukoplakia merupakan stadium
leukoplakia dimana permukaan lesi tampak sudah menonjol, berwarna putih,
tetapi tidak mengkilat. Timbulnya indurasi menyebabkan permukaan menjadi
kasar dan berlekuk-lekuk. Saat ini, lesi telah dianggap berubah menjadi ganas.
Karena biasanya dalam waktu yang relatif singkat akan berubah menjadi tumor
ganas seperti squamus sel karsinoma, terutama bila lesi ini terdapat di lidah dan
dasar mulut. [1,2]
Gambar 3. Leukoplakia Benigna (courtesy of James Fitzpatrik,MD)[3]
Untuk menetapkan diagnosis oral leukoplakia, perlu pemeriksaan
dan gambaran histopatologis. Hal ini untuk mengetahui adanya proses
diskeratosis. Meskipun pada pemeriksaan histopatologis tampak adanya proses
diskeratosis, masih sulit dibedakan dengan carsinoma in situ, karena di antara
keduanya tidak memiliki batasan yang jelas. [2,4]
Gambar 4. Sublingual Leukoplakia[1]
Pemeriksaan histopatologis juga diperlukan untuk mengetahui ada
tidaknya sel-sel “atypia” dan infiltrasi sel ganas yang masuk ke jaringan yang
lebih dalam. Keadaan ini biasanya ditemukan pada squamus sel carsinoma
‘karsinoma sel skuamosa’. Karsinoma sel skuamosa merupakan kasus tumor
ganas rongga mulut yang terbanyak dan lokasinya pada umumnya di lidah.
Penyebab yang pasti dari karsinoma sel skuamosa belum diketahui, tetapi banyak
lesi yang merupakan permulaan keganasan dan faktor-faktor yang mempermudah
terjadinya karsinoma tersebut. Lesi pra-ganas dan factor-faktor predisposisi itu
adalah leukoplakia, perokok, pecandu alkohol, adanya iritasi setempat, defisiensi
vitamin A,B, B12, kekurangan gizi, dll. Seperti halnya lesi pra-ganas rongga
mulut lainnya, dalam stadium dini karsinoma ini tidak memberikan rasa sakit.
Rasa sakit baru terasa apabila terjadi infeksi sekunder. Oleh karena itu, apabila
ditemukan adanya lesi pra-ganas dalam rongga mulut, terutama leukoplakia,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologi. [2,5]
Gambar 5. Pembentukan kanker oral pada pasien leukoplakia. Proses malignan A)
pada homogeneous leukoplakia dan B) pada non-homogenous verrukosus
leukoplakia [5]
E. DIAGNOSIS BANDING
Leukoplakia memiliki gambaran klinis yang mirip dengan
beberapa kelainan. Oleh karena itu, diperlukan adanya “diferensial diagnosis”
atau diagnosis banding untuk membedakan apakah kelainan tersebut adalah lesi
leukoplakia atau bukan. Pada beberapa kasus, leukoplakia tidak dapat dibedakan
dengan lesi yang berwarna putih di dalam rongga mulut tanpa dilakukan biopsy.
Jadi, cara membedakannya dengan leukoplakia adalah dengan pengambilan
biopsi. Ada beberapa lesi berwarna putih yang juga terdapat dalam rongga mulut,
yang memerlukan diagnosis banding dengan leukoplakia. Lesi tersebut antara
lain: syphililitic mucous patches; “lupus erythematous” dan ” white sponge
nevus”; infeksi mikotik, terutama kandidiasis; white folded gingivo stomatitis;
serta terbakarnya mukosa mulut karena bahan-bahan kimia tertentu, misalnya
minuman atau makanan yang pedas. [1,2,3]
Untuk menentukan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti baik secara klinis maupun histopatologis, karena lesi ini
secara klinis mempunyai gambaran yang serupa dengan “lichen planus” dan
“white sponge naevus”. [1,2,3]
F. PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan leukoplakia yang terpenting adalah
mengeliminir faktor predisposisi yang meliputi penggunaan tembakau (rokok),
alkohol, memperbaiki higiene mulut, memperbaiki maloklusi, dan memperbaiki
gigi tiruan yang letaknya kurang baik. Penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan eksisi secara “chirurgis” atau pembedahan terhadap
lesi yang mempunyai ukuran kecil atau agak besar. Bila lesi telah mengenai dasar
mulut dan meluas, maka pada daerah yang terkena perlu dilakukan “stripping”. [1,4]
Pemberian vitamin B kompleks dan vitamin C dapat dilakukan
sebagai tindakan penunjang umum, terutama bila pada pasien tersebut ditemukan
adanya faktor malnutrisi vitamin. Peranan vitamin C dalam nutrisi erat kaitannya
dengan pembentukan substansi semen intersellular yang penting untuk
membangun jaringan penyangga. Karena, fungsi vitamin C menyangkut berbagai
aspek metabolisme, antara lain sebagai elektron transport. Pemberian vitamin C
dalam hubungannya dengan lesi yang sering ditemukan dalam rongga mulut
adalah untuk perawatan suportif melalui regenerasi jaringan, sehingga
mempercepat waktu penyembuhan. Perawatan yang lebih spesifik sangat
tergantung pada hasil pemeriksaan histopatologi. [1,4](1)
Daftar Pustaka
1. CBE Crisplan Scully, The Oral Cavity and Lips in: Tony Burns, Stephen
B, Neil Cox, Christopher G, eds. Rook’s Textbook Of Dermatology. 7 th
Edition. Australia: Blackwell Publishing, 2004: 66.14-66.87
2. James W.D, Berger T.G, Elston D.M,eds. Andrews Diseases of The Skin
Clinical Dermatology. 10th Edition. UK/USA: Saunders Elsevier, 2006:
804-808
3. Wolff Klaus, Richard Allen Johnson, eds. Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis of Clinical Dermatology. 6th Edition United States: McGraw Hill
Medical, 2009: 1036-1039
4. Adriana Spinola Ribeiro, Patrícia Ribeiro Salles, Tarcília Aparecida da
Silva, Ricardo Alves Mesquita,Hindawi Publishing Corporation. A
Review of the Nonsurgical Treatment of Oral Leukoplakia [Review
Article] 2010 January 13: Volume 2010 (2010), Article ID 186018, 10
pages. Available From;
URL:http://www.hindawi.com/journals/ijd/2010/186018/
5. Wei Liu,Lin-Jun Shi, Lan Wu, Jin-Qiu Feng, Xi Yang, Jiang Li, Zeng-
Tong Zhoul, Chen-Ping. Ludwig-Maximilians University, Germany. Oral
Cancer Development in Patients with Leukoplakia – Clinicopathological
Factors Affecting Outcome [Review Article] 2012 April 13: PLoS ONE
7(4): e34773. doi:10.1371/journal.pone.0034773. Available From: URL:
http://www.plosone.org/article/info:doi/10.1371/journal.pone.0034773