Letter to Dahlan Iskan

2
Jakarta, 6 Juni 2012, 00.01 WIB Yth. Dahlan Iskan di Jakarta Dengan hormat, Nama saya Fandi Ahmad Nurdiansyah. Saya berusia 21 tahun. Tahun ini saya berencana melanjutkan studi di Universitas Goethe di Frankfurt, Jerman. Saya lulusan program diploma 3 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) tahun 2009. Sejak kecil, saya terbiasa melihat hal-hal yang menurut saya membingungkan. Saya melihat ketimpangan sosial terjadi dimana-mana. Ironis rasanya, ketika melihat banyak orang yang untuk sekolah saja susah, sementara banyak yang lainnya merepotkan diri dengan berebut kursi dan lantas menghambur-hamburkan uang setelah mendapatkannya. Saat ini, saya sedang melakukan kajian pribadi, bagaimana menemukan benang merah antara demokrasi dan perut kenyang. Seperti yang kita lihat, kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat untuk hidup ada yang belum dapat terpenuhi, sementara negara, sebagai organisasi yang menaungi mereka, tidak dapat menyelesaikan masalah secara keseluruhan. Saya belajar tentang state-capitalism, tentang trias politika yang (menurut saya) sudah tidak relevan, dan program-program wide- spread wealth. Termasuk juga tentang pemilu, bagaimana demokrasi tetap berjalan seiring dengan ‘representasi keinginan rakyat’ .Ideologi dan sistem, yang merupakan kerangka keberhasilan suatu cita-cita, adalah dua hal yang menjadi fokus utama saya saat ini. Mungkin sudah terbersit dalam benak Bapak, kenapa saya menulis surat ini. Sponsorship. Saya menyatakan untuk mengajukan permohonan sponsor untuk kuliah. Untuk itulah saya menjelaskan background singkat tentang mengapa saya ingin kulaih disana, serta apa yang akan saya lakukan nanti setelah selesai. Saya telah menghubungi banyak orang berduit, berdasi dan berpangkat, Jusuf Kalla, Prabowo, Abu Rizal Bakrie, Miranda Goeltom,guru-guru besar UI, hingga walikota saya Joko Widodo, untuk meminta bantuan.

description

Letter to Dahlan Iskan

Transcript of Letter to Dahlan Iskan

Jakarta, 6 Juni 2012, 00.01 WIBYth. Dahlan Iskandi Jakarta

Dengan hormat,

Nama saya Fandi Ahmad Nurdiansyah. Saya berusia 21 tahun. Tahun ini saya berencana melanjutkan studi di Universitas Goethe di Frankfurt, Jerman. Saya lulusan program diploma 3 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) tahun 2009.

Sejak kecil, saya terbiasa melihat hal-hal yang menurut saya membingungkan. Saya melihat ketimpangan sosial terjadi dimana-mana. Ironis rasanya, ketika melihat banyak orang yang untuk sekolah saja susah, sementara banyak yang lainnya merepotkan diri dengan berebut kursi dan lantas menghambur-hamburkan uang setelah mendapatkannya.

Saat ini, saya sedang melakukan kajian pribadi, bagaimana menemukan benang merah antara demokrasi dan perut kenyang. Seperti yang kita lihat, kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat untuk hidup ada yang belum dapat terpenuhi, sementara negara, sebagai organisasi yang menaungi mereka, tidak dapat menyelesaikan masalah secara keseluruhan. Saya belajar tentang state-capitalism, tentang trias politika yang (menurut saya) sudah tidak relevan, dan program-program wide-spread wealth. Termasuk juga tentang pemilu, bagaimana demokrasi tetap berjalan seiring dengan representasi keinginan rakyat .Ideologi dan sistem, yang merupakan kerangka keberhasilan suatu cita-cita, adalah dua hal yang menjadi fokus utama saya saat ini. Mungkin sudah terbersit dalam benak Bapak, kenapa saya menulis surat ini. Sponsorship. Saya menyatakan untuk mengajukan permohonan sponsor untuk kuliah. Untuk itulah saya menjelaskan background singkat tentang mengapa saya ingin kulaih disana, serta apa yang akan saya lakukan nanti setelah selesai.Saya telah menghubungi banyak orang berduit, berdasi dan berpangkat, Jusuf Kalla, Prabowo, Abu Rizal Bakrie, Miranda Goeltom,guru-guru besar UI, hingga walikota saya Joko Widodo, untuk meminta bantuan. Akan tetapi, sampai sekarang, tidak ada yang merespon. Apakah karena jurusan yang saya pilih, politik-ekonomi, yang membuat mereka enggan? Saya melakukan kontak intens dengan jurnalis Jawa Pos dan Radar Surabaya, Djoko Pitono Hadiprojo, dan beliau berpesan agar saya tidak menyerah (beliau sudah mendengar cerita saya berjam-jam, dalam beberapa kesempatan pertemuan kami). Saya juga beberapa kali nge-tweet di akun twitter Bapak, tapi belum pernah dibalas.

Besar harapan saya agar Bapak bersedia memenuhi permohonan saya. Sebelum Bapak memutuskan, saya bersedia dipanggil untuk wawancara.

Bapak (atau tim Bapak) dapat menghubungi saya melalui e-mail [email protected] dan +628985368040. Matur nuwun.